Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL LAPORAN AKHIR

PROSEDUR PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL


23 ATAS JASA SEWA SEHUBUNNGAN DENGAN HARTA
PADA PT PUPUK SRIWIJAYA KOTA PALEMBANG
Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat

Ujian Komprehensif Program Diploma III

Fakultas Ekonomi

Universitas Sriwijaya

Oleh :

NAMA : DWI INDAH SEPTIANI

NIM : 01010581721054

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN

KEBUDAYAAN

PROGRAM DIPLOMA III FAKULTAS

EKONOMI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG

2019
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL

LAPORAN AKHIR

PROSEDUR PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL


23 ATAS JASA SEWA SEHUBUNGAN DENGAN HARTA
PADA PT PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG
Oleh :

NAMA : DWI INDAH SEPTIANI

NIM : 01010581721054

LAPORAN KULIAH KERJA PRAKTEK


Disahkan dan Disetujui oleh :

Palembang, September 2019

Menyetujui , Menyetujui,

Ketua Jurusan Akuntansi Pembimbing,

Drs. Teriarto Wahyudi, MAFIS Abukosim S.E.,Ak.,M.M


NIP.196310041990031002 NIP.1962050719951210021
PROPOSAL PROGRAM PELAKSANAAN PRAKTIKKERJA LAPANGAN

MAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI PERPAJAKAN

PROGRAM DIPLOMA III FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak adalah pungutan yang dilaksanakan pemerintah kepada seseorang atau


badan berdasarkan Undang-undang dan dapat dipaksakan dengan tidak
mendapatkan balas jasa secara langsung. Penerimaan pajak dari tahun ke tahun
semakin meningkat seiring dengan tuntutan kemandirian pembiayaan pengeluaran
negara. Pajak sangat berperan penting dalam pembangunan ekonomi Negara,
karena penerimaan dari pajak ini akan digunakan untuk membiayai pengeluaran
rutin maupun pengeluaran tahunan Negara. Keberhasilan pembangunan suatu
Negara dapat dilihat dengan terpenuhinya dua syarat, yaitu tercapainya
kemakmuran dalam bidang ekonomi (kemakmuran material) dan tetap terjaganya
nilai-nilai social budaya bangsa yang bersangkutan (kemakmuran spiritual).
Menurut Undang-undang No 16 Tahun 2009 Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, Pajak adalah kostribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak sudah di perkenalkan kepada Indonesia sejak tahun 1816 dengan
adanya tenement tax (huistaks), yaitu sejenis pajak yang dikenakan sebagai sewa
terhadap mereka yang menggunakan bumi sebagai tempat berdirinya rumah atau
bangunan. Reformasi pajak pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1983, dan pada
tahun itu juga Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia diatur pertama kali dengan
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1988 dengan penjelasan pada Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50. Selanjutnya berturut-turut peraturan
ini diamandemen pada Tahun 1991,1994,2000 dan 2008.
Jenis-jenis pajak yang di potong dipotong dan dipungut di Indonesia antara
lain Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak
Pertambahan Nilai Barang Mewah (PPnBM), dan masih ada jenis-jenis pajak
daerah serta retribusi daerah. Pajak Penghasilan (PPh) adalah salah satu jenis
pajak langsunng yang ada di Indonesia dan dikelola oleh Direktorat Jenderal
Pajak (DJP), dan Departemen Keuangan. Pajak Penghasilan diberatkan kepada
seluruh Badan dan Perorangan yang telah memiiki penghasilan. Pajak Penghasilan
menurut Undang-undang Pajak Penghasian dibagi menjadi :
-PPh pasal 21 : Tentang pembayaran pajak atas penghasilan yang diterima
atau diperoleh oleh (Wajib Pajak) WP orang pribadi di dalam negeri sehubung
dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan.
-PPh pasal 22 : Tentang pembayaran pajak penghasilan yang dipungut
sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan kegiatan di bidang
impor atau kkegiatan usaha dibidang lainnya.
-PPh pasal 23 : Tentang pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima
atau diperoleh WP dalam negeri dan BUT yang berasal dari modal dan
penyelenggara jasa.
-PPh pasal 24 : Tentang pajak yang terutang / dibayarkan WP dalam negeri
di luar negeri atas penghasilan yang diterima / diperoleh dari luar negeri yang
dapat dikreditkan.
-PPh pasal 25 : Tentang pajak yang menghitung besarnya angsuran pajak
yang harus dibayar sendiri oleh WP untuk setiap bulan.
-PPh pasal 26 : Tentang pemotongan atas penghasilan yang bersumber dari
Indonesia yang diterima oleh WP luar negeri selain BUT (Bentuk Usaha Tetap).
Sebagaimana disebutkan di atas, salah satu jenis pajak PPh yang dikenakan
pada PT. Pupuk Sriwijaya Palembang yaitu PPh pasal 23, PPh pasal 23 ini
mengatur tentang pajak yang dipotong atas pengasilan yang berasal dari modal,
penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh
Pasal 21.
Untuk melakukan sistem perpajakan di Indonesia tidaklah mudah.
Masyarakat di Indonesia harus mengerti pajak dan cara-cara perhitungan,
penyetoran, dan pelaporannya, agar tidak terjadi penyimpangan dan kesalahan
dalam perhitungan maupun pembayaran pajak. Oleh karena itu pemerintah
mengeluarkan peraturan Undang-Undang Perpajakan. Undang-undang tersebut
mengatur mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pajak, baik mengenai
subjek dan objek pajak, maupun tata cara perhitungan, penyetoran, dan pelaporan
pajak.
Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia adalah “ Self
Assessment “ dimana sistem ini memberikan kepercayaan dan tanggung jawab
yang lebih besar untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri besarnya
pajak yang terutang oleh wajib pajak. Pemerintahan dalam hal ini aparat
perpajakan, berkewajiban melaksanakan pembinaan, penelitian, dan pengawasan
terhadap pelaksanaan pemenuhan kewajiban wajib pajak. Namun, pada
kenyataannya pelaksanaan pajak di Indonesia dengan sistem ini dapat
menimbulkan beberapa resiko, diantaranya :
1. Resiko Informasi
2. Resiko Kepatuhan dan Ketaatan, dan
3. Resiko Penerimaan Negara
Resiko inilah yang sering terjadi di Indonesia, dan salah satu resikonya juga
terjadi pada PT. Pupuk Sriwijaya Palembang, yaitu tentang kurangnya resiko
informasi dalam perhtungan PPh Pasal 23. Dari masalah yang di dapat inilah,
maka penulis tertarik untuk membahas mengenai Pajak Penghasilan khususnya
Pajak Penghasilan Pasal 23 pada PT. Pupuk Sriwijaya Palembang yang berjudul :
“Prosedur Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 23 atas Jasa Sewa
Sehubungan Dengan Harta pada PT Pupuk Sriwijaya Kota Palembang”

1.2 Fokus Pengamatan

Penulis berkesempatan melaksanakan praktek kerja / magang di PT. Pupuk


Sriwijaya Palembang, dan dalam melaksanakan kegiatan praktek kerja magang di
PT. Pupuk Sriwijaya Palembang penulis memfokus pada “Prosedur Perhitungan
Pasal 23 Atas Sewa Sehubungan dengan Harta pada PT. Pupuk sriwijaya
Palembang” yang diharapkan dapat menemukan berbagai hal yang bermanfaat
bagi manajemen perusaahaan untuk meningkatkan efesiensi dalam Pajak
Penghasilan Pasal 23, dengan cara menghitung dan memungut, serta menyetorkan
dan melaporkannya sesuai dengan Undang-undang Perpajakan di Indonesia.

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan fokus pengamatan yang telah dirumuskan diatas dapat


diketahui bahwa pengamatan dilakukan dengan maksud untuk memperoleh data
primer maupun sekunder serta berbagai informasi yang diperlukan dalam laporan
magang dan untuk memahami prosedur pemungutan, penyetoran, dan pelaporan
Pajak Penghasilan Pasal 23, serta mencari dasar teoritis yang didapat dengan
kenyataan yang sebenarnya
Adapun tujuan dari pengamatan ini adalah sebagai berikut :
1. Menambah dan memperluas pengetahuan perpajakan yaitu, prosedur
perhitungan atau pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 pada PT. Pupuk
Sriwijaya Palembang
2. Untuk mengetahui kesesuaian prosedur perhitungan PPh Pasal 23 yang
dilakukan oleh PT. Pupuk Sriwijaya Palembang dengan Undang-undang
yang berlaku.
3. Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian komprehensif dan
meyelesaikan pendidikan Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas
Sriwijaya.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penulisan laporan magang


adalah :
1. Bagi Penulis
• Dapat mengenal dan memahami proses perhitungan PPh pasal 23
tentang jasa sewa pada PT. Pupuk Sriwijaya Palembang;
• Untuk bahan pembelajaran teori dan praktik yang diaplikasikan selama
menjalani pendidikan akademik dan penerapan dunia kerja;
• Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
dalam hal yang menyangkut perpajakan pada umumnya dan
perkrmbangan perpajakan di Indonesia;

2. Bagi Perusahaan
• Sebagai informasi tambahan dan sebagai perbandingan bagi pihak yang
membutuhkan dalam mengembangkan perusahaan, khususnya bagi PT.
Pupuk Sriwijaya Palembang
• Dapat mengetahui evaluasi perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 23 dan
alu pengiriman pupuk pada PT. Pupuk Sriwijaya Palembang sebagai
masukan untuk bahan pertimbangan dalam mengefesiensikan
perpajakannya sesuai dengan Undang-undang Perpajakan serta
memberikan kontribusi kepada perusahaab dalam praktek Pajak
Penghasilannya;

3. Bagi Pihak Lain


Sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan
pihak lain yang membutuhkan prosedur perhitungan Pajak Penghasilan
Pasal 23.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pajak


Menurut Himpunan Undang-Undang Perpajakan Tahun 2010, pajak

adalah iuran rakyat kepada kas Negara yang berdasarkan Undang-Undang atau

yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat timbal balik (kontraprestasi) yang

langsung dapat ditunjukdan digunakan untuk membiayai pengeluaran untuk

pembangunan.

Berdasarkan pengertian pajak di atas dapat disimpulkan bahwa pajak

adalah :

a. Iuran masyarakat terhadap Negara dan yang berhak untuk melakukan

pemungutan pajak tersebut hanya Negara.

b. Pemungutan pajak haruslah berdasarkan undang-undang tetapi juga

Negara harus mendapatkan pelaksanaan persetujuan pemungutan dari

masyarakat.

c. Wajib pajak Badan maupun perseorangan harus membayar pajakk

dikarenakan jika tidak membayar akan mendapatkan sanksi yang telah

ditetapkan berdasarkan undan-undang perpajakan.

d. Pengeluaran-pengeluaranNegara yang bermanfaat bagi masyarakat luas

diambil dari pemungutan pajak itu sendiri.


Di dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjuk adanya kontraprestasi oleh
pemerintah.

2.2 Fungsi Pajak


Fungsi Pajak dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Fungsi Penerimaan (Budgetair)

Pajak berfungsi scbagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan

pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Fungsi ini sering dikcnal dcngan

APBN/APBD. Artinya negara memperhitungkan anggaran pembelanjaan

negara.

2. Fungsi Mengatur (Regulery)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan

kebijaksanaan dalam bidang sosisal dan ekonomi. Dvngan aritian pajak

dapat melindungi masyarakat. Seperti : pajak mkok atau pajak alkohol

yang tinggi, dibuat demikian karena rokok dan alkohol dapat

membahayakan konsumennya.

3. Fungsi Redistribusi

Dalam fungsi redistribusi ini lebih ditekankan unsur pemerataan dan

keadilan dalam masyarakat fungsi ini terlihat dari adanya tarif dalam

pengenaan pajak dengan adanya tarif pajak yang lebih besar untuk tingkat

penghasilan yang lebih tinggi.

4. Fungsi Demokrasi
Fungsi demokrasi merupakan wujud sistem gotong royong. Fungsi ini

dikaitkan dengan tingkat pelayanan pemerintahan kepada masyarakat

pembayar pajak.

2.3 Syarat Pemungutan Pajak


Beberapa syarat pemungutan pajak yaitu :

1. Syarat keadilan, yaitu pemungutan pajak harus adil


2. Syarat ekonomis, yaitu di dalam pemungutan pajak tidak mengganggu
perekonomian.
3. Syarat yuridis, yaitu pemungutan pajak harus berdasarkan undang-
undang
4. Syarat financial, yaitu pemungutan pajak haris efisien
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

2.4 Sistem Pemungutan Pajak


Sistem yang ada dalam Pemungutan pajak adalah sebagai berikut:

a. office Assessment System

Dalam sistem ini yang bertanggung jawab dalam pengurusan pajak,mulai

dari perhitungan, penyetoran, sampai dengan pelaporan, adalah

Fiskus(Pegawai Pajak).Sedangkan Wajib Pajak bersifat pasif.

b. SeIf Assessment System

Dalam sistem ini yang bertanggung jawab dalam pengurusan pajak, mulai

dari perhitungan, penyetoran, sampai dengan pelaporan, adalah Wajib

Pajak itu sendiri. Sedangkan Fiskus bersifat pasif.


c. With Holding Assessment

Sistem Dalam sistem ini yang bertanggung jawab dalam pengurusan


pajak,mulai dari perhitungan, penyetoran, sampai dengan pelaporan, adalah Pihak
Ketiga (Bendaharawan). Sedangkan Fiskus dan Wajib Pajak bersifat pasif.

2.5 Pajak Penghasilan Pasal 23

Pajak penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas


penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan
penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal 21. Biasanya PPh Pasal 23
dikenakan saat adanya transaksi di antara dua pihak. Pihak yang berlaku sebagai
penjual atau penerima penghasilan atau pihak yang memberi jasa akan dikenakan
PPh Pasal 23. Sementara pihak pemberi penghasilan atau pembeli atau pihak
penerima jasa akan memotong dan melaporkannya ke kantor pajak.

2.6 Prosedur Pemungutan Dan Pemotongan PPh Pasal 23

Dasar perhitungan dan tarif pajak penghasilan PPh Pasal 23 (PPh 23)

mengacu pada Undang-Undang No 38 Tahun 2008, dan untuk Tahun 2017

terakhir kali diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No :

141/PMK.03/2015 mengenai jenis-jenis jasa yang dikenakan potongan PPh Pasal

23.

Jika sebagai wajib pajak perorangan atau badan usaha yang dipotong PPh

23 atas usaha jasa Anda kepada pihak ketiga, mintalah bukti potong tersebut

karena bukti tersebut bisa Anda kreditkan sebagai pengurang pada saat

pembayaran Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 atau PPh Pasal 29 saat

melaporkan SPT Pajak Tahunan.


 Besaran Tarif PPh Pasal 23 terbaru dan Objek PPh 23

Berdasarkan PMK Nomor : 141/PMK.03/2015,

besaran tarif dan jenis jasa yang dikenakan pemotongan PPh

pasal 23 adalah sebagai berikut :

1. Tarif PPh senilai 15% dari jumlah bruto atas:

 Penerimaan dividen kecuali pembagian dividen

kepada orang pribadi dikenakan final, bunga, dan

royalti ;

 Penerimaan hadiah dan penghargaan selain yang telah

dikenakan potongan PPh pasal 21.

2. Tarif PPh 2% dari jumlah bruto atas penerimaan sewa

dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan

harta kecuali sewa tanah dan / atau bangunan.

3. Tarif PPh 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa di

bidang teknik, manajemen, konstruksi dan konsultan.

5. Bagi Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP akan

dikenakan tarif 100% lebih tinggi dari tarih PPh 23 yang

berlaku

6. Jumlah bruto merupakan seluruh jumlah penghasilan yang

dibayarkan, disediakan untuk dibayar, atau telah jatuh

tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek

pajak dalam negeri, pihak penyelenggara kegiatan, bentuk

usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri


lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk

usaha tetap, tidak termasuk :

 Pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan dan

pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan

dengan pekerjaan yang diabayarkan oleh Wajib

Pajak penyedia tenaga kerja kepada tenaga kerja

yang melakukan pekerjaan, berdasarkan kontrak

dengan pengguna jasa ;

 Pembayaran atas pengadaan pembelian barang atau

material, pembuktian dengan adanya faktur

pembelian ;

 Pembayaran kepada pihak kedua atau sebagai

pihak perantara yang selanjutnya dibayarkan

kepada pihak ketiga, pembuktian dengan adanya

faktur tagihan pihak ketiga disertai dengan

perjanjian secara tertulis ;

 Pembayaran reimbursement atau penggantian

biaya yaitu penggantian pembayaran yang telah

dibayarkan oleh pihak kedua kepada pihak ketiga,

pembuktian dengan adanya faktur tagihan atau

bukti pembayaran yang telah dibayarkan kepada

pihak ketiga.

Jumlah bruto tersebut diatas tidak berlaku atas :


1. Penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan

jasa katering atau tata boga ;

2. Penghasilan sehubungan dengan jasa yang telah

dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final.

 Pihak Pemotong dan Penerima Penghasilan yang

dikenakan Pemotongan Pajak PPh Pasal 23 :

a) Pihak Pemotong PPh Pasal 23:

1. Pemerintah ;

2. Bentuk Usaha Tetap ;

3. Penyelenggara Kegiatan ;

4. Subjek Pajak badan dalam negeri ;

5. Perwakilan perusahaan luar negeri ;

6. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang

menerima penunjukan langsung dari Direktur

Jenderal Pajak.

b) Penerima penghasilan yang dikenakan potongan PPh

Pasal 23:

1. Wajib Pajak dalam negeri ;

2. Bentuk Usaha Tetap

 Tata Cara Pelaporan dan Pembayaran Pajak PPh Pasal

23
1. Pajak Penghasilan PPh Pasal 23 terutang pada akhir bulan

dilakukan pembayaran, tersedia untuk dibayar, atau telah

jatuh tempo pembayarannya, tergantung peristiwa yang

terjadi terlebih dahulu.

2. Pembayaran Pajak PPh Pasal 23 disetor oleh Pemotong

Pajak temponya paling lambat setiap tanggal sepuluh

setelah periode bulan pajak terutang dengan menggunakan

aplikasi pembayaran pajak online e-Billing Pajak yang

bisa Anda akses secara online melaluisse.pajak.go.id

3. Pelaporan SPT Masa PPh 23 disampaikan ke Kantor

Pelayanan Pajak setempat, jatuh temponya paling lambat

20 hari setelah periode Masa Pajak berakhir.

Apabila periode jatuh tempo Pembayaran & Pelaporan PPh Pasal 23 bertepatan
dengan hari libur termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, maka prosesnya
dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.Pihak pemotong pajak PPh Pasal 23
harus memberikan Bukti Potong tersebut kepada Wajib Pajak Orang Pribadi atau
Badan yang telah dilakukan pemotongan pajak penghasilan PPh Pasal 23.
3. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Sejarah Singkat PT. Pupuk Sriwijaya Palembang


PT Pupuk Sriwidjaja didirikan pada tanggal 24 Desember 1959,
merupakan produsen pupuk urea pertama di Indonesia. Sriwidjaja diambil sebagai
nama perusahaan untuk mengabadikan sejarah kejayaan Kerajaan Sriwijaya di
Palembang, Sumatera Selatan yang sangat disegani di Asia Tenggara hingga
daratan Cina, pada Abad Ke Tujuh Masehi. Tanggal 14 Agustus 1961 merupakan
tonggak penting sejarah berdirinya Pusri, karena pada saat itu dimulai
pembangunan pabrik pupuk pertama kali yang dikenal dengan Pabrik Pusri I.
Pada tahun 1963, Pabrik Pusri I mulai berproduksi dengan kapasitas terpasang
sebesar 100.000 ton urea dan 59.400 ton amoniak per tahun. Wakil Perdana
Menteri Chaerul Saleh menekan tombol tanda diresmikannya penyelesaian Pabrik
Pusri I didampingi Direktur Utama Pusri Ir. Salmon Mustafa 4 Juli 1964. Seiring
dengan kebutuhan pupuk yang terus meningkat, selama periode 1972-1977 Pusri
membangun Pabrik Pusri II, Pusri III dan Pusri IV.
Pabrik Pusri II memiliki kapasitas terpasang 380.000 ton per tahun. Pada
tahun 1992 dilakukan proyek optimalisasi urea Pabrik Pusri II dengan kapasitas
terpasang sebesar 552.000 ton per tahun. Pabrik Pusri III dibangun pada 1976
dengan kapasitas terpasang sebesar 570.000 ton per tahun, sedangkan pabrik urea
Pusri IV dibangun pada tahun 1977 dengan kapasitas terpasang sebesar 570.000
ton per tahun. Sejak tahun 1979, Pusri diberi tugas oleh Pemerintah
melaksanakan distribusi dan pemasaran pupuk bersubsidi kepada petani sebagai
bentuk pelaksanaan Public Service Obligation (PSO) untuk mendukung program
pangan nasional dengan memprioritaskan produksi dan pendistribusian pupuk
bagi petani di seluruh wilayah Indonesia. Pada tahun 1993 dilakukan
pembangunan Pabrik Pusri IB berkapasitas 570.000 ton per tahun, sebagai upaya
peremajaan dan peningkatan kapasitas produksi pabrik dan untuk menggantikan
pabrik Pusri I yang dihentikan operasinya karena usia dan tingkat efisiensi yang
menurun. Pada tahun 1997, Pusri ditunjuk sebagai induk perusahaan yang
membawahi empat BUMN yang bergerak di bidang industri pupuk dan
petrokimia, yaitu PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang Cikampek, PT Pupuk
Kaltim dan PT Pupuk Iskandar Muda serta satu BUMN yang bergerak di bidang
engineering, procurement & construction (EPC), yaitu PT Rekayasa Industri.
Pada tahun 1998, anak perusahaan Pusri bertambah satu BUMN lagi, yaitu PT
Mega Eltra yang bergerak di bidang perdagangan. Pada tahun 2010 dilakukan
Pemisahan (Spin Off) dari Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pupuk Sriwidjaja
atau PT Pusri (Persero) kepada PT Pupuk Sriwidjaja Palembang dan pengalihan
hak dan kewajiban PT Pusri (Persero) kepada PT Pupuk Sriwidjaja Palembang
sebagaimana tertuang di dalam RUPS-LB tanggal 24 Desember 2010 yang
berlaku efektif 1 Januari 2011. Sejak tanggal 18 April 2012, Menteri BUMN
Dahlan Iskan meresmikan PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) sebagai
nama induk perusahaan pupuk yang baru, menggantikan nama PT Pusri (Persero).
Hingga kini PT Pupuk Sriwidjaja Palembang tetap menggunakan brand dan merk
dagang Pusri.

3.2 Visi dan Misi, Tata Nilai, dan Makna PT. Pupuk Sriwijaya
Palembang

3.2.1 Visi PT. Pupuk Sriwijaya Palembang

“ Menjadi Perusahaan Pupuk Terkemuka Tingkat Regional “

3.2.2 Misi PT. Pupuk Sriwijaya Palembang

“ Memproduksi serta memasarkan pupuk dan produk agribisnis secara efisien,


berkualitas prima dan memuaskan pelanggan “

3.2.3 Tata Nilai PT. Pupuk Sriwijaya Palembang

• Integritas
• Professional
• Fokus Pada Pelanggan
• Loyalitas
• Baik Sangka
3.2.4 Makna PT. Pupuk Sriwijaya Palembang

PUSRI untuk kemandirian pangan dan kehidupan yang lebih baik

3.3 Logo Perusahaan

Makna Detail Elemen Visual Logo Perusahaan PT. PUSRI Palembang


diatas adalah sebagai berikut :

1. Lambang Pusri yang berbentuk huruf "U"


melambangkan singkatan "Urea". Lambang ini telah terdaftar di Ditjen Haki
Dep. Kehakiman & HAM No. 021391

2. Setangkai padi dengan jumlah butiran 24


melambangkan tanggal akte pendirian PT Pusri.
3. Butiran-butiran urea berwarna putih sejumlah 12,
melambangkan bulan Desember pendirian PT Pusri.

4. Setangkai kapas yang mekar dari kelopaknya. Butir


kapas yang mekar berjumlah 5 buah Kelopak yang pecah berbentuk 9
retakan ini, melambangkan angka 59 sebagai tahun pendirian PT Pusri
(1959).

5. Perahu Kajang, merupakan legenda rakyat dan ciri khas


kota Palembang yang terletak di tepian Sungai Musi. Perahu Kajang juga
diangkat sebagai merk dagang PT Pupuk Sriwidjaja.

6. Kuncup teratai yang akan mekar, merupakan imajinasi


pencipta akan prospek perusahaan dimasa datang.

7. Komposisi warna lambang kuning dan biru benhur


dengan dibatasi garis-garis hitam tipis (untuk lebih menjelaskan gambar)
yang melambangkan keagungan, kebebasan cita-cita, serta kesuburan,
ketenangan, dan ketabahan dalam mengejar dan mewujudkan cita-cita itu.
3.4 Struktur Organisasi PT. Pupuk Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Wirawan B., Burton, Richard. 2010. Hukum Pajak. Salemba Empat. Jakarta
Mardiasmo, 2009. Akuntansi Sektor Publik. Andi. Yogyakarta
Mardiasmo, 2011. Perpajakan Edisi Revisi. Andi. Yogyakarta
Muljono, Djoko. 2010. Panduan Brevet Pajak. Andi. Yogyakarta
Supriyanto, Edy. 2011. Akuntansi Perpajakan. Graha Ilmu. Semarang
Suwardjono. 2014. Akuntansi Pengantar Bagian 1, Edisi Ketiga. Penerbit BPFE,
Yogyakarta.
Siahaan, Marihot P. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Edisi Revisi.
Rajawali
Pers. Jakarta
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman
Modal
Asing
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 Sebagaimana telah
diubah
Dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak
Dengan Surat Paksa
Republik Indonesia, Undang-Undang PPSP Nomor 19 Tahun 2000 Tentang
Penagihan
Pajak Dengan Surat Paksa
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan
Umum
Dan Tata Cara Perpajakan, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai