Anda di halaman 1dari 45

Suspensi (AlOH)3 (MGOH)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suspensidapatdidefinisikansebagaipreparat yang mengandungpartikelobat yang


terbagisecarahalusdisebarkansecarameratadalampembawadimanaobatmenunjukkankelarutanyang
sangat minimum (Ansel, 2008).Suspensiadalahsediaancair yang
mengandungpartikelpadattidaklarut yang terdispersidalamfasecair (KementerianKesehatan
RI,2014).tablet, kapsul, suspensidanberbagailarutansediaanfarmasi (Ansel,2008).
Formulasiobatdalamsediaansuspensimemilikikeuntunganyaiturasanya yang
lebihenakjugadapatmeningkatkanabsorpsiobatsehinggadapatmeningkatkanbioavailabilitasdariob
at (Hussein et al., 2009). Selainitu, adabeberapaalasan lain pembuatansuspensi oral
untukbanyakpasienyaitubentukcairlebihdisukaidaripadabentukpadat (tabletataukapsuldariobat
yang sama), mudahnyamenelancairan, mudahdiberikanuntukanak-
anakjugamudahdiaturpenyesuaiandosisnyauntukanak (Ansel, 2008).
Kesulitandalamformulasisuspensiadalahpembasahanfasepadatoleh medium suspensi, yang
artinya, suspensimerupakansuatusistem yang tidakdapatbercampur (Lachman, et al., 1994).
Kestabilan fisik dari suspensi sendiri bisa didefinisikan sebagai keadaan dimana partikel
tidak menggumpal dan tetapterdistribusi merata di seluruh sistem dispersi. Karena keadaan yang
ideal jarang menjadi kenyataan, maka perlu untuk menambah pernyataan bahwa jika partikel-
partikel tersebut mengendap, maka partikel-partikel tersebut harus dengan mudah disupensi
kembali dengan sedikit pengocokan saja (Martin, et al., 1993).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Mahasiswa dapat membuat rancangan sediaan
2. Mahasiswa dapat membuat fomulir pengkajian praformulasi
3. Mahasiswa dapat membuat prosedur tetap
4. Mahasiswa dapat membuat intruksi kerja
5. Mahasiswa dapat melaksanakan intruksi kerja pembuatan suspensi dengan baik
6. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi sediaan
7. Mahasiswa dapat membuat sediaan yang baik
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Sediaan

2.1.1 Definisi suspensi


Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat padat, tidak melarut dan
terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa.
Menurut FI Edisi III, suspensi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat
padat dalam bentuk halus dan tidak larut , terdispersi dalam cairan pembawa.
Menurut FI IV : Sediaan yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
dalam fase cair.
Menurut Formularium nasional Edisi II, suspensi adalah sediaan cair yang
mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa
atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat
tambahan yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan.
Secara fisik formula suspensi yang baik :
 Suspensiharushomogenpadasuatuperioda
 Endapan yang terbentukharusmudahdidespersikankembali
 Suspensiharuskental agar mencegahpengendapan
 Partikelsuspensiharuskecildanseragam

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam suspensi :


 Ukuranpartikel
 Pengunaanpembasah
 Sistemflokulasidandeflokulasidaripartikel
 Sifataliranpartikel
 Zatpengental
 Bahantambahan
 Stabilitassuspensi
 Cara pembuatansuspensi
 Bioavoabilitas

2.1.2 Tujuan Pembuatan Suspensi


1. Menjamin stabilitas kimia
2. Lebih disukai dibanding bentuk padat
3. Mengurangi rasa yang tidak enak
4. Meningkatkan luas permukaan
5. Mengurangi kontak zat padat dengan zat cair

2.1.3 Syarat Suspensi


Menurut Farmakope Edisi III :
1. Suspensi terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap.
2. Jika dikocok harus segera terdispersi kembali.
3. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas.
4. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar mudah dikocok dan di
tuang.

Menurut Farmakope Edisi 4 IV :


1. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intra vena dan intra rectal.
2. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus
mengandung zat anti mikroba.
3. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan.
4. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat

Kriteria suspensi yang baikmenurut Liberman , suspensi yang ideal atau suspensi
yang diinginkan harusnya memiliki:
1. Idealnya bahan-bahan terdispersi harus tidak mengendap dengan cepat pada
dasar wadah. Bagaimanapun juga dikatakan termodinamika tidak stabil
sebagai cenderung mengendap. Oleh karena itu seharusnya siap terdispersi
kembali membentuk campuran yang seragam dengan pengocokan sedang dan
tidak membentuk cake.
2. Sifat fisika seperti ukuran partikel dan viskositasnya harus tetap konstan
selama penyimpanan produk.
3. Viskositasnya memungkinkan untuk mudah mengalir dari wadah ( mudah
dituang) untuk penggunaan luar,produk harus cukup cair tersebar secara luas
melalui daerah yang diinginkan dan tidak boleh terlalu bergerak.
4. Suspensi untuk pemakaian luar sebaiknya cepat kering dan memberi lapisan
pelindung yang elastic dan tidak cepat hilang.
5. Harus aman, efektif, stabil, elegan secara farmasetik selama penyimpanan.
6. Suspensi kembalinya harus menghasilkan campuran yang homogen dari
partikel obat yang sama dipindahkan secara berulang-ulang.

2.1.4Stabilitas Suspensi
Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara
untuk memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari partikel. Cara
tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi :

1. Ukuran Partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut
serta daya tekan ke atas dari cairan suspensi. Hubungan antara ukuran partikel
merupakan perbandingan terbalik dengan daya tekan ke atas merupakan
hubungan linier, artinya semakin besar ukuran partikel, semakin kecil luas
penampangnya. Sedangkan semakin besar luas penampang partikel, daya ke
atas cairan akan memperlambat gerakan partikel untuk mengendap. Sehingga
untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil
ukuran partikel.
2. Kekentalan Viskositas
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan
tersebut, makin kental kecepatan cairan tersebut makin turun. Hal ini
dibuktikandengan hukum ”Stokes”.

d 2 ( 1   0 )
V
18

3. Jumlah Partikel
Apabila dalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, berarti
partikel tersebut semakin sulit untuk melakukan gerakan yang bebas karena
sering terjadinya benturan antara partikel tersebut. Benturan itu menyebabkan
terbentuknya endapan dari zat tersebut. Oleh karena itu makin besar
konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partiekl
dalam waktu yang singkat.

4. Sifat dari Partikel


 Viskositas suspensi
 Perubahan viskositas jika wadah dikocok dan dituang
 Kualitas penyebaran suspensi topikal : plastik, pseudoplastik, tiksotropik.

5. Zat Pengental
Tujuannya untuk mempertahankan stablitas:
 Golongan polisakarida: Acisia, tragakan
 Golongan selulosa: CMC
 Silikat terhidrotasi: Bentonit, Mg/Al silikat
 Koloid: silikon, dioksid

2.1.5 Macam-macam Suspensi


1. Suspensi Oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan
untuk penggunaan oral.
2. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit.
3. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus
yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
4. Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril mengandung partikel-partikel
yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
5. Suspensi injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair
yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau ke dalam larutan
spinal.
6. Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan
pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memnuhi semua
persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang
sesuai.

2.1.6 Komponen Pembentuk Suspensi


a. Bahan Aktif
b. Bahan Pembawa
 Medium Pendispers
 Air
c. Bahan Pembasah (wetting agent)
Bila sudut kontak > 90o serbuk akan mengambang di atas cairan =hidrofob.
Contoh: Sulfur, Carbon, Mg stearat. Bila sudut kontak < 90o serbuk akan
tercelup di bawah cairan, merupakan serbuk yang mudah terbasahi oleh air =
hidrofil. Contoh: Zno, Talk, Mg Carbonat. Bila tidak ada sudut kontak (0o)
serbuk akan tenggelam. Bahan pembasah yang digunakan untuk menurunkan
sudut kontak antara air dengan bahan padat antara lain gliserin,
propilenglikol.

d. Bahan Pensuspensi (supending agent)


Penggunaan suspending agent dalam suspensi adalah untuk meningkatkan
viskositas, BJ medium, pembasahan dan dispersitas.Contoh:
 Bahan pensuspensi dari alam, seperti acasia, tragakan, algin, chondrus.
 Golongan sintesis, seperti CMC, Metil selulosa.
e. Pengawet
Bahan pengawet dapat digunakan pada sediaan suspensi karena digunakan
berulang, menggunakan media cair, dan bila suspending agent yang
digunakan berasal dari alam.
Contoh: Methyl Paraben, Propil Paraben.
f. AntiOksidan
Hanya digunakan bila bahan obat mudah teroksidasi
g. Elegensia Farmasi
Meliputi:
 Bahan pemanis (sweetening agent) misal Saccharin Na.
 Bahan pewarna (colouring agent) Misal Sunset yellow fcf, orange.
 Bahan perasa (flavoring agent) missal raspherry. Elegensia farmasi
digunakan untuk memperbaiki rasa, warna maupun penampilansediaan
farmasi.

2.1.7 Metode Pembuatan Suspensi


a. Metode dispersi
Serbuk yang terbagi halus didispersikan ke dalam cairan pembawa dengan
bantuan wetting agent maupun suspending agent.
b. Metode kondensasi
Bahan padat dilarutkan dalam pelarut organik (misalnya etanol, metanol) lalu
ditambah air. Akan tetapi terjadi kristalisasi perlahan dari bahan obat yang
bisa jadi mempengaruhi efektifitas obat.Contoh: prednisolon yang diperoleh
dari pengendapan metanol-air atau aseton air memiliki bentuk kristal; yang
berbeda, dan yang mudah di suspensi dengan air adalah metanol air.

2.1.8 Evaluasi Sediaan Suspensi


1. Volume sedimentasi
Adalah perbandingan antara volume sedimentasi akhir (Vµ) terhadap volume
mula-mula suspensi (Vо) sebelum mengendap. Semakin besar nilai Vu,
semakin baik suspendibilitasnya.
𝑉𝑢
𝐹=
𝑉𝑜
Caranya :
a. Sediaan dimasukan ke dalam tabung sedimentasi yang berskala.
b. Volume yang diisikan merupakan volume awal (Vo).
c. Setelah beberapa waktu/hari diamati volume akhir dengan terjadinya
sedimentasi. Volume terakhir tersebut diukur (Vu).
d. Hitung volume sedimentasi (F).
2. Derajat flokulasi
Adalah perbandingan antara volume sedimen akhir dari suspensi flokulasi
(Vµ) terhadap volume sedien akhir suspensi deflokulasi (Vос).
𝑉𝑢
𝐷𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 𝐹𝑙𝑜𝑘𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 =
𝑉𝑜𝑐
3. Metode reologi
Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan redispersibilitas, membantu
menentukan perilaku pengendapan, mengatur pembawa dan susunan partikel
untuk tujuan perbandingan.
4. Perubahan ukuran partikel
Digunakan cara freeze-thaw cycling, yaitu temperatur diturunkan sampai titik
beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat
pertumbuhan kristal, yang pada pokoknya menjaga agar tidak terjadi
perubahan ukuran partikel dan sifat kristal.

5. Homogenitas
Homogenitas dapat ditentukan berdasarkan jumlah partikel maupun distribusi
ukuran partikelnya dengan pengambilan sample pada berbagai tempat
(ditentukan menggunakan mikroskop untuk hasil yang lebih akurat). Jika sulit
dilakukan atau membutuhkan waktu yang lama, homogenitas dapat
ditentukan secara visual. Pengambilan sampel dapat dilakukan pada bagian
atas, tengah, atau bawah. Sample diteteskan pada kaca objek lain sehingga
terbentuk lapisan tipis. Partikel diamati secara visual. Penafsiran hasil :
suspensi yang homogen akaln memperlihatkan jumlah dan distribusi ukuran
partikel yang relatif sama pada berbagai tempat pengambilan sample
(suspensi dikocok terlebih dahulu).
6. Bj sediaan
Kerapatan partikel (zat terlarut) umumnya lebih besar daripada kerapatan zat
pembawanya, sutau sifat yang diinginkan, karena bila partikel-partikel lebih
ringan dari pembawa, partikel-partikel cenderung untuk mengambang dan
partikel-partikel ini sangat sukar didistribusikan secara seragam ke dalam
pembawa. (Ansel,1989:357).
7. Sifat aliran dan Viskositas
Viskositas atau kekentalan adalah sutau sifat cairan yang berhubungan erat
dengan hambatan untuk mengalir. Dalam suatu suspense viskositas dapat
dinaikkan dengan adanya sspending agent. Tetapi suatu produk yang
mempunyai viskositas tinggi umumnya tidak diinginkan karena sukar dituang
dan juga sukar untuk diratakan kembali. Karena itu bila viskositas suspense
dinaikkan biasanya dilakukan sedemikian rupa sehingga viskositas sedang
sajauntuk menghindari kesulitan-kesulitan seperti yang diperlukan tadi.
(Ansel,1989:357).

8. Volume terpindahkan
Uji ini dilakukan sebagai jaminan bahwa larutan oral dan suspense yang
dikemas dalam wadah dosis ganda, dengan volume yang tertera pada etiket
tidak lebih dari 100 mL, yang tersedia dalam bentuk sediaan cair atau sediaan
cair yang dikonstitusi dari bentuk padat dengan penambahan bahan pembawa
tertentu dengan volume yang ditentukan, jika dipindahkan dari wadah asli,
akan memberikan volume sediaan seperti yang tertera pada etiket.
 Pilih tidak kurang dari 30 wadah.
 Untuk suspensi oral, kocok isi 10 wadah satu per satu.
 Untuk suspensi rekonstitusi, serbuk dikonstitusikan dengan sejumlah
pembawa seperti yang tertera pada etiket, konstitusi 10 wadah dengan
volume pembawa seperti yang tertera pada etiket diukur secara
seksama dan campur.
 Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering
terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari 2,5 kali volume
yang diukur.
 Penuangan dilakukan secara hati-hati untuk menghindarkan
pembentukkan gelembung udara pada waktu penuangan dan diamkan
selama 30 menit.
 Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap
campuran: volume rata-rata yang diperoleh dari 10 wadah tidak
kurang dari 100% dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari
95%.
 Jika A: adalah volume rata-rata kurang dari 100%, tetapi tidak ada
satupun wadah yang volumenya kurang dari 95%.
 Jika B: adalah tidak lebih dari satu wadah volume kurang dari 95%
tetapi tidak kurang dari 90% dari volume yang tertera pada etiket,
lakukan pengujian terhadap 20 wadah tambahan.
 Volume rata-rata yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari
100% dan tidak lebih dari satu dari 30 wadah volume kurang dari
95%, tetapi tidak kurang dari 95%.
9. Penetapan Ph
Dengan menggunakan kertas pH meter yang delupkan kedalam sediaan
kemudian dibandingkan warna yang terdapat pada kertas pH meter dengan
pembanding warna pH yang terdapat pada kemasan kertas pH meter
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum pembuatan sediaan suspensi ini berlangsung pada 04 Mei 2019 di
Laboratorium Teknologi Semi Solid Fakultas Farmasi ISTN.

3.2 Alat dan Bahan

Alat Bahan

1. Lumpang dan alu 1. Aluminium Hidroksida


2. Gelas ukur 2. Magnesium Hidroksida
3. Beaker glass 3. CMC Na
4. Sendok tanduk 4. Gliserin
5. Pipet tetes 5. Sorbitol
6. Batang pengaduk 6. Nipagin
7. pH Meter 7. Nipasol
8. Timbangan analitik 8. Ol.mentahe pp
9. Botol coklat 9. Pewarna hijau
10. Aquadest

3.3 Prosedur Kerja


I. PERSIAPAN
A. Persiapan alat-alat yang akan digunakan dan bersihkan terlebih dahulu alat-alat
yang akan digunakan
B. Kalibrasi botol yang akan digunakan sebagai wadah sediaan
II. PENIMBANGAN
Timbang masing-masing bahan :

Bahan Jumlah sebenarnya

Al(OH)3 22,5 gram

Mg(OH)2 20 gram

Gliserin 100 ml

Sorbitol 223,5 gram

CMC Na 3,75 gram

Nipagin 675 mg

Nipasol 129 mg

Ol.Menthae pp 15 tetes

Pewarna Hijau Qs

Aquades Ad 500 mL

III. PEMBUATAN SUSPENSI


a. Masukan Al. Hidroksida , Mg. Hidroksida dan Nipagin kedalam mortir kemudian
gerus ad halus dan homogen (a1).
b. Pada mortir lain masukan CMC Na dan tambahkan Air panas untuk CMC Na
kemudian gerus ad terbentuk mucilago, kemudian tambahkan bahan (a1) gerus ad
homogen, masukan kedalam wadah.
c. Masukan nipasol pada beaker glass tambahkan aquadest secukupnya aduk ad
larut.
d. Kemudian masukan sorbitol dan gliserin kedalam beaker glass.
e. Tambahkan sisa aquadest ad 300ml.
f. Masukan ke dalam botol masing-masing 100ml dan teteskan ol.menthae pp
sebagai pengaroma.
IV. PENGEMASAN
1. Setelah sediaan sudah dimasukkan ke dalam botol, beri
etiket &Label
2. Masukkan sediaan yang sudah dimasukkan ke dalam botol,
diberi etiket & label ke dalam kemasan sekunder.

Wadah : Botol Coklat


Label : Kocok Dahulu

3.4 Evaluasi Sediaan

No Parameter Cara Pemeriksaan Hasil

1 Organoleptis Ambil sejumlah sampel


suspensi kemudian :
1. Bau mint
1. Cium bau supesnsi 2. Agak manis
2. Rasakan suspensi 3. Hijau
3. Amati warna
suspensi
2 Uji pH Mengukur pH suspensi
dengan menggunakan
kertas pH universal.
pH 5 (warna Biru)
Ambil seumlah suspensi
celupkan kertas pH dan lihat
warna yang muncul dan
lihat pada katalog warna
untuk menentukan pH
berapa

3 Ujiviskositas - Suspensi yang telah


dibuat sebanyak
100ml kemudian
diletakkan pada
wadah
- Selanjutnya
masukan spindle
yang ada pada alat
-
viskometer kedalam
suspensi ,atur
kecepatan dan amati
jarum penunjuk
pada saat konstan
- Catat angka yang
ditunjuk jarum,
hitung viskositasnya

4. Uji Sedimentasi - Masukkan sediaan


kedalam tabung
sedimentasi yang
berskala (Volume
uang diisikan -

merupakan volume
awa/VO).
- Setelah beberapa
waktu/hari diamati
volume akhir dengan
terjadinya
sedimentasi.
- Ukur volume akhir
(Vu) dan hitung
volume sedimentasi
(F).

Uji volume - Kalibrasi botol100ml


terpindahkan - Kemudian masukan
sediaan yang telah
jadi kedalam botol
tersebut Volume terpindahkan :
- kemudian tuang
97 ml
kembali kedalam
gelas ukur untuk
mengetahui volume
5. terpindahkan dan
ketepatan
mengkalibrasi
BAB IV
PEMBAHASAN

Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan
terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa.Ditetapkannyasediaan suspensi ini bertujuan
selain untuk memudahkan dalam mengonsumsi obat khususnya untuk anak-anak dan yang sulit
mengonsumsi tablet, pil,dan kapsul, juga dikarenakan bahan aktif dari formula yang kami buat
tidak larut air sehingga cocok dijadikan sediaan suspensi yang membutuhkan bahan – bahan
tambahan agar suspensi ini stabil, diantaranya :

a. Bahan pensuspensi (suspending agent)


Yang digunakan adalah CMC Na, karena bukan merupakan golongan alam yang
dimana sangat rentan terhadap bakteri.
Tujuan penambahan suspending agent yaitu sebagai berikut :

 Meningkatkan viskositas
 Meningkatkan BJ medium
 Meningkatkan pembasahan
 Meningkatkan dispersitas
b. Wetting agent
Yang digunakan adalah gliserin, karena dapat menurunkan sudut kontak bahan aktif
dan mudah larut dalam larutan pembawa.
Tujuan penambahan wetting agent yaitu untuk menurunkan tegangan antar muka
sehingga menurunkan sudut kontak ,dan pembasahan akan dipermudah.

c. Bahan pengawet
Yang digunakan adalah Methyl Paraben dan Propyl Paraben, karena merupakan
antimikroba dengan spektrum luas, tidak toksis dan mudah larut dalam larutan
pembawa.
Tujuan penambahan pengawet yaitu untuk mencegah pertumbuhan mikroba, karena
menggunakan bahan pembawa air, dimana air merupakan media pertumbuhan
mikroba, sediaan ini juga digunakan untuk dosis ganda (pemakaian berulang).

d. Bahan pemanis
yang digunakan adalah sorbitol, karena tidak akan menyebabkan kristalisasi gula
pada tutup botol.
Tujuan penambahan pemanis yaitu untuk menutupi rasa tidak enak pada sediaan.
e. Bahan pengaroma
Yang digunakan adalah ol.menthae pp (minyak mint). Karena sediaan diinginkan
berbau segar seperti mint.
Tujuan penambahan pengaroma yaitu untuk menutupi bau yang tidak enak pada
sediaan.
f. Bahan pewarna
Yang digunakan adalah pewarna makanan Hijau, karena sediaan yang diinginkan
berwarna hijau dan sesuai dengan aroma mint yang segar.
Tujuan penambahan pewarna yaitu untuk menambah daya tarik konsumen khususnya
anak – anak.
g. Bahan pembawa yang digunakan adalah air, karena air bersifat netral dan tidak
toksik.
Dengan adanya penambahan bahan – bahan diatas diharapkan dapat membuat sediaan
suspensi yang memenuhi syarat, namun kadangkala dalam proses pembuatan terjadi kesalahan
yang menyebabkan sediaan tidak memenuhi syarat. Begitu pula dengan suspensi yang kami buat
tidak memenuhi syarat dimana tidak ada bahan aktif Magnesium Hidroksida dalam laboratorium
yang mengakibatkan efek terapi dari sediaan kami tidak sesuai dan juga berpengaruh pada
evaluasi sediaan.
Pada tahapan evaluasi sediaan, dilakukan UjiOrganoleptis dengan hasil sesuai dengan
yang kami inginkan yaitu berwarna hijau, berbau mint segar dan berasa agak manis. Kemudian
Uji pH menggunakan pH Universal dengan hasil yang sesuai dengan bahan aktif yaitu pH (5).
Kemudian Uji Volume Terpindahkan dengan hasil 97ml dari 100ml yang dimana menandakan
suspensi kental sehingga tertinggal dalam dinding botol. Kemudian Uji Viskositas yang tidak
bisa dilakukan karena Viskometer tidak dapat digunakan dan Uji sedimentasi yang juga tidak
bisa dilakukan karena bahan aktif yang kurang(Magnesiium Hidroksida) sehingga sedimentasi
tidak terlihat.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Metode yang digunakan dalam pembuatan suspensi ini adalah metode dispersi, dimana
serbuk yang terbagi halus didispersikankedalamcairanpembawa dengan bantuan suspending
agent.
Suspensi yang kami hasilkan tidak memenuhi syarat karena adanya bahan yang tidak ada
dan pegujian yang tidak dilakukan untuk megetahui apakah suspensi yang kami buat memenuhi
syarat atau tidak.

5.2 Saran
a. Untuk laboratorium diharapkan agar dapat melengkapi sarana dan prasarana berupa
alat-alat dan bahan-bahan yang menunjang dalam proses praktikum, agar praktikum
yang dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar.
b. Untuk praktikan, diharapkan agar lebih memahami serta mengasah lagi kemampuannya
dalam membuat sediaan suspensi, dimana sediaan suspensi merupakan sediaan yang
membutuhkan ketelitian dalam peracikannya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ansel, H.C. (2008). Pengantar bentuk sediaan farmasi. (Edisi IV). Penerjemah: Parida
ibrahim. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia(UI-Press).
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope Indonesia Edisi III .
Jakarta : Dekpes RI
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1995 . Farmakope Indonesia Edisi IV .
Jakarta : Dekpes RI
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978 . Formularium Nasional Edisi2 .Jakarta
: Dekpes RI
5. Hussein, W., Waqar, S., Khalid, S., &Naveed, S. (2009). Importance of bioavailability of
drug with reference to dosage form and formulation. Journal of Pharmaceutics and
Cosmetology. 2 (7),39-44.
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). FarmakopeIndonesia. (Edisi V).
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
7. Lachman, L., Lieberman, H. A.,& Kanig,J. L. (1994). Teori dan praktek farmasi industri
I (Edisi 3). Penerjemah: Siti Suyatmi. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
8. Martin, A., Swarbrick, J., & Cammarata, A. (1993). Farmasi fisik jilid II (Edisi 3).
Penerjemah: Joshita Djajadisastra. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Lampiran
Brosur dan Kemasan
a. Brosur
Pansida
Meredakan gejala asam lambung tinggi
Komposisi :
Setiap 1 sendok takar 5ml mengandung:
Alumunium Hidroksida 225mg
Magnesium Hidroksida 200mg

Aturan Pakai :
Dewasa 3-4x sehari 1 sendok takar

Cara Pemakaian :
Dianjurkan minum segera setelah timbul rsa
nyeri, 1-2 jam sebelum makan dan sebelum
tidur.

Indikasi :
Untuk meredakan gejala yang berhubungan
dengan kelebihan asam lambung dengan
gejala seperti mual, nyeri lambung dan nyeri
ulu hati.
b. Kemasan
Lotion Olive Oil

BABI
PENDAHULUAN

1.1.LATARBELAKANG
Bentuk lotion adalah salah satu bentuk sediaan yang cukup banyak digunakan
sampai saat ini karena sifat penggunaanya yang praktis dan dapat memenuhi keinginan
yang dibutuhkan. Salah satunya diterapkandalamsediaanHand
&BodyLotion.Denganmenggunakan Hand &BodyLotion dapat mengatasi problema
kekeringan kulit serta pelindungefektif terhadap sinar UVAdanUVB.
Lotion merupakan salah satu bentuk sediaan emulsi yang termasuk dalam kosmetik
pelembab yang secara umum dipakai untuk melembabkan,melembutkan dan
menghaluskan kulit karena adanya kandungan emolien,humektan dan zat
pembawa(Afifah danMirwan, 2008).
Lotion dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit sebagai pelindung. Konsistensi
yang dihasilkan memungkinkan pemakaian yang cepatdan merata pada permukaan kulit,
sehingga mudah menyebar dan dapat segera kering, setelah pengolesan serta
meninggalkan lapisan tipis pada permukaan kulit(Kardinan dan Dhalimi, 2010).
Komponen-komponen yang menyusun lotion adalah pelembab, pengemulsi,bahan
pengisi, pembersih, bahanaktif, pelarut, pewangi dan pengawet. Proses pembuatan lotion
dilakukan dengan cara mencampurkan bahan-bahan yang larut dalam fase air pada bahan-
bahan yang larutdalam fase minyak dengan cara pemanasan dan pengadukan(Dewi, 2012).

1.2. TUJUAN
a. Mahasiswa mampu mengetahui rancangan formula dalam pembuatan lotion.
b. Mahasiswa mampu mengenal bahan aktif dan bahan tambaha nuntuk pembuatan sediaan
semisolid dan liquid
c. Mahasiswa mampu mengenal dan dapat melaksanakan perumusan karakter
sediaan formulir pemecahan masalah, komponen sediaan, data praformulasi, prosedur
tetap, dan instruksi kerja
d. Mahasiswa dapat memanfaatkan dan melaksanakan pengkajian praformulasi
untuk sediaan semisolid dan liquid
BAB II
TINJAUANPUSTAKA

2.1 LOTION

Sediaan lotion merupakan sistem dispersi semisolid yang termasuk ke emusi, yaitu disperse
antara air dan minyak.Proses pembuatan lotion disebut emulsi fikasi dimana fase air dan
emulgator dihomogenkan kemudian ditambah fase minyak/lemak, bahan-bahan tersebut adalah
bahan basis lotion,sedangkan bahan tambahannya dapat berupa zat aktif (vitamin, ekstrak,
whitening, dsb)dan/atau parfum, pewarna, pengawet.

Menurut Farmakope IndonesiaEdisi IV,definisi lotion adalah sediaan cair berupa suspense
atau disperse yang digunakan sebagai obat luar dapat berbentuk suspense zat padat dalam serbuk
halus dengan ditambah bahan pensuspensi yang cocok,emulsi tipe o/w dengan surfaktan yang
cocok.Pelembab tubuh (moisturizer) umumnya dibuat dengan karakteristik tersendiri sehingga
memiliki kombinasi air,tipe minyak,dan emolien (pengencer) yang berbeda satu sama lainnya.

Lotion merupakan sediaan cair berupa suspense atau disperse yang digunakan sebagai obat
luar.Lotion dapar berbentuk suspensi zat padat dalam bentuk serbuk halus dengan menggunakan
bahan pensuspensi yang cocok atau emulsi tipe minyak dalam air dengan surfaktan yang
cocok.Pada penyimpanan lotion mungkin dapat terjadi pemisahan sehingga dapat ditambahkan
dengan zat warna, pengawet, dan pewangi yang cocok (DepKes RI,1979).

Lotion dimaksudkan digunakan sebagai pelindung kulit atauu ntuk obat dikarenakan sifat
dari bahan-bahannya. Pada umumnya pemabawa dari lotion adalah air. Sehingga setelah
pemakaian lotion dapat segera kering dan tersebar merata pada permukaan kulit karena sifat
kecairannya dan hanya meninggalkan lapisan tipis dari komponen obat pada permukaan kulit
(Ansel, 1989).

2.1.1. KegunaanLotion
Lotion dapat diaplikasikan ke kulit dengan kandungan obat/agen yang berfungsi sebagai:
✓ Antibiotik
✓ Antiseptik
✓ Anti jamur (antifungi)
✓ Kortikosteroid
✓ Anti-jerawat

✓ Pijat
✓ Memperbaikikulit (estetika)

Selain penggunaan untuk medis,lotion banyak digunakan untuk perawatan kulit serta
kosmetik.

2.1.2. Kelebihan dari Lotion

1) Lebih mudah digunakan(penyebaran lotion lebihmerata daripadakrim).

2) Lebih ekonomis (Lotion menyebar dalam lapisantipis).

3) Umumnya dosis yang diberikan lebih rendah.

4) Kerja sistemnya rendah.

2.1.3. Kekurangan dari Lotion

1) Bahaya alergi umumnya lebih besar

2) Penyimpanan Bahan Sediaan Obat Lotion tidak tahan lama

3) Bahan Sediaan Obat kurang praktis dibawa kemana-mana

2.2.4. Cara Pembuatan


a. Metode Gom Basah (MetodeIngggris)

Yaitu dengan membuat mucilage yang kental dengan sedikit air lalu ditambahkan minyak
sedikit demi sedikit dengan diaduk cepat.Bila emulsi terlalu kental, ditambahkan air sedikit demi
sedikit agar mudah diaduk dan diaduk lagi ditambah sisa minyak.Bila semua minyak sudah
masuk ditambahkan air sambil diaduk sampai volume yang dikehendaki.Cara ini digunakan
terutama bila emulgator yang akan dipakai berupa cairan atau harus dilarutkan dulu dengan air.
Contohnya adalah kuning telur, methylselulosa.

b. Metode Gom Kering

Metode ini juga disebut metode 4:2:1(4bagian minyak,2bagian airdan1bagian gom).


Selanjutnya sisa air dan bahan lain ditambahkan.Caranya ialah 4bagian minyak dan1bagian gom
diaduk dan dicampur dalam mortar yang kering dan bersih sampai tercampur benar,lalu
ditambahkan 2bagian air sampai terjadi corpusemulsi.Tambahkan sirup dan tambahkan sisa air
sedikit demi sedikit bila ada cairan alcohol hendaklah ditambahkan setelah diencerkan sebab
alcohol dapat merusak emulsi.

c. Metode Baudrimont

Menggunakan perbandingan minyak:gom:air:= 10:5:7,5dalam pembuatan korpus emulsi.

d. Metode HLB

Dalam hal ini berhubungan dengan sifat-sifat molekul surfaktan mengenal sifat relatif dari
keseimbangan HLB Hydrophiel-LyphopielBalance). Emulgalor mempunyai suatu bagian hidrofil
dan suatu bagian lipofil dengan salah satu diantaranya lebih atau kurang dominan dalam bentuk
tipe emulsi.
Tahun 1933 Clayton telah membuat sifat relatifdari keseimbangan Hidrofil-lipofil yang
disebutnilai HLB. Makin rendah nilai HLB surfaktan maka makin lipofil,sedangkan makin tinggi
nilai HLB maka makin bersifat hidrofil.
Nilai HLB1,8-8,6 seperti span dianggap lipofil dan umumnya membentuk tipe emulsi
A/M.NilaiHLB9,6- 16,7 seperti Tween dianggap hidrofilyang pada umumnya membentuk emulsi
tipe M/A.

2.2.5. EvaluasiSediaan

a. Organoleptis
Meliputi pewarnaan, bau, rasa dan dari sediaan emulsi pada penyimpanan pada suhu rendah
5oC dan tinggi 35oC pada penyimpanan masing-masing12 jam.

b. Homogenitas
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan meletakkan sediaan diantara dua kaca lalu
diperhatikan adanya partikel yang kasar atau ketidak homogenan dibawah cahaya.

c. pH
Pemeriksaan pH diawali dengan kalibrasi alat pH meter menggunakan larutan dapar pH4 dan
pH7. Losio dilarutkan dalam akuades lalu dicelupkan pada pH meter dan dicatat nilai pH yang
ditunjukan oleh pH meter
.
d. Viskositas
Viskositas losio diukur menggunakan Viscometer Brookfield, karena sediaan losio berprinsip
pada sistem aliran Non-Newton.Losio sebanyak 300g ditempatkan dalam wadah dan diatur
ketinggian wadah sehingga motor dapat bergerak. Dicatat hasil pengukuran yang tertera pada
alat.

e. Uji efektifitas pengawet.


Prinsip dasar pengujian ini adalah dengan menginokulasi bermacam-macam organisme uji
pada produk dengan konsentrasi tertentu pada beberapa tabung kemudian diambil sampel dari
tiap tabung pada waktu tertentu dan ditentukan proporsi inoculums yang hidup.
2.2.6. Ketidakstabilan

a. Flokulasi dan creaming


Merupakan pemisahan dari emulsi menjadi beberapa lapis cairan,dimana masing-masing
lapis mengandung fase disperse yangberbeda
.
b. Koalesen dan pecahnya emulsi (craking atau breaking)
Pecahnya emulsi yang bersifat tidak dapat kembali.Penggojokkan sederhana akan gagal
untuk mengemulsi kembali butir-butir tetesan dalam bentuk emulsi yang stabil.

c. Inversi adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi M/A ke tipe A/M atau sebaliknya.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Judul Praktikum :

Sediaan Lotion Olive Oil

3.2. Tujuanpraktikum :

Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan, pengujian dan


pengemasan sediaan lotion olive oil.

3.3. Alat:

Alat Bahan

10. Lumpang dan alu 11. Olive Oil


11. Gelas ukur 12. Cetyl Alkohol
12. Beaker glass 13. Asam Stearat
13. Sendok tanduk 14. Methyl Paraben
14. Pipet tetes 15. Alfa tokoferol
15. Batang pengaduk 16. TEA
16. pH Meter 17. Aquadest
17. Timbangan analitik
18. Botol plastik
19. Kertas perkamen
20. Cawan penguap

3.4. Prosedur Kerja:


V. PERSIAPAN
C. Persiapan alat-alat yang akan digunakan dan bersihkan terlebih dahulu
alat-alat yang akan digunakan
D. Kalibrasi botol yang akan digunakan sebagai wadah sediaan

VI. PENIMBANGAN
Timbang masing-masing bahan :

Bahan Penimbangan

Olive Oil 6 gram

Cetyl Alkohol 10 gram

Asam Stearat 20 gram

TEA 6 gram

Methyl Paraben 0,2 gram

Alfa tokoferol 0,12 gram

Aqua Ad 200ml

III. PEMBUATAN

1. Penimbangan bahan dan beri label.


2. Penghalusan bahan aktif/bahan tambahan jika diperlukan.
3. Bahan yang tahan pemanasan dan larut dalam basis lotion dipanaskan di atau
waterbath hingga mencair, T ≤ 75°C.
4. Bahan yang larut dalam air dilarutkan dalam air jika perlu dilakukan pemanasan
di atas waterbath, jaga temperatur cairan tidak melebihiT ≤ 80°C.
5. Larutkan parfum dalam air.
6. Campurkan fase minyak dengan emulgator dan basis lotion aduk hingga
homogen dan terbentuk emulsi.
7. Tambahkan campuran bahan yang larut dalam air.Aduk hingga homogen.
8. Tambahkan larutan parfume aduk hingga homogen.
9. Tambahkan sisa air aduk hingga homogen.
10. Masukkan kedalam wadah.
11. Beri penandaan.
12. Lakukan Uji Evaluasi

VII. PENGEMASAN
3. Setelah sediaan sudah dimasukkan ke dalam botol, beri
etiket &Label
4. Masukkan sediaan yang sudah dimasukkan ke dalam botol,
diberi etiket & label ke dalam kemasan sekunder.

Wadah : Botol plastik

3.5.Evaluasi Sediaan

No Parameter Cara Pemeriksaan Hasil

1 Organoleptis Ambil sejumlah sampel


4. Bau khas Zaitun
Lotion kemudian :
5. Cairan kental
4. Cium bau Lotion homogen
5. Amati bentuk Lotion 6. Putih susu
6. Amati warna Lotion
2 Uji pH Mengukur pH Lotion
dengan menggunakan
kertas pH universal.
pH 6 (netral)
Ambil secukupnya, ukur pH
larutan dengan pH meter
atau kertas Ph universal.
3 Ujiviskositas - Lotion yang telah
dibuat sebanyak
100ml kemudian
diletakkan pada
wadah
- Selanjutnya
masukan spindle
yang ada pada alat
-
viskometer kedalam
Lotion, atur
kecepatan dan amati
jarum penunjuk
pada saat konstan
- Catat angka yang
ditunjuk jarum,
hitung viskositasnya

4. Uji Sedimentasi - Masukkan sediaan


kedalam tabung
sedimentasi yang
berskala (Volume
uang diisikan
merupakan volume -
awa/VO).
- Setelah beberapa
waktu/hari diamati
volume akhir dengan
terjadinya
sedimentasi.
- Ukur volume akhir
(Vu) dan hitung
volume sedimentasi
(F).

5. Uji tipe emulsi - Ambil sedikit lotion

olive oil

- Tambahkan metilen

blue, aduk ad

homogen Emulsi tipe :

- Bila tampak warna m/a


biru menyebar pada
campuran,berarti
emulsi tipe a/m, jika
warna hanya tampak
bintik-bintik, berarti
emulsi tipe m/a
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini kami melakukan pembuatan sediaan lotion dan
melakukan evaluasinya. Untuk pembuatan sediaan lotion, sebelumnya kami melakukan
identifikasi bahan-bahan yang tersedia dalam laboratorium yang dapat dijadikan sediaan
lotion.

Dalam praktikum ini, kami melakukan pembuatan sediaan Lotion Olive Oil dan
pembuatannya sesuai dengan formula yang telah kami buat. Untuk membuat formula
tersebut langkah pertama yang kami lakukan adalah menyiapkan alat dan bahan, alat
yang dipergunakan untuk pembuatan sediaan lotion ini adalah beaker glass, batang
pengaduk, spatula logam, mortir dan stamper, kaca arloji, cawan porselen, alat evaluasi
sediaan. Sedangakan bahan yang dipergunakan adalah Olive oil, Asam stearat,
Trietanolamin, Cetyl alkohol, Nipagin (Methyl paraben), Nipasol (Propil paraben), Alfa
Tokoferol, Aquadest. Setelah alat dan bahan siap, langkah kedua adalah menimbang
bahan sesuai dengan perhitungan yang ada. Langkah ketiga adalah pencampuran bahan
dimana dilakukan pelarutan untuk fase minyak yaitu olive oil, asam stearat, cetyl
alkohol, Nipasol (propil paraben), Alfa Tokoferol dan pelarutan untuk pencampuran
fase air yaitu tiretanolamin, nipagin (Methyl paraben) dan aquadest. Kemudian setelah
pencampuran fase minyak dan pencampuran fase air selesai, langkah keempat adalah
pelelehan untuk fase minyak agar bercampur. Langkah kelima adalah pemanasan untuk
menurunkan tegangan antarmuka antara fase minyak dan fase air (pada lumpang dan alu
diberi air mendidih). Langkah keenam adalah pencampuran fase minyak dan fase air
(hasil pelelehan fase minyak dan pencampuran fase air dicampur pada lumpang dan alu
yang panas). Langkah ketujuh adalah pengisian dan pengemasan sediaan.

Setelah sediaam Lotion Olive Oil jadi, langkah selanjutnya adalah dilakukannya
evaluasi pada sediaan Lotion Olive Oil. Evaluasi yang dilakukan adalah uji
organoleptik, pengukuran pH sediaan, uji viskositas, dan uji tipe emulsi. Evaluasi
pertama adalah uji organoleptik, evalusi ini mengamati bahwa sediaan yang dibuat
memiliki bentuk dengan cairan encer, bau khas minyak zaitun, dan berwarna
kekuningan jernih. Evaluasi kedua adalah pengukuran pH sediaan, evaluasi ini
mengamati bahwa sediaan Lotion Olive Oil yang telah dibuat memiliki pH = 6 (netral).
Evaluasi ketiga adalah uji tipe emulsi, evaluasi ini mengamati bahwa ketika sediaan
Krim Olive Oil ditambahkan metilen blue lalu di ad homongen akan tampak warna biru
menyebar, berarti sediaan krim ini termasuk tipe emulsi minyak dalam air (M/A).

BAB V
KESIMPULAN & SARAN

5.1 Kesimpulan

Sediaan Lotion Olive Oil berdasarkan formula yang dibuat memenuhi persyaratan
dalam spesifikasi yang diinginkan juga standar dari Farmakope Indonesia, sehingga
dapat disimpulkan bahwa tujuan pembuatan sediaan Lotion Olive Oil yaitu
menghasilkan sediaan yang bermutu tercapai.

Lotion Olive Oil yang dihasilkan memenuhi persyaratan antara lain pada uji
organoleptik yang mana pada persyaratan dinyatakan bentuk dari krim adalah setengah
padat, berwarna putih dan berbau khas minyak zaitun. Pada pengukuran pH sediaan,
Lotion Olive Oil yang telah dibuat memenuhi persyaratan karena pH pada sediaan
Lotion Olive Oil dengan pH = 6 – 7 (netral) sediaan yang dibuat memiliki pH = 6
(netral). Uji viskositas tidak dilakukan karena alat yang dilaboratorium rusak. Pada uji
tipe emulsi sediaan Krim Olive Oil memenuhi persyaratan karena ketika sediaan krim
ditambahkan metilen blue lalu di ad homongen tampak warna biru menyebar, maka
sediaan krim ini termasuk tipe emulsi minyak dalam air (M/A).

5.2 Saran

Untuk laboratorium diharapkan agar dapat melengkapi sarana dan prasarana berupa
alat-alat dan bahan-bahan yang menunjang dalam proses praktikum, agar praktikum
yang dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar.

Untuk praktikan, diharapkan agar lebih memahami serta mengasah lagi


kemampuannya dalam membuat sediaan suspensi, dimana sediaan suspensi merupakan
sediaan yang membutuhkan ketelitian dalam peracikannya

DAFTAR PUSTAKA

1. Ansel, H.C. (2008). Pengantar bentuk sediaan farmasi. (Edisi IV). Penerjemah:
Parida ibrahim. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia(UI-Press).
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope Indonesia Edisi
III . Jakarta : Dekpes RI
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1995 . Farmakope Indonesia Edisi
IV . Jakarta : Dekpes RI
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978 . Formularium Nasional
Edisi2 .Jakarta : Dekpes RI
5. Hussein, W., Waqar, S., Khalid, S., &Naveed, S. (2009). Importance of
bioavailability of drug with reference to dosage form and formulation.
Journal of Pharmaceutics and Cosmetology. 2 (7),39-44.
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). FarmakopeIndonesia.
(Edisi V). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
7. Lachman, L., Lieberman, H. A.,& Kanig,J. L. (1994). Teori dan praktek farmasi
industri I (Edisi 3). Penerjemah: Siti Suyatmi. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.
8. Martin, A., Swarbrick, J., & Cammarata, A. (1993). Farmasi fisik jilid II (Edisi
3). Penerjemah: Joshita Djajadisastra. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Lampiran
Brosur dan Kemasan
a.Brosur
Panlive
Hand and Body
Lotion Oliveoil

Olive oilmemberikan perawatan pada


kulit secara menyeluruh, untuk
menjaganya agar tetap sehat dan
indah.

Komposisi :
MengandungOlivOil3g,Cetylalkohol5g,Asams
tearat10g,TEA6g,MethylParaben0,2g,Aquade
stad100ml.
Komposisi :
Mengandung OlivOil 3g,
Cetyl alkohol 5g,Asam stearat
10g,TEA 6g,Methyl Paraben
0,2g,Aquadest ad 100ml.

Cara Pemakaian :
Gunakan setiap hari.
Oleskan pada bagian
tangan dan kaki sebagai
perlindungan kulitmu
sebelum beraktivitas.

b.Kemasan
No. Reg :NA 18190101035
No. Batch : J912608
Mfg. Date : Juni2019
Exp. Date : Juni 2021

Penyimpanan :
Simpan di tempat sejuk

Panlive Panlive dan terlindung dari


cahaya matahari.

Hand and Body Hand and Body Perhatian dan Peringatan:


Lotion Oliveoil Lotion Oliveoil Hanya untuk pemakaian
luar. Apabila terjadi iritasi
hentikan pemakaian.

Olivoil memberikan
perawatan pada kulit
secara menyeluruh,
untuk menjaganya
agar tetap sehat dan
Komposisi : Olive oilmemberikan
MengandungOlivOil3g,Cetylalkoh perawatan pada kulit
ol5g,Asamstearat10g,TEA6g,MethylP
araben0,2g,Aquadestad100ml.
Panlive secara menyeluruh, untuk
menjaganya agar tetap
Hand and Body sehat dan indah.
Lotion Oliveoil
Cara Pemakaian :
Gunakan setiap hari. Oleskan
pada bagian tangan dan kaki Penyimpanan :
sebagai perlindungan kulitmu Simpan di tempat sejuk dan
sebelum beraktivitas. terlindung dari cahaya
matahari.

No. Reg :NA 18190101035 Perhatian dan Peringatan :


No. Batch : J912608 Hanya untuk pemakaian luar.
Mfg. Date : Juni2019 Apabila terjadi iritasi hentikan
Exp. Date : Juni 2021
Netto: 100ml pemakaian.

Diproduksi oleh:
PT.Yumugari Pharma
Jakarta - Indonesia

Anda mungkin juga menyukai