Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN DOMISILI DENGAN PERTUMBUHAN PADA

ANAK DENGAN THALASEMIA

Sulsila Ilmi1)Oswati Hasanah2)Bayhakki3)

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau1


Departemen Keperawatan Komunitas Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau2
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau3
susila_ilmi@yahoo.com, 085265621975

Abstract

The aim of this study was to determine the correlation between gender and domicile with growth of children with
Thalassemia. This study used correlation method with cross sectional approach. Total sampling method was used to
recruit 44 respondents in Thalassemia Center atArifin Achmad General Hospital. The data were analyzed by univariate
and bivariate.Chi Square test showed that most of respondents (72.3%) were in school age (6-12 years old), 54.5% are
male, 73.7% are primary school students, 54.5% domiciled in Pekanbaru, 52.2% had lenght of thalassemia diagnose 1
until 5 years, and 65.9% in normal growth category. There were no correlation between gender (p value=0.400) and
domicile (p value=0.400) with growth of children with Thalassemia. Based on this result, it is recommended for
hospital to make some policies related to gender and domicile for children with thalassemia.

Keywords : Gender, domicile, growth


References : 21 (2004-2014)

PENDAHULUAN Apabila dirawat biasanya mereka dapat


bertahan hidup antara 1-8 tahun (Yayasan
Thalasemia adalah penyakit yang Thalasemia Indonesia, 2008).
disebabkan oleh kelainan gen autosom pada Menurut WHO (2012), kurang lebih 7%
gen kromosom ke 16 pada alfa thalasemia dan dari penduduk dunia mempunyai gen
kromosom ke 11 pada thalasemia (Muncie & thalasemia dimana angka kejadian tertinggi
Campbell, 2009). Thalasemia merupakan sampai dengan 40% kasusnya adalah di Asia.
suatu penyakit genetik yang diderita seumur Penderita penyakit thalasemia di Indonesia
hidup akan membawa banyak masalah bagi tergolong tinggi dan termasuk dalam negara
penderitanya. Mulai dari kelainan darah yang berisiko tinggi, setiap tahunnya 3.000
berupa anemia kronik akibat proses hemolisis, bayi yang lahir berpotensi terkena thalasemia.
sampai kelainan berbagai organ tubuh baik Prevalensi carrier (pembawa sifat) thalasemia
sebagai akibat penyakitnya sendiri ataupun di Indonesia mencapai sekitar 3-8%, jika
akibat pengobatan yang diberikan (Bulan, diasumsikan terdapat 5% carrier dan angka
2009). kelahiran 23 per mil dari total populasi 240
Saat ini penderita thalasemia lebih juta jiwa, maka diperkirakan terdapat 3000
banyak ditemukan pada anak laki-laki yang bayi penderita thalasemia setiap tahunnya.
berumur 6-15 tahun disebabkan adanya gejala Menurut Wibowo (2010), jumlah ini akan
klinis thalasemia yang sebenarnya sudah meningkat drastis menjadi 22.500 orang pada
dapat diperiksa pada umur 2 tahun, tetapi tahun 2020.
penderita baru datang berobat pada umur 4-6 Data yang di peroleh dari Perhimpunan
tahun karena adanya gejala seperti semakin Yayasan Thalasemia Indonesia menunjukkan
pucat yang mengakibatkan penderitanya bahwa hingga Juni 2008, di RSCM telah
memerlukan transfusi darah secara berkala merawat 1.433 pasien. Sejak 2006 sampai
seumur hidup. Lama rawatan thalasemia ini 2008 rata-rata pasien baru thalasemia
bervariasi dimana yang paling singkat adalah meningkat sekitar 8%, dan diperkirakan
1 hari dan yang paling lama adalah 25 hari. banyak kasus yang tidak terdeteksi, sehingga

620
penyakit ini telah menjadi penyakit yang penyakit kronik tergantung cara anak
membutuhkan penanganan yang serius memahami dirinya, penyakitnya, pengobatan
(Yayasan Thalasemia Indonesia, 2009). yang diterimanya dan kematian. Perawatan
Penyakit thalasemia ini juga yang lama dan sering di rumah sakit, tindakan
menimbulkan masalah tumbuh pada anak. pengobatan yang menimbulkan rasa sakit dan
Penderita mengalami gangguan fisik seperti pikiran tentang masa depan yang tidak jelas,
gangguan pertumbuhan dan malnutrisi, kondisi ini memiliki implikasi serius bagi
dimana berat badan menurut umur dibawah kesehatannya sehubungan dengan kualitas
persentil 50 dengan mayoritas gizi buruk hidupnya (Bulan, 2009).
(Bulan, 2009). Hidayat (2006) dalam Berdasarkan data dari Rumah Sakit
penelitiannya menemukan bahwa 2,7% Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad
penderita thalassemia digolongkan ke dalam Pekanbaru, diketahui jumlah pasien anak
gizi baik, 64,1% digolongkan ke dalam gizi dengan thalasemia pada tahun tahun 2011
kurang dan 13,2% digolongkan ke dalam gizi sebanyak 37 orang, tahun 2012 sebanyak 47
buruk. orang dan tahun 2013 sebanyak 57 orang.
Pada penelitian pertumbuhan anak yang Berdasarkan laporan tersebut terlihat jelas
pernah dilakukan oleh Purnami (2005) bahwa jumlah anak dengan thalasemia
menunjukkan bahwa model pertumbuhan mengalami peningkatan setiap tahunnya.
anak laki-laki lebih tinggi dari pada model Sampai saat ini di RSUD Arifin Achmad
pertumbuhan anak perempuan dengan data Pekanbaru belum ada penelitian terkait
yang diperoleh dari poli klinik tumbuh perbandingan pertumbuhan pada anak dengan
kembang anak dan remaja RSUD Dr. thalasemia berdasarkan jenis kelamin, padahal
Soetomo Surabaya. Di sisi lain penelitian jumlah rawatan dan pasien anak dengan
Scheike (2003) menyebutkan bahwa thalasemia berada di urutan 1 di ruang rawat
pertumbuhan anak perempuan lebih tinggi anak RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
dari pada pertumbuhan anak laki-laki. Berdasarkan wawancara yang dilakukan
Kedua penelitian ini menunjukkan oleh peneliti pada tanggal 8 September 2014
bahwa terdapat indikasi perbedaan kepada lima orang tua anak dengan
pertumbuhan anak balita berdasarkan jenis thalasemia diketahui bahwa dari kelima anak
kelamin. Hal ini didukung oleh hasil thalasemia yang rutin menjalani transfusi di
penelitian Pratiwi (2008) yang menunjukkan ruang rawat anak RSUD Arifin Achmad
bahwa Kartu Menuju Sehat untuk memantau Pekanbaru saat ini mengeluhkan bahwa tubuh
pertumbuhan balita laki-laki dan balita anak mereka sejak transfusi menjadi lebih
perempuan di RS Siti Khodijah Sepanjang kurus dan pendek dibandingkan dengan anak
Sidoarjo memiliki standar yang berbeda. seumurannya, orang tua juga mengakui anak
Perbedaan pertumbuhan berdasarkan jenis sejak transfusi lebih bersifat sensitif, mudah
kelamin ini baru dilakukan pada anak normal sedih, anak juga tampak merasa minder
saja, hingga saat ini belum ditemukan kepada teman –temannya karena sering tidak
penelitian yang membandingkan pertumbuhan masuk sekolah dan sakit sehingga anak lebih
berdasarkan jenis kelamin pada anak dengan sering menyendiri dari lingkungan dan
thalasemia. aktivitas sekitarnya.
Aspek klinis ini jelas akan berpengaruh Berdasarkan wawancara tersebut juga
besar terhadap kehidupan anak sehari-hari, diketahui bahwa dari 5 anak thalasemia,
timbulnya stress tambahan dan dampak hanya 3 yang rutin menjalani transfusi saat
psikologis pada keluarga dan anak.Timbulnya ini, hal ini dikarenakan domisili anak yang
suatu penyakit pada proses maturasi fisik sangat jauh dari pengobatan menyebabkan
akan dapat menimbulkan masalah baru dalam anak tidak rutin dalam menjalani transfusi
pertumbuhan dan perkembangan emosional tiap bulannya. Orang tua dan anak
anak dalam kehidupan sehari harinya. mengatakan tidak rutin menjalani transfusi
Masalah yang berupa fisik dan psikososial ini setiap bulan nya bukan karena tidak memiliki
nantinya akan dapat mengganggu kualitas biaya untuk berobat namun tidak memiliki
hidup anak. Masalah tumbuh anak dengan
621
cukup uang untuk biaya transportasi dan Instrument:Alat pengumpulan data
biaya hidup tambahan selama diperjalanan. yang digunakan meteran tinggi badan,
Berdasarkan pengkajian awal peneliti timbangan dan tabel z score (BMI/ Usia)
terhadap pertumbuhan anak dengan Analisa Data: Univariatdan Bivariat.
menggunakan penilaian berat badan / tinggi
badan dalam z score diketahui bahwa dari 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
anak thalasemia didapatkan interpretasi hasil
2 orang anak memiliki gizi baik (normal) dan Berdasarkan penelitian didapatkan hasil sebagai
berikut:
3 orang anak memiliki gizi kurang (kurus).
Anak tampak sensitif saat didekati oleh Tabel 1
perawat seperti tidak tersenyum, afek datar, Distribusi frekuensi karakteristik responden
dan beberapa diantaranya mengatakan malu (n=44)
untuk di transfusi terus menerus. Anak saat
dikaji mengatakan tidak hanya lelah akan Karakteristik responden Jumlah
N
Persentase
%
1. Usia
transfusi namun mengalami kelelahan akibat a. Anak sekolah (6 -12 tahun) 32 72,7
b. Remaja (13-17 tahun) 12 27,3
perjalanan yang jauh karena domisili pasien 2. Jenis Kelamin
a. Perempuan 22 50
berada jauh dari kota Pekanbaru. 3.
b. Laki-laki
Pendidikan
22 50

a. Sekolah Dasar (SD) 32 72,7


Berdasarkan wawancara dengan kepala b. Sekolah Menengah Pertama (SMP) 8 18,2
c. Sekolah Menengah Atas (SMA) 4 9,1
ruangan anak RSUD Arifin Achmad 4. Domisili
a. Pekanbaru 17 38,6
Pekanbaru sampai saat ini ruangan khusus 5.
b. Luar Pekanbaru
Lama terdiagnosa Thalasemia
27 61,4

a. 1 – 5 tahun 23 52,2
thalasemia tidak memiliki catatan mengenai b. 6 – 10 tahun 14 31,8
c. 11– 15 tahun 7 16
tumbuh anak dengan thalasemia. Perawat 6. Lama tranfusi
a. 1 – 5 tahun 11 25
ruangan memang hanya memiliki daftar b.
c.
6 – 10 tahun
11– 15 tahun
24
9
54,5
20,5
d. Kategori Pertumbuhan (z score)
karakteristik anak thalasemia secara lengkap a. Norrmal 29 65,9
b. Tidak normal 15 34,1
seperti sosiodemografi (umur, jenis kelamin,
suku, agama, pendidikan dan daerah asal),
riwayat penyakit keluarga, keluhan utama saat
pertama kali datang kerumah sakit dan
didiagnosa thalasemia, jenis thalasemia, Tabel 2
penatalaksanaan medis yang telah dijalankan, Distribusi jenis kelamin dengan pertumbuhan
lama rawatan rata-rata thalasemia di rumah
sakit dan keadaan waktu pasien dipulangkan, Pertumbuhan Total
p
Jenis Kelamin
namun perawat ruangan sampai saat ini tidak Tidak
Normal
value
normal
memiliki pencatatan tentang tumbuh anak N % N % n %
secara berkelanjutan. Sedangkan tumbuh
anak hendaknya juga menjadi landasan dalam a.
b.
Perempuan
Laki - laki
6 40 1 55,2 2 50 0,525
9 60 6 44,8 2 50
pendekatan asuhan keperawatan pada anak. 1 2
3 2
Total 15 100 2 100 4 100
TUJUAN 9 4

Tujuan penelitian adalah mengetahui


hubungan jenis kelamin dan domisili dengan Tabel 3
pertumbuhan pada anak dengan thalasemia. Distribusi domisili dengan dengan
pertumbuhan
METODE
Domisili Pertumbuhan Total p value
Desain;Penelitian ini merupakan
Tidak Normal
penelitian kuantitatif dengan desain penelitian Normal
deskriptif korelatif dengan pendekatancross N % n % n %

sectional a. Pekanbaru 10 66,7 14 48,3 27 54,5 0,400


b. Luar 5 33,3 15 51,7 20 45,5
Sampel: Metode pengambilan sampel Pekanbaru
Total 15 100 29 100 44 100
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
total samplingdengan jumlah sampel
sebanyak 44 orang. Usia

622
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Jenis Kelamin
dilakukan didapatkan data, bahwa penderita Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah
thalasemia lebih banyak ditemukan pada usia responden berjenis kelamin laki-laki yakni
6-15 tahun, hal ini sesuai dengan teori yang sebanyak 50,% atau 22 orang, dan berjenis
menyatakan bahwa gejala klinis thalasemia kelamin perempuan yakni sebanyak 50% atau
sudah terlihat pada usia 2 tahun, tetapi 22 orang. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penderita thalasemia baru dapat berobat pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Aji,
usia 4-6 tahun karena semakin pucat sehingga dkk (2011) proporsi jenis kelamin subjek
mengakibatkan penderitanya memerlukan penelitian seimbang antara laki-laki dan
tranfusi secara berkala (Dewi, 2009). perempuan.
Umur subyek penelitian terbagi menjadi
dua kelompok usia yaitu anak sekolah (6-12 Pendidikan
tahun) dan remaja (13-20 Mayoritas pendidikan responden adalah
tahun)(Soetjonongsih, 2013). Tidak dijumpai SD, hal ini disebabkan karena mayoritas usia
penurunan jumlah subyekpenelitian dengan penderita thalasemia berada pada rentang usia
makin menurunnya kelompok umur 6-12 tahun yang merupakan usia anak
subyekpenelitian.Hal iniberbeda dengan sekolah. Pendidikan adalah proses
penelitian Wahidiyat (2009) yang pertumbuhan seluruh kemampuan
menemukan bahwa semakin tinggi umur dan perilaku melalui pengajaran, sehingga
anak, makin sedikit jumlah penderitanya.Hal pendidikanitu perlumempertimbangkan
ini mungkin karenakelompok umur yang tidak umur(proses perkembangan) dan
sama antara penelitian ini dan penelitian hubungannya dengan proses belajar.
sebelumnyaataupun semakin bertambahnya Pendidikan adalah segala upaya yang
waktu semakin baik pelayanan kesehatan direncanakan untuk memengaruhi orang lain
sehinggabertambahnya umur tidak baik individu, kelompok atau masyarakat
mengurangi harapan hidup penderita sehingga mereka melakukan apa yang
thalasemia. diharapkan oleh pelaku pendidikan (Adnani,
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil 2011).
penelitian yang telah dilakukan oleh Aji, dkk
(2011) dengan judul penelitian faktor faktor Domisili
yang Berhubungan dengan kualitas hidup Hasil penelitian menunjukan bahwa
pasien Thalasemia Mayor di pusat Thalasemia sebagian besar responden berdomisili di
Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM, Pekanbaru yaitu 54,5% atau 24 orang, dan
dimana diketahui bahwa usia subjek berdomisili di luar Pekanbaru yaitu 45,5%
thalasemia yangterbanyak berada pada atau 20 orang. Domisili anak yang sangat
rentang sekolah 13 tahun (24,7%) dengan jauh dari pengobatan dapat menyebabkan
median 15 tahun.Dari total 97 subjek, 54,6% anak tidak rutin dalam menjalani transfusi
berada pada rentang usia13-15 tahun dan tiap bulannya (Sofwan, 2008).
45,4% berada pada rentang usia 16-18.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Lama tranfusi dan thalasemia
penelitian yang telah dilakukan oleh Mariani Salah satu dari komplikasi mayor pada
(2011) rata-rata umur anak dengan thalasemia klien yang tergantung tranfusi adalah
berada pada rentang usia sekolah yakni 9,4 terganggunya pertumbuhan sekunder akibat
tahun (+3,26), dalam penelitian ini faktor kelebihan besi. Pemberian tranfusi yang
umur anak tidak mempengaruhi kualitas sering mengakibatkan menumpukkan besi di
hidup anak (p=0,332). Senada dengan organ-organ tubuh, sehingga pemberian
penelitian ini, Bulan (2009) mengemukakan tranfusi yang sering seharusnya disertai
hasil yang sama bahwa umur tidak dengan pemberian kelasi besi dengan dosis
berpengaruh terhadap nilai kualitas hidup tepat secara teratur. Menurut Oliver, et al
anak baik itu pertumbuhan maupun (1994), kadar feritin >2500 µg/L berakibat
perkembangannya. penyakit jantung (p<0,001). Feritin <2500

623
µg/L bebas penyakit jantung 100% setelah 10 kualitas hidup anak thalasemia. Dalam
tahun, 91% setelah 15 tahun. penelitian tersebut digambarkan jumlah
Penelitian ini menekankan pentingnya responden laki-laki lebih besar dari pada
menyediakan pengobatan yang optimal pada responden wanita, di mana hal tersebut sesuai
penderita thalasemia beta mayor, termasuk dengan hukum mendel bahwa gen thalasemia
monitor parameter pertumbuhan dan beta mayor diturunkan secara autosomal
mengoptimalkan terapi kelasi besi. Kelasi resesif tidak tergantung jenis kelamin
besi merupakan elemen kritis yang sehingga anak dari pembawa sifat mempunyai
dibutuhkan untuk fungsi normal seluruh sel kemungkinan anak lahir normal 25%, sebagai
tubuh dan penting untuk proses metabolik pembawa sifat 50% dan kemungkinan 25%
dasar seperti transport oksigen, sintesis DNA adalah penderita.
dan transport elektrolit. Kelasi besi sering Transfusi darah merupakan pengobatan
dibutuhkan untuk mencegah komplikasi utama untuk menanggulangi anemia pada
kelebihan besi yang potensial mengancam thalasemia dan mencegah adanya gangguan
jiwa, tertimbun pada klien thalasemia yang pertumbuhan dan perkembangan anak.
menerima tranfusi darah regular. Kelebihan Regimen transfusi populer adalah regimen
besi merupakan keadaan yang berbahaya dan hipertransfusion yang mempertahankan kadar
kondisi fatal dengan deposisi besi dalam rata-rata Hb pada 12,5 g/dl dan kadar
tubuh. Pada kelebihan besi berat, deposisi pratransfusi tidak berkurang dari 10 g/dl.
pada jantung, hati dan endokrin berdampak Kadar Hb pasca transfusi tidak boleh diatas
pada fungsi organ-organ tersebut 16 g/dl, dapat terjadi hiperviskositas dan
mengakibatkan berkurangnya harapan hidup. komplikasi. Diharapkan pertumbuhan normal
Ada dua jenis terapi kelasi yang digunakan di dan dapat melakukan aktifitas fisik, menekan
Indonesia pada saat ini yaitu secara parenteral eritropoiesis, mencegah perubahan skletal dan
dan secara oral (Oliver, 1994). penyerapan besi gastrointestinal, mencegah
hemopoiesis ekstra medular, mencegah
Kategori Pertumbuhan splenomegali dan hipersplenisme yang akan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah berpengaruh terhadap kualitas hidupnya.
dilakukan didapatkan data bahwa sebagian Pemberian transfusi darah yang berulang-
besar responden dengan katagori ulang mengakibatkan terjadinya penimbunan
pertumbuhannormal yaitu sebanyak 29 orang besi diberbagai jaringan atau organ tubuh
(65,9%). Pertumbuhan merupakan parameter seperti kulit, sel-sel Retikulum Endotelial
kesehatan gizi yang cukup peka untuk (RE), hati, limpa, sumsum tulang, otot
dipergunakan dalam menilai kesehatan anak jantung, ginjal, tiroid dan lain - lain.
terutama bayi dan balita. Status pertumbuhan
balita didapat berdasarkan status gizinya. Hubungan Domisili dengan pertumbuhan
Parameter pertumbuhan fisik terdiri dari berat Berdasarkan hasil uji statistik lebih lanjut
badan, panjang badan/ tinggi badan dan dengan variabeldomisili dan pertumbuhan
lingkar kepala. Nilai dari parameter didapatkan nilai p value = 0,400artinya tidak
pertumbuhan ini dimasukkan dalam diagram terdapat hubungan antara domisili dengan
presentil (Agrina dan Amir, 2011). pertumbuhan. Menurut Sofwan (2008)
domisili atau tempat kediaman itu adalah
Hubungan jenis kelamin dengan tempat di mana seseorang dianggap hadir
pertumbuhan mengenai hal melakukan hak-haknya dan
Berdasarkan hasil analisis lebih lanjut memenuhi kewajibannya juga meskipun
terhadap variabel jenis kelamin dan kenyataannya dia tidak di situ. Domisili anak
pertumbuhan, menunjukkan bahwa nilai p yang sangat jauh dari pengobatan dapat
value = 0,525, artinya tidak terdapat menyebabkan anak tidak rutin dalam
hubungan antara jenis kelamin dengan menjalani transfusi tiap bulannya.
pertumbuhan. Peneliti mengasumsikan bahwa orang tua
MenurutThavorncharoensap et al (2010) tidak rutin membawa anak transfusi setiap
bahwajenis kelamin tidak mempengaruhi bulannya bukan karena tidak memiliki biaya
624
untuk berobat namun tidak memiliki cukup keluarga.Pekanbaru: Pusat pengembangan
uang untuk biaya transportasi, biaya hidup pendidikan Universitas Riau.
tambahan selama diperjalanan dan waktu
luang untuk mengatur jadwal pengobatan Bulan, S. (2009).Faktor-faktor yang
dengan kehidupan sehari-hari. Tidak hanya berhubungan dengan kualitas hidup anak
itu saja, anak dan orang tua juga mengakui thalasemia beta mayor.FKUI Universitas
lelah akibat perjalanan yang jauh tersebut Diponegoro: Semarang.
karena domisili mereka rata-rata berada diluar
daerah kota Pekanbaru. Namun berdasarkan Dewi, S. (2009).Karakteristik Penderita
hasil penelitian diketahui bahwa meskipun Thalassemia yang Rawat Inap di Rumah
banyak pasien yang alamatnya diluar kota hal Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Tahun
ini tidak menutup kemungkinan pasien untuk 2006-2008.Diperoleh pada tanggal28 Mei
tetap rutin menjalani transfusi, pemerintah 2014 dari
Riau dan RSUD Arifin Achmad Pekanbaru repository.usu.ac.i/bitstream/123456789/1
menyediakan rumah khusus untuk keluarga 466 4/1/09E02154.pdf.
dan anak dengan thalasemia yang rutin
menjalani transfusi. Ganie, A. (2006). Thalassemia:
Permasalahan & Penanganannya.
KESIMPULAN Disertasi.Universitas Sumatera Utara.
Berdasarkan hasil uji univariat, Me&.
sebagian besar responden berada pada usia
anak sekolah (6-12 tahun) (72,7%) berjenis Hidayat, S (2009). Gambaran tumbuh
kelamin laki-laki (50%),berpendidikan SD kembang anak dengan
(73,7%), berdomisili di luar Pekanbaru thalasemia.Diperoleh pada tanggal 09
(38,6%), dengan lama menderita thalasemia Agustus 2014 dari
yakni 1-5 tahun (52,2%) dan kategori repository.usu.ac.id/bitstream/233455789/
pertumbuhan normal (65,9%). Berdasarkan 1766/7/8/79f05114.pdf.
hasil uji statistik didapatkan data tidak
terdapat hubungan antara jenis kelamin (p Hockenberry, M.J., & Wilson, D.
value = 0,400) dan domisili (p value= 0,400) (2009).Wong’s essentials of pediatrics
dengan pertumbuhan. nursing(8th ed). St. Louis: Mosby Elsevier.
SARAN James, S.R. &Ashwill, J.W. (2007).Nursing
Bagi pihak Rumah sakit dapat care of children: Principles & practice
dijadikan sebagai bahan masukkan untuk (3rded). St. Louis: Mosby Elsevier.
meningkatkan mutu pelayanan di Rumah sakit
terkait hubungan jenis kelamin dan domisili Mariani, D. (2011). Analisis faktor yang
dengan pertumbuhan anak dengan thalasemia. mempengaruhi kualitas hidup anak
thalasemia beta mayor di RSU Kota
DAFTAR PUSTAKA Tasikmalaya dan Ciamis, Jakarta.
Aji, D. N, Sekartini, R, Amalia. P, Silman, C, Muncie J.R. M. D, &Campbell, M. D.
Aryudi, C, Cynthia, Centauri, Andalia, (2009).Alpha & beta thalassemia.Diakses
Astari, D, Pitaloka, D dan Wawolumaya, C pada tanggal 25 Mei 2014 dari
(2011). Faktor faktor yang Berhubungan http://id.scribd.com/doc/138984320/Alpha-
dengan Kualitas Hidup Pasien &-Beta-Thalassemia.
Thalassemia Mayor di Pusat Thalassemia.
Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM. Ngastiyah.(2010). Perawatan anak sakit.
Jurnal Sari Pediatri, 11, 85-89. Jakarta: EGC.
Agrina dan Amir, Y.(2011). Promosi
kesehatan tumbuh kembang balita di

625
Nursalam.(2008). Konsep & penerapan Thavorncharoensap et al (2010). Factors
metodologi penelitian ilmu keperawatan. affecting health related quality of life in
Jakarta: Salemba Medika. thai children with thalassemia. BMC
Blood Disorder, 10:1-10.
Oliver, et (1994). Clinical pathology and
medical laboratory. Diperoleh pada Wahyuni, S.(2009). Perb&ingan kualitas
tanggal 17 Januari 2015 dari hidup anak penderita thalasemia dengan
journal.unair.ac.id/filerPDF/cpmlebcfb91e saudara penderita thalasemia yang
542full.pdf normal.Diperoleh pada tanggal 15 Agustus
2014 dari
Permono, H.B., & Ugrasena, I. D. G. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/..
(2006).Thalassemia.Diperoleh pada ./Appendix.pdf.
tanggal 28 Mei 2014 dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345 Weather, N & Cleg, W. N. (2010).Inherited
6789/23343/2.pdf. Haemoglobin disorders: an increasing
global health problems. Bulletin World
Potts, N. L. & M&leco, B. L(2007). Pediatric Health Organization. Vol: 79 No.8.
nursing.Caring for children & their
families (2 nd ed). New York: Thomson WHO. (2005). Interprestasi hasil z score.
Coorporation. Diperolah pada tanggal 04 Februari 2015
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345
Pudiastuti, R. D. (2011). Waspadai penyakit 6789/37289/4/Chapter%20II.pdf
pada anak. Jakarta: PT. Indeks.
WHO.(2007).BMI-For-Age Boys. Diperoreh
Rauf, S. (2011).Buku kuliah kesehatan anak pada tanggal 04 Februari 2015 di http//
dengan thalasemia. Jakarta: Ikatan Dokter BMI-for-age BOYS.
Anak Indonesia.
WHO.(2007).BMI-For-Age Girls. Diperolah
Soeginjanto.(2004). Kumpulan Makalah pada tanggal 04 Februari 2015 di
Penyakit Tropis & Infeksi di http//http://www.who.int/growthref/bmifa_
Indonesia.Airlangga University Press: girls_z_5_19_labels.pdf
Surabaya.
WHO.(2009). Buku saku pelayanan
Soetjiningsih. (2013) Tumbuh Kembang kesehatan anak di rumah sakit. Edisi
Anak, Jakarta: Buku Kedokteran, EGC. bahasa Indonesia. Jakarta: Gedung Bina
Mulia 1 Kuningan.
Soelaeman.(2010). Growth & factors
affecting in thalasamia WHO. (2012). The global burden of disease
mayor.Haemoglobin. 33:2116-s26. up date.Diperoleh tanggal 28 Mei 2014
dari
Soefwan, M. S. (2008). Domisili.Diperoleh www.who.int/healthinfo/global_burden_di
pada tanggal 09 Januari 2015 dari sease/GBD_report_2004update_ full.pdf.
http://fl.unud.ac.id/block-
book/BLOCK%20BOOK%20Th.2008/BB Yayasan Thalasemia Indonesia.(2008).
%20 Hukum%20Perdata%202008.pdf. Tentang
Thalasemia.http://ww.thalassemia-yti.or.id.
Suprianto.(2007). Hubungan antara
gangguan depresi ibu dengan gangguan
mental anaknya yang berusia 12-47 bulan
& menderita thalasemia.Cermin dunia
kedokteran.VOL; 34 No.3 /156.

626

Anda mungkin juga menyukai