Anda di halaman 1dari 40

Tugas Skrining Resep

Compounding dan Dispensing


Dosen : Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt.

Disusun oleh:

Azura Syafira Thalita 41191097000002

Boy Reynaldi Noor 41191097000045

Nia Novitasari 41191097000060

Nelly Nailul 41191097000046

Laila Khanifatunisa 41191097000081

Program studi Profesi Apoteker


Fakultas Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2019
A. Definisi ISPA
Menurut WHO (2007), Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adala penyakit
infeksi akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan dari manusia ke
manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampi
beberapa hari.
Menurut Depkes RI (2005), Infeksi Saluran Pernapaan Akut (ISPA)adalah
penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran
napas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan
adneksaya seperti sinus, rongga telinga dan pleura.
B. Faktor Resiko ISPA
Terdapat tiga faktor resiko penyebab terjadinya ISPA secara umum yaitu faktor
lingkungan, faktor individu anak, serta faktor perilaku (Depkes RI, 2004). Faktor
lingkungan misalnya, polutan udara, kepadatan anggota keluarga, keterbatasan tempat
penukaran udara bersih (ventilasi), kelembaban, kebersihan, musim, temperatur.
Faktor individu anak atau faktor keadaan anak dimana anak yang mudah sekali terkena
penyakit ISPA. Umur anak, status kondisi anak saat lahir, status kekebalan tubuh anak,
status gizi anak, dan status kelengkapan imunisasi anak merupakan faktor anak itu
mudah sekali terserang penyakit ISPA. Faktor perilaku yang memperparah insidensi
ISPA yaitu perilaku yang kurang baiktercermin dari belum terbiasanya melakukan cuci
tangan, membuang sampah, dan meludah di sembarang tempat. Kesadaran untuk
mengisolasi diri dengan cara menutup mulut dan hidung pada saat bersin atau padaa
saat flu supaya tidak menular ke orang lain masih sangat rendah.
C. Gejala ISPA
Tanda dan gejala menurut tingkat keparahannya menurut Kementrian Kesehatan (Kemenkes)
RI tahun 2008, yaitu:
a. ISPA ringan
ISPA ringan yaitu jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala berikut:
1. Batuk
2. Pilek dengan atau tanpa demam
3. Sesak
b. ISPA sedang
ISPA sedang yaitu dijumpai berupa gejala ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala
sebagai berikut:
1. Pernapasan cepat:
Umur 2 bulan - < 12 bulan : 50 kali atau lebih permenit
Umur 12 -< 5 Tahun : 40 kali atau lebih permenit
2. Wheezing (mengi) yaitu napas bersuara
3. Sakit atau keluar cairan dari telinga
4. Bercak kemerahan (campak)
c. ISPA berat
ISPA berat ditandai dengan gejala-gejala ringan atau ISPA sedang disertai satu atau
lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1. Penarikan dinding dada
2. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) saat bernapas.
3. Kesadaran menurun
4. Bibir/kulit pucat kebiruan(Sianosis)
5. Stridor yaitu suara napas mengorok
D. Klasifikasi ISPA
1. Infeksi saluran pernapasan atas
a. Batuk Pilek
Batuk pilek (common cold) adalah infeksi primer nasofaring dan hidung yang
sering mengenai bayi dan anak. Penyakit ini cenderung berlangsung lebih
berat kerena infeksi mencakup daerah sinus paranasal, telinga tengah, dan
nasofaring disertai demam yang tinggi. Faktor predisposisinya antara lain
kelelahan, gizi buruk, anemia dan kedinginan. Pada umumnya penyakit
terjadi pada waktu pergantian musim (Ngastiyah, 2005).
b. Sinusitis
Sinusitis merupakan peradangan pada mukosa sinus paranasal. Sinusitis
dibedakan menjadi sinusitis akut yaitu infeksi pada sinus paranasal sampai
dengan selama 30 hari baik dengan gejala yang menetap maupun berat.
Gejala yang menetap yang dimaksud adalah gejala seperti adanya keluaran
dari hidung, batuk di siang hari yang akan bertambah parah pada malam
hari yang bertahan selama 10-14 hari, yang dimaksud dengan gejala yang
berat adalah di samping adanya sekret yang purulen juga disertai demam
(bisa sampai 39ºC) selama 3-4 hari. Sinusitis berikutnya adalah sinusitis
subakut dengan gejala yang menetap selama 30-90 hari. Sinusitis berulang
adalah sinusitis yang terjadi minimal sebanyak 3 episode dalam kurun waktu
6 bulan atau 4 episode dalam 12 bulan . Sinusitis kronik didiagnosis bila
gejala sinusitis terus berlanjut hingga lebih dari 6 minggu
c. Tonsillitis
d. Faringitis
Faringitis adalah peradangan pada mukosa faring dan sering meluas ke
jaringan sekitarnya. Faringitis biasanya timbul bersama-sama dengan
tonsilitis, rhinitis dan laryngitis. Faringitis banyak diderita anak-anak usia 5-
15 th di daerah dengan iklim panas. Faringitis dijumpai pula pada dewasa
yang masih memiliki anak usia sekolah atau bekerja di lingkungan anak-
anak.
e. Laryngitis
f. Otitis Media
Otitis media merupakan inflamasi pada telinga bagian tengah dan terbagi
menjadi Otitis Media Akut, Otitis Media Efusi, dan Otitis Media Kronik.
Infeksi ini banyak menjadi problem pada bayi dan anak-anak. Otitis media
mempunyai puncak insiden pada anak usia 6 bulan-3 tahun dan diduga
penyebabnya adalah obstruksi tuba Eustachius dan sebab sekunder yaitu
menurunnya imunokompetensi pada anak
Otitis media akut ditandai dengan adanya peradangan lokal, otalgia,
otorrhea, iritabilitas, kurang istirahat, nafsu makan turun serta demam.
Otitis media akut dapat menyebabkan nyeri, hilangnya pendengaran,
demam, leukositosis. Otitis media efusi ditandai dengan adanya cairan di
rongga telinga bagian tengah tanpa disertai tanda peradangan akut.
Manifestasi klinis otitis media kronik adalah dijumpainya cairan (Otorrhea)
yang purulen sehingga diperlukan drainase. Otorrhea semakin meningkat
pada saat infeksi saluran pernapasan atau setelah terekspose air. Nyeri
jarang dijumpai pada otitis kronik, kecuali pada eksaserbasi akut. Hilangnya
pendengaran disebabkan oleh karena destruksi membrana timpani dan
tulang rawan.
E. TINJAUAN FARMAKOLOGI OBAT INFEKSI SALURAN NAPAS
Terapi infeksi saluran napas memang tidak hanya tergantung pada antibiotika. Beberapa
kasus infeksi saluran napas atas akut disebabkan oleh virus yang tidak memerlukan terapi
antibiotika, cukup dengan terapi suportif. Terapi suportif berperan besar dalam
mendukung sukses terapi antibiotika, karena berdampak mengurangi gejala, meningkatkan
performa pasien. Obat yang digunakan dalam terapi suportif sebagian besar merupakan
obat bebas yang dapat dijumpai dengan mudah, dengan pilihan bervariasi. Apoteker dapat
pula berperan dalam pemilihan obat suportif tersebut. Berikut ini akan ditinjau obat-obat
yang digunakan dalam terapi pokok maupun terapi suportif.
1. ANTIBIOTIKA
Antibiotika digunakan dalam terapi penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
dengan tujuan sbb:
• Terapi empirik infeksi
• Terapi definitif infeksi
• Profilaksis non-Bedah
• Profilaksis Bedah
Sebelum memulai terapi dengan antibiotika sangat penting untuk dipastikan
apakah infeksi benar-benar ada. Hal ini disebabkan ada beberapa kondisi
penyakit maupun obat yang dapat memberikan gejala/ tanda yang mirip
dengan infeksi. Selain itu pemakaian antibiotika tanpa didasari bukti infeksi
dapat menyebabkan meningkatnya insiden resistensi maupun potensi Reaksi
Obat Berlawanan (ROB) yang dialami pasien. Bukti infeksi dapat berupa adanya
tanda infeksi seperti demam, leukositosis, inflamasi di tempat infeksi, produksi
infiltrat dari tempat infeksi, maupun hasil kultur. Kultur perlu dilaksanakan pada
infeksi berat, infeksi kronik yang tidak memberikan respon terhadap terapi
sebelumnya, pasien immunocompromised, infeksi yang menghasilkan
komplikasi yang mengancam nyawa.
2. ANALGESIK-ANTIPIRETIK
Obat ini seringkali digunakan untuk mengurangi gejala letargi, malaise, demam terkait
infeksi pernapasan
3. ANTIHISTAMIN
lama beberapa tahun antihistamin digunakan dalam terapi rhinitis alergi. Ada dua
kelompok antihistamin yaitu: generasi pertama yang terdiri dari chlorpheniramine,
diphenhydramine, hydroxyzine dan generasi kedua yang terdiri dari astemizole,
cetirizine, loratadine, terfenadine, acrivastine. Antihistamin generasi pertama
mempunyai profil efek samping yaitu sedasi yang dipengaruhi dosis, merangsang SSP
menimbulkan mulut kering. Antihistamin generasi kedua tidak atau kurang
menyebabkan sedasi dan merangsang SSP, serta tidak bereaksi sinergis dengan alkohol
dan obat-obat yang menekan SSP. Antihistamin bekerja dengan menghambat
pelepasan mediator inflamasi seperti histamine serta memblok migrasi sel. Sedasi yang
ditimbulkan oleh generasi pertama disebabkan oleh blokade neuron histaminergik
sentral yang mengontrol kantuk. Hal ini tidak terjadi pada generasi kedua, karena tidak
dapat menembus blood-brain barrier.37 Oleh karena itu dalam memilih antihistamin
hendaknya perlu dipertimbangkan pekerjaan pasien, yaitu pekerjaan yang memerlukan
koordinasi seperti yang berkaitan dengan pengoperasian mesin, motor hendaknya
menghindari antihistamin generasi I, karena dapat menggagalkan koordinasi dan bisa
berakibat fatal. Antihistamin generasi kedua tampaknya ditolerir dengan baik bila
diberikan dalam dosis standar. Kecuali pada terfenadine dan astemizol dijumpai
beberapa kasus reaksi kardiovaskuler yang tidak dikehendaki seperti Torsades de
pointes dan aritmia ventrikuler ketika dikombinasi dengan ketokonazol, itrakonazol
maupun eritromisin. Efek samping tersebut juga potensial akan muncul pada pasien
dengan disfungsi hepar atau yang mendapat terapi quinidine, prokainamida.
4. KORTIKOSTEROID
Kortikosteroid digunakan untuk mengurangi oedema subglotis dengan cara menekan
proses inflamasi lokal. Sampai saat ini efektivitas kortikosteroid masih diperdebatkan,
namun hasil suatu studi meta-analisis menunjukkan bahwa steroid mampu mengurangi
gejala dalam 24 jam serta mengurangi kebutuhan untuk intubasi endotrakeal.45
Kortikosteroid mengatur mekanisme humoral maupun seluler dari respon inflamasi
dengan cara menghambat aktivasi dan infiltrasi eosinofil, basofil dan mast cell ke
tempat inflamasi serta mengurangi produksi dan pelepasan faktor-faktor inflamasi
(prostaglandin, leukotrien). Selain itu kortikosteroid juga bersifat sebagai
vasokonstriktor kuat.
5. DEKONGESTAN
Dekongestan nasal digunakan sebagai terapi simtomatik pada beberapa kasus infeksi
saluran nafas karena efeknya terhadap nasal yang meradang, sinus serta mukosa tuba
eustachius. Ada beberapa agen yang digunakan untuk tujuan tersebut yang memiliki
stimulasi terhadap kardiovaskuler serta SSP minimal yaitu: pseudoefedrin,
fenilpropanolamin yang digunakan secara oral serta oxymetazolin, fenilefrin,
xylometazolin yang digunakan secara topikal. Dekongestan oral bekerja dengan cara
meningkatkan pelepasan noradrenalin dari ujung neuron. Preparat ini mempunyai efek
samping sistemik berupa takikardia, palpitasi, gelisah, tremor, insomnia, serta
hipertensi pada pasien yang memiliki faktor predisposisi.18 Agen topikal bekerja pada
reseptor α pada permukaan otot polos pembuluh darah dengan menyebabkan
vasokonstriksi, sehingga mengurangi oedema mukosa hidung. Dekongestan topikal
efektif, namun pemakaiannya hendaknya dibatasi maksimum 7 hari karena
kemampuannya untuk menimbulkan kongesti berulang. Kongesti berulang disebabkan
oleh vasodilasi sekunder dari pembuluh darah di mukosa hidung yang berdampak pada
kongesti. Hal ini menggoda untuk menggunakan kembali dekongestan nasal, sehingga
akan mengulang siklus kongesti. Tetes hidung efedrin merupakan preparat
simpatomimetik yang paling aman dan dapat memberikan dekongesti selama beberapa
jam. Semakin kuat efek simpatomimetik, seperti yang dijumpai pada oxymetazolin dan
xylometazolin, maka semakin besar potensi untuk menyebabkan kongesti berulang.
Semua preparat topikal dapat menyebabkan “hypertensive crisis” bila digunakan
bersama obat penghambat monoamineoksidase termasuk moklobemide. Penggunaan
uap air hangat dengan ataupun tanpa penambahan zat-zat aromatik yang mudah
menguap seperti eukaliptus dapat membantu mengatasi kongesti. Terapi ini juga
diterapkan pada terapi simtomatik bronchitis.
6. BRONKHODILATOR
Penggunaan klinik bronkhodilator pada infeksi pernapasan bawah adalah pada kasus
bronkhitis kronik yang disertai obstruksi pernapasan. Agen yang dapat dipilih adalah: ß-
Adrenoceptor Agonist ß-Adrenoceptor Agonist memberikan onset kerja 10 menit serta
lama kerja bervariasi dari 3-6 jam, dan >12 jam untuk agen yang long acting seperti
bambuterol, salmeterol, formoterol. ß-Adrenoceptor Agonist diberikan secara inhalasi
baik dalam bentuk uap maupun serbuk kering. Dari dosis yang disemprotkan hanya
10% saja yang terdeposit di sepanjang bronchi hingga paru. Tehnik penyemprotan yang
salah sangat berpengaruh terhadap jumlah obat yang akan terdeposit. Upaya untuk
meningkatkan kadar obat yang mencapai paru adalah dengan memilih bentuk sediaan
serbuk yang disemprotkan yang dapat mencapai 30% terdeposit di saluran bronkhus-
paru. ß-Adrenoceptor Agonist yang memilki aksi intermediate seperti Fenoterol,
Salbutamol, Terbutaline terdapat pula dalam bentuk larutan yang akan diuapkan
dengan bantuan nebuliser. Metilxantine Derivat metilxantine meliputi teofilin dan
derivatnya seperti aminofilin merupakan bronchodilator yang baik, namun memilki
beberapa kekurangan. Kekurangan tersebut di antaranya tidak dapat diberikan secara
inhalasi, sehingga efek samping lebih nyata dibandingkan ß-Adrenoceptor Agonist.
Selain itu dengan indeks keamanan yang sempit teofilin perlu dimonitor kadar
plasmanya. Derivat metilxantin bekerja dengan menghambat enzim fosfodiesterase
intrasel yang akan memecah cyclic-AMP (yang diasumsikan berguna untuk
bronkhodilatasi).
7. MUKOLITIK
Mukolitik merupakan obat yang dipakai untuk mengencerkan mukus yang kental,
sehingga mudah dieskpektorasi. Perannya sebagai terapi tambahan pada bronkhitis,
pneumonia. Pada bronchitis kronik terapi dengan mukolitik hanya berdampak kecil
terhadap reduksi dari eksaserbasi akut, namun berdampak reduksi yang signifikan
terhadap jumlah hari sakit pasien.48 Agen yang banyak dipakai adalah Acetylcystein
yang dapat diberikan melalui nebulisasi maupun oral. Mekanisme kerja adalah dengan
cara membuka ikatan gugus sulfidril pada mucoprotein sehingga menurunkan
viskositas mukus.

F. Faringitis
Faringitis adalah peradangan pada mukosa faring dan sering meluas ke jaringan
sekitarnya. Faringitis biasanya timbul bersama-sama dengan tonsilitis, rhinitis
dan laryngitis. Faringitis banyak diderita anak-anak usia 5-15 th di daerah
dengan iklim panas. Faringitis dijumpai pula pada dewasa yang masih memiliki
anak usia sekolah atau bekerja di lingkungan anak-anak.
1. Tanda, Diagnosis & Penyebab
Faringitis mempunyai karakteristik yaitu demam yang tiba-tiba, nyeri
tenggorokan, nyeri telan, adenopati servikal, malaise dan mual. Faring, palatum,
tonsil berwarna kemerahan dan tampak adanya pembengkakan. Eksudat yang
purulen mungkin menyertai peradangan. Gambaran leukositosis dengan
dominasi neutrofil akan dijumpai. Khusus untuk faringitis oleh streptococcus
gejala yang menyertai biasanya berupa demam tiba-tiba yang disertai nyeri
tenggorokan, tonsillitis eksudatif, adenopati servikal anterior, sakit kepala, nyeri
abdomen, muntah, malaise, anoreksia, dan rash atau urtikaria.Faringitis
didiagnosis dengan cara pemeriksaan tenggorokan, kultur swab tenggorokan.
Pemeriksaan kultur memiliki sensitivitas 90-95% dari diagnosis, sehingga lebih
diandalkan sebagai penentu penyebab faringitis yang diandalkan. Faringitis yang
paling umum disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes yang merupakan
Streptocci Grup A hemolitik. Bakteri lain yang mungkin terlibat adalah Streptocci
Grup C, Corynebacterium diphteriae, Neisseria Gonorrhoeae. Streptococcus
Hemolitik Grup A hanya dijumpai pada 15-30% dari kasus faringitis pada anak-
anak dan 5-10% pada faringitis dewasa. Penyebab lain yang banyak dijumpai
adalah nonbakteri, yaitu virus-virus saluran napas seperti adenovirus, influenza,
parainfluenza, rhinovirus dan respiratory syncytial virus (RSV). Virus lain yang
juga berpotensi menyebabkan faringitis adalah echovirus, coxsackievirus, herpes
simplex virus (HSV). Epstein barr virus (EBV) seringkali menjadi penyebab
faringitis akut yang menyertai penyakit infeksi lain. Faringitis oleh karena virus
dapat merupakan bagian dari influenza.

2. Faktor Risiko
• Riwayat demam rematik
• HIV positif, pasien dengan kemoterapi, immunosuppressed
• Diabetes Mellitus
• Kehamilan
• Pasien yang sudah memulai antibiotik sebelum didiagnosis
• Nyeri tenggorokan untuk selama lebih dari 5 hari

3. Terapi Utama
Terapi antibiotika ditujukan untuk faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus
Grup A, sehingga penting sekali untuk dipastikan penyebab faringitis sebelum
terapi dimulai. Terapi dengan antibiotika dapat dimulai lebih dahulu bila disertai
kecurigaan yang tinggi terhadap bakteri sebagai penyebab, sambil menunggu
hasil pemeriksaan kultur. Terapi dini dengan antibiotika menyebabkan resolusi
dari tanda dan gjejala yang cepat. Namun perlu diingat adanya 2 fakta berikut: -
Faringitis oleh Streptococcus grup A biasanya sembuh dengan sendirinya, demam
dan gejala lain biasanya menghilang setelah 3-4 hari meskipun tanpa antibiotika.
- Terapi dapat ditunda sampai dengan 9 hari sejak tanda pertama kali muncul
dan tetap dapat mencegah komplikasi. Sejumlah antibiotika terbukti efektif pada
terapi faringitis oleh Streptococcus grup A, yaitu mulai dari Penicillin dan
derivatnya, cefalosporin maupun makrolida. Penicillin tetap menjadi pilihan
karena efektivitas dan keamanannya sudah terbukti, spektrum sempit serta
harga yang terjangkau. Amoksisilin menempati tempat yang sama dengan
penicilin, khususnya pada anak dan menunjukkan efektivitas yang setara. Lama
terapi dengan antibiotika oral rata-rata selama 10 hari untuk memastikan
eradikasi Streptococcus, kecuali pada azitromisin hanya 5 hari. Berikut ini adalah
panduan pemilihan antibiotika yang dapat digunakan
Tabel 1. Panduan Penggunaan Antibiotik pada Faringitis
Tabel 2. Panduan Penggunaan Antibiotik pada Faringitis yang gagal

4. Terapi Suportif

4.1 Dekongestan oral atau topikal dapat membantu mengurangi keluhan


pada pasien dengan rhinorrhea. Sebaiknya dekongestan diberikan
pada anak di atas 2 tahun karena efek sampingnya seperti gelisah,
palpitasi, dan takikardia. Dekongestan topikal seperti fenilepinefrin
atau oxymetazoline lebih banyak dipakai, sebaiknya digunakan 3-4
hari saja untuk menghindari efek rebound.
4.2 Antihistamin oral generasi satu dinilai memiliki efek antikolinergik
sehingga dapat digunakan untuk mengurangi rhinorrhea dan bersin.
Antihistamin yang biasanya digunakan adalah chlorpheniramine
maleate atau diphenhydramine.
4.3 Guaifenesin adalah mukolitik yang berfungsi untuk mengurangi
sekresi nasofaring. Guaifenesin dinilai dapat menurunkan sekresi dan
meningkatkan drainase pada pasien nasofaringitis atau rinosinusitis,
namun bukti klinisnya masih terbatas.
SOAL
dr. Boy Reynaldi, Sp.A.
SIP. 503/1497/IV/2009
Alamat: JL WR Supratman
no.86.Jakarta
Telp. 021-74174478
25 Juli 2017

R/ Amoxycillin Syrup No. I


S.t.dd.cth.I

R/ Gg ¾ Tab
Hexilon 3mg
Claritin 4mg
mf.pulv.dtd.no.XX
S.b.dd.pulv.I

R/ Becombion Forte Syrup


No.I
s.b.dd.cth.I ½ a.c

R/ Transpulmin BB 20gr No. I


Sue

Pro : SARAH (5 tahun )


BB : 20 Kg

Kerjakan resep diatas dengan kasus sbb:


a. Pasien minta dibuatkan antibiotik menjadi sediaan puyer. Sediaan dikonfirmasi
dokter menyarankan dibuat puyer sebanyak 12 bungkus dan minta agar dosis
disesuaikan dengan bobot badan pasien. Diketahui dosis amoxicillin 30
mg/kgBB/hari.
b. Pasien minta puyer batuk dibuatkan 10 bungkus saja.
c. Berikan etiket pada setiap obat.
d. Susun dan jelaskan materi informasi untuk pasien pada saat anda menyerahkan
P.C.C
obat.
e. Bekerja dengan rapih dan bersih.
SKENARIO KASUS
Pemeran :
1. Dokter : Boy Reynaldi Noor
2. Pendamping Pasien : Azura Syafira
3. Apoteker : Nia Novitasari
4. TTK : Laila Khanifatunnisa
5. Observer : Nelly Nailul

Skenario
Seorang ibu datang ke sebuah apotek untuk menebus resep. Resep yang berasal
dari dokter spesialis anak diterima oleh TTK di Apotek. Terdapat 4 jenis obat didalam resep
tersebut. Setelah dilakukan skrining resep, memeriksa ketersediaan dan harga dari
masing-masing obat, customer meminta untuk mengganti sediaan Amoxycillin syrup
dengan Amoxycillin Puyer.
TTK menginfokan kepada Apoteker bahwa pasien meminta sediaan Amoxycillin Syrup
diubah menjadi sediaan puyer, ditemukan juga dosis loratadin yang tidak sesuai dengan
literatur, dan untuk sediaan Becombion forte syrup yang tidak ada dipasaran.
Apoteker melakukan konfirmasi kepada dokter melalui sambungan telepon untuk
memastikan validitas resep dan mengkonfirmasi untuk perubahan sediaan syrup menjadi
sediaan puyer, penurunan dosis loratadin, dan penggantian sediaan Becombion forte syrup
yang tidak ada dipasaran.
DOKTER
Identifikasi Peran :
1. Dokter melakukan penegakan diagnosa berdasarkan pemeriksaan fisik pasien, serta
informasi gejala-gejala yang dirasakan pasien
2. Dokter menerima konfirmasi melalui sambungan telepon dari apoteker untuk
memastikan data pasien.
3. Dokter bersedia mengganti sediaan Amoxycillin syrup dengan Amoxycillin puyer
sesuai dengan keinginan pasien. Dosis disesuaikan dengan berat badan pasien
dengan dosis Amoxycillin 30mg/KgBB/Hari selama 10 hari.
4. Dokter bersedia mengeluarkan Claritin didalam racikan, lalu menggantinya dengan
sediaan syrup dengan dosis tunggal 1 x 1 cth (5mg/5ml) sesuai dengan literature.
5. Dokter bersedia mengganti sediaan Becombion syrup forte yang tidak tersedia
dipasaran dengan Becombion Syrup.
Pasien
Identifikasi Peran :
Nama : Sarah
Umur : 5 Tahun
Riwayat Penyakit :-
Riwayat Alergi :-
Diagnosa : ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) spesifik Faringitis
Gejala-Gejala yang diderita pasien :
1. Pasien mengalami batuk, bersin-bersin, dan pilek.
2. Pasien mengeluh sakit tenggorokan saat menelan.
3. Pasien mengeluh sesak nafas.
4. Pasien mengeluh kehilangan nafsu makan.
5. Gejala telah diderita pasien sejak 5 hari terakhir.
6. Pasien mengalami demam pada hari ke-2 dan ke-3.
7. Pasien telah minum antipiretik (Paracetamol) pada saat demam kemarin.
Analisis Resep Validasi- Skrining Kelengkapan Resep

Nomor Kode Resep : 001


Tanggal : 25 Juli 201
Skrining 1
Asal usul Resep Ket. Ada/Tidak
Dari Dokter dr. Boy Reynaldi ,Sp.A Ada
jl. WR Supratman
Alamat Dokter No.86 Ada
Telp Dokter 021-74175478 Ada
SIP Dokter 503/1497/IV/2009 Ada
Tanda tangan/Paraf Dokter - Tidak Ada
Tanggal Penulisan 25 Juli 2019 Ada

Skrining 2
Asal usul Pasien Ket.
Nama Pasien Sarah Ada
Umur Pasien 5 Tahun Ada
Jenis Kelamin - Tidak Ada
Berat Badan 28 kg Ada
Alamat Pasien - Tidak Ada

Skrining 3. Obat-Obatan yang diminta


Kekuatan
Bentuk Dosis
Nama Dagang Nama Generik Sediaan Jumlah
Sediaan Terapi
Dosis
Amoxycillin Amoxycillin Syrup 125/5ml 1 Fls 3 x 125mg
Gliceryl Gliceryl
Tablet 100 mg 7,5 Tab 3 x 75mg
Guaikolat Gaikolat
Methyl 3,75 tab
Hexilon Tablet 8 mg 3 x 3mg
Prednisolone - 4 tab
Claritin Loratadine Hcl Tablet 10 mg 4 Tab 3 x 4mg
Becombion
- Syrup 110 ml 1 fls 2 x 7,5ml
Forte Syrup
Transpulmin BB - Krim 20 gr 1 Tube -

Keputusan : Tidak lengkap


Resep dinyatakan tidak lengkap dikarenakan tidak ada paraf/tanda tangan dokter penulis
resep, jenis kelamin serta alamat pasien. Maka dari itu, Apoteker harus mengkonfirmasi
kepada dokter untuk menvaliditaskan resep tersebut. Jenis kelamin dan alamat pasien bisa
ditanyakan langsung kepada pasien/pendamping pasien.
PENGKAJIAN FARMASETIK RESEP
(bentuk, kekuatan, stabilitas, kompatibilitas)

Bentuk
Nama Obat Kekuatan Stabilitas Kompatibilitas
Sediaan
Stabil Pada Suhu Ruang
Amoxycillin Syrup 125mg/5ml -
200-250 C
Gliceryl Stabil Pada Suhu Ruang
Tablet 100mg/Tablet Kompatibilitas
Guaikolat 200-250 C
8mg Methyl Stabil Pada Suhu Ruang
Hexilon Tablet Kompatibilitas
Predisolone 200-250 C
Stabil Pada Suhu Ruang
Claritin Tablet 10 mg Loratadine Hcl Kompatibilitas
200-250 C
Becombion Stabil Pada Suhu Ruang
Tablet 110 ml -
Syrup 200-250 C
Stabil Pada Suhu Ruang
Transpulmin BB Krim 20gr -
200-250 C
PENGKAJIAN KLINIS RESEP

1. Ketepatan Indikasi dan dosis obat :

Obat Indikasi Dosis Resep Dosis Lazim Kesimpulan Rekomendasi

5-12 tahun <


Amoxycillin 3 x 280mg
Antibiotik 40 kg: 20-
(Mims vol.18 (Sediaan DR = DL
(ISPA) 50mg/kg/ha
hal 82) 500mg)
ri (DIH) -
3 x 75mg
Gliceryl < 600mg /
Ekspektorant (Sediaan DR = DL
Guaikolat Hari
100mg) -
Hexilon
3 x 3mg
(Mims vol.18 Kortikosteroid 4-48mg/Hari DR=DL
(Sediaan 4mg)
hal.69) -

Claritin 3 x 4mg ubah jadi sediaan


(Mims vol.18 Antihistamin (Sediaan 5mg/Hari DR > DL syrup dengan
hal.113) 10mg) dosis 1 x 5ml

Becombion Vitamin & Penurunan dosis


2 x 5ml 2,5ml / Hari DR > DL
Syrup Mineral menjadi 2 x 2,5ml
Transpulmin Balsam
BB (Mims Vol Penyakit Sal. 2-4 x / Hari
18. Hal 42) Pernapasan -

2. Aturan, Cara, dan lama penggunaan :

Aturan Lama
Obat Cara Penggunaan
Penggunaan Penggunaan
3 x 1 pulv
Amoxycillin (Mims vol.18 hal 82) Sesudah makan 4 Hari
(280mg)
3 x 1 pulv
Gliceryl Guaikolat Sesudah makan 4-7 Hari
(75mg)

Hexilon (Mims vol.18 hal.69) 3 x 1 pulv ( 3mg) Sesudah makan 4-7 Hari

Claritin (Mims vol.18 hal.113) 3 x 1cth (5 ml) Sesudah makan 4-7 Hari

Becombion Syrup 2 x 2,5ml Sebelum makan 7-10 Hari


Oles tipis pada
Transpulmin BB (Mims Vol 18. Hal
- dada, leher, dan -
42)
punggung
Kriteria Permasalahan Penyelesaian
Duplikasi - -
Akibat dari berlebihnya dosis
Penurunan dosis loratadin,
loratadin akan meningkatkan efek
penggantian dengan sediaan syrup
ROTD samping loratadin
Kontraindikasi - -
Tidak ditemukan interaksi antar
Interaksi obat -
Spesialite Obat :
1. Amoxycillin
Komposisi : Amoxycillin Trihydrat
Bentuk Sediaan : Tablet
Dosis : 5-12 tahun < 40 kg: 20-50mg/kg/hari
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, infeksi mulut
bronkitis, pneumonia,infeksi Haemophilus influenza.
Waktu Pemberian : Dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan. Dapat
dikonsumsi bersama makanan untuk penyerapan yang lebih
baik & untuk mengurangi ketidaknyamanan GI (MIMS)
Kontra Indikasi :hipersensitivitas terhadap penisilin
Peringatan : Pasien dengan riwayat alergi β-laktam, mononukleosis
infeksiosa. Gangguan ginjal, Kehamilan dan menyusui.
Efek Samping : Reaksi Hipersesitivitas (reaksi alergi, ruam kulit), Gangguan
Gastrointestinal (mual,muntah), reaksi anafilaktoid, reaksi
hematologic.
Interaksi Obat : Peningkatan risiko reaksi alergi dengan allopurinol. Tingkat
darah meningkat dan berkepanjangan dengan probenecid.
Kloramfenikol, makrolida, sulfonamid, dan tetrasiklin dapat
mengganggu efek bakterisida amoksisilin.
Stabilitas Penyimpanan : Simpan pada suhu ruang 20oC-25OC. Cenderung terjadi
penggumpalan saat penyimpanan. Simpan dalam wadah
tertutup rapat.
2. Gliceryl Guaikolat
Komposisi : Gliceryl Guaikolat
Bentuk Sediaan : Tablet
Dosis : 2 hingga 5 tahun: 50 hingga 100 mg per oral setiap 4 jam
sesuai kebutuhan, tidak melebihi 600 mg / hari
Indikasi : Penggunaan untuk batuk yang membutuhkan pengeluaran
dahak
Waktu Pemberian : Dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan. (MIMS)
Kontra Indikasi : Hipersensitivitas terhadap produk
Peringatan : Pasien dengan batuk persisten atau kronis (seperti yang
terlihat pada asma, emfisema, bronkitis kronis, merokok),
batuk disertai dahak berlebihan, porfiria. Gangguan hati dan
ginjal berat.
Efek Samping : Ketidaknyamanan gastrointestinal, mual, dan muntah
(jarang terjadi) yang dapat dikurangi bila diminum dengan
segelas air.
Stabilitas Penyimpanan : Simpan pada suhu ruang 20oC-25OC. Cenderung
menggumpalan saat penyimpanan. Simpan dalam wadah
tertutup rapat.

3. Hexilon
Komposisi : Methyl Prednisolone
Bentuk Sediaan : Tablet
Dosis : 4-48mg/Hari
Indikasi : penekanan gangguan peradangan dan alergi, penyakit
radang usus yang parah, edema serebral yang terkait dengan
keganasan, penyakit rematik,kulit.
Waktu Pemberian : Harus dikonsumsi dengan makanan.
Kontra Indikasi : infeksi sistemik (kecuali diberikan terapi khusus); hindari
vaksin virus hidup pada mereka yang menerima dosis
imunosupresif (respons antibodi serum berkurang)
Perhatian : Pasien dengan gagal jantung, Hipertensi, Diabetes Melitus,
penyakit Gastro Intestinal (Divertikulitis, anastomosis usus,
tukak lambung, kolitis ulseratif), sklerosis multipel, miastenia
gravis, riwayat gangguan kejang, penyakit tiroid. Hindari
penarikan mendadak. Gangguan ginjal dan hati (termasuk
sirosis). Anak Kehamilan dan menyusui.
Efek Samping : efek gastro-intestinal : dyspepsia; efek muskuloskeletal:
kelemahan otot; efek endokrin: penyimpangan menstruasi
dan amenorea, pertambahan berat badan, keseimbangan
nitrogen dan kalsium negatif, nafsu makan meningkat; efek
neuropsikiatrik; reaksi hipersensitif (termasuk reaksi
hipersensitif) tromboemboli, mual, malaise, cegukan, sakit
kepala, vertigo.
Stabilitas Penyimpanan : Simpan pada suhu ruang 20oC-25OC.

4. Claritin
Komposisi : Loratadine Hcl
Bentuk Sediaan : Syrup
Dosis : Anak: 2-12 tahun <30 kg: 5 mg sekali sehari; > 30 kg: 10 mg
sekali sehari. > 12 tahun Sama dengan dosis dewasa.
Indikasi : pengurangan gejala alergi seperti demam, urtikaria idiopatik
kronis
Waktu Pemberian : Dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan.
Kontra Indikasi : Gangguan penyakit hati dan ginjal berat, epilepsi, Anak-anak
Kehamilan dan menyusui
Efek Samping : sakit kepala, gangguan psikomotorik, dan efek
antimuskarinik seperti retensi urin, mulut kering, penglihatan
kabur, dan gangguan gastro-intestinal, reaksi hipersensitivitas
(termasuk bronkospasme, angioedema, dan anafilaksis,
ruam, dan reaksi fotosensitifitas) , disfungsi hati, dan
glaukoma sudut tertutup
Interaksi Obat : Dapat meningkatkan konsentrasi plasma dengan
ketoconazole, fluconazole, erythromycin, clarithromycin,
cimetidine.
Stabilitas Penyimpanan : Simpan antara 20-25 ° C. Lindungi dari panas,
cahaya, dan kelembaban.
JUMLAH BAHAN OBAT YANG DIPERLUKAN DALAM PENGERJAAN

Jumlah diperlukan
No. Nama Obat Keterangan
untuk resep
Penggantian dari sediaan syrup menjadi
1 Amoxycillin Tablet 16,8 Tab / 500mg
Puyer
2 Gliceryl Guaikolat 7,5 Tab / 100mg -
3 Hexilon 7,5 Tab / 4 mg -
Penggantian Sediaan dan dosis karena
4 Claritin Syrup 1 Fls /30 ml
dosis berlebih
penggantian Sediaan karena sediaan forte
5 Becombion Syrup 1 Fls / 110ml
syrup tidak tersedia dipasaran
6 Transpulmin BB 1 Tube / 20gr -
7 Sacharum Lactis 2 gr Bahan Tambahan

Dosis Racikan Antibiotik :


 Dosis 1 Hari : 30mg/KgBB/Hari
: 30mg x 28kg = 840mg/Hari
 Dosis 1 x : 840 mg : 3 = 280mg
 Banyak sediaan yang dibutuhkan : 280mg X 30 bungkus = 16,8 Tab
500mg
 Pengenceran 0,8tab : 0,8 tab x 500mg = 400 mg
1 tab
Jadi, jumlah sediaan amoxicillin diambil sebanyak 16 tab dan 400 mg
Dosis Racikan II : (Hexilon dan GG) Sebanyak 10 puyer
 Hexilon : 3mg x 10 Pulv = 7,5 tab
4 mg
 Gliceryl Guaikolat : ¾ Tab x 10 pulv = 7,5 tab
PERHITUNGAN HARGA RESEP
Harga Satuan /
Nama Obat HNA + 10% Mark Up 20% Jumlah
Tab
58.080 / 100
Amoxycillin 44.000 + (10/100x44.000) 48.400+(20/100*48.400) tab 580 x 17 Tab
=48.400 =58.080 581 9.860
36.960 / 100
Gliceryl
28.000 + (10/100x28.000) 30.800 + (20/100x30.800) tab 370 x 8 tab
Guaikolat
=30.800 =36.960 370 2.957
140.000 + (10/100 x 154.000 +(20/100 169.400 / 50
Hexilon 140.000) x154.000) tab 3.388 x 8 tab
=154.000 =169.400 3.388 27.104
47.300 + (20/100 x
Claritin
43.000 + (10/100 x 43.000) 47.300) 56.760 56.760
Syrup
=47.300 =56.760
29.700 + (20/100 x
Becombion 27.000+(10/100 x 27.000) 29.700) 35.640 35.640
Syrup =29.700 =35.640
36.250 +(20/100 x
Transpulmin
33.200+(10/100X33.200) 36.520) 43.824 43.824
BB
=36.520 =43.824
Total Keseluruhan Resep 176.145
PROSEDUR PENGERJAAN RESEP
1. Terima Resep dan analisis resep
2. Cek persediaan obat
3. Hitung harga obat dan menginformasikan kepada pasien
4. Jika pasien setuju, beri nomor resep dan siapkan obat
5. Persiapan Pembuatan Racikan Amoxycillin
a. Siapkan alat racik sepert mortar, alu dan timbangan
b. Pencampuran, yaitu lapisi lumpang dengan sedikit SL, masukkan tablet
amoxicillin sebanyak 16 tab + hasil pengenceran amoxicillin (400mg), gerus ad
homogen.
c. Masa serbuk dibagi 2 sama banyak, setelah itu masing-masing dibagi sebanyak
puyer, masukkan kedalam perkamen, bungkus rapi.
d. Masukkan kedalam klip plastic dan beri etiket putih 3 x sehari 1 bungkus
6. Persiapan Pembuatan Racikan batuk pilek
a. Siapkan alat racik sepert mortar, alu dan timbangan
b. Pencampuran, yaitu lapisi lumpang dengan sedikit SL, masukkan GG+ Hexilon +
SL, gerus ada homogen.
c. Masa serbuk dibagi 2 sama banyak, setelah itu masing-masing dibagi sebanyak
puyer, masukkan kedalam perkamen, bungkus rapi.
d. Masukkan kedalam klip plastic dan beri etiket putih 3 x sehari 1 bungkus.
7. Diambil Clarityn Syrup sebanyak 1 botol kemudian beri etiket putih. Pada etiket
tersebut ditulis nama pasien, nomor resep, tanggal penyerahan obat serta aturan
pakai yaitu 1 x sehari 5ml.
8. Diambil Becombion Syrup sebanyak 1 botol kemudian beri etiket putih. Pada etiket
tersebut ditulis nama pasien, nomor resep, tanggal penyerahan obat serta aturan
pakai 2 x sehari 1 sendok teh (5ml)
9. Diambil Transpulmin Baby Balsam sebanyak 1 tube kemudian beri etiket biru. Pada
etiket tersebut ditulis sama pasien, nomor resep, tanggal penyerahan obat serta
aturan pakai 2-4 oles tipis pada dada, punggung, dan leher.
10. Dilakukan Recek oleh apoteker penyerahan obat.
11. Diserahkan kepada pasien dan berikan informasi yang jelas.
LEMBAR MATERI EDUKASI / INFORMASI UNTUK PASIEN

1. Resep 1

No. Kriteria Informasi Isi Iinformasi


1 Nama Obat Amoxycillin
2 Kegunaan / Outcome Terapi Antibiotik ISPA
3 Aturan Pakai 3 X 1 Puyer
4 Waktu Minum Obat Tiap 8 jam, sesudah makan
5 Cara Pakai Diminum
6 Durasi Penggunaan Sampai Habis
7 Efek Samping Reaksi alergi
8 Penyimpanan Simpan pada suhu ruang
Aktifitas Yang disarankan/ Jangan mengkonsumsi
9 dihindari Allopurinol dan Probenecid

2. Resep 2

No. Kriteria Informasi Isi Iinformasi


1 Nama Obat Gliceryl Guaikolat, Hexilon
Batuk, Sakit Tengorokan
Kegunaan / Outcome Terapi
2 (inflamasi)
3 Aturan Pakai 3 X 1 Puyer
4 Waktu Minum Obat Sesudah makan
5 Cara Pakai Diminum
6 Durasi Penggunaan Sampai sembuh
Reaksi alergi, Gangguan Gastro
Efek Samping
7 Intestinal (Jarang Terjadi)
8 Penyimpanan Simpan pada suhu ruang
Aktifitas Yang disarankan/
Perbanyak minum air Putih
9 dihindari

3. Resep 3

No. Kriteria Informasi Isi Iinformasi


1 Nama Obat Claritin Syrup
2 Kegunaan / Outcome Terapi Pilek Alergi
3 Aturan Pakai 1 x 1 sendok teh (5ml)
4 Waktu Minum Obat Sesudah makan, malam hari
5 Cara Pakai Diminum
6 Durasi Penggunaan Sampai sembuh
sakit kepala, reaksi
Efek Samping
7 hipersensitivitas
8 Penyimpanan Simpan pada suhu ruang
Jangan mengkonsumsi
Aktifitas Yang disarankan/
ketokonazole, fluconazole,
dihindari
9 erythromycin, cimetidine

4. Resep 4

No. Kriteria Informasi Isi Iinformasi


1 Nama Obat Becombion
2 Kegunaan / Outcome Terapi Multivitamin
3 Aturan Pakai 2 x 1/2 Sendok teh (2,5ml)
Saat makan, Sesaat setelah
Waktu Minum Obat
4 makan, pagi dan malam
5 Cara Pakai Diminum
6 Durasi Penggunaan Sampai sembuh
7 Efek Samping
8 Penyimpanan Simpan pada suhu ruang
Aktifitas Yang disarankan/
9 dihindari

5. Resep 5

No. Kriteria Informasi Isi Iinformasi


1 Nama Obat Transpulmin Baby Balsam
2 Kegunaan / Outcome Terapi Balsam Pelega Pernapasan
3 Aturan Pakai 2-4 kali/ Hari
4 Waktu Minum Obat
Oleskan pada bagian dada,
Cara Pakai
5 punggung, dan leher.
6 Durasi Penggunaan Sampai sembuh
7 Efek Samping
8 Penyimpanan Simpan pada suhu ruang
Aktifitas Yang disarankan/
9 dihindari

6. Terapi non farmakologi


a. Menganjurkan istirahat yang cukup
b. Batasi aktifitas fisik
c. Gunakan masker setiap keluar rumah untuk menghindari paparan debu
d. Banyak minum air putih dan jus buah
e. Mengatur letak posisi bantal saat tidur. Gunakan bantal yang lebih tinggi pada
saat tidur agar dapat melegakan hidung tersumbat.
Hal- hal yang harus diperhatikan selama pengobatan :
- Beberapa anak akan mengalami muntah, namun tidak perlu panic karena itu
akan membantu untuk mengeluarkan lender
- Pastikan asupan cairan dan makanan sesuai jumlah muntah, jangan sampai
dehidrasi dan kekurangan gizi.

- Jika keadaan klinis belum ada perubahan setelah menggunakan obat, maka
harap menghubungi dokter
Dialog Konseling
Pemain :
1. Apoteker
2. Asisten Apoteker
3. Pendamping Pasien
Latar Tempat : Apotek
Pendamping Pasien : Assalamualaikum.
Asisten Apoteker : Waalaikumsalam Ibu, ada yang bisa dibantu?
Pendamping Pasien : Saya mau menebus resep mba. Ini resepnya (sambil menyerahkan
resep kepada asisten apoteker)
Asisten Apoteker : Baik, saya lihat dulu resepnya bu. Atas nama Sarah, 5 tahun?
Pendamping Pasien : Iya mba betul.
Asisten Apoteker : Baik. Ini resepnya terdiri dari 4 Obat ya bu. Terdiri dari Antibiotik
Syrup, Racikan Batuk Pilek, Vitamin, dan Balsem Pelega Penafasan bu. Saya Cek persediaan
obatnya dahulu ya bu.
(Asisten Apoteker memeriksan ketersediaan obat)
Asisten Apoteker : baik bu saya sudah memeriksan ketersediaan obatnya. Untuk
antibiotic syrupnya kita tersedia dengan merek amoxan bu.
Pendamping Pasien : Mba apa boleh antibotik syrupnya saya minta ganti ke puyer saja ?
Dan untuk obat batuk pilek nya saya minta 10 bungkus dulu aja boleh mba ?
Asisten Apoteker : Baik, silakan ditunggu sebentar ya Bu, saya beritahu apoteker saya
untuk konfirmasikan ke dokternya dahulu ya bu.
Pendamping Pasien : Iya mba.
(Asisten apoteker kemudian menunjukan resep Sarah kepada apoteker untuk
memastikan ketepatan resep dan mengkonfirmasikan kepada dokter )
Asisten Apoteker : Permisi Bu, ini ada resep untuk anak 5 tahun. Ibu pasien minta
ganti sediaan amoxicillin syrupnya jadi puyer bu. Dan Becombion Forte Syrup ga ada
sediaannya bu, adanya bentuk tablet untuk ukuran forte
Apoteker : Oh iya, coba saya lihat dulu resepnya.
(Asisten Apoteker memberikan resep kepada Apoteker )
Apoteker : Oke, saya konfirmasikan dulu ke dokternya untuk Amoxycillin,
Becombion Fortenya, sama Claritinnya juga dosisnya berlebih nih. Ibu pasiennya minta
tolong tunggu sebentar ya.
Asisten Apoteker : Baik bu.
Percakapan Apoteker dengan Dokter melalui telepon
Apoteker : Selamat siang. Apa benar ini dengan dokter boy ?
Dokter : Selamat siang, iya benar ada apa ya?
Apoteker : Maaf mengganggu waktunya dok. Ini saya Nia selaku Apoteker dari
Apotek Medika Farma. Sebelumnya saya mau bertanya dokter apa benar pasien atas nama
sarah umur 5 tahun adalah pasien dokter ?
Dokter : Iya mba, betul.
Apoteker : Iya dok. Sebelumnya saya mau bertanya anaknya ini dengan
diagnose apa ya dok ?
Dokter : dengan ISPA mba.
Apoteker : Baik dokter, ini resep yang diberikan ada Amoxycillin syrup, racikan
GG, Hexilon, Claritin, Becombion Forte Syrup, dan Transpulmin BB. Benar seperti itu ya dok
?
Dokter : Ya betul mba.
Apoteker : Begini dokter, ibu dari pasien meminta sediaan amoxicillin syrup
diganti sediaan puyer dokter.
Dokter : Oh ya sudah, ganti saja. Dibuat 30 puyer untuk 10 hari dosisnya
sesuaikan dengan BBnya. Dosis amoxicillin 30mg/KgBB/Hari.
Apoteker : Baik dokter. Satu lagi dokter untuk racikan claritinnya ini melebihi
dosis dokter. Bila disesuaikan dengan literature dosis untuk anak 5 tahun itu 5mg/Hari
dengan pemakaian once daily.
Dokter : Ya kalau begitu keluarkan saja dari racikan. Ganti sediaan Claritin
syrup. Dosisnya disesuaikan literature saja
Apoteker : Baik dokter. Maaf ini yang terakhir dokter. Disini dokter minta
becombion forte syrup. Sementara sediaan dipasaran sediaan forte itu bentuknya tablet
dokter, dan disini pun dosisnya melebihi literature dokter.
Dokter : Oh maaf ya, saya kira ada yang syrup. Ya sudah dikasih yang
becombion syrup aja ya. Dosisnya sesuai literature.
Apoteker : Baik dokter. Terima kasih atas konfirmasinya ya dokter. Maaf
mengganggu waktunya. Selamat Sore.
Dokter : Ya mba tidak apa-apa. Selamat sore.
Setelah Konfirmasi kepada dokter, apoteker memberikan penjelasan kepada asisten
apoteker
Apoteker : Mba, ini saya sudah konfirmasi kedokternya. Dokternya setuju
untuk dibuat puyer. Dosisnya 30mg/KgBB/Hari dibuat menjadi 12 puyer ya. Dan
loratadinnya nanti diganti kesediaan sirup saja. Untuk becombionnya dokternya tidak tahu
kalau sediaan forte bentuk tablet, jadi nanti kasih sirup yang biasa saja.
Asisten Apoteker : Baik bu. Terima Kasih
Apoteker : Sama-sama mba.
(Asisten Apoteker memberitahukan harga kepada pendamping pasien)
Asisten Apoteker : Resep atas nama Sarah 5 tahun?
Pendamping Pasien : Iya mba.
Asisten Apoteker : Bu, terkait untuk resep anak sarah tadi sudah kami tanyakan
kepada dokter. Dan dokter menyetujui untuk mengganti sediaan syrup menjadi serbuk.
Pendamping Pasien : Iya mba, jadi total semuanya berapa mba.
Asisten Apoteker : Total semuanya menjadi Rp.84.000. bisa langsung dibayarkan disini
ya bu.
Pendamping Pasien : Ini uangnya mba.
Asisten Apoteker : Baik ibu. Silahkan ditunggu sebentar. Kami akan siapkan obatnya.
Dan nanti akan dijelaskan oleh apoteker kami. Terima kasih.
(Asisten apoteker menyiapkan obat, meracik, serta memberikan etiket)
*** Sekitar 10 menit menunggu***
Penyerahan Obat Dan Konseling Oleh Apoteker
Apoteker : Selamat pagi
Pendamping Pasien : Pagi Bu.
Apoteker : Perkenalkan Bu, saya Nia, apoteker yang sedang bertugas hari ini.
Dengan Ibu siapa saya bicara ?
Pendamping Pasien :Azura Bu.
Apoteker : Bu Azura, terkait obat yang diresepkan untuk adik Sarah, untuk
menjelaskan mengenai cara pakai dan informasi obat lainnya, apakah Ibu punya waktu 10
menit untuk konseling?
Pendamping Pasien : Oh iya boleh Bu.
Apoteker : Baik bu, saya sudah melihat resepnya. Ini resep untuk adik Sarah, 5
tahun, tadi habis periksa di dokter marlinda betul ibu ?
Pendamping Pasien : Ya benar bu.
Apoteker : Oke. Sejak kapan dan bagaimana tepatnya ibu mengetahui Sarah
sakit?
Pendamping Pasien : Sejak 5 hari yang lalu dia demam, hari kedua suhu tubuhnya naik
sampai 380C ditambah batuk terus, hidung meler dan tersumbat. Dia juga mengeluh sulit
menelan.
Apoteker : Sebelumnya apa sarah sudah mengkonsumsi obatan lain bu ?
Pendamping Pasien : Waktu demam sarah saya kasih obat penurun demamnya bu.
Apoteker : Apa obatnya masih sisa bu ?
Pendamping Pasien : Masih bu.
Apoteker : Lalu apa kata dokter tentang penyakit dan obat Sarah bu?
Pendamping Pasien : Kata dokter,Sarah terkena ISPA dan radang tenggorokan, harus
banyak istirahat dan perbanyak minum air. Dokter meresepkan antibiotik, obat batuk pilek
dan vitamin.
Apoteker : Apa dokter menjelaskan tentang efek dari obat ini bu ?
Pendamping pasien : Tidak mba.
Apoteker : Baik, selama ini apa Sarah ada alergi obat Bu?
Pendamping Pasien : Sejauh ini tidak ada, alhamdulillah anaknya jarang sakit Bu.
Apoteker : Baik kalau begitu. Akan saya jelaskan ya Bu, jadi disini Sarah
diresepkan 5 obat. Ini ada antibiotiknya tadi ibu minta dibuatkan sediaan puyer ya. Sudah
saya konfirmasikan kepada dokternya. Dan dokter menyetujuinya. Ini dibuat menjadi 12
puyer untuk 4 hari. Antibiotiknya diminum 3xsehari 1 bungkus puyer, diminum setiap 8 jam
sesudah makan.Untuk antibiotic ini diminumnya harus sampai habis ya bu. Walau Sarah
sudah tidak Batuk pilek lagi atau sudah sehat, obat ini tetap harus diminum sampai habis.
Karena kalau disisakan nanti baktinya jadi lebih kebal/ resisten terhadap obat ini. Kalau
sudah resisten, sat sarah terkena radang tenggorokan lagi, tidak bisa sembuh lagi dengan
antibiotic ini. Mungkin bisa sembuh dengan antibiotic lain dengan level antibiotic yang
lebih tinggi.
Pendamping Pasien : Baik bu.
Apoteker : Kemudian ada racikan untuk batuk pileknya, tadi ibu minta
dibuatkan setengahnya dulu yaitu 10 puyer. Racikan ini diminum 3xsehari 1 bungkus
Sesudah makan. Kemudian Syrup untuk pilek alerginya diminum 1 x 1 sendok teh sesudah
makan. Nah, obat ini nanti biasa menyebabkan rasa kantuk ya bu, jadi lebih baik diminum
pada malam hari. Kemudian vitaminnya bisa diminum 1x1 sendok teh sesudah makan tiap
pagi hari. Lalu yang terakhir ini balsamnya buat pelega pernafasannya bisa dioleskan 2-4 x
sehari di dada, tenggorokan dan punggungnya.
Pendamping Pasien : Baik bu
Apoteker : Untuk efek samping yang biasa muncul itu adalah mengantuk dan pusing. Jadi
sebaiknya sarah dikurangi dahulu aktifitas diluar rumahnya. Dan kalau memang Sarah
sudah batuk pilek lagi, untuk pemakaian obat ini bisa dihentikan. kecuali antibiotik harus
tetap dihabiskan ya bu.
Pendamping Pasien : Baik bu
Apoteker : oh iya. Ini saya berikan copy resepnya apabila ibu ingin menebus
sisa obat racikannya. apabila memang ada gejala efek samping yang muncul, seperti reaksi
alergi dan hipersensitif Ibu bisa langsung menghubungi kami, apoteker atau dokter untuk
tindak lanjutnya. Oh ya sebelum diminum, obat-obat ini harus dikocok dahulu (Becombion
Syrup dan Claritin Syrup). Untuk penyimpanan, obat-obat ini harus disimpan di tempat
sejuk dan kering serta terhindar dari sinar matahari langsung. Bagaimana Bu, ada lagi yang
ingin ditanyakan?
Pendamping Pasien : Tidak Bu, ok.
Apoteker : Oh, iya sebaiknya Sarah perbanyak istirahat dulu ya bu dan
minuman manis yang dinginnya mungkin bisa diganti dulu dengan air madu
hangat.Konsumsi buah dan sayuran juga disarankan, perbanyak minum air putih untuk
membantu mengencerkan dahak, mengurangi iritasi atau rasa gatal serta hindari paparan
debu. Pantang makan makanan berminyak seperti goreng-gorengan juga ya bu.
Pendamping Pasien : Baik bu
Apoteker : Baik Bu Ada lagi yang ingin ditanyakan?
Pendamping Pasien : Tidak Bu, cukup.
Apoteker : Baik. Boleh ulangi apa yang saya jelaskan tadi Bu?
Pendamping Pasien :Oke, jadi obatnya ada 5. Yang pertama Racikan antibiotik diminum 3 x
sehari 1 bungkus tiap 8 jam. Diminum sesudah makan dan harus dihabiskan. Kemudian
racikan batuknya diminum 3 x sehari 1 bungkus sesudah makan. Boleh dihentikan bila
sudah tidak batuk. Syrup alergi nya diminum 1 x 1 sendok teh tiap malam hari sesudah
makan. Syrup alergi ini bisa menimbulkan efek mengantuk. Kemudian vitaminnya diminum
1 x 1 sendok teh sesudah makan, bisa diminum tiap pagi. Dan untuk balsam pelega
nafasnya biasa dioleskan 2-4 x sehari di dada, leher, dan punggung.
Apoteker : Lengkap! Untuk saran selain obatnya Bu?
Pendamping Pasien : Oh ya. Perbanyak istirahat di rumah, minuman manis yang dinginnya
bisa diganti dulu dengan air madu hangat. Konsumsi buah dan sayuran. Sama pantang
makan makanan berminyak seperti goreng-gorengan.
Apoteker : Baik.Terima kasih Bu. Mungkin sekian dulu konselingnya hari ini.
Terima kasih atas waktunya, semoga Sarah, ibu dan keluarga sehat selalu.
Pendamping Pasien : Ya, sama-sama terima kasih Bu. Saya pamit. Assalamualaikum.
Apoteker : Waalaikumsalam.
LEMBAR ETIKET DAN SALINAN RESEP

Medika Farma
Jl.Hasyim Ashari, Tangerang
Medika Farma 081212869604
Jl.Hasyim Ashari, Tangerang APA:Nia Novita S,Farm.,Apt
081212869604 SIP : 41191097000060
APA:Nia Novita S,Farm.,Apt NO: 001 Tgl : 25 Juli 2019
Salinan Resep
SIP : 41191097000060 Nama Obat : Amoxycillin
An. Sarah
SALINAN RESEP 3 X Sehari 1 Bungkus
Sesudah Makan
Salinan Resep No. : 001 Antibiotik, Harus dihabiskan
Dari Dokter : dr. Boy Reynaldi, Sp.A
Tanggal : 25 Juli 2019
Pro : Sarah Umur: 5 Tahun Medika Farma
Jl.Hasyim Ashari, Tangerang
081212869604
R/ Amoxycillin Syrup No. I APA:Nia Novita S,Farm.,Apt
S.t.dd.cth.I SIP : 41191097000060
Det in pulv NO:001 Tgl : 25 Juli 2019
_______________________________30mg/kgbb/ Nama Obat : Racikan Batuk
R/ Gg ¾ Tab Hari 30Pulv An. Sarah
Stdd pulv 1
Hexilon 3mg 3 X Sehari 1 Bungkus
Claritin 4mg (det in syrup) Sesudah Makan
mf.pulv.dtd.no.XX
S.b.dd.pulv.I
__________________________________ did Medika Farma
Jl.Hasyim Ashari, Tangerang
Det in 081212869604
R/ Becombion Forte Syrup becombion APA:Nia Novita S,Farm.,Apt
No.I syr Sbdd cth SIP : 41191097000060
s.b.dd.cth. I ½ a.c 1/2 d.c NO:001 Tgl : 25 Juli 2019
__________________________________ Nama Obat : Becombion Syrup
R/ Transpulmin BB 20gr No. I An. Sarah
2 X Sehari setengah sendok teh (2,5ml)
Sue
__________________________________ det Saat Makan

Medika Farma
PCC Jl.Hasyim Ashari, Tangerang
081212869604
APA:Nia Novita S,Farm.,Apt
SIP : 41191097000060
NO:001 Tgl : 25 Juli 2019
Nama Obat : Claritin Syrup
An. Sarah
1 X Sehari 1 Sendok teh
Sesudah Makan, Tiap Malam

Medika Farma
Jl.Hasyim Ashari, Tangerang
081212869604
APA:Nia Novita S,Farm.,Apt
SIP : 41191097000060
NO:001 Tgl : 25 Juli 2019
Nama Obat : Transpulmin BB
An. Sarah
Oleskan pada punggung, leher, tenggorokan
P.C.C
Obat Luar
DAFTAR PUSTAKA
Aberg, J.A., Lacy,C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L., 2009, Drug Information
Handbook, 17th edition, Lexi-Comp for the American Pharmacists Association.

Anonim, 2006, British National Formulary, 51 eds, BMJ Publishing Group Ltd., London.

Dipiro Joseph T., Robert L. Talbert, Gary R. Matzke, Barbara G. Wells, and L. Michael Posey, 2008,
Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, Seventh Edition, The McGraw-hill Companies,
United States of America.

Anonim. (2018/2019). MIMS Petunjuk Konsultasi, Edisi 18. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. Hal.
83.

Anonim. (2018/2019). MIMS Petunjuk Konsultasi, Edisi 18. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. Hal.
69.

Anonim. (2018/2019). MIMS Petunjuk Konsultasi, Edisi 18. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. Hal.
113.

Anonim. (2018/2019). MIMS Petunjuk Konsultasi, Edisi 18. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. Hal.
42.

Anonim.(2005). Pharmaceutical Care untuk Infeksi Penyakit Saluran Pernafasan. Direktorat


Bina Komunitas dan Klinik Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Jakarta.

Cipolle Robert, Strand Linda, Morley Peter. Pharmaceutical Care Practice.Mc Graw Hill.
New York 1998:1-26.

Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2001


Lampiran

LEMBAR KERJA PERACIKAN RESEP APOTEK MEDIKA FARMA

Hari/ Tanggal : 25 Juli 2019


No Resep : 001
Nama Pasien : An. Sarah
Umur Pasien : 50 Tahun
Nama dokter : Dr. Boy Renaldi
Nama TTK pelaksana peracikan resep : Laila Khanifatunissa
Nama Apoteker yang memeriksa lembar
kerja : Nia Novitasari

Nama Racikan : Racikan Antibiotik


Jumlah Racikan : 30 Bungkus

Komposisi Racikan Kekuatan sediaan


Jumlah total obat Jumlah tablet
obat yang tersedia
yang pada resep yang dipakai
No Nama Obat (per tablet)
1. Amoxycilin 280 mg 500 mg 16,8 ~ 17 Tab

Lembar kerja telah peracikan telah diperiksa dan validasi oleh :

Nia Novitasari, S.Farm., Apt


Lampiran

APOTEK MEDIKA
LEMBAR KERJA PERACIKAN RESEP FARMA

Hari/ Tanggal : 25 Juli 2019


No Resep : 001
Nama Pasien : An. Sarah
Umur Pasien : 50 Tahun
Nama dokter : Dr. Boy Renaldi
Nama TTK pelaksana peracikan resep : Laila Khanifatunissa
Nama Apoteker yang memeriksa lembar
kerja : Nia Novitasari

Nama Racikan : Racikan Batuk, Radang Tenggorokan


Jumlah Racikan : 10 Bungkus

Komposisi Racikan Kekuatan


Jumlah
Jumlah total obat sediaan obat
tablet yang
yang pada resep yang tersedia
dipakai
No Nama Obat (per tablet)
1. Glyceril Guaicolat ¾ Tablet 100 mg 7 ½ Tablet
2. Methyl Prednisolone 3 mg 4 mg 7 ½ Tablet

Lembar kerja telah peracikan telah diperiksa dan validasi oleh :

Nia Novitasari, S.Farm., Apt

Anda mungkin juga menyukai