Anda di halaman 1dari 42

KAJIAN KONSENTRASI KOJI Saccharomyces cereviseae var.

Ellipsoideus DAN SUHU PADA PROSES FERMENTASI


KERING TERHADAP KARAKTERISTIK KOPI VAR. ROBUSTA

KAJIAN KONSENTRASI KOJI Saccharomyces cereviseae var.


Ellipsoideus DAN SUHU PADA PROSES FERMENTASI
KERING TERHADAP KARAKTERISTIK KOPI VAR.
ROBUSTA

Dr.Ir. Yusep Ikrawan, M.ENG Ir. Hervelly, MP.

Meiza Maajid Panuntas, ST.

ABSTRACT

Coffee is one of Indonesia's commodity crops that are commonly smallholder productivity and
quality of coffee produced is still low. Coffee contains caffeine can make someone addicted and
dangerous if taken continuously. Caffeine is safe to consume by a person only 80-150 ppm per
day. The purpose of this study was to determine the concentration of koji yeast Saccharomyces
cereviseae var. Ellipsoideus, and the optimum of temperature the characteristic of robusta cofee.
The benefits of this research was to reduce levels of acid and caffeine, as well as improving the
quality of coffee by using koji yeast Saccharomyces cereviseae var. Ellipsoideus the dry
fermentation process.
Research method consists of making koji Saccharomyces cereviseae var. Ellipsoideusi with
coffee adaptation to be used, the determination of the concentration of koji Saccharomyces
cereviseae var. Ellipsoideusi and the right temperature on fermentation dry bean. In this study,
using a simple linear regression experimental design consisting of 2 variables, namely koji
concentration and fermentation temperature. Koji concentration consists of 4 level and
temperature of fermentation consists of 4 level with repeated 2 times.
Results of the analysis calculation total cell number Koji Saccharomyces cereviseae var.
Ellipsoideusi was best koji coffee powder concentration of 1.9%. The results of research shows
that coffee has the best aroma k2t1 sample grading 0.954% caffeine coffee fermentation, fermented
coffee acidity 0.821%, water content 6.829% fermented coffee, the caffeine content of coffee
roasting 0.839%, acidity coffee roasting 0.0175%, grade 1.4125% of coffee roasting. Coffee that
has the best color is the sample k2t4 grading 0.699% caffeine coffee fermentation, fermented coffee
acidity 1.305%, water content 9.616% fermented coffee, the caffeine content of coffee roasting
0.689%, acidity coffee roasting 0.0136%, the water content of coffee roasting 2.477%.

1
I PENDAHULUAN Kafein sebagai zat stimulan tingkat
sedang (mild stimulant) memang seringkali
1.1. Latar Belakang Penelitian
dituding sebagai penyebab kecanduan. Hal
Kopi merupakan salah satu komoditas
tersebut tidak sepenuhnya benar. Kafein
hasil perkebunan di Indonesia yang banyak
hanya dapat menimbulkan kecanduan jika
diusahakan oleh perkebunan rakyat, ± 92%
dikonsumsi dalam jumlah yang sangat
dan produktivitas serta mutu kopi yang
banyak dan rutin. Namun kecanduan kafein
dihasilkan masih rendah (Lembaga
berbeda dengan kecanduan obat
Informasi Pertanian, 1992).
psikotropika, karena gejalanya akan hilang
Bagian tanaman kopi yang banyak
hanya dalam satu dua hari setelah konsumsi.
dimanfaatkan oleh masyarakat adalah
Kopi memiliki kandungan kafein yang
bijinya yang diolah menjadi minuman
cukup untuk membuat seseorang kecanduan
dengan kandungan kafein dalam dosis
dan berbahaya jika dikonsumsi terus-
rendah. Kafein ini mampu mengurangi rasa
menerus. Kafein yang aman dikonsumsi oleh
lelah dan membuat pikiran menjadi segar.
seseorang hanya 80-150 ppm perharinya.
Minuman kopi yang berperan sebagai
Tingginya kandungan kafein pada kopi
perangsang (stimulant) membuat kopi
menyebabkan perlu dilakukannya
digemari oleh banyak orang, tetapi minuman
penanganan penurunan kadar kafein, agar
kopi bersifat mengganggu kesehatan jika
aman dikonsumsi (Hermanto, 2007).
dikonsumsi dalam jumlah yang terlalu
Penurunan kafein sering kali disebut
banyak. Koswara (2006), menjelaskan
dengan dekafeinasi. Proses dekafeinasi dapat
bahwa konsumsi kopi pada jumlah yang
dilakukan dengan menguapkan kafein pada
terlalu tinggi, kafein yang terkandung di
suhu tinggi, melarutkan kafein dalam
dalam kopi berdampak negatif karena
senyawa metilen klorida dan etil asetat, atau
mempengaruhi sistem saraf pusat, sistem
dengan menggunakan senyawa theophylline
pernafasan, otot, pembuluh darah, jantung,
yang dilekatkan pada bakteri untuk
dan ginjal pada manusia.
menghancurkan struktur kafein (Hermanto,
Struktur buah kopi tediri atas tiga
2007).
bagian, yaitu lapisan kulit luar (excocarp),
Acids, atau zat asam pada kopi adalah
lapisan daging (mesocarp), lapisan kulit
zat alami yang terdapat pada green bean dan
tanduk (endoscarp). Komposisi kimia biji
roasted bean. Zat asam ini akan
kopi berbeda-beda, tergantung tipe kopi,
menimbulkan rasa asam pada kopi seduh
tanah tempat tumbuh dan pengolahan kopi.
saat dikonsumsi. Asam yang terlalu
Senyawa kimia yang terpenting terdapat
berlebihan pada kopi akan mengganggu
didalam kopi adalah caffein dan caffeol.
lambung orang yang mengkonsumsi kopi,
Caffeine yang menstimuli kerja saraf,
terutama bagi yang memiliki penyakit maag.
sedangkan caffeol memberikan flavor dan
Tinggnya resiko karena adanya asam yang
aroma yang baik (Ridwansyah, 2003).
berlebih pada kopi membuat produk kopi
Kafein dalam bentuk murni seperti
tidak dapat dikonsumsi oleh semua orang,
kristal berbentuk tepung putih atau
sehingga banyak penanganan yang
berbentuk seperti benang sutera yang
dilakukan untuk mengurangi kadar asam
panjang dan kusut, dapat mencair pada suhu
pada kopi (Helmi, 2010).
235-237°C dan akan mengalami sublimasi
Kadar asam pada kopi secara tidak
pada suhu 176oC. Kafein ini mengeluarkan
langsung akan berkurang pada saat
bau yang wangi, mempunyai rasa yang
penyangraian. Hal ini terjadi akibat
sangat pahit dan mengembang di dalam air.
tingginya asam volatil yang dihasilkan pada
Senyawa ini merupakan alkaloid turunan
saat kopi diperam ataupun difermentasi.
dari methyl xanthyne 1,3,7-trimethyl
Asam volatil yang mudah menguap akan
xanthyne. Kafein juga merupakan basa
mengganggu stabilitas asam lain pada kopi
monocidic yang lemah dan dapat dipisahkan
serta meningkatkan suhu penyangraian yang
dengan penguapan, serta mudah diuraikan
membuat kandungan asam akan turun
oleh alkalis yang panas (Ridwansyah, 2003).
drastis. Peningkatan kadar asam pada saat

1
KAJIAN KONSENTRASI KOJI Saccharomyces cereviseae var. Ellipsoideus DAN SUHU PADA PROSES
FERMENTASI KERING TERHADAP KARAKTERISTIK KOPI VAR. ROBUSTA

fermentasi sebagai produk sampingan akan proses fermentasi ini adalah asam butirat,
sangat berguna dalam penurunan kadar asam propionate, dan senyawa etanol. Asam lain
serta kadar kafein hingga kopi aman untuk akan memberikan onion flavor. Biji kopi
dikonsumsi oleh siapapun (Helmi, 2010). yang telah terpisahkan dari pulp dan
parchment akan berwarna coklat. Proses
Pengolahan buah kopi menjadi biji kopi browning ini terjadi akibat oksidasi
dapat dilakukan dengan cara kering atau Dry polifenol. Terjadinya warna kecoklatan yang
Processing disebut O.I.B (Ost Indische kurang menarik ini dapat dicegah dalam
Bereiding), dan cara basah atau Wet proses fermentasi melalui pemakaian air
Processing disebut W.I..B. (West lndische pencucian yang bersifat alkalis (Anonim,
Bereiding). Perbedaan yang prinsip dari 2006).
kedua cara tersebut adalah pada cara kering Kopi Robusta memerlukan waktu
dilakukan pengupasan kulit tanduk dan kulit fermentasi yang lebih lama disebabkan
ari setelah biji kopi dikeringkan, sedangkan karena hemisellulosa, substansi pektin dan
cara basah pengupasan kulit tanduk dan kulit gula pada proses demusilasi sulit untuk
ari dilakukan sewaktu buah kopi setelah dipisahkan. Dengan penambahan enzim
dipanen (Anonim, 2011). pektinase dapat mempercepat proses
Dry Processing terdiri dari proses demusilasi, mengurangi pH dan mengurangi
pengeringan, pencucian, pengupasan, kandungan gula. Proses fermentasi
penggilingan, sortasi, dan penyimpanan, dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya
sedangkan Wet Processing terdiri dari proses suhu fermentasi. Cepat dan lambatnya kerja
penerimaan, pembersihan, pemisahan kulit enzim dalam penguraian lapisan mucilage
dan biji, fermentasi, pencucian, pengeringan, berhubungan dengan suhu. Selain suhu
pencucian, pengupasan, penggilingan, fermentasi kondisi yang paling penting
sortasi dan penyimpanan. Perbedaan dari dalam proses penghilangan mucilage
kedua proses tersebut yaitu adanya tahapan dipengaruhi oleh ketebalan lapisan
proses fermentasi. mucilage, konsentrasi enzim dan
Fermentasi bertujuan untuk membantu mikrobiologi (Murthy et al., 2011).
melepaskan lapisan lendir yang masih Faktor-faktor yang mempengaruhi
melekat pada kulit tanduk,. Pektin dapat keberhasilan proses fermentasi tergantung
dihidrolisis oleh enzim pektinase yang pada kebersihan sarana fermentasi, lama
terdapat di dalam buah dan reaksinya dapat fermentasi, kelembaban lingkungan, suhu
dipercepat dengan bantuan jasad renik dan kadar oksigen. Waktu yang diperlukan
(Saccharomyces). Proses fermentasi untuk fermentasi kopi tergantung pada jenis
pengolahan kopi secara basah terbagi kopi yang digunakan, umumnya waktu
menjadi 3 cara yaitu pengolahan cara basah fermentasi berkisar antara 12-36 jam. Proses
tanpa fermentasi, pengolahan cara basah fermentasi yang terlalu lama akan
dengan proses fermentasi kering, dan proses menimbulkan cita rasa tak sedap karena
pengolahan cara basah dengan proses timbulnya asam dan apek sebagai akibat
fermentasi basah (Ridwansyah, 2003). pembusukan oleh mikroorganisme.
Perubahan yang terjadi selama proses Kelembaban yang tinggi akan memicu
fermentasi meliputi pemecahan komponen pertumbuhan mikroorganisme lain yang
mucilage, pemecahan gula, dan perubahan akan mengganggu proses berlangsungnya
warna kulit. Mucilage merupakan bagian fermentasi. Suhu yang digunakan umumnya
lapisan berlendir yang menyelimuti biji kopi sekitar 30OC, jika suhu kurang dari 30OC
dengan komponen terpentingnya yaitu pertumbuhan mikroorganisme penghasil
protopektin. Enzim yang termasuk sejenis asam akan lambat sehingga dapat terjadi
katalase akan memecah protopektin didalam pertumbuhan produk. Kadar oksigen yang
buah kopi, kondisi fermentasi pada pH 5.5- dibutuhkan untuk fermentasi tergantung
6.0 akan menyebabkan pemecahan getah pada jenis mikroorganisme yang digunakan
berjalan cukup cepat. Proses pemecahan termasuk ke dalam aerob, anaerob atau
gula menghasilkan asam laktat dan asam aerob fakultatif. Oksigen yang berlebih akan
asetat dengan kadar asam laktat yang lebih menghambat bahkan membunuh
besar. Asam-asam lain yang dihasilkan dari mikroorganisme yang digunakan untuk

3
4

fermentasi biji kopi berjalan sempurna. Dengan bantuan yeast,


(Anonim, 2006). justru bakteri Acetobacter aceti yang
Saccharomyces cerevisiae varietas terdesak, dan tidak berkembang. Sebab
ellipsoideus biasa digunakan untuk naiknya populasi salah satu khamir, akan
fermentasi buah anggur karena khamir jenis menghambat pertumbuhan bakteri jenis lain.
ini mempunyai sifat yang dapat mengadakan Fermentasi dengan bantuan yeast akan
fermentasi pada suhu yang agak tinggi yaitu mempersingkat waktu (Anonim, 2006).
30 oC. Khamir jenis ini juga mampu
1.2. Identifikasi Masalah
memfermentasi beberapa macam gula
Identifikasi masalah dari penelitian
diantaranya sukrosa, glukosa, fruktosa,
yang telah dilakukan adalah :
galaktosa, manosa, maltosa dan maltotriosa
1. Bagaimana korelasi konsentrasi koji ragi
(Fardiaz, 1989).
Saccharomyces cereviseae var.
Selain mikroorganisme yang dapat
Ellipsoideus terhadap karakteristik biji
langsung ditambahkan pada proses
kopi yang dilakukan fermentasi kering.
fermentasi biji kopi biasanya dapat pula
2. Bagaimana korelasi suhu fermentasi
digunakan koji. Koji adalah sekumpulan
terhadap karateristik biji kopi yang
mikroorganisme bias dari satu strain
dilakukan fermentasi kering.
mikroorganisme atau campuran beberapa
3. Bagaimana interaksi konsentrasi koji
mikroorganisme. Pada dasarnya adalah
ragi Saccharomyces cereviseae var.
budidaya substrat padat cetakan untuk
Ellipsoideus dan suhu fermentasi
menghasilkan enzim hidrolisis pada biji.
terhadap karakteristik biji kopi yang
Koji karena itu berfungsi sebagai sumber
difermentasi secara kering.
dari berbagai enzim katalase yang dapat
mendegradasi bahan baku solid untuk
produk larut sebagai substrat untuk 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
fermentasi ragi dan bakteri dalam tahap Maksud penelitian ini adalah untuk
fermentasi berikutnya (Wood, 1985). mengurangi kadar asam dan kadar kafein
Pada penelitian ini dilakukan proses serta mendapatkan mutu kopi yang baik.
fermentasi pada buah kopi menggunakan Tujuan penelitian ini adalah untuk
khamir Saccharomyces cerevisiae var. mengetahui konsentrasi koji ragi
ellipsoideus. Saat fermentasi dilakukan Saccharomyces cereviseae var. Ellipsoideus
pemberian konsentrasi koji dan perlakuan yang tepat, suhu yang optimal dan untuk
suhu yang berbeda, agar didapatkan hasil menghasilkan kopi seduh dengan mutu yang
biji kopi dengan flavour yang harum, kadar baik.
asam dan kadar kafein yang minimum
1.4. Manfaat Penelitian
dengan konsentrasi koji dan suhu yang tepat.
Manfaat penelitian ini adalah untuk
Tanpa bantuan yeast (ragi) pun
menurunkan kadar asam dan kafein serta
fermentasi kopi secara kering akan mampu
meningkatkan mutu kopi dengan
membuang lapisan gula yang menyelimuti
menggunakan koji ragi Saccharomyces
kulit biji kopi, akan tetapi fermentasi selama
cereviseae var. Ellipsoideus pada proses
24 jam itu, tidak akan berlangsung
fermentasi kering.
sempurna. Tidak sempurnanya fermentasi
tanpa yeast, disebabkan oleh 2 hal yakni 1.5. Kerangka Pemikiran
pertama, di udara terbuka memang terdapat Sivetz (1963) menyatakan buah kopi
spora khamir Saccharomyces cerevisiae. masak mengandung mucilage atau lendir
Namun populasinya, pasti tidak sebanyak yang kaya pektin, protopektin, asam pektat,
apabila secara khusus dicampurkan dalam kalsium dan sulfur, sedikit Mangan, enzim
hasil pulping buah kopi tersebut. Kedua, di protopektinase, pektat pektinase dan pektin
udara terbuka juga terdapat bakteri esterase.
Acetobacter aceti yang akan mengubah gula Proses penguraian lapisan lendir secara
menjadi asam asetat. Dengan aktifnya enzimatis dapat berlangsung melalui proses
bakteri Acetobacter aceti, maka khamir oksidasi dan hidrolisis serta terjadinya
Saccharomyces cerevisiae akan terdesak dan penguraian pektin yang tidak larut menjadi
tidak berkembang sehingga fermentasi tidak

4
KAJIAN KONSENTRASI KOJI Saccharomyces cereviseae var. Ellipsoideus DAN SUHU PADA PROSES
FERMENTASI KERING TERHADAP KARAKTERISTIK KOPI VAR. ROBUSTA

pektin yang larut sehingga mudah sehingga menghasilkan asam. Adanya asam
dihilangkan (Sivetz, 1963). akan menurunkan pH sampai mencapai titik
Menurut Maria (2009) proses isoelektrik protein sehingga protein akan
fermentasi buah kopi dapat terjadi dengan terkoagulasi. Kemudian enzim proteolitik
bantuan jasad renik (Saccharomyces) yang akan memecah protein yang terkoagulasi
berfungsi untuk mempercepat proses tersebut sehingga akan mempercepat proses
fermentasi dan disebut dengan proses pelepasan mucilage (Rusmanto,2004).
peragian dan pemeraman pada suhu tertentu. Griffin (1981) menyatakan
Wood (1985) menyatakan khamir dapat pertumbuhan khamir pada substrat yang
digunakan pada proses fermentasi buah kopi mengandung disakarida memerlukan sistem
umumnya menggunakan Saccharomyces enzimatis untuk memetabolisme substrat
marsicianus kemudian diikuti dengan oleh eksoenzim dan enzim lainnya.
Saccharomyces bayanus, sedangkan Menurut Casida (1968); Frazier (1978)
menggunakan Saccharomyces cereviseae suhu optimum pertumbuhan khamir
dan Schizosaccharomyces dalam jumlah Saccharomyces cerevisiae var. ellipsoideusi
yang banyak karena memiliki kemampuan adalah pada suhu 25-30OC dan maksimum
yang lebih rendah. pada 35-47OC, sedangkan pH optimum 4-5
Oura (1983) menyatakan dengan batas minimal aw untuk khamir
Saccharomyces cerevisiae merupakan salah biasa adalah 1,88-1,92. perubahan pH dapat
satu spesies khamir yang memiliki daya mempengaruhi pembentukan hasil samping
konversi gula menjadi etanol. Produk fermentasi. Nilai pH dapat diturunkan
metabolik utama adalah etanol, CO2 dan air menggunakan asam sitrat, sedangkan untuk
sedangkan beberapa produk lain dihasilkan menaikkan pH dapat digunakan natrium
dalam jumlah sangat sedikit. Saccharomyces benzoat.
cerevisiae bersifat fakultatif anaerobik, Khamir dapat tumbuh dengan baik pada
memerlukan suhu 30OC dan pH 4,0-4,6 agar pH antara 3-6. Perubahan pH pada proses
dapat tumbuh dengan baik. Selama proses fermentasi buah kopi dapat mempengaruhi
fermentasi buah kopi akan timbul panas, pembentukan hasil samping fermentasi.
apabila tidak dilakukan pendinginan, suhu Pada pH tinggi maka lag phase akan
akan makin meningkat sehingga proses berkurang dan aktivitas fermentasi akan naik
fermentasi terhambat. (Prescott dan Dunn, 1959).
Murthy (2011) menyatakan perubahan Maria (2009) menyatakan bahwa
penting dan nyata terjadi selama fermentasi konsentrasi ragi berpengaruh terhadap nilai
buah kopi adalah degradasi lapisan lendir organoleptik(aroma dan rasa),berpengaruh
yang mengelilingi permukaan biji yang nyata terhadap kadar kafein. Lama
disebut dengan mucilage, terdiri dari fermentasi akan berpengaruh sangat nyata
senyawa pektin meliputi protopektin sebesar terhadap kadar kafein pada produk kopi.
30 %, gula pereduksi yaitu glukosa dan Konsentrasi ragi 3% dan lama fermentasi 15
fruktosa sebanyak 20 %, gula non pereduksi jam akan menghasilkan mutu kopi yang
yaitu sukrosa sebanyak 20 %, serta sellulosa terbaik dengan kadar kafein yang terendah
dan mineral sebanyak 17 %. yaitu 2,185 %.
Sukrosa dapat difermentasi oleh khamir Fermentasi dengan menggunakan ragi
yang menghasilkan enzim sukrase sebanyak 3 % akan menghasilkan kadar
(invertase) dan maltase yang mengkonversi kafein sebesar 2,318 % dan kadar air sebesar
gula agar mudah terfermentasi (Stark dalam 6,815 % dengan lama fermentasi kurang dari
Underkofler dan Hickey, 1954). 24 jam. (Imelda, 2009).
Menurut Reed dan Rehm (1983) Clifford (1985) menyatakan bahwa
Saccharomyces cerevisiae var. ellipsoideus adanya beberapa asam alifatik yang
dapat memfermentasi glukosa, maltosa, dihasilkan selama fermentasi biji kopi, asam
sukrosa, dan rafinosa. asetat dan asam laktat juga menjadi
Mikroorganisme S.cereviceae dominan, dengan asam butirat khususnya
menghasilkan berbagai jenis enzim asam propionat meningkat pada akhir proses
diantaranya enzim proteolitik dan amilolitik. fermentasi. Proses fermentasi itu dilakukan
Enzim amilolitik akan memecah karbohidrat untuk peningkatan karakteristik akhir dari

5
6

biji kopi, karakteristik biji kopi yang Bahan yang digunakan dalam penelitian
disangrai dan kualitas rasa pada kopi yang ini adalah biji kopi Robusta yang segar, koji
diseduh. Saccharomyces cereviseae var. Ellipsoideus,
Kopi yang diproses secara fermentasi larutan Kloroform (CHCl3), larutan
alami menghasilkan kopi dengan keasaman Amonium hidroksida (NH4OH), larutan
yang normal dan berasa obat sedangkan Asam Sulfat (H2SO4) 2M, larutan Natrium
kopiyang diproses secara fermentasi dengan Hidroksida (NaOH) 0,1 N, Aquadest.
penambahan enzim dari luar menghasilkan
3.2. Alat-alat yang Digunakan
kopi dengan keasaman yang cukup dan
Alat yang digunakan dalam penelitian
memiliki flavor yang manis, selanjutnya
ini adalah inkubator, wadah fermentasi,
dijelaskan pula kopi yang diproses dengan
kompor, katel, spatula, labu takar 100 ml,
pencucian saja menghasilkan keasaman yang
Erlenmeyer 100 ml, Erlenmeyer 250 ml,
normal dan sedikit berasa pahit
water bath, pipet volume 10 ml, pipet
(Velmauraugane, 2011).
volume 5 ml, pipet tetes, batang pengaduk,
Menurut Clarke dan Macrae (1987)
gelas kimia 100 ml, kondensor, oven, statif
kadar asam pada robusta Robusta Roasted
dan buret.
dapat mencapai 3.9-4.6 % dari bobot kering
kopi dengan kadar asam awal pada Robusta 3.3. Metode Penelitian
Green yang berkisat 7-10 %. Penelitian ini terdiri atas rancangan
Penyangraian biji kopi akan mengubah perlakuan, rancangan percobaan, dan
secara kimiawi kandungan biji kopi, disertai rancangan respon.
susut bobotnya dan perubahan warna 3.3.1. Rancangan Perlakuan
bijinya. Kopi biji setelah disangrai akan Penelitian ini dilakukan untuk
mengalami perubahan kimia yang menentukan konsentrasi koji Saccharomyces
merupakan unsur cita rasa yang lezat cereviseae var. Ellipsoideusi dan suhu yang
(Ridwansyah, 2003). tepat pada proses fermentasi kering terhadap
karakteristik biji kopi Robusta.
1.6. Hipotesa Penelitian
Rancangan perlakuan yang digunakan
Hipotesa dari penelitian yang telah
pada penelitian utama terdiri dari dua
dilakukan adalah diduga :
variabel, yaitu variabel bebas atau variabel
1. Konsentrasi koji ragi Saccharomyces
predictor dan variabel tidak bebas atau
cereviseae var. Ellipsoideusi yang
variabel respon. Variabel bebas terdiri dari
berbeda pada proses fermentasi secara
konsentrasi koji Saccharomyces cereviseae
kering pada biji kopi memiliki korelasi
var. Ellipsoideusi dengan empat taraf, yaitu
terhadap karakteristik biji kopi robusta.
(k1 : 0%, k2 : 1%, k3 : 2%, dan k4 : 3 %) dan
2. Suhu fermentasi yang bervariasi pada
suhu fermentasi dengan empat taraf, yaitu (t 1
fermentasi kering biji kopi memiliki
: 28OC, t2 : 30OC, t3 : 32OC, dan t4 : 34OC).
korelasi terhadap karakteristik biji kopi
Variabel tidak bebas yaitu variabel yang
robusta.
terjadi karena varibel bebas yaitu kadar air,
3. Interaksi antara konsentrasi koji ragi
kadar asam dan kadar kafein.
Saccharomyces cereviseae var.
3.3.2. Rancangan Percobaan
Ellipsoideusi dan suhu fermentasi
Rancangan Percobaan yang digunakan
secara kering memiliki korelasi
pada penelitian ini adalah Regresi Linier
terhadap karakteristik kopi robusta.
sederhana dengan ulangan sebanyak dua
1.7. Tempat dan Waktu Penelitian kali.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni Metode percobaan untuk penelitian ini
2012 di Laboratorium Penelitian Jurusan adalah sebagai berikut :
Teknologi Pangan Lt.3 Gedung C kampus Y=a+bX
IV Universitas Pasundan. Denah layout penelitian adalah sebagai
beikut :
BAHAN, ALAT, DAN METODE Ulangan I
PERCOBAAN k2t3 k1t2 k1t1 k4t1 k3t1 k4t2 k3t3 k3t4
k2t4 k4t4 k2t1 k1t4 k4t3 k3t2 k1t3 k2t2
3.1. Bahan yang Digunakan

6
KAJIAN KONSENTRASI KOJI Saccharomyces cereviseae var. Ellipsoideus DAN SUHU PADA PROSES
FERMENTASI KERING TERHADAP KARAKTERISTIK KOPI VAR. ROBUSTA

Ulangan II Proses pencucian secara manual


k3t2 k2t1 k3t3 k4t3 k4t2 k1t1 k2t4 k4t1 dilakukan pada beras dengan tujuan untuk
k2t2 k1t2 k1t3 k3t1 k3t4 k4t4 k2t3 k1t4 membersihkan beras dari kotoran yang ada.
Tabel 2.Variabel Tidak Bebas dan Variabel b. Perendaman
Bebas Proses ini bertujuan untuk
Variabel tidak bebas Variabel bebas (X) meningkatkan kandungan air pada beras
(Y) sehingga dapat ditumbuhi oleh mikroba pada
Y1 X1 saat inokulasi. Proses perendaman dilakukan
selama 10 jam pada suhu ruangan yaitu
Y2 X2 sekitar 27OC. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan kadar air pada beras sehingga
mikroba dapat perkembangbiak.
Yn Xn c. Pencucian
Sumber : Sudjana, 2005 Proses pencucian ini bertujuan untuk
Koefisien – koefisien regresi a dan b membuang air hasil rendaman beras
untuk regresi linier dapat dihitung dengan sehingga didapatkan beras yang bersih,
rumus yang dijelaskan oleh Sudjana (2005) terhindar dari kontaminan dan siap dikukus
dan Yuni (2007) : d. Pengukusan
Proses pengukusan dilakukan untuk
sedikit mematangkan beras dan
meningkatkan kandungan air dalam beras
yang akan digunakan sebagai bahan koji
serta sebagai proses sterilisasi bahan koji.
Hubungan antara variabel bebas Beras dikukus dengan suhu 60OC selama 1-2
terhadap variabel tidak bebas akan dilakukan jam.
dengan cara menghitung korelasi antara e. Pendinginan
kedua variabel tersebut terhadap respon Beras yang telah dikukus selanjutnya
yang diukur. Nilai koefisien korelasi atau r didinginkan agar pada saat inokulasi
dapat dihitung dengan rumus yang mikroba tidak mati akibat panas yang cukup
dijelaskan oleh Sudjana (2005) dan Yuni tinggi.
(2007) : f. Pembuatan suspensi
Suspensi dibuat agar mikroba dapat
diinokulasikan pada bahan koji. Pembuatan
suspensi dilakukan dengan cara
3.3.3. Rancangan Respon Saccharomyces cereviseae var. Ellipsoideusi
Respon kimia dan fisika meliputi yang telah dibiakan dalam tabung reaksi
penentuan kadar air metode Gravimetri diambil dengan kawat oase secara aseptis,
(Apriyanto, et al., 1989), kadar asam dengan kemudian dimasukkan ke dalam tabung
penetapan total asam tertitrasi pada kopi reaksi yang berisi dengan air steril.
sangrai (AOAC : 920.92, 2006) dan kadar g. Inokulasi
kafein pada kopi sangrai metode penetuan Ragi ditambahkan pada bahan koji yang
kadar kafein (Sudarmaji, et al., 1989). telah dingin menggunakan alas nampan yang
Respon organoleptik terhadap kopi telah disterilkan. Proses ini harus steril dan
Robusta dilakukan dengan menggunakan uji merata agar pertumbuhan ragi tidak
rangking, parameter aroma dan warna kopi terkontaminasi. Proses inokulasi dilakukan
yang telah disangrai untuk mengetahui dengan menambahkan 2 tabung suspensi
urutan sampel yang terbaik atau penerimaan Saccharomyces cereviseae var. Ellipsoideusi
panelis terhadap kopi Robusta yang diujikan pada 250 gram bahan koji.
oleh panelis agak terlatih dengan jumlah 25 h. Fermentasi
orang. Suhu fermentasi disesuaikan dengan
3.4. Deskripsi Percobaan suhu optimal Saccharomyces cereviseae var.
3.4.1. Pembuatan Koji Ellipsoideusi yaitu 32OC. Proses ini
a. Pencucian dilakukan selama 24 jam menggunakan
nampan dan disimpan dalam inkubator agar

7
8

ragi dapat tumbuh baik pada seluruh bahan


koji.
i. Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan
menggunakan tunnel dryer pada suhu 40OC
- 50 OC selama 12 jam agar didapatkan koji
yang kering. Suhu harus tetap dijaga agar
ragi yang telah tumbuh tidak mati akibat
pemanasan pada proses pengeringan.
j. Penggilingan
Proses penggilingan bertujuan untuk
memperkecil ukuran partikel koji sehingga
diperoleh koji yang halus.
k. Perhitungan Sel Ragi pada Koji
Koji halus yang telah didapatkan
dihitung jumlah selnya dengan mengambil 1
gram koji lalu dibuat suspensi dengan
menggunakan air steril. Suspensi
ditambahkan dengan methylen blue. Lalu
suspensi diteteskan pada counting chamber
menggunakan pipet tetes. Pengambilan
suspensi dilakukan setelah bahan koji
mengendap pada tabung reaksi. Perhitungan
jumlah sel dilakukan menggunakan
mikroskop dengan ketentuan sel mati akan
berwarna biru methylen blue.
Proses Pembuatan Koji dapat dilihat
pada Gambar 2.

Beras

Pencucian Kotoran
Biakan Saccharomyces
cereviseae var. Ellipsoideusi Perendaman
(1 Tabung Reaksi) t = 10 jam

Pencucian Air
Air Steril
Pembuatan
(1 Tabung Pengukusan
Suspensi
Reaksi) T = 60oC t = 1-2 jam

Pendinginan
Suspensi Saccharomyces
cereviseae var. Ellipsoideusi
(2 tabung suspensi /250 gram inokulasi
bahan kojji)

Fermentasi
T = 32oC t = 24 jam 8

koji Saccharomyces
cereviseae var.
Pengeringan
Gambar 2. Diagram Alir Ellipsoideusi
o
T =Pembuatan
40 C t =12
Perhitungan
Penggilingan jam
SelKoji
Ragi Uap air
KAJIAN KONSENTRASI KOJI Saccharomyces cereviseae var. Ellipsoideus DAN SUHU PADA PROSES
FERMENTASI KERING TERHADAP KARAKTERISTIK KOPI VAR. ROBUSTA

g. Penyangraian
3.4.2. Pengolahan Kopi dengan Roasting merupakan proses
Fermentasi Kering penyangraian biji kopi yang tergantung pada
a. Sortasi dan Pembersihan waktu dan suhu yang ditandai dengan
Sortasi bertujuan memisahkan buah perubahan kimiawi yang signifikan, seperti
kopi yang berbiji dengan kopi yang hampa kehilangan berat kering terutama gas CO2
tanpa biji serta membersihkan untuk proses dan produk pirolisis volatil lainnya. Produk
selanjutnya. Sortasi dilakukan dengan pirolisis ini sangat menentukan cita rasa kopi
memasukan kopi pada wadah berisi air. yang ditandai kehilangan berat kering terkait
Buah kopi yang berisi biji akan tenggelam erat dengan suhu penyangraian.
sedangkan yang tidak memiliki biji akan h. Penggilingan
mengapung. Proses penggilingan bertujuan untuk
b. Pemisahan Kulit dan Biji memperkecil ukuran partikel biji kopi
Proses ini bertujuan untuk memisahkan sehingga diperoleh kopi bubuk dengan
kopi dari kulit terluar dengan mesocarp ukuran sekitar 75 mesh yang sama rata.
(bagian daging buah kopi) dilakukan dengan Penggilingan dilakukan dengan
menggunakan pulper. menggunakan alat grinder sehingga hasil
c. Fermentasi penggilingan yang didapatkan seragam.
Proses fermentasi bertujuan untuk
melepaskan daging buah berlendir i. Pengayakan
(mucilage) yang masih melekat pada kulit Proses pengayakan bertujuan untuk
tanduk sehingga pada proses pencucian akan menyamakan ukuran bubuk kopi menjadi 75
mudah terlepas (terpisah) dan mesh. Pengayakan akan dilakukan dengan
mempermudah proses pengeringan. Proses mesin Vibrator.
fermentasi dilakukan dengan cara fermentasi j. Analisis Rancangan Respon
kering serta adanya penambahan konsentrasi Setelah kopi bubuk dihasilkan maka
koji terpilih yang berbeda-beda. Fermentasi dilakukan rancangan respon sesuai dengan
kering dilakukan dengan cara menumpuk rancangan respon yang telah direncanakan.
biji kopi menjadi gundukan dalam kotak. Proses pengolahan kopi secara basah
Agar hasil merata maka dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3.
pengadukan. Proses fermentasi dianggap
selesai jika lapisan lendir sudah terlepas dari
biji kopi yang diperiksa secara manual.
d. Pencucian
Pencucian secara manual dilakukan
pada biji kopi dari bak fementasi dialirkan
dengan air melalui saluran dalam bak
pencucian yang segera diaduk dengan
tangan. Selama proses ini, air dalam bak
dibiarkan terus mengalir keluar dengan
membawa bagian yang terapung berupa sisa
lapisan lendir yang terlepas.
e. Pengeringan
Proses ini bertujuan untuk menurunkan
kadar air biji kopi dari 53-55 % menjadi 8 –
10 % sehingga kopi tidak mudah terserang
jamur dan tidak mudah pecah ketika
pengupasan. Proses pengeringan dilakukan
dengan tunnel dryer dengan suhu 55OC
selama 12 jam.
f. Pengupasan
Tujuan pengupasan adalah untuk
memisahkan biji kopi yang sudah kering dari
kulit tanduk, dan kulit arinya.

9
10

Buah Kopi

Sortasi dan
Kotoran
Pembersihan
Kotoran

Pemisahan Kulit Kulit


Koji dan Biji
Saccharomyces
cereviseae var.
Ellipsoideusi Inokulasi
k1 : 0% ,k2 : 1% ,k3 :
2%, dan k4 : 3 %)
Fermentasi
T1 : 28OC, T2 : 30OC,
T3 : 32OC, T4 : 34OC
t = 15 jam

Air Pencucian mucilage

Pengeringan
Uap air
T : 55OC t =12 jam

Pengupasan Kulit Tanduk


dan Ari

Penyangraian Uap air dan


senyawa
volatil
Penggilingan

Pengayakan

Kopi Bubuk

Gambar 3. Diagram Alir Kopi Secara Basah Dengan Fermentasi Kering

10
KAJIAN KONSENTRASI KOJI Saccharomyces cereviseae var. Ellipsoideus DAN SUHU PADA PROSES
FERMENTASI KERING TERHADAP KARAKTERISTIK KOPI VAR. ROBUSTA

HASIL DAN PEMBAHASAN hal ini dilakukan agar mikroorganisme dapat


4.1. Pembuatan Koji Saccharomyces beradaptasi secara maksimal pada fermentasi
cereviseae var Ellipsoideus kopi var robusta. Tumbuhnya sel pada koji
Pembuatan koji digunakan untuk ditandai dengan terbentuknya alkohol. Sel
memperbanyak sel Saccharomyces yang Saccharomyces cereviseae var Ellipsoideus
digunakan pada fermentasi biji kopi. Koji yang tumbuh pada koji selanjutnya
Saccharomyces cereviseae var Ellipsoideus dilakukan perhitungan jumlah sel.
penggunaannya ditentukan dengan mencari 4.1.1. Perhitungan Jumlah Sel Hidup
konsentrasi yang dipilih setelah diadaptasi Penentuan jumlah sel hidup
melalui penambahan bubuk kopi. Kondisi Saccharomyces cereviseae var Ellipsoideus
pembuatan koji, yaitu pada suhu 32 OC yang terdapat didalam koji dengan
selama 24 jam. Indikator yang digunakan penambahan kopi pada konsentrasi 0%
untuk memilih starter yang digunakan pada sampai dengan 2% bertujuan untuk
fermentasi adalah jumlah sel yang hidup dan penggunaan pada proses fermentasi kopi
banyaknya sel. pada penelitian utama. Semakin banyak sel
Media yang digunakan pada koji adalah yang hidup akan memproduksi enzim
beras yang telah ditanak menjadi nasi dan semakin tinggi, hal ini memperlancar pada
disterilkan. Proses adaptasi dilakukan proses fermentasi biji kopi. Hasil
dengan cara menambahkan bubuk kopi yang perhitungan jumlah sel Saccharomyces
terukur secara bertahap dari 0% hingga 2% cereviseae var Ellipsoideus hidup dapat
pada koji. Bubuk kopi yang ditambahkan dilihat pada Tabel 4.
merupakan bubuk kopi dari varietas robusta,

Tabel 4. Hasil Perhitungan Jumlah Sel Hidup di Dalam Koji

No. Konsentrasi kopi yang ditambahkan pada pembuatan koji  Sel hidup/ml
1 0 % 30 x 105
2 0,1 % 20,5 x 105
3 0,2 % 34 x 105
4 0,3 % 24 x 105
5 0,4 % 11 x 105
6 0,5 % 12,5 x 105
7 0,6 % 10 x 105
8 0,7 % 12 x 105
9 0,8 % 6,5 x 105
10 0,9 % 13,5 x 105
11 1 % 11 x 105
12 1,1 % 12 x 105
13 1,2 % 9,5 x 105
14 1,3 % 14,5 x 105
15 1,4 % 10,5 x 105
16 1,5 % 14,5 x 105
17 1,6 % 15,5 x 105
18 1,7 % 17,5 x 105
19 1,8 % 21,5 x 105
20 1,9 % 35,5 x 105
21 2 % 21,5 x 105

11
Koji yang dihasilkan setelah fermentasi penghancuran koji yang tidak terkendali.
kemudian dikeringkan pada suhu 50OC. Suhu dan lama proses yang tidak terkendali
Berdasarkan data pada Tabel 4 koji yang dapat menyebabkan panas berlebih yang
digunakan pada fermentasi biji kopi yaitu diterima oleh koji, sehingga mikroba
koji yang dibuat dengan penambahan mengalami kematian.
konsentrasi bubuk kopi sebanyak 1,9 %. Sel yang tumbuh tidak merata dapat
Penambahan bubuk kopi pada pembuatan menjadi salah satu faktor hasil perhitungan
koji bertujuan untuk mengadaptasikan sel mengalami perbedaan dengan pola
Saccharomyces cereviseae pada lingkungan pertumbuhan mikroba. Sampel yang
fermentasi, sehingga pada saat dilakukan didapatkan dari proses sampling bisa saja
fermentasi biji kopi koji dapat hidup. Setelah mendapatkan bagian yang tidak ditumbuhi
koji mampu beradaptasi dengan medium oleh mikroba. Selain itu tidak adanya
yang difermentasi sel akan mengalami pengujian jenis mikroba menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangbiakan karena jumlah mikroba yang tinggi tidak dapat
adanya nutrisi yang terdapat pada media dipastikan Saccharomyces cereviseae var
fermentasi (biji kopi). Selama fermentasi Ellipsoideus.
gula yang terdapat didalam biji kopi Koji Saccharomyces cereviseae var
diuraikan oleh enzim yang dikeluarkan oleh Ellipsoideus mengandung enzim α-amilase,
Saccharomyces cereviseae var Ellipsoideus amiloglukosidase, dan protease yang dapat
menghasilkan produk utama dan produk digunakan untuk fermentasi mucilage pada
samping atau produk ikutan serta asam-asam biji kopi. Fungsi dari koji adalah untuk
organik lainnya. membuat budidaya ragi pada substrat padat
Suhu fermentasi untuk agar menghasilkan enzim tertentu. Koji
perkembangbiakan Saccharomyces dapat dibuat dari beras atau pun biji-bijian
cereviseae var Ellipsoideus yaitu 32OC dan yang mengandung pati seperti kedelai yang
waktu fermentasi selama 20 jam. Menurut difermentasi dengan melakukan
Fardiaz (1989) faktor-faktor yang penambahan mikroba. Perlakuan khusus
mempengaruhi pertumbuhan harus dilakukan sebagai pengontrolan koji
mikroorganisme yaitu tersedianya nutrisi, seperti kadar air, kebersihan, dan suhu.
air, suhu dan pH yang sesuai, tersedianya Waktu fermentasi koji selesai jika telah
oksigen, dan adanya zat penghambat. terbentuknya alkohol ataupun etanol
Pertumbuhan mikroba yang terjadi (Rahman, 1992).
dalam suatu medium mengalami fase-fase Koji mengandung enzim α amilase dan
yang berbeda, yang berturut-turut disebut amiloglukosidase. Enzim – enzim ini akan
dengan fase lag, fase logaritmik, fase menghidrolisa pati menjadi dekstrin, glukosa
stasioner dan fase kematian. Fase lag adalah dan maltosa. Koji juga mengandung enzim
fase dimana bakteri beradapatasi dengan protease yang akan memecah protein
lingkungannya dan mulai bertambah sedikit menjadi peptida dan asam – asam amino
demi sedikit. Fase logaritmik adalah fase (Rahman, 1992).
dimana pembiakan bakteri berlangsung 4.2. Fermentasi Biji Kopi
paling cepat. Jika ingin mengadakan piaraan Fermentasi pada biji kopi bertujuan
yang cepat tumbuh, maka bakteri dalam fase untuk menguraikan lapisan mucilage yang
ini baik sekali untuk dijadikan inokulum. terdapat pada permukaan biji kopi. Mucilage
Fase stasioner adalah fase dimana jumlah yang ada dipermukaan biji mengandung gula
bakteri yang berkembang biak sama dengan dan dapat didegradasi oleh enzim yang
jumlah bakteri yang mengalami kematian. dikeluarkan mikroorganisme. Setelah
Fase autolisis (kematian) adalah fase dimana mucilage diuraikan, biji kopi akan terus
jumlah bakteri yang mati semakin banyak, terfermentasi sampai ke bagian sitoplasma
melebihi jumlah bakteri yang berkembang yang mengandung kafein. Kafein yang
biak. terdapat di dalam sitoplasma dalam keadaan
Saccharomyces cereviseae var bebas (Sivetz dan Desroiser, 1979).
Ellipsoideus mengalami pertumbuhan naik Murthy (2011) menyatakan perubahan
turun yang tidak terkendali, hal ini dapat penting dan nyata terjadi selama fermentasi
terjadi dikarenakan proses pengeringan dan biji kopi adalah degradasi lapisan lendir
yang mengelilingi permukaan biji yang Analisis yang dilakukan terhadap biji kopi
disebut dengan mucilage, terdiri dari yang difermentasi meliputi kadar kafein,
protopektin sebesar 30 %, gula sebanyak 40 kadar air, dan kadar asam serta uji
%, serta sellulosa dan mineral sebanyak 17 organoleptik dengan respon meliputi warna
%. dan aroma kopi.
Fermentasi biji kopi dilakukan dengan 4.2.1. Kadar Kafein Biji Kopi var
menggunakan koji yang dihasilkan dengan Robusta Setelah Fermentasi
jumlah sel hidup yang paling banyak. Biji kopi yang telah difermentasi selama
Fermentasi ini dilakukan dengan tujuan 20 jam ditentukan kadar kafeinnya, hasil
menurunkan kadar kafein yang terdapat analisis kadar kafein biji kopi dapat dilihat
didalam biji kopi dengan variasi pada Tabel 5.
penambahan koji dan suhu fermentasi.
Tabel 5. Hasil Analisis Rata - Rata Kadar Kafein Biji Kopi Setelah Fermentasi
Selama 20 Jam
Biji Kopi Tanpa Rata-Rata Kadar Kafein Biji
No Perlakuan Pengurangan Kafein
Fermentasi Kopi Fermentasi
1 k1t1 1,028 % 1,702 %
2 k2t1 0,954 % 1,776 %
3 k3t1 1,021 % 1,709 %
4 k4t1 0,863 % 1,867 %
5 k1t2 0,715 % 2,015 %
6 k2t2 0,978 % 1,752 %
7 k3t2 1,358 % 1,372 %
8 k4t2 0,945 % 1,785 %
2,73 %
9 k1t3 0,788 % 1,942 %
10 k2t3 0,892 % 1,838 %
11 k3t3 1,046 % 1,684 %
12 k4t3 0,819 % 1,911 %
13 k1t4 0,817 % 1,913 %
14 k2t4 0,699 % 2,031 %
15 k3t4 0,959 % 1,771 %
16 k4t4 0,857 % 1,873 %
pada konsentrasi yang berbeda memberikan
Data pada Tabel 5, menunjukkan rata- rata-rata kadar kafein biji kopi hasil
rata kadar kafein biji kopi setelah fermentasi fermentasi lebih kecil dibandingkan
dengan perlakuan tanpa penambahan koji perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan pada
dan penambahan koji dengan konsentrasi fermentasi suhu 34°C, pertumbuhan
1%, 2%, dan 3%, serta suhu fermentasi Saccharomyces cereviseae var Ellipsoideus
28OC, 30OC, 32OC, dan 34OC lebih aktif sehingga aktivitas ragi dalam
memperlihatkan kadar kafein biji kopi menghasilkan enzim lebih banyak
setelah fermentasi bervariasi. dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Kadar kafein semula sebesar 2,73 %, Menurut Casida (1968) dan Frazier (1978)
mengalami penurunan setelah biji kopi suhu pertumbuhan khamir Saccharomyces
difermentasi, hal ini dapat terjadi karena cerevisiae var. ellipsoideusi adalah pada
adanya perombakan kafein oleh enzim yang suhu 25-30OC dan maksimum pada 35-47OC.
dihasilkan koji Saccharomyces cereviseae Biji kopi yang telah difermentasi selama
var Ellipsoideus. 20 jam pada suhu 34OC dan penambahan
Fermentasi biji kopi yang dilakukan koji dengan konsentrasi 1% memperlihatkan
pada suhu 34°C dengan penambahan koji kadar kafein rata-rata sebesar 0,699 %,
Saccharomyces cereviseae var Ellipsoideus sedangkan kadar rata-rata kafein tertinggi
ditunjukkan oleh biji kopi yang telah senyawa fenolik pada biji kopi, dengan
difermentasi selama 20 jam pada suhu 30 OC kandunganya mencapai 14% berat kering
dengan penambahan koji sebanyak 2%, rata- dari biji kopi. Selama fermentasi asam
rata kadar kafein 1,358. klorogenat tersebut dihidrolisis menjadi
Selama proses fermentasi akan terjadi asam dehidrokafeat menjadi asam kafeat.
hidrolisis asam klorogenat menjadi asam Selanjutnya dijelaskan pula penurunan asam
kafeat secara alami, hal ini terjadi karena klorogenat pada biji kopi diikuti oleh
ikatan asam klorogenat yang semula peningkatan asam kafeat. Sehingga
berikatan dengan kafein terputus akibat berkurangnya asam klorogenat karena
panas selama fermentasi. Poses hidrolisis hidrolisis merupakan indikasi menurunnya
asam klorogenat menjadi 3-4-5 asam kafeol jumlah kafein dalam biji kopi.
quinat – asam kafeat – asam dehidrokafeat – Hasil analisis pengaruh perlakuan suhu
asam sinamat. Berkurangnya asam fermentasi dan konsentrasi koji
klorogenat karena hidrolisis merupakan memperlihatkan adanya korelasi terhadap
indikasi menurunnya jumlah kafein dalam penurunan rata-rata kadar kafein biji kopi
biji kopi. Pada proses fermentasi biji kopi setelah fermentasi selama 20 jam. Korelasi
varietas Robusta yang terjadi selain pengaruh suhu fermentasi dan penambahan
penurunan kadar kafein, juga terbentuk asam konsentrasi koji Saccharomyces cereviseae
– asam organik, air dan senyawa aromatik. var Ellipsoideus dengan perlakuan yang
Donangelo (2006) menjelaskan asam berbeda dapat dilihat pada Gambar 4.
klorogenat merupakan komponen utama

Gambar 4. Regresi Linear Pengaruh Suhu Fermentasi Terhadap Kadar Kafein Kopi Varietas
Robusta Setelah Fermentasi
Gambar 4, menunjukkan suhu kopi, terjadi variasi penurunan kadar kafein
fermentasi biji kopi yang bervariasi yaitu biji kopi. Hubungan suhu fermentasi dan
28OC, 30OC, 32OC, dan 34OC dengan konsentrasi koji ini dapat dilihat dalam
konsentrasi koji yang sama untuk setiap fungsi persamaan regresi yang dihasilkan.
suhu fermentasi memperlihatkan kadar Untuk mengetahui seberapa besar intensitas
kafein biji kopi mengalami penurunan untuk hubungan antara variabel bebas (suhu
seluruh kombinasi perlakuan. Pada Gambar fermentasi) pada konsentrasi koji yang sama
4. memperlihatkan pula hubungan suhu untuk setiap perlakuan terhadap penurunan
dengan konsentrasi koji pada fermentasi biji kadar kafein biji kopi dilakukan analisis
korelasi. Nilai koefisien korelasi untuk fermentasi biji kopi dapat dilihat pada Tabel
masing-masing perlakuan suhu fermentasi 6.
dan konsentrasi koji yang digunakan pada
Tabel 6. Pengaruh Suhu Fermentasi Terhadap Nilai Koefisien Korelasi
Konsentrasi Koji Saccharomyces
Suhu Fermentasi Nilai r
cereviseae var Ellipsoideus
28 OC
30 OC
0 - 0,455
32 OC
34 OC
28 OC
30 OC
1 - 0,869
32 OC
34 OC
28 OC
30 OC
2 - 0,659
32 OC
34 OC
28 OC
30 OC
3 - 0,650
32 OC
34 OC

Perlakuan suhu 28OC, 30OC, 32OC, dan penambahan konsentrasi koji 1% dari pada
34OC dengan konsentrasi koji 0% yang lainnya, hal ini dikarenakan pada
menunjukkan nilai koefisien korelasi dari konsentrai 2% dan 3% enzim yang
regresi linier adalah r = - 0,455. Untuk dihasilkan lebih banyak sehingga kecepatan
perlakuan suhu yang sama seperti di atas metabolisme meningkat dan menghasilkan
dengan konsentrasi koji yang digunakan zat metabolit yang dapat bersifat toksik bagi
pada fermentasi biji kopi yaitu 1%, 2% dan mikroba itu sendiri.
3%, memperlihatkan nilai koefisien korelasi Wang (1979), menjelaskan bahwa
regresi linier untuk masing - masing peningkatan produksi enzim dipengaruhi
perlakuan adalah r = - 0,869 , r = -0,659 dan oleh konsentrasi inokulum yang sesuai.
r = - 0,650. Pada Tabel 6. memperlihatkan Penggunaan konsentrasi inokulum yang
adanya hubungan suhu fermentasi terhadap lebih kecil menyebabkan produksi enzim
penurunan kadar kafein biji kopi setelah menurun, jika digunakan konsentrasi
fermentasi ditunjukkan oleh nilai koefisien inokulum yang lebih kecil, menyebabkan
korelasi (r) bertanda negatif. Korelasi negatif jumlah enzim yang disekresikan juga
ini menunjukkan adanya hubungan linear berkurang. Konsentrasi inokulum yang lebih
sempurna tidak langsung antara suhu besar juga akan menyebabkan produksi
fermentasi dan penurunan kadar kafein biji enzim menurun. Konsentrasi inokulum yang
kopi Robusta. Perlakuan suhu fermentasi lebih besar dapat mengakibatkan oksigen
memberikan pengaruh yang tidak langsung terlarut menjadi berkurang dan terjadinya
terhadap penurunan kafein, karena peningkatan kompetisi akan nutrisi.
sebenarnya suhu fermentasi mempengaruhi Mikroorganisme Saccharomyces
pertumbuhan dari Saccharomyces cereviseae cereviceae menghasilkan berbagai jenis
var Ellipsoideus selama proses fermentasi, enzim diantaranya enzim proteolitik dan
bukan mempengaruhi penurunan kadar amilolitik. Enzim amilolitik akan memecah
kafein. Pada Tabel 6. dapat dilihat bahwa karbohidrat pada mucilage biji kopi
konsentrasi koji 1% diperoleh nilai r lebih sehingga menghasilkan asam. Adanya asam
besar daripada konsentrasi koji 2% dan 3%. akan menurunkan pH sampai mencapai titik
Sehingga dapat diketahui penurunan kadar isoelektrik protein sehingga protein akan
kafein yang paling maksimum adalah pada terkoagulasi. Kemudian enzim proteolitik
akan memecah protein yang terkoagulasi Selama proses fermentasi akan timbul panas
tersebut sehingga akan ikut menurunkan yang dapat menguraikan ikatan antara kafein
kadar kafein biji kopi (Rusmanto 2004). dengan asam karogenat, sehingga kafein
Kafein termasuk alkaloid yang dalam keadaan bebas di sitoplasma. Lapisan
merupakan hasil samping dari pemecahan lendir yang telah hilang akan memudahkan
protein pada tumbuhan kopi. Enzim enzim proteolitik untuk masuk ke dalam
proteolitik yang dikeluarkan oleh mikroba sitoplasma dan menghidrolisis kafein pada
akan menghidrolisis kafein menjadi 7 biji kopi. (Ridwansyah, 2003).
methylxanthine yang kemudian akan diurai Perlakuan pengaruh konsentrasi koji
kembali menjadi xanthine. Xanthine yang Saccharomyces cereviseae var. Ellipsoideus
terbentuk akan disederhanakan menjadi urea yang berbeda dengan suhu fermentasi yang
sehingga gugus NH2 dapat dimanfaatkan sama terhadap penurunan kadar kafein kopi
oleh mikroba sebagai sumber nitrogen varietas Robusta dapat dilihat pada Gambar
(Mulato, 2001). 5.
Kafein terdapat secara alami pada biji
kopi yang berikatan dengan asam karogenat.

Gambar 5. Regresi Linear Pengaruh Konsentrasi Koji Terhadap Kadar Kafein Kopi Varietas
Robusta Setelah Fermentasi

Gambar 5, menunjukkan konsentrasi selama 20 jam untuk seluruh kombinasi


koji yang ditambahkan pada proses perlakuan. Nilai koefisien korelasi untuk
fermentasi biji kopi yang bervariasi yaitu masing-masing perlakuan suhu fermentasi
0%, 1%, 2% dan 3% dengan suhu fermentasi dan konsentrasi koji yang digunakan pada
yang sama untuk setiap konsentrasi koji fermentasi biji kopi dapat dilihat pada Tabel
memperlihatkan kadar kafein biji kopi 7.
mengalami penurunan setelah fermentasi
Tabel 7. Pengaruh Konsentrasi Koji Terhadap Nilai Koefisien Korelasi
Konsentrasi Koji Saccharomyces
Suhu Fermentasi Nilai r
cereviseae var Ellipsoideus
0
1
28 OC - 0,721
2
3
0
1
30 OC - 0,956
2
3
0
1
32 OC - 0,881
2
3
0
1
34 OC - 0,775
2
3

Perlakuan konsentrasi koji 0%, 1%, 2% besar dibandingkan dengan suhu 280C, 320C,
dan 3% dengan suhu fermentasi 28 0C dan 340C. Hal ini dikarenakan pada suhu ini
menunjukkan nilai koefisien korelasi dari merupakan pertumbuhan dari bakteri
regresi linier adalah r =  0,721. Untuk Saccharomyces cereviseae var Ellipsoideus
perlakuan konsentrasi koji yang sama seperti lebih pesat, sehingga kadar kafein turun
di atas dengan suhu fermentasi yang lebih banyak akibat enzim yang dihasilkan
digunakan pada fermentasi biji kopi yaitu oleh Saccharomyces cereviseae var
30OC, 32OC, dan 34OC, memperlihatkan nilai Ellipsoideus selama fermentasi cukup tinggi.
koefisien regresi linier untuk masing-masing Suhu optimum adalah suhu paling baik
perlakuan adalah r = - 0,956, r = - 0,881 untuk pertumbuhan suatu mikroorganisme.
dan r = - 0,775. Pada Tabel 7. Enzim akan menguraikan komponen –
memperlihatkan adanya hubungan komponen pada biji kopi Robusta salah
konsentrasi koji terhadap penurunan kadar satunya adalah kafein. Kerja enzim
kafein biji kopi setelah fermentasi dipengaruhi oleh suhu, dengan semakin
ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r) tinggi suhu menyebabkan meningkatnya
bertanda negatif. Korelasi negatif ini energi kinetik molekul – molekul yang
menunjukkan adanya hubungan linear bereaksi, sehingga aktifitas enzim akan
sempurna tidak langsung antara konsentrasi semakin meningkat. Tetapi karena enzim
koji dan penurunan kadar kafein biji kopi adalah protein semakin tinggi suhu maka
Robusta. Perlakuan konsentrasi koji yang proses inaktifasi enzim semakin meningkat.
berbeda ini memberikan pengaruh yang Selanjutnya sampai batas suhu tertentu atau
tidak langsung terhadap penurunan kafein, suhu optimal, peningkatan suhu justru
karena proses penguraian kafein oleh menurunkan aktifitas enzim.
Saccharomyces cereviseae var. Ellipsoideus Komponen terpenting dari kopi adalah
itu sendiri dilakukan secara tidak langsung kafein dan kafeol dimana kafein merupakan
tetapi terlebih dahulu koji menghasilkan zat perangsang sedangkan kafeol merupakan
enzim proteolitik yang akan memecah salah satu pembentuk aroma dan
protein menjadi senyawa yang lebih organoleptik. Faktor fermentasi merupakan
sederhana, dan keadaan ini menyebabkan salah satu faktor yang berpengaruh pada
kafein dalam biji kopi Robusta ikut kafein yang terdapat pada kopi (Illy dan
diuraikan. Pada Tabel 7. dapat dilihat bahwa viani, 1995).
suhu fermentasi 300C diperoleh nilai r lebih
Suhu berfungsi sebagai pengatur 4.2.2. Kadar Air Biji Kopi var Robusta
aktivitas mikroba dalam merombak serta Setelah Fermentasi
berkembangbiak. Saat mikroba mencapai Kopi yang telah difermentasi ditentukan
pada suhu yang optimal, maka kadar airnya agar dapat diketahui perubahan
perkembangbiakan akan semakin tinggi. kadar air yang terjadi. Air dalam bahan
Proses perombakan sebagai pemenuhan pangan terdiri atas air bebas dan air terikat
kebutuhan akan terus meningkat hingga dan air bebas terdapat di bagian permukaan
hasil metabolit berlebih dan menghambat bahan terletak diantara jaringan-jaringan sel
siklus hidup dari mikroba tersebut (Fardiaz, bahan tersebut. Air ini mudah diuapkan pada
1992). pengeringan, jumlah air bebas ini juga dapat
Saccharomyces cereviseae var. digunakan oleh mikroorganisme untuk
Ellipsoideus memerlukan nutrisi untuk pertumbuhanya. Air terikat yaitu air yang
berkembang biak salah satunya adalah terikat secara fisik melalui sistem kapiler
karbohidrat serta protein. Sebagian nutrisi dan secara kimia dalam bentuk dispersi
diambil dari koji yang berasal dari beras dan koloid, air jenis ini sulit untuk diuapkan.
sisa pemenuhan nutrisi untuk berkembang Kandungan air dalam suatu bahan pangan
biak berasal dari kopi. Enzim proteolitik dan dinyatakan dalam persentase perbandingan
amilolitik yang dihasilkan pada pembuatan berat air dalam bahan tersebut dengan berat
koji dimanfaatkan untuk merombak bahan keringnya (Winarno, 1992).
komponen protein dan karbohidrat pada Penentuan kadar air dilakukan untuk
kopi. mengetahui perubahan kadar air setelah
Kafein pada biji kopi harus diturunkan proses fermentasi pada kopi Robusta yang
kadarnya karena dapat membahayakan dilakukan dengan metode Gravimetri. Hasil
kesehatan jika dikonsumsi berlebih. Efek analisis kadar air pada biji kopi varietas
kelebihan kafein seperti pengerasan arteri Robusta yang telah difermentasi dapat
jantung, depresi dan juga resiko stroke. dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kadar Air Biji Kopi Varietas Robusta Setelah Fermentasi Selama 20 jam
dan Dikeringkan
No Rata-Rata Kadar AirRata-Rata Kadar Air Biji
Perlakuan Pengurangan Kadar Air
Buah Kopi Kopi Fermentasi
1 k1t1 9,963 % 2,767 %
2 k2t1 6,829 % 5,901 %
3 k3t1 6,557 % 6,173 %
4 k4t1 5,307 % 7,423 %
5 k1t2 7,650 % 5,080 %
6 k2t2 10,656 % 2,074 %
7 k3t2 6,140 % 6,590 %
8 k4t2 9,440 % 3,290 %
12,73 %
9 k1t3 5,119 % 7,611 %
10 k2t3 8,965 % 3,765 %
11 k3t3 7,769 % 4,961 %
12 k4t3 6,234 % 6,496 %
13 k1t4 7,500 % 5,230 %
14 k2t4 9,616 % 3,114 %
15 k3t4 10,027 % 2,703 %
16 k4t4 8,172 % 4,558 %
Data pada Tabel 8 menunjukkan rata- berbeda pula pada setiap perlakuan.
rata kadar air biji kopi varietas Robusta Sedangkan kadar air biji kopi setelah
setelah fermentasi selama 20 jam dengan difermentasi dan dikeringkan yaitu sebesar
perlakuan suhu fermentasi dan penambahan 12,73 %, kadar air ini merupakan kadar air
koji Saccharomyces cereviseae var biji kopi yang aman untuk disimpan tanpa
Ellipsoideus dengan konsentrasi yang dilakukan proses penyangraian. Menurut
berbeda memperlihatkan kadar air yang Najiyati dan Danarti (1997) tujuan
pengeringan biji kopi setelah fermentasi Hasil analisis pengaruh perlakuan suhu
untuk menurunkan kadar air sampai aman fermentasi dan konsentrasi koji
dari serangan jamur selama penyimpanan. memperlihatkan adanya korelasi terhadap
Perlakuan pengeringan biji kopi setelah rata-rata kadar air biji kopi setelah
fermentasi memperlihatkan kadar air biji fermentasi selama 20 jam. Korelasi
kopi yang diperoleh bervariasi, dipengaruhi pengaruh suhu fermentasi dan penambahan
konsentrasi koji yang digunakan dan suhu konsentrasi koji Saccharomyces cereviseae
fermentasi. var Ellipsoideus dengan perlakuan yang
berbeda dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Regresi Linear Pengaruh Suhu Fermentasi Terhadap Kadar Air Kopi Varietas Robusta
Setelah Fermentasi
Berdasarkan Gambar 6, menunjukkan dan setelah dikeringkan untuk seluruh
suhu fermentasi biji kopi yang bervariasi kombinasi perlakuan. Nilai koefisien
yaitu 28°C, 30°C, 32°C dan 34°C dengan korelasi untuk masing-masing perlakuan
konsentrasi koji yang sama untuk setiap suhu fermentasi dan konsentrasi koji yang
suhu fermentasi memperlihatkan kadar air digunakan pada fermentasi biji kopi dapat
biji kopi yang berbeda setelah fermentasi dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Pengaruh Suhu Fermentasi Terhadap Nilai Koefisien Korelasi
Konsentrasi Koji Saccharomyces
Suhu Fermentasi Nilai r
cereviseae var Ellipsoideus
O
28 C
30 OC
0 - 0,891
32 OC
34 OC
28 OC
30 OC
1 - 0,969
32 OC
34 OC
28 OC
30 OC
2 - 0,773
32 OC
34 OC
3 28 OC - 0,816
30 OC
32 OC
34 OC

Perlakuan fermentasi pada suhu 28°C, biji kopi yang dilakukan fermentasi pada
30°C, 32°C dan 34°C dengan konsentrasi suhu 28C tanpa penambahan koji dan
koji 0% menunjukkan nilai koefisien penambahan koji dengan konsentrasi 1%,
korelasi dari regresi linier adalah r = - 0,891. 2% dan 3% memberikan kadar air biji kopi
Untuk perlakuan suhu yang sama seperti di lebih tinggi dari pada biji kopi yang
atas dengan konsentrasi koji yang digunakan difermentasi pada suhu 30C, 32C dan
pada fermentasi biji kopi yaitu 1%, 2% dan 34C setelah biji kopi dikeringkan. Hal ini
3%, memperlihatkan nilai koefisien regresi dipengaruhi oleh konsentrasi koji, semakin
linier untuk masing-masing perlakuan adalah banyak koji yang ditambahkan pada
r = - 0,969, r = - 0,773 dan r = - 0,816. Pada fermentasi akan memproduksi enzim yang
Tabel 13 memperlihatkan adanya hubungan banyak pula sehingga semakin banyak
suhu fermentasi terhadap kadar air biji kopi komponen-komponen yang terdapat di
setelah fermentasi ditunjukkan oleh nilai dalam biji kopi yang diuraikan selain
koefisien korelasi (r) bertanda negatif. menghasilkan produk utama juga dihasilkan
Korelasi negatif ini menunjukkan adanya produk samping yaitu berupa air. Pada suhu
hubungan linear sempurna tak langsung 28C pertumbuhan Saccharomyces
antara suhu fermentasi dengan kadar air biji cereviseae var Ellipsoideus tidak optimum
kopi Robusta. Perlakuan suhu fermentasi sehingga enzim yang dihasilkan lebih
pada penelitian ini memberikan pengaruh sedikit, hal ini menyebabkan penguraian
yang tidak langsung terhadap kadar air, komponen-komponen yang terdapat di
karena kehilangan air pada biji kopi dalam biji kopi lebih sedikit. Keadaan ini
merupakan hasil dari proses pengeringan mengakibatkan air yang dibebaskan hasil
yang dilakukan pada suhu 500C, sedangkan dari metabolime tersebut juga semakin
suhu fermentasi akan mempengaruhi berkurang tetapi air yang terikat di dalam
pertumbuhan Saccharomyces cereviseae var biji kopi masih banyak, sehingga pada saat
Ellipsoideus. Kadar air biji kopi dipengaruhi dikeringkan air di dalam biji kopi kurang
oleh kemampuan enzim yang dikeluarkan teruapkan dibandingkan dengan fermentasi
oleh mikroba dalam menghidrolisis pada suhu 30C, 32C dan 34C.
senyawa-senyawa yang ada di dalam biji Perlakuan pengaruh konsentrasi koji
kopi. Salah satu hasil akhir dari penguraian Saccharomyces cereviseae var Ellipsoideus
senyawa-senyawa tersebut adalah air yang yang berbeda dengan suhu fermentasi yang
merupakan by product. sama terhadap perubahan kadar air biji kopi
Dalam proses pengolahan biji kopi varietas Robusta dapat dilihat pada Gambar
kehilangan air paling banyak terjadi pada 7.
pengeringan dan penyangraian. Kadar air
Gambar 7. Regresi Linear Pengaruh Konsentrasi Koji Terhadap Kadar Air Biji Kopi Varietas
Robusta Setelah Fermentasi
hubungan suhu dengan konsentrasi koji pada
Berdasarkan Gambar 8, menunjukkan fermentasi biji kopi terhadap kadar air biji
konsentrasi koji yang ditambahkan pada kopi setelah fermentasi dan dikeringkan.
proses fermentasi biji kopi yang bervariasi Nilai koefisien korelasi untuk masing-
yaitu 0%, 1%, 2% dan 3% dengan suhu masing perlakuan suhu fermentasi dan
fermentasi yang sama untuk setiap konsentrasi koji yang digunakan pada
konsentrasi koji memperlihatkan kadar air fermentasi biji kopi dapat dilihat pada Tabel
biji kopi berbeda untuk seluruh kombinasi 10.
perlakuan. Pada Gambar 7 memperlihatkan
Tabel 10. Pengaruh Konsentrasi Koji Terhadap Nilai Koefisien Korelasi
Konsentrasi Koji Saccharomyces
Suhu Fermentasi Nilai r
cereviseae var Ellipsoideus
0
1
28 OC - 0,725
2
3
0
1
30 OC - 0,739
2
3
0
1
32 OC - 0,423
2
3
0
1
34 OC - 0,998
2
3

Perlakuan konsentrasi koji 0%, 1%, 2% regresi linier adalah r = - 0,725. Untuk
dan 3% dengan suhu fermentasi 28 0C perlakuan suhu yang sama seperti di atas
menunjukkan nilai koefisien korelasi dari dengan konsentrasi koji yang digunakan
pada fermentasi biji kopi yaitu 30 0C, 320C keadaan aerob, mikroba mengubah glukosa
dan 340C, memperlihatkan nilai koefisien menjadi air, CO2 dan energi (ATP). Beberapa
regresi linier untuk masing-masing mikroba hanya dapat melangsungkan
perlakuan adalah r = - 0,739, r = - 0,423 dan metabolisme dalam keadaan anaerob dan
r = - 0,998. Pada Tabel 10 memperlihatkan hasilnya adalah substrat yang setengah
adanya hubungan konsentrasi koji terhadap terurai. Hasil penguraiannya adalah air, CO 2,
penurunan kadar air biji kopi setelah energi dan sejumlah asam organik lainnya,
fermentasi ditunjukkan oleh nilai koefisien seperti asam laktat, asam asetat, etanol serta
korelasi (r) bertanda negatif. Korelasi negatif bahan-bahan organik yang mudah menguap
ini menunjukkan adanya hubungan linear (Maria, 2009).
sempurna tak langsung antara konsentrasi 4.2.3. Kadar Asam Biji Kopi var
koji dengan kadar air biji kopi Robusta. Robusta Setelah Fermentasi
Konsentrasi koji memberikan pengaruh Fermentasi bertujuan untuk
secara tidak langsung terhadap kadar air biji menghilangkan mucilage yang masih
kopi, karena kehilangan air pada biji kopi terdapat pada biji kopi. Selama fermentasi
sebenarnya dipengaruhi oleh proses pektin yang terdapat di dalam mucilage
pengeringan yang dilakukan pada suhu 500C. didegradasi oleh enzim pektinolitik menjadi
Sivetz dan Foote, (1963) menyampaikan asam pektinat, asam pektat serta asam
bahwa kadar air bebas yang terdapat pada galakturonat. Kandungan gula dalam
lendir kopi sekitar 55%, semakin tinggi mucilage juga ikut terdegradasi selama
konsentrasi ragi yang digunakan maka akan fermentasi menjadi asam laktat dan asam
semakin banyak air hasil metabolit yang asetat. Asam–asam lain yang dihasilkan dari
teruapkan akibat panas selama proses proses fermentasi ini adalah asam butirat,
fermentasi sehingga kadar air pada biji kopi propionate serta etanol.
akan turun. Penentuan kadar asam dilakukan untuk
Hasil fermentasi diperoleh sebagai mengetahui perubahan kadar asam setelah
akibat metabolisme mikroba - mikroba pada proses fermentasi pada kopi Robusta yang
suatu bahan pangan dalam keadaan aerob dilakukan dengan metode Titrasi Volumetri.
dan anaerob. Mikroba yang melakukan Hasil analisis kadar asam pada kopi Robusta
fermentasi membutuhkan energi yang dapat dilihat pada Tabel 11.
umumnya diperoleh dari glukosa. Dalam
Tabel 11. Kadar Asam Biji Kopi Varietas Robusta Setelah Fermentasi Selama 20
jam dan Dikeringkan
Kadar Asam Biji
Kadar Asam Biji
No Kode Kopi Tanpa Peningkatan Kadar Asam
Kopi Fermentasi
Fermentasi
1 k1t1 0,603 0,694 0,091
2 k2t1 0,821 0,218
3 k3t1 0,906 0,302
4 k4t1 1,140 0,537
5 k1t2 1,115 0,512
6 k2t2 0,878 0,275
7 k3t2 1,240 0,637
8 k4t2 0,964 0,361
9 k1t3 0,807 0,204
10 k2t3 0,893 0,290
11 k3t3 1,120 0,517
12 k4t3 1,018 0,415
13 k1t4 1,008 0,405
14 k2t4 1,305 0,702
15 k3t4 1,230 0,627
16 k4t4 1,145 0,542

Tabel 11. menunjukan bahwa pada adalah protopektin sebesar 33% yang tidak
masing – masing perlakuan terjadi mudah larut dalam air, dengan dihasilkannya
peningkatan dari kadar asam biji kopi yang enzim pektinase oleh koji Saccharomyces
tanpa adanya perlakuan. Pada saat cereviseae var Ellipsoideus, protopektin di
fermentasi selain zat metabolit dihasilkan dalam mucilage dihidrolisis menjadi asam
juga asam asetat dan asam laktat yang pektinat yang bersifat larut dalam air
dominan pada saat penguraian mucilage. sehingga dapat dihilangkan pada pencucian.
Semakin tipisnya lapisan mucilage asam (Avallone et al., 2002).
yang dihasilkan semakin banyak, dan terjadi Hasil analisis pengaruh perlakuan suhu
penurunan pH yang akan merangsang kerja fermentasi dan konsentrasi koji
enzim pektinase untuk menguraikan pektin memperlihatkan adanya korelasi terhadap
yang terkandung dalam mucilage. Menurut rata-rata kadar asam biji kopi setelah
Avallone et al., (2002) pH yang optimum fermentasi selama 20 jam yang dapat dilihat
pada fermentasi biji kopi adalah 4,5 – 4,8. pada Gambar 8.
Pektin yang terkandung dalam mucilage

Gambar 8. Regresi Linear Pengaruh Suhu Fermentasi Terhadap Kadar Asam Biji Kopi Varietas
Robusta Setelah Fermentasi
Berdasarkan Gambar 8, menunjukkan kombinasi perlakuan biji kopi. Nilai
suhu fermentasi biji kopi yang bervariasi koefisien korelasi untuk masing-masing
yaitu 28°C, 30°C, 32°C dan 34°C dengan perlakuan suhu fermentasi dan konsentrasi
konsentrasi koji yang sama untuk setiap koji Saccharomyces cereviseae var
suhu fermentasi memperlihatkan kadar asam Ellipsoideus yang digunakan pada
biji kopi yang berbeda, setelah fermentasi fermentasi biji kopi yang dikeringkan dapat
dan setelah dikeringkan untuk seluruh dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Pengaruh Suhu Fermentasi Terhadap Nilai Koefisien Korelasi
Konsentrasi Koji Saccharomyces Suhu Fermentasi Nilai r
cereviseae var Ellipsoideus
28 OC
30 OC
0 0,434
32 OC
34 OC
28 OC
30 OC
1 0,851
32 OC
34 OC
28 OC
30 OC
2 0,709
32 OC
34 OC
28 OC
30 OC
3 0,099
32 OC
34 OC

Perlakuan fermentasi pada suhu 28°C, penambahan koji dan penambahan koji
30°C, 32°C dan 34°C dengan konsentrasi dengan konsentrasi 1%, 2% dan 3%
koji 0% menunjukkan nilai koefisien memberikan kadar asam biji kopi lebih
korelasi dari regresi linier adalah r = 0,434. tinggi dari pada biji kopi yang difermentasi
Untuk perlakuan suhu yang sama seperti di pada suhu 28C, 30C dan 32C setelah biji
atas dengan konsentrasi koji yang digunakan kopi dikeringkan. Hal ini dipengaruhi oleh
pada fermentasi biji kopi yaitu 1%, 2% dan konsentrasi koji, semakin banyak koji yang
3%, memperlihatkan nilai koefisien regresi ditambahkan pada fermentasi akan
linier untuk masing-masing perlakuan adalah memproduksi enzim yang banyak pula
r = 0,851, r = 0,709 dan r = 0,099. Pada sehingga semakin banyak komponen-
Tabel 12 memperlihatkan adanya hubungan komponen yang terdapat di dalam biji kopi
suhu fermentasi terhadap kadar asam biji yang diuraikan selain menghasilkan produk
kopi setelah fermentasi ditunjukkan oleh utama juga dihasilkan produk samping yaitu
nilai koefisien korelasi (r) bertanda positif. berupa asam. Pada suhu 34C pertumbuhan
Korelasi positif ini menunjukkan adanya Saccharomyces cereviseae var Ellipsoideus
hubungan linear sempurna langsung antara mencapai maksimal sehingga enzim yang
suhu fermentasi dengan kadar asam biji kopi dihasilkan lebih banyak, hal ini
Robusta. Perlakuan suhu fermentasi pada mengakibatkan penguraian komponen-
penelitian ini memberikan pengaruh yang komponen yang terdapat di dalam biji kopi
langsung terhadap kadar asam, karena lebih banyak.
meningkatnya kadar asam pada biji kopi Perlakuan pengaruh konsentrasi koji
terjadi akibat meningkatnya aktifitas enzim Saccharomyces cereviseae var Ellipsoideus
yang dihasilkan oleh mikroba sehingga akan yang berbeda dengan suhu fermentasi yang
terbentuk asam dari penguraian senyawa- sama terhadap perubahan kadar asam biji
senyawa tersebut yang merupakan by kopi varietas Robusta dapat dilihat pada
product. Gambar 9.
Kadar asam biji kopi yang dilakukan
fermentasi pada suhu 34C tanpa
Gambar 9. Regresi Linear Pengaruh Konsentrasi Koji Terhadap Kadar Asam Kopi Varietas
Robusta Setelah Fermentasi
Berdasarkan Gambar 9, menunjukkan fermentasi biji kopi terhadap kadar asam biji
konsentrasi koji yang ditambahkan pada kopi setelah fermentasi dan dikeringkan.
proses fermentasi biji kopi yang bervariasi Nilai koefisien korelasi untuk masing-
yaitu 0%, 1%, 2% dan 3% dengan suhu masing perlakuan suhu fermentasi dan
fermentasi yang sama untuk setiap konsentrasi koji Saccharomyces cereviseae
konsentrasi koji memperlihatkan kadar asam var Ellipsoideus yang digunakan pada
biji kopi berbeda untuk seluruh kombinasi fermentasi biji kopi dapat dilihat pada Tabel
perlakuan. Pada Gambar 9 memperlihatkan 13.
hubungan suhu dengan konsentrasi koji pada
Tabel 13. Pengaruh Konsentrasi Koji Terhadap Nilai Koefisien Korelasi
Konsentrasi Koji Saccharomyces
Suhu Fermentasi Nilai r
cereviseae var Ellipsoideus
0
1
28 OC 0,978
2
3
0
1
30 OC 0,073
2
3
0
1
32 OC 0,806
2
3
0
1
34 OC 0,341
2
3
Perlakuan konsentrasi koji 0%, 1%, 2% dan Nasution (1985) terjadi seperti
dan 3% dengan suhu fermentasi 28 0C penguapan air, karamelisasi karbohidrat,
menunjukkan nilai koefisien korelasi dari denaturasi protein, terbentuknya gas CO2
regresi linier adalah r = 0,978. Untuk sebagai hasil oksidasi dan terbentuknya
perlakuan suhu yang sama seperti di atas aroma yang spesifik pada kopi.
dengan konsentrasi koji yang digunakan Pembentukan aroma selama penyangraian
pada fermentasi biji kopi yaitu 30 0C, 320C disebabkan karena menguapnya asam yang
dan 340C, memperlihatkan nilai koefisien ada dan terbentuknya gas-gas yang sebagian
regresi linier untuk masing-masing besar terdiri dari CO2 kemudian gas-gas ini
perlakuan adalah r = 0,073, r = 0,806 dan r = mengisi ruang dalam sel atau pori-pori kopi.
0,341. Pada Tabel 13 memperlihatkan Proses penyangraian merupakan
adanya hubungan konsentrasi koji terhadap tahapan pembentukan aroma dan citarasa
peningkatan kadar asam biji kopi setelah khas kopi dengan perlakuan panas. Proses
fermentasi ditunjukkan oleh nilai koefisien sangrai diawali dengan penguapan air yang
korelasi (r) bertanda positif. Korelasi positif ada di dalam biji kopi dengan memanfaatkan
ini menunjukkan adanya hubungan linear panas dari sumbernya kemudian diikuti
sempurna langsung antara konsentrasi koji dengan reaksi pirolisis. Reaksi ini
dengan kadar asam biji kopi Robusta. merupakan reaksi dekomposisi senyawa
Konsentrasi koji memberikan pengaruh hidrokarbon antara lain karbohidrat,
secara langsung terhadap kadar asam biji hemiselulosa dan selulosa yang ada di dalam
kopi, karena peningkatan asam pada biji biji kopi. Secara kimiawi, proses ini ditandai
kopi dipengaruhi oleh aktifitas enzim dengan terbentuknya gas CO2 dalam jumlah
mikroba dalam merombak senyawa pada biji banyak. Sedang secara fisik, pirolisis
kopi yang akan menghasilkan by product ditandai dengan perubahan warna biji kopi
berupa asam. yang semula kehijauan menjadi kecoklatan
Jumlah inokulum mikroba yang tinggi (Pusat Penelitian Kopi Kakao Indonesia,
akan menyebabkan semakin banyak mikroba 2007 )
yang bekerja dan membentuk komponen- 4.3.1. Kadar Kafein Biji Kopi var
komponen asam organik misalnya asam Robusta Setelah Penyangraian
asetat selama proses fermentasi sehingga Penentuan kadar kafein dilakukan untuk
aroma kopi semakin meningkat (Clarke, mengetahui perubahan kadar kafein setelah
R.J., and R.Macrae. 1985). proses penyangraian pada biji kopi Robusta
4.3. Penyangraian Biji Kopi yang dilakukan dengan metode Bailey
Perubahan sifat fisik dan kimia biji kopi Andrew. Hasil analisis kadar kafein biji kopi
dapat terjadi selama proses penyangraian, setelah penyangraian dapat dilihat pada
menurut Ukers dan Prescott dalam Ciptadi Tabel 14.
Tabel 14. Kadar Kafein Biji Kopi Varietas Robusta Setelah Penyangraian
Rata-Rata Kadar Kafein
Rata-Rata Kadar Kafein Biji Pengurangan
No Perlakuan Biji Kopi Setelah di
Kopi Fermentasi Kafein
Sangrai
1 k1t1 1,028 % 0,760 % 0,268 %
2 k2t1 0,954 % 0,839 % 0,115 %
3 k3t1 1,021 % 0,764 % 0,257 %
4 k4t1 0,863 % 0,720 % 0,143 %
5 k1t2 0,715 % 0,658 % 0,057 %
6 k2t2 0,978 % 0,863 % 0,115 %
7 k3t2 1,358 % 1,040 % 0,318 %
8 k4t2 0,945 % 0,891 % 0,054 %
9 k1t3 0,788 % 0,675 % 0,113 %
10 k2t3 0,892 % 0,825 % 0,067 %
11 k3t3 1,046 % 0,955 % 0,091 %
12 k4t3 0,819 % 0,702 % 0,117 %
13 k1t4 0,817 % 0,440 % 0,377 %
14 k2t4 0,699 % 0,689 % 0,010 %
15 k3t4 0,959 % 0,746 % 0,213 %
16 k4t4 0,857 % 0,594 % 0,263 %
Data pada Tabel 14. menunjukkan rata- Proses penyangraian sebagian kecil dari
rata kadar kafein biji kopi varietas Robusta kafein akan menguap dan terbentuk
setelah penyangraian untuk biji kopi yang komponen-komponen lain yaitu aseton,
difermentasi pada suhu dan penambahan furfural, amonia, trimethylamine, asam
koji Saccharomyces cereviseae var formiat dan asam asetat. Kafein dalam
Ellipsoideus yang berbeda, memberikan bentuk murni seperti kristal berbentuk
rata-rata kadar kafein biji kopi hasil tepung putih atau berbentuk seperti benang
penyangraian bervariasi. Biji kopi yang sutera yang panjang dan kusut, dapat
dilakukan fermentasi pada suhu 34C mencair pada suhu 235-237°C dan akan
dengan konsentrasi penambahan koji sebesar mengalami sublimasi pada suhu 176oC.
1%, memperlihatkan rata-rata kadar kafein Kafein juga merupakan basa monocidic yang
biji kopi setelah disangrai lebih kecil dari lemah dan dapat dipisahkan dengan
perlakuan lainnya. Hal ini dapat terjadi penguapan, serta mudah diuraikan oleh
karena kafein telah menjadi senyawa bebas alkalis yang panas (Ridwansyah, 2003).
setelah proses fermentasi dengan koji Perlakuan pengaruh suhu fermentasi
Saccharomyces cereviseae var Ellipsoideus yang berbeda dengan konsentrasi koji
sehingga kafein akan mudah teruapkan pada Saccharomyces cereviseae var Ellipsoideus
saat penyangraian. yang sama terhadap penurunan kadar kafein
biji kopi setelah penyangraian varietas
Robusta dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Regresi Linear Pengaruh Suhu Fermentasi Terhadap Kadar Kafein Biji

Kopi Varietas Robusta Setelah Penyangraian suhu fermentasi memperlihatkan kadar


Berdasarkan Gambar 10, menunjukkan kafein biji kopi mengalami penurunan
suhu fermentasi biji kopi yang bervariasi setelah penyangraian untuk seluruh
yaitu 28°C, 30°C, 32°C dan 34°C dengan kombinasi perlakuan. Pada Gambar 10,
konsentrasi koji yang sama untuk setiap memperlihatkan adanya hubungan suhu
fermentasi dengan konsentrasi koji terhadap masing-masing perlakuan suhu fermentasi
rata-rata kadar kafein biji kopi setelah dan konsentrasi koji yang digunakan pada
penyangraian. Hubungan ini ditunjukkan fermentasi biji kopi setelah dilakukan
oleh nilai koefisien korelasi dari persamaan penyangraian dapat dilihat pada 15.
regresi linier. Nilai koefisien korelasi untuk
Tabel 15. Pengaruh Suhu Fermentasi Terhadap Nilai Koefisien Korelasi

Konsentrasi Koji Saccharomyces Suhu Fermentasi Nilai r


cereviseae var Ellipsoideus
28 OC
30 OC
0 - 0,893
32 OC
34 OC
28 OC
30 OC
1 - 0,805
32 OC
34 OC
28 OC
30 OC
2 - 0,124
32 OC
34 OC
28 OC
30 OC
3 - 0,596
32 OC
34 OC

Data pada Tabel 15. menunjukkan nilai di sitoplasma berada dalam keadaan bebas,
koefisien korelasi pengaruh suhu fermentasi sedang selebihnya terdapat dalam kondisi
terhadap rata-rata kadar kafein biji kopi terikat sebagai senyawa alkaloid dalam
varietas Robusta setelah penyangraian bentuk senyawa garam kompleks kalium
dengan penambahan koji Saccharomyces klorogenat dengan ikatan ionic. Selanjutnya
cereviseae var Ellipsoideus pada konsentrasi Baumann et al., (1993) menjelaskan pula
yang berbeda memperlihatkan nilai koefisien ikatan kompleks yang terbentuk
korelasi mendekati -1. Hal ini menunjukkan menyebabkan kafein tidak dapat bergerak
adanya korelasi yang kuat antara suhu bebas di dalam jaringan biji kopi. Pengaruh
fermentasi terhadap rata-rata kadar kafein energi panas dapat menyebabkan ikatan
biji kopi setelah disangrai. Pada fermentasi tersebut terputus sehingga mudah terlepas.
terjadi penguraian kafein biji kopi dan Perlakuan pengaruh konsentrasi koji
adanya panas yang diberikan pada saat Saccharomyces cereviseae var Ellipsoideus
penyangraian biji kopi menyebabkan kafein yang berbeda dengan suhu fermentasi yang
menjadi mudah bergerak, mudah berdifusi sama terhadap penurunan kadar kafein kopi
melalui dinding sel, dan selanjutnya akan varietas Robusta setelah penyangraian dapat
mudah menguap. dilihat pada Gambar 11.
Menurut Sivetz dan Desroiser (1979) di
dalam Clifford, (1985) kafein yang terdapat
Gambar 11. Regresi Linear Pengaruh Konsentrasi Koji Terhadap Kadar Kafein Kopi Varietas
Robusta Setelah Penyangraian
Gambar 11, memperlihatkan fermentasi dengan konsentrasi koji terhadap
penambahan konsentrasi koji yang berbeda rata-rata kadar kafein biji kopi setelah
yaitu 0%, 1%, 2% dan 3% dengan suhu penyangraian, yang ditunjukkan oleh nilai
fermentasi yang sama untuk setiap koefisien korelasi persamaan regresi linier.
konsentrasi koji memperlihatkan kadar rata- Nilai koefisien korelasi untuk masing-
rata kafein biji kopi mengalami penurunan masing perlakuan suhu fermentasi dan
setelah dilakukan penyangraian untuk konsentrasi koji terhadap rata-rata kadar
seluruh kombinasi perlakuan. Pada Gambar kafein biji kopi dapat dilihat pada Tabel 16.
11 memperlihatkan terdapat hubungan suhu

Tabel 16. Pengaruh Konsentrasi Koji Terhadap Nilai Koefisien Korelasi


Konsentrasi Koji Saccharomyces
Suhu Fermentasi Nilai r
cereviseae var Ellipsoideus
0
1
28 OC - 0,507
2
3
0
1
30 OC - 0,719
2
3
0
1
32 OC - 0,914
2
3
34 OC 0 - 0,403
1
2
3

Perlakuan konsentrasi koji 0%, 1%, 2% klorogenat. Tingginya konsentrasi koji akan
dan 3% dengan suhu fermentasi 28 0C membantu mempercepat penguraian kafein
menunjukkan nilai koefisien korelasi dari pada sitoplasma biji kopi sehingga pada saat
regresi linier adalah r = - 0,507. Untuk penyangraian yang tersisa merupakan kafein
perlakuan suhu yang sama seperti di atas bebas yang dapat teruapkan.
dengan konsentrasi koji yang digunakan Menurut Mahendradatta (2007) proses
pada fermentasi biji kopi yaitu 30 0C, 320C penyangraian biji kopi pada suhu tinggi
dan 340C, memperlihatkan nilai koefisien menyebabkan mudah terlepasnya asam
regresi linier untuk masing-masing klorogenat yang berikatan dengan kafein.
perlakuan adalah r = - 0,719, r = - 0,914 dan Perlakuan panas selama proses penyangraian
r = - 0,403. Pada Tabel 16 nilai koefisien mengakibatkan asam klorogenat mengalami
korelasi yang diperoleh memperlihatkan hidrolisis menjadi senyawa dengan berat
terdapat hubungan yang kuat antara molekul yang lebih rendah, kemudian diikuti
konsentrasi koji terhadap penurunan kadar dengan penguapan kafein pada biji kopi
kafein biji kopi yang difermentasi yang yang ditandai dengan pembentukan CO2.
dilakukan penyangraian. Korelasi ini Proses penguapan akan lebih cepat dan
menunjukkan nilai negatif artinya adanya memiliki hasil yang lebih baik jika
hubungan linear sempurna tidak langsung dilakukan fermentasi terlebih dahulu pada
antara konsentrasi koji terhadap penurunan biji kopi.
kadar kafein biji kopi Robusta setelah 4.3.2. Kadar Air Biji Kopi var Robusta
disangrai. Penurunan kadar kafein setelah Setelah Penyangraian
disangrai dikarenakan terjadinya penguraian Kopi yang telah difermentasi dilakukan
komplek ikatan asam klorogenat dan kafein penyangraian dengan tujuan untuk
saat penyangraian sehingga kafein secara meningkatkan cita rasa serta mengurangi
bebas akan mudah menguap. beberapa kandungan kimia di dalam kopi,
Fermentasi yang dilakukan akan salah satunya adalah air. Penentuan kadar air
membantu pelepasan ikatan komplek kafein dilakukan untuk mengetahui perubahan
dengan senyawa asamnya. Kafein di dalam kadar air setelah penyangraian pada kopi
kopi terdapat baik sebagai senyawa bebas Robusta yang dilakukan dengan metode
maupun dalam bentuk kombinasi dengan Gravimetri dan hasil analisis kadar air biji
klorogenat sebagai senyawa kalium kafein kopi dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Kadar Air Biji Kopi Varietas Robusta Setelah Penyangraian
No Rata-Rata Kadar Air Rata-Rata Kadar Air Biji
Perlakuan Pengurangan Kadar Air
Biji Kopi Fermentasi Kopi Setelah di Sangrai
1 k1t1 9,963 % 1,347 % 8,616 %
2 k2t1 6,829 % 1,413 % 5,416 %
3 k3t1 6,557 % 1,703 % 4,854 %
4 k4t1 5,307 % 1,668 % 3,639 %
5 k1t2 7,650 % 1,905 % 5,745 %
6 k2t2 10,656 % 2,965 % 7,691 %
7 k3t2 6,140 % 1,317 % 4,823 %
8 k4t2 9,440 % 2,041 % 7,399 %
9 k1t3 5,119 % 2,661 % 2,458 %
10 k2t3 8,965 % 2,158 % 6,807 %
11 k3t3 7,769 % 2,249 % 5,520 %
12 k4t3 6,234 % 3,500 % 2,734 %
13 k1t4 7,500 % 3,110 % 4,390 %
14 k2t4 9,616 % 2,477 % 7,139 %
15 k3t4 10,027 % 2,099 % 7,928 %
16 k4t4 8,172 % 1,790 % 6,382 %

Data pada Tabel 17. menunjukkan rata- dalam biji kopi dengan memanfaatkan panas
rata kadar air biji kopi varietas Robusta yang tersedia dari kompor dan kemudian
setelah penyangraian untuk biji kopi yang diikuti dengan reaksi dekomposisi senyawa
difermentasi pada suhu dan penambahan hidrokarbon biji kopi antara lain karbohidrat,
koji Saccharomyces cereviseae var hemiselulosa dan selulosa yang ada di dalam
Ellipsoideus yang berbeda, memberikan biji kopi
rata-rata kadar kafein biji kopi hasil (Pusat Penelitian Kopi Kakao Indonesia,
penyangraian bervariasi. Berbedanya kadar 2007 ).
air biji kopi lebih dipengaruhi oleh panas Hasil analisis pengaruh perlakuan suhu
pada saat penyangraian yang menyebabkan fermentasi dan konsentrasi koji
air menguap. Penguapan air pada memperlihatkan adanya korelasi terhadap
penyangraian disebabkan energi panas yang penurunan rata-rata kadar air biji kopi
diberikan selama proses ini, mengakibatkan setelah penyangraian. Hubungan pengaruh
energi kinetik molekul air pada kopi akan suhu fermentasi dan penambahan
meningkat sehingga molekul-molekul air konsentrasi koji Saccharomyces cereviseae
bergerak lebih cepat untuk melepaskan diri var Ellipsoideus dengan perlakuan yang
dari gaya tarik-menarik antar molekul air berbeda dapat dilihat dari nilai koefisien
tersebut dan kemudian berubah menjadi gas korelasi dari persamaan regresi linier dapat
atau menguap. dilihat pada Gambar 12.
Penyangraian biji kopi akan
menyebabkan penguapan air yang ada di

Gambar 12. Regresi Linear Pengaruh Suhu Fermentasi Terhadap Kadar Air Biji Kopi Varietas
Robusta Setelah Penyangraian
Berdasarkan Gambar 12, konsentrasi koji yang sama untuk
menunjukkan suhu fermentasi biji setiap suhu fermentasi
kopi yang bervariasi yaitu 28°C, memperlihatkan kadar air biji kopi
30°C, 32°C dan 34°C dengan yang berbeda setelah penyangraian
untuk seluruh kombinasi perlakuan. Hubungan suhu fermentasi dan
Pada gambar 12 memperlihatkan konsentrasi koji terhadap kadar air
adanya hubungan suhu fermentasi biji kopi setelah penyangraian dapat
dengan konsentrasi koji pada dilihat dari nilai koefisien korelasi
fermentasi biji kopi terhadap kadar dari persamaan regresi linier, seperti
air biji kopi setelah penyangraian. yang ditunjukkan pada Tabel 18.

Konsentrasi Koji Saccharomyces


Suhu Fermentasi Nilai r
cereviseae var Ellipsoideus
O
28 C
30 OC
0 0,487
32 OC
O
34 C
28 OC
30 OC
1 0,378
32 OC
34 OC
28 OC
30 OC
2 0,357
32 OC
O
34 C
28 OC
30 OC
3 0,277
32 OC
O
34 C
Tabel 18. Pengaruh Suhu Fermentasi Terhadap Nilai Koefisien Korelasi
Perlakuan suhu 28°C, 30°C, 32°C dan pada penelitian ini memberikan pengaruh
34°C dengan konsentrasi koji 0% yang langsung terhadap kadar air setelah
menunjukkan nilai koefisien korelasi dari penyangraian.
regresi linier adalah r = 0,487. Untuk Menurut Ciptadi dan Nasution (1985)
perlakuan suhu yang sama seperti di atas perubahan sifat fisik dan kimia biji kopi
dengan konsentrasi koji yang digunakan terjadi selama proses penyangraian, terjadi
pada fermentasi biji kopi yaitu 1%, 2% dan seperti pengembangan (swelling), penguapan
3%, memperlihatkan nilai koefisien regresi air, terbentuknya senyawa volatile,
linier untuk masing-masing perlakuan adalah karamelisasi karbohidrat, pengurangan serat
r = 0,378, r = 0,357 dan r = 0,277. Data pada kasar, denaturasi protein, terbentuknya gas
Tabel 18 memperlihatkan adanya hubungan CO2 sebagai hasil oksidasi dan terbentuknya
suhu fermentasi terhadap kadar air biji kopi aroma pada kopi.
setelah penyangraian yang ditunjukkan oleh Perlakuan pengaruh konsentrasi koji
nilai koefisien korelasi (r) bertanda positif. Saccharomyces cereviseae var Ellipsoideus
Hal ini memperlihatkan adanya korelasi yang berbeda dengan suhu fermentasi yang
langsung antara suhu fermentasi dengan sama terhadap penurunan kadar air varietas
kadar air biji kopi Robusta setelah Robusta setelah penyangraian dapat dilihat
penyangraian. Perlakuan suhu fermentasi pada Gambar 13.
Gambar 13. Regresi Linear Pengaruh Konsentrasi Koji Terhadap Kadar Air Kopi Varietas Robusta
Setelah Penyangraian
Berdasarkan Gambar 13, menunjukkan untuk seluruh kombinasi perlakuan. Nilai
konsentrasi koji yang ditambahkan pada koefisien korelasi untuk masing-masing
fermentasi biji kopi yang bervariasi yaitu perlakuan suhu fermentasi dan konsentrasi
0%, 1%, 2% dan 3% dengan suhu fermentasi koji yang digunakan pada fermentasi biji
yang sama untuk setiap konsentrasi koji kopi dapat dilihat pada Tabel 19.
memperlihatkan kadar air biji kopi berbeda

Tabel 19. Pengaruh Konsentrasi Koji Terhadap Nilai Koefisien Korelasi


Konsentrasi Koji Saccharomyces
Suhu Fermentasi Nilai r
cereviseae var Ellipsoideus
0
1
28 OC 0,905
2
3
0
1
30 OC -0,432
2
3
0
1
32 OC 0,551
2
3
34 OC 0 - 0,986
1
2
3

Perlakuan konsentrasi koji 0%, 1%, 2% Ragi yang memfermentasi kopi akan
dan 3% dengan suhu fermentasi 28 0C menyebabkan pergerakan air untuk menguap
menunjukkan nilai koefisien korelasi dari menjadi bebas. Hal ini terjadi akibat pori-
regresi linier adalah r = 0,905. Untuk pori kopi yang telah terbuka saat fermentasi
perlakuan suhu yang sama seperti di atas akan mempercepat proses roasting karena
dengan konsentrasi koji yang digunakan tidak adanya hambatan untuk menguapnya
pada fermentasi biji kopi yaitu 30 0C, 320C air. Tingginya konsentrasi ragi yang
dan 340C, memperlihatkan nilai koefisien digunakan pada biji kopi akan
regresi linier untuk masing-masing mempengaruhi banyaknya pori-pori biji kopi
perlakuan adalah r = -0,432, r = 0,551 dan r yang terbuka
= - 0,986. Pada Tabel 19 memperlihatkan (Pusat Penelitian Kopi Kakao Indonesia,
terdapat hubungan konsentrasi koji terhadap 2007 ).
kadar air biji kopi setelah penyangraian 4.3.3. Kadar Asam Biji Kopi Setelah
ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r) Penyangraian
bertanda negatif pada suhu fermentasi 300C Kopi yang telah difermentasi dilakukan
dan 340C sedangkan suhu fermentasi lainnya penyangraian dengan tujuan untuk
menunjukkan korelasi positif. Korelasi meningkatkan cita rasa serta mengurangi
negatif ini menunjukkan adanya hubungan beberapa kandungan kimia dalam kopi, salah
linear sempurna tak langsung antara satunya adalah asam-asam folatil yang
konsentrasi koji dengan kadar air biji kopi mudah menguap. Panas yang timbul akibat
Robusta, sedangkan korelasi positif penyangraian diharapkan mampu
sebaliknya. Konsentrasi koji memberikan mengurangi kandungan asam dalam biji kopi
pengaruh secara tidak langsung terhadap dengan cara menguapkan atau
kadar air biji kopi setelah penyangraian pada mendenaturasi asam tersebut sehingga
suhu fermentasi 300C dan 340C, sedangkan terbentuk aroma yang khas. Hasil analisis
pada suhu fermentasi lainnya konsentrasi kadar asam biji kopi sangrai dapat dilihat
koji memberikan pengaruh langsung pada Tabel 20.
terhadap kadar air.

Tabel 20. Kadar Asam Biji Kopi Varietas Robusta Setelah Penyangraian
Rata-Rata Kadar Asam
Kadar Asam Biji
No Kode Biji Kopi Setelah di Pengurangan Kadar Asam
Kopi Fermentasi
Sangrai
1 k1t1 0,694 % 0,015 % 0,679 %
2 k2t1 0,821 % 0,018 % 0,803 %
3 k3t1 0,906 % 0,0089 % 0,897 %
4 k4t1 1,140 % 0,016 % 1,124 %
5 k1t2 1,115 % 0,013 % 1,102 %
6 k2t2 0,878 % 0,017 % 0,861 %
7 k3t2 1,240 % 0,019 % 1,221 %
8 k4t2 0,964 % 0,014 % 0,950 %
9 k1t3 0,807 % 0,017 % 0,790 %
10 k2t3 0,893 % 0,012 % 0,881 %
11 k3t3 1,120 % 0,023 % 1,097 %
12 k4t3 1,018 % 0,014 % 1,004 %
13 k1t4 1,008 % 0,014 % 0,994 %
14 k2t4 1,305 % 0,014 % 1,291 %
15 k3t4 1,230 % 0,019 % 1,211 %
16 k4t4 1,145 % 0,018 % 1,127 %

Data pada Tabel 20. menunjukkan rata- penyangraian menjadi asam asetat, asam
rata kadar asam biji kopi varietas Robusta malat, asam sitrat, dan asam phosporat
setelah penyangraian untuk biji kopi yang sangat penting pada pembentukan
difermentasi pada suhu dan penambahan komponen citarasa acidity
koji Saccharomyces cereviseae var (Velmourougane, 2011).
Ellipsoideus yang berbeda, memberikan Hasil analisis pengaruh perlakuan suhu
rata-rata kadar kafein biji kopi hasil fermentasi dan konsentrasi koji
penyangraian bervariasi. Berbedanya kadar memperlihatkan adanya korelasi terhadap
asam biji kopi lebih dipengaruhi oleh panas penurunan rata-rata kadar asam biji kopi
pada saat penyangraian yang menyebabkan setelah penyangraian. Hubungan pengaruh
asam folatil menguap dan sebagian suhu fermentasi dan penambahan
terdekomposisi. konsentrasi koji Saccharomyces cereviseae
Asam-asam karbokasilat pada biji var Ellipsoideus dengan perlakuan yang
kopi antara lain asam format, asam asetat, berbeda dapat dilihat dari nilai koefisien
asam oksalat, asam suksinat, asam sitrat, korelasi dari persamaan regresi linier dapat
pimvic acid, asam laktat, asam malat, dan dilihat pada Gambar 14.
asam quinat berubah pada proses

0
Gambar 14. Regresi Linear Pengaruh Suhu Fermentasi Terhadap Kadar Asam Biji Kopi Varietas
Robusta Setelah Penyangraian
memperlihatkan kadar asam biji kopi
Berdasarkan Gambar 14, yang berbeda setelah penyangraian
menunjukkan suhu fermentasi biji untuk seluruh kombinasi perlakuan.
kopi yang bervariasi yaitu 28°C, Hubungan suhu fermentasi dan
30°C, 32°C dan 34°C dengan konsentrasi koji terhadap kadar asam
konsentrasi koji yang sama untuk biji kopi setelah penyangraian dapat
setiap suhu fermentasi dilihat dari nilai koefisien korelasi
dari persamaan regresi linier, seperti
yang ditunjukkan pada Tabel 21.

Konsentrasi Koji Saccharomyces


Suhu Fermentasi Nilai r
cereviseae var Ellipsoideus
28 OC
30 OC
0 0,105
32 OC
O
34 C
28 OC
30 OC
1 -0,827
32 OC
O
34 C
28 OC
30 OC
2 0,751
32 OC
34 OC
28 OC
30 OC
3 0,407
32 OC
O
34 C
Tabel 21. Pengaruh Suhu Fermentasi Terhadap Nilai Koefisien Korelasi
Perlakuan suhu 28°C, 30°C, 32°C dan positif pada koji 2% dan 3%, yang lainnya
34°C dengan konsentrasi koji 0% bernilai negatif sedangkan pada koji 0%
menunjukkan nilai koefisien korelasi dari tidak terdapat korelasi. Hal ini
regresi linier adalah r = 0,105. Untuk memperlihatkan adanya korelasi langsung
perlakuan suhu yang sama dengan antara suhu fermentasi dengan kadar asam
konsentrasi koji yang digunakan pada biji kopi Robusta setelah penyangraian,
fermentasi biji kopi yaitu 1%, 2% dan 3%, sedangkan korelasi negatif sebaliknya.
memperlihatkan nilai koefisien regresi linier Perlakuan pengaruh konsentrasi koji
untuk masing-masing perlakuan adalah r = Saccharomyces cereviseae var Ellipsoideus
-0,827, r = 0,751 dan r = 0,407. Data pada yang berbeda dengan suhu fermentasi yang
Tabel 21. memperlihatkan adanya hubungan sama terhadap penurunan kadar air varietas
suhu fermentasi terhadap kadar asam biji Robusta setelah penyangraian dapat dilihat
kopi setelah penyangraian yang ditunjukkan pada Gambar 15.
oleh nilai koefisien korelasi (r) bertanda
Gambar 15. Regresi Linear Pengaruh Konsentrasi Koji Terhadap Kadar Asam Kopi Varietas
Robusta Setelah Penyangraian
Berdasarkan Gambar 15, menunjukkan berbeda untuk seluruh kombinasi perlakuan.
konsentrasi koji yang ditambahkan pada Nilai koefisien korelasi untuk masing-
fermentasi biji kopi yang bervariasi yaitu masing perlakuan suhu fermentasi dan
0%, 1%, 2% dan 3% dengan suhu fermentasi konsentrasi koji yang digunakan pada
yang sama untuk setiap konsentrasi koji fermentasi biji kopi dapat dilihat pada Tabel
memperlihatkan kadar asam biji kopi 22.
Tabel 22. Pengaruh Konsentrasi Koji Terhadap Nilai Koefisien Korelasi
Konsentrasi Koji Saccharomyces
Suhu Fermentasi Nilai r
cereviseae var Ellipsoideus
0
1
28 OC - 0,246
2
3
0
1
30 OC 0,3024
2
3
0
1
32 OC 0,0266
2
3
0
1
34 OC 0,7635
2
3

Perlakuan konsentrasi koji 0%, 1%, 2% Asam-asam yang bersifat volatile relative
dan 3% dengan suhu fermentasi 28 0C mudah menguap terutama pada suhu tinggi,
menunjukkan nilai koefisien korelasi dari akibatnya tercipta aroma khas pada kopi.
regresi linier adalah r = - 0,246. Untuk Fermentasi pada kopi adalah mengubah
perlakuan suhu yang sama seperti di atas gula yang terdapat pada lapisan mesocarp,
dengan konsentrasi koji yang digunakan menjadi alkohol, yang kemudian diubah
pada fermentasi biji kopi yaitu 30 0C, 320C menjadi asam asetat. Proses ini akan
dan 340C, memperlihatkan nilai koefisien berlangsung sekitar 12 jam. Pembentukan
regresi linier untuk masing-masing asam-asam yang terjadi akan memberikan
perlakuan adalah r = 0,3024, r = 0,0266 dan cita rasa khas pada kopi sehingga diperlukan
r = 0,7635. Pada Tabel 22 memperlihatkan pengaturan agar tidak mengalami cita rasa
terdapat hubungan konsentrasi koji terhadap yang berlebih (Rahardi, 2009).
kadar air biji kopi setelah penyangraian Cita rasa khas aroma pada kopi akan
ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r) terbentuk dari menguapnya asam-asam yang
bertanda positif pada suhu fermentasi 340C, terdapat pada kopi akibat proses
sedangkan suhu fermentasi lainnya tidak penyangraian. Asam-asam seperti asam
memiliki korelasi. Korelasi positif ini asetat, butirat dan volerat yang terbentuk
menunjukkan adanya hubungan linear dari pemecahan gula pada proses fermentasi
sempurna langsung antara konsentrasi koji bersifat mudah menguap dan menciptakan
dengan kadar asam biji kopi Robusta setelah aroma khas pada kopi (Siswoputranto,
penyangraian 1992).
Kadar asam kopi setelah proses Senyawa yang membentuk aroma di
penyangraian mengalami penurunan, hal ini dalam kopi menurut Mabrouk dan
dapat terjadi karena asam yang terdapat pada Deatherage dalam Ciptadi dan Nasution
kopi menguap akibat proses pemanasan. (1985) adalah :
1. Golongan fenol dan asam tidak mudah Uji ranking bertujuan untuk
menguap yaitu asam kofeat, asam mengurutkan nilai aroma dan warna serta
klorogenat, asam ginat dan riboflavin. untuk memilih sampel terbaik pada kopi
2. Golongan senyawa karbonil yaitu asetal bubuk varietas Robusta. Uji ini dilakukan
dehid, propanon, alkohol, aldehid. oleh 25 panelis. Nilai sampel akan diurutkan
3. Golongan asam mudah menguap yaitu untuk mendapatkan sampel terbaik. Hasil
asam asetat, butirat dan volerat. penelitian uji ranking terhadap aroma kopi
4.3.4. Uji Organoleptik Warna dan varietas Robusta dapat dilihat pada Tabel 23.
Aroma Kopi
Tabel 23. Hasil Nilai Ranking Organoleptik Warna Kopi
No. Sampel Penilaian rangking
1 k1t1 16
2 k2t1 2
3 k3t1 8
4 k4t1 13
5 k1t2 15
6 k2t2 14
7 k3t2 7
8 k4t2 6
9 k1t3 12
10 k2t3 10
11 k3t3 4
12 k4t3 3
13 k1t4 5
14 k2t4 1
15 k3t4 11
16 k4t4 9

Dari hasil penilaian rangking uji enzimatik yang menghasilkan senyawa


organoleptik warna kopi yang memiliki nilai kompleks dengan berat molekul yang tinggi
terbaik adalah sampel k2t4. Perbedaan tingkat (Primadia, 2009). Lebih lanjut Winarno
kesukaan terhadap warna kopi dapat (1997) melaporkan bahwa reaksi Maillard
dipengaruhi oleh mutu kopi tersebut. Kopi merupakan reaksi browning non enzimatik
dengan mutu baik akan dapat yang manghasilkan senyawa komplek
mempertahankan senyawa-senyawa pada dengan berat molekul tinggi. Semakin
kopi sehingga warna kopi akan lebih baik. meningkatnya asam amino bebas dan gula
Perubahan warna disebabkan adanya reduksi karena peningkatan suhu saat
reaksi maillard yang melibatkan senyawa penyangraian, maka akan mempercepat
bergugus karbonil (gula Reduksi) dan terjadinya reaksi Maillard yang
bergugus amino (asam amino). Reaksi menyebabkan warna biji kopi semakin
maillard merupakan reaksi browning non gelap.
Tabel 24. Hasil Nilai Ranking Organoleptik Aroma Kopi
No Sampel Jumlah
1 k1t1 14
2 k2t1 1
3 k3t1 11
4 k4t1 2
5 k1t2 16
6 k2t2 6
7 k3t2 5
8 k4t2 10
9 k1t3 7
10 k2t3 8
11 k3t3 4
12 k4t3 12
13 k1t4 13
14 k2t4 15
15 k3t4 9
16 k4t4 3
Dari hasil penilaian rangking uji kadar air, kadar asam, kadar kafein,
organoleptik aroma kopi yang memiliki nilai aroma dan warna pada biji kopi.
terbaik adalah sampel k2t1. Perbedaan tingkat 3. Suhu fermentasi memberikan pengaruh
kesukaan terhadap aroma biji kopi dapat yang nyata pada kadar air, kadar asam,
dipengaruhi oleh mutu kopi tersebut. Biji kadar kafein aroma dan warna pada biji
kopi dengan mutu baik akan dapat kopi.
mempertahankan senyawa-senyawa pada 4. Konsentrasi koji Saccharomyces
biji kopi sehingga aroma biji kopi akan lebih cereviseae var. Ellipsoideus dan suhu
baik. fermentasi memiliki korelasi pada
Aroma kopi muncul akibat dari senyawa karakteristik kopi yang dihasilkan.
volatil yang tertangkap oleh indera Berdasarkan uji organoleptik maka kopi
penciuman manusia. Senyawa volatil yang yang memiliki aroma terbaik adalah sampel
berpengaruh pada aroma kopi sangrai k2t1 dengan kadar kafein kopi fermentasi
dibentuk dari reaksi Maillard atau reaksi 0,954 %, kadar asam kopi fermentasi 0,821
browning non enzimatik, degradasi asam %, kadar air kopi fermentasi 6,829 %, kadar
amino bebas, degradasi trigonelin, degradasi kafein kopi roasting 0,839 %, kadar asam
gula dan degradasi senyawa fenolik. Kafein kopi roasting 0,0175 %, kadar air kopi
tidak berpengaruh terhadap aroma kopi, roasting 1,4125 %. Kopi yang memiliki
tetapi sedikit memberikan rasa pahit. Selama warna terbaik adalah sampel k2t4 dengan
penyangraian kopi Robusta, asam klorogenat kadar kafein kopi fermentasi 0,699 %, kadar
terdekomposisi menjadi aroma volatil dan asam kopi fermentasi 1,305 %, kadar air
melanoidin. Asam klorogenat kopi fermentasi 9,616 %, kadar kafein kopi
terdekomposisi bertahap seiring dengan roasting 0,689 %, kadar asam kopi roasting
pembentukan aroma volatile dan senyawa 0,0136 %, kadar air kopi roasting 2,477 %.
melanoidin, dan terlepas sebagai CO
5.2. Saran
(Widyotomo dkk., 2009).
Saran yang dapat disampaikan oleh
peneliti adalah sebagai berikut :
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut
5.1. Kesimpulan mengenai lama waktu dan suhu roasting
Berdasarkan hasil penelitian yang telah terhadap karakteristik kopi yang
dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan dihasilkan
sebagai berikut: 2. Perlu dilakukan analisis lebih lanjut
1. Hasil pembuatan koji Saccharomyces mengenai nilai ekonomis dari
cereviseae var. Ellipsoideus dengan pembuatan kopi dengan memanfaatkan
penambahan kopi bubuk dengan koji Saccharomyces cereviseae var.
konsentrasi bubuk kopi 1,9% Ellipsoideus.
memberikan jumlah sel terbanyak yaitu 3. Perlu dilakukan analisis secara
35,5 x 105 sel hidup/ml. instrumental terhadap komposisi kopi
2. Konsentrasi koji Saccharomyces hasil fermentasi koji Saccharomyces
cereviseae var. Ellipsoideus cereviseae var. Ellipsoideus.
memberikan pengaruh yang nyata pada
DAFTAR PUSTAKA Frazier dan Westhoff. 1978. Food
Anonim. 2006. Official Method of Analysis Microbiology (ed) 4th. McGraw- Hill
of Association of Official Analitycal Book Publ. Co. Ltd., New York.
Chemistry, Washington DC.
F.Rahardi, 2009, Fermentasi biji Kopi
Anonim. 2006. Proses Fermentasi Pada dengan Yeast. HumbahasNews.co.id
Biji Kopi. Universitas Brawijaya didownload pada tanggal 3 November
2012
Anonim, 2009. Good Hygiene Practices
Along The Coffee Chain. Gardjito, Murdijati & Dimas Rahadian
A.M., 2011, Kopi. Kanisius :
Anonim, 2011, Kopi Robusta,
Yogyakarta.
http://www.bironk.com/, didownload
pada tanggal 14 Maret 2012. Griffin D.H. 1981. Fungal Physiology. John
Wiley & Sons. New York.
Ahliansyah, 2008. Pemanfaatan Kopi.
Ciptakarya-blogspot.co.id didownload 7 Hidayat, N., M.C. Padaga dan S. Suhartini,
November 2012. 2006. Mikrobiologi Industri. Andi
Offset, Yogyakarta.
Bressani R. 1979. The By-Products of
Coffee Berries. di dalam Braham J E Helmi, Irvan, 2010. Coffee acids.
dan Bressani R. (eds.) Coffee Pulp: http://www.Irvan Helmi's
Composition, Technology, and notes.blogspot.co.id, didownload pada
Utilization. Institute of Nutrition of tanggal 25 juli 2012.
Central America and Panama. Hlm. 5-
Hermanto S. 2007. Kafein, Senyawa
10.
Bermanfaat atau Beracunkah?.
Casida, J.R. 1968. Industrial Microbiology. didownload pada tanggal 25 juli 2012.
John Wiley and Sons Inc., New York.
Koswara S. 2006. Kopi Rendah Kafein
Ciptadi, W. dan Nasution, M.Z. 1985. (Kopi Dekafein). Jakarta
Pengolahan Kopi. Fakultas Teknologi
Lembaga Informasi Pertanian (LIPTAN).
Institut Pertanian Bogor.
1992. Pasca Panen Kopi. Balai
Clifford, M. N., 1985, Coffee Botany Informasi Pertanian Irian Jaya. Jayapura
Biochemistry and Production of Beans
Maria, Imelda, 2009, Pengendalian
and Beverage, The Avi Publishing
Fermentasi dengan Pengaturan
Company, Inc., Wesport, Connecticut.
Konsentrasi Ragi dan Lama
Clarke, R.J., and R.Macrae. 1985. Journal Fermentasi Terhadap Mutu Kopi
of bacteriology. Publishing Company Instan Secara Mikroenkapsulasi,
http://www.repository.usu.ac.id,
Elias LG. 1979. Chemical Composition of
didownload pada tanggal 16 Maret
Coffee-Berry By-Products. di dalam.
2012.
Braham J E dan Bressani R. (eds.)
Coffee Pulp: Composition, Technology, Mahendradatta, Meta., 2007. Pangan Aman
and Utilization. Institute of Nutrition of Dan Sehat. Lembaga Penerbitan
Central America and Panama. Hlm. 17- Universitas Hasanuddin Makassar.
24.
Mulato, S., 2001, Pelarutan Kafein Biji
Fardiaz, Srikandi. 1989. Fisiologi Robusta Dengan Kolom Tetap
Fermentasi. Pusat Antar Universitas, Menggunakan Pelarut Air, Pelita
Institut Pertanian Bogor, Bogor. Perkebunan, Jakarta.
Frank, H. A., dan A. S. Dela Cruz, 1996, Murthy, Pushpa dan Madhava Naidu, (2011),
Bacteria Responsible for Mucilage Improvement of Robusta Coffee
Layer Decomposition in Kona Coffee Fermentation with Microbial Enzymes,
Cherries, http://www.aem.asm.org, http://www.idosi.org, didownload pada
didownload pada tanggal 20 april 2012. 3 April 2012.
Najiyati, S., dan Danarti, 1997. Budidaya Siswoputranto, 1992. Kopi Aman Bagi
Kopi dan Pengolahan Pasca Panen. Kesehatan. Jember
Penebar Swadaya, Jakarta.
Sivetz, M., 1963. Coffe processing
Nia Sasria, 2011. Karakterisasi Enzim Technology. The Avi Publishing
Invertase Saccharomyces cerevisiae”, Company, Inc., Westport, Connecticul.
Fakultas Matematika dan Ilmu
Velmourougane, Kulandaivelu, 2011,
Pengetahuan Alam, Universitas
Effects Wet Processing Methods and
Haluoleo, Kendari
Subsequent Soaking of Coffee Under
Oura, E. 1983. Reaction Products of Yeast
Different Organic Acids on Cup
Fermentation. Di dalam H. Dellweg
Quality,
(ed.) Biotechnology Volume III.
http://www.worldjournalofscience.com,
Academic Press, New York.
didownload pada 3 April 2012.
Primadia, A.D. 2009. Pengaruh Peubah
Widyotomo. 2009. Caffeine. Wikimedia
Proses Dekafinasi Kopi dalam
Foundation, Inc. United Nation.
Reaktor Kolom Tunggal terhadap
Didownload pada 3 November 2012.
Mutu Kopi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. Wikipedia. 2009. kopi terapannya.
http://www.wikipedia.kopi.net.id/ind/ter
Presscott, S. G dan C. G. Dunn. 1959.
apan.com. didownload pada 3
Industrial Microbiology. The AVI
November 2012.
Publishing, Company Inc, Westport-
Connectitut. Wang, D.I.C., C.L. Conney, A.L. Demain, P.
Dunhil. A.E.Humprey dan M.D.
Pusat Penelitian Kopi Kakao Indonesia,
Lily.1979. Fermentation and Enzyme
2007. Kopi dan Kakao Indonesia,
Technology. John Wiley and Sons Inc,
Jakarta.
New York.
Rahardi, 2009. Hasil olahan Kopi.
Ardiblogspot.co.id didownload 5 Wood, J. B., Brian, 1985, Microbiology of
November 2012 Fermented Foods, second volume,
Elsevier Applied Science Publisher,
Reed, G. dan Nagodawithana, T. 1991. Yeast
London and New York.
Technology. 2nd edition, Copyright by
Van Nostrand Reinhold Library of Yuni, Thomas, Gunarto, 2007, Regresi
Congress Catalog. Canada. Korelasi, Bandung.
Rusmanto, D.P., 2004, Analisis Kualitatif
dan Kuantitatif Minyak Kelapa hasil
Ekstraksi Secara Fermentasi, Bogor:
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Ridwansyah, STP.2003. Pengolahan Kopi.
Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Stark, W.H. 1954. Alcoholic Fermentation
of Grain. Di dalam Underkofler, L. A.
dan R. J. Hickey. 1954. Industrial
Fermentation. Chemical Publishing Co.
Inc, New York.
Sulistyowati dan Sumartona, 2002. Proses
olahan Kopi. Universitas Hasanuddin
Makassar

Anda mungkin juga menyukai