Anda di halaman 1dari 17

“KULTUS YANG MEMBINASAKAN”

Hukum Taurat Kedua dan Kekristenan Masa Kini

Pendahuluan

Firman Tuhan tidak pernah berubah dari dulu sampai selama-lamanya. Firman-Nya
selalu relevan dan dinamis dalam segala masa. Termasuk Taurat atau Pentateukh atau yang
lebih dikenal dengan 10 perintah Allah yang diberikan oleh Tuhan kepada Musa di atas
gunung Sinai. Hukum Taurat telah menjadi pembimbing bangsa Israel selama kurang lebih
1400 tahun sampai datangnya Yesus Kristus dan sebagian bangsa Yahudi pun masih
memegang teguh Taurat ini sebagai pedoman utama dalam hidup mereka. Ini salah satu
indikator yang menunjukkan bahwa Firman Tuhan tetap terpelihara meskipun banyak usaha
untuk memusnahkan bangsa pilihan Tuhan yang datang dari bangsa-bangsa lain dengan
kepentingan dan tendensinya masing-masing.
Dengan membahas hal ini, bukan berarti kita sedang berusaha untuk “menghidupkan”
kembali sistem Taurat dalam kehidupan kita sekarang. Sekarang kita telah berada di bawah
kasih karunia Kristus dan hukum Taurat itu telah disempurnakan oleh Yesus Kristus. Namun,
kita akan mencoba untuk mengekstrak kebenaran yang ada di dalam hukum tersebut. Apa
yang ingin disampaikan Tuhan kepada bangsa Israel dan apa esensi dari hukum itu sendiri?
Tentu hasil ekstraksi ini masih sangat relevan dengan masa kini karena sifat Allah yang tidak
berubah. Sifat Allah bisa kita ketahui apabila kita mengetahui setiap esensi dari perintah-
perintah-Nya secara tepat. Sebagai contoh, Tuhan memerintahkan kita untuk jangan saling
membunuh. Hal itu bukan berarti Tuhan takut kehilangan jumlah manusia, tetapi Tuhan
adalah Pribadi yang ingin melindungi setiap kehidupan umat-Nya. Ia ingin setiap umat-Nya
hidup bersama dengan damai. Di sini kita dapat menangkap esktraksi sebenarnya dan
menghubungkannya dengan sifat Allah itu sendiri, yaitu Allah yang mencintai setiap jiwa dan
kedamaian.
Seperti halnya dengan hukum yang kedua yang sebentar lagi akan kita bahas. Ada
esensi yang luar biasa yang dapat kita implikasikan dalam kehidupan kita di masa post-
modern ini. Di mana suasana dunia semakin fasik dan kasih manusia terhadap Tuhan dan
sesamanya menjadi begitu dingin. Orang tidak mengasihi Tuhan secara proporsional tetapi
mereka mulai menggantikan gambaran Tuhan dengan “kultus-kultus” yang mereka anggap

1
dapat mewakili Tuhan. Ini sebuah hal yang berbahaya dan membinasakan. Mengapa
membinasakan? Apa saja “kultus-kultus” tersebut? Mari kita simak pembahasan berikut.

2
Pembahasan

Definisi dan Penjabaran Hukum Kedua Dalam Konteks PL


Perbedaan Antara Pribadi dan Cara Menyembah

“Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di
atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN,
Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada
anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang
membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu
mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.”1

Untuk mengawali pembahasan, kita mulai dengan kutipan ayat perintah kedua dari
Tuhan. Kutipan di atas kita kenal dengan perintah Allah yang kedua. Perintah ini merupakan
kelanjutan dari perintah pertama yaitu jangan ada allah lain di hadapan Tuhan. Perintah Tuhan
ini diberikan kepada umat Israel sebagai “warning” bahwa mereka akan berhadapan dengan
bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah dan memiliki cara ibadat yang tidak sesuai dengan
keinginan Tuhan. Sebagai contoh, penyembahan terhadap dewa Molokh yang
mempersembahkan anak laki-laki, penyembahan terhadap dewa Dagon, Asyera, Baal,
Asytoret, dll. Bangsa Israel diberi koridor yang jelas bahwa jika mereka berhadapkan dengan
bangsa-bangsa tersebut, mereka telah memiliki ketetapan sendiri dan diharapkan tidak
melakukan hal yang serupa. Seperti menyembah dewa-dewi orang Kanaan dan membuat
patung-patung berhala.
Permasalahannya, sekilas kedua perintah terlihat sebagai perintah yang mirip. Sebab,
allah lain di hadapan Tuhan pun dapat diwakili dengan patung seperti yang tertulis pada
perintah yang kedua. Dalam pemikiran kita, sering kita mengasosiasikan patung buatan
manusia sebagai “allah lain” yang kita sebut sebagai berhala. Dan berhala adalah “allah lain”
yang tidak boleh disembah. Namun, sebenarnya kedua perintah ini memiliki dua makna yang
berbeda.
Dalam perintah yang pertama, yang dipermasalahkan adalah : Siapa Tuhanmu? Siapa
yang kau sembah? Siapa yang kau percayai? Sedangkan dalam perintah yang kedua yang

1
Keluaran 20:4-6
3
dipermasalahkan adalah : Bagaimana cara menyembah Tuhan? Bagaimana cara
menghormati Tuhan? Jadi, sebenarnya, pokok atau definisi, atau esensi dalam perintah kedua
adalah berbicara mengenai larangan membuat kultus, ibadah, liturgi, upacara, atau cara
menyembah Allah yang tidak dikehendaki Allah. Kalau hukum pertama lebih berbicara
mengenai TUHAN lah yang menjadi satu-satunya Tuhan bagi orang Israel. Tuhan hendak
menegaskan bahwa hanya TUHAN yang telah menyatakan diri-Nya kepada Musa dan
menyertai bangsa Israel di padang gurun lah yang layak untuk disembah. Tidak boleh ada
allah lain atau ilah lain yang boleh menggantikan TUHAN.
Sedangkan pada hukum yang kedua, Tuhan hendak menjelaskan bahwa jangan
menyembah Aku dengan patung atau gambaran apapun yang ada di bumi ini. Karena,
gambaran Tuhan adalah gambaran yang agung yang tidak bisa diwakili oleh apapun juga
selain oleh Diri-Nya sendiri, sebagaimana Tuhan menyatakan diri-Nya kepada Musa dan
menjawab bahwa “AKU adalah AKU.”
Contoh yang paling jelas dapat menggambarkan pelanggaran dari hukum kedua ini
adalah pada saat Harun membuatkan bagi bangsa Israel sebuah patung lembu emas yang
dianggap mewakili Tuhan.

Keluaran 32:4 “Diterimanyalah itu dari tangan mereka, dibentuknya dengan pahat,

dan dibuatnyalah dari padanya anak lembu tuangan. Kemudian berkatalah mereka:
"Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!"

Harun tidak bermaksud untuk membuat patung itu sebagai ilah baru bagi bangsa
Israel. Dari pernyataannya di atas, Harun hanya hendak memberi representasi dari Tuhan
dalam bentuk yang dapat dilihat oleh bangsa Israel. Sehingga, anak lembu itu dapat
memimpin mereka menggantikan Musa yang sedang berada di atas gunung Sinai dan
dianggap telah mati. Setelah itu dapat kita temukan bahwa Tuhan marah dan Musa turun
untuk menghancurkan patung lembu itu dan menggilingnya sampai halus dan diberikan
kepada orang Israel untuk diminum.
Contoh lainnya ada di 1 Raja-Raja 12:25-33 pada saat Yerobeam mendirikan dua
patung anak lembu emas di Betel dan Dan, dan menyuruh orang Israel menyembah ke patung
itu, mempersembahkan korban, dan membuat hari raya seperti yang ada di Yehuda dan ia
memperkenalkan patung itu sebagai allah yang membawa mereka keluar dari Mesir.
Yerobeam hendak memisahkan orang Israel utara dan Yehuda dengan cara membuat ibadah
4
tersendiri, sehingga rakyatnya tidak perlu ke Yerusalem untuk beribadah. Yerobeam juga
tidak bermaksud untuk menyembah allah lain selain Yahweh, namun ia menggunakan cara
ibadah lain yang tidak dikehendaki oleh Tuhan yaitu melalui kultus atau perantara.
Pengantaraan atau kultus terbukti tidak diinginkan oleh Tuhan. Ia ingin umat-Nya secara
langsung bertemu dengan Pribadi-Nya sebab Ia hidup.
Dalam perintah yang kedua ini, terdapat beberapa unsur atau ekstraksi dari perintah ini
yang ditujukan langsung kepada umat Allah, yakni:
a. Manusia dilarang mematungkan Allah dalam bentuk dan cara bagaimanapun juga.
Sebab gambaran apapun di dalam bumi ini tidak ada yang dapat mewakili
gambaran Sang Ilahi.
b. Manusia dilarang sujud menyembah kepada patung-patung, dilarang berdoa pada
patung-patung tersebut, dan memohon kepadanya.
c. Mengadakan kebaktian yang salah adalah dosa kolektif (kelompok) yang
akibatnya akan diderita turun-temurun dan pada akhirnya mendatangkan
kebinasaan. Dalam hal ini kita mengerti mengapa banyak orang menyembah di
kuil-kuil dan patung-patung berabad-abad lamanya sampai sekarang. Semua
karena penerusan kepada generasi selanjutnya secara besar-besaran.

Mengapa Harus Patung?


Setiap perbuatan pasti ada motif yang melatarbelakanginya. Kalau ditanya mengapa
manusia dan umat Tuhan khususnya pada zaman Perjanjian Lama memilih patung untuk
dijadikan figur Allah maka kita menemukan beberapa motif, yaitu :
a. Manusia selalu memiliki hasrat untuk memberi sujud kepada ilah dengan sebuah
“lambang”. Dengan kata lain, manusia ingin sesuatu yang dapat terlihat dan
dikagumi. Dengan adanya lambang terhadap Allah, maka manusia merasa akan
dapat merasakan kehadiran Allah dan hormat kepada-Nya karena dapat dilihat.
Manusia yang jatuh ke dalam dosa adalah entitas yang melihat dan cenderung
memberi nilai tinggi kepada benda-benda materiil sebab sudah menyimpang dari
rancangan Allah yang semula kepada mereka.
b. Manusia percaya bahwa dewa atau suatu ilah ingin mewujudkan dirinya ke dalam
bentuk sebuah patung. Sehingga patung atau lambang tersebut memiliki kekuatan.
Banyak kepercayaan yang dapat kita temui bila sebuah patung atau lambang
diletakkan di tengah-tengah umat pada saat beribadah, umat akan merasa bahwa

5
sang ilah yang dipuja hadir di tengah-tengah mereka, yang diwakili oleh figur
patung tersebut. Dalam hal ini, yang dirusak adalah pola pikir si manusia tersebut.
Manusia merasa sebuah ilah lebih hebat dan lebih berkenan bertahta bila
dilambangkan dengan patung atau lambang tertentu yang dilapis emas, perak, atau
tembaga dan didandani dengan bentuk yang perkasa.
c. Motif ketiga adalah, manusia yang oportunis cenderung ingin memperalat Tuhan.
Tentu secara tersirat manusia tidak akan berkata bahwa ia ingin memperalat
Tuhan, namun dalam setiap tindakannya manusia cenderung membawa
kepentingannya kepada sang Ilahi untuk diselesaikan atau dibantu. Penggambaran
melalui patung atau lambang tertentu, akan membantu manusia dalam meminta
bantuan dari Tuhan seakan-akan akan lebih mudah dikabulkan dan didengar
doanya.

Mengapa Tuhan Marah Kepada Patung Untuk Memuja Diri-Nya?


Muncul lagi satu pertanyaan mendasar, mengapa Tuhan marah jika manusia
menggunakan patung itu sebagai mediator untuk menyembah Tuhan. Manusia dapat berdalih
“kami menggunakan ini toh untuk menyembah Tuhan.” Untuk menjawab ini, kita harus
mengupas satu hal yang mengherankan yang dikatakan Tuhan setelah ia memberitahu bahwa
bangsa Israel tidak boleh membuat patung. Di ayat kelima, Tuhan menyatakan bahwa ia
adalah Allah yang cemburu.
“...sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu,...”
Kalimat ini sangat menarik. Tuhan memberikan gambaran tentang diri-Nya sendiri
sebagai Allah yang cemburu. Sebuah sifat yang baru yang dikenal oleh orang-orang Israel
pada zaman dahulu. Seperti yang kita ketahui, Israel sudah berada di tengah-tengah orang
Mesir yang tidak mengenal Tuhan selama berabad-abad dan bukan tidak mungkin bangsa
Israel sudah mengetahui sifat-sifat allah orang Mesir yang suka membantu orang Mesir atau
menghukum orang Mesir. Tetapi, belum pernah ada dewa yang “cemburu”. Tuhan yang
membawa mereka keluar dari Mesir adalah Tuhan yang pencemburu. Pasti ini sangat
mengherankan bagi mereka.
Ternyata, dalam pernyataan ini sebenarnya Tuhan hendak memberitahu bahwa Ia yang
menyatakan diri kepada bangsa Israel adalah suatu hal yang tiada bandingannya di bumi ini.
Hanya Dialah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, hidup ,dan benar-benar mengasihi
manusia. Ia menghendaki semua ciptaan-Nya berpaling kepada diri-Nya bukan kepada ilah

6
lain. Ia memiliki kehormatan yang tiada tara dan Ia tidak ingin kehormatan-Nya direbut oleh
suatu hal sekecil apapun karena Dialah Sang Pencipta Yang Maha Agung. Dia bisa dan
berhak cemburu karena Dialah Sang Pemilik segalanya.
Selain itu menurut Dr. Verkuyl, ada tiga hal mendalam yang menjadi pemicu
kecemburuan Tuhan :2
a. Mematungkan atau menggambarkan Allah Yang Esa agar dapat menjadi kultus
adalah suatu yang mustahil. Karena tidak ada satu pun lambang di bumi ini yang
dapat mewakili Allah. Sebab, Allah adalah Roh (Yoh. 4:24). Roh tidak dapat
diwujudnyatakan dengan bentuk apapun. Yesus satu-satunya gambar Allah yang
tidak kelihatan yang menyatakan eksistensi Allah (Kol. 1:15).
b. Penyembahan kepada Allah melalui patung itu adalah usaha untuk
memutarbalikkan hubungan Allah dan Ciptaan-Nya. Kita tahu bahwa Allah
menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah. Maka orang yang berusaha
membuat patung agar dapat mewakili Allah adalah usaha menggambarkan Allah
dengan karyanya sendiri.
c. Allah melarang penyembahan patung itu, karena siapa yang memuja patung, tidak
tunduk kepada Allah melainkan mau memaksa allah buatan itu menuruti
kemauannya. Ini terbukti dari kisah Harun yang membuat patung anak lembu emas
untuk menyertai mereka di padang gurun. Mereka membawa kepentingan mereka
sendiri, bukan kepentingan Tuhan.

2
Dr. J. Verkuyl, Etika Kristen : Kapita Selekta (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1961), hal. 80-81
7
Definisi dan Relevansi Hukum Kedua Dalam Konteks PB

Definisi
Pada dasarnya, pada zaman PB terutama setelah reformasi, orang Kristen tidak lagi
berkiblat kepada patung-patung buatan manusia atau perlambangan seperti yang dilakukan
bangsa Israel dengan patung anak lembu emasnya, kalau pun ada golongan yang membuat
patung, mereka mengatakannya sebagai gambaran saja bukan untuk dipuja. Penyingkapan
terhadap firman mulai dibukakan terus menerus. Terutama mengenai cara penyembahan
terhadap Tuhan. Percakapan Yesus dengan perempuan Samaria menjadi landasan utama
penyembahan kepada Tuhan.

“ Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh
dan kebenaran." (Yoh.4:24)

Jika kita kaitkan hukum kedua yang berbunyi jangan membuat bagimu patung yang
menyerupai apapun untuk menyembah Tuhan dan Yohanes 4:24 maka, kita bisa mengambil
kesimpulan bahwa penyembahan yang sebenarnya dikehendaki Tuhan dari dahulu adalah
penyembahan yang berdasarkan roh dan kebenaran bukan melalui mediator apapun. Untuk
mengetahui apa maksud dari menyembah dalam roh dan kebenaran terutama dalam konteks
PB, terlebih dahulu kita harus mengetahui makna dari menyembah itu sendiri. Dalam PL, ada
dua kata yang digunakan untuk menyembah, yaitu shakah yang berarti ditekan,berlutut, dan
berbaring; dan saghadh yang menekankan sikap tubuh menyembah sujud dengan berbaring
di tanah. Sedangkan dalam Perjanjian Baru, kata menyembah menggunakan kata proskuneo
yang memiliki arti mencium atau tunduk. Dalam arti luasnya, arti proskuneo adalah memberi
nilai tinggi terhadap sesuatu atau seseorang. Kalau dikaitkan dengan menyembah dengan
Tuhan, artinya kita memberi nilai tertinggi kepada Dia. Menyembah dalam roh menunjuk
pada suatu penyembahan yang tidak terikat oleh ruang dan waktu dan dipimpin oleh Roh
Kudus serta tidak terikat oleh sistem dan aturan yang baku. Sedangkan menyembah dalam
kebenaran menunjuk penyembahan yang disertai dengan pengertian akan kebenaran Firman
Tuhan dan pengenalan yang mendalam kepada pribadi Tuhan Yesus sendiri. Dalam hal ini,
ibadah kepada Tuhan adalah sikap hati dan tidak diukur dari ritual atau tata cara upacara

8
agama melainkan dari seluruh tindakan dan perbuatan dalam hidupnya.3 Tuhan Yesus sama
sekali tidak mengajarkan bahwa saat beribadah ktia harus melipat tangan, menutup mata,
menghadap ke barat atau timur. Dalam seluruh pengajarannya, Ia menekankan sikap hati
yang terekspresi dalam tindakan yang mulia dan agung seperti diri-Nya.
Namun, ternyata dalam praktiknya masih saja ada kultus yang berkembang di dunia ini.
Kultus-kultus tersebut lahir dari ketidakmengertian seseorang terhadap kebenaran Tuhan dan
minimnya pengajar yang tegas untuk mengajarkan hal tersebut. Berikut adalah kultus-kultus
yang berkembang sepanjang sejarah gereja.

Antara Rohaniwan, Orang Kudus, dan Liturgi


Sejak bangsa Yahudi pulang dari pembuangan, mereka mengadakan reformasi besar-
besaran dalam bidang keagamaan mereka. Penyembahan berhala, bukit-bukit pengorbanan,
kawin campur, sudah dilarang dan dijauhi sejauh mungkin. Sejak saat itu bangsa Yahudi
menjadi bangsa yang ekstrem secara keagamaan dan begitu ketat kembali ke perintah Allah
yang semula. Sampai hadirnya Yesus Kristus di bumi ini dan menyempurnakan Taurat dalam
Diri-Nya sendiri. Gereja mula-mula berkembang pesat dengan semangat suci dari Tuhan.
Namun, tanpa sadar gereja mulai kehilangan prnsip-prinsip kebenaran seiring majunya
kekristenan dan kekristenan mendominasi sampai menjadi agama negara. Di sini agama
Kristen dikenal dengan Katolik. Pimpinan tertinggi adalah Paus dan Vatikan menjadi kiblat
dari kekristenan pada masa itu. Hal ini cukup merusak karena sejarah gereja mencatat bahwa
sistem “monopoli” ini melahirkan banyak kecacatan dalam hidup kekristenan, antara lain:
1. Muncul anggapan bahwa Paus dianggap tidak dapat bersalah dalam hal doktrin dan
moral dan dapat mengeluarkan perintah, amanat, dan sebagainya tanpa salah
(infallible). Padahal kita mengetahui bahwa manusia yang jatuh dalam dosa adalah
manusia yang dapat bersalah dan hanya Firman Tuhan lewat Alkitab lah yang tidak
bersalah. Perintah dan amanat yang disampaikan Tuhan lewat Alkitab seharusnya
sudah cukup untuk menafasi seluruh kehidupan kristiani dari masa ke masa.
2. Muncul kultus “pengantaraan” melalui Santa atau Santo termasuk yang terkenal di
antaranya adalah Santa Maria, ibu Yesus. Orang kudus ini dianggap dapat
mendoakan sesamanya dan Tuhan dapat mengabulkan doa yang dipanjatkan atas
Pengantaraan Yesus. Seperti yang kita ketahui, Pengantara kita hanyalah satu yaitu
Yesus Kristus, tidak boleh ada tambahan lain dengan menggunakan alasan apapun.
3
Dr. Erastus Sabdono, New Paradigm of Christian Living : Penyingkapan Hidup Kekristenan yang Sejati (Jakarta :
Rehobot Literatur, 2015) hal. 64
9
Manusia yang telah mati meskipun dia adalah santa atau santo adalah sama dengan
manusia lainnya yang satu kali mati dan dihakimi (Ibr. 9 : 27). Setiap orang mati
dan orang hidup terpisah dan tidak dapat berhubungan.
3. Muncul surat indulgensia yang dipercaya dapat menghapus dosa dengan membayar
sejumlah harga. Apabila koin yang dimasukkan sudah berdenting, maka dipercaya
bahwa satu roh orang yang mati telah berpindah dari maut ke surga. Ini sangat
berlawanan dengan kebenaran Injil. Setiap manusia memiliki pertanggungjawaban
atas hidupnya masing-masing. Dan harus memberi pertanggungjawaban secara
pribadi di hadapan Tuhan. Tidak ada hal yang dapat membantu manusia untuk
‘mudah’ masuk surga.
4. Tidak jarang terjadi penyiksaan dan pembunuhan bagi mereka yang tidak sepaham
dengan Gereja. Antara lain, pembakaran hidup-hidup, hukuman pendulum (orang
diikat dan digantung seperti bendera), hukuman kekang kuda, dll.

Namun, semua semakin pudar dengan terjadinya reformasi yang dipelopori oleh Martin
Luther dan kembali ditegakkannya pentingnya kembali ke ajaran Alkitab yang murni dan
meninjau ulang semua praktik ibadah dan penyembahan yang sudah ada.

Hukum Kedua dan Aplikasinya Dalam Etika Kekristenan Abad Ke-21


Di pendahuluan, kita telah mengetahui bahwa Firman Tuhan tetap relevan esensinya di
masa kapanpun. Termasuk di abad serba modern ini, yaitu abad ke-21. Kita telah banyak
belajar dari Perjanjian Lama dan sejarah gereja bagaimana umat Tuhan ‘jatuh-bangun’ dalam
kesalahan yang sama. Hanya saja, dalam Perjanjian Lama hukuman Tuhan langsung
dinyatakan kepada umat Israel untuk mendisiplinkan mereka dan pada zaman PB, Tuhan
seolah diam dan memperhatikan dari jauh.
Jika kita berbicara dalam konteks kekristenan, bahkan sampai saat ini pun masih terjadi
pengkultusan yang terselubung. Sudah jelas pengkultusan ini tidak berupa patung yang
menyerupai dewa-dewi atau binatang seperti yang ada di zaman Perjanjian Lama, sebab jika
seperti itu pasti akan mudah dikenali dan mudah untuk diajari untuk berbalik. Kesesatan
terselubung ini terbungkus rapi dalam selimut keagamaan. Orang menganggapnya wajar dan
tidak membinasakan. Tetapi, secara esensial sebenarnya hal ini sama berbahayanya dan
membinasakannya dengan pengkultusan yang dilakukan oleh umat Israel. Di pendahuluan
sudah dijanjikan bahwa kita akan membahas mengenai kultus yang ada di masa kini sebagai

10
penutup dan aplikasi dari hukum kedua di zaman ini. Mari kita lihat bersama dalam konteks
yang ada di Indonesia.

A. Kultus Hamba Tuhan


Berkembangnya aliran Pentakosta Karismatik di dunia, membawa angin segar bagi
kekristenan di dunia dan Indonesia tidak terluput dari hal ini. Banyak mujizat
kesembuhan, bahasa roh, dan nubuat yang terjadi yang membuat orang berdecak
kagum akan karya Tuhan. Hamba-hamba Tuhan yang dulunya dipandang sebelah
mata, sekarang menjadi ‘primadona’ dan dihormati di mana-mana. Penghormatan
kepada seorang hamba Tuhan tidak menjadi masalah, namun yang menjadi masalah
adalah ketika seorang jemaat Tuhan tergantung kepada sang Hamba Tuhan dalam
segala hal yang berhubungan dengan kerohanian. Saat sakit panggil pendeta untuk
didoakan, saat terpuruk secara finansial minta didoakan, saat mengalami masalah
yang besar mencari pendeta agar didoakan. Kalau tidak bertemu dengan pendeta
tersebut rasanya penyakit dan masalahnya tidak akan diselesaikan oleh Tuhan.
Pendeta ini seakan menjadi mediator antara jemaat ini dan Tuhan. Tidak ada yang
salah dengan hal ini bagi orang Kristen yang belum dewasa. Namun, seorang
pendeta atau hamba Tuhan tidak boleh membiarkan hal ini terus menerus supaya ia
dicari-cari dan dibutuhkan agar ia menjadi terkenal dan kalau bisa mendapatkan
keuntungan dari jemaat tersebut. Hamba Tuhan yang benar tidak akan mencari
keuntungan dari jemaatnya melainkan mendewasakannya sampai ia dapat
menemukan Tuhan sendiri. Hamba Tuhan tidak boleh bertindak dan bangga menjadi
seorang ‘mediator’ antara jemaat dan Tuhan. Hamba Tuhan hanyalah ‘mentor’
untuk membimbing orang sampai dapat bertemu dengan Tuhan secara pribadi.
Hamba Tuhan tidak boleh ‘betah’ dicari-cari apalagi menikmati hal tersebut karena
ingin mendapatkan amplop atau bantuan. Hamba Tuhan harus memiliki tekad
seperti Paulus yang mempertunangkan jemaat kepada Kristus secara langsung dan
tidak mengambil keuntungan dari kelemahan jemaat dalam kerohanian. Yang pada
akhirnya akan membawa semua orang menjadi hamba Tuhan sejati yang dapat
berinteraksi langsung dengan Tuhan melalui perantaraan Yesus Kristus saja.

11
B. Kultus Gereja dan Atribut Keagamaan
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang memiliki warna religius yang cukup
kental sehingga atribut-atribut dan gedung-gedung agama dijunjung tinggi.
Malahan, ada pandangan yang menyatakan bahwa gereja dan beberapa atribut
keagamaan adalah benda yang suci yang tidak boleh disentuh sembarangan dan
harus diperlakukan dengan spesial. Tanpa sadar, masyarakat kita sedang menaruh
nilai tinggi kepada benda materiil yang sama artinya mereka sedang mencoba
menyembah Tuhan melalui media tersebut. Hal ini terjadi akibat ketidakmengertian
jemaat dan hamba Tuhan setempat mengenai hal ini. Akhirnya, pola pikir jemaat
menjadi mistik dan picik terhadap benda tertentu. Gereja pun tak luput menjadi
suatu kultus. Ada yang berpandangan bahwa di gereja ‘A’ lebih ada hadirat Tuhan
daripada gereja ‘B’. Gereja ‘A’ lebih dipakai Tuhan daripada gereja ‘B’. Ini semua
adalah penyesatan yang terselubung dan hampir tidak ada yang menyadarinya.
Seharusnya, kita mengetahui bahwa semua tempat adalah suci, semua tempat
memiliki hadirat Tuhan sebab Tuhan hadir di mana saja. Tidak perlu memberi nilai
tinggi kepada sebuah benda seakan-akan itu barang suci dan sakti yang dapat
membantu meskipun itu adalah sebuah Alkitab atau kalung salib. Semua gereja
dipakai oleh Tuhan sesuai kehendak dan kerelaan Tuhan. Tidak boleh ada
pandangan yang mengecilkan satu gereja daripada gereja yang lain. Gereja
merupakan pusat pengajaran, bukan pusat pelayanan atau pusat mencari Tuhan. Di
manapun kita harus bertemu Tuhan sebab Tuhan selalu beserta kita. Gereja hanya
sebuah gedung tempat perkumpulan bersama-sama saudara seiman dan belajar
kebenaran Firman Tuhan. Gereja yang sejati adalah setiap individu yang diubahkan
dan dibawa keluar dari dunia ini menuju terang-Nya yang ajaib.

C. Kultus Liturgi
Lagu, musik, dan suasana dari sebuah gereja pun tak jarang menjadi kultus bagi
sebagian orang. Jika lagu dan musiknya tidak pop atau rock rasanya Tuhan tidak ada
disitu dan kurang menghadirkan Tuhan. Jika suasananya kurang syahdu atau ribut
rasanya tidak ada Tuhan disitu. Jika seseorang merasa dengan bernyanyi dan
memuji Tuhan dengan pujian atau liturgi rasanya sudah menyembah Tuhan ini
sangat berbahaya. Tanpa liturgi yang menarik rasanya tidak dapat bertemu dengan
Tuhan. Pandangan ini sangat keliru dan harus dipatahkan. Tanpa sadar, liturgi telah

12
menjadi sebuah kultus yang menggantikan Tuhan. Sangatlah keliru jika kita menilai
kualitas penyembahan dan kehadiran Tuhan dari lagu dan alunan musik yang
dimainkan. Di surga ada banyak malaikat yang lebih pintar dan lebih pintar untuk
memuji Tuhan dengan alat musik. Kita tidak boleh menjadikan musik, lagu, atau
suasana gereja menjadi indikator bahwa penyembahan terhadap Tuhan naik atau
tidak. Kualitas penyembahan kita terletak pada kesungguhan hidup kita kepada
Tuhan. Semakin dalam hubungan kita dengan Tuhan setiap hari, penyembahan kita
akan semakin harum di hadapan Tuhan. Liturgi, lagu, dan musik hanya sebagai
stimulus, pengantar, dan pendukung kita dalam bertemu Tuhan. Tanpa musik dan
lagu seperti di gereja pun kita harus dapat bertemu dengan Dia setiap saat. Jangan
mengagung-agungkan lagu-lagu, musik atau sebuah liturgi dan merasa sudah
menyembah Tuhan jika hanya memuji-muji-Nya lewat liturgi dan nyanyian lidah
kita.

Mengenal Allah Jalan Menuju Ibadah Yang Benar


Ada beberapa langkah supaya seseorang dapat mengenal Kebenaran Allah :
1). Kebenaran-kebenaran Allah hanya dapat dipahami oleh seseorang yang telah lahir baru
(Yoh. 3:1-12 ; 1 Kor. 2:14; Mat. 9:16-17).
2). Kebenaran-kebenaran Allah dapat dikenal tidak cukup melalui pengertian-pengertian akali
(rasio) semata-mata (Yoh. 8:30-32). Jadi pengertian seseorang akan Allah bertumbuh seiring
dengan pergumulan hidup.
3). Kebenaran-kebenaran Allah harus dipelajari dengan hati yang haus dan lapar akan
kebenaran (Mat. 5:6).

4). Kebenaran-kebenaran Allah dapat dimengerti oleh orang-orang yang memiliki kepribadian
yang mudah dibentuk (Mat. 18:3 ; Mat. 5:3,5; 1, Yak. 1:21), dan yang dimiliki ialah
keredahan hati.
5). Kebenaran-kebenaran Allah dapat dimengerti oleh orang-orang yang rela dapat dimengerti
oleh orang-orang yang rela menanggalkan segala konsep “lama” atau menolak konsep dunia
dengan segala hikmatnya. (1 Kor. 1:21 ; Rom. 12:2).
6). Kebenaran-kebenaran Allah dapat dimengerti oleh orang-orang yang rela menanggalkan
sikap negative dalam hidupnya. (1 Pet 2:1-3).
7). Kebenaran-kebenaran Allah dapat dipahami oleh orang yang menerima pimpinan Roh
Kudus. (Yoh. 16:13 , 1 Yoh. 2:27).
13
Pada intinya, larangan untuk membuat kultus apapun di hadapan Tuhan bertujuan
agar manusia mencari Dia dengan tulus dan langsung. Tuhan tidak ingin diri-Nya digantikan
atau diwakilkan dengan apapun dan kemudian kita sujud menyembah terhadap benda
tersebut. Semua materi di bumi ini adalah ciptaan dari Tuhan, masakan kita mau
menggunakan materi tersebut untuk menyembah Sang Penciptanya? Tidak ada yang dapat
mewakili diri Tuhan selain Tuhan itu sendiri. Kehadiran-Nya begitu nyata dan tidak perlu
diragukan. Sebab penyembahan menggunakan kultus dimulai dari keragu-raguan dan
ketidakpercayaan seseorang akan kehadiran Tuhan. Di saat keraguan itu muncul, muncul
jugalah kecurigaan terhadap Tuhan yang tidak terlihat yang pada akhirnya manusia mulai
mencari jalan keluar dengan mencari gambaran atau mediator untuk berhubungan dengan
Tuhan. Ingat, tidak ada yang dapat menjadi mediator kita kepada Bapa di Surga selain Tuhan
Yesus Kristus. Segala hormat dan kemuliaan hanya bagi Pribadi-Nya.

14
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan
Tuhan tidak mau diriNya disembah melalui patung-patung atau hal lainnya. Tuhan
mau kita menyembah didalam Roh dan Kebenaran. Bagaimana cara kita hidup, bagaimana
cara kita mengambil keputusan, bagaimana cara kita melihat dan menyelesaikan masalah-
masalah yang ada didalam kehidupan kita? Sejauh mana kita melibatkan Dia didalam segala
aspek kehidupan kita? Dia mau kita tidak berfokus kepada hal-hal lainnya yang bertentangan
dengan keinginanNya seperti patung-patung atau berhala lainnya, karena Dia adalah Allah
yang cemburu, tidak ada satu hal pun didalam dunia ini yang dapat menggambarkan diriNya,
tidak ada satu hal pun atau siapapun didalam dunia ini yang pantas untuk disembah selain
Yesus Kristus sendiri.
Bahkan dalam wujud yang dapat kita lihatpun tidak dapat mendeskripsikan Dia secara
sempurna. Tuhan mau kita mengerti bahwa penyembahan yang sejati, penyembahan yang
berkenan kepadaNya adalah disaat kita menyerahkan seluruh kehidupan kita, untuk dipimpin
oleh RohNya, menghidupi kebenaranNya dan menjadi saksi bagi orang banyak diluar sana
yang belum mengetahui secara benar tentang kebenaran yang kita alami dan ketahui.
WujudNya tidak dapat digantikan dengan apapun karena Dia adalah Roh, karena itu kita
hanya dapat menyembahNya didalam Roh dan kebenaran hidup kita dihadapanNya.

Saran
Jika di masa Perjanjian Lama sebuah kultus dilambangkan dengan patung atau
lambang tertentu, maka hal ini mudah untuk dideteksi dan dijauhi oleh manusia. Namun, jika
dalam konteks masa kini terutama di kalangan orang percaya, muncul kultus-kultus yang
tidak mudah untuk dideteksi oleh mata manusia. Karena kultus-kultus atau cara-cara
penyembahan yang sebenarnya tidak sesuai dengan keinginan Tuhan ini dibungkus dengan
kemasan ibadah yang baik dan kelihatan wajar di mata manusia. Untuk itu, kita perlu berhati-
hati terhadap segala ibadah kita. Kita harus mengenali diri kita dan siapa yang kita sembah.
Untuk ini, kita perlu belajar kebenaran Firman dengan sungguh dan teliti. Tidak boleh
terpaku hanya dari satu pandangan teolog yang telah lama ada. Diperlukan sikap jujur dan
terbuka terhadap penyembahan kita terhadap Tuhan. Apakah kita sudah menyembah Tuhan

15
dengan benar atau masih ada kultus-kultus lain dalam diri kita? Entahkah itu seorang pendeta,
gedung gereja, musik, alat musik, atau lagu-lagu. Jika kita masih bergantung pada doa
pendeta, tempat beribadah, maupun musik-musik tertentu maka kita harus berbenah diri. Kita
harus jujur dengan diri kita sendiri. Jangan sampai kita menipu diri kita sendiri dengan kultus-
kultus yang sebenarnya tidak dikehendaki Tuhan. Sebab kehadiran Tuhan tidak dapat dibatasi
dengan hal-hal fisik yang ada. Karena Ia adalah Roh dan barangsiapa ingin menyembah-Nya
harus menyembah dalam Roh dan Kebenaran. Tidak terikat ruang, waktu, dan media. Segala
kemuliaan hanya bagi Tuhan. Mari periksa diri kita dan belajar Alkitab dengan sungguh !

16
DAFTAR PUSTAKA

Verkuyl, J. 1961. Etika Kristen : Kapita Selekta. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Situmorang, Jonar. 2014. Sejarah Gereja Umum:Perjalanan Gereja dari Masa ke Masa.
Yogyakarta : Penerbit Andi.

Sabdono, Erastus. 2015. New Paradigm of Christian Living : Menyingkap Hidup


Kekristenan yang Sejati. Jakarta: Rehobot Literature.

Sabdono, Erastus. 1998. Memahami Sepuluh Perintah Allah. Jakarta: Solagracia.

Abineno, Ch. 1994. Sekitar Etika dan Soal-soal Etis. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Dufour, Xavier Leon. 1990. Ensiklopedi Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius.

Tapiheru, George dan Stephano Ambesa. 2009. Diktat: Teologi Pentakosta dan Etika.
Jakarta: ITKI Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai