Anda di halaman 1dari 12

Makalah

Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan

“ Vaksin Difteri“

Dosen Pengampu : Yuniarti, SKM.,M.PH

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4

ANNISA FARIDA P07124118166


DINI AINIA RAHMAH P07124118182
EKA OKTAVIANA A. AZ P07124118184
FITRIA NUR FADIA P07124118196
MAULIDA HAYATI P07124118210
NUR SYIFA. S P07124118225
RESMA ARIANTI P07124118231

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANJARMASIN
JURUSAN DIII KEBIDANAN
SEMESTER IIIA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama allah swt yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang ”distorsia
kelainan janin".

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk masyarakat dan
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Banjarbaru,12 September 2019

Penyusun

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

A. Pengertian ....................................................................................................................... 3

B. Penyebab ......................................................................................................................... 3

C. Cara Penularan ................................................................................................................ 3

D. Gejala dan Tanda ............................................................................................................ 3

E. Pengobatan ...................................................................................................................... 4

F. Pencegahan ..................................................................................................................... 4

G. Waktu Pemberian Vaksin Difteri .................................................................................... 4

H. Efek Samping dan Kontraindikasi .................................................................................. 5

I. Prosedur Imunisasi DPT ................................................................................................. 6

J. Metode suntikan vaksin DPT .......................................................................................... 7

K. Larangan dalam suntikan DPT........................................................................................ 7

L. Prinsip kerja Vaksin DPT ............................................................................................... 7

BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 8

A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 8

B. Saran ............................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,Imunisasi merupakan
salah satu upaya mencegah terjadinya penyakit menular yang merupakan salah satu
kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata komitmen
pemerintah untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya untuk
menurunkan angka kematian pada anak (Kementrian Kesehatan, 2017). Kegiatan
Imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai tahun 1977 kegiatan
Imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam rangka
pencegahan penularan terhadap beberapa. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I) yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus serta
Hepatitis B. Beberapa penyakit yang saat ini menjadi perhatian dunia dan merupakan
komitmen global yang wajib diikuti oleh semua negara adalah eradikasi polio
(ERAPO), eliminasi campak dan rubela dan Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal
(ETMN)(Kementrian Kesehatan, 2017)

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian vaksin difteri ?
2. Apa penyebab difteri dan penularan difteri ?
3. Apa saja gejala dan tanda vaksin difteri ?
4. Bagaimana pengobatan dan pencegahan difteri ?
5. Kapan diberikannya vaksin difteri ?
6. Apa saja efek samping dan kontraindikasi vaksin difteri ?
7. Bagaimana prosedur imunisasi DPT dan metode suntikan DPT ?
8. Apa saja larangan dalam penyuntikan DPT ?
9. Bagaimana prinsip kerja vaksin DPT ?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian vaksin difteri
2. Untuk mengetahui penyebab difteri dan penularan difteri
3. Untuk mengetahui gejala dan tanda difteri
4. Untuk mengetahui pengobatan dan pencegahan difteri
5. Untuk mengetahui kapan diberikannya vaksin difteri
6. Untuk mengetahui efek samping dan kontraindikasi vaksin difteri
7. Untuk mengetahui prosedur imunisasi DPT dan metode suntikan DPT
8. Untuk mengetahui larangan dalam penyuntikan DPT
9. Untuk mengetahui prinsip kerja vaksin DPT

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Difteri adalah penyakit menular akut pada tonsel, faring, hidung, laring,
selaput molkusa, kulit, dan terkadang konjungtiva serta vagina. Penyakit ini
menyerang seluruh lapisan usia, tetapi lebih sering pada anak-anak, terutama pada
anak yang tidak mempunyai kekebalan terhadap bakteri penyebab difteri.
Difteri merupakan penyakit yang mengancam jiwa. Tingkat kematian akibat
penyakit ini paling tinggi dikalangan bayi dan orang tua, kematian biasanya terjadi
pada 3-4 hari pertama timbulnya penyakit.

B. Penyebab
Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae, suatu bakteri
basil gram positif berbentuk polimorf, tidak bergerak, tidak membentuk spora dan
sensitif terhadap panas, kering, serta sinar matahari. Terdapat dua tipe bakteri
Corynebacterium diphtheriae, yaitu bentuk toxigenic dan non-toxigenic. Bentuk
toxigenic terdiri atas 4 strain, yaitu gravis, mitis, intermedius, dan minimus. Strain
gravis merupakan penyebab kematian terbanyak. Sedangkan bentuk non-toxigenic
sering dijumpai di daerah nasufaring, telinga, dan pada kotoran mata.

C. Cara Penularan
Sumber utama penularan penyakit ini adalah manusia. Penularan terjadi
melalui udara pernapasan saat kontak langsung dengan penderita atau pembawa
(carier) kuman. Seorang pemderita difteri menularkan penyakit sejak hari pertama
sakit sampai 4 minggu atau sampai tidak ditemukan lagi bakteri pada lesi yang ada.
Seorang pembawa (carier) kuman dapat menularkan penyakit sampai 6 bulan.

D. Gejala dan Tanda


Dalam waktu 2-4 hari setelah bakteri masuk kedalam tubuh, maka dengan
segera akan mulai tampak gejala penyakit difteri. Gejala timbul tergantung pada
lokasi infeksi, bisa dihidung, tonsil, faring, laring, kulit dan vagina. Difteri menyerang
laring adalah yang paling berbahaya. Difteri laring sering merupakan lanjutan dari
difteri laring. Penyakit ini ditandai dengan demam, suara serak , dan batuk. Membran

3
yang terbentuk dapat mengakibatkan sumbatan jalan nafas yang menyebabkan sesak
nafas. Pada kasus berat dapat terjadi kematian akibat sumbatan jalan nafas yang hebat.
Selain itu, racun yang terbentuk juga menyebabkan kerusakan otot dan katup jantung,
kerusakan sistem syaraf berupa kesulitan menelan hingga kelumpuhan anggota gerak
dan kerusakan ginjal.

E. Pengobatan
Bila seseorang terkena penyakit difteri sebaiknya segera dirawat selama
kurang lebih 2 minggu. Selain pemberian antibiotik, tujuan perawatan adalah untuk
menjaga kelancaran saluran nafas dan kebutuhan nutrisi pasien.

F. Pencegahan
Bayi yang lahir dari ibu yang memiliki kekebalan biasanya memiliki
kekebalan juga, namun perlindungannya bersifat pasif dan menghilang sebelum bulan
ke-6. Seseorang yang sembuh dari penyakit difteri tidak selalu mempunyai kekebalan
seumur hidup. Pencegahan yang paling efektif dilakukan melalui vaksinasi.

G. Waktu Pemberian Vaksin Difteri


Jenis vaksin difteri diberikan harus disesuaikan dengan usia pemberian.
Sebagai imunisasi dasar, vaksin difteri diberikan bersamaan dengan imunisasi tetanus
dan pertusis, dalam bentuk vaksin DPT. Pada beberapa dekade terakhir, pemberian
vaksin DPT telah menjadi imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah. Vaksin DPT
(DtaP atau DTwP) diberikan untuk anak usia diatas 6 minggu sampai 7 tahun. Untuk
anak usia 7-18 tahun diberikan vaksin difteri dalam bentuk vaksin Td (Tetanus dan
Difteri ) atau vaksin Tdap (Tetanus toxoid, reduced diphtheria toxoid, dan acellular
pertusis vaccine adsorbed). Vaksin Td diberikan juga pada anak dengan anak
kontraindikasi terhadap komponen pertusis dan dianjurkan pada anak usia lebih dari 7
tahun untuk memperkecil kejadian ikutan pasca-imunisasi karena toxoid difteri.
Jadwal vaksinasi dianjurkan pada saat ini dimulai usia 2 bulan, melalui
suntikan ke otot. Vaksin dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 6 – 8
minggu (usia 2 – 4 – 6 bulan). Ulangan pertama dilakukan 1 tahun sesudahnya (usia
15 – 18 bulan) dan ulangan kedua diberikan 3 tahun setelah ulangan pertama (usia 4
– 6 tahun).
Dari laporan yang ada, daya proteksi vaksin difteri sebesar 98,45 % setelah
suntikan yang ke 3, namun kekebalan yang terbentuk setelah imunisasi dasar hanya

4
bertahan selama 10 tahun, sehingga diberikan booster setiap 10 tahun sekali.
Pemberian booster cukup vaksin Td (difteri dan tetanus).
Dianjurkan memberikan booster pada usia 11 sampai dengan 12 tahun atau
minimal 5 tahun setelah pemberian terakhir. Setelah itu, direkomendasikan untuk
memberikan booster setiap 10 tahun.
Jadwal vaksin untuk usia 7 – 18 tahun sebagai imunisasi primer dengan
menggunakan vaksin Td, yaitu 3 dosis dengan jarak 4 minggu diantara dosis pertama
dan kedua, dan 6 bulan diantara dosis kedua dan ketiga. Ikuti dengan dosis booster 6
bulan setelah dosis ketiga.

H. Efek Samping dan Kontraindikasi


Efek samping dari vaksin DPT adalah demam ringan dan reaksi lokal berupa
kemerahan, bengkak dan nyeri pada lokasi suntikan. Demam timbul dapat
mengakibatkan kejang demam (sekitar 0,06 %).Vaksin DPT tidak boleh diberikan
pada anak dengan riwayat alergi dan kejang pemberian vaksin pertama.
Nama Vaksin Difteri

Sasaran Imunisasi Anak kurang dari 1 tahun semua orang dewasa.

Macam vaksin Toxoid

Dosis Anak-anak < 7 tahun, 3 dosis dengan booster 2 kali


Usia 7-18 tahun, 3 dosis dengan booster 1 kali
Dewasa yang sudah di imunisasi lengkap, diberikan
booster
Jadwal Pemberian Anak-anak < 7 tahun, dalam bentuk vaksin DPT
- usia 2-4-6 bulan
- booster usia 15-18 bulan
- booster usia 4-6 tahun
usia 7-18 tahun, 3 dosis dalam bentuk vaksin Td
- dosis 1 dan 2 interval 4 minggu
- dosi 2 dan 3 interval 6 bulan
- booster 6 bulan setelah dosis ke-3
dewasa
- sebagai imunisasi primer, 1 dosis dalam bentuk
Tdap

5
- sebagai booster setiap 10 tahuun, dalam bentuk
vaksin Td
Cara Pemberian Suntikan ke dalam otot

Efektivitas 90%

Kontraindikasi Alergi terhadap vaksin

Efek Samping Demam, nyeri dan bengkak pada tempat suntikan reaksi
alergi

I. Prosedur Imunisasi DPT


1. Persiapan oleh dokter, bidan atau perawat
a. Dokter, bidan atau perawat akan mengocok vial atau tabung vaksin supaya
endapan pada bagian bawah bisa bercampur dengan cairan dengan baik. Untuk
mencegah kesalahan pemberian dosis, karena ketika bagian padat dan cair
tidak campur secara sempurna atau rata maka bisa menyebabkan salah dosis.
b. Jika toksoid telah dibekukan dan dicairkan maka harus diperiksa terlebih
dahulu. Cara ini sering dilakukan dengan tes kocok untuk melihat kepadatan
dan apakah materi padat sudah campur dengan cairan.
c. Melepas bagian tengah tutup botol pada bagian logam dengan hati-hati.
d. Menyiapkan vaksin agar masuk ke injeksi dengan baik dan sekali lagi
memeriksa dosis yang tepat.
2. Menyiapkan posisi anak
a. Setelah mengikuti jadwal imunisasi bayi baru lahir maka orang tua harus pergi
ke dokter, bidan atau perawat yang berhak memberikan imunisasi DPT.
b. Orang tua melepas pakaian bawah anak seperti celana atau rok. Bagian paha
bagian kanan atau kiri sepenuhnya harus dibiarkan telanjang.
c. Anak dibuat duduk di pangkuan orang tua atau perawat dengan posisi: lengan
bagian kiri orang tua merangkul tubuh anak, menopang bagian kepala atau
lengan anak. Lengan anak harus di dalam lengan orang tua untuk menghindari
gerakan spontan tangan anak. Tangan kanan orang tua memegang kaki anak
dengan kuat.
d. Dokter, perawat, atau bidan akan menyuntikkan vaksin DPT ke bagian paha
bukan ke pantat. Jika diberikan ke bagian pantat maka bisa menyebabkan

6
resiko cedera pada bagian syaraf yang bisa meningkatkan masalah
kelumpuhan.

J. Metode suntikan vaksin DPT


1. Jenis jarum suntik yang dibutuhkan adalah jarum suntik steril 1 ml dan jarum 25
mm.
2. Dokter akan meletakkan jari dan jempol pada bagian luar tengah paha anak.
3. Meregangkan bagian kulit hingga rata antara bagian jari dan jempol.
4. Mendorong jarum dengan cepat ke bagian bawah kulit diantara jari dan jempol,
saat mencapai otot maka tekan obat agar masuk dengan cepat.
5. Tarik jarum suntik dengan lembut dan cepat kemudian tekan bekas suntikan
dengan kapas steril

K. Larangan dalam suntikan DPT


Dalam cara penyuntikan imunisasi DPT maka sebaiknya dokter atau tenaga
medis lain tidak memberikan suntikan pada bagian pantat. Ini sangat dilarang karena
bisa meningkatkan resiko cacat atau lumpuh pada anak. Kemudian jenis vaksin
diberikan harus vaksin yang tidak melewati proses pembekuan. Karena proses
pembekuan vaksin mungkin bisa merubah komponen sel dalam vaksin sehingga
meningkatkan efek samping seperti efek samping imunisasi MR.

L. Prinsip kerja Vaksin DPT


Prinsip kerja vaksin adalah melalui aktivasi antibodi dengan memasukkan
virus ke dalam tubuh. Prinsip dari vaksin adalah memancing aktifnya antibodi dengan
cara memasukkan virus ke dalam tubuh. Namun, virus ini telah dilemahkan, atau
hanya diambil satu bagiannya yang dinamakan antigen, atau bakan telah dimatikan,
sehingga tidak akan membahayakan.
Vaksin DPT bekerja dengan cara memasukkan bakteri difteri, pertusis, dan
tetanus yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh. Kondisi ini akan memicu sistem
kekebalan tubuh manusia untuk memproduksi antibodi dalam memerangi infeksi dari
ketiga penyakit tersebut jika sewaktu-waktu menyerang.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Imunisasi DPT suatu kombinasi vaksin penangkal difteri, pertusis, dan tetanus.
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis
dan tetanus. Imunisasi dasar vaksin DPT diberikan setelah berusia 2 bulan sebanyak 3
kali (DPT I, II, dan III) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT
diberikan dengan cara injeksi intramuskular pada paha sebanyak 0, 5 ml. Pemberian
dilakukan 3 kali dengan interval 4 minggu. Efek samping imunisasi DPT yaitu panas,
rasa sakit didaerah suntikan dan peradangan.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan untuk penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B Suharjo, dkk. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi.
Yogyakarta : Kanisius

https://www.academia.edu/36151802/MAKALAH_IMUNISASi

Anda mungkin juga menyukai