02 – 4214 025 – GT
61
1. PENDAHULUAN
Untuk merancang sebuah general arrangement atau rancangan umum kapal.
Perancang memperlukan informasi akurat meliputi volume kapal yang tertutup (GT)
secara keseluruhan. Untuk merancang tata ruang yang ada pada kapal seperti pada
bagian superstructure deck, perancang memperlukan informasi jumlah crew kapal
sehingga deck pada kapal dapat dirancang untuk mendukung segala aktifitas crew
kapal.
Perhitungan massa yang dapat dipindahkan seperti bahan bakar main engine,
bahan bakar auxiliary engine, lubricating oil, air tawar juga menjadi pertimbangan
dalam merancang general arrangement. Hal tersebut dikarenakan penempatan setiap
massa tersebut harus diletakan secara spesifik dan mengikuti peraturan yang ada, pada
kapal dalam dokumen ini akan mengikuti peraturan dari BKI.
62
2. DATA KAPAL
Lpp 88 m
B 13,5 m
H 6,9 m
T 5,6 m
Cb 0.703
Cp 0.711
Cm 0.984
Rute Pelayaran PT. Pupuk Indonesia (Bontang) – PT. Petro Kimia (Gresik)
Gross tonnage atau biasa ditulis GT, adalah sebuah satuan yang terkolerasi dengan
volume internal kapal atau bagian kapal yang tertutup. Gross tonnage bukanlah satuan
yang berhubungan dengan displasmen kapal (massa) dan tidak disamakan dengan
deadweight tonnage (DWT) atau massa displasmen.
63
formula untuk menentukan GT dirumuskan sebagai
𝑮𝑻 = 𝑲𝟏 × 𝑽
Nilai K1 dirumuskan juga sebagai berikut
𝑲𝟏 = 𝟎. 𝟐 + 𝟎. 𝟎𝟐 𝐥𝐨𝐠(𝑽)
Keterangan :
GT : Gross Tonnage.
K1 : Koefisien Gross Tonnage.
V : Volume Ruang Kapal yang tertutup. (m3)
International Convention on Tonnage Measurement of Ships, 1969 Annex 1 Reg. 3
64
Gambar 2.2 Gambar Hatch Station 8
Setelah didapatkan nilai luasan tiap station mulai station -2 sampai FP,
maka akan dilakukan perhitungan volume dengan menggunakan metode
simson. Untuk perhitungan ini, penulis menggunakan metode simson 1. Hasil
pembacaan luasan station dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Section Luas (m2) K (k X Luas) m2
-2 0,00 0,39 0,00
-1 4,10 1,57 6,44
0 (AP) 8,94 1,39 12,44
1 25,91 4 103,66
2 43,38 2 86,75
3 62,19 4 248,75
4 75,29 2 150,58
5 83,90 4 335,60
6 88,38 2 176,76
7 91,50 4 365,99
8 92,09 2 184,18
9 92,09 4 368,36
10 92,09 2 184,18
11 92,09 4 368,36
12 92,09 2 184,18
13 92,08 4 368,34
14 91,70 2 183,41
15 88,98 4 355,93
16 81,02 2 162,03
17 67,21 4 268,84
65
18 45,39 2 90,78
19 22,09 4 88,36
20 (FP) 0,65 1 0,65
∑ (KxLuas) 4294,55
Tabel 2.1 Tabel Hasil Perhitungan Luasan Station
66
3.2.1. Perhitungan Volume Main Deck
67
3.2.3. Perhitungan Volume Boat Deck
68
𝐴Bridge : Luas alas Bridge Deck. (𝑚2 )
𝑇Bridge : Tinggi Bridge Deck. (𝑚)
3.2.5. Perhitungan Volume Navigation Deck
69
𝐴fc : Luas alas forcastle Deck. (𝑚2 )
𝑇fc : Tinggi forcastle Deck. (𝑚)
70
4. PENENTUAN JUMLAH CREW KAPAL
Dalam mengoperasikan sebuah kapal, diperlukan adanya crew kapal yang masing
masing terbagi berdasarkan tugasnya pada kapal. Jumlah awak kapal dalam suatu kapal
ditentukan oleh peraturan dimana kapal tersebut terdaftar sehingga peraturan akan
dikeluarkan oleh negara itu sendiri.
Crew kapal dibagi menjadi 2 bagian besar yang didalamnya terdiri dari beberapa
posisi dengan tanggung jawab yang berbeda beda, sebagai berikut :
Crew bagian dek dan pelayanan
Nahkoda (Master), dengan persyaratan memiliki sertifikat ahli nautika tingkat 2
dan telah memperoleh pengukuhan sebagai nahkoda.
Mualim 1 (Chief Master), dengan sertifikat ahli nautika tingkat 2.
Mualim, dengan sertifikat ahli nautika tingkat III.
Operator radio, minimal memiliki sertifikat REK II. Dapat digantikan dengan
mualim yang memiliki sertifikat ORU.
Juru mudi, bersertifikasi menurut keputusan menteri tahun 1998.
Kelasi, bersertifikasi menurut keputusan menteri tahun 1998.
Koki, bersertifikasi menurut keputusan menteri tahun 1998.
Pelayan, bersertifikasi menurut keputusan menteri tahun 1998.
Crew Bagian Mesin
Kepala kamarMesin, dengan sertifikat ahli tehnika tingkat I
Masinis II, dengan sertifikat ahli tehnika tingkat II
Masinis, dengan sertifikat ahli tehnika tingkat III
Juru Minyak (Oiler), bersertifikasi menurut keputusan menteri tahun 1998.
Pembantu Kamar Mesin (Wiper). bersertifikasi menurut keputusan menteri tahun
1998.
Tugas rencana umum ini menggunakan bendera Indonesia oleh karena itu jumlah
awak kapal ditentukan oleh keputusan Menteri Perhubungan No. 70 tahun 1998 tentang
Perawakan Kapal Niaga untuk pelayaran kawasan Indonesia.
Dalam hal ini, GT dari kapal “Galaxy Tanker” Sebesar 2207,7 sehingga menurut
peraturan yang berlaku untuk kapal tonase kotor GT 1.500 s/d kurang dari GT 3.000,
jumlah awak kapal 11 (sebelas) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai
berikut :
(Keputusan Menteri Perhubungan No. 70 tahun 1998 Pasal 13.c)
71
Awak kapal bagian dek dan pelayanan kapal untuk kapal “Galaxy Tanker” yakni :
Nahkoda 1 Orang
Mualim I 1 Orang
Mualim II 1 Orang
Operator Radio 1 Orang
Serang 1 Orang
Juru Mudi 3 Orang
Kelasi 1 Orang
Koki 1 Orang
Pelayan 1 Orang
Total 11 Orang
Untuk jumlah crew bagian mesin, di tentukan oleh besar daya dari main engine
yang digunakan kapal. Untuk kapal “Galaxy Tanker” ini menggunakan engine dengan
daya maximal 1950 kW, sehingga menurut peraturan yang berlaku untuk kapal dengan
tenaga penggerak 750 kW sampai kurang dari 3.000 kW, jumlah awak kapal 7 (Tujuh)
orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut :
Massa consumable adalah total massa dari barang barang yang akan dikonsumsi
oleh awak kapal, dan massa barang yang digunakan untuk mengoperasikan kapal seperti
bahan bakar untuk main engine, auxillary engine, pendingin, dan air bersih untuk
keperluan awak kapal. Berikut ini adalah langkah - langkah dalam menentukan massa
consumable dalam suatu kapal. :
72
5.1. Perhitungan Berat Bahan Bakar Mesin Utama (𝑾𝑴𝑫𝑭 )
Bahan bakar yang digunakan oleh kapal “Galaxy Tanker” untuk main engine
Wartsila 6L26 adalah MDF, hal ini dikarenakan mesin merupakan medium-speed
diesel engine yang mengharuskan mesin tersebut mendapat supply bahan bakar
destilasi (MDF) dengan karakteristik seperti tabel di bawah ini :
73
Untuk mendapatkan nilai pendekatan dari berat bahan bakar mesin
induk, penulis menggunakan koreksi cadangan sebesar 1,4. Perhitungannya
dapat dilakukan dengan menggunakan urmus di bawah ini :
𝑆
𝑊𝑀𝐷𝐹 = 𝐵𝐻𝑃𝑀𝐸 𝑥 𝑏𝑀𝐸 𝑥 𝑥 𝐶 𝑥 10−6
𝑉𝑠
2 𝑥 590
= 1950 𝑥 189 𝑥 𝑥 1,4 𝑥 10−6 = 48,71 𝑡𝑜𝑛
12,5
(Tentang Rencana Umum, Gaguk Suhardjito, 2006 halaman 16)
Keterangan :
𝑊𝑀𝐷𝐹 : Berat bahan bakar mesin induk. (ton)
𝐵𝐻𝑃𝑀𝐸 : BHPMCR dari main engine. (kW)
𝑏𝑀𝐸 : SFOC dari maein engine. (g/kWh)
𝑆 : Jarak tempuh kapal (2 x jarak rute kapal). (nm)
𝑉𝑆 : Kecepatan dinas kapal. (knot)
C : Koreksi cadangan (1,3 ~ 1,5)
5.2. Perhitungan Berat Bahan Bakar Auxiliary Engine (𝑾𝑨𝒖𝒙 )
Dalam operasional kapal “Galaxy Tanker” penulis merencanakan untuk
menggunakan 2 unit Auxiliary Engine Caterpillar Tipe C18 ACERT, dengan
spesifikasi seperti gambar di bawah ini :
74
Keterangan :
𝑊𝐴𝑢𝑥 : Berat bahan bakar auxiliary engine. (ton)
𝐵𝐻𝑃𝐴𝐸 : BHP dari auxiliary engine. (kW)
𝑏𝐴𝐸 : SFOC dari auxiliary engine. (g/kWh)
𝑆 : Jarak tempuh kapal (2 x jarak rute kapal). (nm)
𝑉𝑆 : Kecepatan dinas kapal. (knot)
C : Koreksi cadangan (1,1)
5.3. Perhitungan Berat Minyak Pelumas Mesin Utama (𝑾𝑳𝑶 )
Dalam operasional kapal “Galaxy Tanker” konsumsi minyak pelumas yanbg
digunakan sesuai kebutuhan main engine Wartsila 6L26 yakni :
75
5.4. Perhitungan Berat Kebutuhan Air Minum (𝑾𝑭𝑾−𝑨 )
Untuk mendapatkan nilai pendekatan dari berat air minum, penulis
menggunakan koefisien air minum sebesar 15 dan mengasumsikan lama proses
bongkar muat adalah 1 hari. Perhitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan
urmus di bawah ini :
𝑆
𝑊𝐹𝑊−𝐴 = 𝑘 𝑥 ∑𝑐𝑟𝑒𝑤 𝑥( + 𝑡𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 ) 𝑥 10−3
𝑡 𝑥 𝑉𝑠
2 𝑥 1092,67
= 15 𝑥 18 𝑥( + 1) 𝑥 10−3 = 1,33 𝑡𝑜𝑛
24 𝑥 23,15
(Tentang Rencana Umum, Gaguk Suhardjito, 2006 halaman 16)
Keterangan :
𝑊𝐹𝑊−𝐴 : Berat air minum. (ton)
𝑘 : Koefisien berat air minum. (10 ~ 20)
∑𝑐𝑟𝑒𝑤 : Jumlah crew kapal.
𝑆 : Jarak tempuh kapal (2 x jarak rute kapal). (km)
𝑡 : waktu dalam satu hari (jam)
𝑡𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 : Waktu bongkar muat. (Hari)
𝑉𝑆 : Kecepatan dinas kapal. (km/h)
5.5. Perhitungan Berat Kebutuhan Air Sanitari (𝑾𝑭𝑾−𝑩)
Untuk mendapatkan nilai pendekatan dari berat air sanitari, penulis
menggunakan K air sanitari sebesar 150 dan mengasumsikan bongkar muat adalah
1 hari. Perhitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan urmus di bawah ini :
𝑆
𝑊𝐹𝑊−𝐵 = 𝑘 𝑥 ∑𝑐𝑟𝑒𝑤 𝑥( + 𝑡𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 ) 𝑥 10−3
𝑡 𝑥 𝑉𝑠
2 𝑥 1092,67
= 150 𝑥 18 𝑥( + 1) 𝑥 10−3 = 13,32 𝑡𝑜𝑛
24 𝑥 23,15
(Tentang Rencana Umum, Gaguk Suhardjito, 2006 halaman 16)
Keterangan :
𝑊𝐹𝑊−𝐵 : Berat air sanitari. (ton)
𝑘 : Koefisien berat air sanitari. (80 ~ 200)
∑𝑐𝑟𝑒𝑤 : Jumlah crew kapal.
𝑆 : Jarak tempuh kapal (2 x jarak rute kapal). (km)
𝑡 : waktu dalam satu hari (jam)
𝑡𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 : Waktu bongkar muat. (Hari)
𝑉𝑆 : Kecepatan dinas kapal. (km/h)
76
5.6. Perhitungan Berat Kebutuhan Air Pendingin Mesin (𝑾𝑭𝑾−𝑪 )
Untuk Untuk mendapatkan nilai pendekatan dari berat air pendingin mesin,
dapat dilakukan dengan menggunakan urmus di bawah ini :
𝑆
𝑊𝐹𝑊−𝐶 = 𝐵𝐻𝑃𝑀𝐸 𝑥 4 𝑥 𝑥 10−6
𝑉𝑠
2 𝑥 1092,67
= 1950 𝑥 4 𝑥 𝑥 10−6 = 0,74 𝑡𝑜𝑛
23,15
(Tentang Rencana Umum, Gaguk Suhardjito, 2006 halaman 16)
Keterangan :
𝑊𝐹𝑊−𝐶 : Berat air pendingin mesin. (ton)
𝐵𝐻𝑃𝑀𝐸 : BHPMCR dari main engine. (kW)
𝑆 : Jarak tempuh kapal (2 x jarak rute kapal). (km)
𝑉𝑆 : Kecepatan dinas kapal. (km/h)
5.7. Perhitungan Berat Kebutuhan Makanan (𝑾𝑷 )
Untuk mendapatkan nilai pendekatan dari berat bahan makanan, penulis
menggunakan koefisien makanan sebesar 5. Perhitungannya dapat dilakukan dengan
menggunakan urmus di bawah ini :
𝑆
𝑊𝑃 = 𝑘 𝑥 ∑𝑐𝑟𝑒𝑤 𝑥( + 𝑡𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 ) 𝑥 10−3
𝑡 𝑥 𝑉𝑠
2 𝑥 1092,67
= 5 𝑥 18 𝑥( + 1) 𝑥 10−3 = 0,44 𝑡𝑜𝑛
24 𝑥 23,15
(Tentang Rencana Umum, Gaguk Suhardjito, 2006 halaman 17)
Keterangan :
𝑊𝑃 : Berat bahan makanan. (ton)
𝑘 : Koefisien berat makanan. (4 - 6)
∑𝑐𝑟𝑒𝑤 : Jumlah crew kapal.
𝑆 : Jarak tempuh kapal (2 x jarak rute kapal). (km)
𝑡 : waktu dalam satu hari (jam)
𝑡𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 : Waktu bongkar muat. (Hari)
𝑉𝑆 : Kecepatan dinas kapal. (km/h)
5.8. Perhitungan Berat Awak dan Barang Bawaan (𝑾𝑪𝑷 )
Untuk Untuk mendapatkan nilai pendekatan dari berat bahan makanan, penulis
mengasumsikan Berat crew rata – rata 75 kg/orang, dan berat barang bawaan
25kg/orang. Perhitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan urmus di bawah
ini :
77
𝑊𝐶𝑃 = ∑𝑐𝑟𝑒𝑤 𝑥 (𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 + 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑤𝑎𝑎𝑛)𝑥 10−3
= 18 𝑥 (75 + 25) 𝑥 10−3 = 1,8 𝑡𝑜𝑛
(Tentang Rencana Umum, Gaguk Suhardjito, 2006 halaman 17)
Keterangan :
𝑊𝐶𝑃 : Berat crew dan barang bawaan. (ton)
∑𝑐𝑟𝑒𝑤 : Jumlah crew kapal.
5.9. Perhitungan Berat Awak dan Barang Bawaan (𝑾𝑹 )
Untuk Perhitungan berat cadangan ini diperuntukan sebagai koreksi bila
terdapat berat lain yang belum masuk dalam hitungan diatas. Untuk mendapatkan
nilai dari berat cadangan, penulis mengasumsikan koefisien berat cadangan sebesar
1% atau 0,01. Perhitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan urmus di
bawah ini :
𝑊𝑅 = 𝑘 𝑥 ∆𝑑𝑖𝑠𝑝
= 1% 𝑥 4934,37 = 49,34 𝑡𝑜𝑛
(Tentang Rencana Umum, Gaguk Suhardjito, 2006 halaman 17)
Keterangan :
𝑊𝑅 : Berat cadangan. (ton)
𝑘 : Koefisien berat cadangan. (0,5% ~ 1,5%)
∆𝑑𝑖𝑠𝑝 : Mass displacement kapal. (ton)
5.10. Perhitungan Berat Consumable Total (𝑾𝒕 )
𝑊𝑇 = 𝑊𝑀𝐷𝐹 + 𝑊𝐴𝑢𝑥 + 𝑊𝐿𝑂 + 𝑊𝐹𝑊−𝐴 + 𝑊𝐹𝑊−𝐵 + 𝑊𝐹𝑊−𝐶 + 𝑊𝑃 + 𝑊𝐶𝑃 + 𝑊𝑅
= 48,71 + 8,38 + 0,13 + 1,33 + 13,32 + 0,74 + 0,44 + 1,8 + 49,34
= 124,19 𝑡𝑜𝑛
Keterangan :
𝑊𝑇 : Berat total kebutuhan. (ton)
𝑊𝑀𝐷𝑂 : Berat bahan bakar mesin induk. (ton)
𝑊𝐴𝑢𝑥 : Berat bahan bakar mesin bantu. (ton)
𝑊𝐿𝑂 : Berat minyak pelumas. (ton)
𝑊𝐹𝑊−𝐴 : Berat air minum. (ton)
𝑊𝐹𝑊−𝐵 : Berat air sanitari. (ton)
𝑊𝐹𝑊−𝐶 : Berat air pendingin mesin. (ton)
𝑊𝑃 : Berat bahan makanan. (ton)
𝑊𝐶𝑃 : Berat crew dan barang bawaan. (ton)
𝑊𝑅 : Berat cadangan. (ton)
78