PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu kesehatan berkembang atas dasar adanya penyakit, kebutuhan akan penyembuhan
cara mencari pengobatan, melakukan penelitian dibidang kesehatan beserta obat- obatan dan
vaksin. Frekuensi masalah kesehatan semakin tahun semakin meningkat terutama penyakit-
disebabkan oleh mikroorganisme seperti infeksi pada saluran pernapasan, pencernaan, dan
salah satunya adalah apendisitis. Apendiks adalah radang usus buntu (Yunisa Nanda, 2017).
Apendisitis adalah proses peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
atau disebut apendiks. Infeksi ini bisa mengakibatkan komplikasi apabila tidak segera
mendapatkan tindakan bedah untuk penanganannya (Hariyanto Awan dan Rini Sulistyowati,
2015). Apendisitis adalah inflamasi dan obstruksi apendiks yang berbentuk cacing, apendisitis
merukapan kasus bedah yang paling umum di temukan, insiden dan tingkat kematian
berkurang dengan pemberian antibiotik atau pengobatan, jika tidak segera ditangani, pasti
Angka kejadian apendisits cukup tinggi di dunia berdasarkan Word Health Organisation
(WHO), angaka mortalitas akibat apendisitis adalah 21.000 jiwa, di mana populasi laki-laki
lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Angka mortalitas apendisitis sekitar 12.000
jiwa pada laki-laki dan sekitar 10.000 jiwa pada perempuan. Di Amerika Serikat terdapat
70.000 kasus apendisitis setiap tahunnya. Kejadian apendisitis di Amerika memiliki insiden
1-2 kasus per 10.000 anak pertahunnya antara kelahiran sampai umur 4 tahun. Kejadian
apendisitis meningkat 25 kasus per 10.000 anak pertahunnya antara umur 10-17 tahun di
Amerika Serikat. Apabila dirata-rata apendisitis 1,1 kasus per 1000 orang pertahun di
Kejadian apendisitis di Indonesia menurut data yang dirilis oleh kementrian kesehatan
RI pada tahun 2009 sebesar 596.123 orang dengan presentase 3.36% dan meningkat pada
tahun 2010 menjadi 621.435 orang dengan presentase 3.53%. Apendisitis merupakan penyakit
tidak menular tertinggi di Indonesia pada rawat jalan inap di rumah sakit pada tahun 2009 dan
Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Kota Baubau angka kejadian apendisitis
pada tahun 2016 terdapat 127 kasus dengan rincian 66 pasien wanita dan 61 pasien pria, dan
tahun 2017 terdapat 162 kasus dengan rincian pasien wanita dan 51 pasien pria. Hal ini
membuktikan bahwa angka kesakitan apendisitis makin lama makin meningkat (Rekam
Pengobatan apendisitis dapat melalui dua cara yaitu operasi dan non operasi pada kasus
ringan apendisitis bisa sembuh hanya dengan pengobatan tetapi untuk apendisitis yang sudah
luas infeksinya maka harus segera dilakukan tindakan bedah. Penanganan standar apendisitis
di dunia adalah operasi pengangkatan apendiks yang di sebut apendektomi (C.S. Windy dan
M. Sabir, 2016). Apendektomi, adalah salah satu tindakan gawat darurat yang paling sering
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, peran perawat sangat penting untuk
memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan bio, psiko, sosio, spritual terhadap
pasien dengan apendisitis, yang mencangkup aspek promotif melalui peningkatan hidup sehat
dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, istrahat yang cukup dan teratur. Aspek
preventif melalui pendidikan kesehatan tentang apendisitis, aspek kuratif yaitu dengan
Berdasarkan masalah di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. M Dengan Gangguan Sistem Pencernaan : Post
Operasi Apendisitis di Ruang Perawatan Bedah (CHR) BLUD RSUD Kota Baubau Tahun
2018”.
B.Rumusan Masalah
Pernyataan Masalah
Peradangan apendiks sering kali tidak terdeteksi secara langsung oleh karena gejala
nyeri abdomen yang muncul bersifat hilang timbul dan dapat dikurangi dengan pengobatan
konvensional.
memeriksakan dirinya sehingga tidak jarang kasus apendisitis terlambat untuk ditangani
akibatnya inflamasi lokal dapat berkembang menjadi inflamasi peritonium dan berujung
1. Pertanyaan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu “Bagaimana
penerapan asuhan keperawatan pada klien Tn. M dengan gangguan sistem pencernaan :
Post Operasi Apendisitis di Ruang Perawatan Bedah (CHR)BLUD RSUD Kota Baubau
tahun 2019?” .
2. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman nyata dalam penerapan asuhan keperawatan pada klien Tn. M
dengan gangguan sistem pencernaan : Post Operasi Apendisitis di Ruang Perawatan Bedah
Tujuan Khusus
tahun 2018.
2018.
Manfaat Penelitian
ManfaatTeoritis
Bagi Pembaca
Sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan khususnya asuhan keperawatan pada
Sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan pengetahuan bagi mahasiswa tentang
yang mampu menjalankan tugas dan kewajiban sesuai dengan kompetensi dan moral
Bagi peneliti
keperawatan pada klien dengan apendisitis, serta sebagai salah satu syarat untuk
selanjutnya.
Manfaat Teoritis
Bagi pasien
Dapat menjadi bahan bacaan dan menambah wawasan tentang apendisitis. Sebagai
bahan tertulis yang mengungkapkan bahwa klien telah menerima asuhan keperawatan
yang merupakan bantuan dalam pemecahan masalah kesehatan yang dialami klien.
Bagi perawat
Sebagai bahan masukan bagi tenaga perawat dalam memberi asuhan keperawatan
Dapat menjadi rujukan dalam penanganan klien dengan apendisitis di Ruang Perawatan
Bedah CHR I/II BLUD RSUD Kota Baubau. Sebagi bahan masukan dalam rangka
Metode Penelitian
Pada penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriptif melalui
dengan cara narasi. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara :
Studi kepustakaan
Dalam hal ini berguna mendapatkan referansi yang digunakan dan mendukung data-data
lain serta metode kepustakaan yang mendukung pelaksanaan dari studi kasus Karya Tulis
Ilmiah.
Studi kasus
Dilaksanakan dengan wawancara, dalam hal ini peneliti mengumpulkan data dengan
melaksanakan tanya jawab secara langsung kepada klien dan keluarga klien untuk
Observasi partisipasi
Observasi partisipasi adalah mengamati keadaan klien yang meliputi bio, psiko, sosial,
Studi dokumentasi
Dengan melihat catatan klien terhadap pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lainnya
berkaitan dengan masalah klien serta interpretasi dari tindakan yang telah diberikan.
Penelitian ini akan dilaksanakan dari tanggal 13 Juli 2018 sampai 06 Agustus 2018,
dalam bentuk penerapan asuhan keperawatan pada klien Tn. M “Post Operasi Apendisitis”
dan lokasi dalam penelitian ini adalah di Ruang Perawatan Bedah CHR I/II BLUD RSUD
Dalam penulisan KTI (Karya Tulis Ilmiah) dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai
berikut :
Bab I Berisikan tentang pendahuluan yang memuat latar belakang, rumusan masalah,
Bab II Berisikan tentang tinjauan pustaka yang memuat konsep teori dan konsep
keperawatan.
Bab III Berisikan tentang tinjauan kasus yang memuat pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan.
Bab IV Berisikan tentang pembahasan dan pemecahan masalah yang ditemukan dengan
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Teori
Saluran pencernaan adalah saluran yang menerima makanan dari luar dan
(pengunyahan, menelan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang
Mulur (Oral)
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 (dua ) bagian yaitu
vestibula (bagian luar yang sempit) ruang antara gusi, gigi, bibir, dan pipi. Covum oris
(rongga mulur bagian dalam) yaitu rongga mulut yang di batasi sisinya oleh tulang
Rongga mulut merupakan semua rongga yang dibatasi bibir, pipi, platum, lidah pada
bagian dasar dan bersambung dengan faring pada bagian posterior. Di dalam rongga
mulut terdapat :
Geligi, ada 2 macam yaitu gigi sulung dan gigi tetap (permanen).
Lidah, terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput
lendir.
Faring (Tekak)
Faring atau tekak adalah organ yang menghubungkan bagian mulut dengan
kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi. Faring terletak bersimpangan antara jalan napas dan jalan makanan di
belakang rongga mulut dan rongga hidung. Panjang saluran faring kurang lebih 7 cm.
Faring tersusun atas lapisan mukosa, fibrosa, dan otot. Faring dibagi menjadi 3 (tiga)
bagian :
faring ini.
Esofagus (Kerongkongan)
lambunng, panjangnya kurang lebih 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk
kardiak di bawah lambung. Lapisan dinding esofagus dari dalam ke luar tarbagi menjadi
3 (tida) yaitu lapisan selaput lendir, lapisan submukosa (lapisan otot melingkar sirkuler),
lapisan otot memanjang longitudinal. Esofagus terbagi atas 3 (tiga) bagian yaitu bagian
superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka dan
otot halus), serta bagian inferior terutama terdiri dari otot halus (Aswan Laode, 2016).
Gaster (Lambung)
Gaster atau lambug adalah bagian dari saluran yang dapat mengempang paling
sebagian disebelah kiri daerah hipokondriak dan umbilikal. Lambung terdiri dari bagian
atas fundus uteri terhubung dengan esofagus melalui orisium pilorik, terletak di bawah
diafragma di depan pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus. Lambung
terdiri dari fundus ventrikuli, korpus ventrikuli, atrium pilorus, kurvatura minor,
kurvtura mayor, dan osteum kardiakum. Lambung terdiri dari 4 (empat) struktur yang
terdiri dari lapisan peritoneal, lapisan otot, lapisan sub mukosa, dan lapisan mukosa
Pencenaan kimia.
Absobsi dari air, alkohol dan sebagian obat larut lemak yang
terbatas.
Usus halus adalah bagian sistem makanan yang berpangkal pada pilorus dan
berakhir pada seikum dengan panjang kurang lebih 6 meter. Usus halus merupakan
saluran paling panjang tempat proses saluran pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan.
Usus halus terdiri dari duodenum (usus 12 jari), panjangnya kurang lebih 25 cm,
Yeyenum dan ileum yang mempunyai panjang sekitar 6 meter, dua perlima bagian atas
adalah yeyenum dengan panjang kurang lebih 2-3 cm dan ileum dengan panjang 4-5
meter. Struktur usus halus yang terdiri dari lapsisan mukosa, lapisan otot melingkar,
lapisan otot memanjang, dan lapisan serosa. Fungsi usu halus yaitu :
Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap
nutrien).
Usus besar adalah lanjutan usus halus berbentuk “U” terbalik dari seikum,
sigmoid, dan rectum, yang panjangnya kurang lebih 1,5 m, lebarnya 5-6 cm mulai dari
Apendiks (usus buntu) merupakan bagian dari usus besar yang muncul seperti
corong dari akhir seikum pintu keluar yang sempit tetapi masih memungkinkan dapat
dilewati oleh beberapa isi usus. Apendiks tergantung menyilang pada linea terminalis
masuk ke dalam rongga pelvis minor terletak horizontal di belakang pada seikum
sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi, kadang apendiks bereaksi secara hebat
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan
kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Lendir dalamapendiks bersifat basa
mengandung amilase dan musin. Immuno globulin sekretoar yang dihasilkan oleh
GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna
termasuk apendiks ialah IGA. Immuno globulin tersebut sangat efektif sebagai
perlindungan terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak
mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika
pengosongannya tidak efektif dan lumennya cenderung kecil, maka apendiks cenderung
menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadapinfeksi. Usus besar terdiri dari :
flkesura splenik.
Konsep Apendisitis
Definisi
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur baik
laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia10 sampai
30 tahun. Apendisitis adalah radang apendiks (umbai cacing) menimbulkan nyeri akut
biasanya berawal di perut bagian atas atau tengah (Parker Steve, 2009).
infeksi pada usus buntu. Infeksi ini bisa menyebabkan pernanahan. Bila infeksi
bertambah parah, usus buntu bisa pecah. Apendiks merupakan saluran usus yang
Jadi, dapat disimpulkan apendisitis adalah kondisi dimana terjadi infeksi pada
umbai apendiks dan merupakan penyakit bedah abdomen yang paling sering terjadi.
Klasifikasi
somatik setempat
Etiologi
sebagai faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan
sebagai faktor pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks
dan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyeba dari apendisitis yatiu
menelan barium, massa fases, benda asing, ulserasi mukosa, neoplasma, striktur, dan
infeksi virus (Estrada Ronald, 2014). Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan
apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.histolytica. Penelitian
epidemiologi menunjukkan peranke biasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh
Patofisilogi
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi
mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut lokal yang ditandai oleh nyeri
epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut
akan menyebkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus
dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut apendisitis supuratif
akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang
diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila
dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan
akan bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrate
apendikularis. Peradangan pada apendiks tersebut dapat menjadi abses atau
menghilang. Pada anak-anak, kerena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang,
maka dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh
yang masih kurang sehingga memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang
tua, perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah (Arif
Mansjoer,2010).
Manifestasi Klinik
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala yang khas yang didasari oleh radang
mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, nyeri kuadran bawah terasa
dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan
serta sering buang air kecil (Parker Steve, 2009). Pada apendiks yang terinflamasi, nyeri
tekan dapat dirasakan pada kuadran kanan bawah pada titik Mc.Burney yang berada
antara umbilikus dan spinalis iliaka superior anterior. Derajat nyeri tekan, spasme otot
dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan
lokasi apendiks. Bila apendiks melingkar dibelakang sekum, nyeri perul kuadran bawah
dan nyeri tekan terasa didaerah lumbal. Bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini
dapat diketahui hanya pada pemeriksaan rekta,. nyeri pada defekasi menunjukkan ujung
apendiks berada dekat rektum. Nyeri pada saat berkemih menunjukkan bahwa ujung
apendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekakuan pada bagian
bawah otot rektus kanan dapat terjadi. Tanda rovsing dapat timbul dengan melakukan
palpasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa
dikuadran kanan bawah. Apabila apendiks telah ruptur, nyeri menjadi menyebar.
Distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik dan kondisi pasien memburuk (Brunner
Komplikasi
menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi adalah 10% sampai 32%. Insidens
lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah
awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,70C atau lebih tinggi,
penampilan toksik, dan nyeri atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu (Brunner &
Suddarth, 2003).
Penatalaksanaan
perhari).
Pembedahan (surgical)
Antibiotik dan cairan IV diberikan serta pasien diminta untuk membatasi aktivitas
perforasi. Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anestesi umum atau spinal, secara
terbuka ataupun dengan cara laparoskopi yang merupakan metode terbaru yang
sangat efektif. Bila apendiktomi terbuka, insisi Mc.Burney banyak dipilih oleh para
ahli bedah.
diagnostik pada kasus meragukan dapat segera menentukan akan dilakukan operasi
atau tidak.
Konsep Keperawatan
Konsep Proses Keperawatan.
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk
dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi pasien
baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan. Tahap ini mencakup tiga
kegiatan yaitu :
Pengumpulan Data
Tujuannya, diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada
pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk
mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan
spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat
dan mudah dianalisis. Jenis data antara lain Data objektif, yaitu data yang diperoleh
tekanan darah, serta warna kulit. Data subjektif, yaitu data yang diperoleh dari
keluhan yang dirasakan pasien, atau dari keluarga pasien/saksi lain misalnya kepala
pusing, nyeri, dan mual. Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi :
sekarang.
sekarang.
tindakan keperawatan.
kekuatan klien.
Analisa data
Perumusan Masalah
Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan asuhan keperawatan
(masalah keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan
segera mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka
tindakan harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau
kematian.
Diagnosa Keperawatan
(status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana
pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah.
ditemukan.
intervensi.
kemungkinan.
Intervensi Keperawatan
yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi kontinuita sasuhan perawatan dari satu
untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana asuhan
pertukaran dinas.
penyembuhan, gunakan data fase pengkajian fisik dan analisa riwayat perawatan paca
operasi untuk rencana perawatan klien. Pada tahap pemulihan, berkolaborasilah pada
rencana perawatan dengan terapi pernapasan, makanan, perawatan rumah, dan hal lain
untuk memenuhi kebutuhan multidispliner klien. Tujuan dari semua disiplin ilmu ini
adalah membantu klien untuk kembali ketingkat terbaik yang mungkin pada fungsi
dengan transisi yang lancar kembali ke rumah. Peran keluarga dalam rencana perawatan
Implementasi Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun
Tahap 1 : Persiapan
Tahap 3 : Dokumentasi
Evaluasi Keperawatan
sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah dirumuskan
mengatasinya.
Tujuan tidak tercapai,apabila pasien tidak
tercapainya tujuan.
Pengkajian Keperawatan
hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun
Fokus pengkajian yang dilakukan pada klien apendisitis adalah sebagai berikut :
Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
Lingkungan
Dengan adanya lingkungan yang bersih, maka daya tahan tubuh penderitaakan lebih
RiwayatKesehatan
Keluhan utama
Riwayat penyakit yang diderita pasien yang berhubungan dengan penyakit saat ini
atau penyakit yang mungkin dapat dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit yang
Sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama keluhan terjadi, bagaimana sifat dan
hebatnya keluhan, dimana keluhan timbul, keadaan apa yang memperberat dan
memperingan.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan bila
tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan bawah merupakan
kunci diagnosis dari apendisitis. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan
nyeri pada perut kanan bawah, ini disebut tanda Rovsing (Rovsing sign). Dan
apabila tekanan pada perut kiri dilepas maka juga akan terasa sakit di perut kanan
Auskultasi
Peristaltik sering normal atau peristaltik (-) pada illeus paralitik karena
peritonitis atau peradangan pada lapisan tipis dinding dalam perut maka tidak
Perkusi
Pada perkusi terdapat nyeri ketok atau suara pekak karena adanya hati (jika
terjadi peritonitis, pekak ini hilang karena bocoran usus yang mengakibatkan
apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan pemeriksaan ini terasa nyeri,
meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas mayor lewat
hiperekstensi sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila apendiks
yang meradang menempel pada m.psoas mayor, maka tindakan tersebut akan
menimbulkan nyeri. Sedangkan pada uji obturator dilakukan gerakan fleksi dan
Data yang diperoleh dalam kasus apendisitis menurut Doenges (2000) dan adalah
sebagai berikut :
Aktivitas / Istirahat
Gejala : Malaise.
Sirkulasi
Tanda : Takikardi.
Eliminasi
Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan/ nyeri lepas, kekakuan.: Penurunan atau
Makanan / Cairan
Gejala : Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus yang meningkat berat
dan terlokalisasi pada titik Mc.Burney (setengah jarak antara umbilikus dan tulang
ileum kanan), meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam (nyeri
ditekuk. Meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi
kaki kanan/ posisi duduk tegak. Nyeri lepas pada sisi kiri diduga inflamasi
peritoneal.
Pernapasan
Tanda : Takipnea atau mengalami napas pendek dan mengalami kadar saturasi O2
Keamanan
Tanda : Demam, rentan waktu hingga lebih 48 jam pasca bedah suhu mencapai
38ºC kemungkinan penyebab kerusakan jaringan pada bagian yang di operasi, 3-5
hari tingkat suhu randah atau lebih tinggi kemungkinan penyebab atelektasi yang
berhubungan pembedahan, setelah 1 minggu tingkat suhu rendah atau lebih tinggi
Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium : terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan tes protein reaktif
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada kasus apendisitis berdasarkan Nanda Nic Noc 2015
adalah :
apendektomi).
Ansietas berhubungan dengan proses
penyakit.
Intervensi Keperawatan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam nyeri dapat teratasi atau
hilang.
Intervensi :
Rasional : Tirah baring pada posisi semi fowler yang rendah dapat menurunkan
meningkatkan koping.
Rasional : Dapat menunjukkan dengan cepat faktor pencetus atau faktor pemberat
Tujuan :
Intervensi :
Rasional :
Rasional : Anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar
Tujuan :
terpenuhi.
Intervensi :
berlebihan.
Tujuan :
suhu tubuh.
Intervensi :
Rasional : Secara konduksi dan konvensi panas tubuh akan berpindah dari tubuh
Tujuan :
istrahat.
tidur.
Tujuan :
Intervensi :
perasaannya.
Rasional : Mendengar dan mengetahui perasaan klien dapat memberikan rasa lega
pencegahan.
yang dialami.
d. Implementasi Keperawatan
e. Evaluasi Keperawatan
Merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk mencapai kemampuan klien dan
TINJAUAN KASUS
Pengkajian Keperawatan
No.RM : 08-10-90
Biodata
Identitas Klien
Nama : Tn. M
Umur : 17 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Nama : Ny. Y
Umur : 39 tahun
Agama : Islam
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit BLUD RSUD Kota Baubau, klien
merasakan nyeri perut terus menerus yang dirasakan secara tiba-tiba, nyeri seperti melilit,
demam. Klien mengatakan nyeri perut awalnya di tengah lalu menjalar di bagian perut
kanan bawah. Karena klien sudah tidak tahan lagi dengan rasa sakitnya, akhirnya pada
tanggal 30 Juli 2018 pukul19.08 WITA klien di bawah ke UGD BLUD RSUD Kota
Baubau dan pada tanggal yang sama pukul 21.00 WITA di rawat di ruang Perawatan
Bedah CHR I/II (Flamboyan). Tanggal 03 Agustus 2018 pukul 08.30 WITA dilakukan
tindakan operasi berdasarkan hasil pemeriksaan USG abdomen yaitu apendisitis akut.
Provocative
klien mengatakan nyeri yang dirasakan karena adanya luka operasi, klien
melakukan aktifitas, klien tampak meringis dan tampak adanya perban luka
operasi.
Quality
Regional
Klien menegatakan nyeri dirasakan pada bagian perut kanan bawah, sekitar luka
operasi.
Severty
Timing
infeksi, dan tidak ada riwayat alergi terhadap obat dan makanan.
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan dan tidak
: hubungan perkawinan
: tinggal serumah
: klien
: keluarga klien mengatakan kakek klien meninggal di akibatkan karena sakit, dan
Riwayat Psiokologis
Klien mengatakan sebelum di operasi klien sempat cemas dengan penyakit yang ia derita,
terutama menjelang operasi. Tetapi setelah di operasi klien tidak lagi merasa cemas dengan
Riwayat Sosial
Klien mengatakan hubungan dengan keluarga baik dan klien berharap dapat sembuh sesuai
Riwayat Spiritual
Klien mengatakan sebelum dan saat sakit selalu berdoa kepada Allah SWT.
Pola Nutrisi
Tabel 3.1
Pola Nutrisi Klien
Pola Eliminasi
Tabel 3.2
Pola Eliminasi Klien
Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit
BAB
Frekuensi 1 kali / hari Selama menjalani
Konsistensi Lembek operasi di rumah sakit
Bau Khas klien belum BAB.
Warna Kuning
Kesulitan Tidak ada
BAK
4-5 kali / hari Terpasang kateter urine
Frekuensi
± 1000-1250 ml ± 700 ml
Jumlah urine
Puas Tidak diketahui
(cc/hari)
Khas Khas
Perasaan Kuning pekat
Kuning jernih
setelah BAK Terpasang kateter urine
Tidak ada
Bau Tidak ada Tidak ada
Warna
Alat bantu
Kesulitan
Berpakaian
Berhias
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Klien :
Tanda-Tanda Vital :
Sistem Pernapasan
Inspeksi : hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada pernapasan cuping
hidung, bentuk dada normal chest, dan tidak ada penggunaan otot
bantu pernapasan.
Palpasi : tidak ada nyeri dada saat bernafas, tidak ada nyeri tekan.
Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : tidak terjadi distensi vena jugularis baik kanan maupun kiri dan
Palpasi : arteri karotis teraba dengan jelas, temperatur kulit hangat atau
normal.
Sistem Persarafan
ekstremitas bawah.
Palpasi : tonus otot cukup baik untuk menahan gravitasi, dan klien dapat
Sistem Perkemihan
Perkusi : tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada pembesaran ginjal.
Sistem Pencernaan
Inspeksi : bentuk bibir simetris, mukosa bibir lembab, tidak terdapat iritasi
pada rongga mulut, gigi lengkap, tidak terpasang gigi palsu, lidah
berwana pink muda, tampak luka operasi ukuran pada perut kanan
Palpasi : tidak teraba pembesaran hepar, terdapat nyeri tekan dan nyeri
Sistem Muskuloskeletal
Inspeksi : tidak ada pembengkakan, tidak ada kemerahan, ROM aktif, tidak
bagian bawah.
Sistem Indera
Mata
Konjungtiva merah muda, skelera tidak ikterus, pupil isokor, fungsi penglihatan
baik, tidak terdapat tanda-tanda radang, reaksi terhadap cahaya baik, dan tampak
Hidung
Telinga
Tidak ada serumen, tidak ada perasaan penuh pada telinga, dan fungsi
pendengaran baik.
Bicara
dengan jelas.
Sistem Integumen
Palpasi : turgor kulit baik, bila dicubit kembali dalam waktu 2 detik.
Sistem Endokrin
Sistem Imun
Diagnosa Keperawatan
Klasifikasi Data
Tabel 3.7
Klasifikasi Data
Data Subjektif Data Objektif
Klien mengatakan nyeri Tampak meringis.
pada luka operasi. Keadaan umum lemah.
Klien mengatakan Tirah baring.
penyebab nyeri karena Skla nyeri 7 (nyeri berat)
adanya luka operasi. Lama tidur / 24 jam ± 5 jam
Klien mengatakan nyeri Tampak kantung mata agak
yang dirasakan bagian hitam.
perut kanan bawah dan Tekanan darah : 120/90
rasa nyeri seperti ditusuk- mmHg.
tusuk. Nadi : 83 x/menit.
Klien mengatakan skala Suhu : 37,3 ºC.
nyeri 7 dengan interval 0- Pernapasan : 23 kali/menit.
10 (nyeri berat) Tampak luka operasi pada
Klien mengatakan nyeri perut kanan bawahukuran ± 6
yang dirasakan hilang cm.
timbul.
Klien mengatakan susah
untuk bergerak.
Klien mengatakan mandi,
berpakaian, makan dan
minum dibantu oleh
keluarga.
Klien mengatakan susah
tidur.
Klien mengatakan sering
terbangun karena nyeri
yang dirasakan.
Klien mengatakan jam
tidur malam ± 23.00 –
02.00 WITA dan jam tidur
siang ± 13.30 – 14.00
WITA.
Klien mengatakan tidak
merasa puas setelah
bangun tidur.
Analisa Data
Tabel 3.8
Analisa Data
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam pelaksanaan proses keperawatan dilaksanakan selama tiga hari dari tanggal 03
Agustus 2018 sampai dengan tanggal 06 Agustus 2018 pada klien Tn. M dengan gangguan
sistem pencernaan : Post Operasi Apendisitis. Adapun proses keperawatan yang dilaksanakan
meliputi :
A. Pengkajian Keperawatan
Setelah penulis melakukan pengkajian pada klien Tn.M dengan gangguan sistem
pencernaan “Post Operasi Apendisitis”, maka diperoleh hasil pengkajian pada tinjauan kasus
Adapun pengkajian menurut teori yaitu nyeri pada daerah perut kuadran kanan bawah,
nyeri tekan dan lepas, dan kesulitan untuk istrahat. Sedangkan gejala yang nampak sama
dengan teori yang ada yaitu merasa sakit dan nyeri pada bagian perut kuadran kanan bawah
Dapat disimpulkan bahwa, dari hasil pengkajian yang dilakukan tidak ada kesenjangan
B. Diagnosa Keperawatan
keperawatan, yaitu :
1. Nyeri berhubungan dengan perforasi/ruptur pada apendiks, distensi jaringan
abses.
(tindakan apendektomi).
Sedangkan perumusan diagnosa keperawatan tinjauan kasus dengan klien Tn. M ditemukan
(tindakan pembedahan).
(tindakan apendektomi).
Kesenjangan yang ditemukan pada diagnosa kasus, tidak didapatkan pada teori yaitu :
hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya luka incisi bedah (tindakan
antara tinjauan teori dan tinjauan studi kasus, hal ini disebabkan karena respon individu
terhadap penyakit yang berbeda-beda dan kemampuan analisis penulis yang masih terbatas.
4. Intervensi Keperawatan
perencanaan ini penulis memprioritaskan masalah keperawatan terlebih dahulu dan penulis
Dalam merumuskan rencana asuhan keperawatan pada klien Tn. M dengan gangguan
sistem pencernaan Post Operasi Apendisitis penulis tidak mendapatkan hambatan yang
berarti, karena penyusunannya dibantu dengan berbagai sumber referensi buku, artikel, serta
5. Implementasi Keperawatan
Dalam tahap implementasi keperawatan pada klien Tn. M dengan gangguan sistem
berarti karena telah mengikuti alur pada rencana keperawatan yang telah disusun
sebelumnya, dan adanya kerjasama antara klien, keluarga, dan perawat ruangan dengan
penulis cukup baik sehingga pelaksanaan implementasi keperawatan pada klien Tn. M dapat
dilaksanakan.
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang bertujuan untuk
keperawatan.
Dalam tahap ini penulis tidak menemukan komplikasi dari gejala. Kondisi kesehatan
yang ditemukan pada klien Tn. M dengan gangguan sistem pencernaan Post Operasi
Apendisitis, semua diagnosa keperawatan teratasi dengan baik yaitu nyeri akut, gangguan
Hal-hal yang mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan adalah klien dan
keluarga sangat kooperatif, mulai dari pengkajian sampai dengan tahap evaluasi. Disamping
itu pula, kerjasama dan penerimaan yang sangat baik dengan petugas kesehatan lainnya
khususnya perawat yang ada di ruang perawatan bedah tempat dimana kasus ini dibuat.
BAB V
PENUTUP
Setelah membahas tinjauan teori, tinjauan kasus, dan pembahasan secara menyeluruh
dengan pembahasan studi kasus pada Tn. M dengan gangguan sistem pencernaan : Post Operasi
Apendisitis di Ruang Perawatan Bedah CHR I/II BLUD RSUD Kota Baubau, maka pada bab ini
A. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian Tn. M didapatkan data yang menunjang untuk mengarah pada
diagnosa apendisitis dengan data pada pengkajian yang diperoleh langsung melalui klien
maupun keluarga klien, pengamatan langsung, membaca catatan medik dan catatan
Dalam konsep tinjauan teori tidak semua diagnosa keperawatan ditemukan dalam kasus
nyata, hanya tiga diagnosa keperawatan yang muncul. Hal ini disesuaikan dengan kondisi
Intervensi yang muncul tidak sepenuhnya dijadikan intervensi oleh penulis pada pengelolaan
klien karena situasi dan kondisi klien serta situasi dan kondisi kebijakan dari instansi rumah
sakit.
Implementasi keperawatan berdasarkan kasus pada klien Tn. M dilaksanakan selama 3 x 24 jam
Dalam evaluasi keperawatan menunjukkan ketiga diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam
kasus teratasi dengan baik yaitu nyeri akut, gangguan pola tidur dan hambatan mobilitas fisik.
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien Tn. M di Ruang Perawatan
Bedah CHR I/II BLUD RSUD Kota Baubau dan kesimpulan yang telah penulis susun, maka
1. Penerapan asuhan keperawatan pada klien diharapkan kerja sama dari petugas rumah
sakit untuk melanjutkan intervensi yang telah dilaksanakan sesuai dengan kondisi
klien.
2. Pada pasien dengan apendisitis agar senantiasa menghindari faktor pencetus dan
4. Diharapkan rumah sakit dalam penerapan asuhan keperawatan perlu ditingkatkan lagi