PENDAHULUAN
dan respon (SKDR), dan respon kejadian luar biasa (KLB), penanggulangan KLB dan
haji.1 Jamaah haji di Indonesia sebagian besar merupakan jamaah haji yang memiliki
risiko tinggi. Status kesehatan risiko tinggi ditetapkan jamaah haji dengan kriteria
yaitu berusia 60 tahun atau lebih dan/ atau memiliki faktor risiko kesehatan dan
ibadah haji.2
dari pendaftaran pertama, jamaah haji harus antrian untuk bisa berangkat haji
minimal 5 tahun dan maksimal 17 tahun. Hal ini menyebabkan banyak jamaah haji
yang bisa berangkat ibadah haji pada usia lanjut. Jamaah haji usia lanjut menjadi
perhatian karena memiliki risiko tinggi masalah kesehatan karena kemampuan tubuh
dan kekuatan fisik dari jamaah haji yang menurun karena usia. Usia mempengaruhi
kemunduran fungsi organ tubuh seperti kekakuan pembuluh darah serta juga
1
lemak, sehingga memungkinkan terjadinya penimbunan lemak yang dapat
morbiditas dan mortalitas jamaah. Secara umum, kondisi kesehatan jemaah haji
dipengaruhi oleh faktor risiko internal dan faktor risiko eksternal. Faktor risiko
internal antara lain usia, pendidikan (mayoritas jemaah haji Indonesia adalah lulusan
sekolah dasar dan menengah), penyakit yang dideritanya (umumnya degeneratif dan
penyakit kronis), dan perilaku. jemaah haji. Sedangkan faktor risiko eksternal, yang
antara lain lingkungan fisik (suhu dan kelembaban udara, debu), sosial, psikologis,
serta kondisi lainnya yang mempengaruhi daya tahan tubuh jemaah haji. Faktor risiko
terutama faktor risiko internal sangat berhubungan dengan karakteristik atau profil
jemaah haji Indonesia. Profil jAmaah haji Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir
cenderung tidak mengalami perubahan yang signifikan. Sebanyak 55 s/d 56% jemaah
haji Indonesia adalah ibu rumah tangga dengan tingkat pendidikan masih tergolong
(Siskohatkes), hampir setiap tahun sekitar 60 s/d 67% dari total jemaah haji yang
berangkat ke Tanah Suci, tergolong dalam kelompok Risiko Tinggi (Risti) yang dapat
namun masih dapat dinyatakan tinggi. Penyakit degeneratif, metabolik dan kronis
2
masih mendominasi sebagai penyakit yang diderita oleh jemaah haji terutama jemaah
haji dengan usia lanjut. Setiap tahunnya, jemaah haji Indonesia yang wafat di Arab
metabolik,dan hipertensi.4
Arab Saudi (risiko eksternal) seperti heat stroke, MERS-CoV, Ebola, Zika dan
sebagai wabah juga memiliki fatalitas yang tinggi. Permenkes Nomor 15 Tahun 2016
terintegrasi dalam proses pemeriksaan dan pembinaan kesehatan kepada jemaah haji
(KEMENKES RI) tahun 2017 dan tahun 2018 penyakit terbanyak yang diderita
menemukan penyakit terbanyak yang diderita oleh jamaah haji yaitu disorder of
menemukan bahwa penyakit terbanyak yang ditemukan pada jamaah haji yaitu
hipertensi primer esensial (23,5%).7 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Harahap GW dan Nurwahyuni A tahun 2016 di Sumatera Utara
3
menemukan penyakit terbanyak yang diderita oleh jamaah haji yaitu hipertensi
(26,2%).8
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah makalah ini yaitu
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
pembaca guna pengembangan ilmu pengetahuan, dan menjadi data dasar bagi Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP) sebagai pelaksana pelayanan bagi calon jamaah haji.
4
5