Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Pada individu ini, ciri kepribadian maladaptif itu tampak begitu melekat
pada dirinya. Biasanya mereka menolak untuk mendapatkan pertolongan dari
terapis dan menolak atau menyangkal bahwa dirinya memiliki suatu masalah.
Individu dengan gangguan kepribadian lebih tidak menyadari masalah mereka,
mereka tidak merasa cemas tentang perilakunya yang maladaptif sehingga mereka
pun tidak memiliki motivasi untuk mencari pertolongan dan sulit sekali untuk
mendapatkan perbaikan atau kesembuhan.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Faktor Genetika
3
2. Faktor Temperamental
3. Faktor Biologis
- Hormon
- Neurotransmitter
- Elektrofisiologi
4. Faktor Psikoanalitik
4
2.1.2 Gejala Umum Gangguan Kepribadian
5
2.2. Klasifikasi Gangguan Kepribadian
6
hasil dari kebutuhan orang-oran yang menolak perasaan yang sebenarnya
dan memproyeksikan perasaan tersebut kedalam diri orang lain (Freud,
1958; Shapiro, 1965).
- enggan untuk menceritakan rahasia orang lain karena takut yang tidak
perlu bahwa informasi akan digunakan secara jahat melawan dirinya.
7
2. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skozfrenia, suatu gangguan
mood dengan ciri psikotik, atau gangguan psikotik lain dan bukan karena
efek fisiologis langsung dari kondisi medis umum.
8
ia akan menolak untuk menyebutkan namanya sampai ia tahu maksud si
penelepon. Ia meluangkan waktu yang cukup banyak untuk memonitor
investasinya dan pernah bertengkar dengan pialangnya saat terjadi
kesalahan dalam rekening bulanannya yang membuatnya curiga bahwa
pialangnya tersebut berusaha menutupi transaksi yang curang. (Sumber
data: http://www.slideshare.net/syafrina_arifin/gangguan kepribadian)
9
Prevalensinya sedikit lebih kecil pada kaum perempuan dibanding pada
kaum laki-laki (Torgersen, Kringlen, & Cramer, 2001).
10
Paranoid → pasien paranoid lebih menunjukkan keterlibatan sosial,
riwayat perilaku agresif verbal & cenderung melakukan proyeksi atas
perasaan mereka.
Schizotypal → pasien ini lebih mirip dengan pasien skizofrenik dalam hal
keanehan persepsi, pikiran, perilaku dan komunikasi.
11
- Libatkan pasien dalam terapi okupasi dan terapi secara
berkelompok
- Tingkatkan fungsi klien dalam masyarakat
- Bantu klien untuk mendapatkan manajer kasus
- Psikoterapi : psikoterapi suportif, bimbingan dalam cara hidup, anjuran
untuk mengambil bagian dalam kegiatan sosial dan hubungan antar
manusia
- Farmakologi terapi : farmakoterapi dengan antipsikotik dosis kecil,
antidepresan dan psikostimulan telah efektif pada beberapa pasien.
Merupakan pola berpikir yang khas (dalam arti tidak baik) dalam
bicara dan dalam persepsi tidak aktual, sehingga merusak komunikasi dan
interaksi sosial. Kognisi ganjil dari orang-orang penderita
schizotypal personality disorder terbagi menjadi empat kategori, yaitu:
12
menunjukkan abnormalitasnya dalam struktur otak mereka yang mirip
dengan apa yang tampak pada orang-orang schizophrenia (Dickey,
McCarley, & Shenton, 2002; Downhill dkk., 2001).
13
- kecemasan sosial yang berlebihan yang tidak menghilang dengan
keakraban dan cenderung disertai dengan ketakutan paranoid
ketimbang pertimbangan negatif tentang diri sendiri
14
2.2.3.5 Penanganan Gangguan Kepribadian Schizotypal
15
teridentifikasi memiliki gejala gangguan kepribadian Anti Social (ASPD).
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak adanya dorongan atau
dukungan yang menyatakan diagnosa gejala gangguan kepribadian Anti
Social (ASPD) pada narapidana yang menggunakan kekerasan dalam
penjara.
16
1. Terdapat pola pervasif tidak menghargai dan melanggar hak orang lain
yang terjadi sejak usia 15 tahun,seperti yang ditunjukkan oleh tiga (atau
lebih) berikut:
17
- Gangguan kepribadian Anti Social dapat dibedakan dari perilaku ilegal
dimana gangguan kepribadian Anti Social melibatkan banyak bidang
dalam kehidupan seseorang.
18
terungkap 6 orang. Kasus ini terungkap setelah dua korban selamat,
Muhammad Fais (28) dan Sumartono (47), melapor ke polisi. Pelaku
dibekuk di rumah J, Desa Sonopatik, Kecamatan Berbek, Kabupaten
Nganjuk. Di tempat itu, pelaku pernah bekerja sebagai pembantu dan
merangkap sebagai pasangan homo J.
(Sumber:http://news.detik.com/read/2012/02/16/091055/1843730/10/muji
anto-punya-kecenderungan-psikopat-Anti Social?9911012)
19
agama. Alasan yang sering diberikan oleh penderita tentang perbaikan
ini adalah kematangan, perkawinan, takut dipenjarakan dan tanggung
jawab yang bertambah.
- Farmakoterapi : digunakan untuk menghadapi gejala yang
diperkirakan akan timbul – seperti kecemasan, penyerangan, dan
depresi – tetapi, karena pasien seringkali merupakan penyalahgunaan
zat, obat harus digunakan secara bijaksana. Jika pasien menunjukkan
bukti-bukti adaya gangguan defisit-atensi hiperaktivitas,
psikostimulan, seperti methylphenidate (Ritalin), mungkin digunakan.
Harus dilakukan usaha untuk mengubah metabolisme katekolamin
dengan obat-obatan dan untuk mengendalikan perilaku impulsif
dengan obat antiepileptik, khususnya jika bentuk gelombang abnormal
ditemukan pada EEG.
20
kepribadian borderline terjadi bila orang yang memiliki kemungkinan
genetik (diathesis biologis) berupa kesulitan mengendalikan emosi
dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang tidak mempertimbangkan
dan menghargai keinginan/perasaan seseorang serta upaya untuk
mengomunikasikan perasaan tidak diterima bahkan dihukum.
21
biasanya berlangsung beberapa jam dan jarang lebih dari beberapa
hari)
22
Klien : “…Akhirnya..dor!...saya ambil rokok dan menyalakannya dan
menancapkannya di lengan saya. Saya tidak tahu mengapa saya
melakukan hal itu karena saya tidak peduli pada hal itu. Saya
kira pada waktu itu saya merasa bahwa saya harus
melakukan sesuatu yang dramatis….”.
(Sumber: http://www.slideshare.net/syafrina_arifin/gangguan-kepribadian)
- Tingkatkan keamanan
- Bantu klien mengatasi dan mengendalikan emosi
- Teknik restrukturisasi kognitif
- Dekatastrofe situasi
- Berbicara positif dengan diri sendiri
- Membuat daftar aktivitas untuk menghilangkan kebosanan
- Ajarkan keterampilan sosial
- Harapan realistis dari hubungan
- Psikoterapi : interaksi dengan anggota staf yang terlatih dari berbagai
disiplin dan dibekali dengan terapi kerja, rekreasional, dan kejuruan.
- Farmakoterapi : antidepresan memperbaiki mood yang terdepresi yang
sering ditemukan pada pasien. MAOI adalah efektif dalam
memodulasi perilaku impulsif pada beberapa pasien. Benzodiazepin,
khususnya alprazolam, membantu kecemasan dan depresi, tetapi
beberapa pasien menunjukkan disinhibisi dengan kelas obat tersebut.
Antikonvulsan seperti karbamazepin, padat meningkatkan fungsi
global pada beberapa pasien. Obat serotonergik, seperti fluoxetine,
adalah membantu pada beberapa kasus.
23
Gangguan Histrionic ini diperuntukkan bagi orang-orang yang
terlalu dramatis dan mencari perhatian. Gangguan kepribadian ini
cenderung terjadi di kalangan orang-orang yang mengalami perpisahan
dengan pasangannya dan dihubungkan dengan depresi serta kesehatan
fisik yang buruk (Nestadt dkk, 1990). Gangguan ini lebih banyak terjadi
pada wanita daripada pria dengan prevalensi 2 persen.
24
- memiliki gaya bicara yang sangat impresionistik dan tidak
memiliki perincian
BPD → sulit dibedakan dengan Histrionic, cuma pada BPD lebih sering
ditemukan usaha bunuh diri, difusi identitas dan episode psikotik singkat
25
Suami Stella, Stanley, memainkan peran seorang narsisis yang
kasar, yang dominasi dan kontrol ditantang oleh kedatangan Blanche.
Blanche mencoba untuk mengekspos, menghadapi dan mengeksploitasi
kerentanan nya. Marah dengan hal ini dan akhirnya menemukan
kesempatan, Stanley serangan brutal Blanche, pertama pada tingkat
emosional, maka pada satu fisik. Pada akhirnya, dia membagi-bagikan-nya
dingin ke fasilitas psikiatri, sehingga dirinya kembali ke posisi dominasi.
Blanche adik, Stella, memainkan peran enabler kodependen, mencoba
untuk menenangkan Stanley dan Blanche.
(Sumber:http://psikologiabnormal.wikispaces.com/Histrionic+Personality
+Disorder)
26
kemampuan yang mereka miliki. Mereka akan terokupasi (terpaku) pada
pikiran-pikiran mengenai pentingnya diri mereka (self-importance) dan
dengan fantasi-fantasi mengenai kekuatan (power) dan keberhasilan
(succes) dan memandang diri mereka sendiri sebagai orang yang lebih
superior (berkuasa) atas banyak orang.
- yakin bahwa ia adalah “khusus” dan unik dan dapat dimengerti hanya
oleh atau harus berhubungan dengan orang lain (atau insitusi) yang khusus
atau memiliki status tinggi
27
- memiliki perasaan bernama besar yaitu harapan yang tidak beralasan
akan perlakuan khusus atau kepatuhan otomatis sesuai harapannya
- sering merasa iri dengan orang lain atau yakin bahwa orang lain iri
kepada dirinya
28
David juga bertanya kepada terapis tentang mobil yang digunakan
dan berapa banyak klien kelas atas yang ditangani oleh terapis tersebut.
David sangat ingin memastikan bahwa dia sedang berhubungan dengan
seseorang yang terbaik bidangnya. David bercerita tentang kesuksesannya
dalam bidang akademis dan olahraga, tanpa mampu memberikan bukti
apapun yang memastikan keberhasilannya. Selama bersekolah di
sekolah hukum, dia adalah seorang work- aholic, penuh akan fantasi akan
keberhasilannya hingga tidak memiliki waktu untuk isterintya. Setelah
anak mereka lahir, David semakin sedikit menghabiskan waktu dengan
keluarganya.
29
- Psikoterapi : dokter psikiatrik seperti Otto Kernberg dan Heinz Kohut
menganjurkan pamakaian pendekatan psikoanalitik untuk mendapatkan
perubahan; tetapi banyak penelitian yang diperlukan untuk mengabsahkan
diagnosis dan untuk menentukan terapi yang terbaik.
30
dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks
seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut:
- tidak mau terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin akan disenangi
31
tertentu untuk pergi ke pesta dengan kenalan yang ia temui
diperpustakaan. saatmereka tiba di pesta, Sally merasa sangat tidak
nyaman karena dia tidak pernah memakai pakaian pesta. Dia terburu- buru
pergi dan menolak untuk melihatnya kenalan lagi.
Pada sesi pengobatan awal, dia duduk diam cukup lama, ia terlalu
sulit untuk berbicara tentang dirinya sendiri. Setelah beberapa sesi, dia
tumbuh untuk mempercayai terapisnya. Dia terkait insiden ditahun awal
dimana ia telah "hancur" oleh perilaku alkoholis ayahnya yang
menjengkelkan di depan umum. Meskipun ia telah mencoba untuk
menjaga tentang masalah keluarganya dari teman-teman sekolahnya,
namun sudah tidak mungkin maka dia membatasi persahabatannya, untuk
melindungi diri dari kemungkinan malu atau kritikan.
32
(Tenormin), untuk mengatasi hiperaktivitas sistem saraf otonomik, yang
cenderung tinggi pada pasien dengan gangguan kepribadian menghindari,
khususnya jika mereka menghadapi situasi yang menakutkan.
33
- memiliki kesulitan dalam mengekspresikan ketidaksetujuan pada orang
lain. Catatan:tidak termasuk rasa takut yang realistik akan ganti rugi
- merasa tidak nyaman atau tidak berdaya jika sendirian karena timbulnya
rasa takut tidak mampu merawat diri sendiri
34
berlebihan, sehingga setiap saat harus ditemani oleh temannya. Terutama
dalam hal-hal yang membutuhkan pilihan. Bagi teman-temannya, perilaku
Mila yang terlalu bergantung pada orang lain cukup mengganggu, mereka
mengkhawatirkan apa yang akan terjadi jika tidak ada mereka disamping
Mila.
35
-Terapi Kognitif-Behavioral juga cukup membantu klien meningkatkan
perilaku asertif, menurunkan kecemasan, dan melawan keyakinan untuk
tergantung pada orang lain.
Dalam hal biologis, banyak korban trauma kepala atau infeksi yang
mengenai sistem saraf pusat kemudian mengalami OCD. Pemindai
tomografi emisi positron yang mengkaji metabolism glukosa pada nucleus
kaudatus dan girus orbital pada ganglia basal otak memperlihatkan
perbedaan pada individu yang mengalami OCD dan yang tidak.
(keperawatan jiwa hal.330)
36
2.2.10.2 Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Obsessive –
Compulsive
- memiliki gaya belanja yang kikir baik untuk dirinya sendiri maupun
orang lain;uang dipandang sebagai sesuatu yang harus ditimbun untuk
bencana masa depan
37
2.2.10.3 Diagnosis Banding Gangguan Kepribadian Obsessive –
Compulsive
38
dan sayuran beku di atas kepala Bernice untuk menghilangkan kuman. Hal
ini telah meremdahkan nilai kehidupannya hingga hampir tidak melakukan
apapun selain itu. Ia tidak keluar rumah, mengerjakan pekerjaan rumah
tangga, atau bahkan berbicara melalui telepon. (Sumber:
http://abnormalpsy.blogspot.com/2011/08/contoh-kasus.htm)
- Psikoterapi : individu ini sama sekali tidak merasa sakit, abnormal atau
menyimpang. Ia tidak dapat dibawa berobat ke dokter oleh orang-orang di
lingkungan yang menderita karenanya, juga karena perilakunya sering
berguna dalam masyarakat atau pekerjaan. Bila penderita mengalami
gangguan badaniah atau ganguan psikiatrik yang lain sehingga ia
mengunjungi seorang dokter, maka hubungan penderita-dokter ini dapat
dijadikan hubungan yang dependen pada dokter dalam jangka panjang.
Dan dengan nasehat serta efek obat apa saja maka paling sedikit
keadaannya dan akibat pada lingkunganya dapat dicegah jangan sampai
bertambah buruk..
39
fluoxetine mungkin berguna jika tanda dan gejala Obsessive-Compulsive
timbul.
40
2. Sudut Pandang Biologis
Sudut pandang sistem keluarga memfokuskan diri pada pola asuh orang tua
yang tidak adekuat dan dapat menimbulkan stress pada anak-anak. Hal itu
dapat membuat individu rentan terkena gangguan kepribadian. Sebagai
contoh, orang tua yang menyiksa anaknya, menolak atau menelantarkan anak
mereka, serta pola asuh yang inkonsisten dan tidak adekuat meningkatkan
resiko terjadinya gangguan kepribadian Anti Social setelah anak tersebut
dewasa.
41
adanya reinforcement. Maka dari itu, terapis perilaku berfokus pada usaha
untuk merubah perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif melalui
penggunaan teknik pemusnaha, modeling, dan reinforcement. Jika klien
diajarkan perilaku yang cenderung dikuatkan orang lain, maka perilaku baru
tersebut akan dipertahankan.
Oleh karena itu, penangan yang disarankan dari sudut pandang ini adalah
dengan melakukan terapi keluarga dan melakukan berbagai pendidikan dan
dukungan orang tua, misalnya dalm hal mengasuh dan mendidik anak.
Sudut pandang ini memberikan contoh suatu penelitian yang dilakukan pada
individu dengan gangguan kepribadian Anti Social. Penelitian tersebut
menuturkan bahwa individu dengan gangguan kepribadian tersebut tidak
berhasil mempelajari pola bahwa mereka sebaiknya menghindari stimulus
yang tidak menyenangkan. Alasannya karena mereka tidak memiliki
kecemasan yang tidak memadai dan tidak terlalu memberikan perhatian dan
pemberian hukuman. Hal yang terganggu adalah kemampuan individu untuk
mempelajari sesuatu. Penanganan gangguan kepribadian yang dianjurkan
adalah dengan mengidentifikasi dan memperbaiki keterampilan ataupun
kemampuan individu yang tidak memadai ataupun lemah.
42
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa siapa saja berpotensi
untuk mengalami gangguan kepribadian. Karena gangguan kepribadian tidak saja
disebabkan oleh faktor genetika (dapat diturunkan), tapi juga dipengaruhi oleh
faktor temperamental, faktor biologis (hormon, neurotransmitter dan
elektrofisiologi), dan faktor psikoanalitik (yaitu adanya fiksasi pada salah satu
tahap di masa perkembangan psikoseksual dan juga tergantung dari mekanisme
pertahanan ego orang yang bersangkutan).
3.2. Saran
Adapun saran yang penulis makalah harapkan dari para pembaca agar
memberikan saran atau masukan-masukan apabila ada kekurangan atau kurang
terperincinya paparan pada bab pembahasan salah dan penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
43
DAFTAR PUSTAKA
American Psychiatric Association, Diagnostic Criteria from DSM-IV, American
Psychiatric Association; Washington DC; 1994.
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Wiramihardja, Prof. Dr. Sutardjo A., psi. 2007. Pengantar Psikologi
Abnormal. Bandung: PT. Refika Aditama
44
LAMPIRAN
PERTANYAAN PRESENTASI
1. Jelaskan kembali maksud dari gangguan kepribadian antisosial lebih
dari 15 tahun ?
Jawab: Memang pada usia 15 tahun sudah bisa terlihat symptom-symptom
yang mengarah ke gangguan kepribadian antisosial, akan tetapi untuk
menetapkan diagnosis sekurang kurangnya umur 18 tahun (jika di bawah
18 tahun setidaknya onset terjadi kurang lebih satu tahun ).
2. Apa yang dimaksud dari “mania menimbulkan gejala” pada slide
diagnosis banding gangguan kepribadian antisosial ?
Jawab: Dalam mendiagnosis gangguan kepribadian Anti Social, klinisi
harus mempertimbangkan efek yang mengganggu dari status
sosioekonomi, latar belakang kultural, dan jenis kelamin pada
manifestasinya, selain itu diagnosis gangguan kepribadian Anti Social
tidak diperlukan jika retardasi mental, skizofrenia, atau mania dapat
menjelaskan gejala.
Kata mania berhubungan dengan kalimat sebelumnya, dimana mania,
retardasi mental, ataupun skizofrenia tidak diperlukan dalam mendiagnosis
gangguan kepribadian antisosial.
3. Kapan kita bisa dibilang mengalami gangguan kepribadian ?
Jawab: Gangguan kepribadian tidak didiagnosa pada pada individu yang
berusia dibawah 18 tahun, dengan pertimbangan bahwa pada usia dibawah
18 tahun sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan pada remaja
awal, bila pun adanya simtom-simtom tertentu yang tampak, haruslah
simtom tersebut menetap setidaknya 1 tahun lamanya, namun tidak semua
gejala yang ada dapat didiagnosa sebagai bentuk gangguan kepribadian.
4. Bagaimana cara mengobati gangguan kepribadian paranoid pada
individu ?
Jawab: Pasien dengan gangguan kepribadian paranoid memiliki
kecurigaan yang berulang dan merasakan serangan terhadap karakter atau
reputasinya yang tidak tampak bagi orang lain dan dengan cepat bereaksi
secara marah atau balas menyerang. Dalam menangani hal seperti ini,
terapis bisa menggunakan cara Terapi Cognitive behavioral therapy
(CBT), dimana terapi ini dapat membantu individu mengenal sikap
dan perilaku yang tidak sehat, kepercayaan dan pikiran negatif dan
mengembalikannya secara positif. Terapi ini didasarkan kepada teori
bahwa perilaku seseorang merupakan wujud dari cara berpikirnya.
Artinya, jika pikiran individu tersebut negative, maka perilakunya akan
negative, dan begitu pula sebaliknya.
5. Apakah individu dapat mengalami 10 gangguan kepribadian tersebut
?
45
Jawab: Berdasarkan teori, individu bisa mempunyai dua macam gangguan
sekaligus (komorbit). Contoh pada gangguan kepribadian cluster A dan B
mengarah ke egosistonic dimana individu atau yang memilki gangguan
tersebut tidak merasa bahwa gangguan kepribadian yang mereka alami
diangap sebagai trait-trait yang alami dari diri mereka (hal yang wajar dan
tidak patut diubah karena tidak menimbulkan distress). Sebaliknya pada
gangguuan kepribadian cluster C mengarah ke egodistonik yang
menimbulkan stress dan perasaan cemas serta ketakutan. Kalaupun terjadi
pasti merupakan fenomena yang sulit dan jarang ditemui, dan lebih
mengarah ke gangguan identitas disosiatif.
6. Bagaimana penanganan gangguan kepribadian secara umum ?
Jawab: Gangguan kepribadian terdiri dari 3 cluster, dimana setiap cluster
terdapat bermacam-macam gangguan kepribadian. Setiap gangguan
kepribadian memiliki cara penanganan tersendiri, karena gejala-gejala
yang ditimbulkan oleh setiap gangguan kepribadian adalah berbeda. Cara
penanganannya seperti terapi psikologis di bawah bimbingan psikiater
dengan tujuan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengendalikan
emosi serta pikirannya secara lebih baik. Penggunaan obat hanya
disarankan apabila gejala-gejala yang terkait dengan gangguan
kepribadian.
7. Bagaimana gangguan kepribadian dalam prespektif islam ?
Jawab: Dalam QS al- Ma’arij ayat 19-22, telah dijelaskan bahwasanya
manusia diciptakan dalam keadaan berkeluh kesah. Termasuk keadaan
dimana individu memiliki gejala-gejala yang menyimpang dalam
hubungan socialnya. Gangguan kepribadian berhubungan erat dengan
memburuknya hubungan sosial. Setiap penyakit yang dialami oleh setiap
individu baik fisik maupun psikis, termasuk ujian dalam kehidupan
manusia, gunanya agar mereka lebih bersabar dan mendekatkan diri
kepada Allah. Karena Allah tidak memberi suatu penyakit tanpa memberi
obatnya pula.
8. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Teknik restrukturisasi kognitif
dan Dekatastrofe situasi dalam penanganan gangguan kepribadian
borderline ?
Jawab: Individu yang mengalami gangguan kepribadian borderline,
memiliki gangguan identitas, dimana citra diri atau perasaan diri sendiri
yang tidak stabil secara jelas dan persisten. Perilaku, isyarat atau ancaman
bunuh diri yang berulangkali, atau perilaku mutilasi diri. Teknik
restrukturisasi kognitif merupakan proses belajar untuk menyangkal
destorsi kognitif atau kesalahan berfikir yang berguna untuk meningkatkan
pemikiran positif dan rasional pada pasien yang mengalami gangguan
kepribadian borderline. Sedangkan dekatasrofe situasi tidak jauh beda dari
46
teknik restrukturisasi kognitif, dimana pasien diterapi agar berhenti
berfikir negative.
9. Penanganan gangguan kepribadian borderline pada anak kecil ?
Jawab: Seseorang tidak didiagnosa mengalami gangguan kepribadian
borderline apabila pada individu yang berusia dibawah 18 tahun. Akan
tetapi jika pada anak tersebut telah menunjukkan tanda-tanda
membahayakan dan menyakiti dirinya sendiri lebih baik dilaporkan
kepada orangtua dan juga pihak sekolah, agar anak mendapatkan
penanganan lebih dini.
10. Dari semua gangguan kepribadian, apa yang menyebabkan gangguan
kepribadian tersebut dialami individu ?
Jawab:
Jika dipandang dari prespektif psikodinamika:
a. Bagi kohut, kegagalan untuk merubah narsisme masa kanak-kanak
dengan penilaian yang lebih realistis tentang self dan orang lain mendasari
perkembangan kepribadian narsistik.
b. Bagi kernberg, kegagalan di awal masa kanak-kanak untuk
membangun sense of self yang kohesif mengacu pada perkembangan
kepribadian ambang.
c. Bagi Mahler, kegagalan menguasai tantangan perkembangan dari
pemisahan – individual di awal kehidupan mendasari perkembangan
kepribadian ambang.
47
a. Untuk kepribadian antisosial, penolakan atau pengabaian orangtua
mengacu pada kegagalan dalam menginternalisasi nilai nilai orangtua dan
kegagalan untuk mengembangkan empati
b. Overproteksi dan otoritarianisme orang tua menuntun pada trait
kepribadian dependen
48
REVIEW JURNAL 1
Judul: DSM-5 ANTISOCIAL PERSONALITY DISORDER: PREDICTIVE
VALIDITY in a PRISON SAMPLE
Halaman: Law and Human Behavior, Hlm. 1-7
Tahun: Juli 2014
Penulis:
Jhon F. Edens and Shannon E. Kelley ( Texax A&M University),
Jennifer L. Skeem ( University of California-Berkeley ),
Scoot O. Lilienfeld ( Emory University ),
Kevin S. Douglas (Simon Fraser University and Mid-Sweden University).
Tujuan Penelitian:
Untuk mengetahui apakah narapidana yang melakukan tindakan kekerasan dalam
narapidana teridentifikasi memiliki gejala gangguan kepribadian antisosial
(ASPD).
Latar Belakang:
Gejala gangguan kepribadian antisosial (ASPD), terutama rasa tanpa bersalah dan
penyesalan setelah melakukan sesuatu tindakan, sering dikenal dalam peraturan
hukum dan undang-undang sebagai faktor atas kekerasan dalam penjara. Peniliti
menguji apakah narapidana yang melakukan kekerasan dalam narapidana
teridentifikasi memiliki gejala gangguan kepribadian antisosial (ASPD).
Subjek Penelitian:
Sebanyak 353 partisipan, pria (n = 298) dan wanita (n = 55) tahanan. Partisipan
merupakan narapidanayang direkrut dari 4 penjara di United States yang
bertempat di Florida, Nevada, Oregon, dan Utah. Usia rata-rata dari partisipan 30
sampai 43 tahun. Sebagian besar partisipan yang diidentifikasi sebagai bangsa
kulit putih 56.7%, warga Afrika Amerika 41.1 %, dan 2.2% tidak teridenifikasi,
selain itu 6.5% partisipan diidentifikasi sebagai Hispanic secara etnis.
Metode Penelitian:
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental
Metode Pegumpulan Data:
49
Partisipan di setiap tempat direkrut secara random dari daftar umum, para
partisipan dipertemukan berdasarkan pencantuman kriteria yang sesuai. Yang
mana dari partisipan yang direkrut berbahasa inggris sebagai warga Afrika
Amerika atau sebagai warga bangsa kulit putih. Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan Interview Klinik Struktur untuk DSM-IV Axis II
Gangguan Kepribadian ( SCID-II; First, Gibbon, Spitzer, Williams, & Benjamin,
1997 ) sebagai bagian dari penelitian yang dibiayai oleh United States National
Institute of Mental Health (NIMH) yang menguji sifat kepribadian antisosial dan
psikopatik dan dalam penyalahgunaan obat dan zat kimia di antara tawanan atau
narapidanadi dalam penjara.
Hasil Penelitian:
Kekerasan secara signifikan dalam menjelaskan 3 hasil variable yaitu, perbuatan
jahat atau kelakuan tidak senonoh secara umum, agresif secara verbal atau fisik,
atau kekerasan secara fisik. Dalam penelitian ini tindakan kekerasan secara
signifikan dalam menjelaskan 3 variabel yaitu, tidak menunjukkan adanya
hubungan dengan gangguan kepribadian antisosial. Misconduct atau yang biasa
disebut dengan rasa tanpa belas kasihan atau rasa tanpa penyesalan atas kesalahan
yang mereka lakukan, adalah salah satu karakteristik gangguan kepribadian
antisosial, dalam faktanya menunjukkan tidak adanya hubungan dalam melakukan
tindakan kekerasan di penjara. Dalam penelitian ini tidak ada dorongan dalam
menyatakan bahwa diagnose gejala gangguan kepribadian antisosial bisa
memprediksi kekerasan dalam penjara.
Kesimpulan:
Hasil dari penelitian ini yaitu, tidak adanya dorongan atau dukungan yang
menyatakan diagnosa gejala gangguan kepribadian antisosial (ASPD) pada
narapidana yang menggunakan kekerasan dalam penjara. Dalam konteks forensik,
diagnose ini digunakan dalam menyatakan terdakwa atau narapidanaakan
mendapatkan ancaman yang serius atas tindakannya pada narapidanalainnya,
sekalipun terkurung dalam penjara.
50
REVIEW JURNAL 2
Judul : PERAN KECENDERUNGAN KECENDERUNGAN
KEPRIBADIAN NARSISTIK TERHADAP KECENDERUNGAN
ANOREXIA NERVOSA PADA MODEL PEREMPUAN
Volume dan halaman : Jurnal Sosio-Humaniora Vol. 5 No. 1., Hlm. 44-54
Tahun : Mei 2014
Penulis : Sowanya Ardi Prahara, Universitas Mercu Buana Yogyakarta
Tujuan :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecenderungan
kepribadian narsistik dengan kecenderungan anorexia nervosa pada model
perempuan.
Latar belakang :
Seiring dengan perubahan fisiknya, banyak remaja menghayati perubahannya
sebagai suatu hal yang merisaukan. Lebih lanjut dijelaskan remaja belajar dari
lingkungan menjadi gemuk adalah buruk. Kegagalan dalam pemahaman tersebut
mengakibatkan remaja mengalami kecenderungan gangguan makan anorexia
nervosa. Seseorang didiagnosa anorexia nervosa apabila mengalami kesalahan
dalam memandang berat atau bentuk badan. Individu yang mengalami gangguan
ini mengalami ketakutan yang amat sangat terhadap kenaikan berat badan,
sehingga cenderung melakukan penolakan terhadap berat badan normal sesuai
umur dan tinggi badan. Brehm (dlm maria et al., 2001) menyatakan bahwa faktor
yang memberikan kontribusi dalam meningkatkan kecenderungan anorxia nervosa
salah satunya adalah kepribadian.
Subjek Penelitan :
70 Orang model perempuan berusia 18-25 tahun, bertempat tinggal di kota
yogyakarta, tercatat sebagai anggota Lembaga Pendidikan Keterampilan (LPK)
Buva Model Agency, LPK Samurai Pro, LPK Danar Studio Modelling dan
model-model tidak terikat kontrak.
Metode Penelitian :
Metode dalam peneltian ini menggunakan teknik analisis korelasional product
moment dari Karl Pearson.
51
Metode Pengumpulan Data :
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala anorexia
nervosa dan skala kecenderungan kepribadian narsistik. Skala anorexia nervosa
terdiri dari 20 item dalam bentuk kalimat pernyataan favorable dengan 4 kategori
respon yaitu SS (sangat sesuai), S (sesuai), TS (tidak sesuai) dan STS (sangat
tidak sesuai). Item-item di atas memiliki koefisien validitas bergerak antara
0,3178 – 0,6687 dan koefisien reliabilitas sebesar 0,8698 sehingga layak
digunakan sebagai alat pengumpul data. Skala kedua yang digunakan adalah skala
kecenderungan kepribadian narsistik yang terdiri dari 19 item dalam bentuk
kalimat pernyataan favorable. Item-item di atas memiliki koefisien validitas
bergerak antara 0,3082 – 0,5791 dan koefisien reliabilitas sebesar 0,8318 sehingga
layak digunakan sebagai alat pengumpul data.
Hasil Penelitian :
Hasil penelitian diperoleh r = 0,379 (p < 0,01). Dengan demikian hipotesis yang
diajukan diterima. Berdasarkan koefisien determinasinya, diketahui besarnya
sumbangan kecenderungan kepribadian narsistik terhadap peningkatan
kecenderungan anorexia nervosa sebesar 14,4%.
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan positif yang sangat
signifikan antara kecenderungan anorexia nervosa pada model perempuan dengan
kecenderungan kepribadian narsistik.
52