Anda di halaman 1dari 6

Pusat Penelitian BIDANG HUKUM

Badan Keahlian DPR RI


Gd. Nusantara I Lt. 2
Jl. Jend. Gatot Subroto
Jakarta Pusat - 10270
c 5715409 d 5715245
m infosingkat@gmail.com KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN STRATEGIS Vol. X, No. 07/I/Puslit/April/2018

PERJANJIAN KEMITRAAN vs PERJANJIAN KERJA


BAGI PENGEMUDI OJEK ONLINE
Luthvi Febryka Nola
1
Abstrak
Perusahaan ojek online mengikatkan diri dengan pengemudi melalui perjanjian
kemitraan. Dalam pelaksanaan perjanjian, perusahaan ternyata banyak membuat
aturan secara sepihak yang merugikan kepentingan pengemudi sehingga ada
yang berpendapat bahwa perjanjian yang sesuai untuk melindungi pengemudi
ojek online adalah perjanjian kerja. Oleh sebab itu tulisan ini bertujuan untuk
mengetahui relevansi dari perjanjian kemitraan antara pengemudi dengan
perusahaan dengan kondisi saat ini dan sejauhmana perjanjian kerja dapat
diterapkan dalam pola hubungan ini. Perjanjian kemitraan secara hukum sudah
diatur dalam KUHPerdata terkait aturan persekutuan perdata dan masih relevan
digunakan karena menguntungkan baik bagi pengemudi maupun pengusaha.
Hanya saja, Pemerintah perlu turut campur untuk menyejajarkan posisi antara
pengemudi dengan perusahaan dengan membuat aturan tentang standar tarif,
jaminan sosial, dan pengawasan pelaksanaan perjanjian. Sedangkan DPR dengan
fungsi pengawasan yang dimiliki dapat mendorong pemerintah untuk membuat
dan mengawasi aturan tersebut.

Pendahuluan pengemudi apakah sebagai mitra


Pada 27 Maret 2018, ribuan atau karyawan dan memperjelas
pengemudi ojek online (pengemudi) kementerian mana yang terkait
melakukan unjuk rasa di depan dengan mereka. Ketidakjelasan
istana negara. Salah satu tuntutan aturan yang ada saat ini membuat
dari para pengemudi tersebut posisi mereka lemah ketika
adalah agar posisi kemitraan mereka berhadapan dengan perusahaan
diatur secara jelas dalam RUU penyedia teknologi transportasi
Ketenagakerjaan. RUU tentang daring (perusahaan) seperti Gojek
Perubahan atas UU No. 13 Tahun dan Grab. Para pengemudi juga
PUSLIT BKD 2003 tentang Ketenagakerjaan merasa tidak memiliki daya tawar
merupakan salah satu RUU yang terhadap pengaturan tarif dan
masuk dalam Prolegnas 2015-2019 bonus yang ditentukan sepihak oleh
usulan Pemerintah. Pengemudi perusahaan. Dengan pola kemitraan
juga menginginkan kejelasan posisi yang ada saat ini, pengemudi sering
dirugikan oleh perusahaan, namun mana seorang atau satu pihak
karena pengemudi membutuhkan berjanji kepada seorang atau pihak
pekerjaan, maka terpaksa menerima lain atau di mana dua orang atau
kebijakan tersebut. Kondisi ini dua pihak itu saling berjanji untuk
menunjukkan adanya posisi yang melaksanakan suatu hal. Adapun
tidak seimbang antara pengemudi persyaratan sah dari perjanjian
dengan pengusaha. menurut Pasal 1320 KUHPerdata
Sebelum melakukan unjuk ada 4, yaitu: (1) sepakat para pihak
rasa, pengemudi sebetulnya telah (consensus); (2) kecakapan berbuat
melakukan protes langsung kepada menurut hukum (capability); (3)
perusahaan akan tetapi karena tidak objek harus jelas; dan (4) kausa yang
ada tanggapan yang berarti akhirnya diperbolehkan (halal). Kemitraan
mereka sepakat melakukan unjuk rasa sebagai suatu bentuk perjanjian juga
di depan istana negara. Perwakilan terikat kepada empat persyaratan
pengemudi diterima Presiden Joko
Widodo dan dua hari kemudian
tersebut. Secara khusus kemitraan
diatur dalam Pasal 1618–Pasal 1652
2
dilakukan rapat pembahasan masalah KUHPerdata terkait persekutuan
taksi dan ojek online yang dihadiri perdata (maatschap atau vennootschap
oleh Kepala Staf Kepresidenan dalam bahasa Belanda atau
Moeldoko, Menkominfo Rudiantara, partnership dalam bahasa Inggris).
Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri, Menurut Pasal 1618
serta perwakilan Grab dan Gojek. KUHPerdata, persekutuan perdata
Terhadap tuntutan pengemudi terkait adalah suatu persetujuan dengan
status kemitraan pengemudi dengan mana dua orang atau lebih
perusahaan, Menaker Hanif Dakhiri mengikatkan diri untuk memasukkan
menyatakan akan mencari pola sesuatu (inbreng) dalam persekutuan
hubungan yang paling tepat antara dengan maksud untuk membagi
pengemudi dengan perusahaan. keuntungan yang terjadi karenanya.
Lebih lanjut Hanif menyatakan Perjanjian mendirikan maatschap
bahwa pola hubungan kerja antara adalah perjanjian konsensual, yaitu
pengemudi dengan perusahaan perjanjian yang terjadi karena ada
ini merupakan non-standard form persetujuan kehendak dari pihak
employement atau jenis bisnis atau ada kesepakatan sebelum ada
yang baru yang perlu dipikirkan tindakan-tindakan (penyerahan
manfaatnya bagi kedua belah pihak. barang). Pada maatschap, jika sudah
Oleh sebab itu melalui tulisan ini ada kata sepakat dari para sekutu
akan dibahas mengenai bagaimana untuk mendirikannya, meskipun
sesungguhnya eksistensi hukum belum ada inbreng, maka maatschap
dari perjanjian kemitraan ojek online? sudah dianggap ada. Undang-
Apakah masih dapat dipertahankan undang tidak menentukan mengenai
atau harus berubah ke dalam bentuk cara pendirian maatschap, sehingga
perjanjian kerja? perjanjian maatschap bentuknya
bebas. Tetapi dalam praktik, hal
Perjanjian Kemitraan ini dilakukan dengan akta otentik
Berdasarkan Pasal 1313 ataupun akta di bawah tangan.
Kitab Undang-undang Hukum Selain itu, tidak ada ketentuan yang
Perdata (KUHPerdata), perjanjian mengharuskan pendaftaran dan
merupakan suatu peristiwa di pengumuman bagi maatschap.
Perbedaan Perjanjian Kemitraan Keinginan pengemudi untuk
dengan Perjanjian Kerja memasukkan pola kemitraan ke dalam
Pembentukan yang mudah, RUU Ketenagakerjaan tidak memiliki
tidak mensyaratkan keterampilan dasar hukum karena perjanjian
khusus, pemberian laba relatif kerja berbeda dengan perjanjian
mudah, dan sifat yang luwes atau kemitraan. Perjanjian kerja diatur
fleksibel, telah memberikan nilai dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang
lebih pada perjanjian kemitraan. Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjan).
Keuntungan inilah yang membuat Dalam undang-undang ini yang
sejumlah pengemudi untuk dimaksud dengan perjanjian kerja
bergabung dengan ojek online karena adalah perjanjian antara pekerja/buruh
mereka tidak perlu memiliki tingkat dengan pengusaha atau pemberi kerja
pendidikan tinggi, tidak terikat yang memuat syarat-syarat kerja, hak,
dengan jam kerja yang padat dan dan kewajiban para pihak. Sedangkan
3 tidak perlu bersusah payah mencari hubungan kerja merupakan hubungan
penumpang. Mereka pun bebas antara pengusaha dengan pekerja
memilih untuk mengambil order- berdasarkan perjanjian kerja, yang
an atau tidak. Bagi perusahaan hal mempunyai unsur pekerjaan, upah,
ini juga menguntungkan karena dan perintah.
tidak perlu terikat dengan aturan Adanya unsur perintah dalam
ketenagakerjaan seperti aturan hubungan kerja membuat kedudukan
pengupahan dan pembayaran uang pekerja dalam perjanjian kerja
pesangon. Hanya saja pelanggaran menjadi hubungan antara atasan dan
yang dilakukan oleh pengusaha bawahan. Lebih lengkap perbedaan
membuat sejumlah pihak termasuk antara perjanjian kemitraan dengan
pengemudi menginginkan pola perjanjian kerja dapat dilihat pada
kemitraan ditinjau ulang. Tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan Perjanjian Kemitraan dengan Perjanjian Kerja


Unsur Pembeda Perjanjian Kemitraan Perjanjian Kerja
Dasar Hukum KUH Perdata UU Ketenagakerjaan
Kedudukan para
Setara Atasan-Bawahan
pihak
nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha;
nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pe-
kegiatan usaha, hak, kerja/buruh; jabatan atau jenis pekerjaan;
dan kewajiban masing- tempat pekerjaan; besarnya upah dan cara
Klausula minimum masing pihak, bentuk pembayarannya; syarat syarat kerja yang
dalam perjanjian pengembangan, jangka memuat hak dan kewajiban pengusaha dan
waktu dan penyelesaian pekerja/buruh; mulai dan jangka waktu ber-
perselisihan lakunya perjanjian kerja; tempat dan tang-
gal perjanjian kerja dibuat; dan tanda tangan
para pihak dalam perjanjian kerja.
Unsur upah dan per-
Tidak ada Ada
intah
Jaminan perlindun-
gan seperti upah lem-
bur, waktu istirahat, Tidak diatur Diatur jelas
jam kerja maksimum,
jaminan sosial
Tabel 1 menunjukkan bahwa (UUD RI Tahun 1945) dan Pasal
persyaratan yang harus dipenuhi 27 ayat (2) UUD RI Tahun 1945
para pihak dalam perjanjian kerja yang telah mengatur mengenai
lebih banyak dibandingkan dengan kedudukan negara dalam mengatur
perjanjian kerja. Hanya saja pada dan melindungi setiap orang
perjanjian kerja konsep perlindungan untuk mendapatkan kehidupan
kerja bagi pekerja lebih jelas. dan pekerjaan yang layak. Dengan
adanya perlindungan negara maka
Perjanjian Kemitraan posisi pengemudi dapat setara
Ojek Online dengan perusahaan sesuai dengan
Pelanggaran perjanjian prinsip dasar dari kemitraan.
kemitraan ojek online didominasi Apalagi saat ini jumlah pengemudi
oleh penentuan secara sepihak oleh di Jakarta saja sudah mencapai 1
perusahaan terkait dengan beberapa juta orang, sehingga permasalahan
kebijakan baru. Dalam perjanjian, ojek online seharusnya sudah
menyangkut kepentingan umum
4
hal-hal baru di luar perjanjian awal
tentunya harus diperjanjikan/ dan hajat hidup orang banyak.
disepakati kembali oleh para pihak Menjadikan pola hubungan
yang terlibat perjanjian. Hal-hal baru kemitraan antara pengemudi
yang dilakukan di luar kesepakatan dengan perusahaan online menjadi
tentunya tidak mengikat para pihak. hubungan kerja bukanlah sebuah
Oleh sebab itu dalam hal pengemudi solusi, mengingat perubahan pola
tidak sepakat dengan ketentuan hubungan menjadi hubungan kerja
yang telah ditetapkan secara akan menimbulkan konsekuensi
sepihak oleh perusahaan, perjanjian hukum bagi pengemudi dan
kemitraan harus ditinjau ulang. pengusaha. Pengemudi akan terikat
Apabila perusahaan keberatan, dengan perintah yang diberikan
pengemudi dapat memutuskan oleh pengusaha, ketentuan jam
kerja sama kemitraan. Akan tetapi kerja, kewajiban setoran, dan upah
bagi pengemudi kondisi ini tidaklah bulanan. Pengusaha juga memiliki
sederhana. Beberapa pengemudi kewajiban untuk mempekerjakan
menggantungkan kehidupannya para pengemudi, membayar upah
kepada profesi ini karena tidak setiap bulan, membayar upah
memiliki pekerjaan lain. Kondisi ini lembur, uang pesangon, jaminan
membuat kedudukan pengemudi sosial, dan THR. Apabila pola
sangat lemah dibandingkan dengan hubungan antara perusahaan dengan
perusahaan, dan mereka sangat pengemudi diubah menjadi pola
rentan ditekan untuk memenuhi hubungan kerja, maka perusahaan
keinginan pihak yang lebih kuat tidak akan mampu mempekerjakan
dalam hal ini perusahaan penyedia semua pengemudi yang telah
jasa ojek online. terdaftar saat ini. Akibatnya sejumlah
Untuk meningkatkan pengemudi akan kehilangan
posisi tawar pengemudi, negara lapangan pekerjaan. Terkait dengan
wajib turun tangan melindungi permasalahan ini, pemerintah perlu
kepentingan warga negara sesuai membuat aturan khusus terkait
dengan amanat Pembukaan kemitraan antara pengemudi
Undang-Undang Dasar Negara dengan perusahaan yang dapat
Republik Indonesia Tahun 1945 menguntungkan kedua belah pihak,
seperti pengaturan standarisasi tarif, Referensi
proses pemilihan mitra pengemudi Humas, “Naik Rp400/km, Pemerintah
yang lebih selektif, serta aturan Usulkan Tarif Ojek ‘Online’
keselamatan dan keamanan baik bagi Jadi Rp2.000/km”, 29 Maret
pengemudi maupun konsumen. 2018, http://setkab.go.id/naik-
rp400km-pemerintah-usulkan-
Penutup tarif-ojek-online-jadi-rp2-000km/,
Perjanjian kemitraan secara diakses 10 April 2018.
hukum sudah diatur dalam “Pemerintah ubah aturan transportasi
KUHPerdata terkait aturan tentang online”, 2 April 2018, https://
persekutuan perdata. Hanya saja nasional.kontan.co.id/news/
dalam pelaksanaannya, pengusaha pemerintah-ubah-aturan-
sering membuat aturan sepihak transportasi-online, diakses 11
di luar perjanjian yang telah April 2018.
5 disepakati sebelumnya sehingga Simorangkir, Julius Caesar Transon,
merugikan pengemudi. Perjanjian “Tanggung Jawab Sekutu
kemitraan antara pengemudi online Maatschap terhadap Pihak
dengan pengusaha seharusnya ke 3 dalam suatu Perjanjian
tetap dipertahankan karena Konsorsium terkait Bubarnya
bentuk perjanjian ini lebih fleksibel Maatschap atas Kehendak Para
sehingga menguntungkan bagi para Sekutu”, Jurnal Fiat Justisia, Vol.
pihak. Hanya saja untuk membuat 9 No. 2, April-Juni 2015, https://
posisi pengemudi setara dengan media.neliti.com/media/
pengemudi online maka campur publications/36966-ID-tanggung-
tangan pemerintah tidak terelakkan jawab-sekutu-maatschap-
dengan membuat aturan yang jelas terhadap-pihak-ke-3-dalam-
tentang standar perhitungan tarif, suatu-perjanjian-konso.pdf,
besaran bonus pengemudi, jaminan diakses 10 April 2018.
sosial, dan pengawasan supaya Taylor, Gloria Safira, “Ribuan
perusahaan tidak dapat membuat Pengemudi Ojek Online Demo
aturan yang merugikan pengemudi Istana Jokowi Hari Ini”, 27
secara sepihak. Maret 2018, https://www.
DPR dalam menjalankan cnnindonesia.com/nasion
fungsi pengawasan dapat al/20180327084136-20-286148/
mendorong pemerintah untuk segera ribuan-pengemudi-ojek-online-
menetapkan kebijakan yang dapat demo-istana-jokowi-hari-ini,
mengangkat posisi pengemudi agar diakses 10 April 2018.
setara dengan perusahaan. DPR Triatmojo, Danang, “Pengemudi
juga dapat menyampaikan beberapa Ojek Online di Jakarta Capai 1
pengaduan masyarakat sehubungan Juta, Tapi Pemerintah Belum
dengan pelaksanaan perjanjian Akui Keberadaan,” 27 Maret
kemitraan. 2018, www.tribunnews.com/
metropolitan/2018/03/27/
pengemudi-ojek-online-di-
jakarta-capai-1-juta-tapi-
pemerintah-belum-akui-
keberadaan-mereka, diakses 5
April 2018.
Yurindra, Rama, “Seri UKM: Bentuk
Usaha Kemitraan: Keuntungan
dan Kerugian,” 2 Juni 2017,
http://www.tsoekarsono.
com/2017/06/02/seri-ukm-
bentuk-usaha-kemitraan-
keuntungan-dan-kerugian/,
diakses 5 April 2018.

Luthvi Febryka Nola


luthvi.nola@dpr.go.id
Luthvi Febryka Nola, S.H., M.Kn., menyelesaikan Pendidikan S1 Ilmu Hukum Fakultas
Hukum Universitas Padjajaran pada tahun 2003 dan pendidikana S2 Madgister
Kenotariatan Universitas Indonesia pada tahun 2009. Saat ini menjabat sebagai Peneliti
Muda Hukum Perdata pada Pusat Peneilitian – Badan Kehalian DPR RI. Beberapa
karya tulis ilmiah yang dipublikasikan dan buku antara lain: “Penjamin Resi Gudang
di Indonesia: Analisis Politik Hukum Undang-Undang Nomor 9 tahun 2006 tentang
Sistem Resi Gudang”(2010), “Penerapan Penyelesaian Sengketa Alternatif dalam Kasus
yang Melibatkan Pekerja Rumah Tangga”(2011), dan “Advokasi Hukum oleh Lembaga
Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM)”(2014).
Info Singkat
© 2009, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang
http://puslit.dpr.go.id mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh
ISSN 2088-2351 isi tulisan ini tanpa izin penerbit.

Anda mungkin juga menyukai