Klasifikasi
Klasifikasi / Grade CHF atau gagal jantung menurut New York Heart
Association, terbagi dalam 4 kelainan fungsional :
1. Grade I Timbul sesak pada aktifitas fisik berat
2. Grade II Timbul sesak pada aktifitas fisik sedang
3. Grade III Timbul sesak pada aktifitas fisik ringan
4. Grade IV Timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan /
istirahat
Etiologi
Kelainan otot jantung Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot
jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup ateroslerosis koroner, hipertensi
arterial dan penyakit degeneratif atau inflamasi
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat
penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya
mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium
degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara langsung
merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.
Hipertensi Sistemik atau pulmunal (peningkatan after load) meningkatkan
beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot
jantung.
Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun.
Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya,
yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup
gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub semiluner),
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif
konstriktif atau stenosis AV), peningkatan mendadak after load
Faktor sistemik Terdapat sejumlah besar factor yang berperan dalam
perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (missal :
demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan anemi juga dapat menurunkan suplai oksigen ke
jantung. Asidosis respiratorik atau metabolic dan abnormalita elektronik dapat
menurunkan kontraktilitas jantung.
Patofisiologi
Pathway
Pathway CHF
Gagal Jantung Kiri : Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena
ventrikel kiri tak mampu memompa darah yang dating dari paru.
Pemeriksaan Diagnostik
Foto torax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedema atau
efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF
EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan
iskemi (jika disebabkan AMI), Ekokardiogram
Pemeriksaan Lab meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar
natrium yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan retensi
air, K, Na, Cl, Ureum, gula darah
Penatalaksanaan
Pengkajian
a. Pengkajian Primer
Airway : batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot
pernafasan, oksigen, dll
Breathing : Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa
bantal
Circulation : Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub jantung,
anemia, syok dll. Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama jantung, nadi apical,
bunyi jantung S3, gallop, nadi perifer berkurang, perubahan dalam denyutan nadi
juguralis, warna kulit, kebiruan punggung, kuku pucat atau sianosis, hepar ada
pembesaran, bunyi nafas krakles atau ronchi, oedema
b. Pengkajian Sekunder
Aktifitas/istirahat Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah,
dispnea saat istirahat atau aktifitas, perubahan status mental, tanda vital berubah saat
beraktifitas.
Integritas ego : Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung
Eliminasi Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada
malam hari, diare / konstipasi
Makanana/cairan Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB
signifikan. Pembengkakan ekstremitas bawah, diit tinggi garam penggunaan diuretic
distensi abdomen, oedema umum, dll
Hygiene : Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang.
Neurosensori Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah
tersinggung.
Nyeri/kenyamanan Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot,
gelisah
Interaksi social : penurunan aktifitas yang biasa dilakukan
Kriteria hasil : Tidak sesak nafas, RR normal (16-24 X/menit) , tidak ada
secret, suara nafas normal
Intervensi :
Ukur masukan/haluaran, catat penurunan, pengeluaran, sifat konsentrasi, hitung
keseimbangan cairan
Observasi adanya oedema dependen
Timbang BB tiap hari
Pertahankan masukan cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler
Kolaborasi :
pemberian diit rendah natrium, berikan diuretic
Kaji JVP setelah terapi diuretic
Pantau CVP dan tekanan darah
Daftar Pustaka
Tabel 2.4 Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
1 DS: Iskemik miokard Resiko tinggi
Klien mengeluh “mudah lelah, Penurunan curah
nyeri dada kiri dan uluhati, sesak jantung
nafas, sering terbangun pada
malam hari saat tidur.”
DO: Kerusakan otot-otot miokard
Tekanan darah bisa meningkat
(hipertensi/ hipotensi), nadi lemah,
terdengar suara gallop ventrikel
dan gallop atrium (S3 clan S4),
keringat dingin, ronchi+/+, sianosis Kemampuan/ kontrak tilitas
nyeri dada, edema tungkai +/+, miokard menurun
EKG: ST depresi V2 dan V4, rasio
R/S V1, V6 urine sedikit ±300 –
500 cc perhari, nafas cepat.
Menurunnya kemampuan
pompa ventrikel
DS:
Klien mengeluh “nafasnya sesak
dan sering terbangun pada malam
Isi sekuncup
hari karena sesak nafas dan batuk- Resiko tinggi
batuk” gangguan
2 DO: pertukaran gas
Ujung jari dan kuku tampak
kebiruan, ronchi (+/+), nafas cepat Curah jantung menurun/
tampak tarikan dinding dada cardiac output menurun
Ht: 34,6
Albumin: 2,6
DS:
Klien mengeluh “tangan dan kaki
lemas, sulit untuk menelan, nyeri Kelebihan volume plasma Resiko tinggi
perut” gangguan perfusi
4 DO: jaringan
Klien tampak berbaring di tempat
tidur, oliguri, tampak edema,
perubahan suhu kulit, Transudasi cairan
DS: Edema
Klien mengeluh “nyeri dada kiri
pada saat beraktivitas”.
DO: Curah jantung menurun Nyeri
Klien tampak meringis kesakitan,
wajah tampak
5
Hipertrofi ventrikel
Pemendekan miokard
Penurunan suplai O2 ke
miokardium
Nyeri
Kelemahan
DS:
Klien menyatakan “klien bingung Kurang
Kurangnya informasi/
dengan keadaan penyakitnya, klien pengetahuan
kesalahan persepsi tentang
8 bertanya tentang kondisi dan mengenai kondisi
penyakit gagal jantung
pengobatan” dan program
DO: pengobatan
-
2. Rumusan Diagnosa
a. Resiko tinggi penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan kontraktilitas
ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, konduksi elektrikal yang ditandai dengan klien
mengeluh “mudah lelah, nyeri dada kiri dan uluhati, sesak nafas, sering terbangun pada malam
hari saat tidur”, tekanan darah bisa meningkat (hipertensi/ hipotensi), nadi lemah, terdengar suara
gallop ventrikel dan gallop atrium (S3 clan S4), keringat dingin, ronchi +/+, sianosis nyeri dada,
edema tungkai +/+, EKG: ST depresi V2 dan V4, rasio R/S V1, V6 urine sedikit ±300 – 500 cc
perhari, nafas cepat.
b. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan perembesan cairan, kongesti
paru akibat sekunderdari perubahan membran kapiler alveoli dan retensi cairan interstitial yang
ditandai dengan klien mengeluh “nafasnya sesak dan sering terbangun pada malam hari karena
sesak nafas dan batuk-batuk serta dispnea saat beraktivitas”, ujung jari dan kuku tampak
kebiruan, ronchi(+/+), nafas cepat tampak tarikan dinding dada, Ht: 34,6, Albumin: 2,6.
c. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan kelebihan
cairansistemis, perembesan cairan interstial di sistemis akibat sekunder dari penurunan curah
jantung, gagal jantung kanan yang ditandai dengan klien menyatakan “bila berjalan terasa berat,
sesak nafas, lebih enak tidur dengan posisi setengah duduk, kencing sedikit”, tungkai tampak
bengkak/ edema, jumlah kencing sedikit 300-500 cc/ hari, tempak bendungan vena jugularis,
ronchi (+) respirasi nafas cepat, terdengar bunyi jantung S3 dan nadi lemah, Ht: 34,6, Albumin:
2,6.
d. Resiko tinggi gangguan perfusi jaringan yang berhubungan dengan menurunnya curah
jantungyang ditandai dengan klien mengeluh “tangan dan kaki lemas, sulit untuk menelan, nyeri
perut”, klien tampak berbaring di tempat tidur, oliguri, tampak edema, perubahan suhu kulit.
e. Nyeri yang berhubungan dengan nekrosis sel yang ditandai dengan klien mnegeluh “nyeri dada
kiri pada saat beraktivitas”, klien tampak meringis kesakitan, wajah tampak tegang dan gelisah,
tangan mengepal.
f. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke
jaringan dengan kebutuhan dengan akibat sekunder dari penurunan curah jantung yang ditandai
dengan klien mengeluh “tenaganya lemah, cepat lelah, sesak nafas, nafsu makan menurun”, klien
tampak berbaring di tempat tidur, tampak kebiruan/ sianosis pada ujung jari dan kuku, tungkai
tampak edema, keringat dingin, lemah.
g. Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan, situasi
kritis, ancaman, atau perubahan kesehatan yang ditandai dengan klien menyatakan “klien takut
dengan keadaannya, klien bertanya tentang kondisi dan pengobatan”, klien tampak cemas.
h. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, program pengobatan yang berhubungan dengan
kurangnya pemahaman, kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung, penyakit,
kegagalan yang ditandai dengan adanya pertanyaan, pernyataan masalah, kesalahan persepsi,
terulangnya episode GJK yang dapat dicegah yang ditandai dengan klien mengatakan “klien
bingung dengan keadaan penyakitnya, klien bertanya tentang kondisi dan pengobatan”.
DS:
Klien mengeluh “tangan dan kaki
lemas, sulit untuk menelan, nyeri Kelebihan volume plasma Resiko tinggi
perut” gangguan perfusi
4 DO: jaringan
Klien tampak berbaring di tempat
tidur, oliguri, tampak edema,
perubahan suhu kulit, Transudasi cairan
DS: Edema
Klien mengeluh “nyeri dada kiri
pada saat beraktivitas”.
DO: Curah jantung menurun Nyeri
Klien tampak meringis kesakitan,
wajah tampak
5
Hipertrofi ventrikel
Pemendekan miokard
Penurunan suplai O2 ke
miokardium
Nyeri
Kelemahan
DS:
Klien menyatakan “klien bingung Kurang
Kurangnya informasi/
dengan keadaan penyakitnya, klien pengetahuan
kesalahan persepsi tentang
8 bertanya tentang kondisi dan mengenai kondisi
penyakit gagal jantung
pengobatan” dan program
DO: pengobatan
-
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan
Keperawatan
Risiko Tinggi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan laporkan tanda 1. Kejadian mort
Penurunan Curah keperawatan selama 3x24 jam penurunan curah jantung. dengan MI yang
Jantung diharapkan penurunan curah 2. Biasanya terjad
jantung dapat teratasi dengan 2. Periksa keadaan klien dengan istirahat untu
kriteria hasil : mengauskultasi nadi apikal: kaji kontraktilitas ve
1. Tekanan darah dalam batas frekuensi, irama jantung AF disritmia
normal (systole : 110-140 (dokumnetasi disritmia, bila meskipun lainny
mmHg dan Diastole: 80-90 tersedia telemetri). 3. S1 dan S2 mu
mmHg) 3. Catat bunyi jantung. kerja pompa, ir
2. CRT kurang dari 3 detik sebagai aliran d
3. Produksi urine › 30 ml/ jam murmur dapat m
4. Nadi 70-90 kali/ menit mitral.
5. Tidak terjadi aritmia 4. Penurunan
6. Bebas gejala gagal jantung menurunnya na
4. Palpasi nadi perifer. dan postibial. N
teratur untuk dip
1. Hipotensi dapat
1. Auskultasi TD, bandingkan kedua hipertensi juga f
Risiko Tinggi Setelah dilakukan tindakan lengan, ukur dalam keadaan dengan nyeri ce
Gangguan Perfusi keperawatan selama 3x24 jam berbaring, duduk atau berdiri bila katekolamin.
Jaringan diharapkan tidak terjadi memungkinkan.
gangguan perfusi jaringan 2. Kaji warna kulit, suhu, sianosis,
dengan kriteria hasil: nadi perifer, dan diaforesis secara2. Mengetahui der
1. Klien tidak mengeluh pusing teratur. tekanan perifer.
2. TTV dalam batas normal : 3. Kaji kualitas peristaltik, jika perlu
TD : 110-140/80-90 mmHg pasang sonde. 3. Mengetahui pen
saluran cerna, se
d. Manajemen lingkungan,
lingkungan tenang dan batasi
5. Kontrol sensasi
informasi meng
a. Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan metabolisme
karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan
b. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan
mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak
c. Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan
d. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang ditemukan di seluruh dunia dengan prevalensi
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah,
panjang kira-kira 15 cm berat 60 – 100 gram. Letak pada daerah umbilical, dimana kepalanya dalam
lekukanduodenum dan ekornya menyentuh kelenjar lympe, mengekskresikannya insulin dan glikogen ke
darah.
duodenum.
b. Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah lambung dan depan vertebra
lumbalis pertama.
c. Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya menyentuh lympa.
b. Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukogen
langsung ke darah.
Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa, beta dan delta yang satu
sama lain dibedakan dengan struktur dan sifat pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin, sel alfa
a. Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang membentuk getah pancreas berisi enzim
1.) Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa atau maltosa dijadikan polisakarida dan polisakarida
2.) Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida kemudian menjadi asam amino.
3.) Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam lemak dan gliserol gliserin.
b. Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk hormon dalam pulau langerhans yaitu
kelompok pulau-pulau kecil yang tersebar antara alveoli-alveoli pancreas terpisah dan tidak mempunyai
saluran.
Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsung diserap ke dalam kapiler
darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan hormon tersebut. Dua hormon penting yang
1). Insulin
Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk manusia. Insulin terdiri dari dua rantai
asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh ikatan disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah
dan asam amino yang memegang peranan penting. Perangsang sekresi insulin adalah glukosa darah.
a.) Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu meningkatkan konsentrasinya setelah makan,
sekresi insulin juga meningkat sebanyak 2/3 glukosa yang di absorbsi dari usus dan kemudian disimpan
b.) Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa darah normal.
c.) Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah terhadap hypothalamus adalah
merangsang simpatis. Sebaliknya epinefrin yang disekresikan oleh kelenjar adrenalin masih
menyebabkan pelepasan glukosa yang lebih lanjut dari hati. Juga membantu melindungi terhadap
hypoglikemia berat.
Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :
2). Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau langerhans mempunyai
beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin. Fungsi yang terpenting adalah : meningkatkan
konsentrasi glukosa dalam darah. Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat molekul 3842
Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi glukosa darah mempunyai efek yang jelas
berlawanan pada sekresi glukagon dibandingkan pada sekresi insulin, yaitu penurunan glukosa darah
dapat menghasilkan sekresi glukagon, bila glukagon darah turun 70 mg/100 ml darah pancreas
mengekresi glukosa dalam jumlah yang sangat banyak yang cepat memobilisasi glukosa dari hati. Jadi
3. Patofisiologi
Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama
kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan
akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml. (2)
metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes Mellitus yang tidak
mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine penderita Diabetes Mellitus. Bila jumlah glukosa yang
masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam
jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap
menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%.
dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam aseto –
asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi
10 Meq/Liter.
4. Klasifikasi
a. Diabetes Mellitus type insulin, Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal dengan
nama Juvenil Onset Diabetes (JOD), penderita tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah
terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat
2.) Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pancreas, tetapi biasanya resistensi aksi
Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.
1.) Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas, kelainan hormonal, diabetes karena obat/zat
3.) Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan
kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon
chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa
ke fetus.
5. Etiologi
Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti dari studi-studi
eksperimental dan klinis kita mengetahuo bahwa Diabetes Mellitus adalah merupakan suatu sindrom
yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya.
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :
a. Faktor genetik
Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita Diabetes Mellitus dengan
kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan keluarga yang menderita Diabetes Mellitus
mencapai 8, 33 % dan 5, 33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang memperlihatkan angka
hanya 1, 96 %.
1.) Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai predisposisi genetic terhadap
Diabetes Mellitus.
2.) Nutrisi
3.) Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya menyebabkan hyperglikemia
sementara.
4.) Hormonal
Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi, akromegali karena jumlah
6. Gambaran Klinik
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal
terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang
telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena
insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan
pembentukan katarak.
7. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah untuk mengatur glukosa darah
dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang
tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi
dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin. Penyuluhan kesehatan awal dan berkelanjutan penting
8. Komplikasi
a. Akut
1.) Hypoglikemia
2.) Ketoasidosis
3.) Diabetik
b. Kronik
1.) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung pembuluh darah tepi,
2.) Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik, nefropati diabetic.
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja
sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam
melakukan proses terapeutik maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.
Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan secara sistematis
dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien,
mengevaluasi rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
endokrin.
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus dilakukan mulai dari
pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang
c. Eliminasi
d. Nutrisi
e. Neurosensori
Sakit kepala, mengatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan
bingung.
f. Nyeri
g. Respirasi
h. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa
b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati,
g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
3. Rencana Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor
kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas
normal.
Intervensi :
2.) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.
Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang
diberikan.
Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya
Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien secara
individual.
b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,
Tujuan :
Intervensi :
1.) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan
oleh pasien.
Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya).
Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama ini dapat
Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga untuk memahami nutrisi
pasien.
Tujuan :
Intervensi :
Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat
2). Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang
Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.
4). Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.
Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan
5). Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.
Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret.
Tujuan :
Intervensi :
2.) Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya.
Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan realitas.
3.) Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai
kemampuannya.
Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada
lingkungannya.
4.) Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada paha/kaki.
Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi
sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.
Tujuan :
Intervensi :
Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin
sangat lemah.
3.) Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati,
Tujuan :
- Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab
Intervensi :
1.) Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan
Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan
4.) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri.
g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
Tujuan :
- Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan
faktor penyebab.
- Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.
Intervensi :
Rasional : Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam
proses belajar.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
program.
4.) Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan pasien/orang
terdekat.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang tercantum dalam
rencana keperawatan.
C. ANALISA DATA
aktivitas
- Klien merasa lemah
Data Obyektif :
sendiri.
Metabolisme karbohidrat
menurun
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
Energi berkurang
Kelemahan
dari kebutuhan
2. - Klien mengeluh berat badan Glukosa darah tidak dapat
menurun.
Starvasi (kelaparan sel)
Data obyektif :
½ – ¼ porsi) di hati
Penurunan BB
tidak adekuat
Data subyektif : -
Data subyektif : -
Glukosa tidak dapat ditransfer
Resiko perlu-
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
jari)
4. Peningkatan glukosa darah
Osmolaritas meningkat
dirawat
D. PRIORITAS MASALAH
Data Subyektif :
- Klien merasa lemah
Data Obyektif :
2. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
ditandai dengan :
Data subyektif :
Data obyektif :
3. Resiko terjadi hypoglikemia berhubungan dengan pem-batasan diet dan therapi insulin ditandai dengan
Data subyektif : -
Data obyektif :
- Klien nampak lemah
- Ada riwayat DM
- TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
P : 20 x/menit
S : 36, 6 0 C
Data subyektif : -
Data obyektif :
RENCANA KEPERAWATAN
TANGGAL/ DIAGNOSA
NO KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
ditandai dengan :
- Klien tidak
- Klien merasa
- Semua berak-tifitas secara terjadinya atropi
dapat
- Klien mengatakan
dilakukan
sebagi-an
3. Libatkan keluarga Klien tidak merasa
sendiri seperti
aktifitasnya
dalam tindakan terabaikan oleh keluarga
bia-sanya
dilakukan sendiri.
keperawatan dan semua kebutuhan
misalnya
Data Obyektif : klien dapat terpenuhi.
mandi, makan,
lemah
Agar klien dan keluarga
4. HE tentang
- Aktifitasnya dapat mengerti dan
personal hygiene
sebagian dila- memahami tentang
hygiene (kebersihan
badan).
2.
1. Kaji kebiasaan
dihabis-kan
- Klien mengeluh
3. Sajikan makanan
lemah - Klien tidak Makan yang hangat dapat
yang hangat sesuai
lemah meningkatkan selera
- Klien mengeluh
dengan program
makan klien
berat badan
diet.
menurun.
- Klien mengatakan
4. Beri makan porsi
nafsu makan
RENCANA KEPERAWATAN
TANGGAL/ DIAGNOSA
NO KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
3.
nampak pucat
hypoglikemia.
Hypoglikemia
tidak 2. Beri
terjadi diet sesuai Untuk mempertahankan
hypoglike-mia
Data subyektif : -
seperti pucat,
Data obyektif : Dengan pemberian makan
tachicardi, kulit
15 menit setelah
- Klien nampak teraba dingin,
4. Beri makan 15
pemberian insulin
lemah mual, muntah menit setelah
diharapkan untuk
dan tremor. pemberian insulin.
- Ada riwayat DM
mencegah terjadinya
10-10
N : 80 x/menit
Untuk
1. Observasi tanda-
P : 20 x/menit mengetahui/mengidenti-
tanda perluasan
fikasi tanda-tanda infeksi
S : 36, 6 0 C
radang /infeksi.
secara dini dengan
membantu menentu-kan
infeksi tidak
RENCANA KEPERAWATAN
TANGGAL/ DIAGNOSA
NO KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
terjadi dengan
2. Lakukan/ganti
dengan hyper-
- Luka tidak
3. Kompres luka
4. Ukur tanda-tanda
- Nampak luka pada
vital (TD, S, N, P). Untuk tanda-tanda infeksi
kaki kiri (ibu jari)
bisa dimanifestasikan
- GDS 397 mg/dl
dengan pening-katan
5. Penatalaksanaan
pem-berian
Antibiotik dapat
antibiotik Chlin-
menghambat atau
damycin,
RENCANA KEPERAWATAN
TANGGAL/ DIAGNOSA
NO KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
500 mg/hari