Anda di halaman 1dari 10

Penurunan Kesadaran pada Ensefalopati ec Hiponatremia

Nindy Octaviani

Mahasiswa fakultas kedokteran universitas kristen krida wacana

Jl. Arjuna Utara no.6 Jakarta 11510. Telepon : 021-5694 2061; Fax : 021-563 1731

Nindy.2016fk145@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Abstract

Pendahuluan

Anamnesis

Anamnesis merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara. Anamnesis


dapat dilakukan langsung kepada pasien, yang disebut autoanamnesis, atau dilakukan
terhadap orangtua, wali, orang yang dekat dengan pasien, atau sumber lain, yang disebut
aloanamnesis.1

Pada kasus ini didapatkan bahwa seorang laki-laki dibawa keluarganya ke UGD
karena penurunan kesadaran sejak 6 jam yang lalu, dikatakan juga 3 hari sebelum masuk
rumah sakit ia diare 5-7x/hari berwarna kuning dan cair. Dikatakan juga bahwa pasien merasa
mual, nafsu makan menurun namun tidak terdapat demam, sesak nafas, dan sakit kepala. 6
jam sebelum masuk rumah sakit makin lemas, waktu tidurnya memanjang dan sampai
terkadang sulit dibangunkan. Dikatakan diare membaik saat di rumah sakit, tidak ada riwayat
trauma kepala. Pasien menderita hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan minum obat rutin
HCT 25 mg 1x1, pasien memiliki riwayat merokok 1 bungkus/hari selama 20 tahun.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, terlebih dahulu dilakukan penentuan keadaan umum,


kesadaran dan tanda-tanda vital (suhu, tekanan darah, frekuensi nadi dan frekuensi
pernafasan). Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik jantung yang meliputi inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi.
Keadaan umum dikaitkan dapat menunjukan tingkat kesadaran baik (tidak ada
kelainan/ gangguan kesadaran) maka pasien dalam keadaan umum baik. Keadaan umum
tampak sakit (bisa ringan, sedang, atau berat). Tingkat kesadaran secara kualitatif dapat
dibagi menjadi kompos mentis, apatis, somnolen, stupor, dan koma. Kompos mentis berarti
keadaan seseorang sadar penuh dan dapat menjawab pertanyaan tentang dirinya dan
lingkungannya. Apatis berarti keadaan seseorang tidak peduli, acuh tak acuh dan segan
berhubungan dengan orang lain dan lingkungannya.Error! Reference source not found.

Somnolen berarti seseorang dalam keadaan mengantuk dan cenderung tertidur, masih
dapat dibangunkan dengan rangsangan dan mampu memberikan jawaban secara verbal,
namun mudah tertidur kembali. Sopor/stupor berarti kesadaran hilang, hanya berbaring
dengan mata tertutup, tidak menunjukkan reaksi bila dibangunkan, kecuali dengan rangsang
nyeri. Koma berarti kesadaran hilang, tidak memberikan reaksi walaupun dengan semua
rangsangan (verbal, taktil, dan nyeri) dari luar. Karakteristik koma adalah tidak adanya
arousal dan awareness terhadap diri sendiri dan lingkungannya. Pada pasien koma terlihat
mata tertutup, tidak berbicara, dan tidak ada pergerakan sebagai respons terhadap rangsangan
auditori, taktil, dan nyeri.Error! Reference source not found.

Suhu tubuh merupakan satu indikasi dari keadaan metabolik seseorang; ukuran
penyediaan informasi mengenai keadaan basal metabolik, ada tidaknya infeksi dan respon
metabolik terhadap latihan. Normal suhu tubuh dewasa adalah 98.6oF (37oC), tetapi dapat
juga berkisar 96.5oF (35, 8oC) sampai 99.4oF (37.4oC). Fever atau pyrexia adalah temperatur
yang melebihi 100oF (37.7oC). Hyperpirexia mengacu pada kenaikan suhu yang ekstrim
(diatas 106.4oF atau 41.1oC). Hypotermia mengacu pada abnormalitas suhu yang rendah
(dibawah 95oF atau 35oC). Suhu normal infant adalah 98.2 oF. Suhu normal anak adalah
98.6oF. Suhu normal adolescent adalah 98.6oF.Error! Reference source not found.

Tekanan darah atau blood pressure adalah suatu pengukuran untuk mengukur
ketahanan dari aliran darah. Arterial blood pressure diukur dengan menentukan systolic
pressure dan diastolic pressure.Error! Reference source not found. Klasifikasi tekanan
darah untuk orang dewasa (umur ≥18 tahun): Normal systolic blood pressure < 120 mmHg
dan diastolic blood pressure < 80 mmHg. Prehipertensi systolic blood pressure 120-139
mmHg atau diastolic blood pressure 80-89 mmHg. Stage 1 hipertensi systolic blood pressure
140-159 mmHg atau diastolic blood pressure 90-99 mmHg. Stage 2 hipertensi systolic blood
pressure ≥160 mmHg atau diastolic blood pressure ≥ 100 mmHg.Error! Reference source
not found.

Frekuensi nadi atau heart rate (HR), normalnya pada orang dewasa 70 beats per
minute (bpm). Kisarannya (60-100 bpm). Bradycardia bila denyut nadi dibawah 60 bpm.
Tachycardia bila denyut nadi diatas 100 bpm. Normal HR infant adalah 120 bpm (range= 70-
170). Normal HR anak adalah 125 bpm (range= 75-140). Normal HR adolescent adalah 85
bpm (range= 50-100). Frekuensi pernafasan atau respiratory rate (RR) saat istirahat pada
dewasa 12-18 breaths per minute. Pada infant adalah 30-50 breaths per minute. Pada anak
adalah 20-40 breaths per minute. Pada adolescent adalah 15-22 breaths per minute.4

Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran umumnya stupor dan keadaan umum
tampak sakit berat. Dari pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan Tekanan darah 120/70
mmhg, frekuensi nadi 90x/menit, frekuensi pernapasan 20x/menit, didapatkan suhu 36oc.
Dari pemeriksaan mata didapatkan pupil isokor 3mm, didapatkan reflex Chaya
langsung/tidak langsung +/+. Dari pemeriksaan fisik toraks tidak ditemukan kelainan dan dari
pemeriksaan abdomen ditemukan perut datar, auskultasi didapatkan normoperisataltik. Pada
ekstremitas didapatkan reflex fisiologis normal.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium.


Pemeriksaan dapat dilakukan pada sampel darah utuh, plasma, serum, urine, keringat, feses,
dan cairan tubuh. Pemeriksaan pada darah utuh biasanya dilakukan bersama dengan
pemeriksaan pH dan gas darah dan harus segera diperiksa (kurang dari 1 jam). Metode
pemeriksaan untuk mengetahui kadar natrium, pertama pemeriksaan dengan metode
elektroda ion selektif (Ion Selective Electrode/ISE). Metode pemeriksaan ini metode yang
paling sering digunakan, berdasarkan data dari College of American Pathologists (CAP).
Metode ISE ada dua macam yaitu ISE direk dan ISE indirek. ISE direk memeriksa secara
langsung pada sampel plasma, serum dan darah utuh. Sedangkan, metode ISE indirek
memeriksa sampel yang sudah diencerkan. Pada dasarnya alat yang menggunakan metode
ISE untuk menghitung kadar ion sampel dengan membandingkan kadar ion yang tidak
diketahui nilainya dengan kadar ion yang diketahui nilainya.

Membran ion selektif pada alat mengalami reaksi dengan elektrolit sampel sehingga
menyebabkan perubahan potensial membran. Perubahan potensial membran ini diukur,
dihitung menggunakan persamaan Nerst, kemudian hasilnya akan dihubungkan dengan
amplifierdan ditampilkan oleh alat.b nomor14di4895 Kedua, pemeriksaan dengan spektrofotometer
Emisi Nyala (Flame Emission Spectrofotometry/FES). Prinsip pemeriksaan spektrofotometer
emisi nyala adalah sampel diencerkan dengan cairan pengencer yang berisi litium atau
cesium, kemudian dihisap dan dibakar pada nyala gas propan. Ion natrium bila mengalami
pemanasan akan memancarkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu (natrium
berwarna kuning dengan panjang gelombang 589nm). Pancaran cahaya akibat pemanasan ion
dipisahkan dengan filter dan dibawa ke detektor sinar.b nomor14di4895
Ketiga, pemeriksaan
dengan spektrofotometer berdasarkan aktivasi enzim. Prinsip pemeriksaan kadar natrium
dengan metode spektrofotometer yang berdasarkan aktivasi enzim yaitu aktivasi enzim beta-
galaktosidase oleh ion natrium untuk menghidrolisis substrat o-nitrophenyl-β-D-
galaktipyranoside (ONPG). Jumlah galaktosa dan onitrofenol yang terbentuk diukur pada
panjang gelombang 420 nm. b nomor14di4895

Diagnosis Kerja

Berdasarkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang


diduga pasien tersebut menderita ensefalopati metabolik yang disebabkan karena
hiponatremia. Hiponatremia adalah keadaan dimana terjadi gangguan elektrolit (gangguan
pada garam dalam darah) dimana konsentrasi natrium dalam plasma lebih rendah dari normal
(135-145 meq/L), khususnya di bawah 135 meq/L. Sebagian besar kasus hiponatremia terjadi
dalam hasil orang dewasa dari jumlah berlebih atau efek dari hormon penahan air yang
dikenal dengan nama hormon antidiuretik (antidiuretic hormone). Hal ini bisa menyebabkan
berbagai macam masalah dalam tubuh dan salah satunya ialah ensefalopati metabolik.
Ensefalopati adalah penyakit degeneratif otak dan sedangkan metabolisme merupakan suatu
biotransformasi di dalam tubuh, maka ensefalopati metabolik merupakan gangguan
neuropsikiatrik akibat penyakit metabolik otak. Ensefalopati metabolik sendiri biasanya
memiliki gejala seperti penurunan kesadaran dari sedang sampai berat, gangguan
neuropsikiatrik seperti kejang-kejang dan lateralisasi, dan kelainan neurotransmitter otak.
Hiponatremia ini merupakan penyebab sekunder dari ensefalopati metabolic karena gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.

Hiponatremia dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan status kadar netrium pada tubuh,
yaitu hiponatrium hipovolemik adalah keadaan total air pada tubuh menurun dan terjadi
penurunan natrium yang lebih besar dari air, hiponatrium euvolemik adalah keadaan dimana
natrium pada tubuh normal tetapi terjadi peningkatan kadar air yang besar pada tubuh, dan
hiponatremi hipervolemik dimana terjadi peningkatan natrum dan air pada tubuh tetapi total
peningkatan air lebih besar dari natrium.

Diagnosis Banding

Hipernatremia merupakan suatu keadaan dimana terjadi defisit cairan relatif.


Hipernatremia jarang terjdi, umumnya disebabkan resusitasi cairan menggunakan larutan
NaCl 0,9% dalam jumlah besar. Gejala yang ditimbulkan akibat mengecilnya volume otak
karen air keluar dari dalam sel. Pengecilan volume menyebabkan pendarahan lokal di otak
dan pendarahan subaraknoid. Gejala dimulai dari latergi, lemas, twitching, kejang akhirnya
koma. Kenaikan akut natrium plasma diatas 180 mEq/L dapat menyebabkan kematian.

Dakpus: Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (UPK-


PKB) FK UI. Gangguan keseimbangan air-elektrolit dan asam-basa: fisiologi, patofisiologi,
diagnosis dan tatalaksana. Edisi ke-3. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2012. h. 86-100.

Ensefalopati metabolic karena hipoglikemia. Hipoglikemi terbaru adalah kadar


plasma glukosa <70mg/dL. Gejala-gejala hipoglikemi biasanya muncul ketika kadar glukosa
plasma <60 mg/dL. Hipoglikemia dapat terjadi karena keterlambatan makan, kegiatan
jasmani berlebihan tanpa suplemen kalori, atau peningkatan dosis insulin yang biasanya
terdapat pada pasien diabetes mellitus karena pemberian insulin. Hipoglikemia menyebabkan
edema selular, sedangkan hiperosmolaritas menyebabkan sel mengkerut termasuk pada sel-
sel saraf. Kedua kondisi tersebut menyebabkan penurunan eksitabilitas sel-sel saraf yang
menyebabkan penurunan kesadaran. Gejala hipoglikemi dibagi menjadi dua kategori, antara
lain gejala neurogenik (autonomik) dan gejala neuroglikopenik. Gejala dan tanda neurogenic
yang berhubungan dengan peningkatan epinefrin yaitu gemetar, ansietas, tegang, palpitasi,
diaphoresis, xerosis, pucat, dan dilatasi pupil. Gejala neuroglikopenik terjadi karena otak
kekurangan glukosa salah satunya antara lain gangguan mental dan penurunan kesadaran,
iritabilitas, sulit berbicara, ataksia, paraestesia, sakit kepala, dan bila tidak ditangani,
kejang, koma, dan bahkan meninggal.

Uremik Ensefalopati terjadi pada pasien dengan gagal ginjal akut maupun kronik,
terutama bila creatinine clearance (CrCl) berada di bawah 15 ml/menit. Biasanya hal tersebut
terjadi karena adanya gagal ginjal kronik yang menyebabkan terhambatnya pengeluaran
ureum dari tubuh. Patogenesis uremik ensefalopati menyebabkan penurunan kesadaran masih
belum jelas, namun diduga berhubungan dengan akumulasi zat-zat neurotoksik di dalam
darah. Pasien dengan uremik ensefalopati biasanya datang dengan gejala bervariasi dari
cephalgia, gangguan penglihatan, tremor, asterixis, myoclonus, chorea, kejang sampai
penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran merupakan gejala yang paling umum terjadi;
berfluktuasi dari apatis sampai delirium dan koma. Tingkat kesadaran merefleksikan tingkat
keparahan dari ensefalopati, koma merupakan tingkat terparah. Penurunan kesadaran
biasanya terasosiasi dengan kelemahan dan gangguan motorik, seperti tremor, fasikulasi,
mioklonus, chorea, asterixis, atau kejang. Gejala umum lainnya yaitu uremik polyneuropathy,
pruritus yang seringkali menyebabkan lesi kulit, dan restless leg syndrome. Manifestasi
klinis ini berfluktuasi dari hari ke hari dan kadang dari jam ke jam.

Ensefalopati hepatikum adalah sindrom disfungsi neuropatik yang diakibatkan oleh


portoystemic venous system dengan atau tanpa adanya penyakit hati seperti sirosis. Pasien
dengan ensefalopati hepatikum menunjukan adanya perubahan status mental psikologik
ringan sampai dengan koma dalam. Patofisiologi yang melandasi terjadinya ensefalopati
hepatikum dapat disebabkan oleh gangguan elektrolit tubuh, yaitu kalium tetapi keracunan
amonia atau tinginya kadar amonia pada tubuh disebut sebagai salah satu penyebab tersering
pada pasien dengan ensefalopati hepatikum. Peningkatan amonia dapat disebabkan karena
banyaknya asupan tinggi protein, konstipasi, infeksi, hipokalemi dan dehidrasi. Dengan
kemampuan detoksifikasi dari hati yang menurun maka kadar amonia akan meningkat.1

Gejala yang timbul dilihat menurut kriteria West Haven diawali dengan perubahan
pola bangun tidur dan pelupa (tanda 1), kebingungan, perilaku aneh, disorientasi (tanda 2),
letargi atau penurunan kesadaran yang digambarkan dengan keadaan seseorang tertidur lelap
tetapi ketika dibangunkan belum sepenuhnya terbangun tetapi sudah kembali tidur,
disorientasi yang mendalam (tanda 3), dan sampai dengan koma (tanda 4). Pada pemeriksaan
fisik ditemuka adanya tremor distal dan ciri khas adanya asterixis atau flapping tremor.2

1: file:///C:/Users/asus/Downloads/727-2105-1-PB.pdf

2:
http://www.kalbemed.com/Portals/6/08_234CME%E2%80%93Ensefalopati%20Hepatikum
%20Minimal.pdf
Ensefalopati septik merupakan komplikasi yang meneyrang sistem saraf karena tubuh
mengalami sepsis. Karena sistem saraf yang rentan akan inflamasi yang disebabkan oleh
sepsis akan mempengaruhi fungsi otak maka terjadinya ensefalopati bukan hasil yang
mengejutkan. Sepsis dapat menyebabkan ensefalopati karena didukung oleh banyak faktor
seperti rusaknya beberapa pembuluh darah, aktifnya sel endotelial, hilangnya fungsi dari
sawar darah dan inflamasi yang menyerang otak. Namun sepsis dapat menyebabkan
ensefalopati tanpa adanya kegagalan organ sistemik. Sepsis yang disebabkan oleh infeksi dari
bakteri, virus, maupun jamur tetapi ensefalopati dapat disebabkan oleh karena adanya
gangguan metabolik yang disebabkan oleh sepsis tersebut.

Walaupun sepsis adalah gangguan reversibel tetapi dari hasil penelitian menemukan
adanya gangguan kognitif dan depresi jangka panjang setelahnya. Penyembuhan dari
gangguan kognitif dan gangguan kejiwaan yang muncul cenderung membutuhkan waktu
yang lama untuk sembuh dan hal itu meningkatkan prevalensi kematian yang diakibatkan
oleh ensefalopati sepsis. Gambaran klinis dari ensefalopati septik dapat terdiri dari gejala
yang ringan sampai dengan berat atau sampai dengan terjadinya koma pada pasien. Alat ukur
yang baik untuk menentukan keadaan mental dan memprediksikan ensefalopati sepsis adalah
skala koma Glassglow. Alat ukur lain yang cukup sensitif untuk melihat tingkat keparahan
dari ensefalopati sepsis adalah electroencephalography.1,2

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3779311/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4590973/

Ensefalopati hiperkarbia merupakan keadaan dimana level karbondioksida (CO2)


melampaui 45mmHg dalam aliran darah arteri. Disebabkan karena terlalu banyak menghirup
CO2, sleep apnea, chronic obstructive pulmonary disorder (COPD). Gejalanya biasanya
lemas, disertai mudah marah, bingung dan sakit kepala.

Dakpus

Setiati S, Alwi I, et al, editors. Buku ajar: ilmu penyakit dalam. Jakarta: Interna Publishing;
2015. h. 1503-8; 2246-8.

Etiologi
Hiponatremia adalah kondisi gangguan elektrolit ketika kadar natrium (sodium)
dalam darah lebih rendah dari batas normal. Dalam tubuh kita, natrium memiliki sejumlah
fungsi, antara lain untuk mengendalikan kadar air dalam tubuh, menjaga tekanan darah, serta
mengatur sistem saraf dan kinerja. Hiponatremia paling sering merupakan komplikasi dari
penyakit medis lain yang dimana banyak cairan kaya natrium yang hilang (misalnya karena
diare atau muntah), atau kelebihan air yang terakumulasi dalam tubuh pada tingkat yang lebih
tinggi daripada yang dapat dieksresikan. Mengenai hilangnya natrium sebagai penyebab
hiponatremia, penting untuk dicatat bahwa kerugian tersebut mempromosikan hiponatremia
secara tidak langsung. Secara khusus, hiponatremia yang terjadi dalam hubungan dengan
hilangnya natrium tidak mencerminkan ketersediaan natrium memadai sebagai akibat dari
kerugian. Sebaliknya, hilangnya natrium menyebabkan keadaan deplesi volume, dengan
deplesi volume melayani sebagai sinyal untuk pelepasan ADH. Sebagai hasil ADH
dirangsang retensi air, natrium darah menjadi hasil diencerkan dan hyponatremia. Semakin
berkurangnya natrium dalam tubuh bisa sampai menyebabkan adanya penurunan kesadaran.

Epidemiologi

Insiden hiponatremi sangat bergantung terhadap populasi pasien dan kriteria untuk
menegakkan diagnosis. Di antara rumah sakit yang ada di Amerika Serikat pasien yang
dirawat 15-20% memiliki kadar natrium serum <135mEq/L, sementara hanya 1-4% yang
memiliki kadar natrium serum kurang dari 130 mEq/L. Tidak ada hal yang secara spesifik
mempengaruhi jenis kelamin untuk keadaan ini. Tetapi gejala lebih mungkin terjadi pada
wanita muda dibandingkan pada pria. Hiponatremi lebih sering terjadi pada usia lanjut karena
mereka memiliki tingkat kondisi komorbid yang lebih tinggi, misalnya gagal jantung, hati
atau gagal ginjal yang dapat menyebabkan hiponatremi.

1. Simon E. Hyponatremia. Diakses dari https://emedicine.medscape.com/article/242166-


overview#a2, 29 Oktober 2018

Patofisiologi

Etiologi hiponatremia dapat dikategorikan dalam tiga cara patofisiologi utama


berdasarkan osmolalitas plasma. Hipertonik hiponatremia, disebabkan oleh penyerapan air
yang ditarik oleh osmol seperti glukosa (hiperglikemia atau diabetes) atau manitol (infus
hipertonik). Hiponatremia isotonik, lebih sering disebut pseudohiponatremia disebabkan oleh
kesalahan laboraturium karena hipertrigliseridemia atau hiperparaproteinemia.Hiponatremia
hipotonik sejauh ini merupakan jenis yang paling umum. Hiponatremia hipotonik
dikategorikan dalam 3 cara berdasarkan status volume pasien darah. Hipervolemik
hiponatremia dimana ada penurunan volume sirkulasi efektif walaupun volume total tubuh
meningkat. Volume menurun beredar efektif menstimulasi pelepasan ADH yang
menyebabkan retensi air. Hipervolemik hiponatremia yang paling umum akibat dari gagal
jantung kongensif, gagal hati atau penyakit ginjal. Euvolemik hiponatremia dimana
peningkatan ADH sekunder baik fisiolagis namun rilis ADH yang berlebihan (seperti mual
atau sakit parah) atau disebabkan oleh sekresi yang tidak pantas dan non- fisiologis ADH,
yaitu sindrom hipersekresi hormon antidiuretik tidak pantas (SIADH). Hipernatremia
hipovolemik dimana sekresi ADH dirangsang oleh deplesi volume. Klasifikasi volemik gagal
memasukkan hiponatremia palsu dan artifikulasi yang dibahas dalam klasifikasi osmolar.

Gejala Klinis

Hiponatremia adalah keadaan ketika natrium pada darah kurang dari normal yang
dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti gangguan pencernaan, penyakit hati dan lainnya.
Kadar normal natrium dalam darah adalah 135-145 mEq/L. Tingkat keparahan hiponatremia
dibai menjadi tiga, yaitu hiponatremia ringan (130-135 mEq/L), hiponatremia sedang (125-
129 mEq/L) dan hiponatremia berat (<125 mEq/L). Gejala klinis yang dapat dijumpai pada
pasien dengan hyponatremia adahal gejala yang tidak spesifik terutama gejala hiponatremia
dengan edema pada otak. Pada hiponatremi ringan dan sedang adanya gejala mual muntah,
lemas, sakit kepala, susah berkonsentrasi, lesu, penurunan tingkat kesadaran, dan jika
hiponatremi berat dapat menimbulkan kejang sampai dengan koma. pada keadaan natrium
yang sangat rendah pada darah (<115 mEq/L) dapat menyebabkan pergeseran cairan osmotik
intracerebral dan terjadi edema otak.

Temuan pada pemeriksaan fisik adalah adanya gangguan kognitif seperti kesulitan
mengingat memori jangka pendek, kehilangan orientasi terhadap orang lain, tempat dan
waktu, kebingungan, depresi dan adanya kejang. Pada pasien dengan hiponatremi berat akan
ditemukan herniasi batang otak, pupil melebar, koma, terjadinya hpertensi secara mendadak
dan gagal pernafasan. Selain temuan neurologis pasien mungkin menunjukn gejala
hipovolemik atau hipervolemik seperti membran mukosa kering, takikardi dan turgor kulit
berkurang. https://emedicine.medscape.com/article/242166-overview &
http://www.apiindia.org/pdf/medicine_update_2011/35_approach_to_a.pdf

Tatalaksana
Penatalaksanaan terpenting pada hiponatremia maupun hipernatremia adalah
mengatasi penyebab yang mendasari. Pada hiponatremia, apabila volume tubuh tinggi,
pengobatannya adalah restriksi cairan atau diuretik untuk mengurangi kelebihan air dalam
tubuh. Jika volume tubuh rendah, natrium dan air yang hilang harus diganti, biasanya dengan
salin isotonik. Sedangkan pada hipernatremia, penggantian air dilakukan dengan asupan air
secara oral atau intravena dengan larutan dekstrosa (glukosa) 5%.

Pada penatalaksanaan hiponatremia dan hipernatremia natrium plasma harus diperiksa secara
teratur untuk memastikan bahwa koreksi tidak dilakukan terlalu cepat (target 8-12
mmol/L/hari jika keadaan umum baik atau 25 mmol/L/hari jika terjadi kejang atau koma).v
bukuperpus, q vademecum119-122

Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan pada hiponatremi ada primer dan sekunder.
Hiponatremi dapat dikaitkan dengan beberapa gangguan. Oleh karena itu, tidak ada
pencegahan primer kecuali untuk mengobati penyakit terkait dan tentunya menghindari
asupan cairan yang berlebihan. Kadar natrium serum harus diuji secara teratur termasuk
pasien dengan kelainan keseimbangan. Kadar natrium serum juga harus dinilai secara teratur
pada pasien yang menggunakan obat yang dapat menyebabkan hiponatremi, misalnya
diuretic tiazid. Menghindari asupan cairan dalam jumlah besar selama latihan fisik dapat
mencegah hiponatremia. Sedangkan pencegahan sekunder dapat dilakukan setelah
hiponatremia terdiagnosis, pasien harus menghindari asupan air yang berlebihan untuk
mencegah tahapan lebih lanjut. Obat-obatnya yang dapat menyebabkan hiponatremi juga
harus dihindari.

Dakpus : https://online.epocrates.com/diseases/121444/Hyponatremia/Prevention

Prognosis

Kesimpulan

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai