hama, menghasilakan produk pertanian yang sehat serta bebas dari residu pestisida
kimia dan mudah dibuat serta harganya relatif murah. Kelemahan menggunakan
biopestisida yakni daya kerjanya relatif lambat, perlu penyemprotan yang
berulang-ulang, tidak membunuh langsung hama sasaran, kurang praktis, dan tidak
tahan terhadap paparan sinar matahari serta tidak tahan disimpan terlalu lama.
Teknik pembuatan pestisida nabati dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu sederhana dan dengan cara laboratorium. Pembuatan pestisida nabati dalam
bentuk ekstrak secara sederhana atau dalam jangka pendek dapat dilakukan oleh
petani. Penggunaan dari pestisida biasanya dilakukan sesegera mungkin setelah
pembuatan ekstrak. Pembuatan secara sederhana ini berorientasi pada penerapan
usaha tani ber-input rendah. Pembuatan pestisida nabati dengan cara ekstraksi
daun papaya dan belimbing wuluh merupakan salah satu contoh teknik pembuatan
biopestisida dengan cara sederhana. Daun papaya mengandung senyawa toxic
terhadap hewan larva nyamuk seperti saponin, alkaloid karpain, papain, flavonoid.
Kandungan daun papaya merupakan racun kontak yang masuk ke dalam
tubuh serangga melalui lubang-lubang alami dari tubuh serangga. Senyawa papain
juga bekerja sebagai racun pelarut yang masuk melalui alat mulut pada serangga.
Cairan tersebut masuk melalui kerongkongan serangga dan selanjutnya masuk
saluran pencernaan yang akan menyebabkan terganggunya aktivitas metabolisme.
Belimbing wuluh mengandung senyawa glukosid, tanin, asam folat, peroksida,
kalsium oksalat, sulfur, dan kalium sitrat. Tanaman yang mengandung racun
memiliki konsentrasi yang berbeda-beda, semakin tinggi konsentrasi maka jumlah
racun yang mengenai kulit serangga akan semakin banyak dan serangga akan mati.
Metode yang dilakukan untuk mengekstrak daun papaya dan belimbing
wuluh adalah maserasi. Maserasi merupakan teknik ekstraksi yang dilakukan
untuk bahan yang tidak tahan panas dengan cara perendaman di dalam pelarut
tertentu selama waktu tertentu. Maserasi dilakukan pada suhu ruang untuk
mencegah penguapan pelarut secara berlebihan karena faktor suhu dan dilakukan
pengadukan selama 15 menit agar bahan dan pelarut dapat tercampur dengan baik.
Maserasi lebih baik dilakukan pada suhu 20-30°C dan penyaringan
dilakukan setelah proses maserasi selesai yaitu 1 hari, 3 hari, 5 hari, 7 hari, 9 hari.
:3
atau pasta. Kedua, perendaman untuk produk ekstrak. Ketiga, ekstraksi dengan
menggunakan bahan kimia pelarut disertai perlakuan khusus oleh tenaga yang
terampil dengan menggunakan peralatan yang khusus ( Kardian, 2002).
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti. 2017. Pembuatan Pestisida Nabati dengan Cara Ekstraksi Daun Pepaya
dan Belimbing. Jurnal Teknik. Vol. 4(2): 1-9.
Djunaedy. 2009. Biopestisida Sebagai Pengendalai Organisme Pengganggu Tana-
man (OPT) yang Ramah Lingkungan. Jurnal Embryo. Vol. 6(1): 88-95.
Hasnah dan Ilyas, A. 2007. Efektivitas Ekstrak Umbi Bawang Putih Untuk
Mengendalikan Hama. Jurnal Agrista. Vol. 11(2): 108-113.
Kardian, A. 2002. Pestisida Nabati. Jakarta: Penebar Swadaya.