Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM : 155070507111020
PRODI: FARMASI-B
PANCASILA DAN RELIGI
Lebih jelasnya, dengan bertitik tolak dari sila kedua yakni sila
perikemanusiaan yang menunjukkan realitas yang dialami manusia sebagai ada
bersama dengan cinta kasih, yaitu menghormati, menjunjung tinggi sesama
manusia, setiap manusia, segala manusia. Sila keadilan sosial sebagai isi dari
perikemanusiaan itu sendiri, yaitu membuat, memiliki, dan menggunakan barang-
barang dunia yang berguna sebagai syarat, alat, perlengkapan hidup secara
bersama-sama. Sementara, sila demokrasi sebagai bentuk kerakyatan, yaitu
mengadakan kesatuan-karya dengan saling menghormati dan menerima sesama
sebagai pribadi dengan segala hak dan kewajibannya. Sila persatuan sebagai
spesifikasi perikemanusiaan, yaitu kesatuan dalam hidup menegara yang saling
membantu memperkembangkan unsur-unsur yang beragam. Dan sila ketuhanan
merupakan dasar dari semua sila, yaitu menyadari keterbatasan diri,
ketidaksempurnaan diri dalam hidup sehari-hari.
Implikasi dari kelima sila ini cukup besar, karena ide-ide asasi yang
terkandung dalam tiap sila bersifat universal. Lima menjadi satu, empat yang
terlihat dahulu merupakan satu yakni cinta kasih, yang pada akhirnya nampak
pada dasarnya sebagai cinta kasih kepada Tuhan. Dalam hal ini jelaslah bahwa
manusia adalah cinta kasih dalam suatu dinamika atau dorongan ke arah sesama
manusia, yang pada dasarnya ke arah Tuhan. Dorongan itu hanya dapat
dilaksanakan dengan memperkembangkan hidup di dunia, yakni dengan
memasyarakat, membangsa dan menegara. Perikemanusiaan, kebangsaan,
keadilan sosial dan kerakyatan (demokrasi) adalah pelaksanaan cinta kasih
manusia kepada Tuhan di dunia lain. Dalam hal ini, negara yang merupakan
konkretisasi dari religi dan negara yang bertujuan menciptakan kesejahteraan
umum merupakan sarana untuk mewujudkan kodrat manusia.
Bagi Driyarkara, religi tidak bisa dipaksakan oleh negara, sebab religi
berdasarkan keyakinan, dan keyakinan tidak bisa dipaksakan. Kehidupan religi
tidak masuk dalam tujuan negara secara langsung. Semua itu bukan berarti
mengurangi hak-hak negara, melainkan menegaskan bahwa hak-hak itu memang
tidak ada. Dengan sila Ketuhanan, diakui bahwa Ketuhanan merupakan prinsip
yang menjadi tujuan lebih lanjut atau akhir. Tujuan akhir atau pokok bukan hanya
kemakmuran, melainkan Tuhan sendiri. Dengan itu juga berarti menciptakan
kondisi yang baik bagi religi, tapi bukan berarti negara tunduk di bawah religi.