Anda di halaman 1dari 33

1

LAPORAN PRAKTIK MAGANG

MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN MANAJEMEN PAKAN SAPI DI


BPTUHPT (BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL HIJAUAN PAKAN
TERNAK) PADANG MENGATAS KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
PROVINSI SUMATERA BARAT

OLEH :

Tesa A Fatri 16820078


Puput Tri Saputra 18820066

JURUSAN KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2019
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang mana telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya sehingga laporan magang ini dapat diselesaikan tepat pada

waktunya.

Tidak ada gading yang tak retak oleh karena itu penulis menyadari bahwa

laporan praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan

dalam penulisan untuk masa akan datang. Semoga laporan ini bermanfaat dan

berguna.

Padang Mengatas, September 2019

Penulis
3

DAFTAR ISI

Isi Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................... ii

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ..................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Bangsa Sapi Potong ................................................................... 4
2.2. Pakan .......................................................................................... 5
2.3. Sistem Pemeliharaan Ternak ...................................................... 7
2.4. Hijauan Pakan Ternak ................................................................ 8

III. BAHAN DAN METODE


3.1 Waktu dan Tempat ...................................................................... 11
3.3 Metode ........................................................................................ 11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Keadaan Umum BPTUHPT Padang Mengatas .......................... 12
4.1.1. Lokasi dan Letak Geografis ............................................. 13
4.1.2. Populasi Ternak ............................................................... 14
4.1.3. Visi dan Misi BPTUHPT Padang Mengatas.................... 14
4.2. Manajemen Pemeliharaan ........................................................... 15
4.2.1. Sistem Reproduksi ........................................................... 19
4.2.2. Kesehatan Hewan (Penyakit dan Penanggulangannya) ... 20
4.3. Manajemen Pakan dan Pemeliharaan Hijauan Pakan Ternak ..... 21

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ................................................................................. 27
5.2 Saran ........................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 28

LAMPIRAN
1

I. PENDAHULAN

1.1. Latar Belakang

Ternak sapi adalah salah satu jenis ternak yang potensial dan mempunyai

prospek untuk menghasilkan daging dan susu. Daging sapi sangat digemari, akan

tetapi pemeliharaan sangat kurang. Hewan ternak juga mempunyai peranan yang

sangat penting dalam lingkungan masyarakat kita, karena sering dimanfaatkan

sebagai hewan kurban pada hari raya yang permintaanya selalu meningkat setiap

tahun, akan tetapi permintaan yang tinggi tersebut tidak diiringi dengan

ketersediaan bibit yang cukup baik.

Instansi pemerintah salah satu yang berfungsi menyediakan bibit unggul

sapi potong di Indonesia adalah Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan

Pakan Ternak (BPTU-HPT) Padang Mengatas Sumatra Barat. BPTU-HPT Padang

Mengatas pertama kali didirikan oleh pemerintahan Hindia Belanda pada tahun

1916. Ternak yang dikembangkan adalah kuda dan pada tahun 1935 didatangkan

sapi zebu dari bangsa Benggala India untuk dikembangbiakan kepada BPTU-HPT.

Pada tahun 1950 oleh wakil presiden Dr. Moh. Hatta dipugar kembali dan tahun

1961-1953 dijadikan sebagai stasiun peternakan pemerintahan dan diberi nama

Induk Taman Ternak (ITT) Padang Mengatas. Pada tahun 1955 ITT Padang

Mengatas merupakan stasiun peternakan yang terbesar di Asia Tenggara, dimana

ternak yang dipelihara adalah ternak kuda, sapi, kambing dan ayam. Tahun 1958 -

1961 terjadi pergolakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI),

dan lokasi ITT Padang Mengatas dijadikan sebagai basis pertahanan PRRI sehingga

ITT Padang Mengatas rusak berat. Pada tahun 1961 Induk Taman Ternak (ITT)
2

Padang Mengatas dibenahi kembali oleh pemerintah daerah Sumatra Barat. Pada

tahun 1973 - 1974 pemerintah Jerman mengadakan kajian di ITT Padang Mengatas

maka pada tahun 1974 - 1978 dilakukan kerjasama pembangunan kembali ITT

Padang Mengatas antara pemerintah Republik Indonesia (RI) dan Jerman melalui

Proyek Agriculture Development Project (ADP). Tahun 1974 proyek ADP berakhir

dan diserahkan kepada Departemen Pertanian dengan nama Balai Pembibitan

Ternak – Hijauan Pakan Ternak (BPT – HPT) Padang Mengatas sesuai dengan SK

Menteri Pertanian RI No. 313/Kpts/Org/1978 dengan wilayah kerja 3 propinsi

(Sumatera Barat, Riau, dan Jambi). Tahun 1978 BPT–HPT Padang Mengatas

dibiayai oleh Pemerintah Daerah Sumatera Barat dan pemerintah pusat dan pada

tahun 1985 seluruh pembiayaan diambil pemerintah pusat. Berdasarkan keputusan

Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 292/Kpts/OT.210/4/2002 tanggal 16

April 2002 berubah nama menjadi Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sapi

Potong Padang Mengatas dengan wilayah kerja meliputi seluruh propinsi di

Indonesia.

BPTU-HPT Padang Mengatas berada di kaki gunung Sago, Padang

Mengatas, Kecamatan Luhak, Kabupaten Limapuluh Kota, Provinsi Sumatera

Barat. Berjarak kurang lebih 12 km dari Kota Payakumbuh dan lebih kurang 136

km dari Kota Padang. Luas kawasan BPTU-HPT Padang Mengatas adalah 280 ha,

268 ha merupakan lapangan rumput dan pastura, 12 ha untuk fasilitas yang lainnya.

Tanah ini milik negara, sertifikat hak pakai kementrian pertanian No.5 tahun 1997.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Manfaat yang didapat selama melaksanakan magang yakni :


3

1. Mengetahui manajemen pemeliharaan ternak sapi potong dan hijauan pakan

ternak di BPTU-HPT Padang Mengatas.

2. Mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam manajemen pemeliharaan ternak

sapi potong dan hijauan pakan ternak yang ada BPTU-HPT Padang Mengatas.

3. Membandingkan teori dan kondisi nyata di lapangan.

Adapun manfaatnya yakni :

1. Mahasiswa mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan kongkrit tentang

manajemen pemeliharaan ternak sapi potong dan Hijauan pakan ternak di BPTU-

HPT Padang Mangatas.

2. Mahasiswa dapat menerapkan teori yang didapat secara langsung di lapangan.

3. Mahasiswa berlatih untuk memecahkan masalah yang timbul dilapangan.


4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bangsa Sapi Potong

Bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua, yaitu (1)

kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos Indicus) atau jenis sapi yang berpunuk,

yang berasal dan tersebar di daerah tropis serta, (2) kelompok dari yang tersebar di

daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos Taurus (Anonimus, 2010). Usaha

ternak merupakan suatu proses mengkombinasikan faktor-faktor produksi berupa

lahan, ternak, tenaga kerja, dan modal untuk menghasilkan produk peternakan.

Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur, yaitu bibit, pakan, dan

manajemen atau pengolaan. Manajemen mencakup pengelolaan perkawinan,

pemberian pakan, perkandangan dan kesehatan ternak. Manajemen juga mencakup

penanganan hasil ternak, pemasaran dan pengaturan tenaga kerja (Abidin, 2002).

Menurut Sudarmono dan Sugeng (2008) ciri-ciri bangsa sapi tropis yaitu memiliki

gelambir, kepala panjang, dahi sempit, ujung telinga runcing, bahu pendek, garis

punggung berbentuk cekung, kaki panjang, tubuh relatif kecil, dengan bobot badan

250-650 kg, tahan terhadap suhu tinggi, tahan terhadap caplak. Sapi dari sub tropis

memiliki bentuk kepala pendek, ujung telinga tumpul, garis punggung lurus, kaki

pendek, bulu panjang dan kasar, tidak tahan terhadap suhu tinggi, banyak minum

dan kotorannya basah, cepat dewasa kelamin dan bentuk tubuh besar.

Sapi Simmental adalah bangsa Bos Taurus, Nama Simmental berasal dari

tempat asalnya Simmental, yaitu di Lembah Simme di Swiss, sedangkan Thal atau

tal dalam bahasa Jerman (Swiss juga berbahasa Jerman) artinya adalah lembah,

sehingga sapi dari lembah Simme ini lebih di kenal dengan sebutan Simmental,
5

tetapi sekarang berkembang lebih cepat di benua Eropa dan Amerika (Talib dan

Siregar, 1999).

Sapi Limousin merupakan keturunan sapi eropa yang berkembang di

Perancis. Tingkat pertambahan badan yang cepat perharinya 1,1.kg dengan Ukuran

tubuhnya besar dan panjang serta dadanya besar dan berdaging tebal. Bulunya

berwarna merah mulus. Sorot matanya tajam, kaki tegap dengan warna pada bagian

lutut kebawah berwarna terang. Tanduk pada sapi jantan tumbuh keluar dan agak

melengkung (Sudarmono, 2008).

2.2. Pakan

Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak berupa

bahan organik maupun anorganik dan dapat dicerna baik seluruhnya atau sebagian

dengan tidak mengganggu kesehatan ternak yang bersangkutan. Pakan mempunyai

peranan yang penting, bagi ternak-ternak muda untuk mempertahankan hidupnya

dan menghasilkan suatu produksi serta tenaga, bagi ternak dewasa berfungsi untuk

memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Pakan yang diberikan pada seekor

ternak harus sempurna dan mencukupi. Sempurna dalam arti bahwa pakan yang

diberikan pada ternak tersebut harus mengandung semua nutrien yang diperlukan

oleh tubuh dengan kualitas yang baik. Pakan ternak sapi potong yang cukup nutrien

merupakan salah satu unsur penting untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan dan

reproduksi ternak (Sugeng, 2005).

Murtidjo (2001) menyatakan bahwa Pemberian pakan yang baik dan

memenuhi beberapa kebutuhan sebagai berikut : (1) Kebutuhan hidup pokok, yaitu

kebutuhan pakan yang mutlak dibutuhkan dalam jumlah minimal. Meskipun ternak

dalam keadaan hidup tidak mengalami pertumbuhan dan kegiatan. Pada hakekatnya
6

kebutuhan hidup pokok adalah kebutuhan sejumlah minimal zat pakan untuk

menjaga keseimbangan dan mempertahankan kondisi tubuh ternak. Kebutuhan

tersebut digunakan untuk bernafas, dan pencernaan pakan, (2) Kebutuhan

pertumbuhan, yaitu kebutuhan pakan yang diperlukan ternak sapi untuk proses

pembentukan jaringan tubuh dan menambah berat badan, (3) Kebutuhan untuk

reproduksi, yaitu kebutuhan pakan yang diperlukan ternak sapi untuk proses

reproduksi, misalnya kebuntingan Untuk kebutuhan nutrien sapi potong dalam

praktek penyusunan diperlukan pedoman standart berdasarkan berat tubuh dan

pertambahan berat tubuh.

Pakan penguat (konsentrat) adalah pakan yang mengandung serat kasar

relatif rendah dan mudah dicerna. Bahan pakan penguat ini meliputi bahan pakan

yang berasal dari biji-bijian seperti jagung giling, dedak, katul, bungkil kelapa,

tetes, dan berbagai umbi. Fungsi pakan penguat adalah meningkatkan dan

memperkaya nilai gizi pada bahan pakan lain yang nilai gizinya rendah (Sugeng,

1998).

Menurut Darmono (1992) konsentrat adalah bahan pakan yang mengandung

serat kasar kurang dari 18%, berasal dari biji- bijian, hasil produk ikutan pertanian

atau dari pabrik dan umbi- umbian. Bekatul dalam susunannya mendekati analisis

dedak halus, akan tetapi lebih sedikit mengandung selaput putih dan bahan kulit, di

dalam bekatul juga tercampur pecahan halus.

Pakan penguat perlu pula diberikan pada musim kering yang lama, saat

rumput yang tersedia memiliki kandungan nutrisi yang rendah. Peranan pakan

konsentrat adalah untuk meningkatkan nilai nutrisi yang rendah agar memenuhi
7

kebutuhan normal hewan untuk tumbuh dan berkembang secara sehat (Sudarmono

dan Sugeng, 2008).

Pakan hijauan ialah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman dalam

bentuk daun-daunan yang mengandung lebih dari 18% serat kasar dalam bahan

kering yang dipergunakan sebagai bahan pakan ternak. Kelompok pakan hijauan

ialah bangsa rumput (graminae), leguminosa, dan hijauan dari tumbuhan lain

seperti daun nangka, daun waru, dan lain sebagainya. Kelompok makanan hijauan

ini biasanya disebut makanan kasar. Hijauan sebagai bahan makanan ternak bisa

diberikan dalam dua bentuk, yakni hijauan segar dan hijauan kering (Anonimus,

1983).

2.3. Sistem Pemeliharaan Ternak

Sistem pemeliharaan sapi potong dapat dibedakan menjadi 3, yaitu sistem

pemeliharaan ekstensif, semi intensif dan intensif. Sistem ekstensif semua

aktivitasnya dilakukan di padang penggembalaan yang sama. Sistem semi intensif

adalah memelihara sapi untuk digemukkan dengan cara digembalakan dan pakan

disediakan oleh peternak, atau gabungan dari sistem ekstensif dan intensif.

Sementara sistem intensif adalah sapi-sapi dikandangkan dan seluruh pakan

disediakan oleh peternak (Susilorini, 2008).

Menurut Sugeng (2008) sistem pemeliharaan sapi potong sebagai berikut:

(1) Pemeliharaan ekstensif, sapi-sapi tersebut dilepaskan di padang pengembalaan

dan digembalakan sepanjang hari, mulai pagi sampai sore hari. Selanjutnya mereka

digiring kekandang terbuka yakni kandang tanpa atap. Di dalam kandang, sapi itu

tidak diberi pakan tambahan lagi, (2) Pemeliharaan Semi Intensif, sapi-sapi pada

siang hari diikat dan ditambatkan di ladang, kebun, atau pekarangan yang
8

rumputnya subur. Sore harinya sapi-sapi tadi dimasukkan ke dalam kandang

sederhana yang dibuat dari bahan bambu, kayu, atap genteng atau rumbia, dan

sebagainya, yang lantainya dari tanah dipadatkan. Malam hari ternak diberi pakan

tambahan berupa hijauan rumput atau dedaun-denaunan. Ternak juga masih diberi

pakan penguat berupa dedak halus yang dicampur dengan sedikit garam, (3)

Pemeliharaan Intensif, sapi-sapi yang dipelihara secara intensif pada umumnya

hampir sepanjang hari berada di dalam kandang. Ternak tersebut dapat

mengkonsumsi pakan sesuai kebutuhannya sehingga cepat meningkatkan bobot

badan, sedangkan kotoran dari ternak tersebut pun bisa terkumpul dalam jumlah

yang lebih banyak untuk di olah menjadi pupuk. Sapi–sapi memperoleh perlakuan

yang lebih baik atau rutin dalam hal memberikan pakan, pembersihan kandang,

memandikan sapi, menimbang, mengandalikan penyakit.

2.4. Hijauan Pakan Ternak

Hijauan segar berkaitan dengan faktor Pakan, iklim tropis basah dan

karakteristik suhu rataan di atas 30˚C dan kelembaban udara lebih dari 70%

menyebabkan kualitas hijauan yang diberikan memiliki kandungan serat kasar

tinggi dan kandungan protein rendah, untuk meningkatkatkan kualitas pakan

hijauan dianjurkan untuk melakukan “mixed culture” antara rumput dan tanaman

leguminosa (Zailzar et al., 2011).

Salah satu jenis pakan ternak yaitu hijauan segar. Hijauan segar merupakan

bahan pakan ternak yang diberikan pada ternak dalam bentuk segar, baik dipotong

dengan bantuan manusia atau langsung disengut langsung oleh ternak dari lahan

hijauan pakan ternak. Hijauan segar umumnya terdiri dari daun-daunan yang

berasal dari rumput-rumputan dan tanaman biji-bijian atau kacang-kacangan.


9

Rumput-rumputan yang sering digunakan sebagai pakan ternak yaitu rumput gajah

(pennisetum purpureum), kacang-kacangan sering menggunakan daun lamtoro dan

ramban menggunakan daun nangka, daun pisang dan daun petai cina (Priyono,

2009).

Menurut Prihadi (2003) hijauan yang berasal dari rumput dan daun-daunan

yang berkualitas bagus, akan menjadikan sapi hanya dapat berproduksi 70% dari

kemampuan yang seharusnya. Rumput dan daun-daunan merupakan pakan dasar

bagi sapi perah karena harganya relatif murah. Pakan kasar berupa hijauan sangat

diperlukan ternak ruminansia karena mengadung serat kasar tinggi yang berperan

merangsang kerja rumen dan menentukan kadar lemak susu. Seekor sapi yang

diharapkan memproduksi susu yang tinggi membutuhkan energi yang tinggi pula

sehingga pemilihan jenis hijauan sangat perlu diperhatikan.

Hijauan berupa pennisetum purpureum, P. maximum, C. muconoides, dan

P. phaseoloides sangat baik untuk dikembangkan pada peternakan sapi potong hal

ini disebabkan kandungan nutrisi dan produksi Bahan Kering (BK) yang cukup

tinggi.

Rumput gajah (Pennisetum purpureum Schum) adalah salah satu jenis

hijauan unggulan yang berproduksi tinggi dan daya adaptasi tinggi. Tanaman ini

dapat hidup dan tumbuh pada tanah kritis atau tanah dengan minimal nutrisi dimana

tanaman lain sebagian besar relatif tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan

baik. Produktifitas rumput gajah di Indonesia yaitu Rumput gajah cv. Hawai 525

ton per hektar dan Rumput gajah cv. Afrika 365 ton per hektar (Anonimus, 2014).

Rumput benggala (P. maximum ) merupakan rumput yang berdaun lebat, tingginya

bervariasi, berkembang dengan potongan bungkul akar dan tunas aau rhizoma.
10

Rumput tumbuh di daerah yang curah hujan 760 cm setahun. Peka terhdap kejutan

beku, tahan naungan, agak tahan kering, tidak tumbuh pada tanah dengan drainase

yang buruk. Rumput dapat tumbuh dari biji, mempunyai respon yang baik terhadap

pemupukan, dapat tumbuh dengan campuran legum (Reksohadiprodjo, 1985).

Selain hijauan berupa rumput, Leguminosa juga merupakan salah satu

alternatif yang dapat diusahakan sebagai pakan ternak. Kandungan proteinnya rata-

rata di atas 20 % (Tangendjaja dan Wina, 1998), sehingga dapat diharapkan dalam

perbaikan kualitas pakan (Mariyono et al., 1998). Kaliandra (Calliandra

calothyrsus) dan gamal (Gliricidia sepium) termasuk jenis leguminosa yang banyak

dimanfaatkan peternak seperti di Jawa Timur (Wardhani et al., 1989 dalam

Mariyono et al., 1998). Kaliandra mengandung zat anti nutrisi tanin dalam jumlah

yang tinggi sampai 11 % sehingga dapat berpengaruh terhadap tingkat pemanfaatan

pakan oleh ternak (Tangendjaja dan Wina, 1998), sedangkan gamal tidak

mengandung tanin (Mariyono et al., 1998).


11

III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Praktek Lapangan dilaksanakan selama 2 minggu, dimulai pada tanggal 26

Agustus sampai dengan 9 September 2019 yang berlokasi di Balai Pembibitan

Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT) Padang Mengatas,

Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat.

3.2. Metode

Kegiatan Praktek Lapangan dilaksanakan dengan cara melakukan semua

kegiatan yang telah ditetapkan oleh Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU-HPT)

Padang Mengatas Kabupaten Lima Puluh Kota dengan rincian kegiatan sebagai

berikut :

1. Mencatat dan mengumpulkan data hasil pengamatan primer.

2. Mengadakan diskusi dengan pembimbing lapangan dan wawancara kepada

pegawai atau karyawan kandang.

3. Mengembalakan sapi di padang pengembalaan.

4. Membersihkan kandang.

5. Memotong hijauan pakan ternak.

6. Memberikan pakan.
12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum BPTU HPT Padang Mengatas

BPTU-HPT Padang Mengatas merupakan stasiun peternakan yang

didirikan oleh pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1916 dengan ternak yang

pertama kali dipelihara adalah ternak kuda. Pada tahun 1935 didatangkan sapi zebu

dari India dan berkembang dengan baik. Pada tahun 1945 - 1949 stasiun peternakan

terhenti, dan tahun 1950 dibangun kembali oleh wakil presiden Dr.H.Moh.Hatta

dan dijadikan kembali stasiun peternakan pemerintah dan diberi nama dengan

nama Induk Taman Ternak (ITT) Padang Mengatas.

ITT Padang Mengatas pada tahun 1955 - 1957 merupakan stasiun peternakan yang

terbesar di Asia Tenggara dan ternak yang dipelihara adalah kuda, sapi, kambing

dan ayam. Kegiatan terhenti pada tahun 1958 - 1961, karena dijadikan benteng

pertahanan PRRI dan kemudian tahun 1961 dibangun kembali oleh Pemerintah

Daerah Sumatra Barat.

Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1974-1978 melakukan

kerjasama dengan Pemerintah Jerman melalui proyek Agriculture Development

Project (ADP) untuk pengembangan peternakan. Ternak yang dipelihara sapi

simmental,Brahman dan Peranakan Ongole. ITT pada tahun 1982 berubah nama

menjadi Balai Pembibitan Ternak/Hijauan Pakan ternak (BPT/HPT) Padang

Mengatas (SK mentan 313 tahun 1982) dengan wilayah kerja 3 (tiga) propinsi.

(Sumatera Barat, Riau dan Jambi). BPT/HPT Padang Mengatas pada bulan Mei

2013 berubah nama menjadi Balai Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan

Ternak (BPTU-HPT) Padang Mengatas.


13

4.1.1. Lokasi dan Letak Geografis

BPTU-HPT Padang Mengatas berlokasi di Padang Mengatas, Kecamatan

Luhak Kabupaten Lima Puluh Kota, Propinsi Sumatera Barat. Berjarak ± 12 km

dari pusat kota Payakumbuh dan ± 136 km dari pusat ibu kota Sumatera Barat

(Padang). Padang Mengatas berbatasan dengan: (1) Sebelah Utara berbatasan

dengan Kenagarian Mungo dan Bukit Sikumpar, (2) Sebelah Selatan berbatasan

dengan Gunung Sago, (3) Sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Talaweh, (4)

Sebelah Barat berbatasan dengan Kenagarian Sungai Kamuyang Timur.

BPTU-HPT Padang Mengatas memiliki luas areal 280 Ha, yang terdiri dari

268 Ha kebun rumput dan pastura, 12 Ha untuk kandang, kantor, perumahan dan

jalan lingkungan dengan status tanah merupakan milik negara dengan bukti Erpacht

Vervonding No. 202 & 207, sertifikat Hak pakai Kementerian Pertanian No. 5 tahun

1997 Topografi bergelombang dan berbukit landai dengan ketinggian 700 – 900 m

dari permukaan laut, beriklim tropis dan temperatur mencapai 18º – 28 ºC (23 ºC),

kelembaban 70% serta curah hujan 1800 mm/tahun. BPTU-HPT Padang Mengatas

mempunyai jenis tanah yaitu podsolik merah kuning dengan tekstur liat, pH 5,6

keadaan ini sangat baik untuk pengembangan peternakan sapi.

BPTU-HPT Padang Mengatas memiliki fasilitas yaitu kantor, gedung

pertemuan, aula, laboratorium, mess, rumah dinas, kandang, gudang, bengkel,

kendaraan roda 4, kendaraan roda 2, tractor, hand tractor, hand mower, trailer,

mixer, deeping, instalasi air minum, chopper, timbangan ternak, padang

pengembalaan, kebun rumput, dan komputer.


14

4.1.2. Populasi Ternak

Jenis sapi yang dipelihara di BPTU-HPT Padang Mengatas yakni sapi

Simmental, Limousin dan Pesisir. Keseluruhan sapi yang diusahakan berupa sapi

indukan karena bidang usaha yang dilaksanakan di BPTU-HPT Padang Mengatas

ini adalah pembibitan sapi unggul. Jadi pemeliharaan induk yang dilakukan

bertujuan untuk menghasilkan bibit atau bakalan yang menjadi produk utama

disamping produk lainnya yang berupa pupuk. Sapi-sapi tersebut dikelompokkan

yaitu pedet, dara, dewasa serta indukan bunting atau menyusui.

Jumlah sapi yang terdapat di BPTU-HPT Padang Mengatas sampai

September 2019 kurang lebih adalah 1400 ekor. Jumlah ternak tidak selalu sama

karena jumlahnya selalu berubah tiap tahunnya. Kematian pedet lebih banyak

disebabkan karena abortus dan distokia yang terjadi di malam hari sehingga tidak

diketahui oleh karyawan kandang. Perubahan jumlah sapi tergantung pada jumlah

kelahiran, jumlah kematian dan pergantian antara sapi dara dan sapi afkir.

4.1.3. Visi dan Misi BPTU-HPT Padang Mengatas

Visi:

1. Menjadi pusat penghasil bibit sapi potong unggul nasional.

Misi:

1. Meningkatkan populasi sapi potong.

2. Meningkatkan produksi dan reproduksi bibit sapi potong.

3. Menyediakan bibit sapi potong unggul yang bersertifikat.

4. Melakukan distribusi bibit sapi potong unggul.

5. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia aparatur dan pelaku usaha sapi

potong.
15

6. Melaksanakan pelayanan teknis dan jasa di bidang sapi potong.

7. Menerapkan inovasi teknologi sapi potong.

4.2. Manajemen Pemeliharaan

Di BPTU-HPT Padang Mengatas sistem pemeliharaan ternak terbagi menjadi

dua yaitu pemeliharaan di kandang dan di padang pengembalaan.

 Sistem pemeliharaan di kandang

Sistem pemeliharaan di BPTU-HPT Padang Mengatas merupakan sistem

pemeliharaan secara ekstensif. Sistem pemeliharaan di kandang hanya dilakukan

untuk sapi pejantan unggul, induk yang mengalami gangguan reproduksi, sapi

melahirkan, pedet dan sapi yang dalam pengobatan. Sistem ekstensif digunakan

untuk ternak sapi induk produktif, induk bunting muda, sapi dara dan pedet lepas

sapih yang dilepaskan di padang pengembalaan.

Di BPTU-HPT Padang Mengatas hanya terdapat beberapa kandang yang

digunakan, karena sistem pemeliharaan ternak adalah ekstensif dimana sapi

digembalakan di pandang pengembalaan atau pastura. Rincian kandang dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1. Rincian Kandang


No Kandang Fungsi
Kandang betina dan
anak hasil dari IB
1. 1
(Inseminasi Buatan)
Belgian blue
2. 2 Kandang sapi jantan
3. 3 Kandang sapi jantan
Kandang sapi yang
4. 4 mengalami gangguan
kesehatan
5. 5 Kosong
6. 6 Kandang sapi dara
Sapi IB (Inseminasi
7. Utama
Buatan), dan hasil TE
16

(Transfer Embrio)
Belgian blue
8. Bull Sapi jantan dewasa

Kandang yang ada di BPTU-HPT Padang Mengatas ini memiliki tipe

kandang yang berbeda. Kandang 1, 2, dan 6 dengan tipe head to head, kandang 3

dan 4 dengan tipe tail to tail dan individu sedangkan kandang 5 digunakan untuk

kandang jepit dan penimbangan ternak.

Kandang di BPTU-HPT Padang Mengatas sesuai dengan pendapat

Ngadiyono, (2007) dimana tipe kandang berdasarkan bentuknya ada 2, yaitu

kandang tunggal dan kandang ganda. Kandang tunggal terdiri satu baris kandang

yang dilengkapi lorong jalan dan selokan atau parit. Kandang ganda ada 2 macam

yaitu sapi saling berhadapan head to head dan sapi saling bertolak belakang tail to

tail yang dilengkapi lorong untuk memudahkan pemberian pakan dan pengontrolan

ternak.

Fungsi kandang adalah melindungi sapi potong dari gangguan cuaca, tempat

sapi beristirahat dengan nyaman, mengontrol agar sapi tidak merusak tanaman di

sekitar lokasi, tempat pengumpulan kotoran sapi, melindungi sapi dari hewan

pengganggu, dan memudahkan pelaksanaan pemeliharaan sapi tersebut (Abidin,

2006).

Perkandangan di BPTU-HPT Padang Mengatas sering berubah bentuk

sesuai dengan tujuan pemeliharaan yang sekarang untuk menghasilkan bibit sapi

unggul dengan sistem pemeliharaan di pastura. Kandang digunakan untuk sapi-sapi

yang mengalami gangguan produksi, proses pengobatan, proses breeding lainnya,

seperti seleksi, penimbangan , dan lain sebagainya.


17

Untuk pesyaratan perkandangan di BPTU-HPT Padang Mengatas sudah

sesuai dengan persyaratan perkandangan dimana lokasinya jauh dari perumahan,

air mudah didapatkan, ventilasi udara yang cukup lantai mudah dibersihkan.

Tempat pakan dan minum di kandang kurang efektif, dapat kita lihat tempat pakan

dan minum berada satu tempat yang dipakai bergantian yaitu dikandang 6, pada

kandang 1 tidak terdapat tempat minum, hanya menggunakan 1 ember berukuran

kecil itupun tidak mencukupi kebutuhan air minum sapi. Jadi, kandang yang baik

adalah tersedianya tempat pakan dan minum yang memadai, sehingga akan adanya

keefektifan dan keefisienan dalam pemeliharaan dikandang.

Drainase atau saluran air terutama pembuangan kotoran sudah cukup baik,

dimana air kotoran bisa mengalir dan tidak tertumpuk di selokan terlalu banyak.

Selain itu feses yang terdapat dikandang dikumpulkan yang kemudian ditebarkan

ke plot rumput gajah dengan cara menebarkan dijadikan pupuk kompos yang

tersedia di paddock – paddock.

Dalam sistem pemeliharaan di kandang terdapat beberapa kegiatan rutin

yang di lakukan BPTU-HPT Padang Mengatas dengan tujuan untuk kebersihan

kandang dan jauh dari bibit penyakit, diantaranya yaitu :

1. Sanitasi Kandang

Sanitasi kandang di lakukan setiap hari yang dimulai pada jam 7.30 pagi

sampai selesai. Sanitasi dialakukan untuk kenyamanan ternak dan juga

memudahkan pekerja untuk mengontrol ternak serta jauh dari penyakit. Sanitasi

kandang dimulai dari membersihkan sisa pakan dan minuman yang diberikan pada

hari sebelumnya, membersihkan feses di lantai dan mencuci sisa feses yang terdapat
18

di lantai. Feses yang banyak terdapat di lantai mengakibatkan lantai lincin dan

mengakibatkan ternak jatuh sehingga bisa cedera dan sulit untuk beraktifitas.

2. Perawatan Ternak

Perawatan merupakan salah satu bagian dari pemeliharaan ternak yang tidak

dapat diabaikan begitu saja. BPTU-HPT Padang Mengatas kegiatan merawat

ternak hanya dilakukan untuk sapi pejantan yang terdapat dikandang satu. Kandang

lainnya hanya digunakan untuk memberi kosentrat dan pengontrolan birahi

sehingga ternak hanya berada sementara dan tidak ada perawatan ternak.

Perawatan dilakukan dengan memandikannya agar terjaga kesehatan ternak dari

kuman penyakit, parasit, dan jamur yang bersarang di bulunya.

 Manajemen Pemeliharaan di Pastura

BPTU-HPT Padang Mengatas, pemeliharan di pastura menggunakan sistem

rotation grazing dan memiliki padang pengembalaan yang sangat luas ± 240 Ha.

Pembagian padang gembala menjadi paddock yang dilengkapi dengan tempat

pakan dan minum untuk masing-masing paddock serta di keliling pagar kawat,

pagar listrik dan pagar hidup untuk menjaga ekosistem alam.

Ternak yang ada di pastura di bagi menjadi beberapa kelompok yaitu, induk

beranak, anak lepas sapih, muda, dara, induk bunting, induk kering kandang dan

pejantan. Ternak ini hanya dibawa ke kandang di pagi hari pada jam 7.30 untuk di

berikan kosentrat dan di deteksi birahi serta kesehatan ternak. Setelah itu ternak di

kembalikan ke paddock yang sudah ditentukan.

Di pastura ternak dapat makan secara adlibitum tanpa terbatas karena

rumput tersedia sepanjang waktu. Dengan sistem rotation grazing ketersediaan akan

hijauan dapat dikontrol dan ketersediannya tidak akan berkurang.


19

4.2.1. Sistem Reproduksi

Sistem perkawinan di BPTU HPT Padang Mengatas ada dua cara yaitu

Perkawinan Secara alami dan Perkawinan Secara Buatan. Perkawinan secara Alami

yaitu perkawinan yang di lakukan langsung oleh pejantan ke induk betina yang

mengalami gangguan reproduksi. Selain langkah dikawinkan alam, indukan ini pula

akan ditangani secara khusus. Penanganan berupa pemberian sepul sebagai langkah

pembersihan rahim, pemberian vitamin, dan juga penyuntikan hormon

prostalglandin. Hal ini dilakukan agar ternak yang mengalami gangguan reproduksi

dapat birahi sehingga dapat bunting kembali.

Kawin Buatan yaitu melalui IB, perkawinan ini bisa dilakukan karena

indukan masih produktif dan indukan mengalami 3A ( Abang,Abu,Angat ),serta

mengalami tingkat agresif yang tinggi sebelum dikawinkan.indukan yang

mengalami birahi harus ditangani secepat-cepatnya,karna tingkat birahi ini hanya

berlangsung 12 jam. Sebelum Melakukan Perkawinan yang melaui IB ini yang

harus di lakukan oleh seorang insiminator yaitu mempersiapkan peralatan IB seperti

Gun, plastik sik, Straw, Glob ( Sarung Tangan Plasitk ), sabun,dll.

Cara melakukan IB yaitu insiminator mempersiapkan straw terlebih dahulu,

setelah itu inseminator mengambil gun dan plastik sit, lalu straw dimasukan

kedalam Alat Gun-nya, straw digunting dibagian atas lalu ditutup dengan plastik

sik, setelah itu inseminator wajib menggunakan Glob ( Sarung Tangan Plastik)

untuk merogoh alat reproduksi betina, sebelum melakukannya kotoran yang ada di

rektum harus bersihkan terlebih dahulu setelah itu maka dilakukanlah penemuan

serviks jika telah ditemukan maka gun masukan melalui vulva lalu straw

ditembakkan.
20

4.2.2. Kesehatan Hewan (Penyakit dan Penanggulangan)

Pelaksanaan pengendalian penyakit pada ternak diterapkan dengan maksud

untuk mencegah masuknya penyakit hewan menular kedalam lingkungan sumber

bibit melalui ternak, manusia dan peralatan yang tercemar bibit penyakit. Oleh

karena itu, yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pengendalian/penanganan

ternak bibit adalah penyakit hewan yang harus bebas, persyaratan pemasukan

hewan agar hewan yang baru datang tidak membawa Penyakit dan sistem

pemeriksaan kesehatan hewan yang secara rutin harus dilakukan.

Kesehatan ternak merupakan aspek yang sangat penting bagi kelangsungan

hidup ternak, karena jika mengalami sakit harus sedini mungkin ditanggulangi.

Penyakit adalah Suatu kejadian yang bersifat negatif sebagai akibat yang

ditimbulkan oleh suatu bibit penyakit dan menyebabkan gangguan fisiologis pada

tubuh induk semang.

Di BPTU HPT Padang Mengatas sistem kesehatan ternak sudah cukup baik,

itu terlihat dari manajemen kesehatan yang dilakukan disana, misalnya sanitasi

kandang yang dilakukan setiap hari yaitu pada pagi hari, penyemprotan (spraying)

untuk mencegah ternak dari serangan ektoparasit seperti caplak atau kutu,

pemisahan antara ternak yang sakit dan yang sehat, menangani ternak yang sakit

seperti terserang penyakit kutil, demam serta pengambilan sampel darah ternak

yang digunakan untuk mengetahui penyakit parasit darah, karantina dilakukan

untuk sapi yang baru dating dari dalam/luar negeri.

Sanitasi kandang bertujuan agar ternak nyaman dan terhindar dari bibit

penyakit, jika kandang tersebut penuh dengan kotoran maka bibit penyakitpun akan

berkembang dan dapat menyerang ternak yang mengakibatkan kerugian ekonomis.


21

Penyemprotan atau spraying yang dilakukan untuk penanggulangan caplak serta

parasit – parasit lainnya dengan menggunakan merk dagang Neguvon. Di BPTU

HPT Padang Mangatas terdapat beberapa sapi yang terserang kutil (Papilloma) dan

penanganan yang dilakukan yaitu Penyemprotan atau spraying pada ternak yang

luka akibat kutil, obat yan digunakan untuk penyemprotan luka tersebut adalah

Gusanex. Cara penggunaan nya yaitu bersihkan bagian luka, semprotkan gusanex

agar tidak dihinggapi lalat dan tidak tumbuh larva yang dpat membusukkan luka,

semprotkan dengan jarak 10 cm, penyemprotan diulang 3-7 hari sampai sembuh.

Indikasi obat ini adalah mengobati luka pada sapi dan membasmi larva screw worm.

Pada saat saya melakukan kelaja lapang di BPTU HPT Padang Mangatas

terdapat banyak sapi yang terserang penyakit seperti penyakit tumor mata yang

sampai saat ini belum dilakukan operasi karena peralatan dan obat yang belum

tersedia.

4.3. Manajemen Pakan dan Pemeliharaan Hijauan Pakan Ternak (HPT)

A. Jenis Pakan

Pakan yang diberikan pada ternak sapi potong di BPTU-HPT Padang

Mengatas terdapat 2 jenis, meliputi hijauan makanan ternak dan konsentrat.

1. Hijauan makanan ternak

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas

maupun kontinuitasnya merupakan faktor yang penting dalam menentukan

keberhasilan usaha peternakan ternak ruminansia. Hal ini disebabkan hampir 90%

pakan ternak ruminansia berasal dari hijauan dengan konsumsi segar perhari 10 -

15% dari berat badan (BB), sedangkan sisanya adalah konsentrat dan pakan

tambahan (feed supplement).


22

Untuk pakan hijauan di BPTU-HPT Padang Mengatas terbagi menjadi 2

tipe, yaitu:

a). Hijauan Rumput Penggembalaan dan Rumput Potong

Rumput adalah tumbuhan dari keluarga graminae dan cyperaceae (teki-

tekian), baik yang dibudidayakan maupun yang tumbuh secara alami atau liar yang

mempunyai kandungan serat kasar minimal 18%

1. Brachiaria decumbens (rumput BD)

Nama Umum : Rumput BD

Nama lain : Signal grass

Rumput ini berasal dari Uganda, menyebar keseluruh daerah tropis

termasuk Asia Tenggara.

Gambaran Umum :

Daun berbulu warna hijau tua, perakaran cukup dalam, bunga berbentuk

mayang bendera ,batang agak kasar, dan beruas pendek, merupakan rumput

pengembalaan yang baik, tinggi tanaman dapat mencapai 1 meter.

Syarat Tumbuh :

Tumbuh baik dari 0 - 1750 mdpl. Cocok untuk daerah tropis basah dan

kering, dan tetap hijau sepanjang musim kemarau serta Dapat tumbuh pada

berbagai jenis iklim. Mampu bertahan pada tanah-tanah dengan Ph rendah dan tidak

subur dan tidak tahan terhadap genangan. Kandungan protein Rumput BD berkisar

8 – 10%, Produksi Hijauan Segar 100 - 150 ton/ha/tahun dan responsif terhadap

pemupukan nitrogen.
23

Budidaya :

Penanaman terutama dengan pols, karena kualitas biji seringkali sangat

rendah. Sebagai penguat teras ditanam dengan jarak 20 cm, dan pemanenan pertama

umur 60 hari setelah tanam. Pada musim hujan interval panen 40 hari dan musim

kemarau 50 - 60 hari, serta tinggi pemotongan 5 - 10 cm dari permukaan tanah.

2. Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum)

Nama lain : Rumput Napier, Elephant grass

Asal dan Penyebaran :

Rumput ini berasal dari Nigeria dan tersebar luas diseluruh wilayah tropis.

Masuk ke Indonesia pada akhir masa penjajahan Belanda, sejak tahun 1926. Di

Indonesia pada awalnya disebarkan didaerah peternakan sapi perah di Jawa Barat,

Jawa tengah dan Jawa Timur.

Gambaran Umum :

Tumbuhnya membentuk rumpun dan perakarannya cukup dalam, rhizoma

atau rimpang pendek serta pada umur 4 - 5 tahun kumpulan batang di bagian bawah

membentuk bonggol, batang tebal dan lunak, daun relatif besar, daunnya berbulu

lembut. Tinggi tanaman bisa mencapai 4 sampai 5 m. Kurang tahan terhadap

genangan, mampu bersaing dengan rumput lain. Bunga tersusun dalam tandan,

tahan kekeringan. Pada batang muda pangkal batangnya berwarna kemerah

merahan.

Syarat Tumbuh :

Cocok untuk daerah tropik basah dengan sinar matahari yang cukup, sampai

ketinggian 3000 mdpl, dengan curah hujan 1500 mm. Perlu tanah bersolum tebal

dengan kesuburan sedang untuk hasil yang lebih baik. Rumput ini dapat beradaptasi
24

di berbagai macam tanah, meskipun hasil panennya berbeda. Produktivitas cukup

tinggi mencapai 300 ton/ha pertahun dengan kondisi pemupukan yang optimal.

Produksi per rumpun bisa lebih dari 7 kilogram (basah) per panen. Kandungan

protein rumput ini sekitar 7,6 %.

Budidaya :

Penanaman dengan pols dan stek, panjang stek 20 - 30 cm (mempunyai dua

mata tunas) dan jarak tanam 1 x 1 m, dapat disesuaikan dengan kondisi tanah.

Pemanenan pertama umur 60 - 80 hari. Pada musim hujan interval panen 30 - 40

hari dan 60 - 90 hari pada musim kemarau. Rumput Gajah dapat ditanam bersama

jenis leguminosa seperti centrocema pubescens dan lain sebagainya.

2. Konsentrat

Pakan penguat atau konsentrat yang berbentuk seperti tepung adalah sejenis

pakan komplit yang dibuat khusus untuk meningkatkan produksi dan berperan

sebagai penguat. Mudah dicerna, karena terbuat dari campuran beberapa bahan

pakan sumber energi (biji-bijian, sumber protein jenis bungkil, kacang-kacangan,

vitamin dan mineral).

Pemberian konsentrat perlu diberikan pada ternak untuk meningkatkan

produksinya, dengan pemberiaan dan komposisi yang sesuai dengan kebutuhan

nutrisi ternak. Pemberian konsentrat pada ternak sapi diberikan pada pagi hari

sebanyak 1 – 3 % dari BB (bobot badan).

Fungsi pakan penguat (konsentrat) adalah untuk meningkatkan dan

memperkaya nilai gizi pada bahan pakan lain yang nilai gizinya rendah. Konsentrat

yang digunakan adalah konsentrat hasil formulasi sendiri dengan menyesuaikannya

dengan kebutuhan ternak. Konsentrat ini diberi nama Matery Feed dan telah diuji
25

di laboratorium serta telah diperjualbelikan bila ada pesanan. Kandungan nutrien

dari konsentrat Matery Feed menurut Balai Direktorat Jenderal Bina Produksi

Peternakan terdiri dari air 9,58%, abu 10,16%, protein kasar 13,85%, lemak kasar

5,47% serat kasar 22,26%, Ca 0,55% dan P 0,55%.

Formulasi atau menyusun ransum harus memperhatikan kandungan zat-zat

yang terdapat di dalam bahan makanan agar didapatkan susunan ransum yang

sesuai dengan kebutuhan ternak yang dipelihara. Hal tersebut harus diperhatikan

agar kebutuhan pokok, pertumbuhan dan produksi ternak terpenuhi. Khusus untuk

ternak bibit, kebutuhan reproduksinya harus selalu diperhatikan. Bahan pakan yang

digunakan untuk penyusunan ransum di BPTU-HPT Padang Mengatas digunakan

bahan – bahan : Dedak, bungkil kelapa, gandum, kedelai, onggok, Garam, Cattle

mix.

B. Pemberian Pakan Hijaun dan Konsentrat

BPTU-HPT Padang Mengatas memelihara sapi dengan sistem ekstensif

sehingga pemberian konsentrat hanya diberikan 1 kali sehari pada jam 08.00 atau

sebelum pemberian hijauan. Pemberian hijauan di kandang hanya dberikan untuk

ternak yang memiliki perlakuan khusus yang diberikan pada jam 10.00 wib dan

jam 14.00 wib sedangkan untuk ternak lainnya setelah pemberian kosentrat dan

pengontrolan kesehatan serta birahi ternak dikembalikakn ke pastura. Hal ini sesuai

dengan pendapat Siregar (2003) yaitu pemberian konsentrat yang dilakukan 2 jam

sebelum pemberian hijauan akan meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan

organik karena konsentrat yang relatif banyak mengandung pati sebagian besar

sudah dicerna oleh mikroorganisme rumen pada saat hijauan mulai masuk ke dalam

rumen.
26

Jenis hijauan yang diberikan untuk ternak yang dikandangkan adalah

Rumput Gajah cv. Taiwan yang sudah diperkecil ukurannya dengan mennggunakan

chopper. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan palatabilitas, daya cerna dan

efisiensi pakan.
27

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Manajemen pemeliharaan ternak sapi potong di BPTU-HPT Padang Mengatas

meliputi Pembibitan, Perkandangan, Pakan, Kesehatan Ternak, dan Reproduksi.

2. Manajemen Hijauan Pakan Ternak (HPT) di BPTU-HPT Padang Mengatas yaitu

ada Penyedian Pakan Hijauan dan konsentrat.

3. Sistem Pemeliharaan di BPTU-HPT Padang Mengatas, yaitu Semi Intensif

(pastura) dan Intensif.

4. Jenis Hijauan Pakan Ternak di BPTU-HPT Padang Mengatas, yaitu Rumput

gajah dan rumput BD.

5.2. Saran

Agar lebih memerhatikan sapi yang sedang mengalami gangguan kesehatan

dan perawatan yang lebih intensif.


28

DAFTAR PUSTAKA

Susetyo,.S.I.Kismono,.D,Soewardi,1969.Hijuan Makanan Ternak.Direktorat Jendral


Peternakan Jakarta.

Sutardi, 1981. Kandungan nutrisi hijauan pakan ternak dan leguminosa. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Siregar, T., S. Riyadi, dan L. Nuraeni. 1989. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Coklat.
Penebar Swadaya. Jakarta.

Sosroamidjojo, M.S. 1991. Ternak Potong dan Kerja.Yasaguna, Jakarta

Darmono. 1992. Tatalaksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius : Jakarta

Mariyono, U., Umiyasih, Tangendjaja., B. Musofie, A. dan Wardhani, N.K., 1998.


Pemanfaatan leguminosa yang mengandung tanin sebagai pakan sapi perah dara.
Pros. Sem. Nas. II. INMT. 171 – 172.

Talib, C. dan A.R. Siregar. 1999. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pedet
PO dan crossbrednya dengan Bos indicus dan Bos taurus dalam pemeliharaan
tradisional. Proc. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Puslitbangnak.
Bogor.

Murtidjo, B.A., 2001. Beternak Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta.

Sarwono, B., dan Arianto H. B., 2002. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Siregar, S.B., 2003. Teknik Pemeliharan sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Prihadi, S. 2003. Manajemen Ternak Perah. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah


Mada. Yogyakarta

Sugeng, Y.B., 2005. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta

Abidin, Z. 2006. Penggemukan Sapi Potong. Agro Media Pustaka, Jakarta.

Ngadiyono, N. 2007. Beternak Sapi. PT Citra Aji Pratama, Yogyakarta

Sudarmono dan Sugeng, 2008. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

Priyono. 2009. Identifikasi Jenis Pakan Ternak. Tersedia


di http://www.ilmupeternakan.com/2009/06/identifikasi-jenis-pakanternak.html.
diakses pada 7 September 2019 jam 20.52 WIB.
29

LAMPIRAN
30

Lampiran 1. Keterangan Plot-plot di BPTU-HPT Padang Mengatas

Anda mungkin juga menyukai