Evaluasi Renaksi 2018 TBC, Imunisasi Rencana TL 2019 PDF
Evaluasi Renaksi 2018 TBC, Imunisasi Rencana TL 2019 PDF
ANUNG SUGIHANTONO
SISTEMATIKA
• PENDAHULUAN
• TBC
• IMUNISASI
• PENUTUP
ANUNG untuk RAKORPOP 2018 3
PENDAHULUAN
TINDAK LANJUT RAKERKESNAS 2018 4
PELAKSANAAN RAD (Apr-Des) • Penyisiran kasus TB di RS • Deteksi/ Screning kasus TB di KKP
• Monev
• Bimtek • Integrasi SITT dan SIMRS • Kajian oleh B/BTKLPP
SITUASI TW III 2018
Situasi TW III 2017
TUBERCULOSIS
TUBERCULOSIS
365.000 kasus TBC diobati tidak dilaporkan (36%) Notifikasi : 370.838
290.000 kasus TBC tidak terdeteksi dan tidak terjangkau Penyisiran Kasus di RS :
(28%)
Penyisiran kasus di RS : 42.903 Kasus (di 16 Prov, 42 Kab/
93.642 kasus (Data tidak lengkap)
kota dan 115 RS) 53.407 kasus (data lenkap)
Notifikasi 2017 : 446.732 kasus TBC RO : Konfirm 6.738 kasus,
TBC RO : Konfirm 5.327 kasus, Diobati : 3.283 Kasus
Diobati : 3.278 kasus
IMUNISASI 14 Mei :DKI
IDL TW III : 60,9%
Kasus PD3I : 1.061
Tandatangan Komitmen IMUNISASI
KLB Campak : 349 Bebas TB IDL TW III 2018 : 55,4%
Kasus PD3I : 828
KLB Campak : 52
Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
DOKUMEN RAD EVAUASI P2P (8-
TUBERCULOSIS 11 Ags)
• CDR: 32 %
1 RAD Provinsi • SR : 57 %
RAKONTEK P2P PROVINSI
(Mar –Apr) 19 RAD Kab/ Kota • IDL : 34,4 % RAKORPOP (22 –
RAKONTEK • 8 Prov. Integrasi dengan • Kasus Difteri : 24 Nov)
P2P (19-12 Mar) yankes dan kesmas 654
• Integarsi • 2 Prov Integrasi dengan IMUNISASI
dengan Kesmas 34 RAD Provinsi Ket.
Yankes, • 1 Prov Integrasi dengan EVALUASI PROV BINWIL P2P (Jul-Okt) • RAD Imunisasi adalah RAD yang disusun
farmalkes farmalkes dan Yankes
479 RAD Kab/ Kota • Baten, Sumsel, Sulsel, Papua Barat dan Sulbar pada saat Rakerkenas dan rakontek
• RAD TBC adalah RAD yang sduah
dan kesmas • 22 Prov tidak terintegrasi ditandatangani oleh Gubernur atau
Bupati/ walikota
Rakerkesnas,
5-8 Maret
ANUNG untuk RAKORPOP 2018
5
KONSEP PENGUATAN KEGIATAN
PRO AKTIF
DUKUNGAN LS
PROSES OUTPUT
INPUT
• CDR TB ↗️
• Implementasi RAD • Cakupan
• DOK RAD • Manajemen Imunissi ↗️
didaerah • KLB PD3I
• Dukungan UPT ↘️
INTEGRASI • Dukungan LS
SINERGI
PELAKSANAAN RAD
ANUNG untuk RAKORPOP 2018 6
TBC
ANUNG untuk RAKORPOP 2018 7
60.0%
53.9%
51.1% 51.3% 50.7% 50.1%
48.9%
50.0% 47.1% 47.5%
45.0%
41.2% 41.7%
39.0% 38.4% 38.8%
40.0% 36.6%
34.8% 35.4%
35.3%
37.6%
33.3% 33.9% 33.7% 33.1%
31.8% 31.5%
31.4% 32.4%
29.9% 30.5% 29.9% 30.5% 29.3%
28.9%
30.0% 26.7% 27.7% 26.4%
25.0%
26.9%
26.7% 27.2%
25.6% 25.7%
28.1%
27.4%
25.8%
27.5%
24.1%
23.5% 24.1%
23.0% 22.3% 23.0% 22.6%
22.2% 21.8% 23.1% 22.7% 22.9%
19.5%
21.3%
19.9% 20.1% 21.0%
20.9% 20.5% 21.3%
19.1%
20.0%
10.0%
0.0%
80%
78% 77% 78% 78%
77% 76% 76% 77% 76%
74% 74% 75% 74% 74% 73% 75% 75%
73%
71% 71% 71% 71%
70% 69% 68% 69%
68% 67%
67%
64%
61%
60%
50% 51%
49%
20%
0%
• Lengkap adalah variabel nama, jenis kelamin, umur, tanggal mulai pengobatan, lokasi anatomi, tipe
diagnosis, kode ICD X terisi
0
1000
1500
2000
2500
3000
Tanjung Pinang 2386
Ternate 2379
bandung 1824
Denpasar 1250
Surabaya 1022
Jambi 1007
Pontianak 714
Mataram 623
Ambon 579
Samarinda 570
Merauke 537
Deteksi TBC diwilayah Pelabuhan
Tembilahan 535
banjarmasin 512
Kendari 494
Probolinggo 453
Dumai 451
Palembang 450
Balikpapan 448
tarakan 445
Jumlah Pemeriksaan TB
Banten 440
Soeta 429
Manokwari 414
4. Dukungan UPT P2P
Panjang 400
Jumlah TB Positif
Sampit 376
manando 354
Medan 320
Batam 298
Semarang 275
22.442 Screening TBC 165 Positif TBC
padang 254
palu 250
jogja 200
sabang 150
11
Lhoksemawe 107
Biak 82
Palangkaraya 82
Tj. Priok 13
Cilacap 3
12
KESIMPULAN TBC
• Terjadi peningkatan CDR TW 3 Tahun 2018 tetapi SR TW 3 Tahun 2018 menurun
• Kegiatan yang meningkatkan cakupan, Antara lain :
a. Penyisiran kasus RS dan DPM
b. Penemuan kasus secara aktif pada tingkat desa melalui PIS PK
c. Keterlibatan peran kader dalam investigasi kontak,
d. Intensifikasi penemuan kasus di BP/Poli yang dipantau oleh kepala Puskesmas setiap
minggu,
e. Mewajibkan seluruh DPM untuk merujuk terduga TBC
f. Skrining di tempat khusus ( Lapas, ODHA dll)
ANUNG untuk RAKORPOP 2018 13
Langkah Kegiatan 2019
Daerah dengan CDR<70% dan SR<90% Daerah dengan CDR<70% dan SR>90%,
CDR>70% dan SR<90%, CDR>70% dan SR>90%
• Meningkatkan komitmen Kepala Daerah melalui • Meningkatkan komitmen Kepala Daerah melalui
penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD)
• Melakukan penemuan pasien secara aktif (terintegrasi
PIS PK, pasif), dan masif
• Melakukan penguatan surveilan TBC berbasis
digital
• Melakukan surveilan aktif melalui penyisiran data di RS
dan integrasi SITT dan SIMRS • Meningkatkan jejaring PPM TBC
• Meningkatkan kapasitas PMO dan pelacakan kasus • Menemukan pasien TB secara pasif intensif dan
mangkir promotif terintegrasi PIS PK
• Menerapkan mandatory notification (PMK NO.67/2016 • Mengendalikan faktor risiko (perilaku dan
dan SE Dirjen Yankes no. HK.02.02/2201/2018) lingkungan)
• Melakukan sinkronisasi dengan BPJS
• Menggunakan TCM untuk deteksi dini TBC
• Membentuk Jejaring Public Private Mix (PPM) TBC dan
memberdayakan koalisi organisasi profesi (KOPI ) TB • Meningkatkan kapasitas SDM TBC
• Meningkatkan surveilans • Meningkatkan penemuan TBC laten
• Menggunakan TCM untuk deteksi dini TBC (membangun • Meningkatkan kapsitas PMO dan pelacakan
jejaring dengan transport sputum) kasus mangkir
• Meningkatkan promosi dan pengendalian faktor risiko • Melakukan surveilan aktif melalui penyisiran data
(perilaku dan lingkungan)
di RS dan integrasi SITT dan SIMRS
• Investigasi kontak melalui pemberdayaan
masyarakat/kader • Meningkatkan penemuan TBC melalui
penguatan kolaborasi layanan ( HIV, DM, Gizi,
KIA, PAL)
ANUNG untuk RAKORPOP 2018 14
IMUNISASI
100
120
20
40
80
60
0
40
55
Jabar 97.44
60.8
75.5
DKI 97.67
Jawa
58.8
72.2
DIY 98.02
67.3
73
Jatim 105.92
62.1
67.5
Jateng 104.64
52.2
65.1
Babel 65.37
62.9
74.23
Jambi 82.50
48.3
57.2
Kaltara 65.69
46.9
51.3
Sumut 56.10
Naik : 41 % Prov
37.1
41.4
Malut 84.99
Luar Jawa
85
88
NTT 93.76
33.2
37.7
Kaltim 84.39
73.9
76
Sumsel 78.17
26.4
28
Papua Barat 101.64
38
39
Aceh 9.55
2017
2018
67.3
66.5
NTB 65.98
MR
59.7
57.9
Kalsel 56.72
81.33
78.3
Sumbar 39.92
TAHUN 2017 DAN 2018
45.3
41.7
Kepri 56.89
48.1
44.4
100
0
20
40
60
80
Maluku 88.28
68.3
64.3
Bengkulu 83.77
57.2
51.9
Sulbar 73.18
62.8
52.6
CAKUPAN IDL TW 3 & MR MENURUT PROVINSI
Sultra 75.63
51.9
2017
41.2
61.2
Gorontalo
Luar Jawa
96.71
65
53.7
Sulteng 91.81
63.6
48.9
Bali 95.57
Turun : 59% Prov
52.2
34.9
Kalbar 74.77
79.3
56.7
Sulsel 75.83
68.8
40.2
Cakupan Imunisasi NASIONAL
Papua 68.89
85
54
Kalteng
2018
82.28
55.8
74.5
41.9
Lampung 96.60
90.4
55.2
Sulut 94.24
73.3
36.3
Riau 41.73
81.8
66.38
Banten 95.8
Jawa
Cakupan Kampanye Imunisasi MR Fase 2 Nasional
Per 20 November 2018 Pukul 18.00 WIB
Total Kabupaten/Kota dengan cakupan:
> 95% 124
85-95% 54
75-85% 51
65-75% 36
55-65% 38
45-55% 20
35-45% 19
25-35% 19
15-25% 10
5-15% 17
<5% 7
BANTEN 4 4 0 2 7 1 2 1 8 29
300 GORONTALO 6 0 8 2 2 1 0 1 0 20
BANGKA BELITUNG 3 0 2 4 5 0 3 0 0 17
MALUKU 13 3 0 0 0 0 0 0 0 16
SULAWESI UTARA 0 0 0 2 5 0 0 0 0 7
200 PAPUA BARAT 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2
BENGKULU 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SULAWESI TENGAH 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
MALUKU UTARA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
100
0
NUSA TENGGARA…
NUSA TENGGARA…
SUMATERA SELATAN
KEPULAUAN RIAU
JAWA TIMUR
KALIMANTAN TIMUR
MALUKU
SUMATERA UTARA
BALI
JAKARTA
RIAU
YOGYAKARTA
BANTEN
BENGKULU
JAWA BARAT
BANGKA BELITUNG
PAPUA BARAT
LAMPUNG
SUMATERA BARAT
ACEH
JAWA TENGAH
SULAWESI TENGGARA
GORONTALO
KALIMANTAN SELATAN
PAPUA
KALIMANTAN UTARA
MALUKU UTARA
SULAWESI SELATAN
KALIMANTAN BARAT
JAMBI
SULAWESI UTARA
SULAWESI BARAT
SULAWESI TENGAH
KALIMANTAN TENGAH
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep
Province
NP-AFP Rate
0
2
3
4
6
1
5
Jambi
Jawa Tengah
Sumatera Selatan
Sulawesi Selatan
No case/report
DI Yogyakarta
NP AFP rate ≥ 2
Jawa Timur
NP-AFP Rate
INDONESIA
Nusa Tenggara Timur
Aceh
Sumatera Utara
Provinsi
Kalimantan Timur
Bengkulu
Published 21 November 2018
Kepulauan Riau
Sulawesi Tenggara
Non POLIO AFP RATE 2018
Jawa Barat
Lampung
Target NP-AFP Rate
Riau
Banten
• 121 kasus pending belum di follow up
• 162 kasus belum terlaporkan ke Pusat
Papua
Nusa Tenggara Barat
Kalimantan Utara
Kalimantan Selatan
Papua Barat
Gorontalo
Sulawesi Tengah
Maluku
Maluku Utara
Distribusi kasus difteri s.d mgg 46 Tahun 2018
ANUNG untuk RAKORPOP 2018 20
Pembelajaran dari pelaksanaan
RAD IMUNISASI
KEBERHASILAN PROGRAM… TANTANGAN PROGRAM…
Kesimpulan Imunisasi
1.Cakupan imunisasi turun dari tahun 2017
2.Jumlah KLB penyakit Campak turun dari tahun 2017
3.62,5 % RAD ditingkat Provinsi dapat dilaksanakan
4.Kegiatan yang berpengaruh pada peningkatan cakupan, antara lain :
Pertemuan/ Koordinasi, Kegiatan Aktif ke Sasaran, Bimbingan Teknis dan
Penyediaan Media KIE
5.Tantangan Pelaksanaan Program, antara lain : Penolakan Masyarakat
(19%), Perbedaan data Sasaran Pusdatain dan Riil (14%), Isu Haram (14%)
dan Mutasi Petugas (14%)
ANUNG untuk RAKORPOP 2018 IMUNISASI 22
Rencana Tindak Lanjut Program
Imunisasi Tingkat Pusat Tahun 2019
Peningkatan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata serta terjangkau melalui
kegiatan:
Sweeping dan Drop-out Follow Up (DOFU)
Backlog Fighting (BLF) DAERAH SULIT:
Crash Program Kerja sama dengan LS
Peningkatan kualitas pelayanan imunisasi melalui : terkait untuk dukungan
dalam menjangkau
Petugas yang kompeten
daerah sulit (TNI,
Peralatan & logistik yang memenuhi standar POLRI, Swasta)
Penggerakan Masyarakat untuk Mau dan Mampu menjangkau pelayanan Mewajibkan kegiatan
SOS sebagai strategi
imunisasi melalui Pemberdayaan organisasi kemasya- rakatan, Organisasi utama untuk daerah
Profesi & Lintas Sektor/ Lintas Program sulit (dikuatkan dengan
Advokasi dan sosialisasi kepada stakeholder dengen melibatkan LS/LP terkait PERDA)
seperti Kemendagri, Kemendikbud, Kemenag, MUI dll
ANUNG untuk RAKORPOP 2018 23
SURVEILANS
Kendala Tindaklanjut
• Fokus pada cakupan imunisasi untuk
• Pasca sertifikasi eradikasi polio mempersempit imunity GAP
regional, Kinerja surveilans AFP • Suskesnya MR kampanye di Pulau Jawa
menurun harus diikuti dengan cakupan rutin MR >
95% baik balita baupun batuta
TERIMA KASIH
ANUNG untuk RAKORPOP 2018 26
Pada Minggu Ke-46 Tahun 2018 terjadi 13 KLB di 13 Kab/Kota (Kab. Aceh Utara, Kab. Bandung,
Kab. Kapuas, Kab. Bogor, Kota Jakarta Timur, Kota Bandung, Kab. Merangin, Kota Jakarta Utara,
• Bali, Riau dan Sumsel mencapai respons alert > 80%, sementara Kab. Bangkalan, Kota Singkawang, Kota Palembang dan Kab. Ngawi) di 8 Provinsi (Aceh, Jawa
yang lain belum mencapai target di mggu 45 tahun 2018 agar Barat, Kalimantan Tengah, DKI Jakarta, Jambi, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sumatra Selatan).
meningkatkan kelengkapan, ketepatan laporan dan respons Alert. Dari 13 KLB/Dugaan KLB tersebut, 69% disebabkan karena Difteri, 15% karena Keracunan
• Dari data SKDR minggu 45 tahun 2018 (secara nasional Pangan, 8% karena DBD dan 8% karena Hepatitis A. Kasus Difteri terbanyak terjadi di Provinsi
kelengkapan laporan 85%, ketepatan 77%, respons 74%), alert yang Jawa Timur dan DKI Jakarta 2 kasus).
paling banyak muncul adalah GHPR dan Campak.
1 kasus suspek difteri pada suatu wilayah Kab/Kota dikatakan sebagai KLB.
• Suspek Dengue, GHPR dan diare terjadi peningkatan pada mggu
45 di beberapa provinsi Jumlah KLB di minggu 1 – 46 tahun 2018 sebanyak 1057 kejadian. Sementara pada tahun 2017
jumlah KLB yang dilaporkan dan diverifikasi sebanyak 801 Kejadian
ANUNG untuk RAKORPOP 2018 28
HIV AIDS
HAL PENTING
• Tujuan pencegahan dan pengendalian HIV
AIDS dan IMS adalah eliminasi HIV di tahun
2030 (3 zero) – Zero new HIV infection, Zero 1. Pengetahuan masyarakat yang benar
AIDS related death dan Zero discrimination tentang HIV AIDS - bahwa HIV tidak mudah
• Strategi dilakukan dengan STOP:
menular dan HIV adalah seperti penyakit
• Suluh untuk pencegahan dan penurunan stigma
kronis lainnya yang sudah ada obatnya -
dan diskriminasi dapat menurunkan stigma dan diskriminasi
• Tes untuk menemukan sebanyak-banyaknya terhadap ODHA
kasus
• Obati untuk memulai terapi ARV lebih dini
2. Peran lintas program, lintas sektor serta
• Pertahankan untuk meningkatkan kepatuhan
minum obat sehingga jumlah virus HIV dalam masyarakat sangat penting dalam upaya
tubuh dapat ditekan penurunan stigma dan diskriminasi
Persentase Kab/Kota Telah Eliminasi Malaria
dan Kab/Kota Endemis Rendah (API < 1/1000) Per
Provinsi, 2017 Belum
ada
kab/kot
a yg
eliminasi
PERBANDINGAN JUMLAH KASUS POSITIF PER PROVINSI
PER OKTOBER TH.2017 & 2018
3983
4500
4000
3500 2017 2018
3000
2500
1562
2000
1066
1003
1500
899
660
1000
432
340
302
256
248
243
230
210
158
153
123
121
119
111
107
102
500
90
80
45
42
42
20
12
1
1
0
0
102869
120000
93541
100000
2017 2018
80000
60000
40000
22705
11705
20000 11196
3143
5889
864
831
740
726
625
536
532
529
467
120
116
1627
61
33
46
16 524 1 391 30 16 351 15 459 388 64 140 341 193
0
Secara nasional jumlah kasus positif malaria per oktober 2018 sebanyak 119.007 dan pada periode yang sama tahun
2017 kasus malaria sejumlah 155.593.
Tantangan dan Peluang 31
• Tantangan
1. Tingginya angka kesakitan di Kawasan Timur Indonesia terutama Papua
2. Akses layanan malaria pada populasi sulit
3. Penularan malaria pada populasi khusus seperti Penambang illegal, pekerja pembalakan
liar, perkebunan illegal dan suku asli yang hidup di hutan
4. Menjaga daerah dari penularan lokal malaria setelah mendapat sertifikat
• Peluang
1. Penguatan koordinasi lintas sektor dalam penanggulangan malaria dengan terbentuknya
malaria center di 5 wilayah adat di Prop. Papua
2. Telah tersedianya payung hukum untuk deteksi dini dan pengobatan bagi daerah sulit
berupa Permenkes No 41/2018
3. Surat edaran Menteri Kesehatan tahun 2018 kepada seluruh Bupati dan Lintas Kementerian
tentang percepatan eliminasi malaria
4. Pemanfaatan dana desa untuk penanggulangan Malaria
ANUNG untuk RAKORPOP 2018 32
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN LEPTOSPIROSIS
Leptospirosis di Indonesia TANTANGAN
Thn 2007 – 2018 (s.d Maret) 1. Surveilans Leptospirosis belum optimal ( surveilans kasus dan
faktor risiko)
1000
923
25.00 2. Kurangnya kapasitas laboratorium yang mampu melakukan
908
900
pemeriksaan konfirmasi kasus leptospirosis
830
3. Pengendalian vektor (rodentia ) yang kurang terintegrasi.
800 20.00
500
426 409 404
400 335 10.00 Solusi
1. Penguatan surveilan leptospirosis ( dilakukan surveilan
300 255
215 sentinel leptospirosis daerah yang endemis leptospirosis
200 136 5.00 Banten, Sumsel, DKI Jakarta, Jatim, Jateng, Jabar, DIY )
100 57 43
82 60 62 61 61 51 2. Penguatan kapasitas laboratorium (B/BTKLPP, Laboratorium
22 23 29
Daerah )
0 0.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
3. Pengendalian leptospirosis yang terintegrasi melibatkan lintas
Kasus Meninggal CFR
sektor.
ANUNG untuk RAKORPOP 2018 33
CAKUPAN DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DAN
KANKER LEHER RAHIM
Papua 1.00
Sulawesi Tenggara 1.68
Banten 2.33
Gorontalo 2.65
NAD 3.07
Maluku Utara
Sulawesi Barat
Jawa Barat
3.81
4.18
5.13
Jumlah Diperiksa=
3.449.017 Target 2019
Harapan :
Kalimantan Tengah 5.45 IVA positif= 112.157
Kalimantan Barat
NTT
5.79
5.80
orang (3%) 50%
Jambi
Sulawesi Selatan
6.03
6.09 • Peningkatan
Cakupan sesuai
Papua Barat 6.64
Target
Maluku 6.78
Kalimantan Timur 7.43
Jawa Tengah
Bengkulu
7.49
8.09
Epidemiologis Target
Kep. Riau 8.14
Nasional
Sulawesi Tengah
9.22
9.74 80%
Sumatera Utara
DIY
9.78
10.23
• Kerjasama dengan
Riau
Jawa Timur
10.83
10.98 TP-PKK dan LSM
Kalimantan Utara
Lampung
13.21
13.28 Total Target
37.415.483
Sulawesi Utara 13.41
NTB 15.57
Sumatera Selatan 16.76
Kalimantan Selatan 17.80
DKI Jakarta 18.93
Sumatera Barat 19.37
Bangka Belitung 25.53
Bali 26.26
97.79
96.71
96.71
96.60
95.57
95.57
94.29
93.90
100.00
93.90
93.76
91.19
91.19
88.64
1. Masalah kehalalan vaksin perbedaan
88.16
Nasional:
82.96
83.83
83.77
82.74
persepsi/pemahaman Fatwa MUI No. 33 Tahun 2018
81.82
81.76
81.40
79.43
79.22
78.77
77.76
77.61
78.17
69,25% 2. Kurangnya kesadaran masyarakat : manfaat imunisasi dan
75.63
74.55
75.20
80.00
73.79
74.58
73.42
73.18
keamanan vaksin
68.92
69.25
67.57
68.38
66.59
65.25
65.69
65.54
65.37
3. Informasi negatif/hoax
62.56
4. Komitmen dan dukungan Pimpinan Daerah tidak optimal di
57.14
56.15
56.89
55.51
56.15
55.51
Cakupan (%)
60.00
beberapa wilayah
5. Hambatan geografis, keterbatasan SDM, keterbatasan biaya
41.40
41.40
39.94
39.26
40.00
9.45
untuk memobilisasi dukungan terhadap kampanye imunisasi MR
9.45
3. Menyusun ulang mikroplanning, terutama identifikasi sasaran baik jumlah maupun lokasi
sasaran berada (sekolah, posyandu, kelompok resiko tinggi, dan pos kesehatan lain)
0.00 4. Mengoptimalkan advokasi dan sosialisasi kepada pimpinan daerah, MUI dan pihak lain yang
terkait, pendekatan kepada sekolah atau kelompok masyarakat yang masih belum menerima
imunisasi MR serta memberikan motivasi kepada petugas kesehatan.
5. Surat permohonan dari Kemenkes ke Kominfo untuk menindaklanjuti hoax KIPI di media massa
dan medsos untuk membuat efek jera
6. Press Briefing terkait pelaksanaan Kampanye Imunisasi MR di lapangan dan penjelasalan KIPI
7. Surat Edaran Bersama 4 Menteri terkait untuk penguatan komitmen terhadap imunisasi MR
(Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri
Kesehatan)
Telah mencapai target 2019 Telah mencapai target 2018 Belum mencapai target 2018
Jumlah IPWL Tahun 2011-2016 Inpres No 6 thn 2018 tentang Rencana Aksi Nasional P4GN
(Pencegahan & Pemberantasan Penyalahgunaan & Peredaran Gelap Narkotika
600 549 & Prekusor Narkotika)
500 434
Jumlah IPWL
400 316
274 Dalam RAN P4GN Kewajiban yg harus dilakukan K/L dan PEMDA adalah :
300
1. Sosialisasi bahaya narkotika dan P4GN kepada ASN
200 174
131 2. Pembentukan regulasi P4GN
100 3. Pelaksanaan tes urine kpd seluruh pegawai ASN termasuk calon ASN
4. Pembentukan satgas/relawan anti narkotika
0
5. Pengembangan potensi masyarakat pada kawasan rawan narkotika
201120122013201420152016 6. Penyediaan data terkait pencegahan Napza
KLINIK/
mengikutsertakan peran masyarakat dan pelaku usaha sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
LEMBAGA REHAB
BNN
5. Melakukan Instruksi Presiden ini dengan penuh tanggung jawab
TP-KJM (TIM PENGARAH, PELAKSANA KESEHATAN JIWA MASYARAKAT)
ANUNG untuk RAKORPOP 2018 37
Tugas Tim TPKJM
PELAKSANAAN
6 terlaporkan 3 38% 5 63% 8
7 Ketersediaan logistik masih rendah 0 0% 2 100% 2
7 Kolaborasi layanan TB belum optimal 4 40% 6 60% 10
8 Pelaksanaan KOPI TB belum optimal 1 8% 12 92% 13
8 Pelaksanaan KOPI TB belum optimal 6 40% 9 60% 15
PROGRAM 9
Belum terbentuknya PERDA/PERGUB/PERWALI
untuk RAD TBC 7 41% 10 59% 17
Kurangnya edukasi dan adanya stigma di petugas
9 kesehatan dan masyarakat 1 10% 9 90% 10
Desentralisasi layanan TB RO di puskesmas masih
10 Masih tingginya lost to follow up 5 42% 7 58% 12 10 rendah 1 11% 8 89% 9
11 Dukungan psikososial belum optimal 6 43% 8 57% 14 11 Kolaborasi layanan TB belum optimal 1 13% 7 88% 8
12 Sistem transportasi sputum belum berjalan optimal 16 47% 18 53% 34 12 Sistem transportasi sputum belum berjalan optimal 4 13% 27 87% 31
13 Belum melakukan penemuan kasus secara aktif 9 47% 10 53% 19
13 Belum terintegrasinya SITT dan SIMRS 2 14% 12 86% 14
14 Belum terintegrasinya SITT dan SIMRS 8 50% 8 50% 16
14 Adanya efek samping dalam pengobatan TB RO 1 14% 6 86% 7
Belum optimalnya integrasi penemuan kasus TBC Belum ditindaklanjuti KMK No. 350 tentang layanan
15 dengan PIS-PK 8 50% 8 50% 16 15 TB RO 1 14% 6 86% 7
16 Tidak dilakukan pelacakan kasus mangkir 4 50% 4 50% 8 16 Belum melakukan penemuan kasus secara aktif 3 17% 15 83% 18
Jejaring layanan internal dan eksternal untuk 17 Dukungan psikososial belum optimal 2 17% 10 83% 12
17 pelaporan kasus TBC belum berjalan dengan baik 6 50% 6 50% 12 18 Tidak semua kabkota memiliki data officer 3 17% 15 83% 18
18 Tidak semua kabkota memiliki data officer 10 50% 10 50% 20 19 Tidak ada dukungan fasyankes swasta 2 18% 9 82% 11
19 Uji mutu pemeriksaan Lab belum optimal 2 50% 2 50% 4
20 Belum melakukan sinkronisasi dengan BPJS 4 19% 17 81% 21
20 Tidak ada dukungan fasyankes swasta 7 54% 6 46% 13 Belum semua fasyankes melakukan wajib lapor
21 Belum melakukan sinkronisasi dengan BPJS 13 54% 11 46% 24 21 kasus TBC 2 20% 8 80% 10
22 PMO belum optimal 7 58% 5 42% 12 22 Pemanfaatan TCM masih rendah 2 20% 8 80% 10
23 Pemanfaatan TCM masih rendah 6 60% 4 40% 10 23 Masih tingginya lost to follow up 2 20% 8 80% 10
Adanya penolakan memulai pengobatan kasus TB 24 Dukungan dana untuk program TBC masih rendah 2 20% 8 80% 10
24 RO 6 60% 4 40% 10
Belum terbentuknya PERDA/PERGUB/PERWALI untuk
Masih adanya penggunaan regimen pengobatan
25 RAD TBC 3 21% 11 79% 14
25 jangka panjang 3 60% 2 40% 5
Adanya penolakan memulai pengobatan kasus TB
Pemberian INH pada ODHA dan anak masih
26 RO 2 22% 7 78% 9
26 rendah 3 60% 2 40% 5
Belum optimalnya integrasi penemuan kasus TBC
27 Adanya efek samping dalam pengobatan TB RO 5 63% 3 38% 8
Belum ditindaklanjuti KMK No. 350 tentang 27 dengan PIS-PK 4 27% 11 73% 15
28 layanan TB RO 5 63% 3 38% 8 Jejaring layanan internal dan eksternal untuk
Belum semua fasyankes melakukan wajib lapor 28 pelaporan kasus TBC belum berjalan dengan baik 3 27% 8 73% 11
29 kasus TBC 7 70% 3 30% 10 29 Hasil akhir pengoabatan belum semua terlaporkan 2 29% 5 71% 7
30 Belum optimalnya penyisiran kasus di RS 3 75% 1 25% 4 30 PMO belum optimal 3 30% 7 70% 10
Penemuan kasus di tempat khusus belum optimal 31 Dukungan LSM terbatas 1 33% 2 67% 3
31 (lapas/rutan/asrama) 2 100% 0 0% 2 32 Tidak dilakukan pelacakan kasus mangkir 3 38% 5 63% 8
Jaringan online kurang lancar dan adanya
Masih adanya penggunaan regimen pengobatan
32 kendala pada pengguhnaan aplikasi 1 100% 0 0% 1
33 jangka panjang 2 40% 3 60% 5
33 Pelacakan kontak belum optimal 1 100% 0 0% 1
Pengembangan puskesmas satelit menjadi
34 Ketersediaan logistik masih rendah 2 100% 0 0% 2
34 puskesmas pemeriksaan mikroskopis 1 50% 1 50% 2
100
150
200
250
300
350
400
50
0
349
2017
2018
52
ANUNG untuk RAKORPOP 2018
Nasional, 2017-2018
Frekwensi KLB Campak
10
20
30
40
50
60
70
80
0
71
JAWA_TIMUR
1 00
DKI_JAKARTA
26
JAWA_TENGAH
DI_YOGYAKARTA
13 11
JAWA_BARAT
4
0 1 0
BANTEN
31
SULAWESI_SELATAN
Turun
JAMBI
21 20
0 2
SUMATERA_SELATAN
KLB PD3I, Tahun 2017 dan 2018
15
BALI
10
2
SUMATERA_UTARA
13
5
KALIMANTAN_BARAT
SULAWESI_TENGAH
0 2
SUMATERA_BARAT
LAMPUNG
8 9 10 8
SULAWESI_TENGGARA
3 1 4
0
BENGKULU
2017
7
KALIMANTAN_SELATAN
2018
PAPUA_BARAT
BANGKA_BELITUNG
KALIMANTAN_TENGAH
KALIMANTAN_TIMUR
0 0 0 0 0
SULAWESI_UTARA
NUSA_TENGGARA_BARAT
NUSA_TENGGARA_TIMUR
3 3 2 2 2 2 31 53 1
KALIMANTAN_UTARA
0 00
KEPULAUAN_RIAU
GORONTALO
Frekwensi KLB Campak Per Provinsi 2017-2018
MALUKU
MALUKU_UTARA
40
42
11 11 00 1
PAPUA
ACEH
4
SULAWESI_BARAT
Naik
12 3 02
RIAU