Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan dan dilihat secara geografis, geologis,
hidrologis, dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,
bahkan termasuk negara kedua rentan bencana dunia. Kejadian bencana di
Indonesia, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam maupun
faktor manusia akan menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis lainnya (Vivanews,
2011).

Pengetahuan tentang resiko bencana penting karna dengan peristilah


tersebut mereka dapat memeperkecil korban yang disebabkan oleh bencana itu
sendiri. Fakta di lapangan menunjukan bahwa penyebab kematian saat
bencana bukan dikarenakan oleh bencana tersebut, akan tetapi dikarenakan
oleh ketidaktahuan masyarakat tentang apa yang harus dilakukan saat terjadi
bencana, sehingga mereka panik dan tidak tahu kemana mereka harus
meyelamatkan diri, dan bagaimana penyelamatan diri sendiri.

Beberapa kejadian bencana di Indonesia yang tergolong besar beberapa


tahun belakangan ini antara lain : gempa bumi /tsunami Aceh & Nias pada 26
Desember 2004 (9,0 SR); gempa Yogyakarta 27 Mei 2006 (6,3 SR); gempa di
Manokwari Papua pada Januari 2009 (7,2 & 7,6 SR); gempa di Sumatera Barat
pada 30september 2009 (7,6 SR). Bencana gunung meletus terjadi pada
Gunung Berapi diJawa Tengah/Yogyakarta 26 Oktober 2006, sedangkan
bencana banjir di Langkat,Sumatera Utara pada September 2004, juga di
Sulawesi pada 20 Juni 2006, di Jakarta1 Februari 2007, Wasior Papua Barat
pada 4 Oktober 2010. Adapun bencana tanah longsor terjadi di Palopo,
Sulawesi Selatan pada 2009, dan di Bandung Jawa Baratpada 23 Februari 2010
( Bakri ,2010).

1
Mengantisipasi efek dari bencana di Indonesia, pemerintah sebelumnya
telah memiliki lembaga yang dikenal dengan Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana (Bakornas PB) di tingkat pusat, serta Satuan
Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satkorlak PB) di provinsi
serta Satuan pelaksana Penanggulangan Bencana (Satlak PB) di
kabupaten/kota. Dalam perjalanannya kemudian, untuk menata keefektifan
serta meningkatkan kinerja lembaga penanggulangan bencana, sejak tahun
2008 dibentuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di tingkat
pusat, sedangkan didi provinsi dan kabupaten/kota dibentuk Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Pembentukan lembaga tersebut
merupakan amanat Undang-Undang RI No. 24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana.

Dalam Bab IV UU No. 24 Tahun 2007 yang mengatur tentang


kelembagaan, dinyatakan bahwa BNPB merupakan lembaga di tingkat nasional
yang bertanggung jawab dalam penanggulangan bencana di Indonesia. Adapun
di tingkat daerah, badan dimaksud disebut dengan BPBD. Badan ini terdapat di
tingkat provinsi, dan masing-masing daerah kabupaten/kota. Ketentuan
mengenai pembentukan, fungsi, tugas, struktur organisasi dan tata kerja
lembaga BNPB diatur dalam Peraturan Presiden No.8 Tahun 2008 tentang
Badan Nasional Penanggulangan Bencana, sedangkan ketentuan mengenai
BPBD diatur dengan peraturan daerah masing-masing.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah struktur dan fungsi BNPB ?
2. Bagaimanakah struktur dan fungsi BPBD ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui struktur dan fungsi BNPB ?
2. Untuk mengetahui struktur dan fungsi BPBD ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)


Badan Nasional Penanggulangan Bencana, selanjutnya disebut BNPB
adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen, berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Presiden yang dibentuk dalam rangka
menjalankan tugas dan fungsi penyelenggaraan penanggulangan bencana.
1. Tujuan
Sebagai penjabaran atas visi Badan Nasional Penanggulangan
Bencana, maka tujuan yang akan dicapai oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana dalam periode pelaksanaan lima tahun kedepan,
adalah:
a. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran terhadap pengurangan
risiko bencana, yang terintegrasi dalam dimensi pembangunan dan
kehidupan masyarakat.
b. Meningkatkan keandalan dan kecepatan penanganan darurat bencana.
c. Memulihkan daerah terdampak bencana melalui kegiatan rehabilitasi
dan rekonstruksi pasca bencana.
d. Mewujudkan pemenuhan kebutuhan dan tata kelola logistik dan
peralatan penanggulangan bencana sesuai standar minimal yang
ditetapkan BNPB.
e. Meningkatkan kapasitas pelayanan dan kinerja penyelenggaraan
penanggulangan bencana.
f. Meningkatkan kapasitas pemeriksaan dan pengawasan dalam rangka
mewujudkan penyelenggaraan penanggulangan bencana yang efektif,
efisien, transpan dan akuntabel.
2. Fungsi
BNPB menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan

3
penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat serta efektif
dan efisien.
b. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana
secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.

B. Struktur Organisasi BNPB


1. Kepala BNPB
Kepala mempunyai tugas memimpin BNPB dalam menjalankan tugas
dan fungsi BNPB.
2. Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana
Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana mempunyai tugas
memberikan masukan dan saran kepada Kepala BNPB dalam
penanggulangan bencana.

Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan konsep kebijakan penanggulangan bencana nasional

b. Pemantauan

c. Evaluasi dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.


3. Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana

Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana mempunyai tugas


melaksanakan penanggulangan bencana secara terintegrasi yang meliputi
prabencana, saat tanggap darurat, dan pasca bencana.

Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana menyelenggarakan fungsi

a. Koordinasi penyelenggaraan penanggulangan bencana

b. Komando penyelenggaraan penanggulangan bencana

c. Pelaksana dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.

Terdiri dari

a. Sekretaris Utama

Sekretariat Utama mempunyai tugas mengkoordinasikan

4
perencanaan, pembinaan dan pengendalian terhadap program,
administrasi dan sumberdaya serta kerjasama.

Sekretarat Utama menyelenggarakan fungsi:


1) Pengkoordinasian, sinkronisasi, dan integrasi di lingkungan BNPB

2) Pengkoordinasian, perencanaan, dan perumusan kebijakan teknis


BNPB

3) Pembinaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, hukum,


dan peraturan perundang-undangan, organisasi, tatalaksana,
kepegawaian, keuangan, persandian, perlengkapan, dan rumah
tangga BNPB
4) Pembinaan dan pelaksanaan hubungan masyarakat dan protokol di
lingkungan BNPB
5) Fasilitas pelaksanaan tugas dan fungsi Unsur Pengarah
Penanggulangan Bencana
6) Pengkoordinasian dalam penyusunan laporan BNPB.

b. Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan


Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiap siagaan mempunyai tugas
mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan umum di bidang
penanggulangan bencana pada prabencana serta pemberdayaan
masyarakat.
Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiap siagaan menyelenggarakan
fungsi:
1) Perumusan kebijakan umum di bidang penanggulangan bencana
pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat;
2) Pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan umum di bidang
penanggulangan bencana pada prabencana serta pemberdayaan
masyarakat;
3) Pelaksanaan hubungan kerja di bidang penanggulangan bencana
pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat;

5
4) Pemantauan, evaluasi, dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan
kebijakan umum di bidang penanggulangan bencana pada
prabencana serta pemberdayaan masyarakat.

c. Deputi Bidang Penanganan Darurat


Deputi Bidang Penanganan Darurat mempunyai tugas
mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan umum di bidang
penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat.
Deputi Bidang Penanganan Darurat menyelenggarakan fungsi:
1) Perumusan kebijakan umum di bidang penanggulangan bencana
pada saat tanggap darurat dan penanganan pengungsi;
2) Pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan umum di bidang
penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dan
penanganan pengungsi;
3) Komando pelaksanaan penanggulangan bencana pada saat
tanggap darurat;
4) Pelaksanaan hubungan kerja di bidang penanggulangan bencana
pada saat tanggap darurat dan penanganan pengungsi;
5) Pemantauan, evaluasi, dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan
kebijakan umum di bidang penanggulangan bencana pada saat
tanggap darurat dan penanganan pengungsi.
d. Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi

Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi mempunyai tugas


mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan umum di bidang
penanggulangan bencana pada pascabencana.

Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi menyelenggarakan fungsi:


1) Perumusan kebijakan umum di bidang penanggulangan bencana
pada pascabencana;
2) Pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan umum di bidang
penanggulangan bencana pada pascabencana;

6
3) Pelaksanaan hubungan kerja di bidang penanggulangan bencana pada
pascabencana;
4) Pemantauan, evaluasi, dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan
kebijakan umum di bidang penanggulangan bencana pada
pascabencana.
e. Deputi Bidang Logistik dan Peralatan

Deputi Bidang Logistik dan Peralatan mempunyai tugas


melaksanakan koordinasi dan dukungan logistik dan peralatan dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana.

Deputi Bidang Logistik dan Peralatan menyelenggarakan fungsi:


1) Perumusan kebijakan di bidang logistik dan peralatan dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana;
2) Pelaksanaan penyusunan perencanaan di bidang logistik dan
peralatan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana;
3) Pemantauan, evaluasi, analisis, pelaporan pelaksanaan kebijakan di
bidang logistik dan peralatan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana.

C. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)


Badan penanggulangan bencana daerah atau BPBD adalah badan yang
menjalankan tugas dan fungsi penyelenggaraan penanggulangan bencana
didaerah.
1. Tugas dan Fungsi
a. Tugas
Badan mempunyai tugas pokok menetapkan pedoman dan
pengarahan, standardisasi dan prosedur tetap, menyusun dan
menetapka serta mengelola sistem data dan informasi kebencanaan,
mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang serta barang,
mempertanggung jawabkan penggunaan anggaran baik yang

7
bersumber dari APBD maupun sumber lainnya yang sah, dan
melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana.
b. Fungsi
Badan mempunyai fungsi :

1) Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana


dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat,
efektif dan efisien; dan

2) Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan


bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh.
2. Susunan Organisasi
BPBD terdiri dari :
a. Kepala : Kepala BPBD dijabat secara rangkap (ex-officio) oleh
Sekretaris Daerah. Kepala BPBD membawahi unsur pengarah
penanggulangan bencana dan unsur pelaksana penanggulangan
bencana. Kepala BPBD bertanggung jawab langsung kepada
Kepala Daerah.
b. Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana
Tugas unsur pengarah:
1) Unsur Pengarah mempunyai tugas memberikan masukan dan
saran kepada Kepala BPBD dalam penanggulangan bencana.
2) Untuk melaksanakan tugas
fungsi unsur pengarah :
1) Perumusan kebijakan penanggulangan bencana daerah
2) Pemantauan
3) Evaluasi dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana
Keanggotaan
1) Ketua Unsur Pengarah dijabat oleh Kepala BPBD.
2) Anggota unsur pengarah berasal dari:
a) Lembaga/instansi pemerintah daerah yakni dari badan/dinas
terkait dengan penanggulangan bencana.

8
b) Masyarakat profesional yakni dari pakar, profesional dan
tokoh masyarakat di daerah.
3) Jumlah Anggota Unsur Pengarah
a) BPBD Provinsi Anggota unsur pengarah berjumlah 11
(sebelas) anggota, terdiri dari 6 (enam) pejabat
instansi/lembaga pemerintah daerah dan 5 (lima) anggota
dari masyarakat profesional di daerah.
b) BPBD Kabupaten/Kota Anggota unsur pengarah berjumlah
9 (sembilan) anggota, terdiri dari 5 (lima) pejabat
instansi/lembaga pemerintah daerah dan 4 (empat) anggota
dari masyarakat profesional di daerah.
c) Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana
Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana mempunyai
tugas melaksanakan penanggulangan bencana yang
meliputi prabencana, saat tanggap darurat, dan
pascabencana secara terintegrasi.
Susunan organisasi Unsur Pelaksana BPBD terdiri atas;
1) Kepala Pelaksana;
2) Sekretariat Unsur Pelaksana : mempunyai tugas membantu
Kepala Pelaksana dalam mengkoordinasikan perencanaan,
pembinaan dan pengendalian terhadap program,
administrasi dan sumberdaya serta kerjasama.
3) Bidang/Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan : mempunyai
tugas membantu Kepala Pelaksana dalam
mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan di bidang
pencegahan, mitigasi dan kesiap siagaan pada pra bencana
serta pemberdayaan masyarakat.
4) Bidang/Seksi Kedaruratan dan Logistik : mempunyai tugas
membantu Kepala Pelaksana dalam mengkoordinasikan dan
melaksanakan kebijakan penanggulangan bencana pada saat
tanggap darurat dan dukungan logistik.

9
5) Bidang/Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi : mempunyai
tugas membantu Kepala Pelaksana dalam
mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan di bidang
penanggulangan bencana pada pasca bencana.
3. Tata Kerja
a. Kepala BPBD Provinsi/Kabupaten/Kota bertanggung jawab
mengendalikan dan mengarahkan pelaksanaan tugas Unsur
Pengarah dan Unsur Pelaksana BPBD Provinsi/Kabupaten/Kota.
b. Unsur Pengarah melaksanakan sidang anggota secara berkala atau
sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan oleh
Kepala BPBD selaku Ketua Unsur Pengarah Penanggulangan
Bencana.
c. Unsur Pengarah dapat mengundang lembaga pemerintah baik pusat
maupun daerah, lembaga usaha, lembaga internasional atau pihak
lain yang dipandang perlu dalam sidang anggota Unsur Pengarah
Penanggulangan Bencana.
d. Pimpinan Unsur Pelaksana BPBD Provinsi/Kabupaten/Kota
mengendalikan pelaksanaan tugas dan fungsi di lingkungan
masing-masing BPBD Provinsi/Kabupaten/Kota.
e. Pimpinan Unsur Pelaksana wajib menerapkan prinsip koordinasi,
integrasi dan sinkronisasi di lingkungan masing-masing maupun
antar unit organisasi dalam
lingkungan BPBD Provinsi/Kabupaten/Kota serta dengan instansi
lain di luar BPBD dan organisasi kemasyarakatan sesuai bidang
tugasnya.

10
11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bencana adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alam yang tidak
mungkin kita hindari dari kehidupan manusia, Banyak masalah yang
berkaitan dengan bencana alam. Kehilangan dan kerusakan termasuk yang
paling sering harus dialami bersama datangnya bencana itu. Harta benda dan
manusia terpaksa harus direlakan, dan itu semua bukan masalah yang mudah
dan juga terhambatnya laju perekonomian daerah tersebut.

Dalam upaya meminimalisir dampak yang akan di timbulkan dari


suatu bencana, manusia harus memiliki sikap dan kebijakan, salah satunya
adalah dengan cara membentuk suatu lembaga atau organisasi yang fungsi
nya adalah sebagai penanggulangan suatu bencana. Di Indonesia sendiri
terdapat banyak lembaga-lembaga atau organisasi sosial yang memiliki fungsi
salah satunya adalah fungsi penanggulangan bencana. Dalam
penanggulangan bencana dibutuhkan sebuah regulasi panduan dasar yang
dapat dijadikan pedoman dalam menanggulangi bencana di Indonesia, agar
proses penanggulangan itu sendiri berjalan dengan sistemis dan sistematis.

B. Saran
Sebaiknya masyarakat Indonesia baik yang muda maupun yang tua
harus bisa memahami dan mengerti serta tau tentang peta bencana di
daerahnya agar bisa mengantisipasi ketika bencana datang.

12
DAFTAR PUSTAKA

BNPB. 2008. Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 8 tahun 2008 (diakses
pada tanggal 28 Februari 2019 di
https://www.bnpb.go.id/ppid/file/Perpres_08_2008.pdf)

BPHN. Peraturan Daerah Jawa Barat. (diakses pada tanggal 28 Februari 2019 di
http://www.bphn.go.id/data/documents/10pdprovjabar002.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/33968/Chapter%20I.pdf?
sequence=4&isAllowed=y)

13

Anda mungkin juga menyukai