Anda di halaman 1dari 12

askep gangguan jiwa ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN

JIWA PADA REMAJA OBSESIF-KOMPULSIF


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak dan masa
dewasa, berlangsung antara usia 10 sampai 19 tahun. Masa remaja terdiri dari
masa remaja awal ( 10-14 tahun ), masa remaja penengahan ( 14-17 tahun ) dan
masa remaja akhir ( 17-19 tahun ).
Pada masa remaja, banyak terjadi perubahan baik biologis, psikologis maupun
social. Tetapi umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih cepat dari proses
pematangan kejiwaan (psikolososial). Seorang remaja tidak lagi dapat disebut
sebagai anak kecil, tetapi belum juga dianggap sebagai orang dewasa, disatu sisi ia
ingin bebas dan mandiri, lepas dari pengaruh orang tua, di sisi lain pada dasarnya ia
tetap membutuhkan bantuan dukungan orang tuanya. Orang tua tidak mengetahui
atau memahami perubahan yang terjadi sehingga tidak menyadari bahwa anak
mereka telah tumbuh menjadi seorang remaja. Orang tua menjadi bingung
menghadapi labilitas emosi dan perilaku remaja, sehingga tidak jarang terjadi konflik
diantara keduanya.
Kondisi yang merupaka stresor bagi remaja antara lain timbul berbagai keluhan fisik
yang tidak jelas penyebabnya, maupun berbagai permasalahan yang berdampak
social. Beberapa jenis gangguan jiwa yang banyak terjadi pada remaja antara lain :
– Perilaku kekerasan antar pelajar (tawuran)
– Menyalah gunakan NAPZA
– Perilaku seksual – kehamilan
– Bunuh diri
– Gangguan depresi
– Gangguan psikotik
– Gangguan cemas (ansietas)
– Masalah diit makanan / malnutrisi
– Gangguan obsesi – kompilsif

Kondisi seperti ini, bila tidak segera diatasi dapat berlanjut sampai dewasa dan
dapat berkembang kearah yang lebih negatif. Maka dari itu, kami disini ingin
membahas salah satu gangguan jiwa pada remaja yaitu ”Gangguan Obsesif –
Kompulsif”.

B. Tujuan
1. Tujuan umum : meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan jiwa
remaja sehingga dapat menciptakan lingkuangan yang kondusif untuk
perkembangan anak.
2. Tujuan khusus :
a). Memberikan pembekalan kepada tenaga kesehatan untuk dapat menyampaikan
informasi kepada masyarakat mengenai kesehatan jiwa remaja.
b). Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menangani remaja bermasalah
dan upaya pencegahannya.
c). Meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa remaja.

GANGGUAN JIWA PADA REMAJA

Berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan, remaja adalah usia yang rentan,


konsep diri nya belum matang, masih terlalu mudah meniru perilaku dari idolanya,
kemampuan analisisnya masih rendah, kemampuan kontrol emosi juga masih
rendah. Apakah tidak ada aspek positif dari remaja? tentu saja banyak diantaranya :
a. Spontanitas
Mereka secara spontan melakukan suatu kegiatan tanpa pertimbangan rasional dan
analisa berpikir, ketika salah seorang teman mereka merokok dan terlihat
"Gentleman" di mata mereka maka secara mencuri - curi mereka akhirnya merokok.
Petualang, mereka senang sekali bereksplorasi dengan berbagai situasi dan
keadaan, ketika sedang hangatnya friendster mereka makai friendster, ketika lagi
demam facebook maka mereka ikut membuat account facebook.

b. Kebebasan
Mereka menuntut kebebasan dari orangtuanya untuk melakukan apa yang ingin
mereka lakukan, jika kebebasan ini terfasilitasi maka mereka akan menjadi generasi
kreatif yang mampu mengharumkan nama bangsa.

Tetapi tentu saja mereka memiliki beberapa kelemahan :


a. Tawuran, ketika melihat film Only The Strong maka mereka berkeinginan menjadi
jagoan, kemudian mereka mengumpulkan teman - teman mereka dan akhirnya
menyerang kelompok remaja lain untuk menunjukkan eksistensinya.
b. Sex Bebas, kurangnya kontrol orang tua dan terlalu mudahnya akses ke situs -
situs porno membuat mereka memiliki keinginan untuk mencoba, percobaan
pertama menjadi pengalaman menyenangkan akhirnya kecanduan menjadi sebuah
pengalaman yang berulang.
c. Penyalahgunaan obat, masa remaja adalah masa transisi, mereka membutuhkan
sebuah pembentukan identitas sehingga ketika ada masalah yang menekan
psikologis mereka, kemudian mereka tidak menemukan seseorang yang mau
membantu mereduksi tekanan psikologis mereka akhirnya mereka melarikan diri ke
obat - obatan terlarang, minuman keras bahkan narkotika.
d. Terlibat kegiatan kriminal ringan, karena mereka masih labil masih mudah dibujuk
maka bujukan untuk melakukan sebuah perbuatan kriminal bisa menjadi ajang
pembuktian siapa mereka, akibatnya mereka harus berurusan dengan aparat akibat
kesalahan mereka tersebut.

Masih banyak hal lain yang terjadi pada remaja, salah satu hal menyakitkan yang
menimpa remaja adalah gangguan jiwa, mengapa remaja bisa terkena gangguan
jiwa dan apa penyebabnya?
a. Sibling rivalry, persaingan dengan sudara kandung, "seorang anak yang
dibandingkan dengan sauadara kandungnya secara terus menerus dan dalam
jangka waktu lama maka dia bisa mengalami gangguan konsep diri harga diri
rendah"
b. Loneliness, kesepian atau kesendirian adalah sebuah situasi dimana anak tidak
memiliki teman, jarang bermain dengan teman sebaya karena berbagai alasan,
diharuskan mengasuh adik, diminta bekerja oleh orang tua, dipekerjakan oleh orang
lain dll, resiko yang mungkin muncul adalah halusinasi
c. Salah pergaulan, jika anak salah berkumpul dengan grup yang salah maka
mereka bisa melakukan perilaku kekerasan secara kelompok.
d. Karena status orang tua, seorang anak yang memiliki seorang bapak yang
ditetapkan menjadi tersangka kasus korupsi kemudian ditahan maka anak tersebut
akan berusaha menghindar dari sosial atau melakukan isolasi sosial

Banyak kejadian yang bisa terjadi pada remaja, peran kita sangat dibutuhkan untuk
mencegah hal - hal negatif terjadi pada remaja - remaja yang kita kenal, remaja -
remaja yang kelak akan meneruskan tongkat estafet pembangunan, berikan contoh
positif kepada mereka lewat tayangan sinetron yang mendidik, tayangan televisi
yang mendidik, film - film yang mendidik. Karena semakin gencar bentuk - bentuk
penyimpangan memasuki alam bawah sadar maka ledakan emosi dan gangguan
jiwa hanya menunggu waktu.
Gangguan jiwa pada anak-anak merupakan hal yang banyak terjadi, yang umumnya
tidak terdiagnosis dan pengobatannya kurang adekuat. Masalah kesehatan jiwa
terjadi pada 15% sampai 22% anak-anak dan remaja, namun yang mendapatkan
pengobatan jumlahnya kurang dari 20% ( keys, 1998 ). Gangguan hiperaktivitas-
defisit perhatian (ADHD / Attention Deficit-Hyperactivety) adalah gangguan
kesehatan jiwa yang paling banyak terjadi pada anak-anak, dimana indensinya
diperkirakan antara 6% sampai 9%.
Diagnosis gangguan jiwa pada anak-anak dan remaja adalah perilaku yang tidak
sesuai dengan tingkat usianya, menyimpang bila dibandingkan dengan norma
budaya, yang mengakibatkan kurangnya atau terganggunya fungsi adaptasi
(Townsend, 1999). Dasar untuk memahami gangguan yang terjadi pada bayi, anak-
anak, dan remaja adalah sdengan menggunakan teoi perkembangan.
Penyimpangan dari norma-norma perkembangan merupakan tanda bahaya penting
adanya suatu masalah.
Gangguan spesifik dengan awitan pada masa kanak-kanak meliputi redartasi
mental, gangguan perkembangan, gangguan eliinasi, gangguan perilaku disruptif,
dan gangguan ansietas. Gangguan yang terjadi pada anak-anak dan juga terjadi
pada masa dewasa adalah gangguan mood dan gangguan psikotik. Gejala-gejala
gangguan jiwa pada anak-anak atau remaja berbeda dengan orang dewasa yang
mengalami gangguan serupa.

Jenis Gangguan Jiwa Anak-anak


1. Gangguan perkembangan pervasif. Ditandai dengan masalah awal pada tiga area
perkembangan utama : perilaku, interaksi sosial, dan komunikasi.
a). Retardasi mental
Muncul sebelum usia 18 tahun dan dicirikan dengan keterbatasan sustandar dalam
berfungsi, yang dimanifestasikan dengan fungsi intelektual secarasignifikan berada
dibawah rata-rata (mis., IQ dibawah 70) dan keterbatasan terkait dalam dua bidang
ketrampilan adaptasi atau lebih (mis., komunikasi, perawatan diri, aktivitas hidup
sehari-hari, ketrampilan sosial, fungsi dalam masyarakat, pengarahan diri,
kesehatan dan keselamatan, fungsi akademis, dan bekerja.
b). Autisme
Dicirikan dengan gangguan yang nyata dalam interaksi sosial dan komunikasi, serta
aktivitas dan minat yang terbatas (Johnson, 1997). Gejala-gejalanya meliputi
kurangnya responsivitas terhadap orang lain, menarik diri dan berhubungan sosial,
kerusakan yang menonjol dalam komunikasi, dan respon yang aneh terhadap
lingkungan (mis., tergantung pada benda mati dangerakan tubuh yang berulang-
ulang seperti mengepakkan tangan, bergoyang-goyang, dan memukul-mukul
kepala).
c). Ganguan perkembangan spesifik
Dicirikan dengan keterlambatan perkembanga yang mengarah pada kerusakan
fungsional pada bidang-bidang, seperti membaca, aritmatika, bahasa, dan artikulasi
verbal.

2. Defisit perhatian dan gangguan perilaku disrutif


a). Attention Deficit-Hyperactivity Disorder (ADHD)
Dicirikan dengantingkat gangguan perhatian, impulsivitas, dan hiperaktivitas yang
tidak sesuai dengan tahap perkembangan. Menurut DSM IV, ADHD pasti terjadi di
sekitanya dua tempat (mis., disekolah dan di rumah) dan terjadi sebelum usia 7
tahun (DSM IV, 1994).
b). Gangguan perilaku
Dicirikan dengan perilaku berulang, disuptif, dan kesengajaan untuk tidak patuh,
termasuk melanggar norma dan peraturan social. Sebagian besaranak-anak dengan
gangguan ini mengalami penyalahgunaan zat atau gangguan kepribadian antisocial
setelah berusia 18 tahun. Contoh perilaku pada anak-anak dengan gangguan ini
meliputi mencuri, berbohong, menggertak, melarikan diri, membolos,
menyalahgunakan zat, melakukan pembakaan, bentuk vandalisme yang lain, jahat
terhadap binatang, dan seranga fisik terhadap orang lain.
c). Gangguan penyimpangan oposisi
Gangguan ini merupakan bentuk gangguan perilaku yang lebih ringan, meliputi
perilaku yangkurang ekstrim. Perilaku dalam gangguan ini tidak melanggar hak-hak
orang lain sampai tingkat yang terlihat dalam gangguan perilaku. Perilaku dalam
gangguan ini menujukkan sikap menentang, seperti berargumentasi, kasar, marah,
toleransi yang rendah erhadap frustasi, dan menggunakan minuman keras, zat
terlarang, atau keduanya.

3. Gangguan ansietas sering terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja dan
berlanjut ke masa dewasa
a). Gangguan obsesif kompulsif, gangguan ansietas umum, dan fobia banyak terjadi
pada anak-anak dan remaja, dengan gejala yang sama dengan yang terlihat pada
orang dewasa.
b). Gangguan ansietas akibat perpisahan adalah gangguan masa kanak-kanak yang
ditandai dengan rasa takut berpisah dari orang yangpaling dekat dengannya.
Gejala-gejalanya meliputi menolak pergi ke sekolah, keluhan somatic, ansietas
berat terjadap perpisahan dan khawatir tentang adanya bahaya pada orang-orang
yang mengasuhnya.

4. Skizofrenia
a). Skizofrenia anak-anak jarang terjadi dan sulit didiagnosis. Gejala-gejalanya
dapat meneyrupaigangguan pervasive, seperti autisme. walaupun penelitian tentang
skizofrenia anak-anak sangat sedikit, namun telah dijumpai perilaku yang khas
(Antai-Otong, 1995b), seperti beberapa gangguan kognitif dan perilaku, menarik diri
secara social, komunikasi.
b). Skizofrenia pada remaja merupakan hal yang umum dan insidensinya selama
masa remaja akhir sangat tinggi. Gejala-gejalanya mirip dengan skizofrenia dewasa.
Gejala awalnya meliputi perubahan ekstrim dalamperilaku sehari-hari, isolasi social,
sikap yang aneh, penurunan nilai-nilai akademik, dan mengekspresikan perilaku
yang tidak disadarinya.

5. Gangguan mood
a). Gangguan ini jarang terjadi pada masa anak-anak dan remaja dibanding pada
orang dewasa (Kelter, 1999). Prevalensi pada anak-anak dan remaja berkisar
antara 1% sampai 5% untuk gangguan depresi. Eksistensi gangguan biolar (jenis
manik) pada anak-anak masih controversial. Prevalensi penyakit bipolar pada
remaja diperkirakan 1%. Gejala depresi pada anak-anak sama dengan yang
diobservasi pada orang dewasa.
b). Bunuh diri. Adanya gangguan mood merupakan faktor yang serius untuk bunuh
diri. Bunuh diri adalah penyebab kematian utama ketiga padaindividu berusia 15
sampai 24 tahun. Tanda-tanda bahaya bunuh diri pada remaja meliputi menarik diri
secara tiba-tiba, berperilaku keras atau sangat memberontak, menyalahgunakan
obat atau alkohol, secara tidak biasanya mengabaikan penampilan diri, kualitas
tugas-tugas sekolah menurun, membolos, keletian berlebihan dan keluhan somatic,
respon yang buruk terhadap pujian, ancaan bunuh diri yang terang-terangan secara
verbal, dan membuang benda-benda yang didapat sebagai hadiah ( Newman, 1999)

6. Gangguan penyalahgunaan zat


a). Gangguan ini banyak terjadi ; diperkirakan 32% remaja menderita gangguan
penyalahgunaan zat (Johnson, 1997). Angka penggunaan alkohol atau zat terlarang
lebih tinggi pada anak laki-laki disbanding perempuan. Risiko terbesar mengalami
gangguan ini terjadi pada mereka yang berusia antara 15 sampai 24 tahun. Pada
remaja, perubahan penggunaan zat dapat berkembang menjadi ketegantungan zat
dalam waktu2 tahun sedangkan pada orang dewasa membutuhkan waktu antara 15
sampai 20 tahun.
b). Komorbiditas dengan gangguan psikiatrik lainya merupakan hal yang banyak
terjadi, termasuk gangguan mood, gangguan ansietas, dan gangguan perilaku
disruptif.
c). Tanda-bahaya penyalahgunaan zat pada remaja, diantaranya adalah penurunan
fungsi sosial dan akademik, perubahan dari fungsi sebelumnya, seperti perilaku
menjadi agresif atau menarik diri dari interaksi keluarga, perubahan kepribadian dan
toleransi yang rendah terhadap frustasi, berhubungan dengan remaja lain yang juga
menggunakan zat, menyembunyikan atau berbohong tentang penggunaan zat.

BAB II
KONSEP DASAR

1. Pengertian
a). Obsesif
- Obsesif adalah pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang menggangu (intrusif).
(Sinopsis Psikiatri : Kaplan dan Sadock, Edisi Ketujuh Jilid Dua : 40)
- Obsesif adalah isi pikiran yang kukuh (”Persistent”) timbul, biarpun tidak
diketahuinya bahwa hal itu tidak wajar atau tidak mungkin.
(Catatan ilmu kedokteran Jiwa : W.F Maramis : 116)

b). Kompulsi
Kompulsi adalah pikiran atau yang disadari, dilakukan dan rekuren, seperti
menghitung, memeriksa, mencari, dan menghindari.
(Sinopsis Psikiatri : Kaplan dan Sadock, Edisi Ketujuh Jilid Dua : 40 - 41)
Obsesif meningkatkan kecemasan seseorang, sedangkan melakukan kolpulsi
menurunkan kecemasan melakukan suatu kompulsi, kecemasan adalah meningkat.
Seseorang dengan gangguan Obsesif-Kompulsi biasanya menyadari irasionalitas
dari obsesi dan merasakan bahwa obsesi dan kompulsi sebagai ego-distorik.
Gangguan obsesif-kompilsi daat merupakan gangguan yang menyebabkan
ketidakberdayaa, karena obsesif dapat menghabiskan waktu dan dapat
mengganggu secara bermakna pada rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan,
aktivitas social yang biasanya, atau ubungan dengan teman dan anggota keluarga.

2. Etiologi
Faktor predisposisi dan faktor presipitasi
Faktor predisposisi yang mungkin mengakibatkan timbulnya gangguan proses pikir
obsesif dan kompulsif adalah :
a). Faktor Biologis
– Neurotransmiter
Suatu disregulasi serotinin adalah terlibat dalam pembentukan gejaa osesif dan
kompulsif dari gangguan. Data menunjukkan bahwa obat serotonergik adalah lebih
efektif dibandingkan obat yang mempegaruhi neurotransmitter lain.
– Penelitian pencitraan otak
Dengan menggunakan PET (Positron Emession Thomography) ditemukan
peningkatan aktivitas (sebagai contohnya : metabolisme dan aliran darah) dilobus
frontalis, ganglia basalis (khususnya kaudata), dan singulum pada pasien dengan
gangguan obsesif-kompulsif.
– Genitika
Pada penelitian kesesuaian pada anak kembar untuk gangguan obsesif-kompulsif
telah secara konsisten menemukan adanya angka kesesuaian yang lebih tinggi
secara bermakna pada kembar monozigotik dibandingkan kembar dizigotik.

b). Faktor Perilaku


Menurut ahli teori belajar, obsesif adalah stimulasi yang dibiasalan. Stimulasi yang
relatif netral menjadi disertai dengan responden dengan memasangkannya dengan
peristiwa yang secara alami adalah berbahaya atau menghasilkan kecemasan. Jadi
objek pikiran yang sebelumnya netral menjadi stimuli yang terbiasakan yang mampu
menimbulkan kecemasan atau gangguan. Kompulsi dicapai dalam cara yang
berbeda, seseorang menemukan bahwa tindakan tertentu menurunkan kecemasan
yang berkaitan dengan pikiran obsesional.

c). Faktor Psikososial


o Faktor Kepribadian
Gangguan obsesif-kompulsif adalah berbeda dari gangguan kepribadian obsesif-
kompulsif tidak memiliki gejala kompulsif pramorbid ; dengan demikian, sejak
kepribadian tersebut tidak diperlukan atau tidak cukup untuk perkembangan
ganguan obsesif-kompulsif.

3. Manifestasi klinik / Perilaku


Obsesif dan kompulsif memiliki siri tertentu, secara umum diantaranya :
a). suatu gangguan atau impuls yang memaksa dirinya secara bertubi-tubi dan terus
menerus ke dalam kesadaran seseorang.
b). suatu perasaan ketakutan yang mencemaskan, yang menyebabkan orang
melakukan tindakan kebalikan melawan gagasan atau impuls awal.
c). obsesif dan kompulsif adalah asing bagi ego (ego-alien) ; yaitu ia dialami sebagai
makhlu asing bagi pengalaman seseorang tenang dirinya seagai makhluk
psikologis.
d). tidak peduli bagaimana jelas dan memaksanya obsesif atau kompulsi tersebut,
orang biasanya menyadarinya sebagai mustahil dan tidak masuk akal.
e). orang yang menderita akibat obsesif dan kompulsi biasanya merasakan suatu
dorongan yang kuat untuk menahannya, tetapi kira-kira separuh dari semua pasien
memiliki pertahanan yang kecil terhadap kompulsi. Kira-kira 80% dari semua pasien
percaya bahwa kompulsi adalah irasional.
f). gambaran obsesif dan kompulsi adalah heterogen pada orang dewasa, demikian
juga pada anak-anak remaja.

4. Psikodinamik
Individu yang mengalami OCD diduga menggunakan empt tipe mekanisme
pertahanan : regresi, isolasi, formasi reaksi, dan undoing. Individu penderita OCD
diyakini mengalami regresi dan menjadi terfiksasi pada tahap anal menurut freud.
Mereka yang mengalami tipe kompulsi rapid an teratur dikatakan berada pada tahap
anal – retentive ; tipe berantakan atau agresif dikatakan berada pada tahap anal –
eksplosif. Misalnya, klien yang tidak ingin merawat orangtuanya yang sakit, tetapi
menyadari bahwa hal tersebut tidak dapat diterima secara social, mengalami regresi
ketingkat perkembangan sebelumnya (anal – retentive) dan melakukan ritual yang
memberikan rasa nyaman, misalnya mencuci atau mengupayakan segala sesuatu
menjadi teratur ; mengisolasi peristiwa tersebut dari emosi dan tidak nyaman
dengan emosi (ansietas); menggunakan formasi reaksi untuk menyingkirkan pikiran
tidak mau merawat orang tuanya; dan menjadi seorang “ anak – super “’, erawat
orangtuanya dengan baik dan menjaga kebersihan lingkungan sehingga
menggagalkan (undoing) impuls awal yang tidak dapat diterima untuk mengabaikan
kebutuhan orangtuanya.
Persamaan menarik yang mengaitkan OCD dengan regresi ialah observasi bahwa
jika ritual OCD individu terganggu, ia harus memulai lagi dari awal. Hal ini serupa
dengan orangtua yang ingin mendapatkan pokok cerita kemudian memotong cerita
anaknya yang berusia empat tahun hanya untuk menemukan bahwa anak tersebut
harus memulai kembali cerita tersebut dari awal. Pada akirnya cerita tersebut
memakan waktu dua kali lebih lama.

5. Mekanisme Koping
Sigmun freud menjelaskan tiga mekanisme pertahanan psikologis utama yang
menentukan bentuk dankualitas gejala dan sifat karakter obsesif-kompulsif :
a). Isolasi
Adalah mekanisme pertahanan yang melindungi seseorang dari aspek danimpuls
yang mencetuskan kecemasan.
b). Meruntuhkan (UNDOING)
Adalah suatu tindakan kompulsif yang dilakukan dalam usaha untuk mencegah atau
menentukan akibat yang secara irasional akan dialami pasien akibat pikiran atau
impuls obsesional yang menakutkan.
c). Pembentukan Reaksi (Raction Fomation)
Pembentukan rekasi melibatkan pola perilaku yang bermanifestasi dan sikap yang
secara sadar dialami yang jelas berlawanan dengan impuls dasar. Seringkali pola
yang terlihat oleh pangamat adalah sangat dilebih-lebihkan dan tidak sesuai.
o Pikiran Magis
Adalah regresi yang mengungkapkan cara pikiran awal, ketimbang impulas ; yaitu
fungsi ego dan juga fungsi id, dipengaruhi oleh regresi yangmelekat padapikiran
magis adalah pikiran kemahakuasaan.
o Faktor prepitasi kebanyakan mengarah kepada kejadian ataupun peristiwa yang
menyebabkan stress karena tidak efektifnya koping individu terhadap stress
tersebut.

6. Penatalaksanaan
SSRI. SSRI adalah obat – obatan terkini yang disetujui untk mengobati OCD.
Fluvoksamin (Luvox), paroksetin (paxil), sertralin (Zoloft), dan fluoksetin (Prozac)
disetujui untuk mengobati OCD. SSRI tidak bisa diberikan bersamaan dngan MAOI
karena dapat enyebabkan krisis hipertensi. Pemberian MAIO harus dihentikan tiga
sampai lima minggu sebelum memulai pemberian SSRI untuk menghindari krisis
hipertensi. Keberhasilan terapi OCD dengan menggunakan SSRI memperlihatkan
bahwa serotonin berperan dalam proses penyakit ini.
Antidepresan. Obat pertama yang ditemukan untuk mengurangi perilaku OCD
berulang dan tidak dapat dikendalikan ialah klomipramin ATS (Anafranil). Obat ini
diyakini menghambat reuptake erotonin edan norepineprin di sinaps. ATS
kemungkinan efektif dalam mengobati OCD karena menyekat reuptake norepineprin
dan serotonin. Obat – obatan ini tidak adiktif dan terapi jangka panjang
direkomendasikan. Pemberian MAOI harus dihentikan tiga sampai lima minggu
sebelum memulai pemberian ATS untuk menghindari krisis hipertensi. Ada periode
keterlambatan atau sampai tiga minggu sebelum gejala mulai berkurang.
Ansiolitik. Buspiron ansiolitik (BuSpar) dan klonazepam (Klonopin) adalah satu –
satunya obat yang efektif dalam mengatasi OCD.

7. Perjalanan Penyakit dan Prognosisnya


Lebih dari setengah pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif memiliki onset
gejala yang tiba-tiba. Kira-kira 50%-70% pasien memiliki onset gejala setelah suatu
peristiwa yang menyebabkan stress. karena banyak pasien tetap marahasiakan
gejalanya, maka sering kali terlambat 5 sampai 10 tahun sebelum pasien dating
ntuk perhatian psiaktrik, walaupun keterlambatan tersebut keungkinan dipersingkat
dengan meningkatkan kesadaran atau gangguan tersebut diantara orang awam dan
professional. Perjalan penyakit biasanya lama tetapi bervariasi ; bebrapa pasien
mengalami perjalan penyakit yang berfluktuasi, dan pasien lain mengalami perjalan
penyakit yang konstan.
Kira-kira 20% - 30% pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif memiliki gangguan
defresi berat dan bunuh dii adalah resiko bagi semua pasien dengan gangguan
obsesif-kompulsif. Suatu prognosis yang buruk dinyatakan oleh mengolah
(bukannya menahan) pada kompulsi, onset pada masa anak-anak, kompulsi yang
aneh (bizarre) perlu perawatan di rumah sakit, gangguan defresi berat yang
menyertai, kepercayaan waham, adanya gagasan yang terlalu dipegang
(overvalued) yaitu penerimaan obsesi dankompulsi dan adanya gangguan
kepribadian (terutama gangguan kepribadian skizotipal). Prognosis yang baik
ditandai oleh penyesuaian social dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa
pencetus, dan suatu sifat gejala yang episodik. isi obsesional tampaknya tidak
berhubungan dengan prognosis.

Masalah Keperawatan

Tidak efektifnya koping individu


Gangguan konsep diri : HDR
Isolasi social : menarik diri
Tidak efektifnya penatalaksanaan program terapeutik
Tidak efektifnya koping keluarga, ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah
Kerusakan komunikasi verbal
Proses pikir waham
Pohon Masalah
Diagnosa Keperawatan

Isolasi social menarik diri berhubungan dengan tidak efektifnya koping individu
Tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan harga diri rendah
Tidak efektifnya penatalaksanaan program terapeutik berhubungan
ketidakmampuan keluaga merawat klien di rumah
Kerusakan komunikasi vebal berhubungan waham

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
OCD biasanya diobati di komunitas. Perawat harus meluangkan waktu yang
adekuat, mungkin dengan beberapa kali kunjungan, untuk mengidentifikasi rentang
perilaku OCD. Untuk pengkajian yang akurat, perawat perlu memperoleh informasi
yang spesifik tentang perilaku OCD untuk menetapkan suatu pola perilaku,
termasuk perilaku atau ritual yang dilakukan, kapan dan berapa kali dilakukan, dan
respons klien terhadap perilaku mengurangi kecemasan ini.
Pengkajian keperawatan harus mencakup hal-hal berikut :
∙ Deskripsi perilaku
∙ Kapan perilaku paling sering terjadi
∙ Peristiwa / perilaku spesifik individu lain yang meningkatkan dan mengurangi
perilaku.
∙ Berapa kali dalam sehari kompulsi terlihat
∙ Jumlah waktu yang diperlukan untuk melakukan setiap pengulangan ritual.
Informasi ini dapat digunakan untuk mengkaji berapa lama waktu yang diluangkan
dari aktivitas hidup sehari-hari dan nantinya akan membantu untuk menetapkan
batasan waktu pelaksanaan ritual.
∙ Jumlah pengulangan pada setiap set perilaku.
∙ Bagaimana klien berespons ketika melakukan perilaku mengurangi kecemasan ini.
∙ Tindakan klien ketika sesuatu atau seseorang menggunakan pelaksanaan ritual.

2. INTERVENSI
Intervensi keperawatan untuk klien yang mengalami OCD
- Kembangkan hubungan terapeutik
- Tawarkan dorongan, dukungan, dan bantuan
- Jelaskan kepada klien bahwa anda percaya ia dapat berubah
- Kurangi waktu klien secara bertahap untuk melakukan perilaku ritual
- Diskusikan fungsi ritual dalam kehidupan klien, tanpa penilaian.
- Klien menggunakan teknik perilaku imajinasi, relaksasi progresif,menghentikan
pikiran, dan meditasi untuk mengurangi ansietas
- Klien meminum obat-obatan yang diprogramkan dengan aman
- Klien mengatakan keinginannya untuk tetap meneruskan terapi
- Klien melakukan kembali aktivitas social, keluarga dan pekerjaan
- Keluarga memperlihatkan penurunan partisipasi dalam secondary gain klien yang
terkait dengan perilaku OCD dan meningkatkan perhatian selama aktivitas non-
OCD.

BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Gangguan obsesif-kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan
adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana membutuhkan banyak
waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan penderitaan (distress).
Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan komplusif,
atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu
berturut-turut.
Ada beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk penatalaksanaan gangguan obsesif-
kompulsif antara lain terapi farmakologi (farmakoterapi) dan terapi tingkah laku.
Prognosis pasien dinyatakan beik apabila kehidupan sosial dan pekerjaan baik,
adanya stressor dan gejala yang bersifat periodik.

Anda mungkin juga menyukai