Anda di halaman 1dari 17

BAB III

ANALISA SITUASI DAN PERENCANAAN PENYELESAIAN MASALAH

A. Profil rumah sakit islam pondok kopi Jakarta timur


Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi (RSIJP) merupakan amal usaha perserikatan
muhammadiyah yang memiliki tanggung jawab untuk menjalankan visi an misi perserikatan
dibidang kesehatan Rumah Sakit Islam Pondok Kopi merupakan rumah sakit tipe B yang
terletak di wilayah Jakarta Timur. Rumah sakit ini memberikan pelayanan dibidang
kesehatan yang didukung oleh layanan dokter spesialis dan sub spesialis, serta ditunjang
dengan fasilitas medis yang memadai Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi memiliki
fasilitas pelayanan terdiri dari pelayanan IGD 24 jam, Ambulance, Farmasi, ruang operasi,
rehabilitasi medik, medical check up, konsultasi gizi, akupunktur, dokter umum, dokter
spesialis, laboratorium, radiologi, HD, rawat jalan, rawat inap, serta ruang khusus dan ruang
intensif. Pelayanan rawat inap Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi dengan berbagai
kelas yangbervariasi, mulai dari VIP, kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Salah satu pelayanan
rawat inap Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi dalah ruang An-Nas 2.

B. Analisa situasi ruangan


1. Profil Ruangan An-nas 2
Ruangan An-Nas II merupakan ruangan perawatan laki-laki dengan penyakit umum dan
post oprasi. Ruangan An-Nas II adalah ruangan perawatan kelas 1,2,dan 3 BPJS, pribadi
dan asuransi.
Ruangan An-Nas II terdiri 8 ruangan perawatan dengan penyakit umum dan post oprasi,
1 ruang kantor perawatan, 1 ruang logistik, 2 ruang ganti perawat, 1 toilet perawat, 1
ruang pantry dan 1 ruang spool hock.. Kapasitas ruangan An-Nas II adalah 39 bed yang
terdiri dari ruang kelas 1 yaitu kamar 201dan 202 dengan jumlah bed 3 , kelas 2 yaitu
kamar 203, 204 dan 206 dengan jumlah 6 bed, kelas 3 kamar 205 dan 207 dengan
jumlah 8 bed.
2. Keadaan fasilitas dan sarana fisik ruangan
Ruang An-Nas2 terdiri dari satu ruangan untuk kepala ruangan 2 ruangan untuk kamar
perawat,termasuk kamar mandi perawat dan 11 kamar mandi pasien serta satu ruangan
isolasi, dan 1 Spoel Hock disamping nurse station.
Ruangan An-Nas 2 memiliki set untuk pemeriksaan tanda-tanda vital (3 buah tensi meter
standar, 2 stetoscop, & 2 termometer digital), 1 meja tim di ners station , 1 buah trolley
tindakan), 1 alat suction, 1 buah EKG, 1 buah oksigen sentral, 1 lemari laken, 6
humidifier, 1 unit computer beserta printer, 1 buah AC di nurse station, 8 Buah AC.

3. Ketenagakerjaan
Ruangan An-Nas II dikelola tenaga keperawatan dan tenaga non keperawatan berjumlah
27 orang. Dengan tingkat D3 berjumlah 17 orang , S1 Ners 5 orang, D3 kebidanan
berjumlah 1 orang admin 4 orang.

4. Fungsi Manajemen Di Ruang An-Nas 2

a. Fungsi perencanaan

1) Visi Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi

Pada tahun 2025, Rs Islam Jakarta Pondok Kopi sebagai rumah sakit yang
berkualitas dan menjadi kepercayaan masyarakat, yang peduli pada kaum
Dhu’afa, dan pusat pengkaderan persyarikatan Muhammadiyah di bidang
kesehatan se-Jakarta dan sekitarnya sebagai pusat pendidikan kedokteran.

2) Misi Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi

a) Memberikan pelayanan kesehatan yang professional pada seluruh lapisan


masyarakat secara adil dan ihsan.
b) Menyediakan sarana dan prasarana pelayannan kesehatan dengan
mempertimbangkan ilmu pengetahuan dan teknologi agar pelayanan mampu
bersaing di era globalisasi.
c) Menyelenggrakan pelatihan, penelitian, dan pengembangan manajemen yang
berskinambungan untuk menghasilkan sumber daya ihsani yang memiliki
kompetensi dan berakhlak mulia.
d) Mampu menyelenggarakan pendidikan kedokteran dan pengkaderan bagi
tenanga kesehatan lainnya.

3) Falsafah

Falsafah Rumah Sakit Islam Jakarta adalah perwujudan dari iman sebagai amal
sahaleh kepada Allah SWT dan menjadikan sebagai saran ibadah. “Dan
sampaikanlah berita bergembira mereka yang beriman dan berbuat baik bagi
mereka disediakan surga – surga yang mengalir sungai – sungai didalamnya” (QS.
Al Baqarah ayat 25).

4) Motto

Bekerja sebagai ibadah, ihsan dalam pelayanan.

5) Kebijakan mutu

Memberikan pelayanan yang berkualitas dengan bekerja sepenuh hati, teliti,tepat


waktu, tertib, sabar,benar, jujur dan ikhlas.

b. Fungsi Pengorganisasian

Di ruang An-Nas II sudah terdapat struktur organisasi, terdapat jadwal dinas yang
telah dibuat setiap shift. Metode penugasan yang digunakan adalah metode penugasan
tim. Rincian tugas ketua tim dan pelaksana sudah tertera di dalam PK (Penilaian
Krudensial). Setiap perawat bekerja sesuai jobdesknya masing-masing. Ketua tim dan
pelaksana mengkaji pasien baru dan membuat perencanaan asuhan keperawatan dan
pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan sesuai rencana yang telah dibuat oleh
ketua tim.
Struktur organisasi ruangan di An-Nas 2

Kepala Ruangan

Katim 1 Katim 2

Penanggung jawab 1 Penanggung jawab 2 Penanggung jawab 3 Penanggung jawab 4

Pelaksana 1 Pelaksana 1 Pelaksana 1 Pelaksana 1

Pelaksana 2 Pelaksana 2 Pelaksana 2 Pelaksana 2

Pelaksana 3 Pelaksana 3 Pelaksana 3 Pelaksana 3

Pelaksana 4 Pelaksana 4 Pelaksana 4 Pelaksana 4

Pelaksana 1
administrasi administrasi administrasi administrasi

c. Fungsi pengarahan
Ketua Tim melakukan pengecekan dokumentasi asuhan keperawatan yang dilakukan
oleh anggotanya.

d. Fungsi pengendalian
Perawat mengetahui SPO penerapan metode tim dan asuhan keperawatan.
5. ANALISA SWOT
1. Strength ( kekuatan)
a. Di Ruang An-Nas 2 memiliki tenaga perawat sebanyak 22 orang dengan petugas
administrasi berjumlah 4 orang.
b. Hubungan kerja baik di lingkungan ruang An-Nas 2 antara sesama perawat, dokter,
administrasi ahli gizi maupun cleaning service.
c. Ruangan nyaman
d. Jarak antara pasien/ tempat tidur pasien sesuai standar ( 1 meter)
e. Pada saat operan tugas selalu tepat waktu
f. Adanya motifasi yang tinggi untuk semua perawat dalam menerima perubahan
g. Usia perawat sebagian besar pada usia produktif yang berjumlah 100%

2. Weakness ( Kelemahan )
a. Belum optimalnya pendokumentasian pengkajian awal
b. Belum optimalnya edukasi pasien
c. Belum optimalnya komunikasi serah terima pasien menggunakan SBAR
d. Belum optimalnya penggunaan APD saat melakukan tindakan.

3. Opportunity ( Peluang)
a. Ruang An-Nas 2 digunakan sebagai lahan praktek bagi mahasiswa Keperawatan
dan Kedokteran yang memungkinkan adanya transfer ilmu tentang keperawatan
b. Adanya kerjasama antara mahasiswa dan perawat ruangan untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan.

4. Threat ( Ancaman)
a. Tuntutan konsumen akan pelayanan keperawatan yang professional akan pelayanan
keperawatan berkualitas
b. Dengan diberlakukanya UU Perlindungan Konsumen perawat harus mampu
mengembangkan diri untuk dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
professional
c. Persaingan antar rumah sakit semakin ketat sehingga mengharuskan perawat untuk
dapat memberikan pelayanan keperawatan secara optimal yang memberikan kepuasan
terhadap konsumen.

6. HASIL PENGKAJIAN DAN ANALISA DATA


Dari hasil wawancara observasi dan pembagian quesioner yang dilakukan kelompok terkait
dengan masalah diruang An-Nas 2 yang dilakukan pada tanggal 3 Mei sampai dengan 9
Mei 2019 didapatkan data :

No Data Masalah
1. Fungsi pengarahan Belum optimalnya serah
Pelaksnaan Hand Over Dengan Metode SBAR terima pasien antar shif
dengan metode SBAR
Hasil Wawancara
 Kepala ruangan mengatakan sudah diterapkanya
handover dengan metode SBAR namun masih
banyak perawat yang belum menggunakan
metode SBAR.
 Kepala ruangan mengatakan sudah adanya
panduan operan dengan menggunakan metode
SBAR namun belum dilakukannya metode
SBAR pada saat operan antara Penanggung
jawab ruangan
 Kepala ruangan mengatakan saat operan sudah
sesuai dengan SOP namun belum Optimal
SOP menggunakan metode SBAR.
 Kepala ruangan mengatakan sudah ada
sosialisasi SBAR namun untuk pelatihan belum
ada.
Hasil Observasi dari tanggal 3, 6 dan 7 Mei
2019, dilakukan observasi selama 3 kali dengan
3 kelompok shift perawat yang berbeda. Dengan
hasil:
Sittuation
Saat operan perawat menyebutkan :
 Nama pasien : Menyebutkan 100%
 Umur pasien : ya 41% , tidak 59%
 Tanggal masuk : tidak 100%
 Hari rawat ke berapa : tidak 100%
 Dx medis : ya 100%
 Masalah keperawatan : tidak 100%

Background
 Data-data yang berhubungan dengan masalah
pasien : ya 100%

Assesment
 Tindakan yang sudah dilakukan dan data data
terakhir/terkini : ya 100%

Recommendation
 Rekomendasi NCP yang perlu dilanjutkan
termasuk disarge planning mandiri: ya 77%,
tidak 23%
 Rekomendasi NCP yang perlu dilanjutkan
termasuk disarge planning kolaboratif: ya 100%
Hasil Kuesioner
Kuesioner diisi 80.9% dari 22 perawat yaitu
sejumlah 17 perawat.
 Perawat menggunakan SBAR saat operan antar
sift, selalu 58,6%, sering 41,2%
 Perawat menyebutkan nama dan umur pasien
saat operan antar sift, selalu 76,5%, sering
17,6%, jarang 5,9%.
 Perawat menyebutkan hari perawatan pasien
antar sift, selalu 23,5%, sering 52,9%, jarang
23,5%
 Perawat menyebutkan diagnosa medis pasien
ketika operan antar sift, selalu 76,5% sering
23,5 %.
 Perawat menyebutkan masalah keperawatan
saat operan antar sift, selalu 52,9%, sering
47,1%.
 Perawat menyebutkan data-data baik subyektif
dan obyektif saat operan antar sift, selalu
70,6%, sering 29,4%
 Perawat menyebutkan tindakan keperwatan
mandiri dan kolaborasi yang telah dilakukan
saat operan sift, selalu 76,5%, sering 23,5%.
 Perawat menyebutkan data terkini setelah
tindakan dilakukan saat operan antar sift, selalu
70,6%, sering 29,4%
 Perawat menyebutkan renpra dan kolaborasi
yang akan dilakukan saat operan antar sift,
selalu 70,6%, sering 29,4%
2. Fungsi pengarahan Belum optimalnya
Edukasi pemberian edukasi di
Hasil dari wawancara terhadap Kepala ruangan ruang An Nas 2
Hasil Wawancara
 Yang bertanggung jawab memberikan penkes
adalah ketua tim.
 Sudah dilakukan sesuai prosedur tetapi belum
maksimal
 Untuk pendidikan kesehatan selalu dilakukan
pada pasien baru bahkan selalu di lakukan
evaluasi setiap bulannya
 Belum tersedianya lembar balik
 Kepala ruangan mengatakan bahwa sudah
tersedianya SPO namun masih dalam bentuk
file

Hasil study dokumentasi


1. Format pengkajian edukasi terisi: ya 100%
2. Format bukti edukasi pasien dan keluarga
terisi: penggunan obat, pemasangan
peralatan kesehatan (bila terpasang), nutrisi,
manajemen nyeri (bila ada keluhan nyeri),
teknik rehab (bila diperlukan) dan cuci
tangan terisi dan terdapat ttd pasien/keluarga
terisi : ya 100%

Hasil observasi ketersediaan media untuk edukasi di


dapatkan
a. Tersedia media untuk edukasi untuk
penggunaan obat
b. Tidak tersedianya media edukasi lefleat atau
lembar balik tentang pemasangan alat
kesehatan infus
c. Tidak tersedianya media edukasi lefleat atau
lembar balik tentang pemasangan alat
kesehatan NGT
d. Tidak tersedianya media edukasi lefleat atau
lembar balik tentang pemasangan alat
kesehatan tentang pemasangan kateter
e. Tersedia media untuk penjelasan interasksi
obat obat dan makanan.
f. Tersedianya media edukasi lefleat atau
lembar balik tentang diit dan nutrisi
g. Tidak tersedianya media edukasi lefleat atau
lembar balik tentang manajemen nyeri
(skala nyeri)

Kuesioner
 Perawat memberikan edoksi ke pasien tentang
cuci tangan dengan benar, selalu 64,7%, sering
29,4% , jarang 5,9%.
 Perawat memberikan edoksi tentang 5 moment
tentang hand hygne, selalu 52,9%, sering
41,2% jarang 5,9%.
 Perawat memberikan edukasi ke pasien saat
melakukan tindakan kepasien, 76,5%, sering
23,5%/
 Perawat memberikan edoksi dengan media
cetak berupa leaflet/lembar balik, selalu
29,4%, sering 29,4%, jarang 41,2%
 Perawat memberikan edoksi tentang
pentingnya pemberian warna gelang, selalu
76,5% sering 23,5%.
Perawat menyediakan hand rub di setiap pintu
pasien, selalu 64,7%, sering 35,3%

3. Fungsi perencanaan Belum optimalnya


Pendokumentasian pengkajian awal (Asuhan pendokumentasian
Keperawatan) Pengkajian awal asuhan
Hasil wawancara keperawatan
Dari hasil wawancara didapatkan:
 Katim dan semua perawat pelaksana di ruang
bertanggung jawab dalam pelaksanaan
pemberian informasi penerimaan pasien baru
dan dokumentasi
 Semua perawat diruangan belum optimal
melakukan pengkajian : informasi pasien baru
 Ada batas waktunya melengkapi asesment yaitu
selama 24 jam
 Asesment dilakukan sampai tahap perencanaan
namun belum optimalnya pengkajian seacara
komprehensif
 Katim mengatakan sedang proses penggunaan
buku SDKI, namun untuk saat ini hanya belum
seluruhnya optimal menggunakan diagnosa
SDKI.

Hasil Observasi 17 status pasien yang di rawat


lebih dari 24 jam didapatkan hasil:
 Riwayat kesehatan terisi ya,100%
 Pengkajian fisik terisi ya,100%
 Alergi terisi ya, 100%
 Assessment nyeri terisi : ya 58% tidak 42%
 Resiko jatuh terisi ya, 100%
 Sosial ekonomi terisi ya, 100%
 Skrining nutrisi terisi ya, 100%
 Agama, spiritual, dan budaya terisi ya, 100%
 Kebutuhan edukasi terisi ya, 100%
 Kebutuhan perencanaan pulang terisi ya, 76%
tidak 24%.
 Terdapat diagnose keperawatan dan tujuan terisi
ya 88% tidak 22%
 Rencana tindakan terisi ya,100%
 Terdapat evaluasi terisi ya, 100%
1. Perumusan diagnosa lebih dari lebih dr 3: tidak
100% .
2. Terdapat tujuan diagnosa dan kriteria hasil secara
lengkap : tidak 100%
3. Terdapat rencana tindakan : ya 100%
4. Evaluasi askep semua pasien menggunakan
format SOAP : ya 100%.
5. Perawat melakukan pendokumentasi berupa
nama perawat dan ttd : ya 100%

Kuesioner
 Perawat mengkaji secara komprehensif, selalu:
88,2%, sering: 11,8%.
 Perawat merumuskan diagnose mengarah ke
buku SDKI, selalu: 59,8%, sering: 29,4%,
jarang: 11,8%.
 Perawat merumuskan tujuan diagnose dan
kriteria hasil seacara lengkap, sering: 52,9%,
sering: 35,3%, jarang: 11,8%.
 Perawat membuat rencana tindakan
keperawatan, selalu: 82,4%, sering: 17,6%.
 Perawat melakukan evaluasi askep dan
mendokumentasikan dalam bentuk SOAP di
CPPT, selalu: 88,2%, sering: 11,8%.
 Perawat melakukan pendokumentasian dengan
menuliskan nama perawat dan ttd, selalu:
94,1%, sering: 5,9%.

Kesimpulan Daftar Masalah

1. Belum optimalnya serah terima pasien antar sift dengan metode SBAR
2. Belum optimalnya pemberian edokasi kesehatan di ruang An Nas 2
3. Belum optimalnya pendokumentasian pengkajian awal asuhan keperawatan

7. PRIORITAS MASALAH
No. Masalah Mg Sv Mn Nc Af Nilai Priorias
1. Belum optimalnya serah terima pasien 5 4 5 5 4 2000 I
antar sift dengan metode SBAR
2. Belum optimalnya pemberian edokasi 4 3 3 3 3 329 III
kesehatan di ruang An Nas 2
3. Belum optimalnya pendokumentasian 4 4 5 4 3 950 II
pengkajian awal asuhan keperawatan

Keterangan:

 Mg (Magnitude) : Kecendrungan besar dan sering terjadi masalah


 Sv (Severity) : Kecendrungan yang ditimbulkan
 Mn (Managebeality) : Bisa dipecahkan
 Nc (Nursing Consent) : Berfokus pada perawatan
 Af (Afdorable) : Ketersediaan sumber daya
Rentang Nilai :
5 : Sangat penting
4 : Penting
3 : Cukup penting
2 : Kurang penting
1 : Sangat tidak penting
8. ANALISA PENYEBAB DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM FISH BONE

Material MAN
Belum meratanya
Belum semua
pemahaman perawat
perawat merasa tentang operan dengan
penting penerapan SBAR
operan SBAR
SPO & POSTER
SBAR?
Kesibukan perawat Belum optimalnya
serah terima
asuhan
Belum adanya keperawatan
supervise langsung sesuai dengan
metode SBAR
operan SBAR
(antara
penanggung jawab
Operan hanya dilakukan oleh 1 ruangan)
orang perawat untuk seluruh
pasien

Metode Lingkungan
E.Alternatif Penyelesaian masalah
No Penyebab Alternatif Penyelesaian

Masalah : 1. Belum optimalnya serah terima asuhan keperawatan sesuai dengan metode
SBAR (antara penanggung jawab ruangan)

1. Man:  Desiminasi ilmu operan


SBAR
Belum meratanya pemahaman perawat tentang operan
 Bermain role play dengan
dengan SBAR
menggunakan tehnik
SBAR
2. Metode  Membuat draf SPO

Belum ada SPO

3. Material  Membuat poster tetap


tentang SBAR
Belum ada Poster SBAR

9. Prioritas Alternatif Penyelesaian Masalah


Setelah alternatif penyelesaian masalah diidentifikasi maka selanjutnya prioritas alternatif
penyelesaian masalah dengan metode CARL (Capability, Accesability, Readiness, dan
Leverage)
No. Alternatif Penyelesaian C A R L Nilai Prioritas
Masalah
1.  Desiminasi ilmu operan 5 5 4 5 500 I
metode SBAR
 Bermain role play dengan
menggunakan tehnik SBAR
2. Membuat draf SPO & 5 4 5 4 400 II
Prosedure SBAR
.3. Membuat Poster tetap SBAR 4 5 4 4 320 III

Berdasarkan kondisi diruangan ANNAS 2 tehnik yang digunakan dalam memprioritaskan


alternatif penyelesaian masalah agar bisa diselesaikan, maka dilakukan pembobotan alternatif
penyelesaian masalah dengan memperhatikan aspek-aspek :

Capability (C) : Kemampuan melaksanakan alternatif


Accesability (A) : Kemudahan dalam melaksanakan alternatif
Readiness (R) : Kesiapan dalam melaksanakan alternatif
Leverage (L) : Daya ungkit alternatif dalam penyelesaian masalah

Rentang nilai yang digunakan dalam pembobotan adalah nilai 1 sampai 5 dengan kriteria sebagai
berikut :

Nilai 1 : Sangat kurang penting


Nilai 2 :Kurang penting
Nilai 3 : Cukup penting
Nilai 4 : Penting
Nilai 5 : Sangat penting

Dalam penilaian alternatif penyelesaian masalah, nilai dari masing-masing aspek dikalikan
sehingga jumlah terbesar menjadi prioritas utama. Identifikasi prioritas alternatif penyelesaian
masalah ini dilakukan bersama kepala ruangan dan perawat dimana peran mahasiswa sebatas
mengarahkan.

Anda mungkin juga menyukai