Anda di halaman 1dari 5

:3

Nama : Nurafni Oktafia S.


NIM : 03031381621080
Shift : Kamis (13.00-16.00 WIB)
Kelompok :2

TEKNIK PEMBUATAN BIOPESTISIDA

Dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida kimia


mendorong untuk memberlakukan pembatasan menggunkan bahan-bahan kimia
pada proses produksi terutama pestisida kimia sintetik dalam pengendalian hama
dan penyakit di bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan. Kebijakan nasional
telah diberlakukan dalam perlindungan tanaman yaitu dengan adanya program
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dengan mengutamakan pemanfaatan dari
biopestisida. Biopestisida adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari bahan
alami yang relatif dibuat dengan kemapuan dan yang terbatas. Biopestisida bersifat
mudah terurai (bio-degradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan
juga mencegah lahan pertanian menjadi keras, serta menghindari ketergantungan
pada pestisida kimia. Penggunaan biopestisida dapat menjamin keamanan
ekosistem lingkungan sehingga mendukung bidang pertanian berkelanjutan.
Biopestisida merupakan salah satu solusi yang ramah lingkungan dalam
rangka menekan dampak negatif akibat penggunaan pestisida non hayati yang
berlebihan. Biopestisida cocok diaplikasikan pada tanaman untuk pencegahan
sebelum terjadinya serangan hama dan penyakit. Terdapat beberapa tanaman yang
mengandung senyawa tertentu yang dapat dimanfaatkan sebagai anti mikroba,
seperti cengkeh, mimba, lengkuas, bawang merah dan lerak (Djunaedy, 2009).
Biopestisida berdasarkan asalnya dapat dibedakan menjadi dua jenis
yaitu, pestisida nabati dan pestisida hayati. Pestisida nabati merupakan hasil
ekstraksi bagian tertentu dari tanaman baik dari daun, buah, biji atau akar yang
senyawa atau metabolitnya sekunder. Pestisida nabati memiliki sifat racun
terhadap hama dan penyakit tertentu. Pestisida nabati pada umumnya digunakan
untuk mengendalikan hama (bersifat insektisidal) maupun penyakit (bakterisidal).
Pestisida hayati merupakan formulasi yang mengandung mikroba tertentu
baik berupa jamur, bakteri, maupun virus yang memiliki sifat antagonis terhadap
mikroba lainnya (penyebab penyakit tanaman) atau menghasilkan senyawa
tertentu yang bersifat racun baik serangga maupun nematoda (penyebab penyakit).
Keuntungan menggunakan biopestisida diantaranya, menjaga kesehatan tanaman
sehingga dapat mempertahankan hidupnya, tidak mudah menimbulkan kekebalan
:3

hama, menghasilakan produk pertanian yang sehat serta bebas dari residu pestisida
kimia dan mudah dibuat serta harganya relatif murah. Kelemahan menggunakan
biopestisida yakni daya kerjanya relatif lambat, perlu penyemprotan yang
berulang-ulang, tidak membunuh langsung hama sasaran, kurang praktis, dan tidak
tahan terhadap paparan sinar matahari serta tidak tahan disimpan terlalu lama.
Teknik pembuatan pestisida nabati dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu sederhana dan dengan cara laboratorium. Pembuatan pestisida nabati dalam
bentuk ekstrak secara sederhana atau dalam jangka pendek dapat dilakukan oleh
petani. Penggunaan dari pestisida biasanya dilakukan sesegera mungkin setelah
pembuatan ekstrak. Pembuatan secara sederhana ini berorientasi pada penerapan
usaha tani ber-input rendah. Pembuatan pestisida nabati dengan cara ekstraksi
daun papaya dan belimbing wuluh merupakan salah satu contoh teknik pembuatan
biopestisida dengan cara sederhana. Daun papaya mengandung senyawa toxic
terhadap hewan larva nyamuk seperti saponin, alkaloid karpain, papain, flavonoid.
Kandungan daun papaya merupakan racun kontak yang masuk ke dalam
tubuh serangga melalui lubang-lubang alami dari tubuh serangga. Senyawa papain
juga bekerja sebagai racun pelarut yang masuk melalui alat mulut pada serangga.
Cairan tersebut masuk melalui kerongkongan serangga dan selanjutnya masuk
saluran pencernaan yang akan menyebabkan terganggunya aktivitas metabolisme.
Belimbing wuluh mengandung senyawa glukosid, tanin, asam folat, peroksida,
kalsium oksalat, sulfur, dan kalium sitrat. Tanaman yang mengandung racun
memiliki konsentrasi yang berbeda-beda, semakin tinggi konsentrasi maka jumlah
racun yang mengenai kulit serangga akan semakin banyak dan serangga akan mati.
Metode yang dilakukan untuk mengekstrak daun papaya dan belimbing
wuluh adalah maserasi. Maserasi merupakan teknik ekstraksi yang dilakukan
untuk bahan yang tidak tahan panas dengan cara perendaman di dalam pelarut
tertentu selama waktu tertentu. Maserasi dilakukan pada suhu ruang untuk
mencegah penguapan pelarut secara berlebihan karena faktor suhu dan dilakukan
pengadukan selama 15 menit agar bahan dan pelarut dapat tercampur dengan baik.
Maserasi lebih baik dilakukan pada suhu 20-30°C dan penyaringan
dilakukan setelah proses maserasi selesai yaitu 1 hari, 3 hari, 5 hari, 7 hari, 9 hari.
:3

Tahapan yang dilakproses pembuatan pestisida terdiri dari persiapan, perendaman


bahan baku, penyaringan, pemisahan alkohol, pengujian metabolit sekunder (uji
warna), dan pengujian pada hewan uji (larva nyamuk). Bahan baku yang telah
didapatkan dicuci dengan menggunakan air sampai bahan baku bersih, selanjutnya
dikeringkan dibawah sinar matahari sampai kering. Bahan yang kering dihaluskan
menggunakan blender kemudian diayak. Pelarut yang digunakan adalah etanol.
Ekstraksi maserasi dilakukan dengan cara mencampurkan bahan dengan pelarut.
Bahan baku yang sudah direndam dengan pelarut kemudian dilakukan
penyaringan, setelah disaring didapatkan ekstrak encer. Penyaringan ekstrak yang
telah dilakukan dilanjutkan dengan proses destilasi dengan temperatur 80°C.
Uji warna atau uji fotokimia pada teknik pembuatan biopestisida
sederhana digunakan untuk melihat senyawa yang berada dalam sampel dengan
cara menambahkan beberapa bahan kimia, sehingga dapat diidentifikasi dengan
perubahan warna larutan sampel. Golongan senyawa metabolit yang akan
diperiksa adalah pemeriksaan alkaloid, pemeriksaan flavonoid, pemeriksaan
saponin, pemeriksaan tanin, dan pemeriksaan sulfur. Pengujian akhir yang
dilakukan yaitu pengujian terhadap larva nyamuk di dalam gelas uji masing-
masing hewan dengan menggunakan sebanyak 20 larva nyamuk ( Ariyanti, 2017).
Pemanfaatan ekstrak umbi bawang putih juga merupakan contoh dari
teknik pembuatan biopestisida secara sederhana yang berfungsi sebagai pengendali
hama pada tanaman sawi. Umbi bawang putih (A. Sativum) mengandung zat-zat
yang bersifat racun bagi serangga hama antara lain, alisin, aliin, minyak atsiri,
saltivine, selenium, scordinin, dan metilalin trisulfida. Ekstrak banwang putih
dapat berfungsi untuk mengusir keong, siput dan bekicot, bahkan mampu
membasmi siput dengan merusak sistem saraf. Minyak atsiri yang terkandung
dalam bawang putih mengandung komponen aktif yang memiliki sifat asam.
Cara pembuatan biopestisida dari umbi bawang putih ini pertama sekali
dengan cara mengupas umbi bawang putih kemudian ditumbuk sampai halus.
Filtrat yang dihasilkan dicampur dengan minyak tanah dengan perbandingan 1:2
(250 gram bawang putih dalam 500 mililiter minyak tanah). Campuran ini
diendapkan selama 24 jam ataupun lebih. Aplikasi ekstrak dilakukan pada sore
:3

hari, sesuai dengan konsentrasi yang telah ditentukan dengan menyemprotkan


secara merata, menggunakan hard sprayer ukuran 1 liter yang dilakukan 1 jam
setelah infestasi larva dan dilakukan pada sore hari. Ekstrak umbi bawang putih
berpengaruh terhadap mortalitas, rerata waktu kematian, rerata presentase luas
daun yang terserang, dan presentase pupa yang terbentuk Konsentrasi yang efektif
dan efisien untuk mengendalikan hama yang terdapat pada sawi (Hasnah, 2007).
Cara pembuatan pestisida yang dilakukan secara laboratorium atau
jangka panjang biasanya dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah terlatih.
Biopestisida yang pembuatannya secara laboratorium masih jarang ditemui di
lingkungan masyarakat karena faktor keahlian dan juga biaya yang mahal
Biopestisida dikemas sedemikian rupa dan hasil kemasannya memungkinkan
untuk disimpan dalam jangka waktu yang lama. Pembuatan dengan laboratorium
berorientasi pada industri, membutuhkan biaya yang tinggi, sehingga produk
pestisida nabati yang dihasilkan menjadi mahal, bahkan kadang lebih mahal
daripada pestisida sintesis. Contoh industri yang berperan dalam bidang
pembuatan pestisida secara jangka panjang adalah PT. Mitra Sukses Agrindo.
Perusahaan ini merupakan produsen agroinput unggul berbasis bio seperti pupuk
organic, pupuk hyati, biopestisida dan sarana pertanian ramah lingkungan.
Produk yang dihasilkan perusahaan ini,salah satu contohnya yaitu Nagon
Trichoglio. Produk ini merupakan agen bio kontrol hayati untuk mengendalikan
cendawan patogen yang menyerang tanaman. Nogan Trichoglio mengandung
bahan aktif Gliocladium sp. yang dilengkapi dengan Trichoderma sp. Produk
Nogan Trichoglio ini ampuh, handal dan aman untuk di aplikasikan disemua
komoditi tanaman dengan jumlah spora masing-masing sebesar minimum 107
cfu/gram. Bahan pengisi yang digunakan berfungsi sebagai cadangan makanan
pada tumbuhan sehingga dapat menjaga kestabilan produk. Keunggulan bahan
aktif yang ada di dalam Nogan Trichoglio
Pembuatan dan penggunaan pestisida nabati dianjurkan dan diarahkan
dengan cara sederhana atau jangka pendek. Pembuatan pestisida nabati dapat
dilakukan dengan berbagai cara, yaitu pertama dengan penggerusan, penumbukan,
pembakaran atau pengeprasan untuk menghasilkan produk berupa tepung, abu
:3

atau pasta. Kedua, perendaman untuk produk ekstrak. Ketiga, ekstraksi dengan
menggunakan bahan kimia pelarut disertai perlakuan khusus oleh tenaga yang
terampil dengan menggunakan peralatan yang khusus ( Kardian, 2002).

DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti. 2017. Pembuatan Pestisida Nabati dengan Cara Ekstraksi Daun Pepaya
dan Belimbing. Jurnal Teknik. Vol. 4(2): 1-9.
Djunaedy. 2009. Biopestisida Sebagai Pengendalai Organisme Pengganggu Tana-
man (OPT) yang Ramah Lingkungan. Jurnal Embryo. Vol. 6(1): 88-95.
Hasnah dan Ilyas, A. 2007. Efektivitas Ekstrak Umbi Bawang Putih Untuk
Mengendalikan Hama. Jurnal Agrista. Vol. 11(2): 108-113.
Kardian, A. 2002. Pestisida Nabati. Jakarta: Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai