Anda di halaman 1dari 11

Dalam suasana gembira merayakan hari raya ‘iedul adha, kita semua kembali

berkumpul bersama-sama di masjid yang mulia ini, melantunkan takbir dan tahmid sebagai
ungkapan rasa syukur serta terima kasih kita kehadirat Allah Swt, kita mengagungkan dan
memuji asma Allah, Tuhan yang Maha Besar, lagi Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Terpuji Tuhan Maha Perkasa, Maha Kuasa, dan Maha Luar Biasa. Tiada yang kita besarkan
sepanjang hari, pagi dan petang, di mesjid dan di kantor, di keramaian kota dan di kesunyian
malam, kecuali nama-Mu ‘Allahu Akbar’. Kalimat takbir ini mengingatkan kita kembali
bahwa tidak ada yang lebih besar daripada kebesaran Allah.

Allahu Akbar 3x Walillahil Hamd.

Dengan menghayati kalimat takbir dan tahmid ini akan tehunjam maknanya ke dalam
relung hati kita masing-masing, betapa kecil dan kerdilnya kita sebagai manusia berhadapan
dengan kebesaran serta kekuasaan Allah Swt. Oleh karena itu, kearogansian, kesombongan,
kepongahan, ketakaburran yang disebabkan oleh kekuasaan, jabatan, kedudukan, harta,
kerupawanan, kita campakkan sebab semuanya itu semu serta tidak abadi bersamaan dengan
kefanaan alam raya, termasuk manusia sendiri yang keberadaannya selaku bagian/elemen
terkecil-zarroh bila dibanding dengan sistem alam semesta.

Marilah kita membuka mata, telinga dan hati kita, menyaksikan salah satu tanda
kebesaran dan kekuasaan Allah SWT, suatu perumpamaan, bagaimana umat manusia-umat
Islam telah kembali kepada fitrah menuju tempat-tempat dilaksanakannya shalat ‘Id, seraya
mengingatkan kita akan suatu hari dimana semua manusia sejak Nabi Adam as. hingga
manusia yang terakhir diciptakan Allah akan dikumpulkan, yang oleh Allah SWT, dalam al-
Qur’ân disebut yawmun lâ yanfa’u mâluu walâ banun, illa man atâ Allah bi qalbin salîm

1
(hari dimana, ketika harta dan anak-anak tidak memberi manfaat, kecuali orang-orang yang
datang menghadap Allah dengan hati yang tenang).

Hari ini sangat istimewa, dimana Allah Swt, menamakannya sebagai hari raya haji
atau hari raya qurban. Karena detik ini, jutaan umat Islam yang berasal dari seluruh penjuru
dunia sedang lebur dan tenggelam dalam melaksanakan ibadah haji dengan
mengumandangkan takbir dan talbiyah silih berganti, mengenang peristiwa sejarah yang
agung melibatkan dua tokoh besar, dua orang rasul Allah yang tetap akan dikenang sepanjang
masa.

Allahu Akbar 3x Walillahil Hamd.

Hari ini, kita kembali menjadi saksi betapa luasnya kasih-sayang Allah Azza wa Jalla
kepada kita. Di pagi hari ini, kita kembali merasakan betapa besarnya rahmat dan ampunan-
Nya kepada kita. Dosa demi dosa yang kita kerjakan nyaris sepanjang hari-dalam perjalanan
usia, perintah Allah yang kita abaikan setiap saat, namun demikian, tataplah, Allah Azza wa
Jalla yang Maha Pengasih-penyayang tidak pernah bosan tidak henti-hentinya memberikan
kesempatan/peluang untuk kita bertaubat, minta ampun-beristigfar, serta kembali pada-Nya.
Allah SWT, Maha penyayang-pengasih tidak pernah menutup pintu ampunan-Nya yang
maha luas.

Allahu akbar, Allahu akbar, la ilaha illaLlahu Allahu akbar walillahilhmad

Kaum muslimin yang berbahagia

Hari Raya Idul Adha adalah kisah tentang sebuah keluarga mulia yang diabadikan
oleh Allah Azza wa Jalla untuk peradaban manusia. Itulah kisah keluarga Ibrahim
‘alaihissalam. Melalui kisah keluarga Ibrahim ‘alaihissalam itu, Allah Ta’ala ingin
menunjukkan kepada kita betapa pentingnya posisi keluarga dalam membangun sebuah
peradaban yang besar. Sebuah masyarakat yang bahagia dan sejahtera, tidak hanya di dunia,
namun juga di akhirat kelak. Sebuah masyarakat tidak akan bisa menjadi bahagia dan
sejahtera jika masyarakat itu gagal dalam membangun keluarga-keluarga kecil yang ada di
dalamnya, disebut rumah tangga.

Dan jika kita berbicara tentang keluarga, maka itu artinya kita juga akan berbicara
tentang salah satu unsur terpenting keluarga yaitu: Anak. Dalam kisah keluarga nabi Ibrahim
‘alaihissalam, sang anak itu “diperankan” oleh sosok Isma’il ‘alaihissalam. Inilah sosok anak

2
teladan sepanjang zaman yang kemudian diangkat menjadi seorang nabi oleh Allah Azza wa
Jalla. Bahkan yang luar biasanya adalah melalui keturunan Isma’il ‘alaihissalam inilah
kemudian lahir sosok nabi dan rasul paling mulia sepanjang sejarah manusia bahkan alam
semesta, yaitu: Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Marilah dari waktu ke waktu kita semai terus benih-benih keimanan dan ketakwaan
yang telah Allah anugerahkan kepada kita semua, untuk menuju tingkat dan kualitas iman
dan takwa yang dapat menghantarkan kita meraih ampunan Allah, sehingga Allah berkenan
membuka pintu keberkahan-Nya dari langit dan bumi seperti yang dijanjikan Allah.

" Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya".
(Al-A'raf: 96)

Idul Adha, berbeda dengan hari-hari besar yang lain, bagi umat Islam sangat sarat
dengan nilai sejarah perjuangan dan pengorbanan. Perjuangan ibadah haji yang pertama kali
dikumandangkan oleh Nabi Ibrahim as dan sejarah qurban yang menghadirkan pengorbanan
besar keluarga teladan sepanjang zaman, Ibrahim as. Ibadah haji dan ibadah qurban,
keduanya merupakan amaliah Islam yang utama yang memiliki nilai yang besar di sisi Allah
swt yang sangat layak untuk dikaji dan dipahami dari masa ke masa. Idul Adha juga
merupakan hari raya penyempurnaan agama, serta hari penyerahan diri secara utuh dan
totalitas kepada Allah swt. Karenanya secara kalender hijriyyah yang merupakan kalender
keta'atan kita kepada Allah swt, ibadah haji dan ibadah qurban berada di penghujung tahun
hijriyyah sebagai isyarat akan puncak dan penutup dari seluruh penghambaan dan pengabdian
tahunan kita kepada Allah swt.

Allahu Akbar 3x Walillahil Hamd.

Hadirin jama'ah shalat Idul Adha Rahimakumullah

Amaliah ibadah haji merupakan simbol dan lambang pemersatu umat yang sangat
ideal di tengah persatuan umat yang semakin rapuh, retak, dan pudar sekarang ini. Umat
Islam sangat mudah dipecah belah oleh pihak yang ingin menenggelamkan agama islam,
dengan permainan masalah ekonomi, politik dan sosial-budaya, yang akibatnya

3
tatanan/peradaban ummat Islam sudah semakin rapuh-berkeping. Dengan momentum ibadah
haji, terasa bahwa umat harus kembali memahami eksistensi dan jatidiri mereka. Inilah
momentum dan saat yang tepat untuk menata kembali persatuan dan kesatuan ummat yang
memang hanya ditemui dan dimiliki oleh umat Islam; mulai dari wahdatul akidah
(kesatuan ideologi), wahdatul harakah (kesatuan gerak dan aktivitas), wahdatus syi'ar
(kesatuan syiar) dan wahdatul ghoyah (kesatuan cita-cita dan tujuan). Betapa perjalanan
ibadah haji banyak memberi contoh konkrit, atau pelajaran bagi cita-cita kesatuan dan
persatuan umat Islam yang utuh dan kokoh.

Allahu Akbar 3x WaliLlahilhamd.

Allah swt menyerukan syariat haji melalui lisan kekasih-Nya KhaliluLlah Ibrahim as,

"Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan
datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang
datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat
bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan
atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka
makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan
orang-orang yang sengsara dan fakir". (Al-Hajj: 27-28)

Syekh Abdul Halim Mahmud menuturkan bahwa ibadah haji merupakan ibadah yang
sarat dengan simbol-simbol kerohanian yang akan menghantarkan seorang muslim mengenali
dirinya. Apabila ia mengerjakannya dengan baik dan benar, maka ia akan memasuki
lingkungan/maqom-hadhirat Allah dan mengenal Tuhan-maha pencipta.

Ibadah haji seperti juga ibadah yang lain, diawali dengan niat Lillah sambil terlebih
dahulu menanggalkan seluruh atribut pakaian yang seringkali menunjukkan dan
menampilkan identitas dan status sosial seseorang dan ia harus rela mengenakan pakaian
ihram. Karena tidak disangkal lagi bahwa pakaian menurut kenyataannya dan juga menurut
Al-Qur'an berfungsi antara lain sebagai pembeda antara seseorang atau kelompok tertentu
dengan lainnya. Pembedaan ini seringkali menghantarkan kepada perbedaan status sosial,
ekonomi, politik dan profesi, juga pengarus psikologis bagi pemakainya. Dengan pakaian
yang sama, setiap jamaah akan merasakan persamaan, baik persamaan akidah, tujuan dan
cita-cita yang harus dicapai bersama-sama tanpa melihat ras, suku bangsa dan perbedaan
derajat lahiriah lainnya.

4
Sehingga seharusnya setiap jamaah haji dipengaruhi oleh pakaian yang melekat di
tubuhnya saat ia menyempurnakan manasik haji. Betapa indah fenomena ini yang
melambangkan kesamaan langkah dan tujuan menjadi hamba Allah yang bertakwa.
"Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah,
maka sesungguhnya itu bukti dari ketakwaan hati". (Al-Hajj: 32)

Allahu Akbar 3x Walillahil Hamd.

Puncak dari amaliah haji adalah wukuf di Arafah. Disinilah setiap jamaah akan lebih
merasakan kesatuan hati dengan sesama jamaah. Mereka bersama-sama bersujud, berzikir,
bertafakkur, memuji Allah dan mengagungkanNya. Mereka saling mendo'akan diantara
mereka untuk kebaikan dunia dan akhirat seluruh orang yang beriman. Mereka diingatkan
akan kesejatian dirinya dan akhir dari perjalanan hidupnya. Begitulah nantinya mereka akan
dikumpulkan dan mempertanggung jawabkan apa yang telah mereka kerjakan selama hidup
mereka, pada hari perhitungan-yaumil mahsyar.

Tentu tidak mudah tetap bersabar dalam komunitas latar berbeda, saling menghargai,
saling membantu dalam waktu yang relatif lama, dalam suasana yang cukup berat, dengan
manusia dari berbagai bangsa, namun semua tabiat-karakter dan latar berbeda dilebur-
tersublimasi, untuk menjalankan ibadah yang sama, di tempat yang sama, pada waktu yang
sama, dan persamaan-persamaan lainnya antar seluruh jama'ah haji. Disitulah umat Islam
melewati proses ujian persatuan ummat sangat terasa. Betapa tidak ada yang perlu
dipertikaikan, atau diperselisihkan. Semua dengan khusyu' dan sungguh-sungguh tunduk
mengabdi di hadapan Rabb/Tuhan semesta alam.

Oleh karena itu, dalam hadits Rasulullah saw bersabda tentang pentingnya
kebersamaan dan persatuan antar sesama yang akan menjadi media meraih ampunan Allah
swt. Sebaliknya pertikaian merupakan penghambat ampunan Allah swt:

‫شيئا به يشرك ال عباده من شاء لمن هللا فيغفر والخميس اإلثنين يوم الجنة أبواب تفتح‬. ‫شحناء بيهما عبدان إال‬,
‫لمالئكته هللا فقال‬: ‫يصطلحا حتى أنظروا يصطلحا حتى أنظروا يصطلحا حتى أنظروا‬

"Dibuka pintu-pintu surga setiap hari senin dan kamis, maka Allah memberi ampunan
kepada siapa yang dikehendakiNya selama tidak berbuat syirik. Melainkan dua orang hamba
yang masih ada pertikaian diantara keduanya. Allah berfirman kepada malaikatNya:
"Tangguhkan ampunanKu untuk keduanya hingga keduanya berbaikan, tangguhkan ampunan

5
untuk keduanya hingga keduanya berdamai, tangguhkan ampunanKu untuk keduanya hingga
keduanya berdamai". (HR. Thabrani)

Allahu Akbar 3x Walillahil Hamd.

Ibadah kurban yang sarat dengan nilai pengorbanan dan tarbiyah, kembali Allah
hadirkan melalui kekasihNya, nabi Ibrahim bersama putranya, Isma'il as. Allah swt
berfirman:

‫إن ستجدنى تؤمر ما افعل ياأبت قال ترى ماذا فانظر أذبحك أنى المنام فى أرى إنى يبني قال السعى معه بلغ فلما‬
‫الصابرين من هللا شاء‬

"Maka tatkala ia (Isma'il) sampai pada usia sanggup berusaha, Ibrahim


berkata:"Wahai anakku, sungguh aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu, maka
pikirkanlah bagaimana pendapatmu?". Isma'il berkata: "wahai ayahku, laksanakanlah
apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapati termasuk
orang-orang yang sabar". (Ash-Shaaffaat: 102)

Keta'atan seorang Isma'il yang masih belia tentu buah dari pendidikan ayahandanya
yang mulia. Perintah Allah justru datang melalui mimpi yang merupakan level terberat dalam
menerima perintah Allah, dibanding dengan malaikat yang diutus oleh Allah swt untuk
memberikan perintah. Kasih sayang-cinta seorang ayah tentu akan menjadi pertimbangan
dalam melaksanakan perintah tersebut. Namun justru, nabi Ibrahim memilih memenuhi
perintah Allah swt untuk menyembelih putranya daripada mengikuti perasaan dirinya
terhadap putranya yang masih kecil. Karena ia yakin, tidak mungkin Allah memerintahkan
sesuatu melainkan untuk kebaikan dirinya, keluarganya dan umatnya pada masa yang sama.
Disitulah tergambar tingkat keta'atan nabi Ibrahim yang luar biasa yang layak mendapat
kehormatan untuk membawa risalah ibadah kurban dan ibadah haji bersama keluarganya.

Allahu Akbar 3x Walillahil Hamd.

Hadirin jama'ah shalat Idul Adha yang berbahagia

Dari perspektif tarbiyah/pendidikan, hadirnya Ibrahim bersama keluarganya dalam


dua ibadah agung, yaitu ibadah haji dan ibadah kurban merupakan wujud dari keberhasilan
'tarbiyah ilahiyyah' Pendidikan Allah SWT secara langsung kepada keluarga mulia tersebut.
Namun tahapan dan proses pendidikan-tarbiyah keluarga Ibrahim dapat direkam dari do'a

6
yang dipanjatkannya kepada Allah swt. Dalam surat Ibrahim ayat 35-41, Allah swt
mengabadikan do'a yang merupakan wujud dari cita-cita luhur nabi Ibrahim as.

Proses pendidikan Allah bermula ketika mendapat perintah untuk berhijrah


memakmurkan Mekkah bersama keluarganya: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah
menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di
dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar
mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka
dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur". (Ibrahim:
37).

Ayat ini dan beberapa ayat setelahnya menggambarkan bagaimana proses dan tahapan
pendidikan keluarga yang tidak singkat, ditempa, dididik, dilatih, dibimbing, pendampingan
dalam beberapa tahun, sehingga keluarga Ibrahim diabadikan sebagai keluarga teladan
sepanjang zaman yang menjadi icon-tema pokok dua ibadah agung; ibadah haji dan ibadah
kurban. Padahal institusi/lembaga yang paling permanen-sakral hingga ke surga-akhirat kelak
adalah institusi keluarga/sakinah, mawaddah, warohmah. Institusi ini dijadikan oleh
Rasulullah Muhammad saw sebagai parameter/ukuran kebaikan umat-Nya.

‫ألهلى خيركم وأنا ألهله خيركم خيركم‬

"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. dan aku adalah
orang yang paling baik terhadap keluargaku". (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Allahu Akbar 3x Walillahil Hamd.

Jama'ah shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah swt.

Paling tidak, terdapat empat metode pendidikan keluarga yang telah dibangun oleh
Nabi Ibrahim as dari do'a yang disebutkan oleh ayat di atas:

1. Nabi Ibrahim as tidak menempatkan keluarganya di sembarang tempat, melainkan


di dekat Baitullah (rumah Allah). Penempatan ini bukanlah suatu kebetulan, melainkan
sebagai pertanda bahwa sejak awal Nabi Ibrahim as sangat peduli-memperhatikan lingkungan
tempat tinggal keluarganya, sebagai media-tempat tumbuh-kembang, berlindung anak-
isterinya, sebagai generasi penerus risalah agung. Beliau ingin mengkondisikan keluarganya
agar senantiasa dekat dengan Baitullah/rumah Allah/wadah/medium perlindungan-

7
pengamanan fisik-mental dan spiritual yang sangat terpelihara dari segala macam ancaman-
gangguan dari manapun dan bentuk apapun.

2. Meskipun keadaan sekeliling tempat tinggal keluarganya adalah tempat yang


sangat tandus, kering dan tidak ada tanaman dan tumbuhan, namun yang diminta oleh Nabi
Ibrahim pertama kali adalah agar keluarganya dijadikan orang-orang yang mampu
mendirikan sholat-menyembah Allah yang Maha Agung. Inilah permohonan yang
berorientasi untuk mendekatkan keluarga-tercinta dengan Allah swt. Sebuah permohonan
yang jarang/tidak selamanya dilakukan/dikumandangkan oleh para orangtua dan kaum
pendidik/guru/pengajar/penggiat pendidikan saat ini. Sungguh sangat kontras/bertentangan
dengan dunia pendidikan sekarang ini yang lebih kental dengan material oriented-
mengarahkan anak-anak untuk menguasai, mengejar keduniaan tanpa memperdulikan masa
depan moral-akhlah/budi pekerti luhur, sesuai tuntutan agama Islam yakni membangun
kemuliaan generasi yang Islami.

3. Do'a nabi Ibrahim as berikutnya "Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung


kepada mereka". Beliau sangat berharap bahwa keluarganya menjadi orang-orang yang
dicintai-diterima oleh masyarakat. Dan sebuah keluarga akan disegani, dihargai, akan
menjadi suri-teladan oleh masyarakat dan orang banyak, manakala tampil dengan akhlak dan
perilaku yang terpuji, berkomunikasi yang baik secara efektif dengan orang lain disekitar,
masyarakat luas, dan bisa memberikan manfaat di tengah-tengah mereka. Inilah indikasi,
indikator keberhasilan/kesuksesan sebuah institusi/lembaga pendidikan seharusnya dilihat
dari ekspresi akhlak dan moral, karakter para lulusannya/out-put-luarannya, disamping
kualitas intelektual, penguasaan-kedalaman ilmu pengetahuan yang seringkali dijadikan
barometer/ukuran keberhasilan pendidikan satu-satunya. Demikian penting akhlak yang
mulia, sampai-sampai Nabi Muhammad saw seolah-olah tidak diutus kecuali untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia di tengah-tengah umatnya. “Inna maa buistu
liutammima makaarimal akhlak”.

4. Nabi Ibrahim as akhirnya menutup do'anya dengan permohonan yang bersifat


materi, "Dan anugerahilah mereka rizki dari buah-buahan". Permohonan ini secara
logika menyalahi umumnya kebiasaan masyarakat dalam berdoa. Biasanya doa mohon rizki
akan ditempatkan di urutan pertama, bukan terakhir. Tetapi tidak dengan Nabi Ibrahim as.
Karena bukanlah ukuran kebahagiaan terletak pada pemenuhan kebutuhan
material/kebendaan, namun pada moral-agama, spiritual. Dan ternyata, rizki-materi

8
kebendaan, yang beliau pohonkan untuk keluarganya adalah untuk menjadikan mereka lebih
bersyukur-tawadhu, sehingga akan bisa meningkatkan keimanan dan ketakwaan mereka
kepada Allah swt.

Inilah rumusan model-metode pendidikan-format edukasi ala Nabi Ibrahim as yang


mampu menghantarkan mereka menjadi keluarga teladan sepanjang masa/zaman yang
diabadikan dalam Al-Qur'an. Keluarga yang dipilih oleh Allah swt untuk membawa sekaligus
tampil sebagai pemeran utama dalam syariat ibadah haji dan ibadah qurban.

Allahu Akbar 3x Walillahil Hamd.


Jama'ah shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah swt.
Bertolak dari uraian di atas, kita sangat berharap akan lahir di tengah-tengah
masyarakat-ummat Islam masa kini, pada zaman mutakhir ini, terlahir sebagaimana keluarga
Ibrahim yang kental dengan nilai perjuangan dan pengorbanan untuk kepentingan dan
kemaslahatan umat dan orang banyak. Sebagaimana sabda Rasulullah saw

‫للناس أنفعهم الناس وخير واليؤلف يألف ال فيمن خير وال ويؤلف يألف المؤمن‬

"Seorang mu'min itu adalah bisa bersatu dan dipersatukan. Tidak ada kebaikan bagi
orang yang tidak bersatu dan tidak dapat dipersatukan. Dan sebaik-baik manusia
adalah yang paling banyak memberi manfaat kepada sesama". (HR. Thabrani dan
Daruquthni).

Kemanfaatan disini tentu bersifat umum; kemanfaatan yang bersifat agama, manfaat
moril dan materil, manfaat yang bersifat personal maupun kolektif. Insya Allah dengan
menjalankan syi'ar Allah berupa ibadah haji dan qurban, akan semakin besar kebaikan dan
keberkahan yang akan diturunkan oleh Allah swt kepada masyarakat dan bangsa yang kita
cintai ini. Amiin yaa Rabbal Alamin.

9
KHUTBAH 2

Allahu Akbar 3x Walillahil Hamd.

Jama'ah shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah swt.

Akhirnya, di hari yang sangat mulia ini, mari kita semua berdoa kepada Allah swt,
semoga Allah swt menjadikan kita keluarga yang ta'at kepada perintah Allah swt, keluarga
yang saling menyayangi sesama, sakinah-mawaddah-warohmah. Lebih dari itu, mudah-
mudahan Allah menjadikan umat Islam, umat yang satu, umat yang kuat, umat yang
bersaudara dan saling berkasih sayang, umat yang punya kemuliaan dan martabat, ummat
yang disegani, dan berwibawa. Amiin ya Rabbal Alamin

‫أجمعين وصحبه آله وعلى محمد على وبارك وسلم صل اللهم‬

‫مزيده ويكافئ نعمه يوافى حمدا العالمين رب هلل الحمد الرحيم الرحمن هللا بسم‬. ‫كما الشكر ولك الحمد لك ياربنا‬
‫سلطانك ولعظيم الكريم وجهك لجالل ينبغى‬. ‫األبرار مع وتوفنا سيئاتنا عنا وكفر ذنوبنا لنا اغفر اللهم‬. ‫للمسلمين اغفر اللهم‬
‫رحيم غفور يا برحمتك واألموات منهم األحياء والمؤنات والمؤمنين والمسلمات‬

Yaa Allah yaa Rahmaan yaa Rahiim..hari ini kami berkumpul di sini, di hari yang
penuh berkah ini, memohon padaMu untuk menyatukan hati-hati kami, berkumpul atas cinta
padaMu, berjanji setia menolong agamaMu, kuatkanlah persaudaraan kami, tunjukilah jalan

10
hidup kami, kekalkanlah persaudaraan kami, penuhilah hati kami dengan iman padaMu, dan
kekuatan tawakkal padaMU, Hidupkan kami dan keturunan kami dalam makrifat padaMu,
matikan kami dalam syahid di jalanMu, sesungguh Engkau adalah Maha penolong.

Yaa Ghafur yaa Razzak..terimalah ibadah haji saudara-saudara kami yang berhaji
tahun ini, jadikanlah haji mereka haji yang mabrur, ampuni dosa-dosa mereka dan selamatkan
mereka sampai kembali ke kampung halaman bertemu dengan keluarga-keluarga mereka
dalam keberkahan, anugerahkan kami yang belum berhaji agar dapat melaksanakan ibadah
haji ke baitullah..

Yaa Tawwab yaa Fattaah...terimalah semua pengabdian dan pengorbanan kami,


sempurnakanlah yang kurang dari kami, Engkaulah Yang Maha Sempurna. Jadikan keluarga-
keluarga kami, keluarga yang komitmen dengan kebaikan, setia dengan keta'atan, keluarga-
keluarga yang menegakkan shalat, keluarga-keluarga yang rajin berinfaq, semangat beribadah
dan senantiasa berusaha menjalankan kewajiban..

‫الناصرين خير فإنك انصرنا اللهم‬..‫الرازقين خير فإنك ارزقنا اللهم‬.. ‫الرحيم التواب أنت فإنك علينا تب اللهم‬

Ya Allah, berilah kami pertolongan karena Engkaulah sebaik-baik yang memberi


pertolongan..Berilah kami rizki karena Engkaulah sebaik-baik pemberi rizki...ya Allah,
terimalah taubat kami karena sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang..

‫ النار عذاب وقنا حسنة اآلخرة وفى حسنة الدنيا فى آتنا ربنا‬... ‫العالمين رب هلل الحمد أن دعوانا وآخر‬

11

Anda mungkin juga menyukai