Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kelas : 4c
JAKARTA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
CPOB
Obat adalah suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai dalam diagnosis, mengurangi
rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit. Salah satu upaya yang dilakukan
pemerintah untuk menjamin tersedianya obat yang bermutu, aman dan berkhasiat yaitu
dengan mengharuskan setiap industri untuk menerapkan Cara Pembuatan Obat Yang Baik
(CPOB).
Industri farmasi saat ini sudah berkembang pesat dalam rangka memenuhi obat-obatan
secara nasional. Perusahaan farmasi sebagai perusahaan pada umumnya melakukan kegiatan
usaha yang meliputi proses menghasilkan barang yaitu obat-obatan. CPOB merupakan suatu
konsep dalam industri farmasi mengenai prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan
dalam suatu industri farmasi untuk menjamin mutu obat jadi, yang diproduksi dengan
menerapkan “Good Manufacturing Practices ” dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan
produksi sehingga obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang
ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
CPOB bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek
produksi dan pengendalian mutu.
Ruang lingkup CPOB edisi 2006 meliputi Manajemen Mutu, Personalia, Bangunan
dan Fasilitas, Peralatan, Sanitasi dan Hygiene, Produksi, Pengawasan Mutu, Inspeksi Diri dan
Audit Mutu, Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk
Kembalian, Dokumentasi, Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak, serta Kualifikasi
dan Validasi.
1. Pada pembuatan obat pengawasan secara menyeluruh adalah sangat essensial untuk
menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Pembuatan obat secara
sembarangan tidak dibenarkan bagi obat yang akan digunakan sebagai penyelamat jiwa atau
memulihkan atau memelihara kesehatan.
2. Tidaklah cukup apabila obat jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian, tetapi
yang menjadi sangat penting adalah mutu harus dibentuk ke dalam produk. Mutu obat
tergantung pada bahan awal, proses pembuatan dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan
yang dipakai, dan personalia yang terlibat dalam pembuatan obat.
3. Untuk menjamin mutu suatu obat jadi tidak boleh hanya mengandalkan hanya pada
pengujian tertentu saja. Semua obat hendaklah dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan
dipantau dengan cermat.
4. CPOB merupakan pedoman yang bertujuan untuk memastikan agar sifat dan mutu obat
yang dihasilkan sesuai dengan yang dikehendaki.
Aspek CPOB adalah manajemen mutu , personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan,
sanitasi dan hygiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan
keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian, pembuatan dan
analisis berdasarkan kontrak, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, dan
kualifikasi dan validasi.
CPMB
cara Produksi Makanan yang Baik; (CPMB) atau Good Manufacturing Practices
merupakan pedoman-pedoman mengenai cara memproduksi makanan yang baik dengan
memenuhi segala persyaratan yang telah ditentukan. CPMB bukan merupakan sistem yang
baru di Indonesia karena sejak tahun 1978 telah dipublikasikan oleh Departemen Kesehatan
RI melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 23/MEN.KES/SK/I/1978
tertanggal 24 Januari 1978 sebagai Pedoman Cara Produksi yang Baik untuk Makanan
CPMB sangat berguna bagi kelangsungan hidup industri pangan baik yang berskala
kecil, sedang, maupun yang berskala besar. Melalui CPMB, industri pangan dapat
menghasilkan produk makanan yang bermutu, layak dikonsumsi dan aman bagi
kesehatan. Dengan menghasilkan produk makanan yang bermutu dan aman untuk
dikonsumsi, kepercayaan masyarakat niscaya akan meningkat, dan industri pangan
yang bersangkutan akan berkembang dengan pesat.
Dengan berkembangnya industri pangan yang menghasilkan produk yang bermutu dan
aman untuk dikonsunisi, maka masyarakat pada umumnya akan terlindung dari
penyimpangan mutu pangan dan bahaya yang mengancam kesehatan.
Manfaat GMP/CPMB
Tersedianya cara memproduksi makanan yang baik melalui GMP atau CPMB di
industri pangan yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, perbaikan dan pemeliharaan
maka perusahaan dapat memberikan JAMINAN produk pangan yangbermutu dan aman
dikonsumsi yang pada gilirannya akan meningkatkan kepercayaan konsumen dan unit usaha
tersebut akan berkembang semakin pesat.
Keuntungan, Menjamin kualitas dan keamanan pangan, meningkatkan kepercayaan dalam
keamanan produk dan prouksi, mengurangi kerugian dan pemborosan, menjamin efisiensi
penerapan HACCP, memenuhi persyaratan peraturan/ spesifikasi/sandar.
Tujuan GMP/CPMB, menghasilkan produk akhir yang Aman, Bermutu, dan Sesuai selera
konsumen. Menghasilkan pangan yang layak, bermutu, aman dikonsumsi, dan sesuai dengan
tuntutan konsumen baik konsumen domestic maupun internasional.
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari pada pembuatan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas
diskusi mata kuliah CPOB/ CPMB yang tentunya membahas mengenai CPOB (Cara
Pembuatan Obat yang Baik)/ CPMB (Cara Produksi Makanan yang Baik ) dan lebih
spesifiknya lagi adalah membahas mengenai salah satu aspek dari CPOB/CPMB itu sendiri,
C. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalahnyab adalah perbedaan antara CPOB dan CPMB
BAB II
PEMBAHASAN
Untuk menjamin tersedianya obat yang bermutu, aman dan berkhasiat yaitu dengan mengharuskan
setiap industri untuk menerapkan Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB). Sedangkan CPMB atau
C a r a P r o d u k s i M a k a n a n y a n g B a i k adalah suatu pedoman yang menjelaskan bagaimana
memproduksi makanan agar bermutu, aman dan layak untuk dikonsumsi. CPMB atau pun CPOB
kedua nya adalah salah satu pedoman yang harus di ikuti serta di taati oleh setiap industry atau pabrik
produksi untuk mengelola baik obat , makanan dan minum. Pedoman tersebut telah di tercantum
dalam undang- undang , mengaapa harus mengikuti pedoman tersebut agar produk hasil yang di
keluarkan memiliki khualitas mutu yang baik serta menjamin masyarakat akan kelayakannya.
Di CPOB di atur dalam undang – undang tentang PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS
OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.33.12.12.8195 TAHUN
2012 TENTANG PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK.
Menimbang :
a) bahwa Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik sebagaimana telah ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.3.0027 Tahun 2006
tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik Tahun 2006 sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.01.23.09.10.9030 Tahun 2010 sudah tidak sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang pembuatan obat dan bahan obat;
b) bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Penerapan Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik;
MEMUTUSKAN: Menetapkan : PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG
BAIK.
Untuk CPMB di atur dalam KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :HK.00/05.1.2569 TENTANG KRITERIA DAN
TATA LAKSANA PENILAIAN PRODUK PANGAN
Menimbang :
a) bahwa dengan semakin banyaknya jumlah dan jenis produk pangan yang beredar di
Indonesia, baik produksi dalam negeri maupun impor maka perlu diterapkan sistem
pengawasan yang efektif mulai dari sebelum sampai sesudah produk diedarkan;
b) bahwa untuk melindungi masyarakat dari peredaran produk pangan yang tidak memenuhi
ketentuan standar dan atau persyaratan, keamanan, mutu, dan gizi serta label pangan, perlu
dilakukan penilaian sebelum diedarkan;
c) Sehubungan dengan butir a dan b di atas, perlu ditetapkan Keputusan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan tentang Kriteria dan Tata Laksana Penilaian Produk Pangan.
MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA PENILAIAN PRODUK PANGAN
Keduanya memiliki ruang lingkup yang berbeda sebab CPOB atau CPMB memiliki prosedur yang
berbeda dan ruang lingkup mereka sesuai dengan kebutuhan mereka untuk membuat produk yang
bermutu dan ber kualitas.
Bangunan seharusnya dibuat dengan rancangan untuk tidak mudah dimasuki oleh hama
seperti binatang mengerat, burung, serangga dan hama lainnya.
Tata letak pabrik harus diatur sedemikian rupa sehingga kegiatan pengolahan berjalan teratur
dan tidak simpang siur. Demikian juga tata letak pabrik harus menjamin terhindarnya
kontaminasi silang pada produk makanan, misalnya oleh bahan mentah.
Ruang Pengolahan
Ruang pengolahan hendaknya cukup luas untuk menempatkan semua peralatan dan
bahan serta cukup leluasa bagi pergerakan karyawan yang bekerja di dalamnya.
Ruang pengolahan harus dirancang sedemikian rupa sehingga mudah dipelihara dan
mudah dibersihkan. Lantai dan dinding hendaknya dibuat dari bahan kedap air dan
kuat sehingga mudah dibersihkan. Lantai dan dinding harus selalu dalam keadaan
bersih dari debu, lendir dan kotoran lainnya. Langit-langit ruangan bersih dari debu,
sarang laba-labah dan kotoran lainnya.
Jendela dan lubang angin hendaknya dilengkapi dengan kawat kasa untuk mencegah
masuknya serangga dan binatang mengerat yang dapat mencemari makanan. Kawat
kasa ini hendaknya mudah dicopot dan mudah dibersihkan.
Ruang pengolahan selalu dipelihara dalam keadaan bersih, dan tidak ada sampah
yang berserakan di mana-mana. Sampah selalu dibuang pada tempatnya, dan tempat
sampah selalu dalam keadaan tertutup.
Ventilasi dibuat dalam jumlah yang cukup sehingga udara segar selalu mengalir di
ruang pengolahan. Ventilasi ini selalu dijaga tetap bersih, tidak berdebu dan tidak
dipenuhi sarang laba-laba.
Sistem aliran udara hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga udara selalu mengalir
dari tempat yang bersih ke tempat yang kotor dan tidak sebaliknya. Dengan ventilasi,
suhu udara dikendalikan supaya tidak terlalu panas. Demikian juga dengan ventilasi
bau yang mungkin mempengaruhi citarasa makanan dapat dibuang. Di ruang
pengolahan hendaknya ada tempat mencuci, khususnya untuk mencuci tangan yang
selalu dilengkapi dengan sabun dan alat pengering atau lap kering, dan selalu dalam
keadaan bersih.
Gudang
Gudang hendaknya tersedia khusus untuk menyimpan bahan-bahan pangan termasuk
bumbu dan bahan tambahan pangan. Bahan baku pangan hendaknya dipisahkan
dalam gudang terpisah dari produk makanan agar tidak terjadi kontaminasi silang.
Bahan-bahan bukan pangan seperti bahan pencuci, pelumas, oli, dan lain-lain
hendaknya disimpan di dalam gudang khusus.
Gudang harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dibersihkan dan dipelihara
agar selalu tetap bersih. Gudang juga harus dapat mencegah masuknya hama seperti
serangga, binatang mengerat seperti tikus, burung, atau mikroba. Di dalam gudang
hendaknya tersedia tempat cukup agar bahan tidak menumpuk.
Sirkulasi udara di dalam gudang hendaknya dipertahankan mengalir agar kondisi
dalam gudang tetap segar.
Jika gudang yang digunakan harus bersuhu rendah, misalnya untuk penyimpanan
bahan baku pangan segar, maka suhu di dalam gudang harus selalu diperiksa secara
periodik untuk menghindari terjadinya fluktuasi suhu yang berlebihan. Suhu yang
berfluktuasi secara berlebihan dapat mempercepat kerusakan pada bahan pangan.
3. Peralatan Pengolahan
Peralatan pengolahan makanan harus dipilih yang mudah dibersihkan dan dipelihara agar
tidak mencemari makanan. Sebaiknya peralatan yang digunakan mudah dibongkar dan
bagian-bagiannya mudah dilepas agar mudah dibersihkan. Sedapat mungkin hindari peralatan
yang terbuat dari kayu, karena permukaan kayu yang penuh dengan celah-celah akan sulit
dibersihkan. Jika mungkin gunakan peralatan yang terbuat dari bahan yang kuat dan tidak
berkarat seperti bahan aluminium atau baja tahan karat (stainless steel).
Peralatan yang dilengkapi dengan penunjuk ukuran seperti timbangan, termometer, pengukur
tekanan, pengukur aliran udara dan sebagainya, hendaknya dikalibrasi setiap periode waktu
tertentu agar data yang dihasilkan teliti dan valid. Dalam mengendalikan tahap-tahap
pengolahan yang kritis, kalibrasi peralatan merupakan hal yang tidak bisa diabaikan.
Air yang mengalami kontak langsung dengan makanan harus memenuhi persyaratan
seperti persyaratan pada bahan baku air minum.
Untuk menjamin agar air selalu ada, sarana penampungan air disediakan dan selalu
terisi air dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan.
c) Fasilitas Pencucian/Pembersihan
Proses pencucian atau pembersihan sarana pengolahan termasuk peralatannya adalah
proses rutin yang sangat penting untuk menjamin mutu dan keamanan produk
makanan yang dihasilkan oleh suatu industri. Oleh karena itu, industri harus
menyediakan fasilitas pencucian/pembersihan yang memadai.
Kegiatan pembersihan dan desinfeksi harus diprogramkan dan harus menjamin bahwa
semua bagian pabrik dan peralatan telah dibersihkan dengan baik, termasuk
pembersihan alat-alat pembersih itu sendiri.
Jumlah toilet yang cukup adalah 1 buah untuk 10 karyawan pertama, dan 1
buah untuk setiap penambahan 25 karyawan. Toilet hendaknya ditempatkan
pada lokasi tidak langsung berhubungan dengan ruang pengolahan.
e) Penerangan
Sistem penerangan baik melalui penyinaran simor matahari maupun melalui lampu-
lampu harus memenuhi persyaratan yaitu diatur sedemikian rupa sehingga ruang
pengolahan cukup terang dan karyawan dapat mengerjakan tugasnya dengan teliti dan
nyaman.
5. Sistem Pengendalian Hama
Hama berupa binatang mengerat seperti tikus, burung, serangga dan hama lainnya adalah
penyebab utama terjadinya pencemaran terhadap makanan yang menurunkan mutu dan
keamanan produk makanan. Banyaknya makanan, terutama yang berserakan, akan
mengundang hama untuk masuk ke dalam pabrik dan membuat sarang di sana.
Untuk mencegah serangan hama, program pengendaliannya harus dilakukan, yaitu melalui:
(1) sanitasi yang baik, dan (2) pengawasan atas barang-barang dan bahan-bahan yang masuk
ke dalam pabrik. Praktek-praktek higiene yang baik akan mencegah masuknya hama ke dalam
pabrik.
a) Mencegah Masuknya Hama
Untuk mencegah masuknya hama, bangunan pabrik harus tetap terjaga dalam
keadaan bersih dan terawat. Untuk mencegah masuknya hama dapat diupayakan hal-
hal sebagai berikut:
menutup lubang-lubang dan saluran yang memungkinkan hama dapat
masuk,
memasang kawat kasa pada jendela, pintu, dan ventilasi,
mencegah supaya hewan peliharaan seperti anjing dan kucing berkeliaran di
halaman pabrik dan di ruang pengolahan.
b) Mencegah Timbulnya Serangan Hama
Hal-hal berikut ini dapat dilakukan untuk mencegah adanya serangan hama di dalam
sarana pengolahan:
Adanya makanan yang berserakan dan air yang tergenang merangsang
timbulnya sarang hama, oleh karena itu, makanan harus disimpan di dalam
wadah yang cukup kuat dan disusun pada posisi tidak mengenai lantai dan
cukup jauh dari dinding.
Keadaan di luar dan di dalam pabrik harus tetap bersih, dan sampah-sampah
harus dibuang di tempat-tempat sampah yang kuat dan selalu tertutup.
Pabrik dan lingkungannya harus selalu diperiksa terhadap kemungkinan
timbulnya serangan hama.
Sarang hama harus segera dimusnahkan baik dengan perlakuan fisik atau
kimia tanpa mempengaruhi mutu dan keamanan produk makanan.
6. Higiene Karyawan
Karyawan yang dalam pekerjaannya melakukan kontak langsung dengan makanan dapat
merupakan sumber cemaran baik biologis, kimia, maupun fisik. Oleh karena itu, higiene
karyawan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menghasilkan produk
makanan yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi.
Praktek-praktek higiene karyawan yang baik dapat memberikan jaminan bahwa karyawan
yang dalam pekerjaannya melakukan kontak langsung dengan makanan tidak mencemari
produk makanan yang bersangkutan.
a) Kesehatan Karyawan
Karyawan yang sakit atau diduga masih membawa penyakit (baru sembuh dari sakit)
hendaknya dibebaskan dari pekerjaan yang berhubungan langsung dengan makanan,
karena mikrobanya dapat mencemari makanan. Karyawan yang memang sakit
hendaknya diistirahatkan.
Beberapa contoh penyakit karyawan yang mikrobanya dapat mencemari makanan
antara lain: sakit kuning (virus hepatitis A), diare, sakit perut, muntah, demam, sakit
tenggorokan, penyakit kulit seperti gatal, kudis, luka, dsb.
b) Kebersihan Karyawan
Karyawan yang bekerja di ruangan pengolahan makanan harus selalu dalam keadaan
bersih, mengenakan baju kerja serta penutup kepala dan sepatu. Perlengkapan seperti
baju kerja, penutup kepala, dan sepatu tidak boleh dibawa keluar dari pabrik.
Karyawan harus selalu mencuci tangannya dengan sabun pada saat-saat: sebelum
mulai melakukan pekerjaan mengolah makanan, sesudah keluar dari toilet/jamban,
sesudah menangani bahan mentah atau bahan kotor lain karena dapat mencemari
makanan lainnya.
Dalam rangka pengendalian proses, untuk setiap produk makanan yang dihasilkan
hendaknya ditetapkan, hal-hal sebagai berikut:
jenis dan jumlah bahan, bahan pembantu, dan bahan tambahan makanan yang
digunakan,
bagan alir yang sudah baku dari proses pengolahan yang harus dilakukan,
jenis, ukuran, dan persyaratan kemasan yang digunakan,
jenis produk pangan yang dihasilkan,
keterangan lengkap tentang produk yang dihasilkan termasuk nama produk, tanggal
produksi, tanggal kedaluwarsa dan nomor pendaftaran.
b) Kontaminasi Silang
Bahan makanan yang sedang ditangani selama proses pengolahan mudah
sekali mengalami kontaminasi, baik melalui air, udara, atau melalui kontak
langsung dengan makanan lain atau kontak langsung dengan karyawan. Jika
kontaminasi ini terjadi sebelum bahan makanan mendapatkan proses termal
seperti pasteurisasi atau sterilisasi, dampaknya mungkin tidak akan terlalu
besar. Akan tetapi jika kontaminasi ini terjadi setelah bahan pangan diolah
maka yang terjadi adalah kontaminasi silang yang merugikan. Contoh
kontaminasi silang adalah kontaminasi produk makanan yang telah diolah
dengan bahan mentah yang masih kotor, atau kontaminasi produk makanan
oleh peralatan yang masih kotor. Untuk mencegah terjadinya kontaminasi
silang diperlukan tindakan-tindakan sebagai berikut:
bahan mentah hendaknya disimpan terpisah jauh dari bahan makanan
yang telah diolah atau siap dikonsumsi,
ruang pengolahan hendaknya diperiksa dengan balk terhadap
kotoran-kotoran yang mungkin menyebabkan kontaminasi silang,
karyawan yang bekerja di ruang pengolahan hendaknya memakai
alat-alat pelindung seperti baju kerja, topi, sepatu, sarung tangan,
serta selalu mencuci tangan jika hendak masuk dan bekerja di ruang
pengolahan,
permukaan meja kerja, peralatan, dan lantai di ruang pengolahan
harus selalu dibersihkan dan didesinfeksi setiap selesai digunakan
untuk mengolah bahan mentah terutama daging dan ikan.
Untuk tujuan pengendalian produksi yang efektif, tergantung pada skala industrinya,
dibutuhkan minimal seorang penanggung jawab jaminan mutu yang mempunyai latar
belakang pengetahuan higiene yang baik. Yang bersangkutan bertanggung jawab penuh
terhadap terjaminnya mutu dan keamanan produk makanan yang dihasilkan. Dengan
demikian tugas utamanya adalah mengawasi jalannya produksi dan memperbaikinya jika
selama produksi terjadi penyimpangan yang dapat menurunkan mutu dan keamanan produk
makanan yang dihasilkan. Kegiatan pengawasan ini hendaknya dilakukan secara rutin dan
dikembangkan terus untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih baik.
1. Manajemen Mutu
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan
penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi)
dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu
rendah atau tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui
suatu “Kebijakan Mutu”, yang memerlukan partisipasi dan komitmen jajaran di semua
departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor.
Unsur dasar manajemen mutu adalah:
a) Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi,
prosedur, proses dan sumber daya
b) Tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang dihasilkan akan
selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut
disebut Pemastian Mutu.
Pengawasan Mutu (QC) adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan
pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi
dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan
relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan tidak digunakan
serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya
dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat.
Manajemen risiko mutu adalah suatu proses sistematis untuk melakukan penilaian,
pengendalian dan pengkajian risiko terhadap mutu suatu produk. Hal ini dapat
diaplikasikan secara proaktif maupun retrospektif. Manajemen risiko mutu hendaklah
memastikan bahwa:
a. Area Penimbangan
Penimbangan bahan awal dan produk dilakukan di area penimbangan terpisah yang didesain
khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area penyimpanan atau
produk
b. Area Produksi
1. Tata letak ruang produksi sebaiknya dirancang sedemikian rupa untuk :
- Memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang saling berhubungan antara satu
ruangan dengan ruangan lain mengikuti urutan tahap produksi dan menurut kelas
kebersihan yang dipersyaratkan
- Mencegah kesesakan dan ketidakteraturan
- Memungkinkan komunikasi dan pengawasan yang efektif terlaksana
2. Luas area kerja dan area penyimpanan bahan atau produk yang sedang dalam proses
hendaklah memadai untuk memungkinkan penempatan peralatan dan bahan secara
teratur dan sesuai dengan alur proses produksi.
3. Permukaan dinding, lantai, dan langit-langit bagian dalam ruangan hendaklah halus,
bebas retak dan sambungan terbuka, tidak melepaskan partikulat, serta memungkinkan
pelaksanaan pembersihan yang mudah dan efektif.
4. Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air,
permukaannya rata dan memungkinkan pembersihan cepat dan efisien. Sudut antara
dinding dan lantai di area pengolahan hendaklah berbentuk lengkungan.
5. Pipa yang terpasang di dalam ruangan tidak boleh menempel pada dinding tetapi
digantungkan dengan menggunakan siku-siku pada jarak cukup untuk memudahkan
pembersihan menyeluruh.
6. Pemasangan rangka atap, pipa dan saluran udara di dalam ruangan hendaklah
dihindarkan.
7. Lubang udara masuk dan keluar serta pipa-pipa dan salurannya hendaklah dipasang
sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran terhadap produk.
8. Saluran pembuangan air hendaklah cukup besar, didesain dan dilengkapi bak kontrol
untuk mencegah alir balik. Sedapat mungkin saluran terbuka dicegah tetapi bila perlu
hendaklah dangkal untuk memudahkan pembersihan dan disinfeksi.
9. Area produksi hendaklah diventilasi secara efektif dengan menggunakan sistem
pengendali udara termasuk filter udara dengan tingkat efisiensi yang dapat mencegah
pencemaran dan pencemaran silang, pengendali suhu dan bila perlu, pengendali
kelembaban udara sesuai kebutuhan produk yang diproses dan kegiatan yang dilakukan
di dalam ruangan dan dampaknya terhadap lingkungan luar pabrik.
c. Area Penyimpanan
1. Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas yang memadai untuk menyimpan
dengan rapi dan teratur, menjamin kondisi penyimpanan yang baik dan area tersebut
hendaklah bersih, kering dan mendapat penerangan yang cukup serta dipelihara dalam
batas suhu yang ditetapkan.
2. Area penerimaan dan pengiriman barang hendaklah dapat memberikan perlindungan
bahan dan produk terhadap cuaca.
3. Hendaklah disediakan area terpisah dengan lingkungan yang terkendali untuk
pengambilan sampel bahan awal.
4. Area terpisah dan terkunci hendaklah disediakan untuk penyimpanan bahan dan produk
yang ditolak, atau yang ditarik kembali atau yang dikembalikan.
e. Sarana Pendukung
1. Ruang isitirahat dan kantin hendaklah dipisahkan dari area produksi dan laboratorium
pengawasan mutu.
2. Toilet dan ruang ganti pakaian hendaklah berada dalam jumlah yang cukup dan mudah
diakses.
3. Toilet tidak boleh berhubungan langsung dengan area produksi atau area penyimpanan.
Ruang ganti pakaian hendaklah berhubungan langsung dengan ara produksi namun
letaknya terpisah.
4. Sedapat mungkin letak bengkel perbaikan dan perawatan peralatan terpisah dari area
produksi.
5. Sarana pemeliharaan hewan hendaklah diisolasi dengan baik terhadap area lain dan
dilengkapi pintu masuk terpisah (akses hewan) serta unit pengendali udara yang terpisah.
4. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran
yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin
sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets dan untuk memudahkan pembersihan serta
perawatan agar dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran, dan hal-
hal yang umumnya berdampak buruk pada mutu produk.
Desain dan konstruksi peralatan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Peralatan manufaktur hendaklah didesain, ditempatkan dan dirawat sesuai dengan
tujuannya.
b. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi
tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat memengaruhi identitas,
mutu atau kemurnian di luar batas yang ditentukan.
c. Bahan yang diperlukan untuk peng-operasian alat khusus, misalnya pelumas atau
pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga tidak
memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk antara ataupun produk
jadi.
d. Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor, tetesan pelumas dan hal sejenis
atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi dan adaptasi yang tidak tepat.
e. Peralatan manufaktur hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan.
Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci serta disimpan
dalam keadaan bersih dan kering.
f. Peralatan pencucian dan pembersihan hendaklah dipilih dan digunakan agar tidak menjadi
sumber pencemaran.
g. Peralatan produksi yang digunakan hendaklah tidak berakibat buruk pada produk. Bagian
alat produksi yang bersentuhan dengan produk tidak boleh bersifat reaktif, aditif atau
absorbtif yang dapat memengaruhi mutu dan berakibat buruk pada produk.
h. Semua peralatan khusus untuk pengolahan bahan mudah terbakar atau bahan kimia atau
yang ditempatkan di area di mana digunakan bahan mudah terbakar, hendaklah dilengkapi
dengan perlengkapan elektris yang kedap eksplosi serta dibumikan dengan benar.
i. Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan ketelitian yang tepat
untuk proses produksi dan pengawasan.
j. Peralatan untuk mengukur, menimbang, mencatat, dan mengendalikan hendaklah
dikalibrasi dan diperiksa pada interval waktu tertentu dengan metode yang ditetapkan.
Catatan yang memadai dari pengujian tersebut hendaklah disimpan.
k. Filter cairan yang digunakan untuk proses produksi hendaklah tidak melepaskan serat ke
dalam produk. Filter yang mengandung asbes tidak boleh digunakan walaupun sesudahnya
disaring kembali menggunakan filter khusus yang tidak melepaskan serat.
l. Pipa air suling, air deionisasi dan bila perlu pipa air lain untuk produksi hendaklah
disanitasi sesuai prosedur tertulis. Prosedur tersebut hendaklah berisi rincian batas cemaran
mikroba dan tindakan yang harus dilakukan.
Program higiene yang rinci hendaklah dibuat dan diadaptasikan terhadap berbagai kebutuhan
di dalam area pembuatan. Program tersebut hendaklah mencakup prosedur yang berkaitan
dengan kesehatan, praktik higiene, dan pakaian pelindung personil. Prosedur hendaklah
dipahami dan dipatuhi secara ketat oleh setiap personil yang bertugas di area produksi dan
pengawasan.
Program higiene hendaklah dipromosikan oleh manajemen dan dibahas secara luas selama
sesi pelatihan. Semua personil hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat
direkrut. Merupakan suatu kewajiban bagi industri agar tersedia instruksi yang memastikan
bahwa keadaan kesehatan personil yang dapat memengaruhi mutu produk diberitahukan
kepada manajemen industri. Sesudah pemeriksaan kesehatan awal hendaklah dilakukan
pemeriksaan kesehatan kerja dan kesehatan personil secara berkala. Petugas pemeriksa visual
hendaklah menjalani pemeriksaan mata secara berkala.
6. Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan; dan
memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi
persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam produksi antara lain:
Penyimpanan Bahan Awal, Bahan Pengemas, Produk Antara, Produk Ruahan Dan Produk
Jadi Semua bahan dan produk hendaklah disimpan secara rapi dan teratur untuk mencegah
risiko kecampurbauran atau pencemaran serta memudahkan pemeriksaan dan pemeliharaan.
Bahan dan produk hendaklah diletakkan tidak langsung di lantai dan dengan jarak yang cukup
terhadap sekelilingnya. Disimpan dengan kondisi lingkungan yang sesuai agar bahan dan
produk tetap stabil.
7. Pengawasan Mutu
Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan Obat yang Baik
untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai
dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan
pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal
pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi. Pengawasan Mutu mencakup pengambilan
sampel, spesifikasi, pengujian serta termasuk pengaturan, dokumentasi, dan prosedur
pelulusan yang memastikan bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan
tidak diluluskan untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah
dibuktikan memenuhi persyaratan.
Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam
semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu
dari Produksi dianggap hal yang fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan
kegiatan dengan memuaskan. Tiap pemegang izin pembuatan harus mempunyai Bagian
Pengawasan Mutu. Bagian ini harus independen dari bagian lain dan di bawah tanggung
jawab dan wewenang seorang dengan kualifikasi dan pengalaman yang sesuai, yang
membawahi satu atau beberapa laboratorium. Sarana yang memadai harus tersedia untuk
memastikan bahwa segala kegiatan Pengawasan Mutu dilaksanakan dengan efektif dan dapat
diandalkan.
Bagian Pengawasan Mutu secara keseluruhan juga mempunyai tanggung jawab, antara lain
adalah:
a. Membuat, memvalidasi, dan menerapkan semua prosedur pengawasan mutu.
b. Menyimpan sampel pembanding dari bahan dan produk.
c. Memastikan pelabelan yang benar pada wadah bahan dan produk.
d. Memastikan pelaksanaan pemantauan stabilitas dari produk.
e. Ikut serta pada investigasi dari keluhan yang terkait dengan mutu produk.
Bagian pengawasan mutu ini memiliki wewenang khusus untuk memberikan keputusan
meluluskan atau menolak atas mutu bahan baku atau produk obat ataupun hal lain yang
mempengaruhi mutu obat. Pengawasan mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analitis di
laboratorium, antara lain:
a. Pengambilan sampel.
b. Pemeriksaan dan pengujian, yaitu meliputi bahan awal, bahan pengemas, produk jadi,
pengujian atau pemantauan lingungan, pengujian ulang bahan yang diluluskan, dan
pengolahan ulang.
c. Pengujian yang dilakukan dalam rangka validasi.
d. Program stabilitas on-going.
e. Penanganan sampel pertinggal.
f. Menyusun dan memperbaharui spesifikasi bahan dan produk serta metode pengujiannya.
Semua kegiatan tersebut hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur tertulis, dan dicatat di
mana perlu. Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang diterapkan bagian Pengawasan Mutu
hendaklah menjamin bahwa pengujian yang diperlukan telah dilakukan sebelum bahan
digunakan dalam produksi dan produk disetujui sebelum didistribusikan.
8. Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan
pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program inspeksi diri
hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk
menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara
independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi
penerapan CPOB secara obyektif.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin serta pada situasi khusus, misalnya dalam hal
terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran untuk
tindakan perbaikan supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah
didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh personil perusahaan yang
kompeten. Manajemen hendaklah membentuk tim inspeksi diri yang berpengalaman dalam
bidangnya masing-masing dan memahami CPOB. Audit independen oleh pihak ketiga juga
dapat bermanfaat. Inspeksi diri dapat dilaksanakan per bagian sesuai dengan kebutuhan
perusahaan, namun inspeksi diri yang menyeluruh hendaklah dilaksanakan minimal 1 (satu)
kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri hendaklah tertulis dalam prosedur inspeksi diri.
Semua hasil inspeksi diri hendaklah dicatat. Laporan hendaklah mencakup semua hasil
pengamatan yang dilakukan selama inspeksi dan bila memungkinkan saran untuk tindakan
perbaikan.
Pernyataan dari tindakan yang dilakukan hendaklah dicatat. Hendaklah ada program
penindak-lanjutan yang efektif. Manajemen perusahaan hendaklah mengevaluasi baik laporan
inspeksi diri maupun tindakan perbaikan bila diperlukan.
Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk menangani keluhan dan
memutuskan tindakan yang hendak dilakukan bersama staf yang memadai untuk
membantunya. Apabila personil tersebut bukan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu), maka ia hendaklah memahami cara penanganan seluruh keluhan, penyelidikan atau
penarikan kembali produk.
Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang merinci penyelidikan, evaluasi, tindak lanjut yang
sesuai, termasuk pertimbangan untuk penarikan kembali produk, dalam menanggapi keluhan
terhadap obat yang diduga cacat. Penanganan keluhan dan laporan suatu produk termasuk
hasil evaluasi dari penyelidikan serta tindak lanjut yang dilakukan hendaklah dicatat dan
dilaporkan kepada manajemen atau bagian yang terkait.
Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu atau beberapa
produk atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran yang dilakukan apabila ditemukan
produk yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi yang merugikan yang serius
serta berisiko terhadap kesehatan.
Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk melaksanakan dan
mengkoordinasikan penarikan kembali produk dan hendaklah ditunjang oleh staf yang
memadai untuk menangani semua aspek penarikan kembali sesuai dengan tingkat urgensinya.
Personil tersebut hendaklah independen terhadap bagian penjualan dan pemasaran. Jika
personil ini bukan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), maka ia hendaklah
memahami segala operasi penarikan kembali. Hendaklah tersedia prosedur tertulis, yang
diperiksa secara berkala dan dimutakhirkan jika perlu, untuk mengatur segala tindakan
penarikan kembali. Operasi penarikan kembali hendaklah mampu untuk dilakukan segera dan
tiap saat.
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian ke industri farmasi
karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa, atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau
kemasan yang dapat menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat
yang bersangkutan. Tiap keluhan yang menyangkut kerusakan produk dicatat yang mencakup
rincian mengenai asal usul keluhan dan diselidiki secara menyeluruh dan mendalam. Kepala
bagian Pengawasan Mutu dilibatkan dalam pengkajian masalah tersebut. Jika produk pada
suatu bets ditemukan atau diduga cacat, maka dipertimbangkan untuk memastikan apakah
bets lain juga terpengaruh. Khusus bets yang mengandung hasil pengolahan ulang dari bets
yang cacat diselidiki.
10. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang baik
merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas adalah
fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan
secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang
biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen
Produksi Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah sangat
penting.
Kontrak tertulis hendaklah dibuat meliputi pembuatan dan/atau analisis obat yang
dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait. Semua pengaturan untuk pembuatan dan
analisis berdasarkan kontrak termasuk usul perubahan dalam pengaturan teknis atau
pengaturan lain hendaklah sesuai dengan izin edar untuk produk bersangkutan. Dalam hal
analisis berdasarkan kontrak, pelulusan akhir harus diberikan oleh kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu) Pemberi Kontrak.
12. Kualifikasi dan Validasi
Kualifikasi adalah segala kegiatan pembuktian dan pendokumentasian bahwa sebuah sistem
dan atau alat sudah terpasang dan berfungsi secara benar sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan. Kualifikasi merupakan tahap awal yang harus dilakukan sebelum validasi.
Kualifikasi terdiri dari Kualifikasi Desain (KD), Kualifikasi Instalasi (KI), Kualifikasi
Operasional (KO), dan Kualifikasi Kinerja (KK).
CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan
sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan
signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat memengaruhi mutu produk
hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan kajian risiko hendaklah digunakan untuk
menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi. Seluruh kegiatan validasi hendaklah
direncanakan. Unsur utama program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan
didokumentasikan di dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. RIV
hendaklah merupakan dokumen yang singkat, tepat dan jelas. RIV hendaklah mencakup
sekurang-kurangnya data sebagai berikut:
a. Kebijakan validasi.
b. Struktur organisasi kegiatan validasi.
c. Ringkasan fasilitas, sistem, peralatan, dan proses yang akan divalidasi.
d. Format dokumen: format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan jadwal
pelaksanaan.
e. Pengendalian perubahan.
f. Acuan dokumen yang digunakan.
Jadi intinya aspek atau ruang lingkup dalam CPOB atau CPMB memiliki pedoman tercapainya hasil
produk akhir yang bermutu, ber kualitas, terjamin, dan layak di edarkan.
BAB III
KESIMPULAN
1. CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) 2006 atau GMP (Good Manufacturing
Practices) 2006 adalah suatu pedoman pembuatan obat berdasarkan berbagai
ketentuan dalam CPOB yang bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten,
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
2. Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB) adalah suatu pedoman yang
menjelaskan bagaimana memproduksi makanan agar bermutu, aman dan layak untuk
dikonsumsi.Aman dikonsumsi artinya produk makanan tersebut tidak mengandung
bahan-bahan yang dapat membahayakan kesehatan atau keselamatan manusia. Layak
dikonsumsi artinya makanan tersebut keadaannya normal tidak menyimpang seperti
busuk, kotor, menjijikkan, dan penyimpangan lain.