Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyelenggaraan kesehatan haji merupakan rangkaian kegiatan pelayanan

kesehatan haji yang meliputi pemeriksaan kesehatan, bimbingan dan penyuluhan

kesehatan haji, pelayanan kesehatan, imunisasi, surveilans, sistem kewaspadaan dini

dan respon (SKDR), dan respon kejadian luar biasa (KLB), penanggulangan KLB dan

musibah massal, kesehatan lingkungan dan manajemen penyelenggaraan kesehatan

haji.1 Jamaah haji di Indonesia sebagian besar merupakan jamaah haji yang memiliki

risiko tinggi. Status kesehatan risiko tinggi ditetapkan jamaah haji dengan kriteria

yaitu berusia 60 tahun atau lebih dan/ atau memiliki faktor risiko kesehatan dan

gangguan kesehatan yang potensial menyebabkan keterbatasan dalam melaksanakan

ibadah haji.2

Kebijakan pemerintah Indonesia pada pendaftar ibadah haji yaitu

dari pendaftaran pertama, jamaah haji harus antrian untuk bisa berangkat haji

minimal 5 tahun dan maksimal 17 tahun. Hal ini menyebabkan banyak jamaah haji

yang bisa berangkat ibadah haji pada usia lanjut. Jamaah haji usia lanjut menjadi

perhatian karena memiliki risiko tinggi masalah kesehatan karena kemampuan tubuh

dan kekuatan fisik dari jamaah haji yang menurun karena usia. Usia mempengaruhi

kemunduran fungsi organ tubuh seperti kekakuan pembuluh darah serta juga

mempengaruhi penurunan fungsi estrogen dan testosteron dalam mendistribusikan

1
lemak, sehingga memungkinkan terjadinya penimbunan lemak yang dapat

mempersempit aliran darah.3

Masalah kesehatan haji menjadi penting, menimbang tingginya angka

morbiditas dan mortalitas jamaah. Secara umum, kondisi kesehatan jemaah haji

dipengaruhi oleh faktor risiko internal dan faktor risiko eksternal. Faktor risiko

internal antara lain usia, pendidikan (mayoritas jemaah haji Indonesia adalah lulusan

sekolah dasar dan menengah), penyakit yang dideritanya (umumnya degeneratif dan

penyakit kronis), dan perilaku. jemaah haji. Sedangkan faktor risiko eksternal, yang

mempengaruhi kejadian penyakit dan dapat memperberat kondisi kesehatan jemaah

antara lain lingkungan fisik (suhu dan kelembaban udara, debu), sosial, psikologis,

serta kondisi lainnya yang mempengaruhi daya tahan tubuh jemaah haji. Faktor risiko

terutama faktor risiko internal sangat berhubungan dengan karakteristik atau profil

jemaah haji Indonesia. Profil jAmaah haji Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir

cenderung tidak mengalami perubahan yang signifikan. Sebanyak 55 s/d 56% jemaah

haji Indonesia adalah ibu rumah tangga dengan tingkat pendidikan masih tergolong

rendah sampai menengah.4

Berdasarkan data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan

(Siskohatkes), hampir setiap tahun sekitar 60 s/d 67% dari total jemaah haji yang

berangkat ke Tanah Suci, tergolong dalam kelompok Risiko Tinggi (Risti) yang dapat

membahayakan keselamatan dan kesehatan jemaah haji dalam menjalankan

ibadahnya di Tanah Suci. Angka kesakitan dan kematian cenderung berfluktuatif,

namun masih dapat dinyatakan tinggi. Penyakit degeneratif, metabolik dan kronis

2
masih mendominasi sebagai penyakit yang diderita oleh jemaah haji terutama jemaah

haji dengan usia lanjut. Setiap tahunnya, jemaah haji Indonesia yang wafat di Arab

Saudi sebagian besar disebabkan oleh penyakit jantung, pernapasan, ginjal,

metabolik,dan hipertensi.4

Namun demikian, dilain pihak ancaman penyakit-penyakit yang diperoleh di

Arab Saudi (risiko eksternal) seperti heat stroke, MERS-CoV, Ebola, Zika dan

meningitis merupakan penyakit yang perlu diwaspadai, karena selain berpotensi

sebagai wabah juga memiliki fatalitas yang tinggi. Permenkes Nomor 15 Tahun 2016

juga menjelaskan perlunya melibatkan berbagai lintas program kesehatan yang

terintegrasi dalam proses pemeriksaan dan pembinaan kesehatan kepada jemaah haji

di kabupaten/kota, termasuk terlibatnya berbagai unsur masyarakat, profesional dan

akademisi.4 Berdasarkan data Kementrian Kesehatan Republik Indonesisa

(KEMENKES RI) tahun 2017 dan tahun 2018 penyakit terbanyak yang diderita

oleh jamaah haji yaitu nasofaringitis akut (common cold).5,6

Penelitian yang dilakukan oleh Noviyanti R tahun 2012 di Surabaya

menemukan penyakit terbanyak yang diderita oleh jamaah haji yaitu disorder of

lipoprotein metabolism and other lipidaemias, misalnya hiperkolesterol sebanyak 467

orang.1 Penelitian yang dilakukan oleh Hoesea EV di Palangkaraya tahun 2013

menemukan bahwa penyakit terbanyak yang ditemukan pada jamaah haji yaitu

hipertensi primer esensial (23,5%).7 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Harahap GW dan Nurwahyuni A tahun 2016 di Sumatera Utara

3
menemukan penyakit terbanyak yang diderita oleh jamaah haji yaitu hipertensi

(26,2%).8

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah makalah ini yaitu

bagaimana gambaran penyakit terbanyak pada emberkasi haji Provinsi Maluku

Bulan Juli tahun 2019.

1.3. Tujuan

a. Mengetahui gambaran sosiodemografi emberkasi haji Provinsi Maluku

bulan Juli tahun 2019.

b. Mengetahui gambaran faktor interna (penyakit terbanyak) yang diderita

emberkasi haji Provinsi Maluku bulan Juli Tahun 2019.

1.4. Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi penulis dan

pembaca guna pengembangan ilmu pengetahuan, dan menjadi data dasar bagi Kantor

Kesehatan Pelabuhan (KKP) sebagai pelaksana pelayanan bagi calon jamaah haji.

4
5

Anda mungkin juga menyukai