Case Skizofrenia Paranoid
Case Skizofrenia Paranoid
SKIZOFRENIA PARANOID
Oleh :
Andri Saputra
Pembimbing :
Dr. Dian Budianti, Sp.KJ
PADANG
2019
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 3
1.3 Metode Penulisan .................................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................................. 3
BAB II................................................................................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Skizofrenia .......................................................................................... 4
2.2 Etiologi Skizofrenia ........................................................................................ 4
2.3 Gejala-Gejala Skizofrenia ..................................................................................... 6
2.4 Diagnosis Skizofrenia ........................................................................................... 7
2.5 Subtipe Skizofrenia ............................................................................................... 9
2.6 Skizofrenia Paranoid ............................................................................................. 9
2.7 Terapi Skizofrenia Paranoid................................................................................ 10
2.8 Prognosis ............................................................................................................. 13
BAB III ............................................................................................................................. 14
LAPORAN KASUS.......................................................................................................... 14
BAB IV ............................................................................................................................... 1
KESIMPULAN ................................................................................................................... 1
3
BAB I
PENDAHULUAN
Gejala skizofrenia biasanya muncul pada remaja akhir atau dewasa muda.
Awitan pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan antara 25-
35 tahun. Prognosis biasanya lebih buruk pada penderita yang lebih muda dan
laki-laki. Hasil dari data Riset Kesehatan Dasar atau (Riskesdas) pada tahun 2013
dan dikombinasikan dengan data rutin dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin),
penduduk Indonesia secara Nasional mengalami gangguan mental berat
(Skizofrenia) sebanyak 0,17% atau secara absolut penduduk Indonesia yang
menderita gangguan jiwa sebanyak 400 ribu jiwa.2,3
Kumpulan gejala pada skizofrenia terjadi secara kronik dalam tiga fase,
yaitu fase prodormal, fase aktif dan fase residual. Pada fase aktif, gejala yang
sering muncul adalah halusinasi, delusi, dan disorganized thinking. Sedangkan
pada fase prodormal dan fase residual memiliki gejala yang lebih lemah seperti
pemikiran magis, kepercayaan yang aneh dan defisit pada hubungan interpersonal
dan perawatan diri.4
2
dari penyakit mental yang terdapat pada sekitar 7 per 1000 dari populasi orang
dewasa, terutama pada kelompok usia 15 - 35 tahun. Prevalensi skizofrenia sekitar
1,9% pada populasi di Amerika Serikat, terdapat sekitar 5 per 1000 penduduk.2
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 dan data rutin dari
Pusat Data dan Informasi (Pusdatin), penduduk Indonesia secara Nasional
mengalami gangguan mental berat (skizofrenia) sebanyak 0,17% atau sekitar 400
ribu jiwa. Prevalensi skizofrenia pada pria hampir sama dengan wanita, meskipun
onset pada pria biasanya lebih awal dibanding wanita. Pada pria cendrung muncul
pada usia ≤ 20 tahun, sedangkan pada wanita pada usia ≥ 30 tahun.3
Skizofrenia paranoid merupakan tipe yang tersering dan paling banyak
ditemukan. Skizofrenia paranoid ditandai dengan preokupasi terhadap satu atau
lebih waham atau halusinasi auditorik. Pasien skizofrenia paranoid biasanya
tegang, mudah curiga, berjaga-jaga, berhati-hati, dan terkadang bersikap
bermusuhan.4
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
suatu psikotomimetik. Teori dasar tidak memperinci apakah hiperaktif
dopaminergik adalah karena terlalu banyaknya pelepasan dopamin, terlalu
banyaknya reseptor dopamin, atau kombinasi mekanisme tersebut.5
b. Hipotesis Norepineprin
Meningkatnya level norepinefrin pada penderita skizofrenia
menunjukkan meningkatnya kepekaan untuk masukan sensorik.5
c. Hipotesis Gamma aminobutyric acid (GABA)
Neurotransmiter asam amino inhibitory gamma-aminobutiryc acid
(GABA) dikaitkan dengan patofisiologi skizofrenia didasarkan pada
penemuan bahwa beberapa pasien skizofrenia mempunyai kehilangan
neuron-neuron GABA-ergic di hipokampus. GABA memiliki efek
regulatory pada aktivitas dopamin dan kehilangan neuron inhibitory
GABA-ergic dapat menyebabkan hiperaktivitas neuron-neuron
dopaminergic.5
d. Hipotesis Serotonin
Hipotesis ini menyatakan serotonin yang berlebihan sebagai
penyebab gejala positif dan negatif pada skizofrenia.5
e. Hipotesis Glutamat
Glutamat dianggap terlibat karena penggunaan fensiklidin, suatu
antagonis glutamat menghasilkan suatu sindroma akut yang serupa dengan
skizofrenia.5
f. Teori Neurodevelopmental
Dibuktikan dengan adanya migrasi neunoral yang abnormal pada
trimester kedua pada masa perkembangan janin. Hal ini mungkin
mengarah ke simtom-simtom skizofrenia yang akan muncul pada masa
remaja.5
l. Neuropatologi
Pada akhir abad ke 20, para peneliti telah membuat kemajuan yang
signifikan yang memperhatikan suatu dasar neuropatologis potensial untuk
skizofrenia, terutama pada sistem limbik dan ganglia basalis, termasuk
neuropatologi atau abnormalitas neurokimia pada korteks serebri, talamus, dan
batang otak.5
5
2.2.3 Faktor Psikososial
a. Teori psikoanalitik
Sigmund freud mendalilkan bahwa skizofrenia disebabkan oleh
fiksasi (ketidakmampuan mengendalikan rasa takut) dalam perkembangan
yang terjadi lebih awal dari yang menyebabkan neurosis
(ketidakseimbangan mental yang menyebabkan stres) dan juga bahwa
adanya efek ego berperan dalam gejala skizofrenia.5
b. Teori belajar
Pada teori ini, skizofrenia berkembang oleh karena hubungan
interpersonal yang buruk karena mengikuti contoh atau model yang buruk
selama masa kanak-kanak.5
c. Dinamika keluarga
Penelitian di Inggris pada anak berusia 4 tahun yang memiliki
hubungan yang buruk dengan ibunya, ternyata berpeluang 6 kali lipat
berkembang menjadi skizofrenia. Akan tetapi tidak ada bukti yang kuat
bahwa pola dalam keluarga berperan penting sebagai penyebab terjadinya
skizofrenia.5
6
d. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan
semangat dan gembira berlebihan.
e. Merasa dirinya ”Orang Besar”, merasa serba mampu dan sejenisnya.
f. Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman
terhadap dirinya.
g. Menyimpan rasa permusuhan.
2. Gejala negatif
a. Alam perasaan (affect) ”tumpul” dan ”mendatar”
b. Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak
menunjukkan ekspresi.
c. Menarik diri atau mengasingkan diri, tidak mau bergaul atau kontak
dengan orang lain dan suka melamun.
d. Kontak emosional amat sedikit, sukar diajak bicara dan pendiam.
e. Pasif dan apatis serta menarik diri dari pergaulan sosial.
f. Sulit dalam berpikir nyata.
g. Pola pikir steorotip.
h. Tidak ada/ kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif.
7
dirinya dipengaruhi oleh suatu kekutan tertentu dari luar. “ Delusion of
passivity”, yaitu waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar (tentang “dirinya” secara jelas merujuk ke pergerakan
tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan atau pengindraan khusus).
“Delusional perception”, yaitu pengalaman indrawi yang tak wajar yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
3. Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku
pasien, mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal
dari salah satu bagian tubuh.
4. Waham-waham menetap jenis lainnya menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari
dunia lain).
5. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas ataupun disertai oleh ide yang berlebihan (over-value ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu atau
berbulan-bulan terus menerus.
6. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme.
7. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
8. Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan mennurunnya kinerja
sosial, tetapi harus jelas bahwa hal tersebut tidak disebabkan depresi atau
neuroleptika.
9. Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour),
8
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan tidak berbuat
sesuatu, sikap larut dan dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.
9
3. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-
lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
(mg/hari) (mg/hari)
FGA/ Tipikal
Fluphenazin 2 - 20 2 40
Perphenazin 10 - 64 10 64
Trifluoperazin 5 - 40 5 80
Haloperidol 2 - 20 2 100
Loxapin 10 - 80 10 250
Thiothixen 4 – 40 4 60
SGA/Atipikal
Aripiprazol 15 - 30 30
10
Olanzapin 10 - 20 20
Paliperidon 3 -9 12
Risperidon 2-8 16
11
Gambar 2.1 Algoritma penggunaan obat antipsikotik pada skizofrenia6
12
2.8 Prognosis
Gambaran yang menunjukkan prognosis baik dan buruk dalam skizofrenia di
bawah ini.5
a. Skizofrenia prognosis baik
Berkaitan dengan onset lambat, faktor pencetus yang jelas, onset akut,
riwayat sosial, seksual dan pekerjaan pramorbid yang baik, gejala gangguan
mood (terutama gangguan depresif), menikah, riwayat keluarga gangguan
mood, sistem pendukung yang baik dan gejala positif.
b. Skizofrenia prognosis buruk
Berkaitan dengan onset muda, tidak ada faktor pencetus, onset tidak jelas,
riwayat sosial, seksual dan pekerjaan pramorbid yang buruk, perilaku menarik
diri, austistik, tidak menikah, bercerai, atau janda/duda, riwayat keluarga
skizofrenia, sistem pendukung yang buruk, gejala negatif, tanda dan gejala
neurologist, riwayat trauma prenatal, tidak ada remisi dalam tiga tahun, sering
relaps dan riwayat penyerangan.
13
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. V
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 19 tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Minangkabau
Pendidikan terakhir : SMA
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Kampung Melayu, Pauh, Padang
Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini)
1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 2 September 2019 di Bangsal
Jiwa Nuri RSJ. Prof. HB Saanin Padang
Keluhan Utama
Pasien gelisah sejak 15 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Pasien dibawa ke IGD RSJ Prof. HB Saanin Padang oleh keluarga
pada tanggal 27 Agustus 2019 karena gelisah sejak 15 hari sebelum
masuk rumah sakit. Pasien sering marah-marah dan merusak peralatan di
rumah. Keluarga pasien mengatakan bahwa perubahan perilaku ini
semenjak pasien gagal mengikuti tes TNI, pasien tidak menerima hal
tersebut dan merasa kecewa.
Sehari sebelum masuk ke rumah sakit, pasien pergi ke
kampungnya di Pesisir Selatan. Pasien mengatakan bahwa orang-orang
sekitar menuduh pasien membongkar kuburan kakaknya. Sementara pasien
mengatakan bahwa dia hanya membersihkan kuburan tersebut karena
melihat banyak paku diatasnya.
14
Setelah itu pasien dibawa oleh keluarganya ke Padang. Dalam
perjalanan, pasien memukul kakaknya karena dia merasa kakaknya
membicarakan dirinya.
Pasien mengatakan bahwa orang tuanya sering berkelahi dirumah dan
membuat pasien menjadi stress
Melihat bayangan hitam yang tidak dilihat oleh orang lain
Pasien mendengar bisikan-bisikan yang membuat pasien susah tidur sejak
dua bulan yang lalu.
15
Riwayat pendidikan : SMA
Riwayat pekerjaaan : tidak ada
Riwayat perkawinan : belum kawin
Agama : Islam
Aktivitas sosial : baik
Riwayat hukum : tidak ada
Riwayat psikoseksual : tidak ada
Situasi kehidupan sekarang
Pasien tinggal dengan keluarganya dan kebutuhan sehari-hari
dipenuhi keluarga.
2. Riwayat Keluarga
Skema Pedegree
Keterangan
Pasien
16
Menurut keluarga pasien sejak sakit masih bisa melakukan aktivitas
sehari-hari.
Impian, fantasi dan nilai-nilai
Pasien ingin cepat keluar dari RSJ Prof HB Saanin dan hidup seperti
orang biasa.
STATUS MENTAL
17
Intelegensia dan Kemampuan Informasi
Baik, sesuai tingkat pendidikan.
Daya Nilai dan Tilikan
Daya nilai sosial dan uji daya nilai : baik
Penilaian realita : terganggu
Tilikan : derajat IV
Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya
STATUS INTERNUS
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : Teraba kuat, teratur, frekuensi 88x / menit
Nafas : Pernafasan teratur, frekuensi 19x permenit,
jenis pernafasan abdominotoakal
Suhu : 36,50C
Tinggi Badan : tidak diukur
Berat badan : 55 kg
Status gizi : normal
Sistem Respiratorik : Pernafasan teratur
Sistem Kardiovaskular : Bunyi jantung normal, bising tidak ada
Sistem Gastrointestinal : Hepar dan Lien tidak teraba, bising usus
(+) normal
Kelainan khusus : Tidak ditemukan kelainan khusus
STATUS NEUROLOGIKUS
GCS : E4M6V5 (GCS 15)
Tanda rangsangan Meningeal : tidak ada
Tanda-tanda efek samping piramidal :
● Tremor tangan : tidak ada
● Akatisia : tidak ada
● Bradikinesia : tidak ada
● Cara berjalan : tidak ada
● Keseimbangan : tidak ada
18
● Rigiditas : tidak ada
● Kekuatan motorik : baik
● Sensorik : baik
● Refleks : bisep (+/+), trisep(+/+), achiles(+/+),
patella (+/+)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan darah rutin
FORMULASI DIAGNOSIS
Diagnosis pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan
penyakit, dan pemeriksaan pada pasien, ditemukan adanya perubahan pola
perilaku dan perasaan yang secara klinis bermakna dan hendaya (disability) dalam
fungsi sosial. Dengan demikian, berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa
pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa.
Tidak ada kondisi medic yang bermakna pada pasien sehingga pada aksis III
tidak ada diagnosa.
19
GAF : 20-11 yaitu adanya bahaya mencederai diri atau orang lain, disabilitas
berat dalam komunikasi dan mengurus diri.
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Axis I : F20.0 Skizofrenia paranoid
Axis II : Z03.2 Tidak ada diagnosis axis II
Axis III : Tidak ada diagnosis
Axis IV : Masalah berkaitan dengan keluarga
Axis V : GAF 20-11
DAFTAR MASALAH
a. Organobiologik : tidak ada
b. Psikilogis:
Terdapat halusinasi auditorik, dan waham kejar
c. Lingkungan dan Psikososial
Dukungan keluarga yang kurang
PENATALAKSANAAN
Terapi yang sudah diberikan
Farmakologi:
₋ Risperidon 2 mg 2x1
₋ Lorazepam 1 mg 1x1
Non farmakologi
- Istirahat yang cukup
- Makan yang seimbang dan teratur
- Olahraga teratur
Terapi yang dianjurkan
A. Psikoterapi
- Kepada pasien
Psikoterapi suportif
Memberikan dukungan, kehangatan, empati dan optimistik kepada
pasien, membantu pasien mengidentifikasi faktor pencetus dan
membantu memecahkan permasalahan secara terarah
20
Psikoedukasi
Memberikan pengetahuan kepada pasien tentang gangguan yang
dialaminya, diharapkan pasien dapat secara efektif mengenali
gejala dan penyebab serta terapi yang dibutuhkanya untuk
menghindari kekambuhan atau terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan
- Kepada keluarga
Psikoedukasi
Diberikan pengetahuan kepada keluarga mengenai penyakit yang
diderita pasien, terapi perilaku keluarga, dukungan, sosial, dan
perhatian dari keluarga kepada pasien dan terapi serta kepatuhan
minum obat pasien
PROGNOSIS
Prognosis Baik
Kriteria Penilaian
Awitan akut -
-
Riwayat sosial, seksual, dan pelerjaan premorbid baik
Menikah -
Gejala positif +
21
Prognosis Buruk
Kriteria Penilaian
Awitan muda +
Tidak ada faktor presipitasi -
Awitan insidious -
Lajang, cerai -
-
Riwayat keluarga dengan skizofrenia
-
Sistem pendukung buruk
+
Gejala negatif
-
Tanda dan gejala neurologis
-
Riwayat trauma perinatal
-
Tanpa remisi dalam 3 tahun
+
Berulang kali relaps
-
Riwayat melakukan tindakan penyerangan
22
BAB IV
KESIMPULAN