PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ginjal adalah salah satu organ sistem kemih atau uriner yang bertugas menyaring
dan membuang cairan, sampah metabolisme dari dalam tubuh seperti diketahui setelah
sel-sel tubuh mengubah, makanan menjadi energi, maka akan dihasilkan pula sampah
sebagai hasil sampingan dari proses metabolisme tersebut yang harus dibuang segera
agar tidak meracuni tubuh.
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah). Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal cukup
tinggi. Di Amerika Serikat misalnya angka kejadian penyakit gagal ginjal meningkat
tajam dalam 10 tahun. Tahun 1996 terjadi 166.000 kasus gagal ginjal tahap akhir dan
pada tahun 2000 menjadi 372.000 kasus. angka ini diperkirakan, amsih akan terus naik.
Pada tahun pada tahun 2010 jumlahnya diperkirakan lebih dari 650.000 kasus.Selain
diatas, sekitar 6 juta hingga 20 juta individu di Amerika diperkirakan mengalami Gagal
Ginjal Konik (GGK) tahap awal. Hal yang sama juga terjadi di Jepang di negeri Sakura
itu, pada akhir tahun 1996 di dapatkan sebanyak 167.000 penderita yang menerima,
terapi pengganti ginjal. Sedangkan tahun 2000 terjadi peningkatan lebih dari 200.000
penderita (Brunner & Sudarth, 2002).
B. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk menjelaskan Gagal Ginjal Kronik
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan Gagal Ginjal Kronik
3. Agar dapat menerapkan asuhan keperawatan pasien dengan Gagal Ginjal Kronik pada
klien
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
Gagal ginjal kronis atau biasa kita sebit dengan CKD (cronic kodney disease)
merupakan suatu keadaan dimana ginjal mengalami kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit yang di
disebabkan oleh rusaknya struktur ginjal yang progresif dengan dengan gejala
penumpukan sisa metabolic didalam darah.
Gagal ginjal kronis juga disingkat dengan GGK adalah suatu sindrom klinis yang
disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif, dan
cukup lanjut. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerulus kurang dari 50 ml/menit.
B. ETIOLOGI
Gagal ginjal kronis dapat disebabkan oleh beberapa kondisi baik yang berasal dari
ginjal itu sendiri atau dapat dari luar tubuh. Akan tetapi apapun penyebab gagal ginjal
kronis, respon yang terjadi terhadap tubuh adalah penurunan fungsi ginjal secara
progresif.
2
Penyakit dari luar ginjal (ekstrinsik)
Beberapa penyakit dari luar ginjal yang dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal adalah
sebagai berikut:
Penyakit sistemik seperti penyakit diabetes mellitus, hipertensi dan juga kolesterol
tinggi serta dyslipidemia
Infeksi seperti penyakit tb paru, sifilis, malaria dan juga hepatitis, dan lain-lain.
Preeklamsi pada ibu hamil
Penggunaan obat-obatan dalam jangka panjang
Kehilangan banyak cairan yang mendadak seperti pada kondisi luka bakar.
C. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul
disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi
lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal
telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin
clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996)
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu:
1. Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal). Di tandai dengan kreatinin serum dan kadar
Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal dan penderita asimtomatik.
2. Stadium 2 (insufisiensi ginjal). Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak
(Glomerulo filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum
3
Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningkat
melebihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.
3. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir/uremia). Timbul apabila 90% massa nefron
telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10
ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum
nitrgen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992)
E. MANIFESTASI KLINIS
Pada kondisi gagal ginjal kronis, setiap sistem tubuh biasanya akan dipengaruhi oleh kondisi
seperti uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Tingkat keparahan
gejala yang muncul tergantung juga dari tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang
mendasari gagal ginjal , dan juga usia dari pasien itu sendiri.
4
Gejala yang muncul pada sistem kardiovaskuler pada gagal ginjal kronis biasanya mencakup
hipertensi atau darah tinggi yang di akibatkan oleh retensi cairan dan natrium dari aktivasi
system rennin-angiotenin-aldosteron, gagal jantung kongestif, dan edema pulmoner atau
edema paru-paru yang di akibatkan oleh penumpukan cairan yang berlebihan di paru-paru
dan perikarditis atau radang pada lapisan luar jantung yang di akibatkan oleh iritasi pada
lapisan pericardial oleh toksin uremia.
Sedangkan gejala yang sering muncul pada kulit pasien adalah mencakup rasa gatal yang
parah (pruritis). Butiran uremik, suatu penumpukan kristal urea di kulit, saat ini jarang terjadi
akibat penanganan dini dan agresif terhadap penyakit ginjal tahap akhir.
Gejala yang muncul pada sistem gastrointestinal biasanya anoreksia, mual, muantah dan
cegukan. Perubahan neuromuskuler mencakup perubahan tingkat kesadaran, ketidak
mampuan berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang.
Menurut Long, 1996, gejala dini dari gagal ginjal kronik adalah seperti lethargi, sakit kepala,
kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi. Sedangkan
gejala lebih lanjut dari gagal ginjal kronis adalah anoreksia, mual disertai muntah, nafas
dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan,
pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
Penyakit gagal ginjal kronis selain dapat mengganggu fungsi ginjal juga dapat menyebabkan
komplikasi pada tubuh, diantaranya adalah:
Hiperkalemia (tingginya kadar kalium didalam darah) yang diakibatkan penurunan
eksresi asidosis metabolic, katabolisme dan masukan diit berlebih yang berlebihan.
Perikarditis, efusi perincardial dan juga temponade jantung
Hipertensi yang diakibatkan oleh retensi cairan dan natrium serta mal fungsi sistem
rennin angioaldosteron
Anemia yang di akibatkan oleh penurunan eritroprotein, rentang usia sel darah merah,
pendarahan gasstrointestinal akibat iritasi pada lapisan mukosa saluran pencernaan.
5
Penyakit tulang seperti osteoporosis dan lain-lain yang diakibatkan oleh retensi fosfat
kadar kalium serum yang rendah metabolisme vitamin D, abnormal dan peningkatan
kadar aluminium
Laboratorium
6
Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukan Ph yang menurun, BE
yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan
retensi asam-asam organic pada gagal ginjal.
Radiology
Foto polos abdomen untuk dapat dilakukan untuk membantu menilai bentuk dan besar ginjal
(juga untuk melihat adanya batu atau obstruksi). Dehidrasi karena proses diagnostic akan
memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa dan harus
minum.
USG (ultrasonografi)
Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim
ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung
kemih dan juga prostat.
EKG (elektrokardiogram)
Pemeriksaan EKG ini ntuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
Tujuan dari penatalaksanaan medis pada gagal ginjal kronik adalah untuk mempertahankan
fungsi ginjal dan homeostasis tubuh selama mungkin. Semua faktor yang berperan dalam
terjadinya gagal ginjal kronik dicari dan kemudian diatasi.
Adapun penatalaksanaan gagal ginjal kronis yang dapat dilakukan adalah penatalaksanaan
konservatif yang meliputi pengaturan diet, cairan dan garam, memperbaiki
7
ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, mengendalikan hiperensi, penanggulangan
asidosis, pengobatan neuropati, deteksi dan mengatasi komplikasi.
Selain itu tujuan penatalaksanaan adalah untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
dan mencegah komplikasi-komplikasi untuk tubuh sebagai berikut :
Dialisis
Dialysis atau biasa kita sebut dialisa (cuci darah) dapat dlakukan untuk mencegah komplikasi
gagal ginjal yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialysis memperbaiki
abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat dikonsumsi sevara
bebas, menghilangkan kecenderungan pendarahan, dan membantu menyembuhkan luka.
Koreksi hiperkalemi
Koreksi anemia
Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Transfusi darah
hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, missal pada adanya insufisiensi koroner.
Koreksi asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium bikarbonat dapat
diberikan peroral atau parenteral. Hemodialisis dan dialysis peritoneal dapat juga mengatasi
asidosis
8
Pengendalian hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan. Mengurangi intake
garam dalam mengendalikan hipertensi harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal
disertai retensi natrium.
Transplantasi ginjal
Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien GGK, maka seluruh faal ginjal diganti
oleh ginjal yang baru.
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Identitas klien mulai dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tiinggal, dan lain-lain.
Identitas klien disini dapat menjadi penunjang informasi dalam memberikan asuhan
keperawatan.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasanya muncul pada kondisi gagal ginjal kronis atau CKD pada
umumnya bervariasi, mulai dari urine output sedikit bahkan hingga tidak ada urin output,
gelisah hingga terjadi penurunan kesadaran, anoreksia atau hilang nafsu makan, mual,
muntah, mulut terasa kering, rasa lelah berkepanjangan, napas berbau khas (bau ureum), dan
dapat terjadi gatal-gatal pada kulit.
Gejala paling khas pasien CKD biasanya terjadi penurunan urin output dan penumpukan
cairan atau edema pada ekstremitas atas maupun bawah.
PROMOSI KESEHATAN
Data Subjektif:
Riwayat penyakit yang seperti DM, Hipertensi, batu ginjal, dan lain-lain
Pengetahuan tentang penyakit biasanya kurang
10
DO:
KU biasanya tergantung dari berat ringannya gagal ginjal kronis mulai dari KU sedang
hingga sakit parah
TTV : TD biasanya tinggi, takikardi, takipnea, suhu meningkat
Terkadang ada riwayat pengoabatan/obat yg digunakan klien pada masa lalu
NUTRISI
DS:
Mual dan muntah, anoreksia
BB dapat menurun
Riwayat DM
DO:
Diare sekunder dari bau mulut ammonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna
sehingga sering di dapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
ELIMINASI
Sistem Urinarius
DS:
Riwayat penyakit kandung kemih seperti batu ginjal, BPH dan lain-lain
BAK biasanya sedikit dan bahkan tidak BAK
DO:
BAK sedikit dan bahkan tidak ada
Sistem Integuman
DS:
Kulit kering dan kasar
DO:
Itegritas kulit buruk dan elastisitas kulit jelek
11
AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT
Aktivitas
DS:
Kelelahan saat beraktivitas
DO:
Penampilan umum selama beraktivitas biasanya klien kelelahan
Risiko cidera saat berativitas
Kardiovaskular
DS:
Edema ekstremitas
DO:
Edema ekstremitas atas dan bawah
Turgor kulit jelek
Suhu biasanya normal
Auskultasi jantung, bunyi jantung normal
Respirasi
DS:
Napas cepat hingga sesak bau khas amoniak
DO:
RR biasanya lebih dari 20
Kualitas pernapasan cepat dangkal
12
PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DAPAT DI LAKUKAN UNTUK
MENUNJANG DIAGNOSA KEPERAWATAN CKD ATAU GAGAL GINJAL
KRONIS
Laboratorium
13
Radiology
Foto polos abdomen untuk dapat dilakukan untuk membantu menilai bentuk dan besar ginjal
(juga untuk melihat adanya batu atau obstruksi). Dehidrasi karena proses diagnostic akan
memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa dan harus
minum.
USG (ultrasonografi)
Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim
ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung
kemih dan juga prostat.
EKG (elektrokardiogram)
Pemeriksaan EKG ini ntuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
14
6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi , prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
Diagnose 1 : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan disfungsi ginjal dan retensi
natrium yang ditandai dengan penurunan keluaran urine dan retensi cairan
Indikator 1 2 3 4 5
Keseimbangan asupan dan haluaran dalam 24 jam
Berat badan stabil
Berat jenis urin dalam batas norma
Suara napas tambahan
Stress, distensi vena leher, dan edema perifer
Pengkajian
15
Tentukan lokasi dan derajat edema perifer, sacral, dan periorbital pada skala 1+
sampai 4+
Kaji komplikasi pulmonal atau kardiovaskuler yang diindikasikan dengan
peningkatan tanda gawat napas, nadi, TD, bunyi jantung yang abnormal, dan suara
napas tidak normal
Kaji ekstremitas atau bagian tubuh yang edema terhadap gangguan sirkulasi dan
integritas kulit
Kaji efek pengobatan
Pantau secara teratur lingkar abdomen atau ekstremitas
Aktivitas kolaboratif
Lakukan dialysis jika diindikasikan
Konsultasikan dengan penedia laanan kesehatan primer mengenai penggunaan stoking
antiemboli atau bulatan Ace
Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet dengan kandungan protein
yang adekuat dan pembatasan natrium
16
Aktivitas lain
Ubah posisi setiap….. (sebutkan)
Tinggikan ekstremitas untuk meningkatkan aliran balik vena
Pertahankan dan alokasikan pembatasan cairan pasien
Manajemen cairan (NIC): distribusikan asupan cairan selama 24 jam jika perlu
Perawatan dirumah
Bantu klien dan keluarga untuk menerapkan pembatasan diet dan latihan fisik
kedalam gaya hidup mereka
Kaji tingkat kepatuhan terhadap program terapi medis dan pengobatan
Kaji keluarga apakah mengenali tanda dan gejala memburuknya tingkat kelebihan
volue cairan dan bilamana harus menghubungi layanan kesehatan primer atau
ambulan darurat
Instruksikan klien untuk menimbang berat badannya setiap hari dengan alat timbangn
yang sama, beritahu dokter jika terdapat perubahan lebih dari 1,5 kg dalam 24 jam
Tentukan apakah ada factor yang dapat untuk mengganggu kemampuan klien atau
motivasi klien untuk mematuhi pembatasan cairan dan diet
17
Indikator 1 2 3 4 5
Penurunan asupan cairan
Penurunan asupan makanan
Penurunan haluaran urin
Gangguan keseimbangan cairan
Gangguan elektrolit serum
Gangguan status nutrisi
Penurunan berat badan
Pengkajian
Pantau gejala subjektif mual pada pasien
Pantau warna, berat jenis dan jumlah urin
Kaji penyebab mual
18
Pemantauan nutrisi (NIC):
Pantau kecenderungan peningkatan atau penurunan berat badan
Pantau adanya kulit kering dan pecah-pecah yang disertai depigmentasi
Pantau turgorkulit jika diperlukan
Pantau adanya pembengkakan atau pelunakan, penyusutan dan peningkatan
perdarahan pada gusi
Pantau tingkat energy, malaise, keletihan dan kelemahan
Pantau asupan kalori dan makanan
Aktivitas kolaboratif
Berikan obat antiemetic sesuai anjuran
Konsultasikan dengan dokter untuk memberikan obat pengendali nyeri yang adekuat
dan tidak menyebabkan mua pada pasien
Manajemen cairan (NIC): berikan terapi IV, sesuai dengan anjuran
Aktivitas lain
Tinggikan bagian kepala tempat tidur atau ubah posisi pasien lateral untuk mencegah
aspirasi
19
Pertahankan kebersihan klien dan tempat tidur saat terjadi muntah
Pindahkan segera benda-benda yang menimbulkan bau
Jangan menjadwakan tindakan yang menyebabkan nyeri atau mual sebelum atau
sesudah makan
Berikan perawatan mulut setelah terjadi muntah
Berikan kain basah yang dingin dipergelangan tangan, leher dan dahi pasien
Tawarkan makanan dingin dan makanan lainnya dengan aroma minimal
Pemantauan nutrisi (NIC): perhatikan perubahan ststus nutrisi yang signifikan dan
sesegera lakukan penanganan, jika perlu
Perawatan dirumah
Instruksikan kepada klien untuk menghindari bau dari makanan yang disiapkan
dirumah
Semua intervensi diatas dapat dilakukan untuk perawatan dirumah
20
Mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet
Menoleransi diet yang dianjurkan
Mempertahankan masa tubuh dan berat badan dalam batas normal
Memiliki nilai laboratorium dalam batas normal
Melaporkan tingkat energy yang adekuat
Pengkajian
Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
Pantau nilai laboratotium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit
Manajemen nutrisi:
Ketahui makanan kesukaan pasien
Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
Timbang pasien pada interval yang tepat
Aktivitas kolaboratif
Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien yang
mengalami ketidakadekuatak asupan protein
Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan lengkap,
pemberian makanan melaui selang, atau nutrisi parenteral total agar asupan kalori
yang adekuat dapat dipertahankan
Rujuk kedokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi
21
Rujuk ke program gizi dikomunitas yang tepat jika pasien tidak dapat memenuhi
asupan nutrisiyang adekuat
Manajemen nutrisi; tentukan dengan melakukan kolaborasi dengan ahli gizi jika
diperlukan jumlah kalori, dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi.
Aktivitas lain
Buat perencanaan makan sesuai dengan selera pasien
Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien’
Suapi pasien jika perlu
Manajemen nutrisi: berikan pasien minuman dan kudapan bergizi tinggi protein,
tinggi kaori yang siap dikonsumsi dan ajarkan pasien tentang cara membuat jadwal
makan jika perlu
22
BAB IV
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama :Tn. P
Umur : 51 Tahun
No MR : 956668
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Perum Banuaran Indah Blok DD 20 RT 01/09
Banuaran Lubuk Begalung
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Masuk : 19 April 2017
Tanggal Pengkajian : 24 April 2017
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny S
Umur : 48 Tahun
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan klien : Istri
23
sudah mulai habis. Klien mengeluh batuk sehingga susah tidur. Klien
mengeluh lelah dan semua aktivitasnya dibantu oleh keluarga.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien menderita penyakit diabetes melitus sejak tahun 2004, riwayat hipertensi
sejak 4 bulan sebelum masuk rumah sakit. Klien cuci darah 2 x seminggu
sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti klien. Hal ini
terlihat dari genogram dibawah ini :
Keterangan :
= Klien
= Istri
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda vital
TD : 120/70 mmHg
Suhu : 36,5 0 C
Nadi : 90 x / menit
RR : 24 x / menit
b. Kesadaran : CMC
c. Kepala : rambut bersih dan beruban, tidak ada benjolan
d. Mata : konjutiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, palpebra tidak oedem dan
pupil normal terhadap cahaya, simetris kiri dan kanan
e. Telinga : simetris kiri dan kanan
24
f. Paru :
Inspeksi : Retrasi dinding dada (+)
Palpasi : Fremitus kiri dan kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Ronki (+)
g. Jantung
Inspeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba di RIC IV
Perkusi : Redup
Auskultasi : Irama jantung teratur, m1 > m 2
h. Perut
Inspeksi : Perut agak tegang terlihat agak membuncit
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, nyeri ketuk tidak ada
Perkusi : timpany
Auskultasi : Bising usus normal
i. Ekstremitas
25
c. Tidur / istirahat :
Sehat : Klien mengatakan tidak ada gangguan tidur saat sehat
Sakit : Klien mengatakan kadang terganggu tidur karena batuk
d. Eliminasi :
Sehat : Klien BAB 1-2 kali sehari dengan konsistensi padat. Klien
BAK 5-6 kali sehari
Sakit : Klien BAB 1 kali dalam 2 hari. BAK sedikit ± 400 cc sehari
e. Personal hygiene :
Sehat : Klien biasanya mandi 1-2 kali sehari
Sakit : Klien mandi 1 kali sehari dibantu oleh keluarga
6. Data Laboratorium
Hemoglobin : 8 gr / dl (14-18)
Trombosit : 8.710 / mm3 (5.000 – 10.000)
Hematokrit : 25 % ( 40 – 49)
Trombosit : 447.000 / mm3 (150.000 – 400.000)
GDR : 98 mg/dl (< 200)
Ureum : 78 mg/dl (10 – 50 mg/dl)
Kreatinin : 6.2 mg/dl (0.6 – 1.1)
PH : 7.42
PCO2 : 38 mmHg
PO2 : 60 mmHg
Na : 141 mmol/L
K : 3.8 mmol / L
Ca : 0.60 mmol/L
HCO3 : 24.6 mmol/L
7. Terapi / Pengobatan
Furosemid : 2 x 40 mg PO
Bicnat : 3 x 500 mg PO
Asam Folat : 1 x 5 mg PO
Micardis : 1 x 80 mg PO
26
Addat 500 : 1 x 30 mg PO
Domperidon : 3 x 1 PO
B. ANALISA DATA
27
Pitting oedem (+)
Hemoglobin : 8 gr / dl (14-18)
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan disfungsi ginjal
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan menyeluruh
28
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
29
2 Intoleransi aktivitas berhubungan NOC : NIC :
dengan kelemahan menyeluruh o Energy conservation o Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
o Self Care : ADLs aktivitas
o Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan
Kriteria Hasil : terhadap keterbatasan
o Berpartisipasi dalam o Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
aktivitas fisik tanpa o Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
disertai peningkatan o Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi
tekanan darah, nadi dan secara berlebihan
RR o Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
o Mampu melakukan o Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
aktivitas sehari hari o Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
(ADLs) secara mandiri mampu dilakukan
30
E. IMPLEMENTASI dan EVALUASI KEPERAWATAN
31
Memberikan diuretic A:
Hasil : masalah belum teratasi
BB : 60 kg
Rencana dialisis tanggal : 26 April 2017
Pemberian obat : P : intervensi di lanjutkan
Furosemid : 2 x 40 mg PO
Bicnat : 3 x 500 mg PO
Domperidon : 3 x 1 PO
32
berlebihan RR : 24 x / menit
o Memonitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas
A:
o Memonitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien masalah belum teratasi
Hasil :
Semua aktivitas kebutuhan dasar klien
termasuk personal hygiene klien dibantu
oleh keluarga.
I Kelebihan volume cairan 25 April 2017 14.00 Menimbang berat badan setiap hari S:
berhubungan dengan Mempertahankan catatan asupan dan
Klien mengatakan perut
disfungsi ginjal haluaran yang akurat
masih agak membuncit dan
Memantau hasil laboratorium yang
terasa tegang
relevan terhadap retensi cairan
Memantau indikasi kelebihan atau O:
retensi cairan, sesuai dengan
33
keperluan 1. Perut masih buncit
Mengajarkan pasien tentang dan tegang
penyebab dan cara mengatasi edema, 2. Kaki masih oedem
pembatasan diet, dan penggunaan 3. Ku: lemah
dosis, dan efek samping obat yang 4. TTV :
diprogramkan
TD : 120/70 mmHg
Kolaborasi untuk dialysis jika
Suhu : 36,5 0 C
diindikasikan
Nadi : 90 x / menit
Konsultasikan ke dokter jika tanda
RR : 24 x / menit
dan gejala kelebihan cairan menetap
atau memburuk
Memberikan diuretic A:
Hasil :
masalah belum teratasi
BB : 60 kg
Rencana dialisis tanggal : 28 April 2017
Pemberian obat : P : intervensi di lanjutkan
Furosemid : 2 x 40 mg PO
Bicnat : 3 x 500 mg PO
Domperidon : 3 x 1 PO
34
2 Intoleransi aktivitas 25 April 2017 14.00 o Mengobservasi adanya S:
berhubungan dengan pembatasan klien dalam
Klien mengatakan klien
kelemahan menyeluruh melakukan aktivitas mudah lelah
o Mendorong klien untuk
O:
mengungkapkan perasaan
1. Klien tampak lemah
terhadap keterbatasan
dan letih
o Mengkaji adanya factor yang 2. Aktivitas klien
dibantu keluarga
menyebabkan kelelahan
3. TTV :
o Memonitor nutrisi dan sumber
TD : 120/70 mmHg
energi yang adekuat
Suhu : 36,5 0 C
o Memonitor pasien akan adanya
Nadi : 90 x / menit
kelelahan fisik dan emosi secara
RR : 24 x / menit
berlebihan
o Memonitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas
A:
o Memonitor pola tidur dan lamanya
masalah belum teratasi
tidur/istirahat pasien
o Membantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang P : intervensi di lanjutkan
mampu dilakukan
35
Hasil :
Semua aktivitas kebutuhan dasar klien
termasuk personal hygiene klien dibantu
oleh keluarga.
36
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ginjal (renal) adalah organ tubuh yang memiliki fungsi utama untuk menyaring dan
membuang zat-zat sisa metabolisme tubuh dari darah dan menjaga keseimbangan cairan
serta elektrolit (misalnya kalsium, natrium, dan kalium) dalam darah. Gagal ginjal adalah
suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal.
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal ginjal akut (acute renal
failure = ARF) dan gagal ginjal kronik (chronic renal failure = CRF). Pada gagal ginjal
akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau
beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan
kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang meningkat. Sedangkan pada
gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal terjadi secara perlahan-lahan. Proses
penurunan fungsi ginjal dapat berlangsung terus selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun sampai ginjal tidak dapat berfungsi sama sekali (end stage renal disease).
Gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel, dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
dan elektrolit, menyebabkan uremia(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)
B. SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan kita
tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal kronis.
37
DAFTAR PUSTAKA
https://banyumasperawat.wordpress.com/2009/07/22/form-pengkajian-13-domain-nanda/ di
edit oleh admin portalperawat.com.
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson (2006). Patofisiologi konsep klinis proses proses
penyakit edisi 6. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G bare (2002) Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah edisi
8. Jakarta : EGC
38