Anda di halaman 1dari 3

TUGAS INDIVIDU

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN SUB OPTIMAL I


RESUME JURNAL

DISUSUN OLEH:
IGA AZALIA LAMONDA
1706113386
AGROTEKNOLOGI D

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
Perbandingan Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
Pola KKPA Di Kabupaten Rokan Hilir dan Kabupaten Siak dengan PT.
Minamas Plantation

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang banyak dikembangkan karena


dapat meningkatkan devisa negara dan perekonomian, serta membuka lapangan
pekerjaan karena hasil produksinya. Contohnya pada hasil produksi berupa minyak
goreng yang dimanfaatkan masyarakat luas seluruh dunia secara terus menerus. Selain
minyak juga dapat digunakan sebagai bahan industri seperti pangan, kosmetik, farmasi,
dan juga sebagai bahan bakar. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan produksi
kelapa sawit khususnya pada budidayanya.
Penelitian dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit pola KKPA di Desa Rantau
Bais, Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir, dan Desa Kotoringin,
Kecamatan Mempura, Kabupaten Siak. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan mulai
dari Agustus – September 2014. Data yang digunakan yaitu primer dan sekunder.
Populasi petani di Kabupaten Rohil 250 orang dengan luas lahan 500 ha, dan di
Kabupaten Siak 200 orang dengan luas lahan 400 ha. Jumlah sampel yang diambil
sebanyak 10% dari populasi.
Pembibitan merupakan kegiatan awal dalam budidaya. Bibit yang baik berasal
dari produsen yang diakui swasta dan memiliki sertifikat. Pada ke 2 kabupaten proses
pengadaan bibit sama berasal dari PPKS Medan (Ternera), ini sesuai dengan anjuran
PT. Minamas. Sistem pembibitan dilakukan 2 tahap yaitu pre-nursery, main-nursery
selama 2-3 bulan. Setelah 3 bulan bibit dipindahkan ke main-nursery. Pembukaan di
ke 2 kabupaten sama yaitu secara mekanis tanpa bakar sesuai anjuran PT. Minamas
dikarenakan lebih efektif dan efisien. Kegiatan setelah ini yaitu penanaman meliputi
jarak tanam, pembuatan lubang tanam, dan pola jarak tanam. Jarak tanam berpengaruh
karena berkaitan dengan ketersediaan unsur hara, cahaya, dan ruang. Jarak tanam pada
ke 2 kabupaten berbeda, kabupaten Rohil lebih mendekati anjuran PT. Minamas namun
belum memenuhi standar. Pada ukuran lubang tanam, ke 2 kabupaten sudah mengikuti
anjuran dari PT, memiliki peran agar tanaman kokoh dan penyerapan hara lebih mudah.
Pola jarak tanam pada ke 2 kabupaten sudah mengikuti anjuran PT yaitu pola segitiga,
pola ini menguntungkan karena paling ekonomis dan meningkatkan jumlah populasi
serta jumlah produksi. Pemeliharaan meliputi pertama yaitu penyulaman. Pada ke 2
kabupaten, penyulaman tidak sesuai dengan anjuran PT yaitu tidak lebih 3 tahun,
sedangkan ke 2 kabupaten lebih dari 3 tahun, hal ini dikarenakan tidak adanya
cadangan, dan mahalnya bibit, maka pertumbuhan tanaman terhambat dan tidak
seragam. Pemupukan perlu dilakukan secara efisien dan efektif, merupakan upaya
penyediaan hara bagi tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Pada ke 2
kabupaten penggunaan pupuk terbesar yaitu RP/TSP dan yang terkecil yaitu Cu dan
Zn, namun pada kabupaten Rohil tidak menggunakan pupuk Mg karena tidak
mengetahui fungsi, sedangkan Mg sangat dibutuhkan untuk kelapa sawit karena dapat
meningkatkan pertumbuhan dan peningkatan produktivitas. PT. Minamas
mnganjurkan bahwa pada 0 - 36 bulan dilakukan pemberian pupuk majemuk, > 36
bulan, digunakan pupuk tunggal sesuai anjuran. Pupuk yang paling penting untuk
tanaman sawit yaitu N, P, K, Mg, Cu, dan B. pada frekuensi pemupukan terjadi
perbedaan pada ke kabupaten, ini diakrenakan terjadi kendala biaya dalam pembelian
pupuk. Frekuensi pemberian pupuk yang baik yaitu dilakukan 3 kali dalam setahun. Ke
2 kabupaten rata rata memberikan pupuk secara tabor untuk efisiensi waktu, sedangkan
anjuran PT yaitu dibenam. Untuk penunasan, kabupaten Rohil melakukan penunasan
1x setahun, dan kabupaten Siak 2x setahun. Sedangkan anjuran yang tepat yaitu 3x
setahun, hal ini dikarenakan kurangnya biaya untuk mengupah tenaga kerja. Penunasan
bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara diantara tajuk dan memudahkan proses
pemanenan. Pengendalian gulma perlu dilakukan, pada ke 2 kabupaten, cara yang
digunakan sama yaitu secara mekanik dan kimia dikarenakan banyaknya gulma
berbatang keras, hal ini sesuai dengan anjuran. Pada hasil produksi, didapatkan
produktivitas kabupaten Siak lebih besar dibanding Rohil.
Berdasarkan data hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa produktivitas
kelapa sawit Kabupaten Siak lebih tinggi dibandingkan Rohil karena rata rata pada
setiap kegiatan, Kabupaten Siak lebih banyak mengikuti anjuran yang diberikan PT.
Minamas sehingga berpengaruh terhadap produksi tanaman kelapa sawit.

Anda mungkin juga menyukai