Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ginjal adalah salah satu organ sistem kemih atau uriner yang bertugas menyaring
dan membuang cairan, sampah metabolisme dari dalam tubuh seperti diketahui setelah
sel-sel tubuh mengubah, makanan menjadi energi, maka akan dihasilkan pula sampah
sebagai hasil sampingan dari proses metabolisme tersebut yang harus dibuang segera
agar tidak meracuni tubuh.
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah). Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal cukup
tinggi. Di Amerika Serikat misalnya angka kejadian penyakit gagal ginjal meningkat
tajam dalam 10 tahun. Tahun 1996 terjadi 166.000 kasus gagal ginjal tahap akhir dan
pada tahun 2000 menjadi 372.000 kasus. angka ini diperkirakan, amsih akan terus naik.
Pada tahun pada tahun 2010 jumlahnya diperkirakan lebih dari 650.000 kasus.Selain
diatas, sekitar 6 juta hingga 20 juta individu di Amerika diperkirakan mengalami Gagal
Ginjal Konik (GGK) tahap awal. Hal yang sama juga terjadi di Jepang di negeri Sakura
itu, pada akhir tahun 1996 di dapatkan sebanyak 167.000 penderita yang menerima,
terapi pengganti ginjal. Sedangkan tahun 2000 terjadi peningkatan lebih dari 200.000
penderita (Brunner & Sudarth, 2002).

B. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk menjelaskan Gagal Ginjal Kronik
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan Gagal Ginjal Kronik
3. Agar dapat menerapkan asuhan keperawatan pasien dengan Gagal Ginjal Kronik pada
klien

1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI
Gagal ginjal kronis atau biasa kita sebit dengan CKD (cronic kodney disease)
merupakan suatu keadaan dimana ginjal mengalami kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit yang di
disebabkan oleh rusaknya struktur ginjal yang progresif dengan dengan gejala
penumpukan sisa metabolic didalam darah.
Gagal ginjal kronis juga disingkat dengan GGK adalah suatu sindrom klinis yang
disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif, dan
cukup lanjut. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerulus kurang dari 50 ml/menit.

B. ETIOLOGI
Gagal ginjal kronis dapat disebabkan oleh beberapa kondisi baik yang berasal dari
ginjal itu sendiri atau dapat dari luar tubuh. Akan tetapi apapun penyebab gagal ginjal
kronis, respon yang terjadi terhadap tubuh adalah penurunan fungsi ginjal secara
progresif.

Penyakit dari ginjal (intrinsik)


Beberapa kondisi dari ginjal sendiri yang dapat menyebabkan gagal ginjal kronis adalah
sebagai berikut:
 Penyakit pada saringan yang ada di dalam ginjal yaitu glomerulus seperti
glomerulonephritis atau peradangan pada glomerulus ginjal.
 Infeksi kuman seperti pyelonefritis, ureteritis yang berasal dari infeksi saluran kemih
dan lain-lain.
 Batu ginjal seperti nefrolitiasis atau urolitiasis
 Kista di ginjal seperti polcystis kidney
 Trauma langsung yang terjadi pada ginjal pada kondisi kecelakaan
 Keganasan pada ginjal seperti kanker ginjal
 Sumbatan pada saluran di dalam ginjal seperti tumor, batu, penyempitan/striktur

2
Penyakit dari luar ginjal (ekstrinsik)
Beberapa penyakit dari luar ginjal yang dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal adalah
sebagai berikut:
 Penyakit sistemik seperti penyakit diabetes mellitus, hipertensi dan juga kolesterol
tinggi serta dyslipidemia
 Infeksi seperti penyakit tb paru, sifilis, malaria dan juga hepatitis, dan lain-lain.
 Preeklamsi pada ibu hamil
 Penggunaan obat-obatan dalam jangka panjang
 Kehilangan banyak cairan yang mendadak seperti pada kondisi luka bakar.
C. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus.

Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul
disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi
lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal
telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin
clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996)

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya


diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan
semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth,
2001)

Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu:

1. Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal). Di tandai dengan kreatinin serum dan kadar
Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal dan penderita asimtomatik.
2. Stadium 2 (insufisiensi ginjal). Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak
(Glomerulo filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum

3
Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningkat
melebihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.
3. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir/uremia). Timbul apabila 90% massa nefron
telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10
ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum
nitrgen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992)

D. PATHWAY GAGAL GINJAL KRONIS

E. MANIFESTASI KLINIS

Pada kondisi gagal ginjal kronis, setiap sistem tubuh biasanya akan dipengaruhi oleh kondisi
seperti uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Tingkat keparahan
gejala yang muncul tergantung juga dari tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang
mendasari gagal ginjal , dan juga usia dari pasien itu sendiri.

4
Gejala yang muncul pada sistem kardiovaskuler pada gagal ginjal kronis biasanya mencakup
hipertensi atau darah tinggi yang di akibatkan oleh retensi cairan dan natrium dari aktivasi
system rennin-angiotenin-aldosteron, gagal jantung kongestif, dan edema pulmoner atau
edema paru-paru yang di akibatkan oleh penumpukan cairan yang berlebihan di paru-paru
dan perikarditis atau radang pada lapisan luar jantung yang di akibatkan oleh iritasi pada
lapisan pericardial oleh toksin uremia.

Sedangkan gejala yang sering muncul pada kulit pasien adalah mencakup rasa gatal yang
parah (pruritis). Butiran uremik, suatu penumpukan kristal urea di kulit, saat ini jarang terjadi
akibat penanganan dini dan agresif terhadap penyakit ginjal tahap akhir.

Gejala yang muncul pada sistem gastrointestinal biasanya anoreksia, mual, muantah dan
cegukan. Perubahan neuromuskuler mencakup perubahan tingkat kesadaran, ketidak
mampuan berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang.

Menurut Long, 1996, gejala dini dari gagal ginjal kronik adalah seperti lethargi, sakit kepala,
kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi. Sedangkan
gejala lebih lanjut dari gagal ginjal kronis adalah anoreksia, mual disertai muntah, nafas
dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan,
pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.

F. KOMPLIKASI GAGAL GINJAL KRONIS

Penyakit gagal ginjal kronis selain dapat mengganggu fungsi ginjal juga dapat menyebabkan
komplikasi pada tubuh, diantaranya adalah:
 Hiperkalemia (tingginya kadar kalium didalam darah) yang diakibatkan penurunan
eksresi asidosis metabolic, katabolisme dan masukan diit berlebih yang berlebihan.
 Perikarditis, efusi perincardial dan juga temponade jantung
 Hipertensi yang diakibatkan oleh retensi cairan dan natrium serta mal fungsi sistem
rennin angioaldosteron
 Anemia yang di akibatkan oleh penurunan eritroprotein, rentang usia sel darah merah,
pendarahan gasstrointestinal akibat iritasi pada lapisan mukosa saluran pencernaan.

5
 Penyakit tulang seperti osteoporosis dan lain-lain yang diakibatkan oleh retensi fosfat
kadar kalium serum yang rendah metabolisme vitamin D, abnormal dan peningkatan
kadar aluminium

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS


Beberapa pemeriksaan penunjang berikut biasanya dapat dilakukan untuk membantu
melakukan diagnosis penyakit gagal ginjal kronis.

Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan utama yang harus dilakukan untuk


melihat bagaimana fungsi ginjal apakah masih normal atau sudah abnormal. Pemeriksaan
laboratorium berikut dapat dilakukan untuk mendiagnosis gagal ginjla kronis.
 Laju Endap Darah biasanya tinggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang
rendah.
 Ureum dan kreatinin biasanya meningkat, biasanya perbandingan antara ureum dan
kreatinin kurang lebih 20 : 1. Perbandingan meninggi akibat pendarahan saluran
cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang ketika ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah
protein, dan tes Klirens Kreatinin yang menurun.
 Hiponatremi yang pada umumnya disebabkan karena kelebihan cairan. Hiperkalemia
yang biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunya dieresis
 Hipokalemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya sintesis vitamin D3
pada GGK.
 Phosphate alkaline meningkat akibat dari gangguan metabolisme tulang, terutama
isoenzim fosfatase lindi tulang.
 Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia yang umunya disebabkan gangguan
metabolisme dan diet rendah protein.
 Peningkatan kadar gula darah yang di akibatkan oleh gangguan metabolisme
karbohidrat pada gagal ginjal ( resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan
perifer ).
 Hipertrigliserida yang diakibatkan oleh gangguan metabolisme lemak, disebabkan
peningkatan hormone insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.

6
 Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukan Ph yang menurun, BE
yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan
retensi asam-asam organic pada gagal ginjal.

Radiology

Foto polos abdomen untuk dapat dilakukan untuk membantu menilai bentuk dan besar ginjal
(juga untuk melihat adanya batu atau obstruksi). Dehidrasi karena proses diagnostic akan
memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa dan harus
minum.

Intra Vena Pielografi (IVP)

Pemeriksaan ini dilakukan Untuk menilai system pelviokalisis dan ureter.

USG (ultrasonografi)

Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim
ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung
kemih dan juga prostat.

EKG (elektrokardiogram)

Pemeriksaan EKG ini ntuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).

H. PENATALAKSANAAN MEDIS GAGAL GINJAL KRONIS

Tujuan dari penatalaksanaan medis pada gagal ginjal kronik adalah untuk mempertahankan
fungsi ginjal dan homeostasis tubuh selama mungkin. Semua faktor yang berperan dalam
terjadinya gagal ginjal kronik dicari dan kemudian diatasi.

Adapun penatalaksanaan gagal ginjal kronis yang dapat dilakukan adalah penatalaksanaan
konservatif yang meliputi pengaturan diet, cairan dan garam, memperbaiki

7
ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, mengendalikan hiperensi, penanggulangan
asidosis, pengobatan neuropati, deteksi dan mengatasi komplikasi.

Penatalaksanaan pengganti dari penatalaksanaan diatas diantaranya adalah dialysis


(hemodialysis atau peritoneal dialysis) dan juga transplantasi ginjal.

Selain itu tujuan penatalaksanaan adalah untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
dan mencegah komplikasi-komplikasi untuk tubuh sebagai berikut :

Dialisis

Dialysis atau biasa kita sebut dialisa (cuci darah) dapat dlakukan untuk mencegah komplikasi
gagal ginjal yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialysis memperbaiki
abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat dikonsumsi sevara
bebas, menghilangkan kecenderungan pendarahan, dan membantu menyembuhkan luka.

Koreksi hiperkalemi

Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi dapat menimbulkan


kematian mendadak. Hal yang pertama harus diingat adalah jangan menimbulkan
hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan
EEG dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangi
intake kalium, pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa.

Koreksi anemia

Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Transfusi darah
hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, missal pada adanya insufisiensi koroner.

Koreksi asidosis

Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium bikarbonat dapat
diberikan peroral atau parenteral. Hemodialisis dan dialysis peritoneal dapat juga mengatasi
asidosis

8
Pengendalian hipertensi

Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan. Mengurangi intake
garam dalam mengendalikan hipertensi harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal
disertai retensi natrium.

Transplantasi ginjal

Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien GGK, maka seluruh faal ginjal diganti
oleh ginjal yang baru.

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Identitas klien mulai dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tiinggal, dan lain-lain.
Identitas klien disini dapat menjadi penunjang informasi dalam memberikan asuhan
keperawatan.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasanya muncul pada kondisi gagal ginjal kronis atau CKD pada
umumnya bervariasi, mulai dari urine output sedikit bahkan hingga tidak ada urin output,
gelisah hingga terjadi penurunan kesadaran, anoreksia atau hilang nafsu makan, mual,
muntah, mulut terasa kering, rasa lelah berkepanjangan, napas berbau khas (bau ureum), dan
dapat terjadi gatal-gatal pada kulit.

Gejala paling khas pasien CKD biasanya terjadi penurunan urin output dan penumpukan
cairan atau edema pada ekstremitas atas maupun bawah.

3. Riwayat penyakit masa lalu


Kaji adanya penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, gagal jantung, penggunaan
obat-obat nefrotoksik, Benign prostatic hyperplasia (BPH), dan prostektomi. Kaji adanya
riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi system prkemihan yang berulang, penyakit
diabetes mellitus, dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi
penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan
adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.

B. DATA FOKUS PENGKAJIAN ASKEP CKD ATAU GAGAL GINJAL KRONIS


MENGGUNAKAN 13 DOMAIN NANDA

PROMOSI KESEHATAN
Data Subjektif:
Riwayat penyakit yang seperti DM, Hipertensi, batu ginjal, dan lain-lain
Pengetahuan tentang penyakit biasanya kurang

10
DO:
KU biasanya tergantung dari berat ringannya gagal ginjal kronis mulai dari KU sedang
hingga sakit parah
TTV : TD biasanya tinggi, takikardi, takipnea, suhu meningkat
Terkadang ada riwayat pengoabatan/obat yg digunakan klien pada masa lalu

NUTRISI
DS:
Mual dan muntah, anoreksia
BB dapat menurun
Riwayat DM

DO:
Diare sekunder dari bau mulut ammonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna
sehingga sering di dapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.

ELIMINASI

Sistem Urinarius
DS:
Riwayat penyakit kandung kemih seperti batu ginjal, BPH dan lain-lain
BAK biasanya sedikit dan bahkan tidak BAK

DO:
BAK sedikit dan bahkan tidak ada

Sistem Integuman
DS:
Kulit kering dan kasar

DO:
Itegritas kulit buruk dan elastisitas kulit jelek

11
AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT

Aktivitas
DS:
Kelelahan saat beraktivitas

DO:
Penampilan umum selama beraktivitas biasanya klien kelelahan
Risiko cidera saat berativitas

Kardiovaskular
DS:
Edema ekstremitas

DO:
Edema ekstremitas atas dan bawah
Turgor kulit jelek
Suhu biasanya normal
Auskultasi jantung, bunyi jantung normal

Respirasi
DS:
Napas cepat hingga sesak bau khas amoniak

DO:
RR biasanya lebih dari 20
Kualitas pernapasan cepat dangkal

12
PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DAPAT DI LAKUKAN UNTUK
MENUNJANG DIAGNOSA KEPERAWATAN CKD ATAU GAGAL GINJAL
KRONIS

Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan utama yang harus dilakukan untuk


melihat bagaimana fungsi ginjal apakah masih normal atau sudah abnormal. Pemeriksaan
laboratorium berikut dapat dilakukan untuk mendiagnosis gagal ginjla kronis.
 Laju Endap Darah biasanya tinggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang
rendah.
 Ureum dan kreatinin biasanya meningkat, biasanya perbandingan antara ureum dan
kreatinin kurang lebih 20 : 1. Perbandingan meninggi akibat pendarahan saluran
cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang ketika ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah
protein, dan tes Klirens Kreatinin yang menurun.
 Hiponatremi yang pada umumnya disebabkan karena kelebihan cairan. Hiperkalemia
yang biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunya dieresis
 Hipokalemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya sintesis vitamin D3
pada GGK.
 Phosphate alkaline meningkat akibat dari gangguan metabolisme tulang, terutama
isoenzim fosfatase lindi tulang.
 Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia yang umunya disebabkan gangguan
metabolisme dan diet rendah protein.
 Peningkatan kadar gula darah yang di akibatkan oleh gangguan metabolisme
karbohidrat pada gagal ginjal ( resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan
perifer ).
 Hipertrigliserida yang diakibatkan oleh gangguan metabolisme lemak, disebabkan
peningkatan hormone insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
 Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukan Ph yang menurun, BE
yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan
retensi asam-asam organic pada gagal ginjal.

13
Radiology

Foto polos abdomen untuk dapat dilakukan untuk membantu menilai bentuk dan besar ginjal
(juga untuk melihat adanya batu atau obstruksi). Dehidrasi karena proses diagnostic akan
memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa dan harus
minum.

Intra Vena Pielografi (IVP)

Pemeriksaan ini dilakukan Untuk menilai system pelviokalisis dan ureter.

USG (ultrasonografi)

Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim
ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung
kemih dan juga prostat.

EKG (elektrokardiogram)

Pemeriksaan EKG ini ntuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN DAPAT MUNCUL PADA


PASIEN CKD ATAU GAGAL GINJAL KRONIS
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan disfungsi ginjal dan retensi natrium
yang ditandai dengan penurunan keluaran urine dan retensi cairan
2. Mual berhubungan dengan iritasi lambung yang ditandai dengan anoreksia dan
muntah
3. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual,
muntah, pembatasan diet dan perubahan membrane mukosa mulut.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah
dan prosedur

14
6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi , prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.

D. INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PASIEN CKD ATAU GAGAL GINJAL


KRONIS

Diagnose 1 : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan disfungsi ginjal dan retensi
natrium yang ditandai dengan penurunan keluaran urine dan retensi cairan

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)


Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan:
 Kelebihan volume cairan dapat dikurangi, yang dibuktikan oleh Keseimbangan
elektrolit dan asam basa, keseimbangan cairan, fungsi ginjal yang adekuat
 Keseimbangan cairan tidak akan terganggu/kelebihan yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut:
1 gangguan eksterm
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak ada gangguan

Indikator 1 2 3 4 5
Keseimbangan asupan dan haluaran dalam 24 jam
Berat badan stabil
Berat jenis urin dalam batas norma
Suara napas tambahan
Stress, distensi vena leher, dan edema perifer

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian

15
 Tentukan lokasi dan derajat edema perifer, sacral, dan periorbital pada skala 1+
sampai 4+
 Kaji komplikasi pulmonal atau kardiovaskuler yang diindikasikan dengan
peningkatan tanda gawat napas, nadi, TD, bunyi jantung yang abnormal, dan suara
napas tidak normal
 Kaji ekstremitas atau bagian tubuh yang edema terhadap gangguan sirkulasi dan
integritas kulit
 Kaji efek pengobatan
 Pantau secara teratur lingkar abdomen atau ekstremitas

Manajemen cairan (NIC):


 Timbang berat badan setiap hari dan pantau kecenderungannya
 Pertahankan catatan asupan dan haluaran yang akurat
 Pantau hasil laboratorium yang relevan terhadap retensi cairan
 Pantau indikasi kelebihan atau retensi cairan, sesuai dengan keperluan

Penyuluhan untuk pasien/keluarga


 Ajarkan pasien tentang penyebab dan cara mengatasi edema, pembatasan diet, dan
penggunaan dosis, dan efek samping obat yang diprogramkan
 Manajemen cairan (NIC): anjurkan pasien untuk puasa, sesuai dengan kebutuhan

Aktivitas kolaboratif
 Lakukan dialysis jika diindikasikan
 Konsultasikan dengan penedia laanan kesehatan primer mengenai penggunaan stoking
antiemboli atau bulatan Ace
 Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet dengan kandungan protein
yang adekuat dan pembatasan natrium

Manajemen cairan (NIC):


 Konsultasikan ke dokter jika tanda dan gejala kelebihan cairan menetap atau
memburuk
 Berikan diuretic, jika perlu

16
Aktivitas lain
 Ubah posisi setiap….. (sebutkan)
 Tinggikan ekstremitas untuk meningkatkan aliran balik vena
 Pertahankan dan alokasikan pembatasan cairan pasien
 Manajemen cairan (NIC): distribusikan asupan cairan selama 24 jam jika perlu

Perawatan dirumah
 Bantu klien dan keluarga untuk menerapkan pembatasan diet dan latihan fisik
kedalam gaya hidup mereka
 Kaji tingkat kepatuhan terhadap program terapi medis dan pengobatan
 Kaji keluarga apakah mengenali tanda dan gejala memburuknya tingkat kelebihan
volue cairan dan bilamana harus menghubungi layanan kesehatan primer atau
ambulan darurat
 Instruksikan klien untuk menimbang berat badannya setiap hari dengan alat timbangn
yang sama, beritahu dokter jika terdapat perubahan lebih dari 1,5 kg dalam 24 jam
 Tentukan apakah ada factor yang dapat untuk mengganggu kemampuan klien atau
motivasi klien untuk mematuhi pembatasan cairan dan diet

Diagnose 2 : Mual berhubungan dengan iritasi lambung yang ditandai dengan


anoreksia dan muntah

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan:


 Mual akan berkurang yang dibuktikan oleh Selera makan, Tingkat
kenyamanan, Hidrasi, Pengendalian mual-muntah, Mual dan muntah: efek gangguan,
Keparahan mual dan muntah, Status nutrisi yang adekuat
 Memperlihatkan efek gangguan mual dan muntah yang dapat diterima, yang
dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
1 sangat berat
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak mengalami

17
Indikator 1 2 3 4 5
Penurunan asupan cairan
Penurunan asupan makanan
Penurunan haluaran urin
Gangguan keseimbangan cairan
Gangguan elektrolit serum
Gangguan status nutrisi
Penurunan berat badan

Memperlihatkan hidrasi, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:


1 gangguan eksterm
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak ada gangguan
Indikator 1 2 3 4 5
Peningkatan hematokrit
Membrane mukosa lembab
Peningkatan hematokrit
Rasa haus
Bola mata cekung dan lembab
Penurunan tekanan darah
Nadi cepat dan lemah
 Melaporkan terbebas dari mual
 Mengidentifikasi dan melakukan tindakan yang dapat menurunkan mual

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian
 Pantau gejala subjektif mual pada pasien
 Pantau warna, berat jenis dan jumlah urin
 Kaji penyebab mual

18
Pemantauan nutrisi (NIC):
 Pantau kecenderungan peningkatan atau penurunan berat badan
 Pantau adanya kulit kering dan pecah-pecah yang disertai depigmentasi
 Pantau turgorkulit jika diperlukan
 Pantau adanya pembengkakan atau pelunakan, penyusutan dan peningkatan
perdarahan pada gusi
 Pantau tingkat energy, malaise, keletihan dan kelemahan
 Pantau asupan kalori dan makanan

Manajemen cairan (NIC):


 Pertahankan keakuratan pencatatan asupan dan haluaran urin
 Pantau TTV jika perlu
 Pantau makanan dan cairan yang dikonsumsi dan hitung asupan kalori setiap hari, jika
perlu
 Pantau status hidrasi, jika perlu

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga


 Jelaskan penyebab mual
 Apaila memungkinkan, beritahu pasien seberapa lama kemungkinan mua akan terjadi
 Ajarkan pasien menelan untuk secara sadar atau napas dalam untuk menekan reflek
muntah
 Ajarkan untuk makan secara perlahan
 Ajarkan untuk membatasi minum 1 jam sebelum, 1 jam setelah, dan selama makan

Aktivitas kolaboratif
 Berikan obat antiemetic sesuai anjuran
 Konsultasikan dengan dokter untuk memberikan obat pengendali nyeri yang adekuat
dan tidak menyebabkan mua pada pasien
 Manajemen cairan (NIC): berikan terapi IV, sesuai dengan anjuran

Aktivitas lain
 Tinggikan bagian kepala tempat tidur atau ubah posisi pasien lateral untuk mencegah
aspirasi

19
 Pertahankan kebersihan klien dan tempat tidur saat terjadi muntah
 Pindahkan segera benda-benda yang menimbulkan bau
 Jangan menjadwakan tindakan yang menyebabkan nyeri atau mual sebelum atau
sesudah makan
 Berikan perawatan mulut setelah terjadi muntah
 Berikan kain basah yang dingin dipergelangan tangan, leher dan dahi pasien
 Tawarkan makanan dingin dan makanan lainnya dengan aroma minimal
 Pemantauan nutrisi (NIC): perhatikan perubahan ststus nutrisi yang signifikan dan
sesegera lakukan penanganan, jika perlu

Perawatan dirumah
 Instruksikan kepada klien untuk menghindari bau dari makanan yang disiapkan
dirumah
 Semua intervensi diatas dapat dilakukan untuk perawatan dirumah

Diagnose 3 : Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan:


Memperlihatkan status gizi: asupan makanan dan cairan, yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut:
1. Tidak adekuat
2. Sedikit adekuat
3. Cukup adekuat
4. Adekuat
5. Sangat adekuat
Indicator 1 2 3 4 5
Makanan oral, pemberian makanan lewat selang,
atau nutrisi parenteral total
Asupan cairan oral atau IV
 Mempertahankan berat badan…. Kg ata bertambah…kg pada…..(tglnya)
 Menjelaskan komponen gizi adekuat

20
 Mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet
 Menoleransi diet yang dianjurkan
 Mempertahankan masa tubuh dan berat badan dalam batas normal
 Memiliki nilai laboratorium dalam batas normal
 Melaporkan tingkat energy yang adekuat

Intervensi keperawatan (NIC)

Intervensi untuk semua ketidakseimbangan nutrisi:

Pengkajian
 Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
 Pantau nilai laboratotium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit

Manajemen nutrisi:
 Ketahui makanan kesukaan pasien
 Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
 Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
 Timbang pasien pada interval yang tepat

Penyuluhan untuk pasien/keluarga


 Ajarkan metode untuk perencanaan makan
 Ajarkan pasien dan keluarga tentang makanan yang berizi dan tidak mahal
 Manajemen nutrisi: berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhinya

Aktivitas kolaboratif
 Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien yang
mengalami ketidakadekuatak asupan protein
 Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan lengkap,
pemberian makanan melaui selang, atau nutrisi parenteral total agar asupan kalori
yang adekuat dapat dipertahankan
 Rujuk kedokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi

21
 Rujuk ke program gizi dikomunitas yang tepat jika pasien tidak dapat memenuhi
asupan nutrisiyang adekuat
 Manajemen nutrisi; tentukan dengan melakukan kolaborasi dengan ahli gizi jika
diperlukan jumlah kalori, dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi.

Aktivitas lain
 Buat perencanaan makan sesuai dengan selera pasien
 Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien’
 Suapi pasien jika perlu
 Manajemen nutrisi: berikan pasien minuman dan kudapan bergizi tinggi protein,
tinggi kaori yang siap dikonsumsi dan ajarkan pasien tentang cara membuat jadwal
makan jika perlu

22
BAB IV

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama :Tn. P
Umur : 51 Tahun
No MR : 956668
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Perum Banuaran Indah Blok DD 20 RT 01/09
Banuaran Lubuk Begalung
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Masuk : 19 April 2017
Tanggal Pengkajian : 24 April 2017

2. Identitas Penanggungjawab

Nama : Ny S
Umur : 48 Tahun
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan klien : Istri

3. Data Kesehatan Umum


a. Keluhan Utama
Klien masuk RS DR. M.Djamil Padang dengan keluhan sesak nafas meningkat
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit. Kedua tungkai oedem, perut membuncit. Pada saat
pengkajian sesak nafas berkurang. O2 kadang-kadang dipasang 3 liter. Kedua
kaki masih oedem, perut masih agak membuncit dan terasa tegang, makan

23
sudah mulai habis. Klien mengeluh batuk sehingga susah tidur. Klien
mengeluh lelah dan semua aktivitasnya dibantu oleh keluarga.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien menderita penyakit diabetes melitus sejak tahun 2004, riwayat hipertensi
sejak 4 bulan sebelum masuk rumah sakit. Klien cuci darah 2 x seminggu
sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti klien. Hal ini
terlihat dari genogram dibawah ini :

Keterangan :
= Klien

= Istri

4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda vital
TD : 120/70 mmHg
Suhu : 36,5 0 C
Nadi : 90 x / menit
RR : 24 x / menit
b. Kesadaran : CMC
c. Kepala : rambut bersih dan beruban, tidak ada benjolan
d. Mata : konjutiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, palpebra tidak oedem dan
pupil normal terhadap cahaya, simetris kiri dan kanan
e. Telinga : simetris kiri dan kanan

24
f. Paru :
Inspeksi : Retrasi dinding dada (+)
Palpasi : Fremitus kiri dan kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Ronki (+)

g. Jantung
Inspeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba di RIC IV
Perkusi : Redup
Auskultasi : Irama jantung teratur, m1 > m 2

h. Perut
Inspeksi : Perut agak tegang terlihat agak membuncit
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, nyeri ketuk tidak ada
Perkusi : timpany
Auskultasi : Bising usus normal

i. Ekstremitas

Atas : Tangan kiri terpasang cemino, tangan kanan terpasang


easprimer 500 cc /24 jam
Bawah : Kedua kaki oedem. Pitting oedem (+)

5. Pemenuhan Kebutuhan Dasar


a. Nutrisi :
Sehat : Klien mengatakan makan 3 kali sehari berupa nasi, lauk pauk
dan sayur
Sakit : Klien mengatakan makan tiga kali sehari, diet mulai habis
b. Cairan / minum :

Sehat : Klien minum ± 7-8 gelas / hari

Sakit : Klien minum ± 600 cc

25
c. Tidur / istirahat :
Sehat : Klien mengatakan tidak ada gangguan tidur saat sehat
Sakit : Klien mengatakan kadang terganggu tidur karena batuk

d. Eliminasi :
Sehat : Klien BAB 1-2 kali sehari dengan konsistensi padat. Klien
BAK 5-6 kali sehari
Sakit : Klien BAB 1 kali dalam 2 hari. BAK sedikit ± 400 cc sehari

e. Personal hygiene :
Sehat : Klien biasanya mandi 1-2 kali sehari
Sakit : Klien mandi 1 kali sehari dibantu oleh keluarga

6. Data Laboratorium
Hemoglobin : 8 gr / dl (14-18)
Trombosit : 8.710 / mm3 (5.000 – 10.000)
Hematokrit : 25 % ( 40 – 49)
Trombosit : 447.000 / mm3 (150.000 – 400.000)
GDR : 98 mg/dl (< 200)
Ureum : 78 mg/dl (10 – 50 mg/dl)
Kreatinin : 6.2 mg/dl (0.6 – 1.1)
PH : 7.42
PCO2 : 38 mmHg
PO2 : 60 mmHg
Na : 141 mmol/L
K : 3.8 mmol / L
Ca : 0.60 mmol/L
HCO3 : 24.6 mmol/L

7. Terapi / Pengobatan
Furosemid : 2 x 40 mg PO
Bicnat : 3 x 500 mg PO
Asam Folat : 1 x 5 mg PO
Micardis : 1 x 80 mg PO

26
Addat 500 : 1 x 30 mg PO
Domperidon : 3 x 1 PO

B. ANALISA DATA

No Data Problem Etiologi

1 DS : Kelebihan volume Disfungsi ginjal


Kedua kaki masih oedem cairan
Perut masih agak membuncit dan
terasa tegang,
DO :
Perut agak tegang terlihat agak
membuncit
Kedua kaki oedem.
Pitting oedem (+)
BAK sedikit ± 400 cc sehari
Hemoglobin : 8 gr / dl (14-18)
Hematokrit : 25 % ( 40 – 49)
Ureum : 78 mg/dl
(10 – 50 mg/dl)
Kreatinin : 6.2 mg/dl
(0.6 – 1.1)
2 DS : Intoleransi aktivitas Kelemahan
Kedua kaki masih oedem menyeluruh
Perut masih agak membuncit dan
terasa tegang,
Klien mengeluh lelah
Semua aktivitasnya dibantu oleh
keluarga.
DO :
Perut agak tegang terlihat agak
membuncit
Kedua kaki oedem.

27
Pitting oedem (+)
Hemoglobin : 8 gr / dl (14-18)

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan disfungsi ginjal
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan menyeluruh

28
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


HASIL
1 Kelebihan volume cairan NOC : NIC :
berhubungan dengan disfungsi ginjal o Electrolit and acid base  Timbang berat badan setiap hari dan pantau
balance kecenderungannya
o Fluid balance  Pertahankan catatan asupan dan haluaran yang akurat
o Hydration  Pantau hasil laboratorium yang relevan terhadap
retensi cairan
Kriteria Hasil:  Pantau indikasi kelebihan atau retensi cairan, sesuai
 Kelebihan volume cairan dengan keperluan
dapat dikurangi  Ajarkan pasien tentang penyebab dan cara mengatasi
 Keseimbangan cairan edema, pembatasan diet, dan penggunaan dosis, dan
tidak akan efek samping obat yang diprogramkan
terganggu/kelebihan  Kolaborasi untuk dialysis jika diindikasikan
 Konsultasikan ke dokter jika tanda dan gejala
kelebihan cairan menetap atau memburuk
 Berikan diuretic

29
2 Intoleransi aktivitas berhubungan NOC : NIC :
dengan kelemahan menyeluruh o Energy conservation o Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
o Self Care : ADLs aktivitas
o Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan
 Kriteria Hasil : terhadap keterbatasan
o Berpartisipasi dalam o Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
aktivitas fisik tanpa o Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
disertai peningkatan o Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi
tekanan darah, nadi dan secara berlebihan
RR o Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
o Mampu melakukan o Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
aktivitas sehari hari o Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
(ADLs) secara mandiri mampu dilakukan

30
E. IMPLEMENTASI dan EVALUASI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TANGGAL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


DX KEPERAWATAN
I Kelebihan volume cairan 24 April 2017 14.00  Menimbang berat badan setiap hari S:
berhubungan dengan  Mempertahankan catatan asupan dan
Klien mengatakan perut
disfungsi ginjal haluaran yang akurat
masih agak membuncit dan
 Memantau hasil laboratorium yang
terasa tegang
relevan terhadap retensi cairan
 Memantau indikasi kelebihan atau O:
retensi cairan, sesuai dengan
1. Perut masih buncit
keperluan
dan tegang
 Mengajarkan pasien tentang
2. Kaki masih oedem
penyebab dan cara mengatasi edema,
3. Ku: lemah
pembatasan diet, dan penggunaan
4. TTV :
dosis, dan efek samping obat yang
diprogramkan
TD : 120/70 mmHg
 Kolaborasi untuk dialysis jika Suhu : 36,5 0 C
diindikasikan
Nadi : 90 x / menit
 Konsultasikan ke dokter jika tanda RR : 24 x / menit
dan gejala kelebihan cairan menetap
atau memburuk

31
 Memberikan diuretic A:
Hasil : masalah belum teratasi
BB : 60 kg
Rencana dialisis tanggal : 26 April 2017
Pemberian obat : P : intervensi di lanjutkan

Furosemid : 2 x 40 mg PO
Bicnat : 3 x 500 mg PO
Domperidon : 3 x 1 PO

2 Intoleransi aktivitas 24 April 2017 14.00 o Mengobservasi adanya S:


berhubungan dengan pembatasan klien dalam
Klien mengatakan klien
kelemahan menyeluruh melakukan aktivitas mudah lelah
o Mendorong klien untuk
O:
mengungkapkan perasaan
1. Klien tampak lemah
terhadap keterbatasan
dan letih
o Mengkaji adanya factor yang 2. Aktivitas klien
dibantu keluarga
menyebabkan kelelahan
3. TTV :
o Memonitor nutrisi dan sumber
TD : 120/70 mmHg
energi yang adekuat
Suhu : 36,5 0 C
o Memonitor pasien akan adanya
Nadi : 90 x / menit
kelelahan fisik dan emosi secara

32
berlebihan RR : 24 x / menit
o Memonitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas
A:
o Memonitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien masalah belum teratasi

o Membantu klien untuk


mengidentifikasi aktivitas yang
P : intervensi di lanjutkan
mampu dilakukan

Hasil :
Semua aktivitas kebutuhan dasar klien
termasuk personal hygiene klien dibantu
oleh keluarga.

I Kelebihan volume cairan 25 April 2017 14.00  Menimbang berat badan setiap hari S:
berhubungan dengan  Mempertahankan catatan asupan dan
Klien mengatakan perut
disfungsi ginjal haluaran yang akurat
masih agak membuncit dan
 Memantau hasil laboratorium yang
terasa tegang
relevan terhadap retensi cairan
 Memantau indikasi kelebihan atau O:
retensi cairan, sesuai dengan

33
keperluan 1. Perut masih buncit
 Mengajarkan pasien tentang dan tegang
penyebab dan cara mengatasi edema, 2. Kaki masih oedem
pembatasan diet, dan penggunaan 3. Ku: lemah
dosis, dan efek samping obat yang 4. TTV :
diprogramkan
TD : 120/70 mmHg
 Kolaborasi untuk dialysis jika
Suhu : 36,5 0 C
diindikasikan
Nadi : 90 x / menit
 Konsultasikan ke dokter jika tanda
RR : 24 x / menit
dan gejala kelebihan cairan menetap
atau memburuk
 Memberikan diuretic A:
Hasil :
masalah belum teratasi
BB : 60 kg
Rencana dialisis tanggal : 28 April 2017
Pemberian obat : P : intervensi di lanjutkan
Furosemid : 2 x 40 mg PO
Bicnat : 3 x 500 mg PO
Domperidon : 3 x 1 PO

34
2 Intoleransi aktivitas 25 April 2017 14.00 o Mengobservasi adanya S:
berhubungan dengan pembatasan klien dalam
Klien mengatakan klien
kelemahan menyeluruh melakukan aktivitas mudah lelah
o Mendorong klien untuk
O:
mengungkapkan perasaan
1. Klien tampak lemah
terhadap keterbatasan
dan letih
o Mengkaji adanya factor yang 2. Aktivitas klien
dibantu keluarga
menyebabkan kelelahan
3. TTV :
o Memonitor nutrisi dan sumber
TD : 120/70 mmHg
energi yang adekuat
Suhu : 36,5 0 C
o Memonitor pasien akan adanya
Nadi : 90 x / menit
kelelahan fisik dan emosi secara
RR : 24 x / menit
berlebihan
o Memonitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas
A:
o Memonitor pola tidur dan lamanya
masalah belum teratasi
tidur/istirahat pasien
o Membantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang P : intervensi di lanjutkan
mampu dilakukan

35
Hasil :
Semua aktivitas kebutuhan dasar klien
termasuk personal hygiene klien dibantu
oleh keluarga.

36
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ginjal (renal) adalah organ tubuh yang memiliki fungsi utama untuk menyaring dan
membuang zat-zat sisa metabolisme tubuh dari darah dan menjaga keseimbangan cairan
serta elektrolit (misalnya kalsium, natrium, dan kalium) dalam darah. Gagal ginjal adalah
suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal.
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal ginjal akut (acute renal
failure = ARF) dan gagal ginjal kronik (chronic renal failure = CRF). Pada gagal ginjal
akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau
beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan
kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang meningkat. Sedangkan pada
gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal terjadi secara perlahan-lahan. Proses
penurunan fungsi ginjal dapat berlangsung terus selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun sampai ginjal tidak dapat berfungsi sama sekali (end stage renal disease).
Gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel, dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
dan elektrolit, menyebabkan uremia(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)

B. SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan kita
tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal kronis.

37
DAFTAR PUSTAKA

Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN


Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti
Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti, S,Kep. EGC. Jakarta.

Doenges, EM, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

https://banyumasperawat.wordpress.com/2009/07/22/form-pengkajian-13-domain-nanda/ di
edit oleh admin portalperawat.com.

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson (2006). Patofisiologi konsep klinis proses proses
penyakit edisi 6. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G bare (2002) Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah edisi
8. Jakarta : EGC

38

Anda mungkin juga menyukai