Anda di halaman 1dari 17

PENDIDIKAN KEMANDIRIAN DI PONDOK PESANTREN

(Studi Mengenai Realitas Kemandirian Santri di Pondok Pesantren al-Istiqlal


Cianjur dan Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tasikmalaya)

Oleh: Uci Sanusi

Abstract
This research has several backgrounds. The first, the self reliance is one of the formulas in
the goals of national education. The second, it is the character of nation that must be built.
The third, the self reliance crisis appears in formal education. The forth, school education is
not as a guarantee in building the self reliance in accordance with the goal of national
education. The fifth, Islamic pondok pesantren is considered as the foundation that can create
the self reliance for students (called as santri).
The formulas of the issues proposed are how the self reliance in students in pondok pesantren
is practiced, how the pondok pesantren creates the self reliance habit to the students, what is
the supporting factor in creating the self reliance students, what is the inhibitor factor in
creating the self reliance students, and how is a developing model of the self reliance in
students.
The approach used is qualitative approach by means of analytic descriptive method. A
research locus is focused on al-Istiqlal, Cianjur and Bahrul Ulum, Tasikmalaya. Data
collecting used by using observational technique and deep-interview on research object.
The research produces some conclusions. The first, the students researched at the school
indicate the good self reliance level. The good indicators are reflected with self-confident,
trust, self-control, problem solver, responsible, helping others, hoping success, creative and
innovative thinking; the awareness in study; and capability in managing their life. The
second, the efforts of the school in creating self reliance students are; (a) the mature and the
immature students are in the same place; (b) peer teaching; (c) good facilities; (d) creating
organizations; and (e) entrepreneurship with agriculture. The third, supporting factors are; (a)
the school uses available means in fulfillment the students’ needs; (b) strong wishes for
success with the self reliance life; (c) guidance in higher to lower level of students; (d) the
instruction motivating students in the self reliance. The forth, the inhibitor factors are; (a) a
fraction of students can’t stand the Islamic Boarding School’s condition (b) they (students)
dislike the regulations of the school; (c) the development of science and information
technology; and (d) indulgent parenting, in serving the new students. The fifth, independence
development model begins from internalizing values created with the dynamic process in the
first time of attending in the school, peer teaching, assignment of management activities, and
giving life skills in building self reliance character and self-entrepreneurship.

Keywords : self-reliance, Islamic boarding school, model

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 10 No. 2 - 2012 123


Uci Sanusi Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren

A. PENDAHULUAN
.
Pada perfektif pendidikan Nasional, pondok pesantren merupakan salah satu
subsistem pendidikan yang memiliki karakteristik khusus. Secara legalitas, eksistensi
pondok pesantren diakui oleh semangat Undang Undang RI No.20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Salah satu ciri khas kehidupan di pondok
pesantren adalah kemandirian santri, sebagai subjek yang memperdalam ilmu
keagamaan di pondok pesantren. Kemandirian tersebut koheren dengan tujuan
pendidikan nasional. Pada Undang-Undang RI No. 20 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 3 disebutkan bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab1

Berdasarkan pernyataan di atas, kemandirian merupakan salah satu tujuan yang


hendak dicapai dalam proses pendidikan. Pendidikan nasional tidak hanya bertujuan
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Allah Swt, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, akan tetapi
bertujuan pula membentuk peserta didik yang mandiri.
Tujuan pendidikan nasional di atas merupakan rumusan mengenai kualitas
manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh
karena itu, jika dihubungkan dengan pendidikan karakter, rumusan tujuan
pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan
karakter bangsa.2
Di antara lembaga pendidikan yang berkembang, pondok pondok pesantren
memiliki karakteristik yang kuat dalam rangka pembentukan peserta didik (santri)
yang mandiri. Hal ini terbukti secara empiris di beberapa pondok pesantren terutama
pada pondok pesantren yang berkategori tradisional.
Kemandirian santri terlihat dalam kehidupan di pondok pesantren yang
berhubungan dengan bagaimana santri mandiri untuk makan, minum, mencuci

1
Anonimous, Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Jakarta: Grafika, 2008), hlm. 4
2
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, Pengembangan Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa (Bahan Pelatihan:Penguatan Metodologi Pembelajaran
Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa),
(Jakarta: Kemendiknas, 2010), hlm. 2
124 Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 10 No. 2 - 2012
Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren Uci Sanusi

pakaian, sampai kemandirian dalam belajar. Kemandirian seperti ini kurang nampak
pada peserta didik di lembaga pendidikan formal (sekolah).
Pada perjalanan lembaga pendidikan terdapat masalah yang berhubungan
dengan kemandirian peserta didik. Pertama, munculnya krisis kemandirian peserta
didik, khususnya di lembaga pendidikan formal. Kedua, pendidikan sekolah tidak
menjamin pembentukan kemandirian peserta didik sesuai dengan semangat tujuan
pendidikan nasional.
Berkaitan dengan hal ini, jika dibandingkan dengan lembaga pendidikan formal,
pondok pesantren dipandang mampu untuk membentuk peserta didik (santri) untuk
hidup mandiri. Sistem asrama pada kehidupan pondok pesantren dan karakteristik
kehidupan di dalamnya mendorong peserta didik agar mampu memenuhi dan
menjalani tugas kehidupan sehari-hari dengan mandiri.
Pondok pesantren adalah salah satu lembaga yang mampu memberi pengaruh
yang cukup besar dalam dunia pendidikan, baik jasmani, ruhani, maupun intelegensi,
karena sumber nilai dan norma-norma agama merupakan kerangka acuan dan
berfikir serta sikap ideal para santri. Sehingga pondok pesantren sering disebut
sebagai alat tranformasi kultural. Fungsi pokok pondok pesantren adalah mencetak
ulama dan ahli agama. Kegiatan pembelajaran yang terjadi di pondok pesantren tidak
sekedar pemindahan ilmu pengetahuan dan keterampilan tertentu tetapi yang
terpenting adalah penanaman dan pembentukan nilai-nilai tertentu kepada santri.
Tiga aspek pendidikan yang terpenting yaitu psikomotorik, afektif, dan kognitif
diberikan secara stimulan dan seimbang kepada peserta didik.3
Di antara cita-cita pendidikan pondok pesantren adalah menghasilkan anak
didik (santri) yang mandiri dan membina diri agar tidak menggantungkan hidupnya
kepada orang lain.4 Sebagai salah satu lembaga pendidikan, pondok pesantren telah
membuktikan bahwa dirinya telah berhasil mencetak santri-santri yang mandiri,
minimal tidak selalu menggantungkan hidupnya pada orang lain. Hal ini disebabkan
selama di pondok pesantren para santri tinggal jauh dari orang tua. Para santri
dituntut untuk dapat menyelesaikan masalahnya secara mandiri. Kemandirian dalam
belajar maupun bekerja didasarkan pada disiplin terhadap diri sendiri, santri dituntut
untuk lebih aktif, kreatif, dan inovatif.
Studi pendahuluan dan observasi terhadap Pondok Pesantren al-Istiqlal Cicantu
Cianjur terdapat fenomena yang berhubungan dengan kemandirian santri dalam
menjalani kehidupan di pondok pesantren. Pondok Pesantren al-Istiqlal yang dikenal
dengan Pondok Pesantren Cicantu merupakan pondok pesantren yang cukup lama
berdiri di wilayah Cianjur (berdiri sekitar tahun 1949). Pondok pesantren yang masih
mempunyai pendiri sekaligus pimpinan ini, yaitu KH Jalaludin Mahalli, sudah
banyak mengeluarkan lulusan, menyebar ke berbagai daerah, dan banyak pula
alumni yang mendirikan pondok pesantren di daerahnya masing-masing. Pondok
3
Diunduh dari www.uns.co.id
4
Ibid.
Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 10 No. 2 - 2012 125
Uci Sanusi Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren

pesantren yang mempertahankan sisi tradisionalitasnya ini masih tetap eksis dalam
rangka mendidik santri dalam pendalaman ilmu agama Islam dan pembentukan
kemandirian santri.
Di pondok pesantren tersebut masih dikenal nama “tungku” sebagai sebuah
tempat memasak santri dengan kayu bakar yang diambil sendiri oleh mereka. Di
“tungku” ini, mereka saling berbagi tugas dan berbagi bahan makanan yang akan
dimasak. Satu kali memasak mereka “patungan” 1 (sat) gelas beras dan beberapa
peser rupiah untuk membeli lauk pauknya. Media yang biasa mereka gunakan adalah
“kastrol’ sejenis wajan tertentu.
Selain masak, mereka mencuci pakaian sendiri di sungai atau di kolam sekitar
pondok pesantren. Dalam proses pembelajaran, yang dalam istilah teknis pondok
pesantren disebut pengajian, santri yang senior dapat mendidik santri yang junior,
terutama pada santri yang baru masuk pondok pesantren pada beberapa minggu
pertama. Fenomena dan kenyataan empiris seperti ini memiliki sisi signifikan dalam
rangka pengembangan kemandirian peserta, jika diteliti lebih mendalam.5
Begitu pula dengan salah satu pondok pesantren terbesar di Tasikmalaya,
Pondok Pesantren Bahrul Ulum Awipari, fenomena seperti di Pondok Pesantren al-
Istiqlal dapat dilihat. Pondok pesantren yang berkembang pesat di bawah
kepemimpinan KH Busthomi memiliki banyak santri. Pada tahun 2011, tercatat
bahwa jumlah santri yang belajar di pondok pesantren ini mencapai 250 orang
lebih.6 Pola pendidikan yang diterapkan di pondok pesantren ini mendorong santri
untuk mandiri baik dalam pemenuhan kebutuhan hidup, merapikan diri, merapikan
lingkungan sekitar, serta kemandirian belajar.
Pengamatan pendahuluan di pondok pesantren ini terlihat bahwa kehidupan
santri dijalankan secara sederhana, pemenuhan kebutuhan pangan dilakukan secara
sederhana dengan masak sendiri di “tungku” (istilah dapur bagi santri), dan pola
kehidupan serta belajar lainnya. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa santri di
pondok pesantren ini memperlihatkan secara deskriptif pola kemandirian dalam
kehidupan yang dijalankan.
Secara konseptual, kemandirian peserta didik sebagai orientasi pencapaian
tujuan pendidikan itu penting dalam rangka mempersiapkan generasi yang siap dan
tangguh menghadapi kompleksitas hidup yang tidak terelakkan pada abad modern
seperti ini. Berdasarkan pemaparan di atas, kemandirian peserta didik dan tradisi
santri di pondok pesantren memiliki karakteristik khusus yang jika dikonseptualkan
dari empiris menjadi sebuah asumsi, muncul sebuah asumsi bahwa kemandirian itu
memiliki aspek urgen dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan, yang pada tataran
empiris diwakili oleh pola kehidupan santri di pondok pesantren.
Berdasarkan pemaparan di atas, fokus masalah penelitian ini adalah model
pendidikan kemandirian dalam persfektif pencapaian tujuan pendidikan. Hal ini
5
Hasil pengamatan pendahuluan pada tanggal 1 Oktober 2011
6
Hasil wawancara dengan alumni pondok pesantren pada tanggal 1 November 2011
126 Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 10 No. 2 - 2012
Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren Uci Sanusi

didasari oleh asumsi bahwa pencapaian tujuan pendidikan lebih mengarah pada
kecerdasan intelektual dan keterampilan, sementara kemandirian belum diperhatikan
secara serius. Dengan memotret pola kehidupan santri di pondok pesantren,
penelitian ini diharapkan dapat mengeksplorasi dan mendeskripsikan secara analitis
mengenai kemandirian santri di pondok pesantren.
Dalam penelitian ini, model yang dikembangkan adalah model deskriptif. Model
ini digunakan didasari oleh sebuah pertimbangan bahwa peneliti menempatkan
posisi tidak untuk menerapkan model yang dibuatnya lalu diterapkan pada lokus
penelitian, melainkan menelaah, memahami, dan mendekripsikan proses yang
terdapat dalam model pada lokus penelitian. Akhirnya, dapat dipahami secara
menyeluruh point-point penting dalam kerangka pengembangan model tersebut
dalam situasi yang terjadi pada lokus penelitian.

B. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk:


1. Mengeskplorasi dan mendeskripsikan kemandirian santri di pondok pesantren.
2. Mendeskripsikan secara mendalam upaya pondok pesantren dalam membentuk
tradisi kemandirian pada santri.
3. Menganalisis faktor pendukung pembentukan santri yang mandiri.
4. Menganalisis faktor penghambat pembentukan santri yang mandiri.
5. Menganalisis model pengembangan kemandirian santri.

C. ASUMSI PENTINGNYA KEMANDIRIAN

Penelitian ini mempunyai kecenderungan fokus pada wilayah kajian ilmu


pendidikan. Fokus tersebut memberikan indikasi bahwa tema dan kondisi yang
diteliti berkaitan dengan kemandirian merupakan salah satu indikator atau point
tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pendidikan. Hal ini didasarkan pada
beberapa asumsi, yaitu:
1. Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dinyatakan bahwa salah satu tujuan pendidikan yang hendak dicapai
adalah peserta didik yang mandiri.
2. Kebijakan pendidikan nasional tahun 2010 yang memfokuskan pada penguatan
dan internalisasi pendidikan budaya dan karakter bangsa. Kemandirian
merupakan salah satu nilai internalisasi karakter yang diharapkan dalam
delapan belas (18) nilai pendidikan karakter.
3. Pondok pesantren tradisional sebagai lembaga pendidikan yang memiliki
karakteristik khas menunjukkan kondisi yang tetap eksis mengenai pola
kehidupan santri yang mandiri.

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 10 No. 2 - 2012 127


Uci Sanusi Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren

Ketiga asumsi yang digunakan oleh peneliti sebagaimana disebutkan di atas


menguatkan dasar penelitian bahwa pendidikan kemandirian penting untuk
dikembangkan. Pondok pesantren, sebagai lokus penelitian, dipandang memiliki
kekuatan tertentu untuk membentuk kemandirian santri dibandingkan dengan
lembaga pendidikan sekolah.
Beberapa asumsi di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1
Asumsi Kemandirian dalam Persfektif Pendidikan

Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan
bahwa salah satu tujuan pendidikan yang hendak
dicapai adalah peserta didik yang mandiri

Kebijakan pendidikan nasional tahun 2010 yang


Asumsi Kemandirian dalam Persfektif memfokuskan pada penguatan dan internalisasi
Pendidikan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Kemandirian merupakan salah satu nilai
internalisasi karakter yang diharapkan dalam
delapan belas (18) nilai pendidikan karakter

Pondok pesantren tradisional sebagai lembaga


pendidikan yang memiliki karakteristik khas
menunjukkan kondisi yang tetap eksis mengenai
pola kehidupan santri yang mandiri

Berkaitan dengan pondok pesantren, lembaga ini tetap dipandang sebagai sebuah
lembaga pendidikan yang mampu menerapkan kemandirian pada santrinya sebagai
sebuah bekal kehidupan baik dalam situasi kehidupan pondok pesantren maupun
setelah santri tersebut menjadi alumni. Kemandirian santri di pondok pesantren
setidaknya dikuatkan oleh beberapa asumsi, yaitu sebagai berikut:
1. Pondok pesantren menanamkan prinsip kemandirian dalam proses pembelajaran
(pengajian) dan kurikulum;

128 Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 10 No. 2 - 2012


Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren Uci Sanusi

2. Pondok pesantren memberikan bekal berbagai macam life skill keterampilan


pada santri sehingga mereka mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari;
3. Pondok pesantren memberikan bekal pengetahuan leadership (kepemimpinan)
dan mengarahkan aplikasinya pada saat santri masih di pondok pesantren atau
sudah terjun ke masyarakat;
4. Pondok pesantren memberikan bekal pengetahuan entrepreneursip
(kewirausahaan) kepada santri agar mereka mampu meningkatkan taraf
ekonomi dan lingkungan sosialnya;
5. Pondok pesantren tetap mempertahankan cara hidup yang penuh “ikhtiar”, tidak
mengandalkan cara hidup yang instan.

Beberapa asumsi mengenai kemandirian santri di pondok pesantren


digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2
Asumsi Kemandirian Santri di Pondok pesantren

Pondok pesantren menanamkan prinsip kemandirian dalam


proses pembelajaran (pengajian) dan kurikulum

Pondok pesantren memberikan bekal berbagai macam life skill


keterampilan pada santri sehingga mereka mampu
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

Asumsi Kemandirian
Santri
Pondok pesantren memberikan bekal pengetahuan leadership
di Pondok pesantren
(kepemimpinan) dan mengarahkan aplikasinya pada saat santri
masih di pondok pesantren atau sudah terjun ke masyarakat

Pondok pesantren memberikan bekal pengetahuan


entrepreneursip (kewirausahaan) kepada santri agar mereka
mampu meningkatkan taraf ekonomi dan lingkungan sosialnya

Pondok pesantren mempertahankan cara hidup yang penuh


“ikhtiar” tidak mengandalkan cara hidup yang instan

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 10 No. 2 - 2012 129


Uci Sanusi Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren

Kemandirian tidak hanya dibentuk oleh dorongan pribadi. Faktor luar dapat
mempengaruhi individu atau komunitas tertentu untuk mandiri. Dikaitkan dengan
pondok pesantren, lingkungan sosial pondok pesantren, peranan dan konsep kyai
mengenai hidup, dan sarana yang dimiliki oleh pondok pesantren dapat mendorong
santri untuk berperilaku mandiri. Sebagai sebuah contoh, dalam pemenuhan
kebutuhan pangan, santri melakukan proses masak sendiri, mencari bahan sendiri,
mengolah penganan makanan sendiri; dalam pemenuhan kerapian berpenampilan,
mereka mencuci dan mensetrika sendiri; merapikan tempat tidur sendiri;
pembelajaran mandiri (seperti dalam penerapan metode sorogan); dan perilaku
lainnya. Hal ini semakin menunjukkan sebuah asumsi bahwa pondok pesantren
khususnya pondok pesantren tradisional masih tetap mempertahankan penerapan
pendidikan yang berbasis pada kemandirian diri.
Pada pemaparan di atas terdapat sebuah penjelasan bahwa pondok pesantren
lebih memberikan kesempatan kepada santri untuk hidup mandiri. Pondok pesantren
yang dimaksud adalah pondok pesantren salafi, bukan pondok pesantren khalafi
(modern). Pondok pesantren salafi memiliki karakter yang dapat mendorong santri
untuk hidup mandiri dengan indikator minimal dalam pemenuhan kebutuhan
kehidupan di pondok.

D. METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan metode deskriptif analitik.


Lokus penelitian diarahkan pada Pondok Pesantren al-Istiqlal Cianjur dan Pondok
Pesantren Bahrul Ulum Tasikmalaya. Pengumpulan data menggunakan teknik
observasi dan wawancara mendalam terhadap subjek penelitian.

E. HASIL PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, berikut ini adalah hasil penelitian:
1. Santri pada pondok pesantren yang diteliti menunjukkan tingkat kemandirian
yang baik. Kemandirian santri tersebut dapat dicirikan pada beberapa indikator
sebagai berikut, yaitu: a) tingkat kepercayaan diri santri yang tinggi menjadi
modal utama dalam membentuk kemandirian; b) santri yang diteliti memiliki
tingkat amanah yang cukup tinggi baik amanah pada diri sendiri maupun
lembaga; c) santri dapat mengontrol diri baik dalam kemarahan maupun
larangan pondok pesantren; d) santri dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapi baik dalam menjalani kehidupan maupun belajar di pondok pesantren;
e) santri memiliki tanggungjawab yang baik terhadap diri sendiri dan pondok
pesantren; f) santri menolong teman yang sedang dalam kesusahan; g) santri
memiliki harapan yang tinggi mengenai kesuksesan dan perwujudan diri di
masa depan; h) kreatifitas dan inovasi santri terlihat pada kegiatan di luar

130 Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 10 No. 2 - 2012


Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren Uci Sanusi

pengajian; i) santri menunjukkan tingkat kemandirian belajar mandiri yang


baik; j) santri memiliki keterampilan tertentu dalam mengelola kehidupan; dan
k) motivasi belajar santri paling banyak berasal dari dorongan diri sendiri.
2. Upaya yang dilakukan oleh pondok pesantren dalam membentuk kemandirian
santri yaitu: a) santri yang muda terutama yang baru masuk ke pondok
pesantren, tempat tidurnya disatukan dengan santri yang dewasa; b)
pembelajaran teman sebaya (peer teaching); c) penyediaan fasilitas pondok
pesantren yang sederhana; d) pondok pesantren memberikan kebebasan pada
santri untuk membentuk kemandirian dalam berorganisasi; dan e)
menumbuhkan jiwa kewirausahaan dengan tugas pengelolaan lahan pertanian,
pemeliharaan ternak dan budidaya walet.
3. Faktor pendukung pembentukan kemandirian santri yaitu: a) penggunaan
piranti-piranti sederhana untuk pemenuhan kebutuhan santri di pondok
pesantren; b) keinginan yang kuat dari para santri untuk hidup mandiri dan
dorongan untuk sukses; c) bimbingan santri dewasa ke santri yang lebih muda;
dan d) pelajaran pondok pesantren yang mendorong santri untuk hidup mandiri.
4. Faktor penghambat pembentukan kemandirian santri yaitu: a) sebagian kecil
santri yang tidak tahan dengan kondisi lingkungan di pondok pesantren; b)
sebagian kecil santri yang tidak senang dengan aturan pondok pesantren; c)
perkembangan dunia modern terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan informasi turut mewarnai kemandirian santri di pondok
pesantren; dan d) pola asuh orang tua yang memanjakan anak, khususnya pada
santri muda yang baru datang ke pondok pesantren.
5. Model pengembangan kemandirian santri berawal dari sebuah proses
internalisasi nilai yang dibentuk oleh proses-proses yang dinamis mulai dari
santri masuk pondok pesantren, pembelajaran teman sebaya, penugasan
pengelolaan kegiatan, penugasan pengelolaan beberapa kegiatan, dan
pemberian keterampilan hidup untuk menumbuhkan karakter mandiri dan
memiliki jiwa kewirausahaan.

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 10 No. 2 - 2012 131


Uci Sanusi Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren

Gambar 3
Model Pengembangan Kemandirian

C B
A
Mulai dari mengelola
kehidupan sehari-hari Faktor Pembentukan:
1. Ajaran agama;
Mekanisme internalisasi 2. Kesederhanaan;
Diserahi tanggungjawab
Mulai dari pengelolaan 3. Pendirian pesantren
kemandirian
mengurus
kehidupansatu kegiatan
sehari-hari yang mandiri;
4. Pengelolaan yang
Membimbing junior mandiri;
5. penggunaan piranti
fasilitas yang
Diberi tanggungjawab sederhana,
memimpin program pesantren

Kemandirian Santri
D

Etos Kerja entrepreneurship E

Pada gambar di atas terdapat beberapa hal yang dapat dijelaskan. Bagian A
adalah mekanisme pembentukan kemandirian. Ini adalah titik awal bagian dari
bagan. Bagian B adalah beberapa faktor pembentukan kemandirian. Bagian C adalah
proses pembentukan kemandirian santri. Alur bagan bagian A, B, dan C dapat
dijelaskan bahwa mekanisme proses pembentukan kemandirian santri berawal dari
pembahasan mengenai faktor-faktor pembentukan (B) lalu dilanjutkan pada proses
pembentukannya (C). Secara simbolik hubungan A, B, dan C dapat digambarkan
sebagai berikut: A= B --- C.
Setelah bagian C dilaksanakan, yaitu bagian proses pembentukan, maka
kemandirian akan terwujud (bagian D). Artinya, kemandirian akan terwujud (D)
setelah proses pembentukan dengan beberapa tahapannya terlaksana (C).
Kemandirian santri di pondok pesantren akan lebih menguat dengan upaya pesantren
pada pembentukan etos kerja santri dan kewirausahaan, bagian E.
Gambar model di atas termasuk model deskriptif jika dilihat dari fungsinya.
Model deskriptif merupakan pola dan alur yang menggambarkan dan menjelaskan

132 Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 10 No. 2 - 2012


Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren Uci Sanusi

sebuah fakta yang terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu. Dalam konteks penelitian
ini, model deskriptif menjelaskan proses dan tahapan-tahapan mengenai
pembentukan kemandirian santri.
Gambar di atas menunjukkan bahwa proses pembentukan kemandirian santri
merupakan sebuah internalisasi nilai dan kebiasaan yang membentuk kemandirian.
Faktor yang membentuk kemandirian santri yang ditemukan di lapangan di
antaranya adalah faktor ajaran agama, figur kyai yang sederhana, piranti dan fasilitas
kehidupan yang sederhana, pendirian pesantren yang tidak mengandalkan pihak lain,
dan proses pembelajaran teman sebaya (peer teaching). Alur proses yang dilakukan
oleh pondok pesantren yang diteliti untuk membentuk kemandirian santri berawal
dari pengelolaan kehidupan sehari-hari seperti makan dan mencuci; sebagian santri
diserahi tanggungjawab untuk mengelola satu kegiatan; santri yang dewasa
membimbing santri yang muda; santri yang dewasa diberi tugas untuk mengelola
beberapa kegiatan di pesantren; dan santri yang dewasa diberi tanggungjawab untuk
mengelola lahan pertanian, kegiatan ternak unggas dan ikan, dan diperbantukan pada
kegiatan membangun gedung dan fasilitas pesantren. Proses tersebut dilakukan
secara bertahap sesuai dengan tingkat perkembangan santri di pesantren.
Kegiatan-kegiatan yang dibebankan pengelolaannya pada santri akhirnya
membentuk sebuah etos kerja dan jiwa kewirausahaan santri. Kedua nilai yang
menjadi kebiasaan santri di pesantren ini menjadi bekal mereka di masyarakat.

F. PENUTUP

Setelah dipaparkan hasil penelitian di atas terdapat beberapa informasi penting


hasil kajian lapangan (broadfield research) yang dapat disampaikan:
1. Pondok pesantren yang dihubungkan dengan terma kemandirian santri termasuk
pada tipe pondok pesantren tradisional.
2. Pondok Pesantren al-Istiqlal, walaupun menyelenggarakan Paket B dan C,
masih dikategorikan pondok pesantren tradisional. Program Paket B dan C lebih
bersifat suplemen pembelajaran pondok; dilaksanakan oleh pihak luar
bertempat di pondok pesantren; pengajian dilakukan dengan model yang
sederhana; dan masih terlihat mempergunakan piranti sederhana. Penjelasan
mengenai Paket B dan C bersifat mendeskripsikan kondisi objektif lapangan,
tidak mengubah fokus dan arah penelitian.
3. Kemandirian santri yang ditemukan di lapangan dimulai dari perilaku
pengelolaan kehidupan yang sederhana, misalnya makan, mencuci, dan
sebagainya. Walaupun sederhana, kalau dilakukan secara berulang dan dijalani
apa adanya, akan membuahkan perilaku kemandirian yang mantap. Ciri
minimal yang akan terbentuk adalah pada urusan sederhana, santri tidak
mengandalkan orang lain. Ini menjadi indikator penting dalam kemandirian.

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 10 No. 2 - 2012 133


Uci Sanusi Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren

4. Kurikulum yang dikembangkan pada kedua pondok pesantren yang diteliti


masih sederhana, tidak terstruktur dengan rapi, dan tidak terdokumentasikan
dengan baik. Kurikulum dan pembelajaran berjalan menurut jadwal hasil
inisiatif kyai dan dewan ustadz.
5. Penelitian ini tidak pula mengarah pada tipologi kekhasan pengajian, apakah
termasuk pondok pesantren “alat” (nahwu dan sharaf), pondok pesantren
tawhid, atau pondok pesantren lainnya. Pada kedua pondok pesantren yang
diteliti, hampir setiap disiplin ilmu keislaman dikaji, meskipun dalam porsi
yang berbeda. Pemahaman mengenai tipologi kekhasan pengajian lebih baik
diteliti dalam konteks penelitian mengenai kurikulum pondok pesantren. Hal ini
dilakukan untuk kehati-hatian dalam justifikasi tipe.

Proses penelitian di lapangan menghasilkan beberapa temuan, yaitu sebagai


berikut:
1. Kreatifitas santri sebagai indikator kemandirian tidak ditemukan pada proses
pembelajaran atau pengajian. Kreatifitas muncul pada kegiatan di luar
pengajian, seperti membuat kaligrafi untuk hiasan dinding dan panggung
pengajian ceramah umum.
2. Pengelolaan diri untuk hidup bersih tidak semuanya dilakukan oleh santri.
Fenomena ketidakrapian dan ketidakbersihan masih terlihat di lokus penelitian.
Namun, secara umum indikator kemandirian yang diajukan menunjukkan hasil
yang cukup baik terutama dalam proses yang dijalankan di pondok pesantren.
3. Fasilitas yang sederhana mendorong santri untuk mengelola kehidupan oleh
dirinya sendiri tanpa mengandalkan orang lain.
4. Penyerahan tugas pengelolaan lahan pertanian kyai memberikan bekal
pengetahuan bagi santri untuk menjalani kehidupan di masa depan.
5. Ketergantungan pada pemerintah dan lembaga lain relatif rendah

G. DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,Taufik.1974. Islam di Indonesia.Jakarta: Tinta Mas


Ahmadi, Abu. 2001. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Al-Bukhary.t.t. Shahih al-Bukhary.Beirut: Dar al-Fikr
Ali,Atabik.2003. Kamus Inggris Indonesia Arab.Yogyakarta: Multi Karya Grafika
Al-Istanbuli, Mahmud Mahdi.2006. Parenting Guide: Dialog Imajiner tentang Cara
Mendidik Anak Berdasarkan al-Quran, Sunnah, dan Psikologi.Jakarta:
Hikmah
Al-Khuli,Muhammad Amin.1981. Qâmȗs al-Tarbiyah.Lebanon: Dar al-‘Ilm li al-
Malayin
Al-Khuly.t.t. Al-Adab al-Nabawy. Beirut: Dar al-Fikr

134 Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 10 No. 2 - 2012


Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren Uci Sanusi

Anany, Ashifatul.2010.Pemikiran Humanistik dalam Pendidikan (Skripsi).Malang:


UIN Maulana Malik Ibrahim
Anonimous.2008.Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Grafika
-----.2010. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 tahun 2010 tentang
Petunjuk Teknis Penggunaan Dana BOS Tahun Anggaran 2011.Jakarta:
Kementerian Pendidikan Nasional
Arifin,HM. 1999.Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum).Jakarta: Rineka
Cipta
Arikunto, Suharsimi.2000. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Asrohah, Hanun.2000. Sejarah Pendidikan Islam.Jakarta: Logos Wacana Ilmu
Azra, Azyumardi.2000.Esai-Esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam. Jakarta:
Logos Wacana Imu
Bachtiar,Wardi.1998. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Gunung Djati Press
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.2010 Pengembangan
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Bahan Pelatihan:Penguatan
Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk
Daya Saing dan Karakter Bangsa).Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional
----.2010.Kebijakan Pembangunan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementerian
Pendidikan Nasional
Baharudin dan Makin.2009. Pendidikan Humanistik, Konsep, Teori, dan
Barizi, Ahmad dan Tolkhah, Imam. 2004. Membuka Jendela Pendidikan:Mengurai
Akar Tradisi dan Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam. Jakarta : Rajawali
Press
Barnadib, Imam.1996. Beberapa Aspek Susbtansial Ilmu Pendidikan.Yogyakarta:
Andi Offset
----.1982.Arti dan Metode Sejarah Pendidikan.Yogyakarta: Yayasan Penerbit FIP-
IKIP Yogyakarta
Bastow et.al.1986. Another 20 Investigational Work. Perth: The Mathematical
Association of Western Australia (MAWA)
Bridges, David. Education, Autonomy, and Democratic Citizenship.London:
Routledge
Bruissen, Martin Van.1995. Kitab Kuning: Pesantren dan Tarekat. Bandung: Mizan
Chirzin,M Habib.1995. Ilmu dan Agama dalam Pesantren.Jakarta : LP3S
Dahar,Ratna Wilis.1999. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Dahlan,Zaini.1995. Dunia Pemikiran Kaum Santri.Yogyakarta :LPKSM
Departemen Agama.2004. Grand Design Pendidikan Keagamaan dan Pondok
Pesantren 2004-2009. Jakarta: Departemen Agama
----.2004.Membiasakan Tradisi Keagamaan. Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama
Islam

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 10 No. 2 - 2012 135


Uci Sanusi Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren

----.2004.Pengembangan Metodologi Pembelajaran di Salafiyah.Jakarta : Dirjen


Kelembagaan Agama Islam
----.2004.Pengembangan Metodologi Pembelajaran di Salafiyah.Jakarta: Dirjen
Kelembagaan Agama Islam
Dewey, John.1964. Democracy and Education.New York: Macmillan Company
Dhofier,Zamakhsyari.1982 Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup
Kyai.Jakarta: LP3ES
Djamaludin.1998.Kapita Selekta Pendidikan Islam.Bandung : Pustaka Setia
Djumransyah, “Pendidikan Pesantren dan Kemandirian Santri”, dalam Jurnal Ilmu
Pendidikan Volume 8 Nomor 1 tahun 2001
Duhao,Ibtisham Abu.2002.Manajemen Berbasis Sekolah.Jakarta: Logos Wacana
Ilmu
Durkheim.1990.Pendidikan Moral: Suatu Suatu Teori dan Aplikasi Sosiologi
Pendidikan.Jakarta: Erlangga
Dworkin.1988.The Theory and Practice of Autonomy.Cambridge: Cambridge
University Press
Fatah, Nanang.2004.Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan.Bandung: Rosdakarya
Fathiya,Anna, “Analisis Teori Belajar Orang Dewasa dan Penerapannya dalam
Pengembangan Kemandirian Pengadaan Energi Alternatif pada Masyarakat
Nelayan”, dalam Buletin Ekonomi Perikanan IPB Volume VII Nomor 5 tahun
2007.
Flavel.1970.Charmichael’s Manual of Child Psychology.New York: Wiley
Geertz, Clifford.1982. Islam Observed. New York: McMillan
Goble, Frank G.1987. Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow, terj.
A Supratinya.Yogyakarta: Kanisius
Haedari,Amin.2004. Sinergi Madrasah dan Pondok Pesantren.Jakarta: Departemen
Agama
Haningsih,Sri. Peran Strategis Pesantren, Madrasah, dan Sekolah Islam, dalam al-
Tarbawi Jurnal Pendidikan Islam Nomor 1 volume 1 tahun 2008, hlm. 1
Harbison and Mayers.1974.Education, Manpower, and Economic Growth:
Strategies of Human Resource Development.New Delhi: Oxford IBH
Publishing
Hasbullah.2000.Sejarah Pendidikan Islam.Jakarta: Rajawali Press
Ismail,Faisal.1998. Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan Refleksi
Historis.Yogyakarta: Titian Ilahi Press
Langgulung, Hasan.1987. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta: al-Husna
Madjid,Nurcholish.1997. Bilik-Bilik Pesantren.Jakarta: Paramadina
Mahmud dan Priatna,Tedi.2007. Pemikiran Pendidikan Islam.Bandung: Sahifa
Majah,Ibn. t.t. Sunan Ibn Majah.Beirut: Dar al-Fikr
Maksum.1999.Sejarah Madrasah dan Perkembangannya.Jakarta: Logos Wacana
Ilmu

136 Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 10 No. 2 - 2012


Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren Uci Sanusi

Mardiyah, Irma.2007. Pelaksanaan Program Wajib Belajar Sembilan Tahun di


Pesantren, (Tesis). Bandung: Program Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati
Marzuki.2002. Metodologi Riset. Yogyakarta : FE UGM
Mas’ud,Abdurrahman.2002. Dinamika Pesantren dan Madrasah.Yogyakarta:
Pustaka Pelajara
Maslow,Abraham.1988.Motivation and Personality.New York: Harper and Row
Masrun, dkk.1986. Studi Mengenai Kemandirian pada Penduduk di Tiga Suku
Bangsa (Jawa, Batak, Bugis).Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM
Mastuhu.1998.Dinamika Pesantren.Jakarta : LP3S
Mastuki dan El-Saha, Isham (ed).2004. Intelektualisme Pesantren: Potret Tokoh dan
Cakrawala Pemikiran di Era Keemasan Pesantren.Jakarta: Diva Pustaka
Mill,J.S.1971.Representative Government. London: Oxford University Press
Moeloeng, Lexy J.2005.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya
Muhadjir, Noeng.1993.Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial.Yogyakarta: Rake
Sarasin
Muhtadi, Asep S dan Syafei, Agus Ahmad (ed).2006.Pengembangan Pendidikan
Berbasis Umat.Bandung: LPTQ Jabar
Mulyasa,E. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Rosdakarya
----.2004. Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah.Jakarta: Departemen Agama
Munadi, Imam.2007. Super Muslim: Positif-Semangat-Visioner.Jakarta: Hikmah
Populer
Munawwir,Ahmad Warson.1997. Al-Munawwir Kamus Arab Indonesia.Yogyakarta:
Pustaka Progressif
Mussen, dkk.1989. Perkembangan dan Kepribadian Anak..Jakarta: Arcan
Nasri dan Sundarini.2004. Kewirausahaan Santri.Jakarta: Citrayudha
Nata, Abudin.2000. Metodologi Studi Islam.Jakarta : Raja Grafindo
Nawawi, Hadari.1993.Pendidikan dalam Islam. Surabaya: al-Ishlah
Nawawi.2009. “Sejarah Perkembangan Pesantren” dalam Jurnal Ibda: Jurnal Studi
Islam dan Budaya. Purwokerto: STAIN Purwokerto
Nazir,Moh.1985. Metode Penelitian.Jakarta: Ghalia Indonesia
Nuryoto.1993. Hubungan Antara Peran Jenis dengan Kemandirian Siswa SMU.
(Disertasi). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM
Parry (ed.).1972.Participation in Politics. Manchester: Manchester University Press
Patriana,Pradnya.2007. “Hubungan antara Kemandirian dengan Motivasi Bekerja
sebagai Pengajar Les Privat pada Mahasiswa di Semarang” (Skripsi).
Semarang: Fakultas Psikologi Uiniversitas Diponegoro.
Pidarta, Made.1997. Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia.Jakarta: Rineka Cipta
Poerwadarminta,WJS.2009.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 10 No. 2 - 2012 137


Uci Sanusi Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren

Purwoko, Dwi dkk, “Hubungan Karakteristik Santri dengan Persepsi Mereka tentang
Kemandirian di Pondok Pesantren, dalam Jurnal Penyuluhan Institut Pertanian
Bogor (IPB) September 2007 Volume 3 Nomor 2, hlm. 71
Purwoko, Dwi, “Interaksi Santri Kyai dengan Kemandirian Santri di Pondok
Pesantren”, dalam Jurnal Universitas Nasional tahun 2007
Rachbini,Didik.2001.Pembangunan Ekonomi dan Sumber Daya Manusia.Jakarta:
Grasindo
Rahadjo, M Dawam.1988 Pesantren dan Pembaharuan.Jakarta: LP3ES
Ramayulis.2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Pustaka Hikmah
Rosser.1984. Educational Psychology.Boston: Little Brown
Said,Muhammad.1987 Pendidikan dari Zaman ke Zaman.Bandung: Tarsito
Santrock.1999.Life Span Development.New York: The McGraw-Hill
Saridjo,Marwan.1999. Bunga Rampai Pendidikan Islam.Jakarta: Dirjen Binbaga
Islam
Steinberg.2002. Adolescence.New York: McGraw-Hill
Stenbrink, Karel A.1994. Pesantren, Madrasah, dan Sekolah: Pendidikan Islam
dalam Kurun Modern. Jakarta: LP3ES
Suci, Nurjanah.2010. “Peran Pendidikan Pesantren dalam Membentuk Kemandirian
Belajar Santri” (Skripsi). Surakarta:Fakultas Agama Islam
Sugiyono.2004. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung : Alpabeta
Sukadji.1998. Keluarga dan Keberhasilan Pendidikan.Depok: Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia
Sukarjo dan Komarudin.2010.Landasan Kependidikan.Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Sullivan, Carol et.al,.1998.The Cyclopedic Education Dictionary.Washington:
Delmars Publishers
Surakhmad.1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito
Suryadi, Rudi Ahmad.2010. Diskursus Pemikiran Pendidikan Islam. Cianjur: STIT
NH
----.2011.Tujuan Pendidikan dalam Persfektif al-Qur’an, (Disertasi). Bandung:
Program Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati
Syaodih,Nana.2005. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Rosdakarya
Tafsir, Ahmad.2000.Ilmu Pendidikan dan Persfektif Islam. Bandung: Rosda Karya
----.2005. Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam.Bandung:Rosdakarya
Taqiyuddin.2008.Sejarah Pendidikan Islam: Melacak Geneologi Pendidikan Islam
di Indonesia.Bandung: Mulia Press
Tilaar,HAR.1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional:Dalam
Persfektif Abad 21. Magelang: Indonesia Tera
Tim Penyusun.2010. Peningkatan Manajemen Melalui Penguatan Tata Kelola dan
Akuntabilitas di Sekolah/Madrasah.Jakarta:Kementerian Pendidikan Nasional
dan Kementerian Agama

138 Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 10 No. 2 - 2012


Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren Uci Sanusi

-----.2010.Desain Induk Pendidikan Karakter.Jakarta: Kementerian Pendidikan


Nasional RI
-----.2010.Kebijakan Nasional Pendidikan Karakter.Jakarta: Kementerian
Pendidikan Nasional RI
-----.2010.Pedoman Pendidikan Karakter di SMP.Jakarta: Kementerian Pendidikan
Nasional Dirjen Manajemen Pendidkan Dasar dan Menegah
Tobroni.2008.Pendidikan Islam: Paradigma Teologis, Filosofis dan Spiritualitas.
Malang: UMM Press
Utari Sumarmo, ”Kemandirian Belajar: Apa, Mengapa, dan Bagaimana
Dikembangkan pada Peserta Didik, dalam Jurnal Matematika Sekolah
Pascasarjana UPI tahun 2010, hlm.1
Wahab, Rochidin.2004. Sejarah Pendidikan Islam. Bandung: Alfabeta
Wahid,Marzuki dkk. 2001. Pesantren Masa Depan.Jakarta: Pustaka al-Husna
Wahyudin, Dinn dkk.2008. Pengantar Pendidikan.Jakarta: Universitas Terbuka
Widyastuti dan Andriyanti, “Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep-Konsep Dasar
Linguistik dalam Mata Kuliah Introduction To Linguistics”,
www.staffuny.ac.id, tahun 2010, hlm. 5
Yunus,Mahmud.1990. Sejarah Pendidikan di Indonesia.Jakarta: Hidakarya
Yusuf, Syamsu dan Juntika.2007. Psikologi Kepribadian. Bandung: Rosda Karya

Sumber Internet
www.pendidikan.com
http:/tugasayan.blogspot.com/2010/10/kemandirian.html
www.artikata.com/arti-118392-model.html.
http;/www.damandiri.or.idfileabdwahidchairulahunairbab2.pdf
http://www.citcat.com
http://www.kamus-online.com/index.php?lang=id
http://id.wikipedia.org/wiki/Konsep
www.damandiri.or.id

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 10 No. 2 - 2012 139

Anda mungkin juga menyukai