Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rig Pengeboran tergolong sebagai personal properti, mesin dan peralatan

juga seringkali termasuk sebagai aset investasi atau investment properti, di mana

mesin dan peralatan tersebut dibeli atau diadakan sebagai bagian dari suatu

kegiatan investasi yang diharapkan akan menghasilkan keuntungan. Dalam hal ini,

mesin dan peralatan dapat dikatakan merupakan bagian dari suatu usaha yang

berjalan, dengan demikian nilainya terkait dengan nilai usahanya atau

perusahaannya. Dengan demikian pengetahuan penilai mesin tentang kondisi

pasar dari usaha terkait menjadi sangat penting oleh karena mempunyai pengaruh

sangat besar atas nilai pasar mesin bersangkutan.

Panduan Penerapan Penilaian Indonesia PPPI 3 menjelaskan panduan

tentang Penilaian Mesin dan Peralatan. Sesuai dengan Pendahuluan PPPI 3.1.1.1

mesin dan peralatan secara umum dikategorikan sebagai aset properti berwujud.

Persyaratan penilaian untuk pelaporan keuangan tercakup di dalam PPI 1.

Panduan penerapan ini merupakan tambahan informasi untuk membantu aplikasi

dari Standart Penilaian Indonesia untuk aset yang berupa mesin dan peralatan.

Dalam penggolongan properti Rig Pengeboran dan peralatan

pendukungnya termasuk properti berwujud (tangible) yaitu kategori Personal

Properti untuk mesin dan peralatan seperti yang diperlihatkan oleh bagan yang

digambarkan pada Gambar 1.1.

1
Tanah
Real Property
Bangunan
Tangible/Ber
wujud
Personal Mesin dan
Properti Peralatan
Furniture dan
Properti Intangible/Tak Goodwill Fixture
Berwujud Hak Paten
Franchises
Hak Cipta

Saham
Surat Berharga Investasi
Deposito
Piutang
Sumber: Amin (2015)

Gambar 1.1 Penggolongan Properti

Aset yang dimiliki untuk digunakan dalam suatu produksi yang

berkelanjutan termasuk bangunan khusus, mesin (mesin-mesin individual atau

sekumpulan mesin-mesin, perlengkapan dagang, dan pengembangan/penambahan

oleh penyewa), dan ketegori aset lainnya yang sejenis. Definisi di atas mencakup

pengertian mesin dan peralatan secara luas, tidak hanya meliputi mesin dan

peralatan industri, di mana mesin dan peralatan merupakan komponen yang sangat

dominan, namun mencakup juga mesin dan peralatan pelayanan gedung serta

kendaraan, perabotan dan peralatan kantor.

Di dalam kegiatan penilaian sehari-hari, pada umumnya kendaraan serta

perabotan dan peralatan kantor (furniture, fixtures and office equipment) di

pisahkan tersendiri dimaksudkan hanya untuk sistematika pelaporan dan

pengelompokan properti bukannya penggunaan metode penilaian yang berbeda.

2
Pada dasarnya, mesin dan peralatan dapat merupakan mesin-mesin, sedangkan

perangkat dan peralatan lain serta instalasi yang terpasang pada suatu gedung

tertentu untuk menunjang pengoperasian gedung tersebut, ataupun mesin-mesin,

perangkat dan peralatan lain serta instalasi yang dirangkai dalam suatu kesatuan

tak terpisahkan untuk melakukan suatu proses produksi dalam kegiatan industri.

Istilah “mesin dan peralatan” sebenarnya diambil dari istilah dalam bahasa

Inggris yaitu “plant, machinery and equipment” di mana masing-masing istilah

tersebut mempunyai pengertian sebagai berikut PPI 3.3.1 Pabrik (plant) adalah

suatu kesatuan dari berbagai jenis aset, dapat pula termasuk bangunan

nonpermanen yang bersifat khusus, mesin-mesin dan peralatan. Mesin

(machinery) adalah suatu perangkat yang mempergunakan atau memanfaatkan

daya mekanik, memiliki komponen-komponen yang masing-masing mempunyai

fungsinya sendiri-sendiri, dan secara kesatuan berfungsi melakukan pekerjaan

atau proses tertentu. Peralatan (equipment) merupakan aset pendukung yang

berfungsi untuk membantu operasional suatu kegiatan usaha.

Managemen aset dalam suatu perusahaan merupakan suatu hal yang

sangat penting untuk diperhatikan, karena kesalahan dalam mengelola aset dapat

menimbulkan kerugian bagi suatu perusahaan. Banyak metode dalam mengelola

aset baik internasional maupun lokal, tetapi tujuannya tetap sama yaitu mencapai

kesesuaian aset dengan strategi penyediaan pelayanan dengan harapan bahwa

solusi non aset (mengelola aset tanpa memiliki aset tersebut) akan memungkinkan

penyediaan pelayanan dengan biaya terendah.

Dalam konsteks usaha berskala besar dengan menggunakan aset besar

(dalam hal pembiayaan) kebijakan-kebijakan untuk non aset sering dipergunakan,

hal ini tentunya terkait dengan penggunaan ekuitas perusahaan agar tidak
3
menggangu arus kas perusahaan. Kebijakan non aset ini juga diharapkan dapat

memicu agar penggunaan aset yang ada dapat dioptimalkan, jadi tidak tergantung

pada pengadaan aset baru saja.

Perusahaan bidang minyak dan gas yang salah satu aset utama yang

dikelola adalah rig pengeboran tentunya kebijakan-kebijakan non-aset merupakan

sebuah solusi efektif dalam mengatasi keterbatasan sumber daya yang ada, dalam

hal ini adalah modal. Komposisi antara kepemilikan aset rig pengeboran dengan

sewa merupakan aspek penting dalam rangka mencapai optimalisasi antara

pendapatan dan pelayanan. Ketika dunia mengalami goncangan perekonomian

yang cukup hebat, keberadaan aset-aset ini juga yang merupakan salah satu faktor

keberhasilan bertahan dari suatu entitas. Dengan jumlah aset yang banyak dan

besar (dalam hal pembiayaan) tentunya akan menimbulkan biaya operasional yang

banyak, sementara tingkat penggunaan aset tersebut tidak optimal, sehingga beban

per satuan terkecilnya akan semakin besar.

Keterkaitan antara operasional rig pengeboran dengan layanan terhadap

pengguna aset merupakan dua faktor yang saling tarik menarik, sehingga

pimpinan perusahaan menyikapi dengan cara mendivestasikan aset yang dianggap

sudah usang yang berdampak terhadap tingkat produktifitasnya yang mulai

menurun. Sementara itu, biaya yang ditimbulkan justru bertambah. Tentunya hal

ini juga dipicu oleh goncangan krisis migas yang memaksa para pengambil

keputusan harus mempertahankan keberlangsungan bisnis yang dikelolanya. Oleh

karena itu, keputusan divestasi suatu aset besar seperti rig pengeboran perlu

dihitung secara tepat agar tidak merugikan perusahaan di kemudian hari.

Kondisi pasar migas dunia memang masih menunjukkan tren penurunan,

sementara harga jual berdasarkan kontrak jangka panjang (sistem yang umum
4
digunakan di Eropa dan Asia) cenderung mengikuti level harga minyak dunia

yang kini mencapai kisaran $80-$90 per barrel. Walaupun kondisi permintaan

diperkirakan masih akan lemah, pasokan infrastruktur migas akan terus meningkat

dalam beberapa waktu mendatang. Menurut Monk dan Oleo (2013):

“Prices at the pump remain relatively strong, supporting strong crack


spread and good times for downstream companies, but current pricing of
crude oil is essentially at the same levels as in 2008, while the global
pricing of natural gas has decreased by ~20%, significantly impacting
upstream companies. However, it is the overall fluctuation in pricing
which is hypersensitive to global demand trends – that has driven revenue
volatility, with an average change of 43.2% over the past five years “.

Harga minyak mentah pada dasarnya di tingkat yang sama seperti tahun

2008, sedangkan harga global gas alam mengalami penurunan sebesar -20 persen,

maka secara signifikan mempengaruhi perusahaan hulu. Namun secara

keseluruhan fluktuasi harga yang hipersensitif terhadap tren permintaan global

yang telah mendorong volatilitas pendapatan, dengan biaya rata-rata 43,2 persen

selama lima tahun terakhir.

Hal ini disebabkan baru berjalannya berbagai proyek yang sudah

diputuskan untuk dilaksanakan sebelum resesi terjadi (saat harga minyak bumi

melonjak hingga di atas $100 per barrel). Investasi di bidang migas umumnya

memiliki lead time yang panjang sehingga sampai 2015 diperkirakan pasar migas

dunia masih akan mengalami oversupply.

Cadangan minyak yang merupakan andalan dari bisnis perminyakan

umumnya dikategorikan dalam kelompok unproven (diyakini ada namun belum

ditemukan dan proven (terbukti keberadaannya dan dapat dieksplorasi) dengan

derajat keyakinan tertentu. Wiyono (2000) menyatakan pemilihan dan evaluasi

prospek-prospek eksplorasi minyak dan gas bumi di suatu daerah pada umumnya

dilakukan dengan dua aspek utama aspek teknikal dan aspek keekonomian.
5
Distribusi kepemilikan rig onshore dapat dilihat pada Gambar 1.2. Secara

nasional distribusi jumlah rig yang beroperasi untuk pemboran pengembangan

KKS (Kontrak Kerja Sama) di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1.3. Dari

jumlah penggunaan Rig, PT Pertamina EP yang terbanyak dan sebagian Chevron

Pasific Ind dan Vico Ind.

Sumber: BP Migas, Agustus 2014

Gambar 1.2 Distribusi Kepemilikan Rig Onshore

Sumber: BP Migas, Agustus 2014

Gambar 1.3 Distribusi Rig Nasional

6
Untuk jangka panjang permintaan energi cenderung akan meningkat, di

mana 90 persen dari peningkatan permintaan tersebut akan berasal dari kawasan

negara berkembang dengan China, India, Timur Tengah sebagai penggerak.

Untuk negara-negara tersebut peningkatan permintaan akan dipicu dari semakin

naiknya jumlah bangunan (baik komersial maupun residensial), industri baja dan

petrokimia, serta jumlah kendaraan bermotor.

1.2 Keaslian Penelitian

Pembahasan tentang penilaian Rig Pengeboran dengan pendekatan biaya

masih jarang ditemui, seperti penilaian sebelumnya ditahun 2013 terhadap Rig

Pengeboran yang sama menggunakan pendekaan pasar. Dalam penilaian tersebut

data yang digunakan sebatas kapasitasnya saja, sedangkan data rig tersebut di

dalamnya memiliki karakteristik dan jumlah yang berbeda-beda. Penelitian yang

dilakukan penulis menggunakan pendekatan biaya dengan membandingkan aset

yang hampir sama dari karakteristik dan jumlah komponen di dalamnya yang

mendekati sama sehingga diharapkan penilaian lebih mendekati ketepatan nilai

yang diharapkan. Dengan keterbatasan pengetahuan dan acuan yang digunakan

yang disebutkan dalam daftar pustaka, maka penulis menyatakan bahwa penelitian

Rig Pengeboran Crown LTO 750 pada tanggal 20 Agustus 2014 adalah asli

penelitian yang dilakukan penulis.

1.3 Rumusan Masalah

Kondisi pasar migas yang mengalami penurunan belakangan yang

melanda dunia saat ini, keputusan investasi maupun divestasi perlu

dipertimbangkan dengan akurat. Selain itu, penurunan tarif sewa rig pengeboran

7
memaksa manajemenuntuk melakukan efisiensi, sementara penurunan harga sewa

tidak berpengarug signifikan terhadap permintaan, sehingga salah satu cara untuk

tetap dapat bertahan dibisnis pengeboran adalah dengan menggunakan rig-rig

yang masih baru agar biaya-biaya yang ditimbulkan tidak tinggi dan tetap mampu

bersaing dalam mendapatkan sewa yang jumlahnya jauh berkurang. Untuk itu

terhadap aset-aset rig pengeboran tua perlu dilakukan peremajaan karena selain

menjadikan biaya operasional lebih efisien juga agar perusahaan dapat bergerak

lebih dinamis menghadapi goncangan krisis migas.

Salah satu jenis rig pengeboran yang akan digunakan pada penulisan ini

adalah jenis rig pengeboran CROWN LTO-750. Oleh karena itu, perlu dilakukan

dengan penelitian dan kajian yang akurat agar tidak merugikan perusahaan. Alur

permasalahan dapat dilihat pada Gambar 1.3

Rig Pengeboran
(umur ekonomis lebih 10 Rusak dan Perawatan Produktifitas turun
tahun)

Operational Cost Sewa Rendah

Biaya Tinggi Profit tidak maksimal Inefisien

Divestasi Biaya Tinggi Peremajaan

Nilai Pasar

Gambar 1.3 Alur Permasalahan

8
1.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya perlu disusun suatu pertanyaan

penelitian. Mengapa Penilaian Rig Pengeboran dengan Pendekatan Biaya

dikarenakan apabila menggunakan Pendekatan Pasar dan Pendekatan Pendapatan

dianggap oleh Penulis masih kurang tepat dan belum bisa merepresentasikan hasil

penilaian yang akurat.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai pasar dari Rig

Pengeboran CROWN LTO-750 hp pada tanggal 20 Agustus 2014 dengan metode

pendekatan biaya. Nilai pasar yang dihasilkan diharapkan menjadikan laporan

keuangan lebih tepat. Efektifitas dan kehandalan suatu rig pengeboran menjadi

bagian yang sangat penting dalam mengelola bisnis rig pengeboran, karena salah

satu faktor yang menjadikan industri ini menjadi lebih kompetitif dalam

menawarkan harga adalah biaya rendah dalam operasional rig pengeboran. Oleh

karena itu, pengoperasian rig pengeboran yang sudah tua harus sudah mulai

dikurangi dan juga meminimalkan kecelakaan kerja. Menjadi contoh untuk

perusahaan pengeboran lain dalam pengadaan rig pengeboran yang handal dan

efisien.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain

sebagai berikut.

1. Bagi praktisi penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan

referensi bagaimana cara dan proses menilai Rig Pengeboran dengan metode

pendekatan biaya.
9
2. Bagi akademisi diharapkan menjadi tambahan ilmu dan informasi tentang

mesin Rig Pengeboran.

1.7 Sistematika Penulisan

Penulisan tesis ini terdiri atas 5 (lima) bab dengan sistematika sebagai

berikut: Bab 1 Pendahuluan berisi uraian tentang latar belakang, keaslian

penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, serta sistematika penulisan. Bab 2 Landasan Teori/Kajian Pustaka

berisi teori, kajian terhadap penelitian terdahulu, serta model penelitian/kerangka

penelitian. Dalam bab ini dibahas tentang gambaran umum Rig Pengeboran, aspek

pasar secara makro dan mikro, landasan teori terkait dengan judul penelitian serta

model penelitian yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian. Bab 3

Metoda Penelitian berisi desain penelitian, metode pengumpulan data, metode

penyampelan, definisi operasional, instrumen penelitian, metode analisis data.

Bab 4 Analisis berisi deskripsi data, uji instrumen serta pembahasan. Bab 5

Simpulan dan Saran berisi uraian tentang hasil analisis data sebagai jawaban atas

tujuan penelitian dan keterbatasan berupa kendala dan kesulitan dalam penelitian

serta saran yang disampaikan sebagai masukan pemikiran dan penelitian lanjutan.

10

Anda mungkin juga menyukai