“ Vaksin Difteri“
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
Dengan menyebut nama allah swt yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang ”distorsia
kelainan janin".
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk masyarakat dan
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
A. Pengertian ....................................................................................................................... 3
B. Penyebab ......................................................................................................................... 3
E. Pengobatan ...................................................................................................................... 4
F. Pencegahan ..................................................................................................................... 4
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 8
B. Saran ............................................................................................................................... 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,Imunisasi merupakan
salah satu upaya mencegah terjadinya penyakit menular yang merupakan salah satu
kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata komitmen
pemerintah untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya untuk
menurunkan angka kematian pada anak (Kementrian Kesehatan, 2017). Kegiatan
Imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai tahun 1977 kegiatan
Imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam rangka
pencegahan penularan terhadap beberapa. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I) yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus serta
Hepatitis B. Beberapa penyakit yang saat ini menjadi perhatian dunia dan merupakan
komitmen global yang wajib diikuti oleh semua negara adalah eradikasi polio
(ERAPO), eliminasi campak dan rubela dan Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal
(ETMN)(Kementrian Kesehatan, 2017)
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian vaksin difteri ?
2. Apa penyebab difteri dan penularan difteri ?
3. Apa saja gejala dan tanda vaksin difteri ?
4. Bagaimana pengobatan dan pencegahan difteri ?
5. Kapan diberikannya vaksin difteri ?
6. Apa saja efek samping dan kontraindikasi vaksin difteri ?
7. Bagaimana prosedur imunisasi DPT dan metode suntikan DPT ?
8. Apa saja larangan dalam penyuntikan DPT ?
9. Bagaimana prinsip kerja vaksin DPT ?
1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian vaksin difteri
2. Untuk mengetahui penyebab difteri dan penularan difteri
3. Untuk mengetahui gejala dan tanda difteri
4. Untuk mengetahui pengobatan dan pencegahan difteri
5. Untuk mengetahui kapan diberikannya vaksin difteri
6. Untuk mengetahui efek samping dan kontraindikasi vaksin difteri
7. Untuk mengetahui prosedur imunisasi DPT dan metode suntikan DPT
8. Untuk mengetahui larangan dalam penyuntikan DPT
9. Untuk mengetahui prinsip kerja vaksin DPT
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Difteri adalah penyakit menular akut pada tonsel, faring, hidung, laring,
selaput molkusa, kulit, dan terkadang konjungtiva serta vagina. Penyakit ini
menyerang seluruh lapisan usia, tetapi lebih sering pada anak-anak, terutama pada
anak yang tidak mempunyai kekebalan terhadap bakteri penyebab difteri.
Difteri merupakan penyakit yang mengancam jiwa. Tingkat kematian akibat
penyakit ini paling tinggi dikalangan bayi dan orang tua, kematian biasanya terjadi
pada 3-4 hari pertama timbulnya penyakit.
B. Penyebab
Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae, suatu bakteri
basil gram positif berbentuk polimorf, tidak bergerak, tidak membentuk spora dan
sensitif terhadap panas, kering, serta sinar matahari. Terdapat dua tipe bakteri
Corynebacterium diphtheriae, yaitu bentuk toxigenic dan non-toxigenic. Bentuk
toxigenic terdiri atas 4 strain, yaitu gravis, mitis, intermedius, dan minimus. Strain
gravis merupakan penyebab kematian terbanyak. Sedangkan bentuk non-toxigenic
sering dijumpai di daerah nasufaring, telinga, dan pada kotoran mata.
C. Cara Penularan
Sumber utama penularan penyakit ini adalah manusia. Penularan terjadi
melalui udara pernapasan saat kontak langsung dengan penderita atau pembawa
(carier) kuman. Seorang pemderita difteri menularkan penyakit sejak hari pertama
sakit sampai 4 minggu atau sampai tidak ditemukan lagi bakteri pada lesi yang ada.
Seorang pembawa (carier) kuman dapat menularkan penyakit sampai 6 bulan.
3
yang terbentuk dapat mengakibatkan sumbatan jalan nafas yang menyebabkan sesak
nafas. Pada kasus berat dapat terjadi kematian akibat sumbatan jalan nafas yang hebat.
Selain itu, racun yang terbentuk juga menyebabkan kerusakan otot dan katup jantung,
kerusakan sistem syaraf berupa kesulitan menelan hingga kelumpuhan anggota gerak
dan kerusakan ginjal.
E. Pengobatan
Bila seseorang terkena penyakit difteri sebaiknya segera dirawat selama
kurang lebih 2 minggu. Selain pemberian antibiotik, tujuan perawatan adalah untuk
menjaga kelancaran saluran nafas dan kebutuhan nutrisi pasien.
F. Pencegahan
Bayi yang lahir dari ibu yang memiliki kekebalan biasanya memiliki
kekebalan juga, namun perlindungannya bersifat pasif dan menghilang sebelum bulan
ke-6. Seseorang yang sembuh dari penyakit difteri tidak selalu mempunyai kekebalan
seumur hidup. Pencegahan yang paling efektif dilakukan melalui vaksinasi.
4
bertahan selama 10 tahun, sehingga diberikan booster setiap 10 tahun sekali.
Pemberian booster cukup vaksin Td (difteri dan tetanus).
Dianjurkan memberikan booster pada usia 11 sampai dengan 12 tahun atau
minimal 5 tahun setelah pemberian terakhir. Setelah itu, direkomendasikan untuk
memberikan booster setiap 10 tahun.
Jadwal vaksin untuk usia 7 – 18 tahun sebagai imunisasi primer dengan
menggunakan vaksin Td, yaitu 3 dosis dengan jarak 4 minggu diantara dosis pertama
dan kedua, dan 6 bulan diantara dosis kedua dan ketiga. Ikuti dengan dosis booster 6
bulan setelah dosis ketiga.
5
- sebagai booster setiap 10 tahuun, dalam bentuk
vaksin Td
Cara Pemberian Suntikan ke dalam otot
Efektivitas 90%
Efek Samping Demam, nyeri dan bengkak pada tempat suntikan reaksi
alergi
6
resiko cedera pada bagian syaraf yang bisa meningkatkan masalah
kelumpuhan.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Imunisasi DPT suatu kombinasi vaksin penangkal difteri, pertusis, dan tetanus.
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis
dan tetanus. Imunisasi dasar vaksin DPT diberikan setelah berusia 2 bulan sebanyak 3
kali (DPT I, II, dan III) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT
diberikan dengan cara injeksi intramuskular pada paha sebanyak 0, 5 ml. Pemberian
dilakukan 3 kali dengan interval 4 minggu. Efek samping imunisasi DPT yaitu panas,
rasa sakit didaerah suntikan dan peradangan.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan untuk penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
8
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, B Suharjo, dkk. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi.
Yogyakarta : Kanisius
https://www.academia.edu/36151802/MAKALAH_IMUNISASi