Anda di halaman 1dari 3

TBC Paru (Tuberculosis)

I. Pendahuluan

1. Penderita

Nama : Dwi

Umur : 22 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

2. Patophysiologis penyakit TBC Paru :

Patofisiologi Tuberkulosis paru (TB paru) melibatkan


inhalasi Mycobacterium tuberculosis, suatu basil tahan asam (acid-fast bacilli).
Setelah inhalasi, ada beberapa kemungkinan perkembangan penyakit yang akan
terjadi, yaitu pembersihan langsung dari bakteri tuberkulosis, infeksi laten, atau
infeksi aktif.

Ketika seorang pengidap TB paru aktif batuk, bersin, menyanyi, atau


meludah, orang ini dapat mengeluarkan titik-titik air liur kecil (droplets) ke udara
bebas. Droplets yang berisi Mycobacterium tuberculosis ini, apabila terinhalasi
orang lain akan masuk sampai di antara terminal alveoli paru. Organisme
kemudian akan tumbuh dan berkembang biak dalam waktu 2-12 minggu sampai
jumlahnya mencapai 1000-10.000. Jumlah tersebut akan cukup untuk
mengeluarkan respon imun seluler yang mampu dideteksi melalui reaksi terhadap
tes tuberkulin. Namun, tubuh tidak tinggal diam, dan akan mengirimkan
pertahanan berupa sel-sel makrofag yang memakan kuman-kuman TB ini.
Selanjutnya, kemampuan basil tahan asam ini untuk bertahan dan berproliferasi
dalam sel-sel makrofag paru menjadikan organisme ini mampu untuk menginvasi
parenkim, nodus-nodus limfatikus lokal, trakea, bronkus (intrapulmonary TB),
dan menyebar ke luar jaringan paru (extrapulmonary TB). Organ di luar jaringan
paru yang dapat diinvasi oleh Mycobacterium tuberculosis diantaranya adalah
sum-sum tulang belakang, hepar, limpa, ginjal, tulang, dan otak. Penyebaran ini
biasanya melalui rute hematogen.
Apabila terjadi keterlibatan multi organ, maka TB paru akan memerlukan
pengobatan yang lebih lama, hal ini biasanya sebagai konsekuensi terhadap
ketidakpatuhan penderita terhadap tatalaksana pengobatan TB, atau
keterlambatan diagnosis.

II. Uraian Kejadian

Awalnya Dwi tidak tahu apa yang dimaksud dengan TB, karena sangat minimnya
informasi tentang penyakit TB. Maka dari itu sangat diharapkan agar semua orang
mengetahui mengenai penyakit TB meliputi dari gejala, penyebab, penularannya,
pencegahan dan pengobatannya.

Berawal dari kebiasaan buruknya yaitu sering merokok secara aktif dan sering
begadang serta terkena angin malam merupakan salah satu dari banyak penyebab Dwi
terkena penyakit TB menurut dokter tempat Dwi periksa. Pada awal bulan Mei 2019
Dwi hanya mengeluhkan batuk berdahak secara terus menerus selama ± 2 minggu dan
terkadang mengeluhkan rasa sakit pada bagian dada ketika batuknya kambuh, setelah
beberapa hari dibiarkan pada saat Dwi batuk ternyata disertai dengan bercak darah.
Pada akhirnya Dwi memutuskan untuk memeriksakan keluhannya kepada seorang
dokter di dekat tempat tinggalnya.

Menurut dokter tersebut Dwi mengalami luka pada bagian tenggorakannya yang
menyebabkan adanya darah disaat Dwi batuk, oleh karena itu dokter menyarankan
beberapa obat untuk mengobati batuknya. Selang beberapa hari mengonsumsi obat
dari dokter tersebut Dwi merasa tidak ada perubahan pada batuknya dan semakin
menurun berat badannya, walaupun sudah tidak disertai bercak darah pada saat batuk.
Dwi memutuskan untuk kembali konsultasi kepada dokter yang sebelumnya dan
dokter menyarankan agar Dwi melakukan rontgen supaya mengetahui penyakit yang
dialaminya. Setelah mendapatkan hasil rontgen dan diberikan kepada dokter tersebut,
dokter memberi tahu bahwa Dwi terkena gejala penyakit TB dan dokter menyarankan
untuk melakukan pengobatan patuh minum obat selama jangka waktu yang
dianjurkan oleh dokter (minimal 6 bulan). Selanjutnya setelah 6 bulan Dwi akan
diminta untuk melakukan rontgen kembali untuk memastikan pada paru-parunya
masih ditemukan flek atau tidak, jika masih ditemukan flek kemungkinan akan
dianjurkan pengobatan kembali sampai sembuh dan tidak terdapat flek pada
paru-parunya.

III. Tindakan / Penanganan

a. Individu
⚫ Minum obat sesuai jadwal dan anjuran dokter
⚫ Lakukan pemeriksaan ulang secara tepat waktu
⚫ Waspada penularan penyakit kepada orang lain. Tutuplah mulut Anda
ketika batuk dengan menggunakan masker, sapu tangan, atau lipatan siku
Anda.
⚫ Ikuti instruksi dokter mengenai kebersihan diri dan lingkungan
⚫ Segera hubungi dokter apabila tubuh Anda mengalami panas atau dingin,
apabila Anda khawatir tentang efek samping obat suatu obat, apabila
Anda menunjukkan gejala yang terus-menerus atau bahkan memburuk,
apabila Anda mengalami batuk dengan dahak berubah warna atau
berdarah.

b. Masyarakat
⚫ Masyarakat juga dapat diajak berperan sebagai pengawas menelan obat
(PMO) agar penderita TB disiplin meminum obat.
⚫ Mencari terduga TB di masyarakat untuk diajak berobat ke puskesmas
karena gratis.
⚫ Bagi masyarakat yang menderita batuk, perlu segera memeriksakan diri
ke puskesmas, menggunakan masker di tempat berkumpul orang banyak.
⚫ Untuk pemerintahan diharapkan memberikan penyuluhan atau seminar
tentang penyakit TB

Anda mungkin juga menyukai