Anda di halaman 1dari 10

Hak dan Kewajiban Warga Negara

Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan sesuatu yang mestinya kita terima atau bisa
dikatakan sebagai hal yang selalu kita lakukan dan orang lain tidak boleh merampasnya entah
secara paksa atau tidak.
Kewajiban adalah suatu hal yang wajib kita lakukan demi mendapatkan hak atau wewenang
kita. Bisa jadi kewajiban merupakan hal yang harus kita lakukan karena sudah mendapatkan
hak.

Contoh hak warga negara :

1. Berhak mendapat perlindungan hukum (pasal 27 ayat (1))


2. Berhak mendapakan pekerjaan dan penghidupan yang layak. (pasal 27 ayat 2).
3. Berhak mendapatkan kedudukan yang sama di mata hukum dan dalam pemerintahan.
(pasal 28D ayat (1))
4. Bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama yang dipercayai. (pasal 29 ayat
(2))
5. Berhak memperleh pendidikan dan pengajaran.
6. Memiliki hak yang sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
pendapat secara lisan dantulisan sesuai undang-undang yang berlaku. (pasal 28)

Contoh kewajiban warga negara :

1. Wajib berperan serta dalam membela, mempertahankan kedaulatan negara indonesia


dari serangan musuh. (asal 30 ayat (1) UUD 1945)
2. Wajib membayar pajak dan retribusi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. (UUD 1945)
3. Wajib menaati dan menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan pemerintahan tanpa
terkecuali serta dijalankan dengan sebaik-baiknya.
4. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. (pasal 28J ayat 1)
5. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. (pasal 28J
ayat 2)
6. Tiap negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk memajukan bangsa ke arah yang
lebih baik. (pasal 28)
Hubungan Hak dan Kewajiban

Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Menurut “teori korelasi”
yang dianut oleh pengikut utilitarianisme, ada hubungan timbal balik antara hak dan kewajiban.
Menurut mereka, setiap kewajiban seseorang berkaitan dengan hak orang lain, dan begitu pula
sebaliknya

Hubungan Negara dengan Warga Negara

Negara harus dapat memenuhi hak warga negaranya. Sementara itu, warga negara juga harus
menyelesaikan tugas sebagai warga negara yang baik. Barulah dapat hak warga negara. Guna
merealisasikan kewajiban warga negara, negara mengeluarkan berbagai kebijakan dan
peraturan yang mengikat warga negara dan menjadi kewajiban warga negara untuk
memenuhinya.
Negara Hukum
Negara merupakan organisasi kelompok masyarakat tertinggi karena mempunyai wewenang
untuk mengatur dan mengendalikan masyarakat bahkan memaksa secara sah untuk kepentingan
umum yang lebih tinggi demi tegaknya hukum. Negara pun dipandang sebagai subyek hukum
yang mempunyai kedaulatan (sovereignity) yang tidak dapat dilampaui oleh negara mana pun.
Ada empat fungsi negara yang dianut oleh negara-negara di dunia ialah: melaksanakan
penertiban dan keamanan; mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya;
pertahanan; dan menegakkan keadilan.

Hukum merupakan pedoman hidup dalam bernegara dan bermasyarakat, supaya tercapai
ketertiban dan ketenteraman.

Tuntutan terhadap Negara hukum

1. Perlindungan terhadap HAM.


2. Kelembagaan yang bersifat demokratis.
3. Tertib hukum.
4. Kekuasaan kehakiman yang bebas, dan menyelesaikan perkara berdasarkan hukum yang
hidup dalam masyarakat.

Ciri Negara Hukum

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Supremasi Hukum
3. Persamaan Dalam Hukum (Equality Before The Law)
4. Asas Legalitas (Due Process Of Law)
5. Pembatasan Kekuasaan
6. Jaminan Independensi Fungsi Kekuasaan Teknis Dari Intervensi Politik (Organ-Organ
Eksekutif Independen)
7. Peradilan Bebas Dan Tidak Memihak
8. Peradilan Tata Usaha Negara
9. Peradilan Tata Negara (Constitutional Court)
10. Perlindungan Hak Asasi Manusia
11. Bersifat Demokratis (Democratische Rechtsstaat)
12. Berfungsi Sebagai Sarana Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat (Welfare Rechtsstaat)
13. Transparansi Dan Kontrol Sosial

Penegakan hukum pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan ketertiban dan kepastian
hukum dalam masyarakat sehingga masyarakat merasa memperoleh perlindungan akan hak-hak
dan kewajibannya.
HAM
Gagasan hak asasi manusia muncul sebagai reaksi atas kesewenang-wenangan penguasa yang
memerintah secara otoriter. Munculnya penguasa yang otoriter mendorong orang yang
tertekan hak asasinya untuk berjuang menyatakan keberadaannya sebagai makhluk
bermartabat.

A. Sejarah HAM di Dunia

Sejarah hak asasi manusia berawal dari dunia Barat (Eropa). Seorang filsuf Inggris pada abad ke-
17, John Locke, merumuskan adanya hak alamiah (natural rights) yang melekat pada setiap diri
manusia, yaitu hak atas hidup, hak kebebasan, dan hak milik. Pada waktu itu, hak masih
terbatas pada bidang sipil (pribadi) dan politik. Sejarah perkembangan hak asasi manusia
ditandai adanya tiga peristiwa penting di dunia Barat, yaitu Magna Charta, Revolusi Amerika,
dan Revolusi Prancis.

B. Sejarah HAM di Indonesia

1. Pada masa prakemerdekaan


Pemikiran modern tentang HAM di Indonesia baru muncul pada abad ke-19. Orang Indonesia
pertama yang secara jelas mengungkapkan pemikiran mengenai HAM adalah Raden Ajeng
Kartini. Pemikiran itu diungkapkan dalam surat-surat yang ditulisnya 40 tahun sebelum
proklamasi kemerdekaan.

2. Pada masa kemerdekaan

Pada masa orde lama, gagasan mengenai perlunya HAM selanjutnya berkembang dalam sidang
BPUPKI. Tokoh yang gigih membela agar HAM diatur secara luas dalam UUD 1945 dalam sidang
itu adalah Mohammad Hatta dan Mohammad Sukiman.
Pada masa orde baru, pelanggaran HAM pada masa orde baru mencapai puncaknya. Ini terjadi
terutama karena HAM dianggap sebagai paham liberal (Barat) yang bertentangan dengan
budaya timur dan Pancasila. Karena itu, HAM hanya diakui secara sangat minimal. Komisi Hak
Asasi Manusia dibentuk pada tahun 1993. Namun, komisi tersebut tidak dapat berfungsi
dengan baik karena kondisi politik. Berbagai pelanggaran HAM terus terjadi, bahkan disinyalir
terjadi pula berbagai pelanggaran HAM berat. Hal itu akhirnya mendorong munculnya gerakan
reformasi untuk mengakhiri kekuasaan orde baru.
Pada masa reformasi, lahirnya berbagai dokumen HAM yang lebih baik. Dokumen itu meliputi
UUD 1945 hasil amendemen, Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, UU No.
39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan UU No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak
Asasi Manusia.
Wawasan Nusantara

Wawasan nasional merupakan cara pandang bangsa terhadap diri dan lingkungan tempat
hidup bangsa yang bersangkutan. Cara bangsa memandang diri dan lingkungannya tersebut
sangat mempengaruhi keberlangsungan dan keberhasilan bangsa itu menuju tujuannya
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia terhadap diri dan bentuk
geografinya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dengan menghargai dan mengutamakan
kebhinekaan dalam mencapai tujuan nasional.

Secara etimologis kata Wawasan Nusantara berasal dari bahasa Jawa, yaitu Wawas, Nusa, dan
Antara. Arti kata wawas adalah Pandangan, Tinjauan, Penglihatan Indrawi. Kata Nusa berarti
pulau atau kesatuan kepulauan, sedangkan Antara berarti dua benua dan dua samudera.

Sehingga pengertian Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia terhadap
kesatuan kepulauan yang berada di antara dua benua (benua Asia dan Australia) dan dua
samudera (samudera hindia dan pasifik).
KETAHANAN NASIONAL

Hakekat ketahanan nasional adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat
menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara.
ketahanan adalah suatu kekuatan yang membuat suatu bangsa dan negara dapat bertahan,
kuat dalam menghadapi ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan.

Asta Gatra dikembangkan oleh Lemhanas. Bahwa kekuatan nasional Indonesia dipengaruhi oleh
delapan unsur terdiri dari tiga unsur alamiah (tri gatra) dan lima unsur sosial (panca gatra)

Unsur-unsur ketahanan nasional model Indonesia terdiri atas delapan unsur yang
dinamakan Asta Gatra (delapan gatra), yang terdiri dari Tri Gatra (tiga gatra) alamiah dan Panca
Gatra (lima gatra) sosial. Unsur atau gatra dalam ketahanan nasional Indonesia tersebut,
sebagai berikut;

Tiga aspek kehidupan alamiah (tri gatra) yaitu:

1) Gatra letak dan kedudukan geografi

2) Gatra keadaan dan kekayaan alam

3) Gatra keadaan dan kemampuan penduduk

Lima aspek kehidupan sosial (panca gatra) yaitu:

1) Gatra ideologi

2) Gatra politik

3) Gatra ekonomi

4) Gatra sosial budaya (sosbud)

5) Gatra pertahanan dan keamanan (hankam) Ketahanan nasional meliputi ketahanan


ideologi, ketahanan politik, ketahanan ekonomi, ketahanan sosial budaya, dan ketahanan
pertahanan keamanan.

Gatra letak geografi atau wilayah menentukan kekuatan nasional negara. Hal yang
terkait dengan wilayah negara meliputi; Bentuk wilayah negara dapat berupa negara pantai,
negara kepulauan atau negara kontinental

1) Luas wilayah negara; ada negara dengan wilayah yang luas dan negara dengan wilayah yang
sempit (kecil)
2) Posisi geografis, astronomis, dan geologis negara

3) Daya dukung wilayah negara;

Sumber kekayaan alam dalam suatu wilayah baik kualitas maupun kuantitasnya sangat
diperlukan bagi kehidupan nasional. Oleh karena itu, keberadaannya perlu dijaga dan
dilestarikan. Hal-hal yang berkaitan dengan unsur sumber daya alam sebagai elemen ketahanan
nasional, meliputi:

1) Potensi sumber daya alam wilayah yang bersangkutan; mencakup sumber daya alam hewani,
nabati, dan tambang

2) Kemampuan mengeksplorasi sumber daya alam

3) Pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhitungkan masa depan dan lingkungan
hidup

4) Kontrol atau kendali atas sumber daya alam

Gatra penduduk sangat besar pengaruhnya terhadap upaya membina dan


mengembangkan ketahanan nasional. Gatra penduduk ini meliputi jumlah (kuantitas),
komposisi, persebaran, dan kualitasnya. Penduduk yang produktif, atau yang sering disebut
sebagai sumber daya manusia yang berkualitas, mempunyai korelasi positif dalam pemanfaatan
sumber daya alam serta menjaga kelestarian lingkungan hidup (geografi), baik fisik maupun
sosial.

Gatra ideologi menunjuk pada perangkat nilai-nilai bersama yang diyakini baik untuk
mempersatukan bangsa. Bangsa Indonesia yang bersatu sangat penting untuk mendukung
kelangsungan hidupnya. Hal ini dikarenakan Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki
keanekaragaman yang tinggi. Keadaan ini mempunyai dua peluang, yakni berpotensi
perpecahan, dan yang kedua berpotensi sebagai kekayaan bangsa, menumbuhkan rasa
kebanggaan, dan bersatu. Unsur ideologi diperlukan untuk mempersatukan bangsa yang
beragam ini. Bagi bangsa Indonesia, nilai bersama ini tercermin dalam Pancasila.

Gatra politik berkaitan dengan kemampuan mengelola nilai dan sumber daya bersama
agar tidak menimbulkan perpecahan tetap stabil dan konstruktif untuk pembangunan. Politik
yang stabil akan memberikan rasa aman serta memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional.
Pada gilirannya keadaan itu akan memantapkan ketahanan nasional suatu bangsa. Gatra politik
ini nantinya diwujudkan dalam sistem politik yang diatur menurut konstitusi negara dan
dipatuhi oleh segenap elemen bangsa.

Gatra ekonomi. Ekonomi yang dijalankan oleh suatu negara merupakan kekuatan
nasional negara yang bersangkutan terlebih di era global sekarang ini. Bidang ekonomi
berperan langsung dalam upaya pemberian dan distribusi kebutuhan warga negara. Kemajuan
pesat di bidang ekonomi tentu saja menjadikan negara yang bersangkutan tumbuh sebagai
kekuatan dunia. Contoh Jepang dan Cina. Setiap negara memiliki sistem ekonomi tersendiri
dalam rangka mendukung kekuatan ekonomi bangsanya. Ekonomi yang kuat tentu saja dapat
meningkatkan ketahanan eknomi negara yang bersangkutan.

Gatra sosial budaya. Dalam aspek sosial budaya, nilai-nilai sosial budaya, hanya dapat
berkembang di dalam situasi aman dan damai. Tingginya nilai sosial budaya biasanya
mencerminkan tingkat kesejahteraan bangsa baik fisik maupun jiwanya. Sebaliknya keadaan
sosial yang timpang dengan segala kontradiksi di dalamnya, memudahkan timbulnya
ketegangan sosial. Kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia disokong dengan baik oleh
seloka Bhinneka Tunggal Ika. Selama seloka ini dijunjung tinggi maka ketahanan sosial budaya
masyarakata relatif terjaga.

Gatra pertahanan keamanan Negara. Unsur pertahanan keamanan negara merupakan


salah satu fungsi pemerintahan negara. Negara dapat melibatkan rakyatnya dalam upaya
pertahanan negara sebagai bentuk dari hak dan kewajiban warga negara dalam membela
negara. Bangsa Indonesia dewasa ini menetapkan politik pertahanan sesuai dengan Undang-
Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Pertahanan negara Indonesia bersifat
semesta dengan menempatkan Tentara Nasional Indonesia sebagai komponen utama
pertahanan didukung komponen cadangan dan komponen pendukung, terutama dalam hal
menghadapi bentuk ancaman militer. Sedangkan dalam menghadapi ancaman nonmiliter,
sistem pertahanan menempatkan lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur
utama sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan didukung oleh unsur-
unsur lain dari kekuatan bangsa.
Ancaman

Ancaman adalah usaha yang bersifat mengubah atau merombak kebijaksanaan yang dilakukan
secara konsepsional melalui tindak kriminal dan politis.

Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang terorganisasi
yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
negara, dan keselamatan segenap bangsa.

Ancaman militer dapat berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri.
Beberapa macam ancaman dan gangguan pertahanan dan keamanan negara.
a. Dari luar negeri
Agresi, Pelanggaran wilayah oleh negara lain, Spionase (mata-mata), Sabotase, Aksi terror dari
jaringan internasional.

b. Dari dalam negeri


Pemberontakan bersenjata, Konflik horizontal, Aksi terror, Sabotase, Aksi kekerasan yang berbau
SARA
Gerakan separatis (upaya pemisahan diri untuk membuat negara baru), Pengrusakan lingkungan.

Ancaman nonmiliter adalah ancaman yang tidak menggunakan senjata tetapi jika dibiarkan akan
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.

2. Tantangan
Tantangan adalah hal atau usaha yang bertujuan untuk menggugah kemampuan.

3. Hambatan
Hambatan adalah usaha yang berasal dari diri sendiri yang bersifat atau bertujuan untuk
melemahkan atau menghalangi secara tidak konsepsional.

4. Gangguan
Gangguan adalah hal atau usaha yang berasal dari luar yang bersifat atau bertujuan melemahkan
atau menghalangi secara tidak konsepsional (tidak terarah).
Demokrasi
Secara etimologis, demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu demos yang berarti
rakyat dan cratos atau cratein yang berarti pemerintahan atau kekuasaan. Jadi, demos-cratein
atau demos-cratos berarti pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat
Demokrasi dapat dipandang sebagai salah satu bentuk pemerintahan, sebagai sistem
politik, dan sebagai pola kehidupan bernegara dengan prinsip-prinsip yang menyertainya
Demokrasi Pancasila dalam arti luas adalah kedaulatan atau kekuasaan tertinggi ada
pada rakyat yang dalam penyelenggaraannya dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila. Demokrasi
Pancasila dalam arti sempit adalah kedaulatan rakyat yang dilaksanakan menurut hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Konstitusi Indonesia juga bersifat
membatasi kekuasaan pemerintahan dan menjamin hak-hak dasar warga negara.

Anda mungkin juga menyukai