21 1015 1 PB PDF
21 1015 1 PB PDF
RESEARCH ARTICLE
HUBUNGAN ANTARA KADAR GLUKOSA DARAH ACAK PADA SAAT MASUK INSTALASI GAWAT
DARURAT DENGAN HASIL KELUARAN KLINIS PENDERITA STROKE ISKEMIK FASE AKUT
ABSTRAK
Latar belakang. Kadar glukosa darah yang tinggi terjadi pada 20-50% pasien stroke iskemik akut.
Hiperglikemia dapat memperberat gangguan neurologis pasien.
Tujuan. Mengetahui hubungankadar glukosa darah acak dengan keluaran stroke iskemik akut yang diukur
dengan menggunakan NIHSS.
Metode. Penelitian observasional yang menggunakan stroke registry pasien stroke iskemik fase akut
Sejumlah 38 pasien dilibatkan dalam penelitian ini.
Hasil. Hasil uji korelasiSpearman menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara kadar glukosa
darah acak dengan NIHSS keluar (p=0.548), tetapi antara kadar glukosa darah acak dengan NIHSS masuk
menunjukkan hubungan yang bermakna (p = 0.011). Hasil uji Chi-Square antara kadar glukosa darah acak
dengan NIHSS keluar menunjukkan hubungan yang tidak bermakna (p = 1), sebaliknya antara kadar
glukosa darah acak dengan NIHSS masuk dan perbaikan menunjukkan hubungan bermakna (p = 0.024 dan
p = 0.047).
Simpulan. Tidak ada hubungan antara kadar glukosa darah acak saat masuk IGD dengan hasil keluaran
klinis pasien stroke iskemik akut. Namun, kadar glukosa darah acak normal menunjukkan perbaikan yang
lebih baik dan cenderung memiliki hasil keluaran yang lebih baik.
Kata kunci: Stroke iskemik fase akut, kadar glukosa darah acak, NIHSS
ABSTRACT
Background. High blood glucose level occurs on 20-50% acute ischemic stroke patients. Hyperglycemia
can worsen neurology disorder of patients.
Objective. To find out the relationship between random blood glucose level and clinical outcome on
patients with acute ischemic stroke measured with NIHSS.
Methods. Observational using stroke registry of acute ischemic stroke patients. There are 38 patients
involved in this research.
Results. Using Spearman shows an insignificant correlation between random blood glucose level and
NIHSS output (p=0.548). However, random blood glucose level and NIHSS input shows a significant
correlation (p=0.011). The result of Chi-Square test on correlation between random blood glucose level and
NIHSS output shows an insignificant correlation (p=1), in contrast, random blood glucose level and NIHSS
input and improvement shows a significant correlation (p=0.024 and p=0.047).
Conclusion. There is no correlation between random blood glucose level at initial care and clinical outcome
on patients suffering acute ischemic stroke. However, normal random blood glucose level shows had
better improvement and they had tendency to get better outcome.
Keywords: Acute Ischemic Stroke, Blood Glucose Level, NIHSS, Outcome, Improvement
Korespondensi: badroel2007@yahoo.com
52
53 Munir, et al.
Relationship Between the Random Blood Glucose Levels
Square.Untuk uji normalitas data digunakan uji Pemeriksaan NIHSS yang tercantum dalam 13 poin
Shapiro Wilk. Seluruh proses analisis data pemeriksaan yang dilakukan pada hari pertama
dilakukan dengan program aplikasi SPSS 20.0 masuk rumah sakit dan di akhir perawatan, lalu
Windows. diamati perubahan skornya. Selain kadar glukosa
darah acak dan skor NIHSS, dilakukan juga
HASIL PENELITIAN pengambilan data berupa usia, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, riwayat stroke sebelumnya,
Dari pengambilan data, telah didapatkan sampel
riwayat hipertensi, riwayat dislipidemia, riwayat
sebanyak 38 pasien stroke trombosis akut yang
diabetes mellitus, tekanan darah, SGOT, SGPT,
terbagi menjadi 3 kelompok berdasarkan kadar
ureum, kreatinin, berat badan, tinggi badan,
glukosa darah acak. 12 pasien memiliki kadar
kolesterol, trigliserida, High Density Lipoprotein
glukosa darah acak <110 mg/dl, 15 pasien memiliki
(HDL), Low Density Lipoprotein (LDL), dan asam
kadar glukosa darah acak 110-199 mg/dl, dan 11
urat yang diharapkan dapat menunjang penelitian.
pasien memiliki kadar glukosa darah acak >199
mg/dl.
Trigliserida
Normal (34-143) 25 65.79% 137.21 67.89
Tidak Normal 13 34.21%
Kolesterol 205.67 75.22
Normal (130-220) 26 68.42%
Tidak Normal 12 31.58%
Asam Urat
Normal (2-6) 30 78.95% 5.03 1.40
Tidak Normal 8 21.05%
Ureum
Normal (20-40) 31 81.58% 32.31 19.55
Tidak Normal 7 18.42%
Kreatinin 0.94 0.59
Normal (< 1.2) 31 81.58%
Tidak Normal 7 18.42%
SGOT 24 19.18
Normal (0-32) 32 84.21%
Tidak Normal 6 15.79%
SGPT 21.42 19.89
Normal (0-33) 35 92.11%
Tidak Normal 3 7.89%
Setelah sampel data total skor NIHSS masuk dan dan keluar) bermakna atau tidak, yang dapat
keluar didapatkan, lalu dilakukan penggolongan dilihat pada Tabel 2. Uji Chi-Square menunjukkan
sesuai dengan kriteria (0=tidak ada gejala stroke, bahwa NIHSS masuk dan perbaikan menunjukkan
1-4=stroke ringan, 5-15=stroke sedang, 16- perbedaan yang bermakna secara statistik dimana
20=stroke sedang-berat, dan 21-42=stroke berat). p-value kurang dari 0.05, tetapi tidak ada
Uji Chi-Square dilakukan untuk mengetahui hubungan yang bermakna antara kadar glukosa
perbedaan kategori NIHSS masuk, keluar, dan darah acak dengan NIHSS keluar.
perbaikan (selisih antara total skor NIHSS masuk
Tabel 2. Deskripsi kategori NIHSS Masuk, Keluar, dan Perbaikan
Glukosa ≤199 Glukosa >199 p
mg/dl mg/dl
(n=27) (n=11)
NIHSS Masuk
Tidak Ada Gejala + Stroke Ringan (%) 6 (46.2%) 7 (53.8%) 0.024
Stroke Sedang + Stroke Sedang-berat + Stroke Berat (%) 21 (84%) 4
(16%)
NIHSS Keluar (Keluaran)
Tidak Ada Gejala + Stroke Ringan (%) 1
Stroke Sedang + Stroke Sedang-berat + Stroke Berat (%) 20 (69%) 9
7 (77.8%) (31%)
2 (22.2%)
Perbaikan
Ada Penurunan Skor NIHSS (%) 25 (78.1%) 7 (21.9%) 0.047
Tidak Ada Penurunan Skor NIHSS (%) 2 (33.3%) 4 (66.7%)
Uji Normalitas Keluaran. Dalam penelitian ini hasil Pada analisis uji Shapiro-Wilk diperoleh bahwa p-
analisis data pada uji normalitas dilakukan dengan value kategori kadar glukosa darah acak dan NIHSS
menggu-nakan uji Shapiro-Wilk. Adapun kriteria keluar menunjukkan 0.00. Hal ini menunjukkan
keputusan, yaitu bila nilai Sig atau p-value lebih bahwa data tersebut terdistribusi tidak normal,
besar dari α=0.05, maka data terdistribusi normal.
sehingga uji korelasi dipilih uji Spearman untuk adalah 59,05 tahun ( 11.65).30 Kelompok usia 51-
membuktikan hipotesis penelitian. 70 tahun memiliki prosentase tertinggi. Hasil
penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang
Uji Mann-Whitney. Digunakan untuk mengetahui
dilakukan oleh Dinata, Safrita, dan Sastri (2012) di
perbandingan total skor NIHSS berdasarkan
RSUD Kabupaten Solok Selatan dengan hasil
kategori kadar glukosa darah acak (normal dan
bahwa kejadian stroke tertinggi terjadi pada usia di
tidak normal). Hasil analisis uji Mann-Whitney,
atas 50 tahun dengan prosentase 81,25 %.7
didapatkan p-value = 0.043 (p < 0.05) pada total
skor NIHSS masuk dan p-value = 0.594 (p > 0.05) Usia merupakan salah satu faktor resiko utama
pada total skor NIHSS keluar. Hal ini menunjukkan stroke, insiden stroke meningkat hampir 2 kali lipat
bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna setelah melewati usia 55 tahun. Hal ini karena
antara skor NIHSS keluar dengan kelompok kadar semakin banyak stress oksidatif dan semakin luas
glukosa darah acak normal dan tidak normal. proses aterosklerosis yang terjadi sehingga
Sebaliknya, terdapat perbedaan yang bermakna melemahnya fungsi tubuh secara menyeluruh
antara skor NIHSS masuk dengan kolompok kadar terutama terkait dengan fleksibilitas pembuluh
glukosa darah acak normal dan tidak normal. darah. Memasuki usia 50 tahun, resiko stroke
menjadi berlipat ganda setiap usia bertambah 10
Uji Korelasi NIHSS Keluar. Hasil uji korelasi
tahun18. Namun, stroke juga dapat terjadi pada
Spearman dengan data kategorik antara kadar
usia muda yang sering kali disebabkan karena
glukosa darah acak dengan NIHSS keluar
adanya kelainan jantung yang mengakibatkan
menunjukkan bahwa p-value = 0.548 (p > 0.05) dan
timbulnya embolisasi.15
koefisien korelasi sebesar 0.100 dengan arah
korelasi negatif. Sementara dengan data numerik Pada usia yang lebih tua ditemukan pengurangan
antara kadar glukosa darah acak dengan NIHSS reseptor glukokortikoid yang membuat efektivitas
keluar menunjukkan bahwa p-value = 0.579 (p > umpan balik glukokortikoid berkurang. Selain itu,
0.05) dan nilai korelasi sebesar 0.093 dengan arah konsentrasi kortikosteroid untuk kembali ke
korelasi negatif. Dari hasil analisis tersebut, dapat keadaan basal membutuhkan waktu yang lebih
disimpulkan bahwa korelasi antara kadar glukosa lama dibandingkan penderita berusia lebih muda.20
darah acak dengan NIHSS keluar adalah tidak
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa mayoritas
bermakna.
penderita stroke iskemik fase akut di RSSA berjenis
Uji Korelasi NIHSS Masuk. Hasil uji Spearman kelamin perempuan. Hal ini dibuktikan melalui
dengan data numerik antara kadar glukosa darah hasil uji analisis data yang menunjukkan
acak dengan NIHSS masuk, menunjukkan bahwa p- prosentase perempuan yang mengalami stroke
value = 0.105 (p > 0.05) dan nilai korelasi sebesar iskemik sebesar 57,9%, sementara presentase laki-
0.267 dengan arah korelasi negatif. Hal itu laki hanya sebesar 42,1%. Hasil penelitian ini
menjelaskan bahwa korelasi tersebut tidak sesuai dengan hasil dengan penelitian yang
bermakna. Hasil yang berbeda ditunjukkan pada dilakukan oleh Dinata, Safrita dan Sastri (2012)
uji Spearman dengan data kategorik antara kadar yang menemukan bahwa angka kejadian stroke
glukosa darah acak dengan NIHSS masuk pada perempuan lebih tinggi dengan persentase
menunjukkan hasil p-value = 0.011 (p < 0.05) dan 54,17% dibandingkan dengan laki-laki dengan
nilai korelasi 0.406 dengan arah korelasi negatif. persentase (45.83%).7
Hasil tersebut menunjukkan bahwa korelasi antara
Berbeda dengan penelitan yang dilakukan oleh
kadar glukosa darah acak dengan NIHSS masuk
Irdawati dan Ambarwati (2009), angka kejadian
adalah bermakna dan memiliki kekuatan korelasi
stroke pada laki-laki lebih tinggi dengan persentase
yang sedang.
79,2% dibandingkan dengan perempuan dengan
persentase 20,8%.14 Hal ini sesuai dengan
DISKUSI
pernyataan Burhanuddin yang mengatakan pria
Karakteristik Subyek Penelitian. Berdasarkan hasil memiliki resiko lebih besar untuk terkena stroke
penelitian dari 38 pasien, rata-rata usia pasien pada usia dewasa awal dibandingkan wanita
yang mengalami stroke iskemik fase akut di RSSA dengan perbandingan 2:1. Walaupun pria lebih
adalah 60,58 tahun ( 12.48). Tidak jauh berbeda rawan daripada wanita pada usia yang lebih muda,
dengan hasil penelitian Yanis yang menunjukkan tetapi para wanita akan menyusul setelah usia
bahwa rata-rata usia penderita stroke iskemik mereka mencapai menopause.5
Prevalensi stroke di 3 wilayah Jakarta juga perbedaan yang bermakna secara statistik
didapatkan bahwa prevalensi stroke pada laki-laki (p=0.548). Pasien dengan kadar glukosa darah acak
sebesar 7,1% dan pada perempuan sebesar 2,8%.6 yang normal juga mengalami perbaikan yang lebih
Hal ini disebabkan karena perempuan lebih baik daripada pasien dengan hiperglikemia. Hal ini
terlindungi dari penyakit jantung dan stroke ditunjang dengan hasil analisis data yang telah
sampai umur pertengahan hidupnya (45-55 tahun) dilakukan menunujukkan adanya perbedaan yang
akibat hormon estrogen yang dimilikinya. Akan bermakna secara statistik (p=0.047). Hasil
tetapi, setelah mengalami menopause resiko penelitian ini sesuai dengan penelitian Hasibuan
perempuan sama dengan laki-laki untuk terkena dan Iqbal hanya saja menggunakan Indeks Barthel
stroke dan penyakit jantung karena estrogen yang untuk menilai keluaran pasien stroke iskemik.11,13
semula berperan sebagai pelindung terjadinya
Hasil yang didapatkan antara kadar glukosa darah
proses aterosklerosis mengalami penurunan.
acak dengan NIHSS keluar pasien stroke iskemik
Banyak wanita menopause di Kanada meninggal
fase akut tidak signifikan secara statistik (p=0.548)
akibat serangan stroke dan penyakit jantung setiap
dapat dikarenakan adanya faktor-faktor lain yang
tahunnya dibandingkan penyakit kanker.12
mempengaruhi keluaran klinis pasien stroke
Terdapat beberapa perbedaan antara penelitian ini iskemik, seperti tekanan darah yang tinggi, riwayat
dengan penelitian terdahulu. Pertama, penelitian hipertensi, riwayat dyslipidemia, kelebihan berat
terdahulu menggunakan Scandinavian Stroke badan, konsumsi alkohol dan riwayat merokok,
modified Ranking Scale (mRS) dan Indeks Barthel dimana faktor-faktor tersebut tidak
untuk mengukur keluaran pasien stroke, dipertimbangkan pada penelitian ini. Selain itu,
sedangkan penelitian ini menggunakan dapat juga dipengaruhi terapi pengobatan yang
pemeriksaan National Institute of Health Stroke diberikan kepada masing-masing pasien bisa saja
Scale (NIHSS), dimana NIHSS merupakan metode berbeda, sehingga hasil keluaran klinis pasien tidak
pengukuran derajat keparahan stroke yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya
digunakan di RSSA Malang yang dilakukan pada pemberian terapi yang tepat dan cepat pada
saat awal masuk dan pada akhir perawatan. pasien stroke iskemik fase akut dapat membantu
memperbaiki keluaran klinis pasien, sehingga dari
Kedua, penelitian ini menggunakan metode
hasil penelitian didapatkan antara kadar glukosa
penelitian observasional melalui data stroke
darah acak dengan NIHSS keluar memiliki kekuatan
registry pasien dengan mengamati hubungan
korelasi yang lemah.
kadar glukosa darah acak saat pasien masuk
instalasi gawat darurat dengan keluaran klinis Pemeriksaan kadar glukosa darah merupakan
pasien stroke iskemik fase akut yang dinilai melalui pemeriksaan yang perlu dilakukan karena
NIHSS pada akhir perawatan. Hal ini berbeda gangguan neurologis dapat pula menjadi
dengan penelitian terdahulu yang menggunakan manifestasi dari hipoglikemia atau hiperglikemia.28
metode case-control, dimana peneliti mampu Hiperglikemia dapat terjadi baik pada penderita
mendapatkan jumlah sampel yang cukup besar stroke yang memiliki riwayat diabetes
dalam waktu yang cukup singkat dan metode mellitusmaupun yang tidak. Dari beberapa literatur
kohort prospektif, dimana peneliti dapat didapatkan kadar glukosa darah yang tinggi
mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi mempengaruhi tingkat keparahan keluaran pasien
keluaran klinis dengan lebih baik. Perbedaan inilah stroke iskemik melalui beberapa cara. Pertama,
yang mungkin dapat menjadi penyebab perbedaan hiperglikemia akan menyebabkan perubahan
hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. sawar otak, edema serebri, dan kelainan
perdarahan.22 Kedua, keadaan hiperglikemia akan
Keluaran Pasien Stroke Iskemik Akut. Pada
memperparah keadaan asidosis karena adanya
penelitian ini, didapatkan hasil rata-rata kadar
penimbunan asam laktat, sehingga meningkatkan
glukosa darah acak adalah 166,74mg/dl dan rata-
pembentukan radikal bebas, mengganggu
rata total skor NIHSS keluar adalah 3,55.
transduksi sinyal intraseluler dan aktivasi dari
Berdasarkan hasil penelitian, tampak bahwa
endonuclease.3 Hal ini akan menimbulkan
terdapat kecenderungan pasien dengan kadar
kerusakan yang lebih luas pada jaringan otak.
glukosa darah acak yang normal memiliki keluaran
Ketiga, hiperglikemi akan merangsang
yang lebih baik daripada pasien yang mengalami
dikeluarkannya asam amino tertentu, terutama
hiperglikemia walaupun hal ini tidak menunjukkan
glutamat, yang berperanan penting dalam
MNJ, Vol.01, No.02, Juli 2015
Munir, et al. 58
Relationship Between the Random Blood Glucose Levels
for Undiagnosed Diabetes? Q J Med. 2003. 16. Kagansky, N., Levy, S., Knobler, H. The Role of
96; 491-497. Hyperglycemia in Acute Stroke. Arch Neurol.
5. Burhanuddin, M., Wahiduddin, Jumriani. 2001. 58;1209-1212.
2012. Faktor Resiko Kejadian Stroke pada 17. Li, P.A., Shuaib, A., Miyashita, H., He, Q.P.,
Dewasa Awal (18-40) di Kota Makassar Tahun Siesjo, B.K. Hyperglycemia Enhances
2010-2012. Diperoleh tanggal 5 Desember Extracellular Glutamate Accumulation in Rats
2013 dari http://repository.unhas.ac.id Subjected to Forebrain Ischemia. Stroke.
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000.; 31 :63.
Risiko Utama Penyakit Tidak Menular 18. Lingga, L. All About Stroke : Hidup sebelum
Disebabkan Rokok. Jakarta: Kementrian dan pasca stroke. Jakarta: Elex Media
Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Komputindo. 2013.
7. Dinata, C.A., Safrita, Y., Sastri, S.G. Gambaran 19. Lloyd-Jones, D., Adams, R., Carnethon, M.,
Faktor Risiko dan Tipe Stroke pada Pasien Simone, G., Ferguson, B., Flegal, K. 2009.
Rawat Inap di Bagian Penyakit dalam RSUD Heart Disease and Stroke Statistics-2009
Kabupaten Solok Selatan Periode 1 Januari Update : A Report From the American Heart
2010–31 Juni 2012. 2012. Diperoleh 5 Juli Association Statistics Committee and Stroke
2014 dari http//:Repository.unri.ac.id Statistics Subcommittee. Circulation. 119:e21-
8. Gentile, N.T., Michael, W., Seftchick, B.S., e181
Huynh, B.S.T, Linda, K., Kruus, et al. Decreased 20. Longstaff, A. Neuroendocrine Control of
Mortality by Normalizing Blood Glucose after Metabolism and Growth. In: Neuroscience.
Acute Ischemic Stroke. 2006 13(2):174. 1st ed. Oxford: Scientific Publisher Ltd; 2000.
9. George, B. Kapita Selekta Neurologi. Edisi ke- p274-82.
2. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 21. Lumbantobing, S.M. 2004. Neurogeriatri.
2011. pp:86-88 Jakarta: Balai Penerbit FKUI
10. Guven, H., Cilliler, A.E., Sarikaya, S.A., Koker, 22. Mardjono, M, Sidharta, P. Neurologi Klinis
C., Comoglu, S.S. The Etiologicand Prognostic Dasar. PT Dian Rakyat. 2004.
Importance of High Leukocyte and Neutrophill 23. Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A.,
Counts in AcuteIschemic Stroke. Turkish : Rodwell, V.W. Harper`s Biochemistry. 24th Ed.
Journal of Neurological Sciences. 2010. USA:Simon & Schuster Company. 2006.
27;3:311-318 24. National Stroke Association. What is stroke.
11. Hasibuan, A.E., Fithrie, A., Sinurat, P.P.O., (Online). 2012.
Nasution, D. Nilai Prognostik Kadar Gula http://www.stroke.org/site/PageServer?page
Darah Kapiler dan Tekanan Darah terhadap name=stroke, diakses 10 Desember 2012.
Keluaran Stroke Iskemik Akut. Medan: 25. Parsons, M.W., Barber, P.A., Desmond, P.M.,
Majalah kedokteran Neurona. 2014. Baird, T.A., Darby, D.G., Byrnes, G., et al.
12. Heart and Stroke Foundation. A Perfect Storm 2002. Acute Hyperglycemia Adversely Affects
of Heart Disease Looming on Our Horizon. Stroke Outcome: A Magnetic Resonance
2010. Diperoleh tanggal 8 Desember 2013. Imaging and Spectroscopy Study. Annals of
www.heartandstroke.com Neurology, 52, 20–28.
13. Iqbal, M., Fridaz, M., Yaswira, R. Perbedaan 26. Sidharta, P. Neurologi Klinis dalam Praktek
Rerata Kadar Gula Darah pada Luaran Stroke Umum. Jakarta: Dian Rakyat. 2004.
Iskemik Berdasarkan Indeks Barthel. Padang: 27. Stroke Association. Stroke Statistics (Online).
Jurnal Kesehatan Andalas. 2014. http://www.stroke.org.uk/resource-
14. Irdawati, Ambarwati, W.N. Hubungan antara sheet/stroke-statistics, diakses pada tanggal
Pengetahuan dan Sikap Keluarga dengan 30 Desember 2013. 2013.
Perilaku dalam MeningkatkanKapasitas 28. Wahjoepramono, E.J. Stroke Tata Laksana
Fungsional Pasien Pasca Stroke di Wilayah Fase Akut. Jakarta: Universitas Pelita Harapan.
Kerja Puskesmas Kartasura. 2009. Diperoleh 2005.
tanggal 5 Juli 2014 dari 29. Weir, C.J., Murray, G.D., Dyker, A.G., Lees, K.R.
https://Publikasiilmiah.ums.ac.id. 1997. Is Hyperglycaemia an Independent
15. Irfan, M. Fisioterapi Bagi Insan Stroke. Predictor of Poor Outcome After Acute Stroke?
Yogyakarta: Graha Ilmu. 2010.
Results of A Long Term Follow Up Study. BMJ. Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Diambil
314:1303. tanggal 7 desember 2014.
30. Yanis, H. 2004. Pola Kadar Glukosa Darah http://eprints.undip.ac.id/12330/
pada Stroke Akut. Tesis: Program Pendidikan