Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
FORMULASI
SHAMPOO ANTIDANDRUFF (ZINK PIRITION)
Disusun Oleh:
Kelompok 6 Senin Pagi (10.00) Reguler 2012
Asti Anna Tanisa (1206244106)
Catherine (1206244623)
Intan Wulandari (1206244043)
Ridho Muhammad Sakti (1206211026)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2015
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat dengan
tujuan memenuhi tugas Laporan Praktikum Teknologi Sediaan Semi Solid.
Kami berharap laporan ini dapat menjadi suatu motivasi serta pengetahuan bagi para
pembaca. Kritik dan saran merupakan suatu hal positif yang sangat kami harapkan untuk
menjadi suatu pelajaran menuju ke arah yang lebih baik.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
3.3.5. Uji Bobot Jenis .............................................................................. 24
3.3.6. Uji Keamanan ................................................................................ 25
3.4 Kemasan dan Penandaan........................................................................... 25
3.5 Pembahasan............................................................................................... 27
BAB 4 PENUTUP .................................................................................................... 30
5.1 Kesimpulan................................................................................................ 30
5.2 Saran ......................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 31
iv
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1. DIAGRAM KULIT MANUSIA NORMAL......................................................4
GAMBAR 2. LAPISAN KULIT KEPALA DAN TENGKORAK............................................5
GAMBAR 3. KULIT KEPALA NORMA VS KETOMBE.....................................................6
GAMBAR 4. STRUKTUR KIMIA ZINK PIRITION............................................................13
GAMBAR 5.STRUKTUR KIMIA NATRIUM LAURIL SULFAT ......................................13
GAMBAR 6. STRUKTUR KIMIA COCAMIDE DEA..........................................................14
GAMBAR 7. STRUKTUR KIMIA CMC-Na.........................................................................15
GAMBAR 8. STRUKTUR KIMIA DIMETIKON..................................................................15
GAMBAR 9. STRUKTUR KIMIA METIL PARABEN........................................................16
GAMBAR 10. STRUKTUR KIMIA PROPIL PARABEN.....................................................17
GAMBAR 11. STRUKTUR KIMIA MENTOL......................................................................17
GAMBAR 12. ORGANOLEPTIS SEDIAAN........................................................................20
GAMBAR 13. UJI HOMOGENITAS SEDIAAN..................................................................21
GAMBAR 14. UJI pH.............................................................................................................21
GAMBAR 15. ALAT VISKOMETER BROOKFIELD.........................................................23
GAMBAR 16. KURVA VISKOSITAS SHAMPOO ANTIKETOMBE (ZINK PIRITION).24
GAMBAR 17. PIKNOMETER................................................................................................24
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Cukup tebal dan terdiri dari kelenjar sebasea membuat kulit menjadi
berminyak.
Jaringan ikat
Terdiri dari pembuluh darah dan syaraf.
Aponeurosis
Terdapat lapisan fibrosa.
Jaringan ikat longgar
Periosteum
Gambar 2. Lapisan kulit kepala dan tengkorak (Ellis, H. & Mahadevan, V.)
2.2. Ketombe
Ketombe, atau biasa dikenal dengan pityriasis simpleks/furfuraceae
capitis, dikarakterisasikan sebagai serpihan kecil berwarna kuning, kering
dan biasanya lengket yang terdapat pada kulit kepala, rambut, atau pakaian
dan biasanya menyebabkan kulit kepala terasa gatal. Ketombe adalah
abnormalitas dari proses pengelupasan kulit yang terdapat pada kulit kepala.
Ketombe tidak menyebabkan inflamasi, kondisi yang biasanya ditemukan
pada penderita dermatitis seborrhea (Schwartz et al).
Ketombe disebabkan oleh 3 faktor (Schwartz et al), yaitu sekresi
kelenjar sebaseus, metabolisme mikroflora, dan kerentanan individual.
Ketombe akan muncul pada kulit kepala yang memiliki kadar sebum yang
6
2.3. Shampoo
Pembersih rambut (shampoo) merupakan salah satu kosmetik yang
sering digunakan dalam kehidupan sehari- hari. Shampoo berfungsi
membuang kotoran dari kulit kepala dan rambut. Kotoran tersebut
merupakan sebum yang diekskresikan dari kulit kepala, sisa keringat,
ketombe, debu, dan lain lain. Untuk menghilangkan kotoran tersebut,
biasanya digunakan surfaktan anionik, amfoterik, dan nonionik sebagai
7
c. Jenis-jenis Shampoo
Berdasarkan Bentuk
1. Clear liquid shampoo
Proses formulasinya mudah dan banyak menghasilkan busa. Hanya
mengandung 1 larutan zat aktif. Warna umunya transparan atau bening,
surfaktan yang digunakan seperti TEA lauryl sulfat. Berfungsi untuk
membersihkan rambut sehingga rambut menjadi lebih rapi dan teratur.
2. Liquid Cream Shampoo
Shampoo yang sangat lembut karena mengandung emollient.
Umumnya menggunakan glikol stearat untuk membentuk krim.
3. Solid Cream dan Gel Shampoo
Shampoo jenis ini konsistensinya bergantung pada massa kristal yang
pada air hangat dapat larut sehingga konsistensinya hilang dan shampoo dapat
mengalir. Biasanya disimpan dalam wadah bermulut lebar/ tube.
Konsistensinya harus tepat dan dapat distabilkan dengan menambahan Na
lauryl sulfat untuk pasta dan Na stearat untuk gel.
4. Oil Shampoo
Shampoo jenis ini kurang berbusa. Mengandung minyak sulfonat
(76%) yang terbuat dari minyak-minyak (seperti castor oil dan olive oil).
Efektif untuk menghilangkan kotoran dan minyak dari rambut.
11
5. Powder Shampoo
Shampoo jenis ini jarang digunakan karena sulit menggunakannya
serta dapat merusak rambut. Mengandung bahan aktif yang mudah larut dan
higroskopis.
6. Aerosol Shampoo
Menggunakan bahan yang biasa digunakan untuk clear liquid shampoo
yang memiliki viskositas rendah dan dicampur dengan propellan dalam
bentuk emulsi.
7. Dry Shampoo
Shampoo berbentuk bubuk yang dapat mengabsorpsi lemak dan
kotoran. Mengandung campuran absorbent seperti amilum boraks silika. Cara
penggunaannya yaitu dengan menaburkan bubuk shampoo di rambut,
dibiarkan 10 menit kemudian sikat rambut untuk menghilangkan bubuk.
Dry shampoo ini hanya untuk perawatan rambut yang lengket oleh
sebum dan bagi yang tidak punya waktu untuk menata rambut
Berdasarkan Fungsi
1. Conditioning Shampoo
Fungsinya selain untuk membersihkan rambut, dapat juga untuk
membuat rambut menjadi lebih mudah diatur, terasa lembut dan terlihat indah.
2. Baby Shampoo
Mengandung zat yang tidak mengiritasi mata, kulit dan saluran
pencernaan. Sistem surfaktan yang digunakan ialah yang lembut, seperti
surfaktan nonionik dan amfoterik.
3. Antidandruff Shampoo dan Medicated Shampoo
Berhubungan dengan aktivitas mikroba, sehingga perlu ditambahkan
germisida seperti surfaktan ammonium kuartener.
4. Acid – Balanced Shampoo
Merupakan shampoo dengan pH rendah untuk meminimalisir
kerusakan kulit kepala. pH asam ini cenderung merusak kestabilan surfakta n
dan viskositas shampoo. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan surfaktan
yang tidak dipengaruhi Ph antara 5 – 7 atau dengan membuat perpaduan
surfaktan. Biasanya digunakan surfaktan amin oksida dan amfoterik.
5. Deep Cleansing Shampoo
12
BAB 3
ISI
3.1. Praformulasi
3.1.1. Bahan
Zink Pirition
Kelarutan: Mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam kloroform,
eter.
OTT: Dengan surfaktan kationik menurunkan efektivitas SLS.
Konsentrasi: 10%.
Kegunaan: Deterjen dalam shampo.
Alasan Pemilihan: SLS sebagai pembentuk busa yang baik dalam keadaan
asam maupun basa.
Cocamide DEA
CMC-Na
Kelarutan: Praktis tidak larut dalam aseton, etanol 95%, eter, dan toluen.
Mudah terdispersikan dalam air pada berbagai temperatur.
OTT: Agen pengoksidasi.
Konsentrasi: 3-6%
Kegunaan: Suspending agent, agen viscosity-increasing.
Alasan Pemilihan: Memiliki kemampuan peningkat viskositas yang baik
dan umum digunakan dalam sediaan shampo.
Dimetikon
Kelarutan: Tidak dapat bercampur dengan etil asetat, metil etil keton,
minyak mineral, eter, kloroform, dan toluen, larut dalam isopropil miristat,
agak sukar larut dalam etanol 95%, praktis tidak larut dalam gliserin,
propilen glikol, dan air.
OTT: -
Konsentrasi: 0,5-5,0%.
Kegunaan: Antibusa.
16
Olive Oil
Kelarutan: Agak larut dalam etanol 95%, tidak bercampur dengan eter,
kloroform, karbon disulfida.
OTT: Dapat terbentuk reaksi saponifikasi dengan alkali hidroksida.
Konsentrasi: 3%.
Kegunaan: Conditioner pada shampo anti-ketombe.
Alasan Pemilihan: Banyak digunakan sebagai conditioner rambut, salah
satu jenis minyak alami dan aman digunakan.
Metil Paraben
Kelarutan: 1:2 etanol; 1:10 eter; 1:60 gliserin; praktis tidak larut dalam
minyak mineral, 1:5 propilen glikol; 1:400 air.
OTT: Surfaktan noninonik.
Konsentrasi: 0,18%.
Kegunaan: Pengawet antimikroba.
Alasan Pemilihan: Merupakan pengawet yang umum digunakan, dapat
dikombinasi dengan baik dengan propil paraben, terdapat literatur yang
mencantumkan perbandingan kombinasi metil paraben dan propil paraben.
17
Propil Paraben
Kelarutan: Mudah larut dalam aseton dan eter; 1:2500 dalam air; 1:3,9
propilen glikol; 1:250 gliserin; 1:1,1 etanol 95%.
OTT: Surfaktan nonionik.
Konsentrasi: 0,02%.
Kegunaan: Pengawet antijamur.
Alasan Pemilihan: Merupakan pengawet yang umum digunakan, dapat
dikombinasi dengan baik dengan metil paraben, terdapat literatur yang
mencantumkan perbandingan kombinasi metil paraben dan propil paraben.
Mentol
Kelarutan: Sangat mudah larut dalam etanol 95%, kloroform, eter, dan
parafin cair, mudah larut dalam asam asetat glasial, larut dalam aseton, dan
benzen, agak mudah larut dalam gliserin, praktis tidak larut dalam air.
OTT: Inkompatibel dengan butilkloral hidrat, kamfer, kloral hidrat,
kromium trioksida, beta-naftol, fenol, kalium permanganat, pirogalol,
resorsinol, dan timol.
18
Konsentrasi: 0,05-10%
Kegunaan: Pemberi bau mentol pada shampo.
Alasan Pemilihan: Memiliki bau yang segar dan sesuai dengan aroma
shampo anti-ketombe pada umumnya.
Zink Pirition 2 2 12
CMC-Na 3 3 18
19
Cocamide DEA 4 4 24
Propilen Glikol 15 15 90
Olive Oil 3 3 18
5. Larutkan metil paraben dan propil paraben dalam propilen glikol sambil
dipanaskan pada suhu 70o C.
3.3. Evaluasi
3.3.1. Pengamatan organoleptis.
Uji penampilan yang dilakukan terhadap sediaan shampo
meliputi uji pengamatan visual terhadap sediaan, seperti konsistensi,
warna, dan bau. Berdasarkan hasil pengamatan, konsistensi sediaa n
shampoo tidak terlalu kental, sedangkan warna sediaan adalah putih
kotor dan terlihat homogen. Sediaan shampo yang dihasilkan berbau
parfum yang ditambahkan akan tetapi bau mentol kurang tercium.
3.3.3. Pengukuran pH
Pengujian pH dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.
pH sediaan shampo harus sesuai dengan pH kulit rambut yaitu antara
5,5 sampai 8. pH yang tidak sesuai akan berdampak pada keadaan
normal kulit kepala.
Cara Kerja:
Kalibrasi pH meter
1. Disiapkan larutan dapar pH 7 dan pH 4
2. Dibuka tutup plastik elektroda
3. Elektroda dibersihkan menggunakan aqua deionisasi (DI), lalu
dikeringkan menggunakan tisu bersih.
4. Aktifkan tombol on/off pada pH meter
5. Elektroda yang sudah dibersihkan dimasukkan ke dalam larutan dapar
pH 7
6. Ditekan tombol CAL dua kali
7. Layar display akan menunjukaan angka, ditunggu hingga angka
tersebut tidak berubah lagi
8. Ditekan tombol CAL sekali hingga tulisan CAL pada layar display
tidak berkedip lagi
22
Cara kerja :
1. Wadah (beaker glass 250 ml) diisi dengan shampoo yang akan diuji
2. Spindle yang sesuai dipasang pada gantungan spindel. Percobaan
dilakukan dengan spindel 2.
3. Spindel diturunkan sedemikian rupa sehingga batas spindel tercelup ke
dalam krim
4. Stop kontak dipasang, diatur kecepatan putar spindel. Dinyalakan
motor dengan menekan tombol dan spindel dibiarkan berputar sampai
pembacaan stabil
5. Dicatat angka yang ditunjukkan oleh jarum merah pada skala dengan
bantuan menekan ‘clutch’ jika dilakukan dengan kecepatan tinggi serta
mematikan motor
6. Dengan mengubah-ubah kecepatan putar akan didapat viskositas pada
berbagai rpm, mulai dengan 2, 5, 10, 20, 50 rpm dan kemudian dibalik
dari 50, 20, 10, 5, 2 rpm.
7. Dihitung viskositas dan dibuat rheogramnya. Untuk menghitung
viskositas, angka pembacaan hendaklah dikalikan dengan faktor yang
24
Hasil Pengamatan
Hasil:
Sehingga
3.5 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, praktikan membuat shampo anti-ketombe yang
mengandung zink pirition sebagai zat aktif. Pada studi praformulasi praktikan
memutuskan untuk membuat 600 g shampo dengan pertimbangan 2 botol sediaan (yang
masing-masing terdiri dari 100 ml shampo) akan diserahkan saat evaluasi dan sisanya
akan digunakan untuk evaluasi.
Basis yang praktikan gunakan dalam pembuatan shampo ini adalah CMC-Na
sebagai agen peningkat viskositas. Pemilihan CMC-Na sebagai basis shampo ini adalah
CMC-Na telah banyak digunakan di berbagai jurnal, selain itu CMC-Na memiliki
kestabilan yang lebih bagus dari agen peningkat viskositas lainnya.
Evaluasi shampo ditujukan untuk mengetahui kelayakan produk shampo yang
praktikan hasilkan. Setelah melalui proses produksi, sediaan farmasi yang telah jadi harus
dievaluasi sesuai jenis sediaannya. Evaluasi shampo yang praktikan lakukan adalah uji
penampilan, uji homogenitas, uji pH, penentuan viskositas dan sifat alir, dan uji
bobot jenis.
a. Uji penampilan
Pada uji penampilan dilakukan pengamatan visual terhadap viskositas
dan warna shampo, serta dicium bau dari shampo yang diproduksi.
Berdasarkan hasil pengamatan, shampo yang praktikan hasilkan tidak terlalu
kental dan berwarna putih kotor. Terlihat homogen pada bagian luar serta
menghasilkan bau parfum yang digunakan, untuk bau mentol kurang tercium.
Penyebab sediaan kami tidak terlalu kental mungkin disebabkan karena CMC-
Na yang digunakan kurang dapat mengembang (kualitas kurang baik). Faktor
28
lain yang dapat menyebabkan sediaan tidak terlalu kental lain adalah
perhitungan air yang kurang tepat sehingga air yang digunakan terlalu banyak.
Sediaan kami juga sedikit foaming, hal ini dapat disebabkan karena kecepatan
pengadukan tidak sesuai.
b. Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui pada saat produksi shampo,
zat-zat yang ditambahkan telah terdispersi dengan baik di dalam basisnya. Pengujian
ini dilakukan dengan mengamati kehomogenan warna dan ada atau tidak terdapat
bulir-bulir akibat zat yang tidak homogen dalam sediaan. Hasilnya adalah warna
sediaan shampo kelihatan homogen serta tidak terdapat bulir-bulir dalam sediaan.
Dapat disimpulkan shampo praktikan memenuhi persyaratan uji homogenitas.
c. Uji pH
Uji pH dilakukan menggunakan larutan shampo 1% (1 gram shampo
diencerkan menggunakan 100 ml aquadest). Dari hasil pengukuran didapatkan
pH sediaan shampo kami adalah sebesar 7,18. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pH sediaan shampo anti ketombe kami masuk dalam rentang pH yang
diizinkan untuk kulit yaitu 5,5-8.
d. Penentuan viskositas dan sifat alir
Penentuan viskositas dan sifat alir dilakukan dengan menggunakan
viskometer Brookfield menggunakan spindel 2. Digunakan spindel 2 karena
sediaan shampo anti ketombe kami tidak terlalu kental sehingga masih dapat
terbaca ketika dilakukan pengukuran menggunakan spindel 2. Kecepatan
divariasikan mulai dari 2, 5, 10, 20 dan 50 rpm kemudian diturunkan kembali
dari 50 rpm, 20, 10, 5 dan 2 rpm. Setelah didapatkan hasil pembacaan (dial
reading) kemudian dibuat kurva shearing stress vs rate of sheer. Dari kurva
yang dibuat dapat dilihat bahwa sediaan shampo kami memiliki sifat alir
tiksotropik. Pada aliran tiksotropik kurva menurun berada di sebelah kiri kurva
menaik. Hal ini disebabkan karena terjadinya perubahan struktur yang tidak
kembali ke keadaan semula dengan segera apabila tekanan dikurangi.
e. Uji bobot jenis
Pada evaluasi dilakukan uji bobot jenis dengan tujuan agar praktikan
mengetahui volume shampo yang harus ditempatkan ke wadah. Hal ini karena
pada saat praformulasi, praktikan menghitung bahan-bahan yang diperlukan
dalam satuan gram. Sehingga untuk mengetahui volume yang harus diisikan
29
pada wadah dibutuhkan harga bobot jenis. Dari hasi uji bobot jenis yang telah
dilakukan, didapatkan bobot jenis sediaan shampoo anti ketompe kami adalah
0,912 g/ml. Sehingga didapatkan volume yang akan diisikan ke wadah adalah
sebanyak 109,65 mL.
30
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan evaluasi sediaan secara organoleptis, sediaan yang kami
buat tidak terlalu kental dan terjadi foaming. Akan tetapi dari segi aroma
sediaan kami berbau harum seperti bau fragrans yang digunakan akan tetapi
bau mentol kurang tercium. Jika dilihat dari hasil evaluasi pH dan viskositas,
sediaan kami memnuhi syarat. Dimana pH sediaan kami (7,18) masuk rentang
pH kulit 5,5-8. Sedangkan sifat alir yang ditunjukkan oleh sediaan kami adalah
tiksotropik.
4.2 Saran
Karena secara organoleptis sediaan kami kurang baik dan dapat
disebabkan karena kesalahan saat proses formulasi. Maka penulis
menyarankan untuk ke depannya perlu dilakukan proses praformulasi yang
lebih mendalam mengenai formula dan proses pembuatan sediaan. Sehingga
akan dihasilkan sediaan yang baik.
31
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Keputusan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.4.1745
Tentang Kosmetik.
Ellis, H., & Mahadevan, V. (2013). The surgical anatomy of the scalp. Elsevier Ltd.
Flick, Ernest W. 1997. Cosmetic and Toiletry Formulations Second Edition Volume 6.
USA: Noyes Publications.
Harry, R., & Rieger, M. (2000). Harry’s cosmeticology (8th ed.). Boston, Ma.:
Chemical Pub.
IARC MONOGRAPHS. Coconut Oil Diethanolamine Condensate.
Rowe, Raymond C.; Sheskey, Paul J.; dan Quinn, Marian E. 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. Great Britain: PhP Pharmaceutical
Press.
Schmidt-Wendtner, M.-H., Korting, H.C. (2006). The pH of the skin surface and its
impact on the barrier function. Germany: Rheinische Friedrich Wilhelm
University and Ludwig Maximilians University.
Schwartz, J.R., DeAngelis, Y.M., & Dawson, Jr. T.L. Chapter 12: Dandruff and
seborrheic dermatitis: a head scratcher.
Sweetman, Sean C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference Thirty-Six
Edition. London: PhP Pharmaceutical Press.