Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Defenisi

Defisit Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia didalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya,kesehatannya dan
kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya.Klien dinyatakan terganggu
perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya. Aziz R.(2003).
defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri
secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan, dan BAB
atau BAK (toileting) Fitria(2009). Pengertian yang hampir sama diungkapkan oleh
Wilkinson(2006) defisit perawatan diri menggambarkan suatu keadaan seseorang
yang mengalami gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri,
seperti mandi, berganti pakaian, makan dan toileting.

B. Etiologi
Menurut Tarwoto dkk (2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai
berikut :
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran

Menurut DepKes (2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah :


1. Faktor Predisposisi

a. Perkembangan
keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.

1
d. Sosial
kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri.
3. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri yaitu : penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.
C. Patofisiologi

Defisit perawatan diri terjadi diawali dengan proses terjadinya gangguan jiwa
yang dialami oleh klien sehingga menyebabkan munculnya gangguan defisit
perawatan diri pada klien. Pada klien skizofrenia dapat mengalami defisit perawatan
diri yang signifikan. Tidak memerhatikan kebutuhan higiene dan berhias biasa terjadi
terutama selama episode psikotik. Klien dapat menjadi sangat preokupasi dengan ide-
ide waham atau halusinasi sehingga ia gagal melaksanakan aktivitas dalam kehidupan
sehari-hari stuart dkk(2005).
Faktor biologis terkait dengan adanya neuropatologi dan ketidakseimbangan
dari neurotransmiternya. Dampak yang dapat dinilai sebagai manifestasi adanya
gangguan adalah pada perilaku maladaptif pasien Townsend(2005). Secara biologi
riset neurobiologikal mempunyai fokus pada tiga area otak yang dipercaya dapat
melibatkan perilaku agresi yaitu sistem limbik, lobus frontalis dan hypothalamus.
Sistem Limbik merupakan cicin kortek yang berlokasi dipermukaan medial masing-
masing hemisfer dan mengelilingi pusat kutup serebrum. Fungsinya adalah mengatur
persyarafan otonom dan emosi Suliswati(2002),Struat dkk(2005).

2
D. Manifestasi Klinik

Menurut Depkes (2000) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:

1. Fisik
a) Badan bau, pakaian kotor.
b) Rambut dan kulit kotor.
c) Gigi kotor disertai mulut bau.
d) Penampilan tidak rapi

2. Psikologis

a) Malas, tidak ada inisiatif.


b) Menarik diri, isolasi diri.
c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

3.Sosial

a) Interaksi kurang.
b) Kegiatan kurang
c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d) Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri.
E. Akibat

Akibat dari defisit perawatan diri adalah Gangguan Pemeliharaan Kesehatan


(Budiana K, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Jilid 2), Gangguan pemelihaaan
kesehatan ini bentuknya bisa bermacam-macam. Bisa terjadinya infeksi kulit (scabies,
panu, kurap) dan juga gangguan yang lain seperti gastritis kronis (karena kegagalan
dalam makan), penyebaran penyakit orofecal ( karena hiegene bab/bak sembarangan)
dan lain-lain.

3
F. Pohon Masalah
Resiko tinggi isolasi sosial akibat

Defisit perawatan diri core problem

Harga Diri Rendah Kronis sebab

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa
ditemukan :
1. Daerah transisi.
2. Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit.
3. Entrokolitis padasegmen yang melebar.
4. Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam Darmawan (2004)
2. Biopsi isap, yaitu mengambil mukosa dan sub mukosa dengan alat penghisap dan
mencari sel ganglion pada daerah sub mukosa Darmawan (2004).
1. Biopsi otot rektum, yaitu pengambilan lapisan otot rektum.
2. Pemeriksaan aktivitas enzim asetil kolin esterase dari hasil biobsi isap pada
penyakit ini khas terdapat peningkatan, aktifitas enzimasetil kolin esterase
Darmawan (2004).
3. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus Betz dkk (2002).
4. Pemeriksaan colok anus. Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan
pada waktu tinja yang menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu
dari tinja, kotoran yang menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian
bawah dan akan terjadi pembusukan.

4
3. Penatalaksanaan

Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di


usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus
besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal. Ada dua tahapan
dalam penatalaksanaan medis yaitu :

1. Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk


melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus
besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.
2. Pembedahan dilakukan dalam 2 (dua) tahap mula-mula dilakukan kolostomi
loop atau double-barrel sehingga tomus dan ukuran usus yang dilatsi dan
hipertropi dapat kembali normal. (memerlukan waktu kira-kira 3-4 bulan).
Pada umur bayi diantara 6-12 bulan (mulai beratnya antara 9 s/d 10 Kg), satu
dari tiga prosedur berikut dengan cara memotong usus aganglionik dan
mengantomosiskan usus yang berganglion ke rectum dengan jarak 1 inci dari
anus.

Prosedur Duhamel umumnya dilakukan terhadap bayi yang berusia 1


tahun. Prosedur ini terdiri atas penarikan kolon normalkearah bawah dan
menganastomosiskannya dibelakang usus agaanglionik, menciptakan dinding
ganda yang terdiri dari selubung aganlionik dan bagian posterior kolon normal
yang ditarik tersebut.Pada prosedur Swenson, bagian bagian kolon yang
aganglionik itu dibuang, kemudian dilakukan anastomosis end to end pada
kolon berganglion dengan saluran anal yang dilatasi. Sfring terotomi dilakukan
pada bagian posterior.
Prosedur Soave dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dan
merupakan prosedur yang paling banyak dilakukan untuk mengobati penyakit
Hisprung. Dinding otot dari segmen rektumdibiarkan tetap utuh, kolon yang
bersaraf normal ditarik sampai ke anus, tempat dilakukannya anastomosis
antara kolon normal dan jaringan otot rekto sigmonial yang tersisa.

5
4. Pengkajian Focus

Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji


Defisit Perawatan Diri Subjektif :
1. Klien mengantakandirinya malas berdandan
2. Klien mengatakan ingin disuapi makan
3. Klien mengatakan jarang membersihkan alat
kelaminnya setelah BAB /BAK

Objektif :
1. Ketidakmampuan mandi / membersihkan diri
ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki dan berbau, kuku panjang dan kotor
2. Ketidakmampuan berpakaian / berhias ditandai
dengan rambut acak – acak, pakaian kotor dan tidak
rapi, pakaian tdk sesuai, tidak bercukur.
3. Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai
dengan ketidakmampuan mengambil makanan
sendiri, makanan berceceran
4. Ketidakmampuan BAB / BAK secara mandiri
ditandai dengan BAB / BAK tidak pada tempatnya,
tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB /
BAK.

MASALAH KEPERAWATAN
1. Defisit Perawatan Diri
2. Harga Diri Rendah Kronis
3. Resiko Tinggi Isolasi Sosial
4. Ketidakmampuan mandi
5. Ketidakmampuan makan secara mandiri

6
5. Rencana Keperawatan
1. Tujuan
Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri
seperti mandi atau membersihka diri, berpakaian / berhias, makan dan BAB /
BAK
2. Tindakan Keperawatan Untuk Klien
a. Mengkaji kemampuan melakukan perawatan diri meliputi mandi /
membersihkan diri, berpakaian / berhias, makan, dan BAB / BAK secara
mandiri
b. Memberikan cara melakukan mandi / membersihkan diri, berpakaian /
berhias, makan dan BAB / BAK secara rutin
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengawali masalah
kurang perawatan diri

3. Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga Klien


Keluarga dapat meneruskan melatih klien dan mendukung agar
kemampuan klien dalam perawatan dirinya meningkat.
Serangkaian intervensi ini dapat saudara lakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh klien agar dapat menjaga kebersihan diri
b. Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat dan memantu klien dalam
merawat klien (sesuai jadwal yang telah disepakati)
c. Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan klien dalam
merawat diri.

7
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Masalah : Defisit Perawatan Diri


Pertemuan : Ke-1 (pertama)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
Klien terlihat bersih, rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan berbau,
serta kuku panjang dan kotor. Pakaianklien terlihat kotor, tidak bercukur bagi
yang laki – laki dan tidak berdandan bagi perempuan. Klien makan berceceran,
selain itu makannya juga tidak pada tempatnya. Klien suka BAB / BAK tidak
pada tempatnya dan juga tidak membersihkan diri setelah BAB / BAK.

2. Diagnosis Keperawatan
Defisit Perawata Diri

3. SP 1.
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan kriteria sebagai
berikut :
1) Ekspresi wajah bersahabat
2) Menunjukkan rasa senang
3) Klien bersedia berjabat tangan
4) Klien bersedia menyebutkan namanya
5) Adanya kontak mata
6) Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat
7) Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya
8) Mengidentifikasi kebersihan diri, berdandan, makan dan BAB / BAK
b. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
c. Menjelaskan peralatan yang digunakan untuk menjaga kebersihan diri dan
cara melakukan kebersihan diri.
d. Memasukkan dalam jadwal kegiatan klien.

8
4. Rencana Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2) Pekenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
b. Identifikasi kemampuan kllien dalam melakukan kebersihan diri,
berdandan, makan dan BAB / BAK
c. Jelaskan pentingnya kebersihan diri dengan cara memberikan penjelasan
terhadap pentingnya kebersihan diri
d. Jelaskan peralatan yang dibutuhkan dan membersihkan diri, dengan tahapan
tindakan sebagai berikut :
1) Jelaskan alat yang dibutuhkan dan cara membersihkan diri
2) Peragakan cara membersihkan diri dan mempergunakan alat untuk
membersihkan diri
3) Minta klien memperagakan ulang alat dan cara kebersihan diri
4) Masukkan dalam jadwal kegiatan klien

B. STRATEGI KOMUNIKASI DAN PELAKSANAAN


1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“ Selamat pagi ?, …. Boleh saya kenalan dengan ibu ? Nama saya ….
Ibu boleh panggil saya ….saya mahasiswa Keperawatan …. Saya sednag
praktek disini dari pukul 08.00 – 13.00 WIB siang. Kalau boleh saya tahu
nama ibu siapa, dan senangnya dipanggil dengan sebutan apa ?”
b. Evaluasi / validasi
“ Bagaimana perasaan ibu hari ini ? Bagaimana tidurnya semalam ? Ada
keluhan tidak ?”

9
c. Kontrak
d. Topik : “ Apakah ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya ?” Menurut
ibu sebaiknya kita ngobrol tentang apa?”Bagaiman kalau kita ngobrol
tentang kebersihan diri ?”
e. Waktu : “ Berapa kira – kira kita bias ngobrol ? ibu maunya berapa menit?”
Bagaimana kalau 10 menit ?” Bisa?”
f. Tempat : “Dimana kita duduk ? Di teras, dikursi panjangitu, atau dimana ?”

2. Kerja
“ Berapa kali ibu membersihkan diri dalam sehari ?” Apakah ibu bias
berdandan ?” Alat apa yang ibu gunakan saat makan, menggunakan tangan atau
sendok ?” Apakah ibu selalu ke kamar mandi jika ingin BAB / BAK ?” Apakah
ibu tahupentingnya kebersihan diri ?” Bagaimana cara ibu mmenjaga kebersihan
diri ?” Apakah ibu tahu tentang alat – alat yag digunakan untuk membersihkan
diri?” Bagaimana kalau kita belajar cara membersihkan diri ?”
Pertama, lepaskan seluruh baju yang digunakan, lalu siramkan air ketubuh
secara menyeluruh. Gunakan sabun secara merata pada seluruh bagian tubuh
dan bilas sampai bersih. Setelah itu menggosok gigi. Keringkan badan dengan
handuk dan ganti pakaian dengan pakaian yang bersih.

3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“ Bagaimana perasaan ibu dengan obrolan kita tadi ? Ibu merasa senang tidak
dengan latihan tadi ?”
b. Evaluasi Subjektif
“ Setelah kita berdiskusi panjang lebar, sekarang coba ibu simpulkan
pembicaraan kita tadi ? Coba sebutkan cara menjaga kebersihan diri ?”
c. Rencana Tinda lanjut
“ Kalau ibu sudah tahu cara membersihakan diri nanti saat jam 17.00 ibu
praktikkan penjelasan saya tadi.”

10
d. Kontrak yang akan datang
1) Topik : “ Ibu, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang
bagaimana cara menjaga kebersihan mulut ?”
2) Waktu : “ Kira – kira waktunya kapan ya ?” Bagaimana kalau besok jam
09.30 WIB, bisa ?”
3) Tempat : “ Kira – kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok dimana
ya, apa masih disini atau cari tempat lain ?”

11
DAFTAR PUSTAKA

R.Aziz, 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.


Fitria, N., 2009, Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Maramis, 2008, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press
Yosep, 2010, Keperawatan jiwa.(Edisi Revisi). Bandung : Refika Aditama.
Stuart, G.W. and Laraia, 2005, Principles and Praktice of Psychiatric Nursing, St. Louis:
Mosby Year B

12

Anda mungkin juga menyukai