Anda di halaman 1dari 9
PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG DENGAN PT.PLN (PERSERO) WILAYAH RIAU DAN KEPULAUAN RIAU AREA PELAYANAN DAN JARINGAN/AREA/CABANG TANJUNGPINANG TENTANG PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK PENERANGAN JALAN DAN PEMBAYARAN REKENING LISTRIK OLEH PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG Nomor : 075.PJ/AGA.01.01/UP3TPI/2018 Nomor : 181/1.1.02/4.1/2018 Pada hari ini, Kamis tanggal Tujuh bulan Juni Tahun Dua Ribu Delapan Belas, kami yang bertanda tangan dibawah ini: 1 Nama 2 H.RAJAARIZA Jabatan : Penjabat Walikota Tanjungpinang yang diangkat _berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131.21-85 Tahun 2018 Alamat : Jalan Daeng Marewa No.1 Senggarang-Kota Tanjungpinang Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kota Tanjungpinang, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA. i. Nama : FAUZAN Jabatan : Manajer PT.PLN (Persero) Area Tanjungpinang berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor : 1514.K/SDM.00.03/DIR/2017 Alamat Jalan Bakar Batu No. 55, Tanjungpinang Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama PT.PLN (Persero) Area Tanjungpinang, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA Bahwa PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA yang selanjutnya disebut PARA PIHAK secara bersama-sama sepakat untuk membuat perjanjian kerjasama dalam rangka pemungutan dan penyetoran Pajak Penerangan Jalan dan Pembayaran Rekening Listrik PIHAK PERTAMA dengan terlebih dahulu mempertimbangkan hal- hal sebagai berikut 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Tanjungpinang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4112); 2. Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara RI Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4297); 3. Undang-Undang Nomor 30 tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5052); 4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah den Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5052); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insenfif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6161); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 244); 8. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah (Lembaran Daerah Kota Tanjungpinang Tahun 2011 Nomor 2) sebagaimana diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah (Lembaran Daerah Kota Tanjungpinang Tahun 2014 Nomor 7): 9. Peraturan Walikota Tanjungpinang Nomor 65 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pajak Penerangan Jalan; 10. Surat Kementrian Dalam Negeri RI Nomor 973/014/KEUDA Tanggal 09 Januari 2012 perihal Pemungutan Pajak oleh PT.PLN (Persero); 11, Edaran Direksi PT. PLN (Persero) Nomor 024.£/012/D1R/2002 tentang Instalasi Penerangan Jalan dan Fasilitas Umum Lainnya; 12. Edaran Direksi PT. PLN (Persero) Nomor 022.£/012/DIR/2003 tentang Penggunaan Tarif P.3 (Tarif Penerangan Jalan Umum): Bahwa berdasarkan halhal tersebut, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat mengadakan Perjanjian Kerjasama dengan ketentuan sebagai berikut: Pasal 1 KETENTUAN UMUM Dalam Perjanjian Kerjasama ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Kota yang selanjutnya disingkat Pemko adalah Pemerintah Kota Tanjungpinang. 2. Kepala Daerah adalah Walikota Tanjungpinang 3. PLN adalah PT.PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area Pelayanan dan Area Tanjungpinang. 4. Penerangan Jalan Umum selanjutnya disingkat PJU adalah Penerangan Jalan Umum yang pemasangan dan pengaliran energi listriknya dilakukan atas persetujuan antara PLN dan Pemerintah Kota Tanjungpinang. 5. Penerangan Jalan Umum llegal selanjutnya disingkat PJU ilegal adalah Penerangan Jalan Umum ilegal yang dipasang tanpa persetujuan PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA. 6. Pajak Penerangan Jalan selanjutnya disingkat PPJ adalah pejak yang dikenakan oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang terhadap pelanggan PLN di Wilayah Kota Tanjungpinang. 7. Rekening Listrik Pemerintah Kota adalah Tagihan Listrik PLN kepada Pemerintah Kota yang harus dilunasi oleh Pemerintah Kota kepada PLN. 8. Tagihan susulan adalah tagihan yang dikenakan kepada pelanggan atau non pelanggan sebagai akibat adanya pelanggaran pemakaian tenaga listrik yang dipasok dari PLN. 9. Pelanggan PLN adalah Pelanggan PLN Area Tanjungpinang Wilayah Administrasi Pemerintah Kota Tanjungpinang. 10. Rekapitulasi Rekening Listrik adalah Rekepitulasi Rekening Listrik pelanggan PLN Area Tanjungpinang sesuai kedudukan pelanggan di Wilayah Kota Tanjungpinang yang dicetak dari rekening Listrik yang lunas. Instalasi PJU adalah Instalasi Listrik yang khusus dipergunakan untuk PJU yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang. 1 Pasal2 RUANG LINGKUP PERJANJIAN Ruang Lingkup Perjanjian Kerjasama ini meliputi: Tujuan Perjanjian Kerjasama; Hak dan Kewajiban PARA PIHAK; Mekanisme Pembayaran Rekening Listrik PJU dan PPJ; Mekanisme Updating/Peremajaan Data PJU Penertiban PJU-Swadaya (illegal); Meterisasi, Pembangunan dan Pemeliharaan PJU; Mekanisme Perubahan daya PJU; e-epap oe Pasal 3 ‘TUJUAN PERJANJIAN KERJASAMA Perjanjian kerjasama ini bertujuan untuk: a. Menjamin kelancaran penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Tanjungpinang yang berasal dari PPJ; b, Menjamin kelancaran pelunasan rekening listrik PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA. ¢. Melakukan pengawasan dan penertiban PJU - Swadaya (illegal); Meningkatkan efisiensi pembayaran rekening listrik PIHAK PERTAMA melalui meterisasi UU; . Penyambungan atau perubahan daya PJU yang dilakukan oleh PIHAK PERTAMA atas dasar pengajuan PIHAK PERTAMA: f. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA memastikan kesesuaian data antara daya terkontrak dengan dayattiik lampu Penerangan Jalan Umum yang terpasang dilapangan melalui Tim Terpadu yang dibentuk dengan Surat Keputusan Walikota. 2 Pasal 4 HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK PERTAMA (1). PIHAK PERTAMA mempunyai hak: 2). Menerima PPJ yang telah dipungut oleh PIHAK KEDUA paling lambat tanggal 25 setiap bulannya setelah bulan perungutan; Mendapatkan rekapitulasi rekening listrik dan informasi rinciannya setiap bulannya dari PIHAK KEDUA berupa: 4. Rekapitulasi rekening listrik yang dicetak per jenis tarif; 2, Rekapitulasi realisasi penerimaan PPJ per jenis taf; Dapat melakukan Rekonsiliasi atas setoran PPJ yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA; Mendapatkan surat taginan PJU dari PIHAK KEDUA paling lambat minggu pertama setiap bulannya; Mendapatkan daftar pelanggan PJU (Meter/non meter) Kota Tanjungpinang berupa Daya Tersambung dan jumlah pelanggan; Dapat mengajukan perubahan daya dan/atau permintaan penyambungan baru PJU baik meterisasi atau non-meterisasi; Mendapatkan Informasi pendukung yang diberikan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA adalah atas permintaan PIHAK PERTAMA dan jika ada pekerjaan PIHAK KEDUA yang bersangkutan dengan pelanggan PJU: PIHAK PERTAMA mempunyai kewajiban: Mensosialisasikan kepada pelanggen PIHAK KEDUA melalui media cetak dan media elektronik, mengenai pengertian PPJ. PJU, Dasar Hukum Kewenangan PIHAK PERTAMA mengenakan PPJ, Dasar Hukum Kewenangan PIHAK KEDUA memungut PPJ, besaran tarif PPJ serta keberadaan kerjasama antara PIHAK KEDUA dan PIHAK PERTAMA; Melakukan pembayaran tagihan rekening listrik PJU. traffic light serta seluruh Gedung Kantor yang melekat pada tagihan PJU PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA setiap bulan, paling lambat tanggal 20 setiap bulannya melalui Payment Point Online Bank (PPOB); Menerima pemutusan aliran listrik apabila PIHAK PERTAMA tidak melunasi tagihan listrik PJU sampai batas akhir masa pembayaran dan atau yang dinyatakan bukan objek kewajiban PIHAK PERTAMA setelah ada pemberitahuan; Melakukan pembayaran BP (biaya penyambungan) dan UJL (uang jaminan langganan) untuk permohonan pasang baru, peremajaan dan penambahan daya yang telah tersertiikasi pelanggan PJU dengan tidak mengkompensasikan terhadap PPJ; Melakukan pembayaran tagihan susulan PJU jika ada; Membangun prasarana dan instalasi PJU beserta kegiatan pemeliharaannya, serta menertibkan PJU ilegal: Melakukan survey dan update data PJU oleh Tim Terpadu yang dibentuk oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Walikota ‘Tanjungpinang; Pasal 5 HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK KEDUA (1). PIHAK KEDUA mempunyai hak: 2). a. Mendapatkan fasilitasi sosialisasi terhadap pelanggan melalui media cetak dan media elektronik, mengenai pengertian PPJ, PJU, Dasar Hukum Kewenangan PIHAK PERTAMA mengenakan PPJ, Dasar Hukum Kewenangan PIHAK KEDUA memungut PP¥J, besaran tarif PPJ serta keberadaan kerjasama antara PIHAK KEDUA dan PIHAK PERTAMA; b. Menerima pembayaran tagihan rekening listik PIHAK PERTAMA, termasuk rekening listrik PJU dan trafic light serta seluruh Gedung Kantor yang meiekat pada tagihan PJU PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA setiap bulan, paling lambat tanggal 20 setiap bulannya melalui Payment Point Online Bank (PPOB), . Memutus listrik apabila PIHAK PERTAMA tidak melunasi tagihan listrik PJU sampai batas akhir masa pembayaran dan atau yang dinyatakan bukan objek kewajiban PIHAK PERTAMA setelah ada pemberitahuan; d. Menerima pembayaran BP (biaya penyambungan) dan UJL (uang jaminan langganan) untuk permohonan pasang baru dan penambahan daya yang telah memenuhi persyaratan menjadi pelanggan PJU dengan tidak dikompensasikan terhadap PPJ; fe. Menerima pembayaran tagihan susulan PJU jika ada; f. Menerima fasilitasi pembangunan prasarana dan instalasi PJU beserta kegiatan pemeliharaannya, serta pelaksanaan penertiban PJU ilegal. 9. Melakukan survey dan update data PJU oleh Tim Terpadu yang dibentuk oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Walikota Tanjungpinang; PIHAK KEDUA mempunyai kewajiban: a. Memungut PPJ dari pelanggan PIHAK KEDUA sesuai ketentuan yang berlaku dan menyetorkan kepada PIHAK PERTAMA hasil pemungutan PPJ ke Kas Daerah paling lambat tanggal 25 setiap bulan setelah bulan pemungutan; Menyampaikan rekapitulasi rekening listrik dan informasi rinciannya setiap bulannya kepada PIHAK PERTAMA berupa: 4. Rekapitulasi rekening listrik yang dicetak per jenis teri; 2. Rekapitulasi realisasi penerimaan PP per jenis tarif Memfasilitasi pelaksanaan Rekonsiliasi atas setoran PPJ yang dilakukan oleh PIHAK PERTAMA. Menyampaikan surat tagihan PJU kepada PIHAK PERTAMA paling lambat minggu pertama setiap bulannya Menyampaikan daftar pelanggan PJU (Meterinon meter) Kota Tanjungpinang berupa Daya Tersambung dan jumlah pelanggan. Memfasilitasi proses mengajukan perubahan daya dan/atau permintaan penyambungan baru PJU baik meterisasi atau non-meterisasi; s ° 2 (0). (2). @). (2). ON (2). 3). 4). 6). @. Memberikan Informasi pendukung yang diberikan oleh kepada PIHAK PERTAMA adalah atas permintaan PIHAK PERTAMA dan jika ada perkerjaan yang bersangkutan dengan pelanggan PJU; Pasal 6 MEKANISME PEMBAYARAN REKENING LISTRIK PIHAK PERTAMA DAN PPJ Pelunasan rekening fistrik PIHAK PERTAMA dilakuken setiap bulan sebagaimana dimaksud pada pasel 4 ayet (2), sedangkan penyetoran PPJ yang dipungut oleh PIHAK KEDUA dilakukan sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat (2); PIHAK PERTAMA menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana ( SP2D ) untuk melunasi rekening listik PJU; Dalam hal PIHAK PERTAMA belum melunasi rekening listrik Gedung Kantor dan rekening PJU sampai dengan tanggal 20 setiap bulannya, maka PIHAK KEDUA tidak diperbolehkan ‘melakukan kompensasi langsung terhadap penerimaan PPJ hak PIHAK PERTAMA, dan untuk tagihan rekening listrik PIHAK PERTAMA berikut biaya administrasi Bank tetap dapat dibertakukan sesuai mekanisme pembayaran tagihan listrik PIHAK KEDUA. Pasal7 MEKANISME UPDATING/PEREMAJAAN DATA PJU PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk melakukan validasi bersama dari hasil survey yang dilaksanakan untuk keperluan update data PJU ataupun pengembangan PJU. Bilamana dipertukan kegiatan survey yang melibatkan pengawas dari masing-masing pihak, maka pihak yang mengajukan permohonan memberitahukan kepada pihak lainnya paling lambat 7 hari kalender sebelum pelaksanaan kegiatan. Pasal8 PENERTIBAN PJU ILLEGAL PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat bahwa PJU illegal perlu ditertibkan karena sangat merugikan Negara. Kerugian energi listrivKwh yang disebabkan oleh PJU illegal akan diselesaikan secara bersama antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sesuai dengan ketentuan yang bertaku di PIHAK KEDUA Untuk menertibkan PJU ilegal sebagaimana dimaksud pada ayat (2), PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dapat membentuk Tim Terpadu yang anggotanya terdiri dari unsur PIHAK PERTAMA dan unsur PIHAK KEDUA. Tim Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) akan ditetapkan dengan Surat Keputusan Walikota. Pengelolaan dan penertiban PJU dan PJU ilegal diatur dengan Peraturan Walikota, (6). Dalam hal Tim Terpadu dan Peraturan Walikota belum terbentuk. PIHAK KEDUA dapat melaksanakan penertiban PJU llegal. Pasal9 METERISASI, PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN PJU (1). Untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi perhitungan pemakaian energi listrik PJU, PIHAK PERTAMA berkerja sama dengan PIHAK KEDUA melakukan meterisasi PJU ‘secara bertahap. (2). Meterisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan memasang instalasi PJU dan Alat Pengukur dan Pembatas (APP) sesuai dengan daya terkontrak. (8). Biaya yang dibutuhkan untuk meterisasi PJU sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sepenuhnya dibebankan kepada PIHAK PERTAMA sedangkan untuk APP dibebankan kepada PIHAK KEDUA, (4). Pembangunan dan pemeliharaan PJU menjadi tanggung jawab PIHAK PERTAMA. (6). Pemasangan APP untuk meterisasi dilakukan oleh PIHAK KEDUA pada instalasi yang telah dibangun oleh PIHAK PERTAMA, (6). Untuk Meterisasi PJU di lokasi perumahan, biaya pembangunan PJU, Biaya Penyambungan (BP), dan Uang Jaminan Langganan (UJL), serta Sertifikasi Laik Operasi (SLO) merupakan tanggung jawab sepenuhnya pihak pengembang dengan terlebih dahulu mendapatkan tekomendasi dari Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Kebersihan dan Pertamanan Kota Tanjungpinang yang diatur dalam Peraturan Walikota Tanjungpinang. Pasal 10 MEKANISME PERUBAHAN DAYA PJU (1). Perubahan daya tersambung dilakukan berdasarkan hasil survey tim terpadu yang dituangkan dalam Berita Acara; (2). Jika PIHAK PERTAMA melakukan penambahan tik lampu PJU tersebar, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA akan melakukan validasi bersama kembali yang dituangkan pada Berita Acara pemeriksaan PJU untuk kemudian dilakukan penyesuaian sesuai dengan pasal 10 ayat (1) (3). Perubahan daya tersambung akan dapat diproses setelah PIMAK PERTAMA menyelesaikan Biaya Penyambungan (BP) dan biaya suplisi Uang Jaminan Langganan (UJL) yang timbul akibat perubahan daya tersebut. (4). PIHAK KEDUA akan melakukan perubahan daya setelah Biaya Penyambungan (BP) dan biaya suplisi Uang Jaminan Langganan (UJL) diterima dari PIHAK PERTAMA. Rekening listrik PJU dengan daya baru akan mulai berlaku di bulan berikutnya, (5). Pasal 11 PERSELISIHAN (1). Apabila terjadi perselisinan dalam Perjanjian Kerjasama ini, PARA PIHAK sepakat akan menyelesaikan secara musyawarah guna mencapai mufakat. (2). Apabila upaya penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk menyelesaikan melalui Pengadilan dengan memilih kedudukan hukum yang ditetapkan di Pengadilan Negeri Tanjungpinang. Pasal 12 JANGKA WAKTU DAN PEMBATALAN (1). Perjanjian kerjasama ini bertaku selama 3 (tiga) tahun terhitung sejak ditandatangani (2). Dengan mengesampingkan Pasal 1266 dan Pasal 1267 kitab Undang-Undang Hukum Perdata, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat : «2. Perjanjian ini dapat dibatalkan secara sepihak bilamana salah satu pihak tidak memenuhi dan melalaikan kewajibannya dan tidak ada upaya untuk memenuhi kewajiban tersebut walaupun telah diperingatkan dengan surat teguran 3 (tiga) kali berturut-turut. b. Perjanjian ini batal dengan sendirinya atau batal demi hukum, dalam hal terdapat ketentuan perundang-undangn atau kebijaksanaan dari pemerintah yang secara nyata bisa dibuktikan menjadi penyebab Perjanjian ini tidak dapat dilaksanakan. (3). Pembatalan Perjanjian Kerjasama secara sepihak sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) huruf a, dilakukan dengan menyampaikan surat pembatalan perjanjian oleh salah satu pihak minimal 90 (sembilan puluh) hari sejak tanggal pengiriman surat teguran (somasi) yang ketiga. Pasal 13 FORCE MAJEUR (1). Yang dimaksud dengan force majeur dalam perjanjian ini adalah peristiwa atau kejadian yang berada di luar kemampuan PARA PIHAK, namun tidak terbatas pada keadaan sebagai berikut : a, Gempa bumi, kebakaran, angin topan, tanah longsor dan banjir besar. b. Hurushara, pemberontakan, perang, sabotase yang mengakibatkan kerugian diluar dugaan kedua belah pihak. (2). Kerugian-kerugian yang diderita oleh salah satu pihak sebagai akibat dari terjadinya force majeur bukan merupakan tanggung jawab pihak lain dari perjanjian ini. (3). Dalam hal terjadi force majeur sebagaimana di maksud ayat (1) Pasal ini sehingga mempengaruhi pelaksanaan kewajiban salah satu Pihak, maka Pihak yang mengalami keadaan force majeur tersebut berkewajiban untuk memberitahukan kepada Pihak lainnya selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender sejak terjadinya kejadian tersebut. (4). Apabila pihak yang mengalami keadaan force majeur tersebut tidak memberitahukan kepada pinak lainnya dalam jangka waktu sebagaimana diatur dalam ayat (3) Pasal ini, maka dianggap tidak terjadi keadaan force majeur dan Pihak yang bersangkutan tetap wajib melaksanakan seluruh kewajibannya sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam Perjanjian ini Pasal 14 BERAKHIRNYA PERJANJIAN (1), Apabila salah satu Pihak berkehendak mengakhiri Perianjian ini, maka Pihak yana menghendaki untuk mengakhiri Perjanjian ini harus memberitahukan maksud tersebut secara tertulis kepada Pihak lainnya selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelumnya (2). Perjanjian ini dapat berakhir atau batal dengan sendirinya apabila ada ketentuan Perundang-undangan atau kebijakan pemerintah yana tidak memunakinkan berlangasunanya Perjanjian ini, tanpa terikat ketentuan waktu seperti ayat (1) Pasal ini, (3). Dalam hal Perjanjian ini berakhir sebagaimana diatur dalam pasal ini ataupun karena alasan maka pengakhiran Perjanjian ini tidak mempengaruhi hak dan kewajiban masing- masing Pihak yang masih harus dilaksanakan sebelum berakhimya Perianiian. Pasal 15 PERUBAHAN PERJANJIAN KERJASAMA Para Pinak Sepakat apabila terdapat hal-hal lain yang belum diatur dalam perjanjian Kejasama ini atau terdapat perubahan-perubahan yang dipandang perlu oleh Para Pihak, maka ha-hal tersebut disepakati bersama dan dibuat dalam suatu Addendum atau amandemen yang merupakan bagaian yang tidak terpisahkan dari perjanjian kerjasama ini. Pasal 16 PENUTUP Perjanjian Kerjasama ini dibuat 2 (dua) rangkap bermaterai cukup dan masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama, Perjanijian Kerjasama ini berlaku dan mengikat Para Pihak sejak tanggal Perjanjian Kerja sama ini ditandatangani. PIHAK PERTAMAL- eB KEppA pad 8 H. RAJA ARIZA “Pj. WALIKOTA TANJUNGPINANG maT ESE ERT AREA TANJUNGPINANG

Anda mungkin juga menyukai