Anda di halaman 1dari 68

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kesehatan berkembang atas dasar adanya penyakit, kebutuhan akan penyembuhan

penyakit menyebabkan munculnya orang-orang yang mencoba mengatasi penyakit dengan

cara mencari pengobatan, melakukan penelitian dibidang kesehatan beserta obat- obatan dan

vaksin. Frekuensi masalah kesehatan semakin tahun semakin meningkat terutama penyakit-

penyakit kardiovaskuler, pernapasan, perkemihan, kecelakaan, panyakit-penyakit infeksi yang

disebabkan oleh mikroorganisme seperti infeksi pada saluran pernapasan, pencernaan, dan

salah satunya adalah apendisitis. Apendiks adalah radang usus buntu (Yunisa Nanda, 2017).

Apendisitis adalah proses peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing

atau disebut apendiks. Infeksi ini bisa mengakibatkan komplikasi apabila tidak segera

mendapatkan tindakan bedah untuk penanganannya (Hariyanto Awan dan Rini Sulistyowati,

2015). Apendisitis adalah inflamasi dan obstruksi apendiks yang berbentuk cacing, apendisitis

merukapan kasus bedah yang paling umum di temukan, insiden dan tingkat kematian

berkurang dengan pemberian antibiotik atau pengobatan, jika tidak segera ditangani, pasti

fatal (Estrada Ronald, 2014).

Angka kejadian apendisits cukup tinggi di dunia berdasarkan Word Health Organisation

(WHO), angaka mortalitas akibat apendisitis adalah 21.000 jiwa, di mana populasi laki-laki

lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Angka mortalitas apendisitis sekitar 12.000

jiwa pada laki-laki dan sekitar 10.000 jiwa pada perempuan. Di Amerika Serikat terdapat

70.000 kasus apendisitis setiap tahunnya. Kejadian apendisitis di Amerika memiliki insiden
1-2 kasus per 10.000 anak pertahunnya antara kelahiran sampai umur 4 tahun. Kejadian

apendisitis meningkat 25 kasus per 10.000 anak pertahunnya antara umur 10-17 tahun di

Amerika Serikat. Apabila dirata-rata apendisitis 1,1 kasus per 1000 orang pertahun di

Amerika Sarikat (Faridah Virgianti Nur, 2015).

Kejadian apendisitis di Indonesia menurut data yang dirilis oleh kementrian kesehatan

RI pada tahun 2009 sebesar 596.123 orang dengan presentase 3.36% dan meningkat pada

tahun 2010 menjadi 621.435 orang dengan presentase 3.53%. Apendisitis merupakan penyakit

tidak menular tertinggi di Indonesia pada rawat jalan inap di rumah sakit pada tahun 2009 dan

2010 (Arifudin, Dkk, 2017).

Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Kota Baubau angka kejadian apendisitis

pada tahun 2016 terdapat 127 kasus dengan rincian 66 pasien wanita dan 61 pasien pria, dan

tahun 2017 terdapat 162 kasus dengan rincian pasien wanita dan 51 pasien pria. Hal ini

membuktikan bahwa angka kesakitan apendisitis makin lama makin meningkat (Rekam

Medik BLUD RSUD Kota Baubau, 2018).

Pengobatan apendisitis dapat melalui dua cara yaitu operasi dan non operasi pada kasus

ringan apendisitis bisa sembuh hanya dengan pengobatan tetapi untuk apendisitis yang sudah

luas infeksinya maka harus segera dilakukan tindakan bedah. Penanganan standar apendisitis

di dunia adalah operasi pengangkatan apendiks yang di sebut apendektomi (C.S. Windy dan

M. Sabir, 2016). Apendektomi, adalah salah satu tindakan gawat darurat yang paling sering

dilakukan (Parker Steve, 2009).

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, peran perawat sangat penting untuk

memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan bio, psiko, sosio, spritual terhadap

pasien dengan apendisitis, yang mencangkup aspek promotif melalui peningkatan hidup sehat
dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, istrahat yang cukup dan teratur. Aspek

preventif melalui pendidikan kesehatan tentang apendisitis, aspek kuratif yaitu dengan

pengobatan dan aspek rehabilitasi yaitu perawatan dan pengaturan diit.

Berdasarkan masalah di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. M Dengan Gangguan Sistem Pencernaan : Post

Operasi Apendisitis di Ruang Perawatan Bedah (CHR) BLUD RSUD Kota Baubau Tahun

2018”.

B.Rumusan Masalah

 Pernyataan Masalah

Peradangan apendiks sering kali tidak terdeteksi secara langsung oleh karena gejala

nyeri abdomen yang muncul bersifat hilang timbul dan dapat dikurangi dengan pengobatan

konvensional.

Karakteristik gejala yang tidak menentu mengakibatkan penderita cenderung tidak

memeriksakan dirinya sehingga tidak jarang kasus apendisitis terlambat untuk ditangani

akibatnya inflamasi lokal dapat berkembang menjadi inflamasi peritonium dan berujung

pada operasi laparatomi.

1. Pertanyaan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu “Bagaimana

penerapan asuhan keperawatan pada klien Tn. M dengan gangguan sistem pencernaan :

Post Operasi Apendisitis di Ruang Perawatan Bedah (CHR)BLUD RSUD Kota Baubau

tahun 2019?” .

2. Tujuan Penelitian

 Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman nyata dalam penerapan asuhan keperawatan pada klien Tn. M

dengan gangguan sistem pencernaan : Post Operasi Apendisitis di Ruang Perawatan Bedah

CHR I/II BLUD RSUD Kota Baubau tahun 2018.

 Tujuan Khusus

 Memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan pengkajian

dan analisis data keperawatan pada klien Tn. M dengan

gangguan sistem pencernaan : Post Operasi Apendisitis di

Ruang Perawatan Bedah CHR I/II BLUD RSUD Kota Baubau

tahun 2018.

 Memperoleh pengalaman nyata dalam merumuskan diagnosa

keperawatan pada klien Tn. M dengan gangguan sistem

pencernaan : Post Operasi Apendisitis di Ruang Perawatan

Bedah CHR I/II BLUD RSUD Kota Baubau tahun 2018.

 Memperoleh pengalaman nyata dalam menetapkan perencanaan

asuhan keperawatan pada klien Tn. M dengan gangguan sistem

pencernaan : Post Operasi Apendisitis di Ruang Perawatan

Bedah CHR I/II BLUD RSUD Kota Baubau tahun 2018.

 Memperoleh pengalaman nyata dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan pada klien Tn. M dengan gangguan sistem

pencernaan : Post Operasi Apendisitis di Ruang Perawatan

Bedah CHR I/II BLUD RSUD Kota Baubau tahun 2018.

 Memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan evaluasi

tindakan keperawatan pada klien Tn. M dengan gangguan


sistem pencernaan : Post Operasi Apendisitis di Ruang

Perawatan Bedah CHR I/II BLUD RSUD Kota Baubau tahun

2018.

 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

 ManfaatTeoritis

 Bagi Pembaca

Sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan khususnya asuhan keperawatan pada

klien dengan ganguan sistem pencernaan apendisitis.

 Bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan pengetahuan bagi mahasiswa tentang

asuhan keperawatan klien dengan apendisitis. Menghasilkan lulusan DIII keperawatan

yang mampu menjalankan tugas dan kewajiban sesuai dengan kompetensi dan moral

yang berlaku. Menghasilkan lulusan DIII keperawatan yang mampu menjalankan

asuhan keperawatan pada klien dengan apendisitis.

 Bagi peneliti

Dapat menambah wawasan pengetahuan khususnya dalam penerapan asuhan

keperawatan pada klien dengan apendisitis, serta sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan DIII keperawatan. Sebagai masukan bagi peneliti-peneliti

selanjutnya.

 Manfaat Teoritis

 Bagi pasien
Dapat menjadi bahan bacaan dan menambah wawasan tentang apendisitis. Sebagai

bahan tertulis yang mengungkapkan bahwa klien telah menerima asuhan keperawatan

yang merupakan bantuan dalam pemecahan masalah kesehatan yang dialami klien.

 Bagi perawat

Sebagai bahan masukan bagi tenaga perawat dalam memberi asuhan keperawatan

khususnya klien dengan apendisitis.

 Bagi rumah sakit diharapkan

Dapat menjadi rujukan dalam penanganan klien dengan apendisitis di Ruang Perawatan

Bedah CHR I/II BLUD RSUD Kota Baubau. Sebagi bahan masukan dalam rangka

meningkatkan penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medik

apendisitis dan sebagai bahan evaluasi dalam penanganan masalah pasien.

 Metode Penelitian

Pada penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriptif melalui

studi kasus berdasarkan pendekatan proses keperawatan meliputi pengkajian keperawatan,

diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi

keperawatan. Instrumen penelitian menggunakan format pengkajian. Selanjutnya penulis

melakukan tindakan keperawatan, melalui evaluasi hasil tindakan serta mendokumentasikan

dengan cara narasi. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara :

 Studi kepustakaan
Dalam hal ini berguna mendapatkan referansi yang digunakan dan mendukung data-data

lain serta metode kepustakaan yang mendukung pelaksanaan dari studi kasus Karya Tulis

Ilmiah.

 Studi kasus

Dilaksanakan dengan wawancara, dalam hal ini peneliti mengumpulkan data dengan

melaksanakan tanya jawab secara langsung kepada klien dan keluarga klien untuk

mendapatkan data subjektif yang dapat mendukung diagnosa keperawatan.

 Observasi partisipasi

Observasi partisipasi adalah mengamati keadaan klien yang meliputi bio, psiko, sosial,

kultural, dan spritual.

 Studi dokumentasi

Dengan melihat catatan klien terhadap pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lainnya

berkaitan dengan masalah klien serta interpretasi dari tindakan yang telah diberikan.

 Melakukan diskusi-diskusi dengan dosen pembimbing KTI (karya Tulis

Ilmiah) dan berbagai pihak lainnya.

 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dari tanggal 13 Juli 2018 sampai 06 Agustus 2018,

dalam bentuk penerapan asuhan keperawatan pada klien Tn. M “Post Operasi Apendisitis”

dan lokasi dalam penelitian ini adalah di Ruang Perawatan Bedah CHR I/II BLUD RSUD

Kota Baubau 2018.


 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan KTI (Karya Tulis Ilmiah) dibagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai

berikut :

Bab I Berisikan tentang pendahuluan yang memuat latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, waktu dan lokasi

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Berisikan tentang tinjauan pustaka yang memuat konsep teori dan konsep

keperawatan.

Bab III Berisikan tentang tinjauan kasus yang memuat pengkajian keperawatan, diagnosa

keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi

keperawatan.
Bab IV Berisikan tentang pembahasan dan pemecahan masalah yang ditemukan dengan

penerapan asuhan keperawatan.

Bab V Berisikan tentang penutup yang memuat kesimpulan dan saran.

Daftar Pustaka

Lampiran-lampiran.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 Konsep Teori

 Konsep Anatomi dan Fisiologi.

Saluran pencernaan adalah saluran yang menerima makanan dari luar dan

mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan

(pengunyahan, menelan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang

mulai dari mulut sampai anus (Aswan Laode, 2016).

Adapun struktur saluran pencernaan meliputi :

 Mulur (Oral)
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 (dua ) bagian yaitu

vestibula (bagian luar yang sempit) ruang antara gusi, gigi, bibir, dan pipi. Covum oris

(rongga mulur bagian dalam) yaitu rongga mulut yang di batasi sisinya oleh tulang

maksilaris, platum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan faring.

Rongga mulut merupakan semua rongga yang dibatasi bibir, pipi, platum, lidah pada

bagian dasar dan bersambung dengan faring pada bagian posterior. Di dalam rongga

mulut terdapat :

 Geligi, ada 2 macam yaitu gigi sulung dan gigi tetap (permanen).

 Kelenjar ludah (saliva) yang dihasilkan di dalam rongga mulut

yang terdapat 3 (tiga) kelenjar ludah yaitu kelenjar paroti, kelenjar

submandibularis, dan kelenjar sublingualis,

 Lidah, terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput

lendir.

 Faring (Tekak)

Faring atau tekak adalah organ yang menghubungkan bagian mulut dengan

kerongkongan (osofagus). Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu

kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan

terhadap infeksi. Faring terletak bersimpangan antara jalan napas dan jalan makanan di

belakang rongga mulut dan rongga hidung. Panjang saluran faring kurang lebih 7 cm.

Faring tersusun atas lapisan mukosa, fibrosa, dan otot. Faring dibagi menjadi 3 (tiga)

bagian :

 Bagian superior yaitu bagian yang sama tinggi dengan

hidung. bagian superior biasa di sebut nasofaring, pada naso


faring bermula tuba eustakhius yang menghubungkan tekak

dengan ruang gendang telinga.

 Bagian media yaitu bagian yang sama tinggi dengan mulut.

Bagian media disebut orofaring, begian ini berbatas kedepan

sampai akar lidah. Kedua tonsil ada di dinding lateral daerah

faring ini.

 Bagian inferior yaitu bagian yang sama tinggi dengan laring.

Bagian inferior disebut laringo faring yang menghubungkan

orafaring dengan laring (Aswan Laode, 2016).

 Esofagus (Kerongkongan)

Esofagus (kerongkongan) adalah saluran yang menghubungkan faring dengan

lambunng, panjangnya kurang lebih 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk

kardiak di bawah lambung. Lapisan dinding esofagus dari dalam ke luar tarbagi menjadi

3 (tida) yaitu lapisan selaput lendir, lapisan submukosa (lapisan otot melingkar sirkuler),

lapisan otot memanjang longitudinal. Esofagus terbagi atas 3 (tiga) bagian yaitu bagian

superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka dan

otot halus), serta bagian inferior terutama terdiri dari otot halus (Aswan Laode, 2016).

 Gaster (Lambung)

Gaster atau lambug adalah bagian dari saluran yang dapat mengempang paling

banyak terutama di daerah epigaster. Terletak terutama di daerah epigastrik, dan

sebagian disebelah kiri daerah hipokondriak dan umbilikal. Lambung terdiri dari bagian

atas fundus uteri terhubung dengan esofagus melalui orisium pilorik, terletak di bawah

diafragma di depan pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus. Lambung
terdiri dari fundus ventrikuli, korpus ventrikuli, atrium pilorus, kurvatura minor,

kurvtura mayor, dan osteum kardiakum. Lambung terdiri dari 4 (empat) struktur yang

terdiri dari lapisan peritoneal, lapisan otot, lapisan sub mukosa, dan lapisan mukosa

berbentuk rugae (kerutan). Adapun fungsi lambung yaitu :

 Penyimpanan sementara yang memberikan waktu bagi enzim

pencernaan dan pepsin bekerja.

 Pencenaan kimia.

 Penghancuran secara mekanik.

 Absobsi dari air, alkohol dan sebagian obat larut lemak yang

terbatas.

 Sekresi hormon gastrik.

 Usus Halus (Intestinum Minor)

Usus halus adalah bagian sistem makanan yang berpangkal pada pilorus dan

berakhir pada seikum dengan panjang kurang lebih 6 meter. Usus halus merupakan

saluran paling panjang tempat proses saluran pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan.

Usus halus terdiri dari duodenum (usus 12 jari), panjangnya kurang lebih 25 cm,

Yeyenum dan ileum yang mempunyai panjang sekitar 6 meter, dua perlima bagian atas

adalah yeyenum dengan panjang kurang lebih 2-3 cm dan ileum dengan panjang 4-5

meter. Struktur usus halus yang terdiri dari lapsisan mukosa, lapisan otot melingkar,

lapisan otot memanjang, dan lapisan serosa. Fungsi usu halus yaitu :
 Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap

melalui kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe (absorpsi

nutrien).

 Penghasilan gerakan peristaltik.

 Menyerap protein dalam bentuk asam amino.

 Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.

 Sekresi hormon kolesistokinin dan sekresi (Aswan Laode, 2016)..

 Usus Besar (Intestinum Mayor)

Usus besar adalah lanjutan usus halus berbentuk “U” terbalik dari seikum,

apendiks vermiformis, colon asendens, colon transversum, colon desendens, colon

sigmoid, dan rectum, yang panjangnya kurang lebih 1,5 m, lebarnya 5-6 cm mulai dari

valvula ileosaekal samapai anus.

Apendiks (usus buntu) merupakan bagian dari usus besar yang muncul seperti

corong dari akhir seikum pintu keluar yang sempit tetapi masih memungkinkan dapat

dilewati oleh beberapa isi usus. Apendiks tergantung menyilang pada linea terminalis

masuk ke dalam rongga pelvis minor terletak horizontal di belakang pada seikum

sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi, kadang apendiks bereaksi secara hebat

dan hiperaktif yang menimbulkan perforasi dibandingkan ke dalam rongga abdomen.

Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan

kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Lendir dalamapendiks bersifat basa

mengandung amilase dan musin. Immuno globulin sekretoar yang dihasilkan oleh

GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna

termasuk apendiks ialah IGA. Immuno globulin tersebut sangat efektif sebagai
perlindungan terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak

mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika

dibandingkan dengan jumlahnya disaluran cerna dan diseluruh tubuh. Karena

pengosongannya tidak efektif dan lumennya cenderung kecil, maka apendiks cenderung

menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadapinfeksi. Usus besar terdiri dari :

 Sekum, adalah kantung tertutup yang menggantung

dibawah area katup ileosekal. Apendiks vermiformis

merupakan suatu tabung buntu yang sempit, berisi

jaringan limfoid, menonjol dari ujung sekum.

 Kolon, adalah bagian usus besar, mulia dari sekum

sampai rektum. Kolon memiliki tiga bagian, yaitu :

 Kolon asenden, Merentang dari sekum sampai ke

tepi bawah hati sebelah kanan dan membalik secara

horizontal pada fleksurahepatika.

 Kolon transversum, Merentang menyilang abdomen

dibawah hati dan lambung sampai ke tepi lateral

ginjal kiri, tempatnya memutar kebawah pada

flkesura splenik.

 Kolon desenden, Merentang ke bawah pada sisi kiri

abdomen dan menjadi kolon sigmoid berbentuk S

yang bermuara di rektum.

 Rektum, adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya.

Rektum terletak dibawah kolon sigmoid yang


menghubungkan intestinum mayor dengan anus, terletak

dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os

koksigeus (Aswan Laode, 2016).

 Konsep Apendisitis

 Definisi

Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan

penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur baik

laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia10 sampai

30 tahun. Apendisitis adalah radang apendiks (umbai cacing) menimbulkan nyeri akut

biasanya berawal di perut bagian atas atau tengah (Parker Steve, 2009).

Adapun pengertian apendisitis yang lainnya adalah peradangan akibat adanya

infeksi pada usus buntu. Infeksi ini bisa menyebabkan pernanahan. Bila infeksi

bertambah parah, usus buntu bisa pecah. Apendiks merupakan saluran usus yang

ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar.

Jadi, dapat disimpulkan apendisitis adalah kondisi dimana terjadi infeksi pada

umbai apendiks dan merupakan penyakit bedah abdomen yang paling sering terjadi.

 Klasifikasi

Menurut Sjamsuhidayat (2005), Klasifikasi apendisitis terbagi menjadi dua yaitu :

 Apendisitis akut, sering tampil dengan gejala khas

yang didasari oleh radang mendadak umbai cacing

yang memberikan tanda setempat, disertai maupun

tidak disertai rangsang peritonieum lokal. Gajala

apendisitis akut talah nyeri samar-samar dan tumpul


yang merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium

disekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual

dan kadang muntah. Umumnya nafsu makan

menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah

ketitik mcBurney. Disini nyeri dirasakan lebih tajam

dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri

somatik setempat

 Apendisitis kronik, diagnosis apendisitis kronis baru

dapat ditegakkan jika ditemukan adanya : riwayat

nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang

kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik.

Kriteria mikroskopik apendisitis kronikadalah fibrosis

menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau

totallumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus

lama dimukosa , dan adanya sel inflamasi kronik.

Insiden apendisitis kronik antara 1-5%.

 Etiologi

Apendisitis akut merupakan merupakan infeksi bakteria. Berbagai berperan

sebagai faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan

sebagai faktor pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks

dan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyeba dari apendisitis yatiu

menelan barium, massa fases, benda asing, ulserasi mukosa, neoplasma, striktur, dan

infeksi virus (Estrada Ronald, 2014). Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan
apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.histolytica. Penelitian

epidemiologi menunjukkan peranke biasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh

konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan

intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya

pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini mempermudah timbulnya

apendisitis akut (Sjamsuhidayat, 2005).

 Patofisilogi

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh

hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat

peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang

diproduksi mukosa mengalami bendungan. Tekanan yang meningkat tersebut akan

menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi

mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut lokal yang ditandai oleh nyeri

epigastrium.

Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut

akan menyebkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus

dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga

menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut apendisitis supuratif

akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang

diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila

dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.

Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan

akan bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrate
apendikularis. Peradangan pada apendiks tersebut dapat menjadi abses atau

menghilang. Pada anak-anak, kerena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang,

maka dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh

yang masih kurang sehingga memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang

tua, perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah (Arif

Mansjoer,2010).

 Pathway Berdasarkan Penyimpangan KDM


Reaksi hospitalisai dan pembedahan apendektomi

 Manifestasi Klinik

Apendisitis akut sering tampil dengan gejala yang khas yang didasari oleh radang

mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, nyeri kuadran bawah terasa

dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan

serta sering buang air kecil (Parker Steve, 2009). Pada apendiks yang terinflamasi, nyeri

tekan dapat dirasakan pada kuadran kanan bawah pada titik Mc.Burney yang berada

antara umbilikus dan spinalis iliaka superior anterior. Derajat nyeri tekan, spasme otot

dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan

lokasi apendiks. Bila apendiks melingkar dibelakang sekum, nyeri perul kuadran bawah

dan nyeri tekan terasa didaerah lumbal. Bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini

dapat diketahui hanya pada pemeriksaan rekta,. nyeri pada defekasi menunjukkan ujung

apendiks berada dekat rektum. Nyeri pada saat berkemih menunjukkan bahwa ujung

apendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekakuan pada bagian

bawah otot rektus kanan dapat terjadi. Tanda rovsing dapat timbul dengan melakukan

palpasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa

dikuadran kanan bawah. Apabila apendiks telah ruptur, nyeri menjadi menyebar.
Distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik dan kondisi pasien memburuk (Brunner

& Suddarth, 2003).

 Komplikasi

Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks yang dapat berkembang

menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi adalah 10% sampai 32%. Insidens

lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah

awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,70C atau lebih tinggi,

penampilan toksik, dan nyeri atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu (Brunner &

Suddarth, 2003).

 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan apendisitis tergantung dari nyeri apendisitisnya akut atau kronis.

Penatalaksanaan dapat berupa :

 Non bedah (non surgical)

Penatalaksanaan ini dapat berupa :

 Batasi diet dengan makan sedikit dan sering (4-6 kali

perhari).

 Minum cairan adekuat pada saat makan untuk

membantu proses makanan.

 Makan perlahan dan menyunyah sempurna untuk

menambah saliva pada makanan.

 Hindari makanan yang bersuhu ekstrime, pedas,

berlemak, alkohol, kopi, coklat dan jus jeruk.


 Hindari makan dan minum 3 jam sebelum istrahat

untuk mencegah refluks non turnal.

 Tinggikan kepala tidur 6-8 inchi untuk mencegah

terjadinya refluks non turnal.

 Turunkan berat badan bila kegemukan untuk

menurunkan gradien tekanan gastro esophagus.

 Pembedahan (surgical)

Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan.

Antibiotik dan cairan IV diberikan serta pasien diminta untuk membatasi aktivitas

fisik sampai pembedahan dilakukan (akhyar yayan, 2008). Analgetik dapat

diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Apendiktomi (pembedahan untuk

mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko

perforasi. Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anestesi umum atau spinal, secara

terbuka ataupun dengan cara laparoskopi yang merupakan metode terbaru yang

sangat efektif. Bila apendiktomi terbuka, insisi Mc.Burney banyak dipilih oleh para

ahli bedah.

Pada penderita yang diagnosisnya tidak jelas sebaiknya dilakukan observasi

dulu. Pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi bisa dilakukan bila dalam

observasi masih terdapat keraguan. Bila terdapat laparoskop, tindakan laparoskopi

diagnostik pada kasus meragukan dapat segera menentukan akan dilakukan operasi

atau tidak.

 Konsep Keperawatan
 Konsep Proses Keperawatan.

 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk

dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi pasien

baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan. Tahap ini mencakup tiga

kegiatan yaitu :

 Pengumpulan Data

Tujuannya, diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada

pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk

mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan

spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat

dan mudah dianalisis. Jenis data antara lain Data objektif, yaitu data yang diperoleh

melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh,

tekanan darah, serta warna kulit. Data subjektif, yaitu data yang diperoleh dari

keluhan yang dirasakan pasien, atau dari keluarga pasien/saksi lain misalnya kepala

pusing, nyeri, dan mual. Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi :

 Status kesehatan sebelumnya dan

sekarang.

 Fungsi status sebelumnya dan

sekarang.

 Respon terhadap terapi medis dan

tindakan keperawatan.

 Resiko untuk masalah potensial.


 Hal-hal yang menjadi dorongan atau

kekuatan klien.

 Analisa data

Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan pola berpikir rasional

sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan.

 Perumusan Masalah

Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan.

Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan asuhan keperawatan

(masalah keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan

medis. Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas. Prioritas

masalah ditentukan berdasarkan kriteria penting dan segera. Penting mencakup

kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan komplikasi, sedangkan

segera mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka

tindakan harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau

kematian.

 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia

(status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana

perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara

pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah.

Perumusan diagnosa keperawatan :


 Aktual : menjelaskan masalah nyata saat

ini sesuai dengan data klinik yang

ditemukan.

 Resiko: menjelaskan masalah kesehatan

nyata akan terjadi jika tidak di lakukan

intervensi.

 Kemungkinan : menjelaskan bahwa

perlu adanya data tambahan untuk

memastikan masalah keperawatan

kemungkinan.

 Wellness : keputusan klinik tentang

keadaan individu, keluarga, atau

masyarakat dalam transisi dari tingkat

sejahtera tertentu ketingkat sejahtera

yang lebih tinggi.

 Syndrom : diagnose yang terdiri dari

kelompok diagnosa keperawatan aktual

dan resiko tinggi yang diperkirakan

muncul/timbul karena suatu kejadian

atau situasi tertentu.

 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien.

Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat


mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan

yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi kontinuita sasuhan perawatan dari satu

perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan

untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana asuhan

keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan

pertukaran dinas.

Rencana perawatan di pacu melibatkan pemantauan dan pengkajian erat klien

untuk memastikan kembalinya ke fungsi fisiologis yang stabil. Selama fase

penyembuhan, gunakan data fase pengkajian fisik dan analisa riwayat perawatan paca

operasi untuk rencana perawatan klien. Pada tahap pemulihan, berkolaborasilah pada

rencana perawatan dengan terapi pernapasan, makanan, perawatan rumah, dan hal lain

untuk memenuhi kebutuhan multidispliner klien. Tujuan dari semua disiplin ilmu ini

adalah membantu klien untuk kembali ketingkat terbaik yang mungkin pada fungsi

dengan transisi yang lancar kembali ke rumah. Peran keluarga dalam rencana perawatan

penting untuk pemulihan (Perry dan Petter, 2010).

 Implementasi Keperawatan

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.

Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan

pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun

tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :

Tahap 1 : Persiapan

Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk

mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap perencanaan.


Tahap 2 : Implementasi

Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan

pelaksanaan tindakan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.

Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan : independen,

dependen, dan interdependen.

Tahap 3 : Dokumentasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang

lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

 Evaluasi Keperawatan

Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses

dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat

dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan

sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah dirumuskan

sebelumnya.Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :

 Tujuan tercapai, apabila pasien telah

menunjukan perbaikan/kemajuan sesuai

dengan kriteria yang telah di tetapkan.

 Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu

tidak tercapai secara maksimal, sehingga

perlu di cari penyebab dan cara

mengatasinya.
 Tujuan tidak tercapai,apabila pasien tidak

menunjukan kemajuan sama sekali bahkan

timbul masalah baru. Dalam hal ini perawat

perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam

apakah terdapat data, analisis, diagnosa,

tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak

sesuai yang menjadi penyebab tidak

tercapainya tujuan.

Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses keperawatan dari pengkajian

sampai dengan evaluasi kepada pasien,seluruh tindakannya harus di dokumentasikan

dengan benar dalam dokumentasi keperawatan.

 Konsep Asuhan Keperawatan

 Pengkajian Keperawatan

Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan

hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun

selama pasien dirawat di rumah sakit.

Fokus pengkajian yang dilakukan pada klien apendisitis adalah sebagai berikut :

 Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,

pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.

 Lingkungan

Dengan adanya lingkungan yang bersih, maka daya tahan tubuh penderitaakan lebih

baik dari pada tinggal di lingkungan yang kotor.

 RiwayatKesehatan

 Keluhan utama

Keluhan atau pernyataan pasien mengenai masalah atau penyakit yang di

deritanaya, sehingga menjadi alasan pasien masuk rumah sakit.

 Riwayat Kesehatan Dahulu

Riwayat penyakit yang diderita pasien yang berhubungan dengan penyakit saat ini

atau penyakit yang mungkin dapat dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit yang

diderita klien saat ini.

 Riwayat Kesehatan Sekarang

Sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama keluhan terjadi, bagaimana sifat dan

hebatnya keluhan, dimana keluhan timbul, keadaan apa yang memperberat dan

memperingan.

 Pemeriksaan Fisik

 Inspeksi

Pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling, sehingga

pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi abdomen.


 Palpasi

Pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan bila

tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan bawah merupakan

kunci diagnosis dari apendisitis. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan

nyeri pada perut kanan bawah, ini disebut tanda Rovsing (Rovsing sign). Dan

apabila tekanan pada perut kiri dilepas maka juga akan terasa sakit di perut kanan

bawah, ini disebut tanda Blumberg (Blumberg sign).

 Auskultasi

Peristaltik sering normal atau peristaltik (-) pada illeus paralitik karena

peritonitis generalisata akibat appendisitis perforata. Auskultasi tidak banyak

membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis, tetapi kalau sudah terjadi

peritonitis atau peradangan pada lapisan tipis dinding dalam perut maka tidak

terdengar bunyi peristaltik usus.

 Perkusi

Pada perkusi terdapat nyeri ketok atau suara pekak karena adanya hati (jika

terjadi peritonitis, pekak ini hilang karena bocoran usus yang mengakibatkan

inflamasi dan kembung).

 Pemeriksaan Colok Dubur

Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis untuk menentukkan letak apendiks

apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan pemeriksaan ini terasa nyeri,

maka kemungkinan apendiks yang meradang di daerah pelvis. Pemeriksaan ini

merupakan kunci diagnosis apendisitis pelvika.


 Uji Psoas dan Uji Obturator

Pemeriksaan ini dilakukan juga untuk mengetahui letak apendiks yang

meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas mayor lewat

hiperekstensi sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila apendiks

yang meradang menempel pada m.psoas mayor, maka tindakan tersebut akan

menimbulkan nyeri. Sedangkan pada uji obturator dilakukan gerakan fleksi dan

andorotasi sendi panggul pada posisi terlentang.

 Perubahan Pola Fungsi

Data yang diperoleh dalam kasus apendisitis menurut Doenges (2000) dan adalah

sebagai berikut :

 Aktivitas / Istirahat

Gejala : Malaise.

 Sirkulasi

Tanda : Takikardi.

 Eliminasi

Gejala : Konstipasi pada awitan awal. Diare (kadang-kadang).

Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan/ nyeri lepas, kekakuan.: Penurunan atau

tidak ada bising usus.

 Makanan / Cairan

Gejala : Anoreksia.: Mual/muntah.

 Nyeri / Ketidak nyamanan

Gejala : Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus yang meningkat berat

dan terlokalisasi pada titik Mc.Burney (setengah jarak antara umbilikus dan tulang
ileum kanan), meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam (nyeri

berhenti tiba-tiba diduga perforasi atau infark pada apendiks).

Tanda : Perilaku berhati-hati ; berbaring ke samping atau telentang dengan lutut

ditekuk. Meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi

kaki kanan/ posisi duduk tegak. Nyeri lepas pada sisi kiri diduga inflamasi

peritoneal.

 Pernapasan

Tanda : Takipnea atau mengalami napas pendek dan mengalami kadar saturasi O2

(oksigen) yang rendah (Hopkins dan Tracey, 2014).

 Keamanan

Tanda : Demam, rentan waktu hingga lebih 48 jam pasca bedah suhu mencapai

38ºC kemungkinan penyebab kerusakan jaringan pada bagian yang di operasi, 3-5

hari tingkat suhu randah atau lebih tinggi kemungkinan penyebab atelektasi yang

disertai dengan infeksi yang berhubungan dengan pembedahan, setelah 5 hari

tingkat suhu rendah atau lebih tinggi kemungkinan penyebab komplikasi

berhubungan pembedahan, setelah 1 minggu tingkat suhu rendah atau lebih tinggi

kemungkinan penyebab infeksi pada luka (Hopkins dan Tracey, 2014).

 Pemeriksaan Diagnostik

Laboratorium : terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan tes protein reaktif

(CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlahleukosit antara 10.000-


20.000/ml (leukositosis) dan neutrofildiatas 75%. Sedangkan pada CRP ditemukan

jumlah serumyang meningkat.

 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada kasus apendisitis berdasarkan Nanda Nic Noc 2015

adalah :

 Nyeri berhubungan dengan perforasi atau

ruptur pada apendiks, distensi jaringan usus

oleh inflamasi dan luka insisi bedah.

 Kurang volume cairan berhubungan

dengan pengeluaran cairan berlebih, status

hipermetaabolik, dan inflamasi peritonium

dengan cairan asing.

 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,

mual dan muntah.

 Hipertermi berhubungan dengan respon

sistemik dari inflamasi, tidak adekuatnya

pertahanan utama, perforasi/ ruptur pada

apendiks, pembentukan abses.

 Gangguan pola tidur berhubungan dengan

terputusnya kontinuitas jaringan (tindakan

apendektomi).
 Ansietas berhubungan dengan proses

penyakit.

 Intervensi Keperawatan

Disesuaikan dengan diagnosa keperawatan, yang berupa :

 Nyeri berhubungan dengan perforasi/ruptur pada apendiks,

distensi jaringan usus oleh inflamasi.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam nyeri dapat teratasi atau

hilang.

Intervensi :

 Observasi dan catat lokasi, beratnya dan karakteristik nyeri

(menetap, hilang timbul)

Rasional : Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi

tentang perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi, dan keefektifan intervensi.

b) Tingkatkan tirah baring, biarkan klien melakukan posisi yang nyaman.

Rasional : Tirah baring pada posisi semi fowler yang rendah dapat menurunkan

tekanan intra abdomen.


c) Dorong menggunakan teknik relaksasi dengan latihan nafas dalam.

Rasional : Meningkatkan istrahat, memusatkan kembali perhatian dan

meningkatkan koping.

d) Kaji ulang faktor-faktor yang menignkatkan atau menghilangkan nyeri.

Rasional : Dapat menunjukkan dengan cepat faktor pencetus atau faktor pemberat

atau mengindentifikasi terjadinya komplikasi.

e) Beri makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi pada klien.

Rasional : Makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga menghancurkan

kandungan gaster yang mencegah distensi dan haluaran gaster.

 Kurang volume cairan berhubungan dengan pengeluaran

cairan berlebih, status hipermetaabolik, dan inflamasi

peritonium dengan cairan asing.

Tujuan :

Menunjukkan tanda rehidrasi dan mempertahankan hidrasi adekuat.

Intervensi :

 Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit.

Rasional : Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa

dan pemekata urin.

 Pantau intake dan output.

Rasional :

Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak

adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.

 Timbang berat badan setiap hari.


Rasional : Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan

kehilangan cairan 1 liter.

 Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada

kien, 2-3 liter/hari.

Rasional : Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral.

 Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik).

Rasional : Anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar

simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti

bakteri berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.

 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi

terpenuhi.

Intervensi :

 Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet.

Rasional :Mengandung zat yang diperlukan, untuk proses pertumbuhan.

 Ciptakan lingkungan yang bersih.

Rasional : Situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.

 Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang

berlebihan.

Rasional : Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan.

 Monitor intake dan output dalam 24 jam.


Rasional : Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.

 Hipertermi berhubungan dengan respon sistemik dari

inflamasi, tidak adekuatnya pertahanan utama, perforasi/

ruptur pada apendiks, pembentukan abses.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di rumah sakit terjadi penurunan

suhu tubuh.

Intervensi :

 Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang cara

menurunkan suhu tubuh.

Rasional : Sebagai data dasar dalam memberikan intervensi selanjutnya.

 Beri kompres dengan air hangat terjadi panas.

Rasional : Secara konduksi dan konvensi panas tubuh akan berpindah dari tubuh

ke material yang dingin.

 Anjurkan keluarga klien untuk melakukan massage.

Rasional : Dapat meningkatkan aliran darah ke perifer.

 Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik.

Rasional : Antipiretik bertujuan memblok respon panas sehingga suhu tubuh

dapat cepat menurun.

 Gangguan pola tidur berhubungan dengan terputusnya

kontinuitas jaringan (tindakan apendektomi).

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu beradaptasi.


Intervensi :

 Kaji kebutuhan istrahat dan tidur klien.

Rasional : Mengetahui kualitas tidur yang seharusnya dibutuhkan oleh klien.

 Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.

Rasional : Mengurangi rangsangan dari luar sehingga memberikan kesempatan

pada klien untuk dapat istrahat dan tidur.

 Jelaskan pada klien dan keluarga tentang pentingnya

istrahat.

Rasional : Meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya kebutuhan istrahat dan

tidur.

 Ansietas berhubungan dengan proses penyakit.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan keluarga memahami tentang prognosis,

kondisi, dan pengobatan.

Intervensi :

 Kaji tingkat kecemasan klien.

Rasional : Sebagai data awal dalam penentuan intervensi yang tepat.

 Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan

perasaannya.

Rasional : Mendengar dan mengetahui perasaan klien dapat memberikan rasa lega

dan merasa diperhatikan.

 Beri penjelasan kepada klien dan keluarga tentang penyakit

yang dialami klien.


Rasional : Menambah pemahaman tentang penyakit, pengobatan, dan

pencegahan.

 Ciptakan lingkungan yang tenang.

Rasional : Meningkatkan relaksasi dan membantu menurunkan tingkat kecemasan

yang dialami.

d. Implementasi Keperawatan

Selama tahap implementasi, perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan.

Instruksi keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien memenuhi kebutuhan

yang telah direncanakan.

e. Evaluasi Keperawatan

Merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk mencapai kemampuan klien dan

tujuan dengan melihat perkembangan klien. Evaluasi klien apendisitis dilakukan

berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya pada tujuan, yaitu :

 Nyeri dapat teratasi atau hilang.

 Mempertahankan hidrasi adekuat.

 Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

 Tanda-tanda vital dalam batas normal.

 Kebutuhan tidur terpenuhi.

 Klien nampak tenang dan rileks.


BAB III

TINJAUAN KASUS

 Pengkajian Keperawatan

Tanggal / Jam Masuk RS : 30 Juli 2018/ 19.08 WITA

Tanggal / JamOperasi : 03 Agustus 2018 / 08.30 WITA

Tanggal / Jam Pengkajian : 03 Agustus 2018 / 13.00 WITA

Ruang Perawatan : Flamboyan CHR I / II

No.RM : 08-10-90

Diagnosa Medis : Post Operasi ApendisitisAkut

 Biodata

 Identitas Klien

Nama : Tn. M

Umur : 17 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum menikah

Pekerjaan : Pelajar

Pendidikan terakhir : SMP

Suku/Bangsa : Buton/ Indonesia

Alamat : BTN Palagimata


 Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. Y

Umur : 39 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku/Bangsa : Buton/ Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Hub. dengan klien : Ibu kandung

Alamat : BTN Palagimata

Sumber biaya klien : BPJS Kesehatan

 Alasan Masuk Rumah Sakit

Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit BLUD RSUD Kota Baubau, klien

merasakan nyeri perut terus menerus yang dirasakan secara tiba-tiba, nyeri seperti melilit,

demam. Klien mengatakan nyeri perut awalnya di tengah lalu menjalar di bagian perut

kanan bawah. Karena klien sudah tidak tahan lagi dengan rasa sakitnya, akhirnya pada

tanggal 30 Juli 2018 pukul19.08 WITA klien di bawah ke UGD BLUD RSUD Kota

Baubau dan pada tanggal yang sama pukul 21.00 WITA di rawat di ruang Perawatan

Bedah CHR I/II (Flamboyan). Tanggal 03 Agustus 2018 pukul 08.30 WITA dilakukan

tindakan operasi berdasarkan hasil pemeriksaan USG abdomen yaitu apendisitis akut.

 Riwayat Kesehatan Sekarang


 Keluhan utama : nyeri akut.

 Keluhan yang menyertai : klien mengatakan pusing, klien mengatakan

nyeri pada luka operasi, Klien mengatakan penyebab nyeri karena

adanya luka operasi, klien mengatakan susah untuk bergerak, klien

tampak berbaring, klien mengatakan susah tidur, klien mengatakan

sering terbangun karena nyeri yang dirasakan, klien mengatakan tidak

merasa puas setelah bangun tidur, klien tampak lemah.

 Riwayat keluhan utama :

 Provocative

klien mengatakan nyeri yang dirasakan karena adanya luka operasi, klien

mengatakan penyebab timbulnya nyeri apabila klien bergerak dan mencoba

melakukan aktifitas, klien tampak meringis dan tampak adanya perban luka

operasi.

 Quality

Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk.

 Regional

Klien menegatakan nyeri dirasakan pada bagian perut kanan bawah, sekitar luka

operasi.

 Severty

Klien mengatakan skala nyeri 7 dengan interval 0-10 (nyeri berat)

 Timing

Klien menegatakan nyeri dirasakan hilang timbul.

 Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Klien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit, tidak pernah mengalami penyakit

infeksi, dan tidak ada riwayat alergi terhadap obat dan makanan.

 Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan dan tidak

ada riwayat penyakit infeksi dan menular.

Genogram 3 (Tiga) generasi :

Gambar 3.1 Genogram 3 (Tiga) Generasi


Keterangan :

/ : laki-laki / perempuan meninggal

/ : laki-laki / perempuan hidup

: hubungan perkawinan

: hubungan saudara / keturunan

: tinggal serumah

: klien

: keluarga klien mengatakan kakek klien meninggal di akibatkan karena sakit, dan

sakitnya itu tidak diketahui.

 Riwayat Psiokologis
Klien mengatakan sebelum di operasi klien sempat cemas dengan penyakit yang ia derita,

terutama menjelang operasi. Tetapi setelah di operasi klien tidak lagi merasa cemas dengan

penyakit yang ia derita.

 Riwayat Sosial

Klien mengatakan hubungan dengan keluarga baik dan klien berharap dapat sembuh sesuai

dengan yang diharapkan.

 Riwayat Spiritual

Klien mengatakan sebelum dan saat sakit selalu berdoa kepada Allah SWT.

 Pola Aktifitas Sehari-hari

 Pola Nutrisi
Tabel 3.1
Pola Nutrisi Klien

Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit


Makanan :
 Selera Baik Kurang
makan Nasi, ikan, dan sayur Bubur
 Menu 3 kali / hari 2 kali / hari
makan 1 porsi makan 1/3 porsi makan
 Frekuensi dihabiskan dihabiskan
 Porsi Semua jenis makanan Semua jenis makanan
 Yang Tidak ada Tidak ada
disukai Tidak ada Makanan padat
 Yang Tidak ada Tidak ada
tidak Tidak ada Tidak ada
disukai
Air putih Air putih
 Pantanga
5-6 gelas / hari 4-5 gelas / hari
n
1250-1500 ml 1000-1250 ml
 Alergi
makanan
 Kesulitan
menguny
ah
Minuman :
 Jenis
minuman
 Frekuensi
 Kebutuhan
dalam 24 jam

 Pola Eliminasi
Tabel 3.2
Pola Eliminasi Klien
Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit
BAB
 Frekuensi 1 kali / hari Selama menjalani
 Konsistensi Lembek operasi di rumah sakit
 Bau Khas klien belum BAB.
 Warna Kuning
 Kesulitan Tidak ada

BAK
4-5 kali / hari Terpasang kateter urine
 Frekuensi
± 1000-1250 ml ± 700 ml
 Jumlah urine
Puas Tidak diketahui
(cc/hari)
Khas Khas
 Perasaan Kuning pekat
Kuning jernih
setelah BAK Terpasang kateter urine
Tidak ada
 Bau Tidak ada Tidak ada
 Warna
 Alat bantu
 Kesulitan

 Pola Istrahat dan Tidur


Tabel 3.3
Pola Istrahat dan Tidur Klien
Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit
 Jam tidur ±22.00-05.00 WITA ±22.00-02.00 WITA
malam ±13.00-15.30 WITA ±13.00-14.00 WITA
 Jam tidur Tidak ada Rasa nyeri pada perut
siang karena adanya luka
 Penyebab ± 9 jam operasi
tidur Nonton TV ± 5 jam
terganggu Berbincang dan bermain
 Lama tidur / Tidak ada game
Masalah tidur belum
24 jam terpenuhi karena rasa
 Kebiasaan nyeri
sebelum tidur
 Masalah tidur

 Pola Personal Hygiene


Tabel 3.4
Pola Personal Hygiene Klien
Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit
Mandi
 Frekuensi 2 kali / hari Hanya dilap basah
 Cara Mandiri Dibantu oleh keluarga
pemenuhan
Gosok gigi 2 kali / hari 2 kali / hari
 Frekuensi Mandiri Dibantu oleh keluarga
 Cara
pemenuhan
 Pola Aktivitas / Mobilitas Fisik
Tabel 3.5
Pola Mobilitas Fisik Klien

Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit


 Kegiatan Pergi sekolah, belajar, Tampak berbaring
dalam sehari bermain, nonton tv
Tidak ada Tampak lemas
 Kesulitan Tidak ada Tidak ada
dalam gerak Mandiri Hanya dilap basa dibantu
oleh keluarga
 Penggunaan Mandiri Dibantu oleh keluarga
alat bantu Mandiri Dibantu oleh keluarga
 Mandi

 Berpakaian
 Berhias

 Pemeriksaan Fisik

 Keadaan Klien :

 Keadaan umum : Lemah, klien tampak


meringis
 Penampilan : Sesuai dengan usia.
 Kebersihan diri : Terpelihara.
 Tingkat kesadaran : Composmenthis.
 GCS : 15 (E4, M6, V5).

 Tanda-Tanda Vital :

 Tekanan darah (TD) : 120/90 mmHg.


 Nadi (N) : 83 kali/menit.
 Suhu (S) : 37,30C.
 Pernapasan (RR) : 23 kali/menit.
 Pemeriksaan sistem tubuh (Review of system)

 Sistem Pernapasan

Inspeksi : hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada pernapasan cuping

hidung, bentuk dada normal chest, dan tidak ada penggunaan otot

bantu pernapasan.

Palpasi : tidak ada nyeri dada saat bernafas, tidak ada nyeri tekan.

Perkusi : terkesan suara sonor normal pada daerah dinding dada.


Auskultasi : bunyi napas normal, dan irama napas teratur.

 Sistem Kardiovaskuler

Inspeksi : tidak terjadi distensi vena jugularis baik kanan maupun kiri dan

tidak ada sianosis.

Palpasi : arteri karotis teraba dengan jelas, temperatur kulit hangat atau

normal.

Perkusi : tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada edema.

Auskultasi : bunyi jantung S1 dan S2 normal, tidak terdengar bunyi tambahan.

 Sistem Persarafan

Inspeksi : kesadaran composmenthis, klien dapat berespon dengan tepat

terhadap stimulus yang diberikan melalui suara dan visual, dan

tidak terdapat kontraktur pada ekstremitas atas maupun

ekstremitas bawah.

Palpasi : tonus otot cukup baik untuk menahan gravitasi, dan klien dapat

membedakan sensasi tumpul dan tajam.

 Sistem Perkemihan

Inspeksi : terpasang kateter urine.

Palpasi : blass teraba kosong, tidak ada keluhan sakit pinggang.

Perkusi : tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada pembesaran ginjal.

 Sistem Pencernaan

Inspeksi : bentuk bibir simetris, mukosa bibir lembab, tidak terdapat iritasi

pada rongga mulut, gigi lengkap, tidak terpasang gigi palsu, lidah
berwana pink muda, tampak luka operasi ukuran pada perut kanan

bawah ukuran ± 6 cm.

Palpasi : tidak teraba pembesaran hepar, terdapat nyeri tekan dan nyeri

lepas pada perut kanan bawah.

Perkusi : terdengar tympani di daerah perut kanan bawah.

Auskultasi : bising usus 8 kali/menit (normal 5-12 kali/menit).

 Sistem Muskuloskeletal

Inspeksi : tidak ada pembengkakan, tidak ada kemerahan, ROM aktif, tidak

ada kesulitan pergerakan baik ekstremitas atas maupun ektremitas

bagian bawah.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, teraba hangat.

 Sistem Indera

 Mata

Konjungtiva merah muda, skelera tidak ikterus, pupil isokor, fungsi penglihatan

baik, tidak terdapat tanda-tanda radang, reaksi terhadap cahaya baik, dan tampak

kantung mata agak hitam.

 Hidung

Fungsi penciuman baik, dan tidak ada sekret.

 Telinga

Tidak ada serumen, tidak ada perasaan penuh pada telinga, dan fungsi

pendengaran baik.
 Bicara

Klien tidak mengalami gangguan bicara dan dapat mengungkapkan kata-kata

dengan jelas.

 Sistem Integumen

Inspeksi : kulit kepala tampak bersih, rambut tidak lengket, distribusi

rambut merata, tidak mudah dicabut, kuku tangan pendek, dan

kuku kaki pendek.

Palpasi : turgor kulit baik, bila dicubit kembali dalam waktu 2 detik.

 Sistem Endokrin

Tidak mengalami pembesaran kelenjar tyroid dan tidak mengalami pembesaran

kelenjar getah bening.

 Sistem Imun

Tidak ada alergi terhadap cuaca dan debu.


 Data Penunjang
Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 06/06/2016, jam 10.42 WITA.
Tabel 3.6
Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Unit Normal Limits

WBC 13,3 h 10^3/µl 4,0 12,8


LYM 1,9 10^3/ µl 1,0 5,0
MON 0,7 10^3/ µl 0,1 1,0
GRA 10,7 H 10^3/ µl 2,0 8,0
LYM% 14,4 L % 25,0 50,0
MON% 5,2 % 2,0 10,0
GRA% 80,4 h % 50,0 80,0

RBC 5,64 10^6/µl 4,00 6,20


HGB 13,7 g/dl 11,0 17,0
HCT 44, 3 % 35,0 55,0
MCV 78,5 L µm^3 80,0 100,0
MCH 24,3 L Pg 26,0 34,0
MCHC 30,9 L g/dl 31,0 35,5
RDW 14,7 % 10,0 16,0

PLT 183 10^3/µl 150 400


MPV 7,8 µm^3 7,0 11,0
PCT 0,143 L % 0,200 0,500
PDW 13,4 % 10,0 18,0
GDS = 104 mg/dl.

Pada tanggal 31 Juli 2018, Hasil Pemeriksaan USG Abdomen yaitu :


 Apendisitis akut
 Hati, pangkreas, limfa, ginjal terkesan normal.
 Penatalaksanaan medis

Terapi yang diberikan pada tanggal 04/08/2018, berupa :

 IVFD RL 500 cc pemberian 20 tetes/menit.

 Injeksi Ranitidine 50 mg/intra vena/12 jam.

 Injeksi Ketorolac 50 mg/intra vena/12 jam.

 Injeksi Cefotaxime 1 gr/intra vena/12 jam.

 Diagnosa Keperawatan

 Klasifikasi Data
Tabel 3.7
Klasifikasi Data
Data Subjektif Data Objektif
 Klien mengatakan nyeri  Tampak meringis.
pada luka operasi.  Keadaan umum lemah.
 Klien mengatakan  Tirah baring.
penyebab nyeri karena  Skla nyeri 7 (nyeri berat)
adanya luka operasi.  Lama tidur / 24 jam ± 5 jam
 Klien mengatakan nyeri  Tampak kantung mata agak
yang dirasakan bagian hitam.
perut kanan bawah dan  Tekanan darah : 120/90
rasa nyeri seperti ditusuk- mmHg.
tusuk.  Nadi : 83 x/menit.
 Klien mengatakan skala  Suhu : 37,3 ºC.
nyeri 7 dengan interval 0-  Pernapasan : 23 kali/menit.
10 (nyeri berat)  Tampak luka operasi pada
 Klien mengatakan nyeri perut kanan bawahukuran ± 6
yang dirasakan hilang cm.
timbul.
 Klien mengatakan susah
untuk bergerak.
 Klien mengatakan mandi,
berpakaian, makan dan
minum dibantu oleh
keluarga.
 Klien mengatakan susah
tidur.
 Klien mengatakan sering
terbangun karena nyeri
yang dirasakan.
 Klien mengatakan jam
tidur malam ± 23.00 –
02.00 WITA dan jam tidur
siang ± 13.30 – 14.00
WITA.
 Klien mengatakan tidak
merasa puas setelah
bangun tidur.

 Analisa Data
Tabel 3.8
Analisa Data

No Data Penyebab Masalah

1 Data Subjektif : Tindakan pembedahan Nyeri Akut


 Klien (Apendiktomi)
mengatakan
nyeri pada luka
operasi.
 Klien
mengatakan
penyebab nyeri
karena adanya
luka.
 Klien
mengatakan
nyeri dirasakan
bagian perut
kanan bawah
dan rasa nyeri
seperti ditusuk-
tusuk.
 Klien
mengatakan
skala nyeri 7
dengan interval
0-10 (nyeri
berat)
Data Objektif :
 Tampak meringis.
 Skla nyeri 7 (nyeri
berat)
 Tekanan darah : 120/90
mmHg.
 Nadi : 83 x/menit.
 Suhu : 37,3 ºC.
 Pernapasan : 23
kali/menit.

2 Data Subjektif : Terputusnya kontinuitas Gangguan Pola


 Klien mengatakan susah jaringan (tindakan Tidur
untuk tidur. apendektomi)
 Klien mengatakan sering
terbangun karena nyeri
yang dirasakan.
 Klien mengatakan Jam
tidur malam (± 22.00-
02.00 WITA), jam tidur
siang (± 13.00-14.00
WITA).
 Klien mengatakan tidak
merasa puas setelah
bangun tidur.
Data Objektif :
 Keadaan umum lemah
 Tampak kantung mata
agak hitam

3 Data Subjektif : Adanya Luka incisi bedah Hambatan


 Klien mengatakan susah (tindakan apendektomi) Mobilitas Fisik
untuk bergerak.
 Klien mengatakan mandi,
berpakaian, makan dan
minum di bantu oleh
keluarga.
Data Objektif :
 Tirah baring.

 Perumusan Diagnosa Keperawatan


Tabel 3.9
Perumusan Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Ditemukan Teratasi

Tanggal Paraf Tanggal Paraf

1 Nyeri akut berhubungan dengan tindakan 03/08/2018 06/08/2018


pembedahan (apendiktomi), ditandai dengan :
Data Subjektif :
 Klien mengatakan nyeri pada luka
operasi.
 Klien mengatakan penyebab nyeri
karena adanya luka.
 Klien mengatakan nyeri dirasakan
bagian perut kanan bawah dan rasa nyeri
seperti ditusuk-tusuk.
 Klien mengatakan skala nyeri 7 dengan
interval 0-10 (nyeri berat)
Data Objektif :
 Tampak meringis.
 Skla nyeri 7 (nyeri berat)
 Tekanan darah : 120/90 mmHg.
 Nadi : 83 x/menit.
 Suhu : 37,3 ºC.
 Pernapasan : 23 kali/menit.
2 Gangguan pola tidur berhubungan dengan 03/08/2018 06/08/2018
terputusnya kontinuitas jaringan (tindakan
apendektomi), ditandai dengan:
Data Subjektif :
 Klien mengatakan susah untuk tidur.
 Klien mengatakan sering terbangun
karena nyeri yang dirasakan.
 Klien mengatakan Jam tidur malam (±
22.00-02.00 WITA), jam tidur siang (±
13.00-14.00 WITA).
 Klien mengatakan tidak merasa puas
setelah bangun tidur.
Data Objektif :
 Keadaan umum lemah
 Tampak kantung mata agak hitam
3 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
adanya luka incisi bedah (tindakan apendektomi), di 03/08/2018 06/08/2018
tandai dengan :
Data Subjektif :
 Klien mengatakan susah
untuk bergerak.
 Klien mengatakan mandi,
berpakaian, makan dan
minum di bantu oleh
keluarga.
Data Objektif :
1. Tirah baring.
C. Intervensi Keperawatan
Tabel 3.10
Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana A


Intervensi

1 Nyeri akut berhubungan dengan tindakan Tujuan : 1 Observasi tanda-tanda vita


pembedahan (apendiktomi), ditandai dengan : Setelah dilakukan tindakan perawatan,
Data Subjektif : klien klien akan menunjukkan
 Klien mengatakan nyeri pada luka pengendalian nyeri dalam kurun
operasi. waktu 3×24 jam.
 Klien mengatakan penyebab nyeri Kriteria hasil :
karena adanya luka.  Klien melaporkan nyeri
 Klien mengatakan nyeri dirasakan dapat berkurang. 2 Kaji karakteristik nyeri da
bagian perut kanan bawah dan rasa  Ekspresi rileks. lokasi nyeri.
nyeri seperti ditusuk-tusuk.  Tekanan darah : 120/90
 Klien mengatakan skala nyeri 7 mmhg
dengan interval 0-10 (nyeri berat)  Nadi : 83 x/menit
3 Atur klien posisi yang
Data Objektif :  Pernapasan : 23 x/menit
nyaman.
 Tampak meringis.  Suhu : 37,5 ºC
 Skla nyeri 7 (nyeri berat)
 Tekanan darah : 120/90 mmHg.
 Nadi : 83 x/menit. 4 Ajarkan klien tekhnik
 Suhu : 37,3 ºC. distraksi.
 Pernapasan : 23 kali/menit.

5 Laksanakan pemberian ter


farmako sesuai intruksi
dokter.

2 Gangguan pola tidur berhubungan dengan Tujuan : 1 Pantau keadaan umum kl


terputusnya kontinuitas jaringan (tindakan Setelah dilakukan tindakan
apendektomi), ditandai dengan : keperawatan, klien dapat menunjukan
Data Subjektif : pemenuhan kebutuhan tidur dalam
 Klien mengatakan susah untuk tidur. kurun waktu 3×24 jam. 2 Kaji kebutuhan istrahat da
 Klien mengatakan sering terbangun Kriteria hasil : tidur klien.
karena nyeri yang dirasakan.  Klien tampak membaik.
 Klien mengatakan Jam tidur malam (±  Kualitas tidur terpenuhi.
22.00-02.00 WITA), jam tidur siang  Kantung mata klien tidak 3 Anjurkan klien dan kelua
(± 13.00-14.00 WITA). agak hitam. klien untuk menciptakan
 Klien mengatakan tidak merasa puas  Klien merasa puas setelah lingkungan yang nyaman
setelah bangun tidur. bangun tidur. tenang.
Data Objektif :  Lama tidur / 24 jam : ± 7-
 Keadaan umum lemah 9 jam
 Tampak kantung mata agak hitam 4 Jelaskan pada klien dan
keluarga tentang pentingn
istrahat .

3 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Tujuan : 1 Kaji kemampuan klien da


adanyaluka incisi bedah (tindakan apendektomi), di Setelah dilakukan tindakan bergerak.
tandai dengan : keperawatan, klien dapat menunjukan
Data Subjektif : pemenuhan mobilitas fisik dalam 2 Bantu klien melakukan
 Klien mengatakan susah untuk kurun waktu 3×24 jam. pergerakan miring kiri da
bergerak. Kriteria hasil : miring kanan.
 Klien mengatakan mandi, berpakaian,  Dapat melakukan
makan dan minum di bantu oleh aktivitas secara mandiri 3 Anjurkan klien untuk
keluarga.  Klien tidak tampak melakukan aktifitas secar
Data Objektif : berbaring. berkala.
 Tirah baring.

4 Evaluasi faktor yang dapa


membatasi aktifitas klien.

 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Tabel 3.11
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari 1

No. Hari / Tgl Jam Implementasi Keperawatan Paraf Jam Evalu


DX
1. Jum’at 14.20  Mengobservasi tanda- 21.00 S:
03/08/2018 tanda vital. Klien mengatak
Hasil : kuadran kanan b
Tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 83 kali/menit, suhu nyeri yang dirasa
37,30C, pernapasan 23 kali/menit. O:
14.50
 Mengkaji karakteristik Tekanan darah
nyeri dan lokasi nyeri. kali/menit, suhu
Hasil : kali/menit, Klie
Klien mengatakan nyeri di daerah perut kuadran kanan tampak posisi s
bawah, dan klien mengatakan skala nyeri yang dirasakan 7 memejamkan m
15.36 (0-10), klien tampak meringis pelahan mela
 Memngatur klien posisi menghembuskan
yang nyaman A:
Hasil : Masalah belum te
Klien merasa nyaman dengan posisi semi fowler, klien P:
16.10 Lanjutkan interve
tampak posisi semi fowler.
 Mengajarkan klien
tekhnik distraksi.
Hasil :
Klien memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan
melalui hidung dengan hitungan satu sampai empat dan
16.35 kemudian menghembuskan nafas melalui mulut secara
perlahan dengan menghitung satu sampai empat.
 Melaksanakan pemberian
terapi farmako sesuai
instruksi dokter.
Hasil :
Terapi farmako berupa injeksi ketorolac 1 ampl/iv/12 jam dan
cefotaxime 1 gr/iv/12 jam diberikan sesuai waktu
pemberiannya.
2. Jum’at 14.20  Pantau keadaan umum klien. 21.15 S:
03/08/2018 Hasil : Klien mengatak
Keadaan umum klien tampak lemah. karena nyeri, klie
14.50  Mengkaji kebutuhan istrahat dan tidur klien bangun tidur, k
Hasil : siang dan malam
Klien mengatakan masih sering terbangun karena nyeri, klien 22.00-02.00 WIT
merasa belum puas setelah bangun tidur, klien mengatakan O:
jam tidur siang dan malam yaitu ± 13.00-14.00 dan ± 22.00- Keadaan umum
02.00 WITA, lama tidur / 24 jam yaitu ± 5 jam,tampak tampak kantung m
kantung mata klien agak hitam. A:
 Menganjurkan klien dan keluarga klien untuk Masalah belum te
15.36 menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang. P:
Hasil : Lanjutkan interve
klien dan keluarga klien mengerti dan mengatakan akan  Pan
mengikuti anjuran yang diberikan oleh perawat.  Kaj
 Menjelaskan kepada klien dan keluarga tentang tidu
pentingnya istrahat.  Me
16.10 Hasil : kelu
Klien dan keluarga mengerti apa yang telah dijelaskan oleh men
perawat. ama
 Me
kelu
istra
3. Jum’at 14.20  Mengkaji kemampuan klien dalam bergerak. 21.15 S:
03/08/2018 Hasil : klien mengataka
Klien mengatakan belum mampu bergerak karena nyeri. Klien karena adanya ny
tampak berbaring. O:
14.50  Membantu klien melakukan pergerakan miring kiri dan Klien tampak
miring kanan. melakukan aktifi
Hasil :
Klien mengatakan sulit untuk melakukan gerakan miring kiri dan A:
miring kanan. Masalah belum te
 Menganjurkan klien untuk melakukan aktifitas secara P:
berkala. Lanjutkan interve
15.36 Hasil :  Ka
Klien mengerti dan mengatakan akan melakukan anjuran yang ber
diberikan oleh perawat, tampak tidak melakukan aktifitas secara  Ba
mandiri. per
 Mengevaluasi faktor yang dapat membatasi aktifitas mir
16.10
klien.  An
Hasil : me
Klien mengatakan tidak bisa bergerak karena nyeri bekas operasi. ber
 Ev
me
Tabel 3.12
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari 2

No. Hari / Tgl Jam Implementasi Keperawatan Paraf Jam Ev


DX
1. Sabtu 07.20  Mengobservasi tanda- tanda vital. 14.00 S:
04/08/2018 Hasil : Klien menga
Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 kali/menit, suhu 37,5 0C, lokasi nyeri
pernapasan 20 kali/menit. bawah, dan
07.55  Mengkaji karakteristik nyeri dan lokasi nyeri. yang dirasaka
Hasil : O:
Klien mengatakan masih merasa nyeri dan lokasi nyeri di daerah Tekanan dar
perut kuadran kanan bawah, dan klien mengatakan skala nyeri kali/menit, s
yang dirasakan 5 (0-10), klien tampak meringis. kali/menit, ta
 Memngatur klien posisi yang nyaman. posisi semi fo
Hasil : dan melakuk
08.30 Klien merasa nyaman dengan posisi semi fowler, tampak posisi hidung kem
semi fowler. melalui mulu
 Mengajarkan klien tekhnik distraksi. A:
Hasil : Masalah belu
09.10 P:
Klien memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui
hidung dengan hitungan satu sampai empat dan kemudian Lanjutkan int
menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan dengan  O
menghitung satu sampai empat.  K
 Melaksanakan pemberian terapi farmako sesuai instruksi lo
dokter.  A
Hasil :  la
10.35 Terapi farmako berupa injeksi ketorolac 1 ampl/iv/12 jam dan fa
cefotaxime 1 gr/iv/12 jam diberikan sesuai waktu pemberiannya.
2. Sabtu 07.20  Pantau keadaan umum klien. 14.10 S:
04/08/2018 Hasil : Klien mengat
Keadaan umum klien tampak lemah. nyeri, klien m
07.55  Mengkaji kebutuhan istrahat dan tidur klien bangun tidur,
Hasil : siang dan ma
Klien mengatakan sesekali terbangun karena nyeri, klien merasa 22.00-03.00 W
sedikit agak puas setelah bangun tidur, klien mengatakan jam tidur O:
siang dan malam yaitu ± 12.30-14.00 dan ± 22.00-03.00 WITA, lama Keadaan umu
tidur / 24 jam yaitu ± 7 jam, tampak kantung mata agak sedikit hitam mata agak
dan mulai memudar. sekelilng klien
 Menganjurkan klien dan keluarga klien untuk A:
menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang. Masalah belum
Hasil : P:
08.30 klien dan keluarga klien mengatakan mengikuti anjuran yang Lanjutkan int
diberikan oleh perawat, sekelilng klien tampak tenang dan nyaman.  Pant
 Menjelaskan kepada klien dan keluarga tentang  Kaji
pentingnya istrahat. klien
Hasil :  Anju
Klien dan keluarga mengerti apa yang telah dijelaskan oleh perawat. untu
09.10 ama
 Jela
tenta
3. Sabtu 07.20  Mengkaji kemampuan klien dalam bergerak. 14.10 S:
04/08/2018 Hasil : Klien menga
a Klien mengatakan sudah mulai bisa bergerak sedikit demi sedikit, klin sedikit demi s
tampak berbaring. O:
 Membantu klien melakukan pergerakan miring kiri dan Klien tampak
07.55 gerakan, tam
miring kanan.
Hasil : secara mandir
Klien mengikuti dan melakukan gerakan miring kanan di bantu oleh A:
perawat. Masalah belum
08.30  Menganjurkan klien melakukan aktifitas secara berkala. P:
Hasil : Lanjutkan inte
Klien mengatakan ia mengikuti anjuran yang di berikan perawat,  Ka
tampak tidak melakukan aktifitas secara mandiri.  Ba
 Mengevasuasi faktor yang dapat membatasi aktifitas klien. da
09.10 Hasil :  An
Klien mengatakan faktor yang dapat membatasi aktifitasnya karena ak
adanya nyeri bekas operasi.  Ev
me
Tabel 3.13
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari 3

No. Hari / Tgl Jam Implementasi Keperawatan Paraf Jam Evaluas


DX
1. Minggu, 07.20  Mengobservasi tanda-tanda vital. 21.00 S:
05/08/2018 Hasil : Klien mengata
Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 kali/menit, Suhu berkurang dan
37,50C, pernapasan 20 kali/menit. dirasakan daera
07.55  Mengkaji karakteristik nyeri dan lokasi nyeri. bawah, klien m
Hasil : yang dirasakan
Klien mengatakan nyerinya mulai berkurang dan lokasi O:
nyeri yang dirasakan daerah perut kuadran kanan bawah, Tekanan darah
klien mengatakan skala nyeri yang dirasakan 3 (1-10), 80 kali/menit, S
klien tampak rileks. pernapasan 20 k
 Mengatur klien posisi yang nyaman tampak rileks.
08.30 Hasil : A:
Klien merasa nyaman dengan posisi terlentang dan posisi Masalah teratas
semi fowler. P:
 Mengajarkan klien teknik distraksi. Intervensi dihen
Hasil :
09.10
Klien memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan
malalui hidung dengan hitungan satu sampe empat dan
kemudian menghembuskan nafas melalui mulut secara
perlahan dengan menghitung satu sampe empat
(menghitung didalam hati).
 Melaksanakan pemberian terapi farmako
sesuai instruksi dokter.
10.35 Hasil :
Terapi farmako berupa injeksi ketorolac 1 ampl/iv/12 jam
dan cefotaxime 1 gr/iv/12 jam tidak di berikan karena infus
klien sudah di lepas.

2. Minggu, 07.20  Pentau keadaan umum klien. 21.00 S:


05/08/2018 Hasil : Klien menga
Keadaan umum klien tampak membaik. terbangun karen
 Mengkaji kebutuhan istrahat dan tidur klien merasa puas set
Hasil : tidur malam
07.55
Klien mengatakan tidak lagi terbangun karena rasa nyeri WITA.
dan klien merasa puas setelah bangun tidur, jam tidur O:
malam klien ± 22.00-05.00 WITA. Tampak kantong mata Keadaan umun
tidak menghitam. dan tampak
 Menganjurkan klien dan keluarga klien untuk menghitam.
menciptakan lingkungan yang nyaman dan A:
08.30 tenang. Masalah teratas
Hasil : P:
Lingkungan tempat klien istrhat tampak tenang. Intervensi dihen
09.10  Menjelaskan keada klien dan keluarga tentang
pentingnya istrahat.
Hasil :
Klien dan keluarga mengerti apa yang telah dijelaskan oleh
perawat.

3. Minggu, 07.20  Mengkaji kemapuan klien dalam bergerak. 21.00 S:


05/08/2018 a Hasil : Klien menga
Klien mengatakan sudah mulai bergerak, klien tampak bergerak.
duduk. O:
07.55  Membantu klien melakukan pergerakan miring Klien tampak
kiri dan miring kanan. melakukan ger
Hasil : miering kan
Klien bisa melakukan gerakan miring kiri dan miring kanan melakukan akti
secara perlahan tanpa di bantu perawat. A:
 Menganjurkan klien melakukan aktifitas secara Masalah teratas
berkala. P:
08.30 Hasil : Intervensi dihen
Klien mengikuti anjuran, klilen tampak aktifitas secara
mandiri.
09.10  Mengevaluasi faktor yang dapat membatasi
aktifitas klien. Hasil :
Klien mengatakan faktor yang dapat membatasi
aktifitasnya karena adanya nyeri pada bekas operasi.

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam pelaksanaan proses keperawatan dilaksanakan selama tiga hari dari tanggal 03

Agustus 2018 sampai dengan tanggal 06 Agustus 2018 pada klien Tn. M dengan gangguan

sistem pencernaan : Post Operasi Apendisitis. Adapun proses keperawatan yang dilaksanakan

meliputi :

A. Pengkajian Keperawatan

Setelah penulis melakukan pengkajian pada klien Tn.M dengan gangguan sistem

pencernaan “Post Operasi Apendisitis”, maka diperoleh hasil pengkajian pada tinjauan kasus

sama dengan tinjauan teori.

Adapun pengkajian menurut teori yaitu nyeri pada daerah perut kuadran kanan bawah,

nyeri tekan dan lepas, dan kesulitan untuk istrahat. Sedangkan gejala yang nampak sama

dengan teori yang ada yaitu merasa sakit dan nyeri pada bagian perut kuadran kanan bawah

dan nyeri pada luka operasi.

Dapat disimpulkan bahwa, dari hasil pengkajian yang dilakukan tidak ada kesenjangan

antara kasus yang terdapat pada tinjauan teoritis.

B. Diagnosa Keperawatan

Perumusan diagnosa keperawatan pada tinjauan teoritis, ada enam diagnosa

keperawatan, yaitu :
1. Nyeri berhubungan dengan perforasi/ruptur pada apendiks, distensi jaringan

usus oleh inflamasi dan luka insisi bedah.

2. Kurang volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan berlebih,

status hipermetaabolik, dan inflamasi peritonium dengan cairan asing.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

anoreksia, mual dan muntah.

4. Hipertermi berhubungan dengan respon sistemik dari inflamasi, tidak

adekuatnya pertahanan utama, perforasi/ ruptur pada apendiks, pembentukan

abses.

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

(tindakan apendektomi).

6. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit.

Sedangkan perumusan diagnosa keperawatan tinjauan kasus dengan klien Tn. M ditemukan

tiga diagnosa keperawatan, yaitu :

1. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan pembedahan (apendiktomi).

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

(tindakan pembedahan).

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya Luka incisi bedah

(tindakan apendektomi).
Kesenjangan yang ditemukan pada diagnosa kasus, tidak didapatkan pada teori yaitu :

hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya luka incisi bedah (tindakan

apendektomi) . Berdasarkan uraian tersebut pada diagnosa keperawatan terdapat kesenjangan

antara tinjauan teori dan tinjauan studi kasus, hal ini disebabkan karena respon individu

terhadap penyakit yang berbeda-beda dan kemampuan analisis penulis yang masih terbatas.

4. Intervensi Keperawatan

Perencanaan disusun setelah merumuskan diagnosa keperawatan, pada tahap

perencanaan ini penulis memprioritaskan masalah keperawatan terlebih dahulu dan penulis

merumuskan tujuan dan kriteria hasil dalam setiap diagnosa keperawatannya.

Dalam merumuskan rencana asuhan keperawatan pada klien Tn. M dengan gangguan

sistem pencernaan Post Operasi Apendisitis penulis tidak mendapatkan hambatan yang

berarti, karena penyusunannya dibantu dengan berbagai sumber referensi buku, artikel, serta

bimbingan perawat ruangan.

5. Implementasi Keperawatan

Dalam tahap implementasi keperawatan pada klien Tn. M dengan gangguan sistem

pencernaan Post Operasi Apendisitis, penulis berupaya melaksanakan asuhan keperawatan

berdasarkan atas rencana tindakan yang telah dibuat.

Dalam melakukan implementasi keperawatan, penulis tidak mengalami kesulitan yang

berarti karena telah mengikuti alur pada rencana keperawatan yang telah disusun

sebelumnya, dan adanya kerjasama antara klien, keluarga, dan perawat ruangan dengan

penulis cukup baik sehingga pelaksanaan implementasi keperawatan pada klien Tn. M dapat

dilaksanakan.
6. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang bertujuan untuk

menilai kemajuan / kemunduran kondisi kesehatan klien setelah dilakukan asuhan

keperawatan.

Dalam tahap ini penulis tidak menemukan komplikasi dari gejala. Kondisi kesehatan

klien selama menjalani perawatan berangsur-angsur membaik. Dari masalah keperawatan

yang ditemukan pada klien Tn. M dengan gangguan sistem pencernaan Post Operasi

Apendisitis, semua diagnosa keperawatan teratasi dengan baik yaitu nyeri akut, gangguan

pola tidur dan Hambatan mobilitas fisik.

Hal-hal yang mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan adalah klien dan

keluarga sangat kooperatif, mulai dari pengkajian sampai dengan tahap evaluasi. Disamping

itu pula, kerjasama dan penerimaan yang sangat baik dengan petugas kesehatan lainnya

khususnya perawat yang ada di ruang perawatan bedah tempat dimana kasus ini dibuat.
BAB V

PENUTUP

Setelah membahas tinjauan teori, tinjauan kasus, dan pembahasan secara menyeluruh

dengan pembahasan studi kasus pada Tn. M dengan gangguan sistem pencernaan : Post Operasi

Apendisitis di Ruang Perawatan Bedah CHR I/II BLUD RSUD Kota Baubau, maka pada bab ini

penulis dapat menyimpulkan karya tulis ini sebagai berikut :

A. Kesimpulan

Dari hasil pengkajian Tn. M didapatkan data yang menunjang untuk mengarah pada

diagnosa apendisitis dengan data pada pengkajian yang diperoleh langsung melalui klien

maupun keluarga klien, pengamatan langsung, membaca catatan medik dan catatan

keperawatan serta kerjasama dengan tim kesehatan lainnya.

Dalam konsep tinjauan teori tidak semua diagnosa keperawatan ditemukan dalam kasus

nyata, hanya tiga diagnosa keperawatan yang muncul. Hal ini disesuaikan dengan kondisi

pasien saat pengkajian.

Intervensi yang muncul tidak sepenuhnya dijadikan intervensi oleh penulis pada pengelolaan

klien karena situasi dan kondisi klien serta situasi dan kondisi kebijakan dari instansi rumah

sakit.

Implementasi keperawatan berdasarkan kasus pada klien Tn. M dilaksanakan selama 3 x 24 jam

dan bekerjasama dengan melibatkan keluarga dan perawat ruangan.

Dalam evaluasi keperawatan menunjukkan ketiga diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam

kasus teratasi dengan baik yaitu nyeri akut, gangguan pola tidur dan hambatan mobilitas fisik.

Mengatasi masalah dan mengembalikan fungsi pada sistem pencernaan.


B. Saran

Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien Tn. M di Ruang Perawatan

Bedah CHR I/II BLUD RSUD Kota Baubau dan kesimpulan yang telah penulis susun, maka

penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Penerapan asuhan keperawatan pada klien diharapkan kerja sama dari petugas rumah

sakit untuk melanjutkan intervensi yang telah dilaksanakan sesuai dengan kondisi

klien.

2. Pada pasien dengan apendisitis agar senantiasa menghindari faktor pencetus dan

penyebab sehingga tidak terjadi komplikasi yang lebih serius.

3. Dalam mengumpulkan data sebaiknya menggunakan cara dan sumber imformasi

berupa tehnik wawancara, pemeriksaan fisik, observasi yang didokumentasikan agar

dapat dikumpul secara akurat dan komprehensif.

4. Diharapkan rumah sakit dalam penerapan asuhan keperawatan perlu ditingkatkan lagi

dalam hal kualitas pelayanan kesehatan.

5. Perlunya memahami bahwa proses penyakit membutuhkan waktu perawatan sehingga

dituntut kesabaran dan kepatuhan sehingga proses kesembuhan dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai