Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN TERHADAP TERKENDALINYA GULA DARAH

PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS PAKIS SURABAYA

Erika Untari Dewi


untarierika@yahoo.co.id

ABSTRAK
Pendahuluan: Keberhasilan pengobatan pada pasien Diabetes Mellitus salah satunya dilihat dari
terkendalinya kadar gula darah. Terkendalinya kadar gula darah ini dipengaruhi oleh faktor diit,
aktivitas fisik, kepatuhan minum obat dan pengetahuan. Keterlibatan faktor-faktor ini dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan. Pasien Diabetes Mellitus sering datang ke Puskesmas dan
dilakukan pemeriksaan gula darah banyak yang gula darahnya naik atau tidak terkendali. Penderita
DM yang memiliki gangguan psikologis terutama kece- masan dan depresi meningkatkan kurangnya
manajeman dan hasil terapi. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara tingkat
kecemasan dengan kadar gula darah pada penderita DM yang dirawat di Puskesmas Pakis Surabaya
Metode: Desain yang digunakan pada penelitian ini korelasi. Dalam penelitian ini menggunakan
variabel independen dan dependen. Populasi dari Penelitian ini adalah seluruh pasien Diabetes
Mellitus di Puskesmas Pakis. Sampel yang digunakan 40 orang dengan menggunakan teknik
consecutive sampling. Pengambilan data dengan kuisioner. Data diperoleh dari hasil kuisoner, data
yang terkumpul ditabulasi dengan tabel dan dikonfirmasikan dalam bentuk tabel. Hasil: Dari hasil
penelitian ini didapatkan hasil adanya hubungan antara kecemasan dengan terkendalinya kadar gula
darah.

Kata Kunci : terkendalinya kadar gula darah, pasien diabetes mellitus.

ABSTRACT

Introduction: The success of treatment in patients with Diabetes Mellitus one of them seen from
terkendalinya blood sugar levels. Controlled blood sugar levels are influenced by diit factors,
physical activity, adherence to medication and knowledge. The involvement of these factors can affect
health conditions. Diabetes Mellitus patients often come to the Puskesmas and do blood sugar checks
many of whose blood sugar is rising or uncontrollable. Diabetics who have psychological disorders
especially anxiety and depression increase the lack of management and outcomes of therapy. This
study aims to find the relationship between the level of anxiety with blood sugar levels in DM patients
treated at Puskesmas Pakis Surabaya. Methode: Design used in this study correlation. In this study
using independent and dependent variables. The population of this study were all Diabetes Mellitus
patients at Pakis Health Center. The sample used 40 people using consecutive sampling technique.
Data collection with questionnaire. Data obtained from the results of kuisoner, collected data
tabulated with tables and confirmed in tabular form. Result: From the results of this study found the
relationship between anxiety with controlled blood sugar levels.

Keywords: controlled blood sugar levels, patients with diabetes mellitus


PENDAHULUAN oleh Barker et al orang dewasa Amirika
didapatkan bahwa 19,5 % terdiagnosa cemas
Saat ini di Indonesia mengalami dengan DM dan 10,9% tanpa DM. Menurut
percepatan peningkatan penderita Diabetes catatan badan kesehatan du- nia WHO sangat
Mellitus, hal ini terutama diakibatkan oleh signifikan hubungan antara kesehtan mental
perkembangan pola makan yang salah. dengan kese- hatan fisik. Beberapa penelitian
Menurut WHO, ( 1994 ) berbagai masyarakat mem- buktikan bahwa penyakit DM dicetus-
telah membuktikan bahwa peningkatan kan oleh adanya stres. Stres juga membuat
masukan makanan berlemak jenuh serta manajemen diri sendiri lebih sulit dan
penurunan makanan berserat dapat berakibat berefek negatif untuk me- ngontrol kadar
menurunnya kesensitifan insulin dan gula darah dan menye- babkan komplikasi
ketidaknormalan toleransi glukosa. Diabetes (Ismail et al, 2004). Kondisi stres pada
mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang penderita DM da- pat merusak kemampuan
timbul pada seseorang yang disebabkan oleh untuk me- manfaatkan pendidikan kesehtan
karena adanya peningkatan kadar glukosa ten- tang penyakit DM (KDA, 2006).
darah akibat kekurangan insulin baik absolut Kecemasan merupakan suatu respon terhadap
maupun relatif. ( Soegondo, 1995 ). Salah situasi yang penuh dengan tekanan. Stres
satu hal yang terpenting bagi penderita dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi
Diabetes Mellitus adalah pengendalian kadar ancaman terhadap suatu harapan yang
gula darah, untuk itu pasien perlu memahami mence- tuskan cemas. Hasilnya adalah
mengenai hal-hal yang mempengaruhi bekerja untuk melegakan tingkah laku
pengendalian kadar gula darah. Pengendalian (Rawlins, at al, 1993). Stress dapat berbentuk
kadar gula darah adalah menjaga kadar gula psikologis, sosial atau fisik. Menurut Stuart
darah dalam kisaran normal seperti bukan and Sundeen (1998) kecemasan ada empat
pasien DM, sehingga dapat terhindar dari tingkat, yaitu ringan, sedang, berat dan panik
hiperglikemia atau hipoglikemia (Soegondo, . Kecemasan ringan berhubungan de ngan
1996). Ada beberapa yang bisa ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
mempengaruhi pengendalian meliputi faktor menyebabkan sese- orang menjadi waspada
diit, aktifitas fisik, kepatuhan minum obat dan mening- katkan lahan persepsinya.
dan pengetahuan ( Soegondo, 1995 ). Kecemasan sedang; Memungkinkan
Penderita DM yang memiliki gangguan seseorang untuk memusatkan pada masalah
psikologis terutama kecemasan dan depresi yang penting dan mengesampingkan yang
meningkatkan kurangnya manajeman dan lain sehingga seseorang me- ngalami
hasil terapi dibanding- kan dengan yang tidak perhatian yang selektif, na- mun dapat
ada gangguan psikologis (Collins & melakukan sesuatu yang terarah. Kecemasan
Corcoran, 2009). Dilihat dari kenyataan berat; Sangat mengurangi lahan persepsi
dilapangan bahwa penderita Diabetes seseo- rang. Seseorang dengan kecemasan
Mellitus sering datang ke Puskesmas dan berat cenderung untuk memusatkan pada
dilakukan pemeriksaan gula darah banyak sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak
penderita Diabetes Mellitus yang gula dapat berpikir tentang hal lain. Panik
darahnya naik atau tidak terkendali, ada yang berhubungan dengan ter- perangah, ketakutan
kadar gula darahnya naik hingga 400 mg/dL. dan teror karena mengalami kehilangan
Depresi berkaitan erat dengan hiper- gliemia kendali. Orang yang sedang panik tidak
dan meningkatkan resiko tim- bulnya mampu me- lakukan sesuatu walaupun
komplikasi DM (Lustman et al, 2000), dengan pe- ngarahan.
penyakit jantung koroner (De Groot et al, Respon Fisiologis terhadap Kecemasan
2001). Pasien DM dengan depresi juga meliputi: Kardio vaskuler; terjadi peningkatan
kurang suka terhadap te- rapi medis dan libih tekanan darah, pal- pitasi, jantung berdebar,
suka untuk mem- biarkan dari pada penerita denyut nadi meningkat, tekanan nadi
DM tanpa depresi (Kinder et al, 2002; Di menurun, syok dan lain-lain. Respirasi terjadi
Matteo et al, 2000). Pada penelitian yang perubahan napas cepat dan dangkal, rasa
dilaksanakan oleh Barker et al orang dewasa tertekan pada dada, rasa tercekik. Kulit terjadi
Amerika didapatkan bahwa 19,5 % perasaan panas atau dingin pada kulit, muka
terdiagnosa cemas dengan DM dan 10,9% pucat, berkeringat seluruh tubuh, rasa ter-
tanpa DM. a penelitian yang dilaksanakan bakar pada muka, telapak tangan berkeringat,
gatal-gatal. Gastro intes- tinal akan mengeluh memelihara atau mengatasi masalah-masalah
anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa dan meningkatkan kesehatannya. Guna
ter- bakar di epigastrium, nausea, diare. Dan membantu pengendalian kadar gula darah
pada sistem neuromuskuler dapat oleh karena itu peneliti tertarik dengan tujuan
menyebabkan reflek meningkat, reaksi untuk mengetahui sejauh mana gambaran
kejutan, mata berkedip-kedip, insom- nia, faktor-faktor yang pempengaruhi
tremor, kejang, wajah tegang, gerakan lambat. terkendalinya kadar gula darah pada pasien
Insiden Diabetes Mellitus mengalami Diabetes Mellitus di Puskesmas Pakis
peningkatan dan di indonesia menempati Surabaya. Adanya efek yang membahayakan
urutan ke-4 menurut Badan Kesehatan Dunia tersebut maka diperlukan adanya strategi
( WHO ). Prevalensi Diabetes Mellitus dari pelaksanaan, dokter dan ahli gizi serta
jumlah penduduk di indonesia ± 1,5 % tiap tindakan mandiri perawat seperti memantau
tahun. Sehingga diperkirakan bahwa terdapat kadar gula darah, motivasi klien untuk
minimal 30.000 penderita Diabetes Mellitus memantau kadar gula darah dan memberikan
di Surabaya, 300.000 di Jawa Timur dan penyuluhan tentang pentingnya memantau
2.500.000 di seluruh Indonesia. Tahun 1994 kadar gula darah. Dengan diberikannya
terdapat 110,4 juta penderita Diabetes penyuluhan diharapkan klien dapat
Mellitus di dunia ( Tjokroprawiro, 2003 ). mengetahui cara pengendalian kadar gula
Tahun 2000 di Indonesia diperkirakan darah dan dapat menghindari peningkatan
terdapat 4 juta dan 175,4 juta penderita kadar gula darah dengan demikian dapat
Diabetes Mellitus diseluruh dunia. menurunkan kadar gula darah dan juga
Berdasarkan studi pendahuluan yang menghindari timbulnya komplikasi untuk
dilakukan oleh penulis di Puskesmas Pakis klien dianjurkan untuk rutin kontrol dan
Surabaya didapatkan 11 dari 20 orang yang mengikuti olahraga diabetes dan pemberian
menderita penyakit Diabetes Mellitus yang penyuluhan keluarga agar keluarga turut
datang ke Puskesmas dan dilakukan mendukung program pemantauan kadar gula
pemeriksaan gula darah didapatkan gula darah penderita.
darahnya naik atau tidak terkendali, ada yang
kadar gula darahnya naik hingga 400 mg/dL. METODE
Jika kadar gula darah tidak terkontrol,
komplikasi-komplikasi diabetes mellitus yang Berdasarkan tujuan penelitian, desain
timbul misalnya pada mata, jantung, saraf dan penelitian yang digunakan adalah desain
dapat terjadi komplikasi yang akut seperti deskriptif korelasi dimana desain penelitian
hipoglikemi dan ketoasidosis diabetikum yang digunakan bertujuan untuk
(KAD) dimana jika tidak segera ditangani menghubungkan tingkat kecemasan dengan
komplikasi tersebut dapat membahayakan kadar gula darah pada pasien Diabetes
klien. Melihat permasalahan tersebut diatas Mellitus di Puskesmas Pakis Surabaya.
maka yang bisa dilakukan untuk memotivasi Variabel independent penelitian ini adalah
penderita diabetes mellitus dalam faktor tingkat kecemasan, Variabel
menjalankan pengendalian kadar gula darah dependent pada penelitian ini adalah kadar
dengan baik adalah mengatur diit setiap gula darah. Populasi dalam penelitian ini
penderita sesuai dengan prinsip 3J yaitu adalah seluruh penderita Diabetes Mellitus
jumlah makanan, jenis dan jadwal makan. yang periksa ke Puskesmas Pakis Surabaya
Menganjurkan penderita untuk aktifitas fisik berjumlah 40 orang. Sampel pada penelitian
sesudah makan. Menyarankan pasien untuk ini adalah seluruh terkendalinya kadar gula
minum obat secara teratur. Memberikan suatu darah pada pasien Diabetes Mellitus di
informasi baik melalui komunikasi, edukasi Puskesmas Pakis Surabaya. Teknik sampling
atau penyuluhan kesehatan ( KIE ) di yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Puskesmas atau institusi kesehatan dengan “Total Sampling” yaitu teknik penetapan
pemberian leaflet dan brosur, selain juga sampel dengan cara memilih sampel dengan
pendekatan yang dilakukan oleh petugas mengambil semua populasi yang ada.
kesehatan kepada penderita diabetes mellitus
sangat penting melalui kunjungan rumah.
Memberikan pembelajaran kepada penderita
agar mau melakukan tindakan-tindakan untuk
HASIL Tabel 4 Karakteristik responden berdasarkan
pekerjaan di Puskesmas Pakis
Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan Surabaya
usia di Puskesmas Pakis Surabaya No. Pekerjaan Jumlah Prosentase
No. Usia Jumlah Prosentase 1. PNS 1 2,5%
1 ≤ 20 - 0% 2. Swasta 2 5%
tahun 3. Wiraswasta 6 15%
2 21-40 - 0% 4. IRT 30 75%
tahun 5. Tidak 1 2,5%
3 41-60 30 75% bekerja
tahun Jumlah 40 100%
4 > 61 10 25% Berdasarkan tabel 4 karakteristik
tahun responden berdasarkan pekerjaan yang paling
Jumlah 40 100% banyak adalah IRT 30 orang ( 75% )

Berdasarkan tabel 1 karakteristik responden Tabel 5. Karakteristik responden berdasarkan


berdasarkan usia, yang paling banyak faktor diit di Puskesmas Pakis
berusia 41-60 tahun yaitu 30 orang ( 75% ) Surabaya
No. Faktor Jumlah Prosentase
Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan Diit
jenis kelamin di Puskesmas Pakis 1. Patuh 28 70%
Surabaya 2. Tidak 12 30%
No. Jenis Jumlah Prosentase Patuh
Kelamin Jumlah 40 100%
1 Laki-laki 8 20% Berdasarkan tabel 5 menunjukkan
2 Perempuan 32 80% bahwa faktor diit yang patuh dalam
Jumlah 40 100% mengendalikan kadar gula darah yaitu
sejumlah 28 orang ( 70% )
Berdasarkan tabel 2 karakteristik
responden berdasarkan jenis kelamin, yang Tabel 6. Karakteristik responden berdasarkan
paling banyak adalah Perempuan yaitu 32 faktor aktivitas fisik di Puskesmas
orang (80%) Pakis Surabaya
No. Faktor Jumlah Prosentase
Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan Aktivitas
Pendidikan di Puskesmas Pakis Fisik
Surabaya 1. Melakukan 33 82,5%
No. Pendidikan Jumlah Prosentase 2. Tidak 7 17,5%
1. SD 15 37,5% Melakukan
2. SMP 17 42,5% Jumlah 40 100%
3. SMA 8 20% Berdasarkan tabel 6 menunjukkan
4. Perguruan - 0% bahwa faktor aktivitas fisik yang melakukan
Tinggi aktivitas untuk mengendalikan kadar gula
Jumlah 40 100% darah yaitu 33 orang (82,5%).

Berdasarkan tabel 3 karakteristik Tabel 7. Karakteristik responden berdasarkan


responden berdasarkan pendidikan paling faktor pengetahuan di Puskesmas
banyak adalah SMP 17 orang ( 42,5% ) Pakis Surabaya bulan Juni 2014
No. Faktor Jumlah Prosentase
Pengetahuan
1. Ringan 13 32,5%
2. Sedang 15 37,5%
3. Berat 12 30%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan kecemasan dengan kadar gula darah sewaktu.
bahwa faktor pengetahuan yang Kondisi kronis ini dan kom- plikasi dapat
berpengetahuan baik yaitu sejumlah 13 orang menyebabkan timbulnya kecemasan pada
( 32,5% ), cukup 15 orang ( 37,5% ) dan pasien. Menurut pe- nelitian yang dilakukan
kurang sebanyak 12 orang ( 30% ). oleh Sudiyanto (2003) pada hewan coba
terjadi pe- ningkatan aktivitas
Tabel 8. Karakteristik responden berdasarkan neurotransmiter se- rotonin dan dopamin
terkendalinya kadar gula darah di yang dapat me- ningkatkan kecemasan. Hal
Puskesmas Pakis Surabaya ini terjadi pada pasien DM yang dapat dise-
No. Terkendalinya Jumlah Prosentase babkan oleh faktor biologik, yang
Kadar Gula menyebabkan timbulnya reaksi saraf otonom
Darah yang berlebihan dengan me- ningkantnyan
1. Baik 5 12,5% sistem saraf simpatis yang melepaskan
2. Sedang 5 12,5% ketakolamin dan meningkatnya metabolik
3. Buruk 30 75%
norepinefrin. Pasien yang mengalami DM
Jumlah 40 100%
terutama DM kronis dapat menimbulkan
Berdasarkan tabel 8 menunjukkan
kece- masan terutama yang telah timbul
bahwa terkendalinya kadar gula darah yang
komplikasi. Pada penelitian ini res- ponden
baik yaitu sejumlah 5 orang ( 12,5% ),
sudah mengalami kompilkiasi dan 40 %
sedang 5 orang ( 15% ) dan buruk sebanyak
diantaranya komplikasi lebih dari satu jenis
30 orang ( 75% ).
komplikasi. Cannon da- lam Syarif (1988)
menjelaskan bahwa kecemasan dapat
Tabel 9. Tabulasi silang kecemasan dengan
menimbulkan gliko- suria pada kucing dan
kadar gula
orang normal. Stres emosi dapat
menimbulkan gang- guan metabolisme
Penget Kecemasan Tot
ahuan al
karbohidrat pada orang normal yang non-
Ringan Sedang Berat diabetik. Pada penderita DM proses
pengaturan ini mengalami ganguan akibat
Ju Pro Ju Pro Jum Pro haemo- statik equelibtrium tidak adekuat.
m sent m sent lah sent Emosi dapat menambah beratnya kondisi
la ase la ase ase gangguan metabolik pada DM. Pada
Terken h h penderita DM sistem saraf pusat dan
dali pengeluaran epineprin dapat mening- katkan
Baik 4 80 1 20 - - 5 5 pemecahan glikogen oleh he- par. Hal ini
% %
membuktikan bahwa stres emosi dapat
Sedang 2 40 2 40 1 20 5 5
% % %
menimbulan terjadinya hiperglikemia akibat
Buruk 7 23,3 12 40 11 36,7 30 30 pengaturan meka- nisme fisologik mengalami
% % % keterba- tasan sehingga menyebabkan gang-
Jumlah 13 15 12 40 guan pengaturan metabolisme karbo- hidrat
sehingga sulit untuk mencapai angka normal.
Mekanisme pataofisiologi keter- kaitan
Berdasarkan tabel 10 menunjukkan antara depresi dengan diabetes masih sedikit
bahwa ada hubungan antara faktor yang diketahui, tetapi ada satu kemungkinan
kecemasan dengan terkendalinya gula darah. adanya kesa- lahan pengaturan fisiologi pada
Hal ini ditunjukkan bahwa responden yang mul- tipel sistem perkembnagan proses
terkendali gula darahnya baik 80% tingkat peradangan, tidak berfungsinya hipo-
kecemasannya ringan, terkendali gula talamus-pituitary –adrenal (HPA) axis
darahnya buruk 23,3% tingkat kecemasannya dengan hiperkortison sebagai sin- drome
ringan. metabolisme (Musselman et al. 2003).
Menurut Lane et al (2000) kece- masan dapat
PEMBAHASAN meningkatkan kadar gula darah meskipun
pada HBA1c lemah kemaknaannya. Stres
Berdasarkan hasil uji Kolmogorove dapat mening- katkan hormon ACTH yang
Sminornove test terdapat hubungan yang akan mengaktifkan korteks adrenal untuk
signifikan (p=0,011) antara tingkat mensekresi hormon glukokortikoste- roid
yang akan meningkatkan gluko- neogenesis SIMPULAN
sehingga kadar gula darah akan meningkat
(Sholeh, 2002). Stres merangsang HPA axis Berdasarkan hasil penelitian dapat
dan menye- babkan perubahan beberapa disimpulkan sebagai berikut : 1). Tingkat
hormon, peningkatan konsentrasi kortisol se- Kecemasan responden 32,5 % cemas
rum dan berkurangnya hormon seks dan ringan, 37,5 % cemas sedang dan 30 %
aktivitas insulin serta peningkatan glukosa mengalami cemas berat. 2). Kadar gula darah
darah (Bjorntorp et al 1997). Pada penelitian puasa antara 80 – 109 mg% sebanyak 12,5
yang dila-kukan oleh Tarno (2004) tidak ada %, 110-125mg% sebanyak 12,5% dan lebih
hubungan antara cemas dan depresi dengan dari 126 mg%. sebanyak 75% 3). Terdapat
kadar gula darah. Hal ini Karena tingkat hubungan yang signifikan (p=0,021) antara
cemas yang terjadi pada responden bersifat tingkat kecemasan dengan kadar gula darah
ringan. pada responden. Saran pada penelitian adalah
Cemas ringan masih dalam batas 1). Pada pera- watan pasien DM hendaknya
fisiolo-gis dan mekanisme fisiologik masih faktor psikologis juga mendapat per-hatian
yang sama dengan faktor fisik. 2). Berikan
dapat berjalan secara adekuat. Menurut Van
pendidikan kesehatan kepada pasien DM
Son et al, 2011 me- nyatakan bahwa kondisi guna mengurangi tingkat kecemasan agar
emosional penderita DM mengurangi kualitas kadar gula darah dapat terkontrol.3). Untuk
ke- hidupan, menggangu kontrol glikemia penelitian berikutnya hendaknya besar
dan meningkatkan resiko timbulnya sampel lebih banyak. 4). Perlu dilakukan
komplikasi serta meningkatkan angka edukasi pada penderita DM guna
kematian. Diabetes Melitus berhu- bungan menurunkan tingkat kecemasan dan
mengontrol kadar gula darah.
dengan meningkatnya faktor resiko pada
beberapa gangguan psi- kiatrik khususnya
depresi dan kece- masan (Coolin et al, 2009). DAFTAR PUSTAKA
Hal ini diperkuat dari hasil penelitian yang Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Cet.
dilakukan oleh Lustman et al, 2000 bahwa 25. Jakarta : Kompas Gramedia
penderita DM yang mempunyai gangguan Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur
psiaktrik akan mening- katkan resiko Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
berkuragnya hasil pengobatan dan Azwar, S. 1998. Metode Penelitian. Jakarta :
manageman pengelo- laan DM dibandingkan EGC
Brunner and suddarth. 2000. Keperawatan
pada orang yang tanpa gangguan psikiatrik. Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Depresi memiliki hubungan yang erat dengan
hiperglikemia dan mening- katnya resiko Fajri, Em dkk. 2000. Kamus Lengkap Bahasa
komplikasi DM (de Groot et al, 2001) dan Indonesia. Jakarta : EGC
penyakit jantung (Kinder et al, 2002). Masyhuri & Zainuddin, M. 2008. Metodologi
Penderita DM dengan depresi juga kurang Penelitian Pendekatan Praktis dan
Aplikatif. Bandung
suka terhadap pengobatannya (DiMatteo et
Notoatmodjo. 2008. Konsep dan Penerapan
al, 2000). Menurut pendapat peneliti Metodologi Penelitian Ilmu
penyakit DM dapat menimbulkan kecemasan Keperawatan Riset. Edisi 2. Jakarta :
terutama yang sudah kronis dan timbul Salemba Medika
komplikasi, disisi lain kecemasan pada Notoatmodjo, S. 2003. Metodologi Penelitian
penderita DM dapat meingkatkan ka- dar Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
gula (hiperglikemia). Untuk itu edukasi pada Nursalam, Siti Pariani. 2001. Pendekatan
Praktis Metodologi Riset
penderita DM sangat dibutuhkan guna
Keperawatan. Jakarta : Salemba
mengurangi tingkat kecemasan dan Medika
mengontrol kadar gula darah. Nursalam, Soekidjo. 2005. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Nursalam. 2003. Metode Riset Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Pamela. J. Brink, Marylin J. Wood. Langkah
Dasar Dalam Perencanaan Riset
Keperawatan. Jakarta : EGC
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan. Jakarta :
EGC
Pranandji, D, K. 2002. Perencanaan Menu
Untuk Penderita Diabetes Mellitus.
Jakarta : Penebar Swadaya
Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset
Keperawatan. Yogyakarta : Graha
Ilmu
Soegondo dr sidartawan, dkk. 2000.
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Terpadu. Jakarta : FKUI
Soewondo, P. 2002. Pemantauan
Pengendalian Diabetes Mellitus;
dalam Penatalaksanaan Diabetes
Mellitus Terpadu. Jakarta : FKUI
Suyono, dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Tjokroprawiro, Askandar. 2000. Diabetes
Mellitus Klasifikasi, Diagnosa dan
Terapi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama

Anda mungkin juga menyukai