Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah Indonesia merupakan daerah pertemuan atau tumbukan tiga


lempeng tektonik, yaitu Eurasia, Hindia-Australia, dan Lempeng Pasifik.
Tumbukan tersebut telah terjadi sejak berjuta-juta tahun yang lalu, yang
mengakibatkan terbentuknya struktur geologi yang beragam. Berbagai jenis dan
umur batuan yang bervariasi membuat wilayah Indonesia kaya akan sumber daya
geologi, baik mineral, logam, mineral non logam, dan energi. Penyebaran mineral
di Indonesia tidak merata, hal ini dipengaruhi oleh kondisi geologi.
Berdasarkan Mandala Metalogenik, dapat diidentifikasi sebaran berbagai
jenis mineral di Indonesia. Karateristik mineral menetukan metode eksplorasi
untuk mengungkap potensi sumber daya mineral tersebut

Sumber daya alam adalah semua kekayaan berupa benda mati maupun
benda hidup yang berada di bumi dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia (Abdullah, 2007: 3). Sumber daya mineral merupakan
sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui, pengelolaannya memerlukan
teknologi pengambangan sumber daya mineral, seperti teknik atau cara untuk
memanfaatkan sumber daya mineral dan manajemen pengelolaannya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bahan Galian

Suatu endapan yang dihasilkan magma, dimana magma merupakan larutan


Silikat panas yang kaya akan elemen-elemen volatile dan magma tersebut berada
jauh di bawah permukaan bumi yang kemudian melalui reaksi panas dari massa
padatan.

2.1.1. Macam-macam proses pembentukan bahan galian:


1. Magmatic Concentration
2. Sublimation
3. hydrothermal processes
4. Sedimentation
5. Metasomatism dan Metamorfisma

2.1.2. Jenis Bahan Galian

1. Bahan Galian (Mineral) Logam: bahan galian yang terdiri dari mineral
logam dan dalam pengolahan diambil/diekstrak logamnya.
2. Bahan Galian (Mineral) Industri: bahan galian yang penggunaannya
dalam bentuk mineral atau batuan. Pengolahan dilakukan secara
sederhana.
3. Bahan Galian (Sumber) Energi: bahan galian yang digunakan sebagai
sumber energi. Bahan galian energi padat dan cair/gas.
2.1.3. Genesa Endapan Bahan Galian

1. Magmatisme (proses pembekuan magma)


2. Sedimentasi (proses pengendapan)
3. Metamorfisme (proses malihan)
2.1.4. Tipe Endapan Bahan Galian

Tipe genetik:
1. Magmatik,
2. Metasomatik sentuh,
3. Hidrotermal,
4. Metamorfik,
5. Sedimenter
6. Lateritik,
7. Aluvial.
Tipe dan Bentuk Sebaran
1. Sederhana, lapisan, urat, kantong
2. Tersebar merata, tidak merata, sangat tidak merata

2.1.5. Tipe Endapan Bahan Galian

Tipe magmatik:
1. EBG terbentuk pada awal pembekuan magma;
2. Bentuk schlieren, seperti perlapisan;
3. Sebaran mineral berharga masif atau terserak merata;
4. Magnetit, khromit

2.2 Bentuk Endapan

Para ahli telah membuat klasifikasi berdasarkan cebakan mineral dengan


beragi cara antara lain:
1. Komoditas yang sedang ditambang
2. Tatanan tektonik dimana terdapatnya cebakan mineral
3. Tatanan geologi cebakan mineral
4. Model genetik mula!adi cebakan bijih
Dari beberapa kriteria tersebut yang paling umum digunakan adalah
klasifikasi berdasarkan genesa cebakan mineral. Tipe cebakan mineral sangat
berkaitan erat dengan genesa atau mulajadi. Genesa mineral ini juga akan
mempengaruhi bentuk pengendapan cebakan bijih tersebut. Bentuk lapisan
biasanya disebabkan oleh proses sedimentasi, bentuk vein (urat), bertalian dengan
proses magmatisme, dan lain sebagainya.
Secara garis besar, genesa cebakan mineral sangat berkaitan dengan 3
proses pembentukan batuan yakni magmatisme, sedimentasi dan metamorfisme.
Ketiga proses tersebut mempengaruhi terbentuknya berbagai macam tipe cebakan
serta kelompok asosiasi mineral bijih tertentu. Sedangkan pemberntukan endapan
mineral secara umum terbagi atas dua yakni endogenik dan eksogenik. Endapan
endogenik ialah endapan yang terbentuk jauh di dalam kerak bumi, bersamaan
dengan terbentuknya batuan beku atau yang disebut cebakan primer. Endapan
endogenik terdiri dari endapan magmatik, endapan hidrothermal dan endapan
metasomatik. Endapan eksogenik : endapan yang terbentuk di permukaan bumi.
Endapan eksogenik antara lain ialah endapan sedimentasi, endapan laterit dan
endapan transportasi permukaan (endapan sekunder/aluvial).

2.2.1. Endapan Residual

Endapan residual yaitu endapan hasil pelapukan dimana proses pelapukan


dan pengendapan terjadi di tempat yang sama, dengan kata lain tanpa mengalami
transportasi (baik dengan media air atau angin) seperti endapan sedimen yang
lainnya. Proses pelapukan (weathering) biasanya terjadi secara fisika dan kimia.
Asal batuannya yaitu berupa batuan beku atau metamorf, mengalami pelapukan
berupa penghancuran, baik karena tekanan ataupun pelapukan alami (cuaca dan
iklim) dan hancur berubah menjadi butiran-butiran (grain). Butiran-butiran
tersebut akan menumpuk dicekungan tepat dimana batuan asalnya. Lalu
mengalami proses sedimen yaitu kompaksi dan sedimentasi.
Endapan sedimen ini umumnya membawa endapan lain yaitu berupa bahan
galian dalam bentuk unsur -unsur kimia yang terkandung dalam mineral.
Endapan-endapan mineral tersebut umumnya berbentuk badan bijih. Badan bijih
yang terkandung di dalam residual deposit yaitu badan bijih yang terbentuk akibat
perombakan batuan-batuan yang mengandung mineral bijih dengan kadar rendah,
kemudian mengalami pelapukan dan pelarutan serta pelindian, dan selanjutnya
mengalami pengayaan relatif hingga mencapai kadar yang ekonomis.
Hubungan kondisi tektonik dengan pembentukan endapan residu adalah
pada daerah dengan kondisi pengangkatan berangsur, setelah pengangkatan awal
yang terletak pada lereng topografi yang tidak kritis, maka hasil pelapukan akan
tebal, sebab fluktuasi permukaan air tanah akan berangsur dan membentuk
penampang pelapukan akan menebal sampai ratusan meter.
Pelapukan pada pembentukan endapan residu ini sebagai:
 Menghancurkan (Pelapukan Fisik, kimia, dan biologi), memeindahkan dan
mengumpulkan.
 Mengubah material kurang berharga menjadi material berharga.
 Melepaskan mineral aksesoris yang resisten melalui proses desintegrasi
mineral batuan disekitarnya.

2.2.2.Endapan Alluvial

Setelah batuan pembawa unsure mineral terbentuk dan tersingkap, karena


pengaruh iklim menyebabakan batuana pembawa tadi mengalami desintegrasi dan
dekomposisi, kondisi ini terus berlangsung sejak awal tersingkap hingga hingga
keberadaannya saat ini, sehingga akan terbentuk endapan hasil pelapukan. Bila
pelapukannya tidak tertransportasi maka akan terbentuk endapan residu, dan
tertransportasi membentuk endapan alluvial atau endapan konsentrasi .pada proses
pembentukan endapan konsentrasi diawali proses erosi terhadap material sumber
yang mkengalami pelapukan dan masih kompak.
Endapan alluvial adalah endapan hasil pelapukan yang mengalami erosi,
tertransportasi dan sedimentasi, yang terakumulasi. Sumber endapan alluvial
berasl dari hasil pelapukan daerah sepanjang sungai yang kemudian tererosi dan
tertransportasi. Endapan sungai ini akan terakumulasi sejalan dengan
berkurangnya gradient kemiringan sungai. Akumulasi endapan sungai ini dapat
dijumpai dari hulu, hilir, muara sungai dan sepanjang garis pantai.

Anda mungkin juga menyukai