Anda di halaman 1dari 8

Penyusunan Basis Data Modul Penyerap Impak Internal Inversion

Rachman Setiawan1 dan Delima Yanti Sari2


1Program Studi Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung, Bandung
2Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Padang, Padang
Email: delimayanti@yahoo.com

ABSTRAK
Penggunaan modul penyerap energi impak merupakan suatu alternatif dari aplikasi
teknologi crashworthiness. Penelitian eksperimental yang komprehensif terhadap karakteristik
modul tersebut memerlukan biaya yang tinggi, sehingga simulasi komputer yang menggunakan
metode elemen hingga menjadi pilihan alternatif. Penggunaan metode elemen hingga dalam
proses perancangan melalui optimasi iteratif, biasanya membutuhkan waktu komputasi yang
cukup lama. Oleh karena itu, proses perancangan berbasis data (knowledge based design) perlu
disusun sehingga proses optimasi rancangan dapat dilakukan secara efisien dan tidak
menimbulkan permasalahan numerik. Dalam penelitian ini, perancangan berbasis data
dilakukan pada modul penyerap impak mekanisme internal inversion dengan tujuan untuk
mengetahui pengaruh dimensi modul terhadap karakteristik crashworthiness-nya, menyusun
basis data karakteristik modul yang akurat dan komprehensif, serta menyusun dan
menerapkan metodologi perancangan optimum modul berdasarkan basis data. Dalam makalah
ini akan dipaparkan proses penyusunan basis data modul penyerap impak internal inversion.

Kata kunci: Crashworthiness, internal inversion, perancangan berbasis data.

ABSTRACT
The use of impact energy absorbing modules is an alternative approach to the application of
crashworthiness technology. Comprehensive research of the characteristic of modules through
experimental method is very expensive. Alternatively, computer simulation using finite element
method can be used. Design process using iterative optimization with finite element method for
function evaluation, normally requires high computational cost. Therefore, knowledge based
design methodology is proposed in order to perform an efficient optimization process as well as to
avoid numerical problems. In this research, knowledge based design is carried out on impact
energy absorbing modules, internal inversion. The objectives of this research are to find out the
effect of module dimension to its crashworthiness characteristic, to generate an accurate and
comprehensive database of internal inversion characteristic and to propose and apply knowledge
based design methodology of internal inversion. In this paper, generating process of internal
inversion characteristics database is reported.

Keywords: Crashworthiness, internal inversion, knowledge based design.

PENDAHULUAN penyerap impak masih bersifat coba-coba, karena


kurangnya informasi mengenai karakteristik modul.
Crashworthiness didefinisikan sebagai kemampu- Untuk mencari rancangan yang feasible, dibutuhkan
an suatu struktur dalam melindungi keselamatan pemahaman karakteristik yang lebih rinci dan
kargo atau penumpang ketika terjadi tabrakan komprehensif sehingga dapat diketahui pengaruh
(impact). Manajemen penyerapan energi impak parameter perancangan dan korelasinya terhadap
pada kendaraan yang mengalami tabrakan dapat parameter crashworthiness. Untuk mengetahui
dilakukan secara terintegrasi pada struktur ken- karakteristik modul secara detail perlu dilakukan
daraan itu sendiri, atau dengan cara menambahkan banyak eksperimen. Karena eksperimen secara fisik
suatu sub-struktur yang disebut dengan modul sangat mahal dan sulit dilakukan, maka ekspe-
penyerap impak. Penggunaan modul ini dinilai rimen komputer menggunakan metode elemen
sangat menguntungkan karena parameter respon hingga menjadi pilihan untuk analisis karakteristik
impak dapat diprediksi dengan baik, modul dapat modul. Namun, simulasi/analisis elemen hingga
diproduksi maupun di-reproduksi dengan mudah dalam proses optimasi iteratif biasanya membutuh-
dan relatif murah. Selama ini perancangan modul kan waktu komputasi yang cukup lama dan sering

35
JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 12, No. 1, April 2010: 35–42

terkendala dengan permasalahan numerik seperti nisme internal inversion. Gambaran umum menge-
ill condition, ketidakstabilan, divergensi dan lain- nai karakteristik modul penyerap impak mekanisme
lain, sehingga proses optimasi atau perancangan internal inversion dan axial splitting telah diberikan
menjadi terhambat. Oleh karena itu, dalam pene- R Setiawan et. al [3].
litian ini, suatu metodologi perancangan berdasar-
kan basis data disusun untuk meminimalisasi METODE PENELITIAN
waktu dan permasalahan numerik dalam peran-
cangan modul penyerap impak yang optimal. Alur metode penelitian yang dilakukan, secara
Perancangan berbasis data adalah metode umum dapat dilihat pada Gambar 1.
perancangan yang menggunakan basis data yang Penelitian diawali dengan pembuatan model
relevan untuk memperoleh solusi optimal. Basis elemen hingga modul internal inversion yang sesuai
data tersebut berupa pasangan parameter masukan dengan eksperimen yang telah dipublikasikan oleh
dan keluaran. Dalam penelitian ini parameter Reid dan Harrigan[4]. Untuk validasi, akurasi model
masukan merupakan parameter perancangan tanpa diuji dengan memperbandingkan hasil simulasi
dimensi dan parameter keluaran berupa parameter numerik dengan hasil eksperimen. Hasil validasi
crashworthiness yang diperoleh dari analisis elemen yang dilakukan oleh R Setiawan dan Delima Yanti
hingga terhadap parameter masukan. Kemudian, Sari [5], menunjukkan bahwa hasil simulasi nume-
berdasarkan kedua parameter tersebut dikembang- rik tidak jauh berbeda dengan hasil eksperimen,
kan suatu sampel untuk memperoleh model analitik sehingga model elemen hingga tersebut cukup
sehingga dihasilkan korelasi numerik antara para- akurat untuk digunakan dalam pembuatan basis
meter masukan dan keluaran. Proses perancangan data modul internal inversion. Selanjutnya dalam
ini dikenal dengan sebutan metamodeling. Dengan makalah ini akan disajikan proses penyusunan
diketahuinya korelasi tersebut, metamodeling dapat basis data modul penyerap impak internal inversion.
digunakan untuk memprediksi nilai parameter Proses penyusunan basis data terdiri atas beberapa
keluaran dengan cara yang lebih mudah dibanding- tahap penting, yaitu:
kan dengan analisis elemen hingga. Selanjutnya,
untuk memperoleh rancangan yang optimal fungsi Mulai

eksplisit yang didapat dari proses metamodeling


digunakan dalam proses optimasi rancangan. Studi literatur : hasil penelitian terdahulu,
crashworthiness, metamodeling,optimasi
Ide dasar metamodeling adalah membangun
model prediksi dari suatu model analisis kompleks,
yang merupakan fungsi dari variabel perancangan, Pemodelan elemen hingga
serta memberi prediksi hubungan antara parameter internal inversion

performance sistem dan parameter perancangan Perbaikan model

berdasarkan harga fungsi pada beberapa titik Tidak Hasil simulasi sesuai
sampel. Titik sampel tersebut digenerasi berdasar- eksperimen(2)? Validasi model
elemen hingga
kan metode perancangan eksperimen (experimental Ya
design atau design of experiment) seperti factorial Pendefinisian parameter
input-output
design, latin hypercube dan lain-lain. Sementara itu,
nilai parameter performance sistem diperoleh Pendefinisian ruang perancangan
melalui simulasi atau analisis numerik yang
dilakukan pada tiap titik sampel. Untuk menjamin Pendefinisian titik sampling
keakuratan model yang merupakan pengganti
fungsi asli perlu dilakukan validasi terhadap model
Evaluasi fungsi
prediksi yang diperoleh. Validasi dapat dilakukan
dengan berbagai metode statistik. Setelah divalidasi,
model tersebut nantinya dapat digunakan untuk
menfasilitasi proses optimasi. Penyusunan basis data
Penyusunan
Proses optimasi berdasarkan metamodel oleh basis data
Wang et al. [1] disebut juga metamodel based-design Metamodeling
optimization (MBDO) yang secara umum terdiri
atas proses pengambilan sampel, pembentukan Optimasi
metamodel, validasi model dan optimasi bersadar-
kan metamodel. Wang et. al [2] juga memberikan Rancangan
optimal
metodologi serupa, namun dengan pendekatan
strategi adaptive MBDO dimana terdapat iterasi Selesai
proses perancangan eksperimen dan model fitting.
Dalam penelitian ini perancangan berbasis data Gambar 1. Alur Penelitian Metode Perancangan
dilakukan terhadap modul penyerap impak meka- Berbasis Data

36
Setiawan, Penyusunan Basis Data Modul Penyerap Impak Internal Inversion

1. Pendefinisian parameter masukan dan keluaran Eo/V adalah parameter keluaran energi yang
tanpa dimensi diserap per volume modul atau disebut juga efisiensi
2. Pendefinisian ruang perancangan parameter volumetrik [8]. FSS/(Dot) menggambarkan gaya
masukan. keadaan tunak relatif dibandingkan dengan penam-
3. Pengambilan sampel parameter masukan. pang pipa .
4. Analisis elemen hingga atas parameter masukan.
5. Penyusunan pasangan parameter-parameter Pendefinisian Ruang Perancangan
masukan dan keluaran secara teratur dalam file
Dalam perancangan modul penyerap impak,
basis data. terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi.
Selain harus memenuhi kriteria keselamatan,
Pendefinisian Parameter modul penyerap impak diharapkan bisa menyerap
energi secara maksimal. Untuk itu perlu dilakukan
Parameter masukan dipilih berdasarkan pada kontrol dalam perancangan modul penyerap impak
parameter perancangan tanpa dimensi. Untuk melalui pengontrolan karakteristik gaya dan defor-
modul internal inversion, parameter perancangan masi modul.
ini meliputi diameter luar pipa, Do, tebal pipa, t, Suatu modul penyerap impak dikatakan ideal
radius kelengkungan cetakan, Rd, dan panjang pipa, apabila memiliki karakteristik seperti pada Gambar
h, seperti pada Gambar 2. 3. Energi yang mampu diserap oleh modul, dapat
Untuk generalisasi kasus, ditentukan parameter dilihat pada luas daerah di bawah kurva. Gaya
masukan tanpa dimensi, yaitu Do/t dan Do/Rd. maksimum, Fmax, dibatasi oleh kriteria keselamatan.
Parameter pertama menggambarkan faktor bentuk Untuk memaksimumkan jumlah energi impak yang
dari modul pipa, sementara parameter kedua dapat diserap, diperlukan respon yang datar.
menggambarkan pengaruh radius kelengkungan
cetakan. F
Parameter keluaran harus mewakili karak-
teristik crashworthiness struktur penyerap impak, Fmax
yang antara lain harus melibatkan gaya keadaan
tunak dan energi yang diserap. Informasi mengenai
gaya keadaan tunak diperlukan dalam pemilihan
modul penyerap impak untuk suatu aplikasi. Gaya Energi yang diserap
yang terlalu besar dapat menyebabkan tingginya
perlambatan yang dirasakan oleh penumpang/
kargo. Biasanya, nilai gaya semacam ini merupakan δmax δ
suatu batas atas dalam optimasi perancangan
modul penyerap impak. Selanjutnya, penyerapan Gambar 3. Karakteristik Penyerapan Impak Ideal
energi yang tinggi merupakan sasaran optimasi Modul/Struktur [3]
rancangan modul. Namun, hal ini harus memper-
timbangkan dimensi maupun massa modul. Oleh
karena itu, dipilih Eo/V dan FSS/(Dot) sebagai
parameter keluaran.

(a) Deformasi Pipa


250

200
steady state
Gaya(kN)

150

100

50

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Deformasi (mm)

(b) Hubungan antara Gaya dan Deformasi

Gambar 2. Parameter Perancangan Internal Inversion Gambar 4. Mekanisme Internal Inversion

37
JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 12, No. 1, April 2010: 35–42

Untuk modul penyerap impak internal inversion, Penyusunan Basis Data


karakteristik yang diinginkan adalah seperti
terlihat pada Gambar 4. Dengan kondisi gaya yang Setelah diperoleh, hasil analisis diolah dan
keadaan tunak, tidak terjadi peningkatan gaya yang dipilih untuk mendapatkan parameter crashwor-
diteruskan ke penumpang, dan energi yang diserap thiness yang dibutuhkan yaitu gaya keadaan tunak
lebih maksimal. dan energi yang diserap. Parameter ini kemudian
diubah menjadi parameter keluaran FSS/(Dot) dan
Sampling Parameter Masukan Eo/V dan disimpan dalam suatu file yang terdiri
dari pasangan parameter masukan dan keluaran
Setelah diketahui batas-batas ruang perancangan tersebut.
modul internal inversion, langkah selanjutnya
dalam penyusunan basis data adalah pendefinisian HASIL DAN PEMBAHASAN
titik sampel (training data) dalam ruang perancang-
an, yang dilakukan dengan teknik perancangan Ruang Perancangan
eksperimen (Design of Experiment). Training data
adalah sekumpulan terbatas dari data yang di- Dari hasil observasi atas simulasi modul internal
maksudkan sebagai parameter masukan. Parameter inversion yang dilakukan dengan variasi diameter
ini berupa kombinasi parameter perancangan pipa, ketebalan pipa dan radius kelengkungan
modul, yaitu Do/t dan Do/Rd. Karena karakteristik cetakan, terdapat beberapa mekanisme dan karak-
modul belum diketahui, maka dibutuhkan titik teristik penting, yaitu:
sampel yang tersebar merata dalam ruang peran- 1. Dengan meningkatnya ketebalan pipa, gaya
cangan. Hal ini bertujuan agar informasi karak- yang dibutuhkan untuk menginversi pipa
teristik modul dapat dikumpulkan secara maksimal. semakin besar. Grafik respon gaya terhadap
Dalam perencanaan terdapat beberapa strategi deformasi juga mengalami peningkatan. Pengaruh
untuk mendefinisikan distribusi titik sampel. ketebalan pipa terhadap respon gaya-deformasi
Strategi tersebut tergantung pada pemilihan model untuk beberapa diameter pipa dan radius
prediksi dan kriteria statistik yang dipakai. Dalam kelengkungan cetakan dapat dilihat pada
penelitian ini, metode Latin Hypercube Sampling Gambar 5.
(LHS) [7] digunakan untuk menghasilkan titik Jika dibandingkan dengan Gambar 4, karak-
sampel secara acak. Metode ini dipilih, karena teristik gaya keadaan tunak yang cukup baik
mampu menjamin distribusi titik sampel yang terjadi pada rasio Do/t ≥ 40 . Untuk rasio Do/t <
seragam untuk setiap variabel perancangan[7]. 40 respon gaya terhadap deformasi menunjukkan
perilaku nosing, yaitu gaya terus mengalami
Analisis Elemen Hingga peningkatan. Hal ini tidak diinginkan dari suatu
modul penyerap impak, selain karena besarnya
Analisis elemen hingga dilakukan dengan bantu-
gaya dibatasi oleh kriteria keselamatan, energi
an Ansys/Ls-Dyna versi 9. Sementara itu, pem-
penyerapan juga menjadi tidak maksimal untuk
buatan model elemen hingga dilakukan secara
panjang stroke yang sama. Dari Gambar 4 dan 5,
parametrik sesuai dengan model yang telah
terlihat bahwa karakteristik respon gaya-defor-
divalidasi [5]. Dalam pembuatan model, data para-
masi ini terjadi secara konsisten pada diameter
meter masukan yang diperoleh dari perancangan
yang berbeda. Dengan demikian diungkapkan
eksperimen diubah menjadi dimensi nyata yang
bahwa karakteristik gaya keadaan tunak yang
berupa ketebalan dan radius kelengkungan cetakan
dengan diameter tertentu. Kemudian, model elemen diinginkan diperoleh pada Do/t ≥ 40.
hingga yang didapat dianalisis secara massal 2. Radius kelengkungan cetakan sangat berpenga-
dengan looping untuk tiap parameter masukan, ruh terhadap proses inversi. Di satu sisi, radius
sehingga diperoleh satu file hasil untuk tiap kombi- kelengkungan yang terlalu kecil akan mem-
nasi ketebalan pipa dan radius cetakan. Untuk tiap berikan hambatan dalam proses inversi sehingga
diameter yang sama akan dihasilkan jumlah file menghasilkan respon gaya dengan fluktuasi
sesuai dengan jumlah titik sampel. File tersebut yang besar. Di sisi lain, radius kelengkungan
berupa dokument teks yang memuat data para- yang terlalu besar akan menyebabkan terjadinya
meter crashworthiness seperti deformasi, gaya mekanisme nosing. Kedua hal ini harus di-
kontak dan energi yang diserap terhadap waktu. hindari dalam perancangan modul internal
Data deformasi diambil dari perpindahan/stroke inversion. Untuk itu perlu ditentukan radius
yang dialami oleh penumbuk, sedangkan gaya kelengkungan cetakan yang optimal untuk
kontak diambil dari resultan gaya interface antara mendapatkan proses inversi yang ideal. Dari
pipa dan pembatas bawah. Selain itu, data energi observasi terhadap beberapa simulasi, diperoleh
yang diserap pipa, diambil langsung dari option grafik gaya terhadap deformasi seperti terlihat
keluaran energi yang sudah tersedia. pada Gambar 6 dan 7.

38
Setiawan, Penyusunan Basis Data Modul Penyerap Impak Internal Inversion

350
Do/t =101.6 Pada rasio Do/Rd yang lebih besar, sebagaimana
300
Do/t =67.73 ditunjukkan pada Gambar 6(a) dan 7(a), respon
Do/t =50.8
gaya-deformasi sangat berfluktuasi sebagai
Do/t =40.64
250 Do/t =33.866 akibat dari radius kelengkungan cetakan yang
Do/t =29.028 sangat kecil. Namun, pada rasio Do/Rd yang
200
lebih kecil, sebagaimana ditunjukkan pada
Gaya (kN)

150
Gambar 6(c) dan 7(c) terjadi perilaku nosing
karena radius kelengkungan cetakan terlalu
100 besar. Perilaku ini juga terjadi secara konsisten
pada diameter yang berbeda.
50

100
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40

Deformasi (mm) 80

(a) Do=76,2mm, Do/Rd =16,93


Do/Rd=76,2
Do/t =101.6 60

G aya (kN )
600 Do/Rd=50,8
Do/t =67.73
Do/Rd=38,1
Do/t =50.8
40
Do/Rd=30,48
500 Do/t =40.64
Do/t =33.866
Do/ t =29.028 20
400
Gaya (kN)

300 0
0 5 10 15 20 25 30 35

Deformasi (mm)
200

(a) Do/Rd > 25,4


100

100

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
80
Deformasi (mm)
Do/Rd=10,88

(b) Do=101,6 mm, Do/Rd = 20,32 Do/Rd=12,7


60
G aya (kN )

Do/Rd=15,24
600 Do/Rd=19,05
Do/t=101.6
40
Do/t=72.57 Do/Rd=21,77
500 Do/t=56.44 Do/Rd=25,4
Do/t=46.18
20
400 Do/t=39.08
G aya (kN

300 0
0 5 10 15 20 25 30 35

Deformasi (mm)
200

(b) 10,88 ≤ Do/Rd ≤ 25,4


100
100

0
0 10 20 30 40 50 60
80
Deformasi (mm)

(c) Do=127 mm, Do/Rd = 12,7 Do/Rd=8,02


60
Do/Rd=8,46
G a ya (kN )

Gambar 5. Pengaruh Ketebalan Pipa pada Respon Do/Rd=8,96

Gaya-Deformasi 40 Do/Rd=9,52

Gambar 6 memperlihatkan respon gaya-defor- 20

masi dengan skala yang sama untuk Do 76,2 mm


dan ketebalan 0,75 mm dengan variasi radius 0
kelengkungan cetakan. Gambar 7 memper- 0 5 10 15 20 25 30 35

lihatkan respon gaya-deformasi untuk diameter Deformasi (mm)

luar pipa 101,6 mm dan ketebalan 1,5 mm. (c) Do/Rd < 10
Gambar 6(b) dan 7(b) memperlihatkan kondisi
keadaan tunak yang diinginkan. Secara umum Gambar 6. Pengaruh Rd pada Respon Gaya, untuk
karakteristik ini terjadi pada 10 ≤ Do/Rd ≤ 25. Do =76,2 mm, Do/t = 101,6

39
JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 12, No. 1, April 2010: 35–42

Do/t = 152,4 ini terjadi collapse pada pipa dengan


250

200
ketebalan 0,5 mm sebelum pipa tersebut terinversi
penuh. Perbandingan grafik respon gaya terhadap
150 deformasi antara kedua rasio tersebut dapat dilihat
Gaya (kN)

Do/Rd=50,8 pada Gambar 9(c). Walaupun penurunan respon


100 Do/Rd=33,87 gaya-kecil, grafik menunjukkan terjadinya penurunan
respon gaya untuk rasio Do/t 152,4 pada saat mulai
50
terjadinya collapse.
0
0 10 20 30 40

Deformasi (mm)

(a) Do/Rd>25,4
250

200

Do/Rd=10,16
Do/Rd=11,29
(a) Deformasi Pipa
150
Gaya (kN)

Do/Rd=12,7
Do/Rd=14,51
25
100 Do/Rd=16,93
Do/Rd=20,32 20

50
Do/Rd=25,4 collapse
Gaya (kN)

15

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 10
Deformasi (mm)

(b) 10,16 ≤ Do/Rd ≤ 25,4


5

0
250
0 10 20 30 40 50

Deformasi (mm)
200

(b) Hubungan Gaya dan Deformasi


Do/Rd=7,26
150
Gaya (kN)

Gambar 8. Fenomena Collapse pada Do 76,2 mm, Rd


Do/Rd=7,82
Do/Rd=8,47
100 Do/Rd=9,24 4,5 mm, Do/t 203,2

50

0
0 10 20 30 40
Deformasi (mm)

(c)Do/Rd < 10
(a) Tidak collapse (b) Collapse pada Do/t 152,4
Gambar 7. Pengaruh Rd pada Respon, untuk Do
pada Do/t 101,6
=101,6 mm, Do/t = 67,73
60

3. Pipa yang terlalu tipis, akan mengalami deformasi Do/t= 101.6


dengan mode collapse sebelum pipa terinversi 50
Do/t= 152.4
collapse
penuh. Fenomena ini dapat dilihat pada Gambar
8. Pada grafik gaya terhadap deformasi, feno- 40
Gaya (kN

mena collapse terlihat dengan adanya penurunan


30
respon gaya, seperti terlihat pada Gambar 8(b).
Simulasi deformasi pipa yang mengalami collapse 20
diperlihatkan pada Gambar 8(a).
10
Gambar 9 memperlihatkan perbandingan feno-
mena yang terjadi pada diameter pipa, Do 76,2 mm, 0

radius kelengkungan cetakan, Rd 6 mm dengan 0 5 10 15 20 25 30 35

perbedaan ketebalan pipa. Fenomena collapse tidak


De form a si (m m )

(c) Hubungan Gaya dan Deformasi


terjadi pada ketebalan pipa 0,75 mm (Do/t =101,6)
seperti terlihat pada Gambar 9(a). Namun, sebagai- Gambar 9. Simulasi Numerik untuk Pipa Do 76,2
mana ditunjukkan pada Gambar 9(b) pada rasio mm, Rd 6 mm

40
Setiawan, Penyusunan Basis Data Modul Penyerap Impak Internal Inversion

Sampling Parameter Masukan diputuskan untuk menggunakan interval 0,55h–


0,63h (h adalah panjang pipa) sebagai interval
Hasil perancangan eksperimen adalah data pengambilan data respon gaya keadaan tunak.
kombinasi Do/t dan Do/Rd yang digenerasi dalam Sementara data energi diambil pada saat panjang
batas-batas 40 ≤ Do/t ≤ 100 dan 10 ≤ Do/Rd ≤ 25. stroke 0,9 dari panjang pipa. Proses pembacaan,
Contoh sebaran titik sampel untuk jumlah sampel pengolahan hasil analisis elemen hingga Ansys/Ls-
200 diperlihatkan pada Gambar 10. Terlihat bahwa Dyna, penyusunan dan penyimpanan hasil (file
dengan metode Latin Hypercube, diperoleh distribusi basis data) dilakukan dengan software Matlab.
yang seragam dari data kombinasi parameter
masukan dalam ruang perancangan, sehingga Penyusunan Basis Data
dengan jumlah sampel atau kombinasi masukan
yang terbatas dapat diperoleh informasi yang Hasil akhir berupa satu file yang memuat semua
dibutuhkan secara efisien. pasangan parameter masukan dan parameter
keluaran dari analisis elemen hingga. File ini
Analisis Elemen Hingga merupakan basis data yang akan digunakan dalam
proses metamodeling. Contoh basis data untuk
Analisis elemen hingga dilakukan secara massal diameter pipa 101.6 mm dapat dilihat pada Tabel 1.
dengan looping untuk tiap parameter masukan. Data Do/t dan Do/Rd yang terdapat dalam tabel
Gaya keadaan tunak diambil dari gaya rata-rata adalah sampel parameter masukan yang digenerasi
pada interval stroke tertentu. Pada interval tersebut, menggunakan metode Latin Hypercube, sedangkan
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 11, inversi FSS/(Do.t) dan Eo/V adalah parameter keluaran
pipa telah memasuki tahap keadaan tunak. Karena hasil analisis elemen hingga untuk parameter
karakteristik dan porsi kondisi keadaan tunak masukan tersebut. File ini merupakan basis data
tergantung pada ketebalan pipa dan radius yang akan digunakan dalam proses metamodeling.
kelengkungan cetakan, maka perlu ditentukan Melalui metamodeling, basis data akan digunakan
interval yang bisa digunakan untuk mengambil data untuk mengetahui korelasi numerik antara para-
keadaan tunak dari semua kasus ketebalan pipa meter perancangan dengan parameter crashwor-
dan radius kelengkungan cetakan yang berada dalam thiness modul.
batas-batas 40 ≤ Do/t ≤ 100 dan 10 ≤ Do/Rd ≤ 25.
Gambar 11 memperlihatkan karakteristik ke- 240 Do/Rd=25.4,Do/t 101.6

adaan tunak untuk diameter pipa 76,2 mm. Pipa


Do/Rd=15.24,Do/t=101.6

210 Do/Rd=10.16,Do/t=101.6
tebal dengan radius kelengkungan cetakan yang Do/Rd=25.4,Do/t=43.54

terlalu kecil atau terlalu besar akan menghasilkan 180 Do/rd=15.24,Do/t=43.54


Do/Rd=10.16,Do/t=43.54
kurva gaya keadaan tunak yang pendek. Respon 150
steady state
Gaya (kN)

gaya untuk pipa tipis memiliki kurva gaya keadaan


120
tunak yang lebih panjang. Berdasarkan hasil
interval

observasi atas beberapa grafik respon gaya dari 90

diameter pipa yang berbeda, agar bisa diperoleh 60

data gaya yang keadaan tunak untuk semua steady state


geometri dalam batas yang telah ditentukan,
30

0
0 5 10 15 20 25 30 35
Deformasi (mm)

Gambar 11. Respon Gaya untuk Diameter Pipa 76,2


mm

Tabel 1. Basis Data Untuk Diameter Pipa 101,6 mm


Diameter FSS/(Do.t) Eo/V
Do/t Do/Rd
(mm) (kN/mm2) (kJ/mm3)
101,6 43,21 13,43 1,2678E+00 3,9280E-04
101,6 47,55 20,84 1,2127E+00 4,5015E-04
101,6 62,76 12,98 1,0939E+00 3,0632E-04
101,6 86,97 20,75 8,0821E-01 2,4826E-04
101,6 47,78 21,28 1,2147E+00 4,5563E-04
101,6 99,97 14,01 8,9321E-01 2,2800E-04
101,6 85,88 15,40 8,9169E-01 2,3753E-04
Gambar 10. Distribusi Titik Sampel Hasil LHS 101,6 91,54 12,67 9,8044E-01 2,4528E-04

41
JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 12, No. 1, April 2010: 35–42

KESIMPULAN 3. R Setiawan, M.H., Amir, B., dan Sugiharto, S.


Fajrianto,”Karakteristik Modul Penyerap Energi
Dari proses penyusunan basis data ini disimpul- Impak Mekanisme Internal inversion dan Axial
kan bahwa parameter dimensi Do/t dan Do/Rd, Splitting”, Jurnal Teknik Mesin, Vol. 21, No. 2,
memberikan karakteristik respon gaya yang hal 65-72, Institut Teknologi Bandung, Oktober
mendekati ideal pada 40≤Do/t≤100 dan 10≤Do/Rd≤25, 2006.
sehingga ruang perancangan ditentukan dalam
batas-batas tersebut. Dengan metode Latin 4. Reid, S.R. and J.J. Harrigan, “Transient effect in
Hypercube, diperoleh distribusi data kombinasi the quasi-static and dynamic internal inversion
parameter masukan secara seragam sehingga data and nosing of metal tubes”, Int. J. Mech.Sci.,Vol.
kombinasi parameter masukan tersebar merata 40, Nos. 2-3, pp. 263-280, 1998.
dalam ruang perancangan. Hasil akhir proses
penyusunan basis data disimpan dalam suatu file 5. R Setiawan dan Delima Yanti Sari, Knowledge-
yang memuat data-data pasangan parameter based Design of Impact Energy Absorbing
masukan (Do/t dan Do/Rd) dan parameter keluaran Module: Finite Element Modelling, The 5th
(Eo/V dan FSS/(Dot)). International Conference on Numerical Analysis
in Engineering (NAE), Padang, 18-19 Mei 2007.
DAFTAR PUSTAKA
6. Macaulay, M., Introduction to Impact Engineering,
1. Wang Gary G., Shan S., “Review of Metamo- Chapman and Hall, New York,1987.
deling Techniques in Support of Engineering
7. Olsson J.M. Anders, Sandberg E Goran, “Latin
Design Optimization”, ASME Transaction,
Journal of Mechanical Design, 2006. Hypercube Sampling for Stochastic Finite Elemen
Analysis”, Journal of Engineering Mechanic,
2. Wang Gary G., Dong Z., Aitchison P., Adaptive 2002.
Response Surface Method–A Global Optimization
Scheme for Approximation-based Design Problems.

42

Anda mungkin juga menyukai