Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MARTENITAS

MANAJEMEN KASUS PADA SISTEM REPRODUKSI

Dosen pengampu :

Disusun Oleh :

Syarifah aini

Mala sisliana

Azura aulia tama

Sakdia nasution

Lili syafriani

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

T/A. 2018/2019
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………......................

DAFTAR ISI………………………………………………………………………....................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang…………………………………………………………………................

1.2 Rumusan masalah……………………………………………………………....................

1.3 Tujuan penulisan………………………………………………………………...................

1.4 Manfaat penulisan……………………………………………………………....................

BAB II PEMBAHASAN

2.1. pengertian sistem dan manajemen kasus sistem reproduksi……………………................

2.2. Alat sistem reproduksi……………………….......................................................................

2.3. Ruang lingkup kesehatan sistemreproduksi …………………………………………….....

2.4. faktor –faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi…................................................

2.5. . pelayanan pada sitem kesehatan reproduksi........................................................................

2.6. tujuan dan sasaran pada sistem kesehatan reproduksi...........................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………..………………………………...............

3.2 Saran……………………………………………...……………………………...............

BAB lV

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik,mental dan sosial yang utuh dan
bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan,dalam segala hal yang berhungan dengan
sistem reproduksi dan fungsinya serta proses prosesnya.

Kesehatan reproduksi juga berarti bahwa orang dapat mempunyai kehidupan seks yang
memuaskan dan aman,memiliki kemampuan untuk berproduksi dan kebebasan untuk
menentukan apakah mereka ingin melakukannya,bilamana dan seberapa seringkah,termasuk
hak pria dan wanita untuk memperoleh informasi dan akses terhadap cara-cara keluarga
berencana yang aman,efektif dan terjangkau,pengaturan fertilitas yang tidak melawan
hukum,hak memperoleh pelayananan pemeliharaan kesehatan,kesehatan yang
memungkinkan para wanita dengan selamat menjalani kehamilan dan melahirkan anak,dan
memberikan kesempatan untuk memiliki bayi yang sehat.

1.2.Rumusan Masalah

o Bagaimana pengertian dari sistem reproduksi?


o Alat sistem reproduksi?

o . Bagaimana ruang lingkup kesehatan sistem reproduksi ?

o . Apa faktor –faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi?

o Bagaimana pelayanan pada sitem kesehatan reproduksi?

o Apa tujuan dan sasaran pada sistem kesehatan reproduksi?


.

1.3.Tujuan

o Mengetahui Bagaimana pengertian dari sistem reproduksi


o Mengetahui Alat sistem reproduksi

o Mengetahui ruang lingkup kesehatan sistem reproduksi

o Mengetahui faktor –faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi

o Mengetahui pelayanan pada sitem kesehatan reproduksi

o Mengetahui tujuan dan sasaran pada sistem kesehatan reproduksi

1.4.Manfaat penulisan

o Agar mudah memahami tentang manajemen kasus pada sistem reproduksi

·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·

·
·
·
· BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Sistem reproduksi adalah merupakan proses menghasilkan individu baru dari organisme
sebelumnya.

Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah kesejahteraan fisik,mental,dan sosial ya


ng utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan,dalam segala aspek yang berhubung
an dengan sistem reproduksi,fungsi serta prosesnya.

“reproductive health is a of complete physical,mental,and social welling and not merely the
absence of disease or infirmity,in all matters relating to reproductive system and to its funtion
s proseses(WHO).

Agar dapat melaksanakan fungsi reproduksi secara sehat,dalam pengertian fisik ,mental mau
pun sosial,diperlukan beberapa syarat :

Pertama :

 Agar tidak ada kelainan anatomis dan fisiologis baik pada perempuan maupun laki-la
ki .

 Perkembangan tersebut berlangsung sejak usia yang sangat muda.

Kedua :

 Baik laki-laki atau perempuan memerlukan landasan psikis yang memadai agar perke
mbangan emosinya berlangsung dengan baik.
 Sentuhan pada kulitnya melalui rabaan dan usapan yang hangat,terutama sewaktu me
nyusui ibunya akan memberikan rasa teriama kasih ,tenang,aman dan kepuasaan yang
tidak ia lupakan sampai ia besar kelak

Ketiga :

 Setiap orang terbebas dari kelaianan atau penyakit,baik langsung maupun tidak langsu
ng mengenai organ reproduksinya.

 Setiap kelaianan atau penyakit pada organ reproduksi akan dapat pula menggangu ke
mampuan sesorang dalam menjalankan tugas reproduksinya.

 Termasuk disini adalah penyakit yang di tukalarkan melalui hububungan seksual misa
lnya AIDS Hepatitis B ,infeksi lain pada organ reproduksi ,infeksi lain yang mempeng
aruhi perkembangan janin,dampak pencemaran lingkungan ,tumor atau kanker pada o
rgan reproduksi , dan gangguan hormonal terutama hormon seksual.

Keempat :

 Seorang perempuan hamil memerlukan jaminan bahwa ia akan melewati masa tersebu
t dengan aman.

 Kehamilan bukanlah penyakit atau kelaianan. Kehamilan adalah sebuah proses fisiolo
gis.meskipun demikian, kehamilan dapat pula mencelakai atau meenggangu kesehatan
perempuan yang mengalaminya.

 Kehamilan dapat menimbulkan kenaikan tekanan darah tinggi,pendarahan dan bahkan


kematian.

 Ibu jugfa merasa cemas akan menghadapi rasa sakit ketika melahirkan , dan cemas ten
tang apa yang terjadi pada bayinya. Adakah bayinya akan lahir cacat,atau lahir dengan
selamat dan hidup.

 Perawatan kehamilan yang baik seharusnya di lengkapi dengan konseling yang dapat
menjawab berbagai kecemasan tersebut.
2.2. alat sistem reproduksi

SISTEM REPRODUKSI

Reproduksi merupakan proses menghasilkan individu baru dari organisme sebelumnya.

Organisme bereproduksi melalui 2 Cara :

 Repoduksi aseksual (vegetatit)

Adalah terbentuknya individu baru tanpa melakukan peleburan sel kelamin.

 Reproduksi seksual (generatif)

Umumnya melibatkan persatuan sel kelamin (gamet) dari 2 individu yang berbeda jenis
kelamin.

Alat-alat Reproduksi pada Laki-Laki

Alat reproduksi pada laki-laki terdiri atas sepasang testis, saluran-saluran kelamin, kelenjar-
kelenjar tambahan, dan penis.

 Testis merupakan kelenjar kelamin yang berfungsi sebagiai penghasil sperma dan
hormon testosteron. Testis terletak di dalam suatu kantong yang disebut skrotum.
 Saluran kelamin terdiri atas vasa eferentia. epididimis. dan vas deferens.

1. Vasa eferentia merupakan bagian yang berfungsi menampung sperma untuk


disalurkan ke epididimis berjumlah antara 10-20 buah.
2. Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok dengan panjang antara 5-6 meter. Di
saluran ini cairan sperma diabsorpsi sehingga menjadi agak pekat. Saluran ini
berfungsi menyimpan sperma untuk sementara (minimal selama tiga minggu).
3. Vas deferens merupakan saluran lurus dengan panjang sekitar 40 cm. Saluran ini
berfungsi untuk menghubungkan epididimis dengan uretra pada penis. Di bagian
ujung saluran ini terdapat saluran ejakulasi.

 Kelenjar tambahan meliputi vesika seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar Cowperi.

1. Vesika seminalis merupakan kantong semen (mani) yang dindingnya menyekresi


cairan lendir yang banyak mengandung fruktosa, sedikit asam askorbat, dan asam
amino. Bahan-bahan kimia tersebut berfungsi untuk memberi makan dan melindungi
sperma sebelum membuahi ovum. Semen adalah cairan yang terdiri atas sperma dan
cairan yang dihasilkan oleh berbagai kelenjar tambahan
2. Kelenjar frostat merupakan kelenjar berbentuk bulat yang mengelilingi bagian
pangkal saluran uretra. Kelenjar ini menghasilkan cairan yang bersifat basa dan
berwarna putih seperti susu. Cairan tersebut berfungsi untuk menetralkan sifat asam
pada vasa eferentia dan cairan yang ada di dalam vagina sehingga sprema dapat
bergerak aktif.
3. Kelenjar cowperi (bulbouretralis), yaiitu kelenjar berukuran sebesarb butir kacang
yang terletak di bagian proksimal (pangkal) uretra. Kelenjar ini menghasilkan cairan
mukosa yang berfungsi sebagai pelicin.

 penis merupakan alat kelamin luar laki-laki yang befungsi untuk memasukkan sperma
ke dalam tubuh perempuan.

Sistem reproduksi apda laki-laki berhubungan erat dengan sistem ekskresi (pengeluaran),
khususnya sistem urinaria. Uretra merupakan saluran yang berfungsi untuk mengeluarkan
urine sekaligus sprema. Testis memproduksi jutaan setiap hari, sejak masa pubertas samapai
seorang laki-laki meninggal dunia. Jika tidak dikeluarkan, sel-sel sperma akan mati dan
diserap kembali.

Alat-alat Reproduksi pada Perempuan


Alat reproduksi pada perempuan terdiri atas sepasang ovarium (indung telur) yang terletak di
rongga perut, saluran telur (oviduk/tuba Fallopii), uterus (rahim), vagina dan organ kelamin
bagian luar.

 Ovarium merupakan kelenjar kelamin perempuan yang berfungsi untuk


memproduksi ovum dan menyekresi hormon estrogen dan progesteron.
 Saluran telur berfungsi untuk menyalurkan ovum ke arah rahim dengan gerakan
peristaltik dan dibantu oleh gerakan silia yang terdapat di dindingnya. Panjang saluran
ini sekitar 12 cm dan ujungnya berbentuk corong.
 Uterus (rahim) berfungsi sebagai tempat berkembangnya embrio, dinding uterus
tebal, panjang sekitar 7,5 cm, dan lebar sekitar 5 cm. Selama kehamilan uterus
mampu mengembang sampai 500 kali.
 Vagina merupakan saluran yang terletak di bawah uterus sebagai tempat bagi penis
pada saat kopulasi dan sebagai jalan bayi pada proses persalinan.
 Organ kelamin luar meliputi bagian-bagian sebagai berikut

1. Klitoris (kelentit), yaitu struktur yang homolog dengan penis.


2. Vulva, terdiri atas labium mayor (bibir besar) dan labium minor (bibir kecil).
3. Lubang saluran kencing, merupakan saluran terluar uretra
4. Lubang vagina, merupakan ujung terluar vagina
5. Fundus, yaitu bagian lipat paha

2.3. Ruang lingkup masalah sistem reproduksi

Isu- isu yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi kadang merupakan isu yang pelik dan se
nsitif,seperti hak-hak reproduksi ,kesehatan seksual,penyakit menular seksual termasuk HIV/
AIDS,kebutuhan khusus remaja,dan perluasan jangkauan pelayanan lapisan masyarakat kuran
g mampu atau mereka yang tersisi. Definisi kesehatan reproduksi mencakup kesehatan seksua
l yang mengarah pada peningkatan kualitas hidup dan hubungan antar individu jadi bukan h
anya konseling dan pelayanan untuk proses reproduksi dan PMS.

Fungsi dan proses reproduksi tercemin dari kondisi kesehatan selama siklus kehidupannya,
mulai dari saat konsepsi , masa anak ,remaja , dewasa hinggah masa pasca usia reproduksi.

Kasus sitem reproduksi ditinjau dari pendekatan siklus kehidupan keluarga , meliputi :

 Praktek tradisional yang berakibat buruk semasa anak-anak(seperti mutilasi,deskrimin


asu nilai anak)

 Masalah sistem reproduksi remaja (kemungkinan besar sejak masa kanak-anak yang
sering kali muncul dalam bentuk kehamilan remaja, kekerasan/pelecehan seksual dan
tindakan seksual yang tidak aman)
 Tidak terpenuhinya kebutuhan ber-KB, biasanya terkait dengan isu aborsi yang tidak
aman

 Mortalitas dan morbidilitas ibu dan anak(sebagai kesatuan), selama kehamilan, persali
anan dan masa nifas ,yang diikuti dengan malnutrisi, anemia, berat bayi lahir rendah

 Infeksi saluran reproduksi, yang berkaitan dengan penyakit menular seksual

 Kemandulan ,yang berkaitan erat dengan infeksi saluran reproduksi dan penyakit me
nular seksual

 Sydrome pre dan post menopause dan peningkatan resiko kanker organ reproduksi

 Kekurangan hormon yang menyebabkan osteoporosis dan masalah ketuan lainnya.

masalah kesehatan reproduksi mencakup area yang lebih luas,dimana masalah terseb
ut dapat kita kelompokan sebagai berikut :

 Masalah reproduksi

 Kesehatan, morbiditas(gangguan kesehatan) dan kematian perempuan yang be


rkaitan dengan kehamilan termasuk didalamnya juga masalah gizi dan anemia
dikalangan perempuan ,penyebab serta komplikasi dari kehamilan ,masalah k
emandulan dan ketidak suburan

 Peranan atau kendali sosial budaya terhadap masalah reproduksi.

 Intervensi pemerintah dan negara terhadap masalah reproduksi

 Tersediannya pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana

 Kesehatan bayi dan anak-anak terutama bayi dibawah umur 5 tahun

 Dampak pembangunan ekonomi, industri dan perubahan lingkungan terhadap


kesehatan reproduksi

 Masalah gender dan seksualitas

 Pengaturan negara terhadap masalah seksualitas

 Pengendalian sosio budaya terhadap masalah seksualitas


 Seksual itas dikalangan remaja

 Status dan peran perempuan

 Perlindungan terhadap perempuan pekerja

 Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan

 Kecenderungan penggunaan kekerasan secara sengaja kepada perempuan, per


kosan, serta dampaknya terhadap korban

 Norma sosial mengenai kekerasan dalam rumah tangga , serta mengenai berba
gai tindak kekerasan terhadap perempuan

 Sikap masyarakat mengenai kekerasan perkosaan terhadap pelacur

 Berbagai langkah untuk mengatasi masalah-masalah tersebut

 Masalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual

 Masalah penyakit menular seksual yang lama seperti sifilis,dan gonorhea

 Masalah penyakit seksual yang relatif baru seperti chlamydia,dan herpes

 Masalah HIV/AIDS

 Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit menular seksual

 Kebijakkan dan program pemerintah dalam mengatasi masalah tersebut

2.4. faktor –faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi

Secara garis besar dapat dikelompokkan 4 golongan faktor yang dapat berdampak buruk bagi
kesehatan reproduksi :

 Faktor sosial ekonomi dan demografi : kemiskinan,tingkat pendidikan yang rendah


dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi
 Faktor budaya dan lingkungan: praktek tradisional yang berdampak buruk pada
kesehatan reproduksi,kepercayaan banyak anak banyak rezeki.
 Faktor psikologis: dampak pada keretakkan orang tua pada remaja,rasa tidak berharga
wanita terhadap pria yang membeli kebebasannya secara materi
 Faktor biologis : cacat sejak lahir,cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit
menular seksual
Pengaruh dari semua faktor diatas dapat dikurangi dengan strategi intervensi yang
tepat guna,terfokus pada penerapan hak reproduksi wanita dan pria dengan dukungan
disemua tingkat administrasi,sehingga dapat diintegrasikan kedalam berbagai program
kesehatan,pendidkan,sosial dan pelayanan non kesehatan lainnya.
2.5. pelayanan pada sitem kesehatan reproduksi

Sesuai dengan rekomendasi strategi regional WHO untuk negara-negara anggota di asia
tenggara, dua paket pelayanan kesehatan reproduksi telah dirumuskan oleh masing-masing
sektor dan inter program dalam beberapa pertemuan koordinasi praloka karya nasional di
Jakarta

Dengan kedua paket intervensi diatas,komponen intervensi pada kesehatan reproduksi di


Indonesia menjadi lengkap,sepoerti :

 Paket kesehatan reproduksi esensial


 Kesejahteraan ibu dan bayi
 Keluarga berencana
 Pencegahan dan penanganan ISR/PMS/HIV
 Kesehatan reproduksi remaja
 Paket kesehatan reproduksi komprehensip
Paket kesehatan reproduksi esensial + pencegahan dan penanganan masalah usia
lanjut
2.6. tujuan dan sasaran pada sistem kesehatan reproduksi

 Tujuan utama
Sehubungan dengan fakta bahwa fungsi dan proses reproduksi harus didahului oleh
hubungan seksual,maka tujuan utama dari program kesehatan reproduksi adalah untuk
meningkatkan kesadaran kemandirian wanita dalam mengatur fungsi dan proses
reproduksinya. Sehinggah hak-hak reproduksinya dapat terpenuhi,yang pada akhirnya
menuju peningkatan kualitas hidupnya
 Tujuan khusus
Dari tujuan umum tersebut dapat dijabarkan menjadi 4 tujuan khusus yaitu :
 Meningkatkan kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan fungsi
reproduksinya
 Meningkatkan hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam menentukan
kapan hamil,jumlah,dan jarak kehamilan
 Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat dari
perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan kesejahteraan
pasangan dan anak-anaknya
 Dukungan yang menunjang wanita untuk membuat keputusan yang berkaitan
dengan proses reproduksi,berupa pengadaan informasi dan pelayanan yang
dapat memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesehatan reproduksi secara
optimal.
 Sasaran
 Penuranan 33% angka prefalensi anemia pada wanita(usia 15-49 tahun)
 Penurunanan angka kematian ibu hingga 59%
 Peningkatan jumlah wanita yang bebas dari kecacatan/gangguan sepanjang
hidupnya sebesar 15% diseluruh lapisan masyarakat
 Penurunan proporsi bayi berat lahir rendah(<2,5 kg) menjadi kurang dari 10%
 Pemberantasan tetanus neonatarum(angka insiden diharapkan kurang dari satu
kasus per seribu kelahiran hidup) disemua kabupaten
 Semua individu dan pasangan mendapatkan akses informasi dan pelayanan
pencegahan kehamilan yang terlalu dini,terlalu dekat jaraknya,terlalu tua dan
terlalu banyak
 Proporsi yang memanfaatkan pelayanan kesehatan dan pemeriksaan dan
pengobatan PMS minimal mencapai 70%.

Anda mungkin juga menyukai