Anda di halaman 1dari 18

Document No.

02 – 4214 025 – GT

Perhitungan Gross Tonnage,


Penentuan Jumlah Crew,
Kebutuhan Air Tawar, Bahan
Bakar dan Pelumas
MOH. SYAHIRUL MUBAROK
4214101025

Dikerjakan Oleh Disetujui Oleh


Rev. Tanggal Keterangan
Nama Paraf Dosen Pembimbing Paraf

Moh. Syahirul Dr. Dhimas Widhi H.,


Mubarok ST., M.Sc.

61
1. PENDAHULUAN
Untuk merancang sebuah general arrangement atau rancangan umum kapal.
Perancang memperlukan informasi akurat meliputi volume kapal yang tertutup (GT)
secara keseluruhan. Untuk merancang tata ruang yang ada pada kapal seperti pada
bagian superstructure deck, perancang memperlukan informasi jumlah crew kapal
sehingga deck pada kapal dapat dirancang untuk mendukung segala aktifitas crew
kapal.
Perhitungan massa yang dapat dipindahkan seperti bahan bakar main engine,
bahan bakar auxiliary engine, lubricating oil, air tawar juga menjadi pertimbangan
dalam merancang general arrangement. Hal tersebut dikarenakan penempatan setiap
massa tersebut harus diletakan secara spesifik dan mengikuti peraturan yang ada, pada
kapal dalam dokumen ini akan mengikuti peraturan dari BKI.

62
2. DATA KAPAL

Nama Kapal Galaxy Tanker

Tipe Kapal Chemical Tanker (Amoniak)

Lpp 88 m

B 13,5 m

H 6,9 m

T 5,6 m

Cb 0.703

Cp 0.711

Cm 0.984

Vs 12,5 knot 6.43 m/s

Rute Pelayaran PT. Pupuk Indonesia (Bontang) – PT. Petro Kimia (Gresik)

Radius Pelayaran 951 nm 1759 km

3. PERHITUNGAN GROSS TONNAGE

Gross tonnage atau biasa ditulis GT, adalah sebuah satuan yang terkolerasi dengan
volume internal kapal atau bagian kapal yang tertutup. Gross tonnage bukanlah satuan
yang berhubungan dengan displasmen kapal (massa) dan tidak disamakan dengan
deadweight tonnage (DWT) atau massa displasmen.

63
formula untuk menentukan GT dirumuskan sebagai
𝑮𝑻 = 𝑲𝟏 × 𝑽
Nilai K1 dirumuskan juga sebagai berikut
𝑲𝟏 = 𝟎. 𝟐 + 𝟎. 𝟎𝟐 𝐥𝐨𝐠(𝑽)
Keterangan :
GT : Gross Tonnage.
K1 : Koefisien Gross Tonnage.
V : Volume Ruang Kapal yang tertutup. (m3)
International Convention on Tonnage Measurement of Ships, 1969 Annex 1 Reg. 3

Untuk langkah – langkah perhitungan GT, dapat dilihat di bawah ini:

3.1. Perhitungan Volume Kapal Dibawah Maindeck


Untuk melakukan perhitungan volume kapal dibawah maindeck, kita bisa
menggunakan metode simson dengan memakai desain body plan kapal yang sudah
dikerjakan pada tugas Lines Plan.Untuk langkah – langkah pengerjaannya bisa
dilihat di bawah ini :
3.1.1. Pembacaan Luasan Tiap Station
Untuk mendapatkan luasan station, kita bisa menggunakan garis station
yang ada pada body plan dari lines plan yang kemudian di hatch dan dibaca
besar luasnya. Hal ini dilakukan mulai pada station -2 sampai station 20 atau
FP. Berikut di bawah ini adalah contoh pembacaan luasan station 8 dari lines
plan penulis.

Gambar 2.1 Gambar Tiap Station Pada Body Plan

64
Gambar 2.2 Gambar Hatch Station 8

Setelah didapatkan nilai luasan tiap station mulai station -2 sampai FP,
maka akan dilakukan perhitungan volume dengan menggunakan metode
simson. Untuk perhitungan ini, penulis menggunakan metode simson 1. Hasil
pembacaan luasan station dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Section Luas (m2) K (k X Luas) m2
-2 0,00 0,39 0,00
-1 4,10 1,57 6,44
0 (AP) 8,94 1,39 12,44
1 25,91 4 103,66
2 43,38 2 86,75
3 62,19 4 248,75
4 75,29 2 150,58
5 83,90 4 335,60
6 88,38 2 176,76
7 91,50 4 365,99
8 92,09 2 184,18
9 92,09 4 368,36
10 92,09 2 184,18
11 92,09 4 368,36
12 92,09 2 184,18
13 92,08 4 368,34
14 91,70 2 183,41
15 88,98 4 355,93
16 81,02 2 162,03
17 67,21 4 268,84

65
18 45,39 2 90,78
19 22,09 4 88,36
20 (FP) 0,65 1 0,65
∑ (KxLuas) 4294,55
Tabel 2.1 Tabel Hasil Perhitungan Luasan Station

3.1.2. Perhitungan nilai h


h merupakan nilai jarak antar station yang dicari luasannya, dalam
perhitungan ini, untuk menentukan nilai h, dapat dilakukan dengan rumus di
bawah ini :
𝑙𝑝𝑝 88
ℎ= = = 4,4 𝑚
20 20
Keterangan :
h : Jarak antar station. (m)
lpp : Panjang kapal antar perpindicular. (m)

3.1.3. Perhitungan Volume


Untuk mendapatkan nilai volume, perhitungan ini menggunakan metode
simson 1, yang menggunakan rumus :
1
𝑉𝑀𝑎𝑖𝑛 = × ℎ × ∑(K x Luas)
3
1
𝑉𝑀𝑎𝑖𝑛 = × 4,4 × 4294,55 = 6298,67 m3
3
Keterangan :
𝑉𝑀𝑎𝑖𝑛 : Volume ruangan kapal di bawah maindeck
h : Jarak antar station. (m)
K : Koefisien simson 1

3.2. Perhitungan Volume Supersructure Deck


Dalam perhitungan volume superstructure ini, terdapat 4 deck yang dihitung,
yakni poop deck, boat deck, bridge deck dan navigation deck. Dalam hal ini, penulis
memakai tinggi deck setinggi 3 meter kecuali poop deck dan forcastle deck yang
tingginya 2,5 meter. Sedangkan untuk Luas alas tiap deck didapatkan dengan
melakukan hatch pada gambar kapal. Untuk perhitungan lebih jelasnya bisa dilihat
di bawah ini :

66
3.2.1. Perhitungan Volume Main Deck

Gambar 2.3 Gambar Hatch Luas Alas Main Deck


VMain = AMain x TMain
= 216,59 × 2,5 = 541,49 𝑚3
Keterangan :
𝑉𝑀𝑎𝑖𝑛 : Volume ruangan Main Deck. (𝑚3 )
𝐴𝑀𝑎𝑖𝑛 : Luas alas Main Deck. (𝑚2 )
𝑇𝑀𝑎𝑖𝑛 : Tinggi Main Deck. (𝑚)
3.2.2. Perhitungan Volume Poop Deck

Gambar 2.4 Gambar Hatch Luas Alas Poop Deck


VPoop = APoop x TPoop
= 142,54 × 3 = 427,62 𝑚3
Keterangan :
𝑉𝑃𝑜𝑜𝑝 : Volume ruangan Poop Deck. (𝑚3 )
𝐴𝑃𝑜𝑜𝑝 : Luas alas Poop Boat. (𝑚2 )
𝑇𝑃𝑜𝑜𝑝 : Tinggi Poop Deck. (𝑚)\

67
3.2.3. Perhitungan Volume Boat Deck

Gambar 2.5 Gambar Hatch Luas Alas Boat Deck


VBoat = ABoat x TBoat
= 89,93 × 3 = 269,80 𝑚3
Keterangan :
𝑉𝐵𝑜𝑎𝑡 : Volume ruangan Boat Deck. (𝑚3 )
𝐴𝐵𝑜𝑎𝑡 : Luas alas Boat deck. (𝑚2 )
𝑇𝐵𝑜𝑎𝑡 : Tinggi Boat Deck. (𝑚)
3.2.4. Perhitungan Volume Bridge Deck

Gambar 2.6 Gambar Hatch Luas Alas Bridge Deck

VBridge = ABridge x TBridge


= 64,80 × 3 = 194,40 𝑚3
Keterangan :
𝑉Bridge : Volume ruangan Bridge Deck. (𝑚3 )

68
𝐴Bridge : Luas alas Bridge Deck. (𝑚2 )
𝑇Bridge : Tinggi Bridge Deck. (𝑚)
3.2.5. Perhitungan Volume Navigation Deck

Gambar 2.7 Gambar Hatch Luas Alas Navigation Deck

VNavigation = ANavigation x TNavigation


= 35,73 × 3 = 107,18 𝑚3
Keterangan :
𝑉Navigation : Volume ruangan Navigation Deck. (𝑚3 )
𝐴Navigation : Luas alas Navigation Deck. (𝑚2 )
𝑇Navigation : Tinggi Navigation Deck. (𝑚)
3.2.6. Perhitungan Volume Forcastle Deck

Gambar 2.8 Gambar Hatch Luas Alas Forcastle Deck

Vfc = Afc x Tfc


= 40,87 × 2,5 = 102,14 𝑚3
Keterangan :
𝑉fc : Volume ruangan forcastle Deck. (𝑚3 )

69
𝐴fc : Luas alas forcastle Deck. (𝑚2 )
𝑇fc : Tinggi forcastle Deck. (𝑚)

3.3. Perhitungan Volume Gross Kapal


Untuk mendapatkan volume gross kapal, dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus di bawah ini :
𝑉𝐺 = 𝑉𝑀𝑎𝑖𝑛 + 𝑉𝑀𝑎𝑖𝑛 𝑑𝑒𝑐𝑘 + 𝑉𝑃𝑜𝑜𝑝 + 𝑉𝐵𝑜𝑎𝑡 + 𝑉𝐵𝑟𝑖𝑑𝑔𝑒 + 𝑉𝑁𝑎𝑣𝑖𝑔𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 + Vfc
= 6298,67 + 541,49 + 427,62 + 269,8 + 194.4 + 107,18 + 102,14
= 7941,32 𝑚3

3.4. Perhitungan Gross Tonnage


Untuk mendapatkan gross tonnage kapal, Perlu untuk menghitung besar nilai
K terlebih dulu yang bisa di dapatkan dengan rumus :
𝐾1 = 0,2 + 0,02 log(𝑉𝐺 )
= 0,2 + 0,02 log(7941,32) = 0,278
Keterangan :
K1 : Koefisien Gross Tonnage.
𝑉𝐺 : Volume Ruang Kapal yang tertutup. (m3)
Setelah didapatkan nilai K1, kita dapat menghitung nilai GT dengan
menggunakan rumus di bawah ini :
𝐺𝑇 = 𝐾1 𝑥 𝑉𝐺
= 0,27812 𝑥 8053,12 = 2207,7
Keterangan :
GT : Gross Tonnage.
K1 : Koefisien Gross Tonnage.
𝑉𝐺 : Volume Ruang Kapal yang tertutup. (m3)

70
4. PENENTUAN JUMLAH CREW KAPAL

Dalam mengoperasikan sebuah kapal, diperlukan adanya crew kapal yang masing
masing terbagi berdasarkan tugasnya pada kapal. Jumlah awak kapal dalam suatu kapal
ditentukan oleh peraturan dimana kapal tersebut terdaftar sehingga peraturan akan
dikeluarkan oleh negara itu sendiri.
Crew kapal dibagi menjadi 2 bagian besar yang didalamnya terdiri dari beberapa
posisi dengan tanggung jawab yang berbeda beda, sebagai berikut :
Crew bagian dek dan pelayanan
 Nahkoda (Master), dengan persyaratan memiliki sertifikat ahli nautika tingkat 2
dan telah memperoleh pengukuhan sebagai nahkoda.
 Mualim 1 (Chief Master), dengan sertifikat ahli nautika tingkat 2.
 Mualim, dengan sertifikat ahli nautika tingkat III.
 Operator radio, minimal memiliki sertifikat REK II. Dapat digantikan dengan
mualim yang memiliki sertifikat ORU.
 Juru mudi, bersertifikasi menurut keputusan menteri tahun 1998.
 Kelasi, bersertifikasi menurut keputusan menteri tahun 1998.
 Koki, bersertifikasi menurut keputusan menteri tahun 1998.
 Pelayan, bersertifikasi menurut keputusan menteri tahun 1998.
Crew Bagian Mesin
 Kepala kamarMesin, dengan sertifikat ahli tehnika tingkat I
 Masinis II, dengan sertifikat ahli tehnika tingkat II
 Masinis, dengan sertifikat ahli tehnika tingkat III
 Juru Minyak (Oiler), bersertifikasi menurut keputusan menteri tahun 1998.
 Pembantu Kamar Mesin (Wiper). bersertifikasi menurut keputusan menteri tahun
1998.
Tugas rencana umum ini menggunakan bendera Indonesia oleh karena itu jumlah
awak kapal ditentukan oleh keputusan Menteri Perhubungan No. 70 tahun 1998 tentang
Perawakan Kapal Niaga untuk pelayaran kawasan Indonesia.
Dalam hal ini, GT dari kapal “Galaxy Tanker” Sebesar 2207,7 sehingga menurut
peraturan yang berlaku untuk kapal tonase kotor GT 1.500 s/d kurang dari GT 3.000,
jumlah awak kapal 11 (sebelas) orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai
berikut :
(Keputusan Menteri Perhubungan No. 70 tahun 1998 Pasal 13.c)

71
Awak kapal bagian dek dan pelayanan kapal untuk kapal “Galaxy Tanker” yakni :
 Nahkoda 1 Orang
 Mualim I 1 Orang
 Mualim II 1 Orang
 Operator Radio 1 Orang
 Serang 1 Orang
 Juru Mudi 3 Orang
 Kelasi 1 Orang
 Koki 1 Orang
 Pelayan 1 Orang
Total 11 Orang
Untuk jumlah crew bagian mesin, di tentukan oleh besar daya dari main engine
yang digunakan kapal. Untuk kapal “Galaxy Tanker” ini menggunakan engine dengan
daya maximal 1950 kW, sehingga menurut peraturan yang berlaku untuk kapal dengan
tenaga penggerak 750 kW sampai kurang dari 3.000 kW, jumlah awak kapal 7 (Tujuh)
orang dengan jumlah jabatan dan sertifikat sebagai berikut :

 Kepala Kamar Mesin 1 Orang


 Masinis II 1 Orang
 Masinis III 1 Orang
 Mandor Mesin 1 Orang
 Juru Minyak 3 Orang
Total 7 Orang
Dari peraturan di atas, didapatkan jumlah crew minimal yang diperlukan untuk
pengoprasian “Galaxy Tanker” yakni sebesar 18 orang.

5. PERHITUNGAN MASSA CONSUMABLE

Massa consumable adalah total massa dari barang barang yang akan dikonsumsi
oleh awak kapal, dan massa barang yang digunakan untuk mengoperasikan kapal seperti
bahan bakar untuk main engine, auxillary engine, pendingin, dan air bersih untuk
keperluan awak kapal. Berikut ini adalah langkah - langkah dalam menentukan massa
consumable dalam suatu kapal. :

72
5.1. Perhitungan Berat Bahan Bakar Mesin Utama (𝑾𝑴𝑫𝑭 )
Bahan bakar yang digunakan oleh kapal “Galaxy Tanker” untuk main engine
Wartsila 6L26 adalah MDF, hal ini dikarenakan mesin merupakan medium-speed
diesel engine yang mengharuskan mesin tersebut mendapat supply bahan bakar
destilasi (MDF) dengan karakteristik seperti tabel di bawah ini :

Tabel 2.2 Fuel System Main Engine Wartsila 6L26


(Project guide wartsila 6L26,2009, Main Data, Page 11)

Tabel 2.3 Karakteristik Fuel Main Engine Wartsila 6L26


(Project guide wartsila 6L26,2009, Fuel Oil System, Page 39)

73
Untuk mendapatkan nilai pendekatan dari berat bahan bakar mesin
induk, penulis menggunakan koreksi cadangan sebesar 1,4. Perhitungannya
dapat dilakukan dengan menggunakan urmus di bawah ini :
𝑆
𝑊𝑀𝐷𝐹 = 𝐵𝐻𝑃𝑀𝐸 𝑥 𝑏𝑀𝐸 𝑥 𝑥 𝐶 𝑥 10−6
𝑉𝑠
2 𝑥 590
= 1950 𝑥 189 𝑥 𝑥 1,4 𝑥 10−6 = 48,71 𝑡𝑜𝑛
12,5
(Tentang Rencana Umum, Gaguk Suhardjito, 2006 halaman 16)
Keterangan :
𝑊𝑀𝐷𝐹 : Berat bahan bakar mesin induk. (ton)
𝐵𝐻𝑃𝑀𝐸 : BHPMCR dari main engine. (kW)
𝑏𝑀𝐸 : SFOC dari maein engine. (g/kWh)
𝑆 : Jarak tempuh kapal (2 x jarak rute kapal). (nm)
𝑉𝑆 : Kecepatan dinas kapal. (knot)
C : Koreksi cadangan (1,3 ~ 1,5)
5.2. Perhitungan Berat Bahan Bakar Auxiliary Engine (𝑾𝑨𝒖𝒙 )
Dalam operasional kapal “Galaxy Tanker” penulis merencanakan untuk
menggunakan 2 unit Auxiliary Engine Caterpillar Tipe C18 ACERT, dengan
spesifikasi seperti gambar di bawah ini :

Tabel 2.4 Fuel System Auxiliarry Engine

Untuk mendapatkan nilai pendekatan dari berat bahan bakar mesin


induk, penulis menggunakan koreksi cadangan sebesar 1,1. Perhitungannya
dapat dilakukan dengan menggunakan urmus di bawah ini :
𝑆
𝑊𝐴𝑢𝑥 = 𝐵𝐻𝑃𝐴𝐸 𝑥 𝑏𝐴𝐸 𝑥 𝑥 𝐶 𝑥 10−6
𝑉𝑠
2 𝑥 590
= 372 𝑥 217 𝑥 𝑥 1,1 𝑥 10−6 = 8,38 𝑡𝑜𝑛
12,5
(Tentang Rencana Umum, Gaguk Suhardjito, 2006 halaman 16)

74
Keterangan :
𝑊𝐴𝑢𝑥 : Berat bahan bakar auxiliary engine. (ton)
𝐵𝐻𝑃𝐴𝐸 : BHP dari auxiliary engine. (kW)
𝑏𝐴𝐸 : SFOC dari auxiliary engine. (g/kWh)
𝑆 : Jarak tempuh kapal (2 x jarak rute kapal). (nm)
𝑉𝑆 : Kecepatan dinas kapal. (knot)
C : Koreksi cadangan (1,1)
5.3. Perhitungan Berat Minyak Pelumas Mesin Utama (𝑾𝑳𝑶 )
Dalam operasional kapal “Galaxy Tanker” konsumsi minyak pelumas yanbg
digunakan sesuai kebutuhan main engine Wartsila 6L26 yakni :

Tabel 2.5 Lubrication Oil System Main Engine Wartsila 6L26

(Project guide wartsila 6L26,2009, Main Data, Page 11)


Untuk mendapatkan nilai pendekatan dari berat minyak pelumas,
penulis menggunakan koreksi cadangan sebesar 1,4. Perhitungannya dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus di bawah ini :
𝑆
𝑊𝐿𝑂 = 𝐵𝐻𝑃𝑀𝐸 𝑥 𝑏𝐿𝑂 𝑥 𝑥 𝐶 𝑥 10−6
𝑉𝑠
2 𝑥 590
= 1950 𝑥 0,5 𝑥 𝑥 1,4 𝑥 10−6 = 0,13 𝑡𝑜𝑛
12,5
(Tentang Rencana Umum, Gaguk Suhardjito, 2006 halaman 16)
Keterangan :
𝑊𝐿𝑂 : Berat minyak pelumas. (ton)
𝐵𝐻𝑃𝑀𝐸 : BHPMCR dari main engine. (kW)
𝑏𝐿𝑂 : banyaknya penggunaan minyak pelumas. (g/kWh)
𝑆 : Jarak tempuh kapal (2 x jarak rute kapal). (nm)
𝑉𝑆 : Kecepatan dinas kapal. (knot)
C : Koreksi cadangan (1,3 ~ 1,5)

75
5.4. Perhitungan Berat Kebutuhan Air Minum (𝑾𝑭𝑾−𝑨 )
Untuk mendapatkan nilai pendekatan dari berat air minum, penulis
menggunakan koefisien air minum sebesar 15 dan mengasumsikan lama proses
bongkar muat adalah 1 hari. Perhitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan
urmus di bawah ini :
𝑆
𝑊𝐹𝑊−𝐴 = 𝑘 𝑥 ∑𝑐𝑟𝑒𝑤 𝑥( + 𝑡𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 ) 𝑥 10−3
𝑡 𝑥 𝑉𝑠
2 𝑥 1092,67
= 15 𝑥 18 𝑥( + 1) 𝑥 10−3 = 1,33 𝑡𝑜𝑛
24 𝑥 23,15
(Tentang Rencana Umum, Gaguk Suhardjito, 2006 halaman 16)
Keterangan :
𝑊𝐹𝑊−𝐴 : Berat air minum. (ton)
𝑘 : Koefisien berat air minum. (10 ~ 20)
∑𝑐𝑟𝑒𝑤 : Jumlah crew kapal.
𝑆 : Jarak tempuh kapal (2 x jarak rute kapal). (km)
𝑡 : waktu dalam satu hari (jam)
𝑡𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 : Waktu bongkar muat. (Hari)
𝑉𝑆 : Kecepatan dinas kapal. (km/h)
5.5. Perhitungan Berat Kebutuhan Air Sanitari (𝑾𝑭𝑾−𝑩)
Untuk mendapatkan nilai pendekatan dari berat air sanitari, penulis
menggunakan K air sanitari sebesar 150 dan mengasumsikan bongkar muat adalah
1 hari. Perhitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan urmus di bawah ini :
𝑆
𝑊𝐹𝑊−𝐵 = 𝑘 𝑥 ∑𝑐𝑟𝑒𝑤 𝑥( + 𝑡𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 ) 𝑥 10−3
𝑡 𝑥 𝑉𝑠
2 𝑥 1092,67
= 150 𝑥 18 𝑥( + 1) 𝑥 10−3 = 13,32 𝑡𝑜𝑛
24 𝑥 23,15
(Tentang Rencana Umum, Gaguk Suhardjito, 2006 halaman 16)
Keterangan :
𝑊𝐹𝑊−𝐵 : Berat air sanitari. (ton)
𝑘 : Koefisien berat air sanitari. (80 ~ 200)
∑𝑐𝑟𝑒𝑤 : Jumlah crew kapal.
𝑆 : Jarak tempuh kapal (2 x jarak rute kapal). (km)
𝑡 : waktu dalam satu hari (jam)
𝑡𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 : Waktu bongkar muat. (Hari)
𝑉𝑆 : Kecepatan dinas kapal. (km/h)

76
5.6. Perhitungan Berat Kebutuhan Air Pendingin Mesin (𝑾𝑭𝑾−𝑪 )
Untuk Untuk mendapatkan nilai pendekatan dari berat air pendingin mesin,
dapat dilakukan dengan menggunakan urmus di bawah ini :
𝑆
𝑊𝐹𝑊−𝐶 = 𝐵𝐻𝑃𝑀𝐸 𝑥 4 𝑥 𝑥 10−6
𝑉𝑠
2 𝑥 1092,67
= 1950 𝑥 4 𝑥 𝑥 10−6 = 0,74 𝑡𝑜𝑛
23,15
(Tentang Rencana Umum, Gaguk Suhardjito, 2006 halaman 16)
Keterangan :
𝑊𝐹𝑊−𝐶 : Berat air pendingin mesin. (ton)
𝐵𝐻𝑃𝑀𝐸 : BHPMCR dari main engine. (kW)
𝑆 : Jarak tempuh kapal (2 x jarak rute kapal). (km)
𝑉𝑆 : Kecepatan dinas kapal. (km/h)
5.7. Perhitungan Berat Kebutuhan Makanan (𝑾𝑷 )
Untuk mendapatkan nilai pendekatan dari berat bahan makanan, penulis
menggunakan koefisien makanan sebesar 5. Perhitungannya dapat dilakukan dengan
menggunakan urmus di bawah ini :
𝑆
𝑊𝑃 = 𝑘 𝑥 ∑𝑐𝑟𝑒𝑤 𝑥( + 𝑡𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 ) 𝑥 10−3
𝑡 𝑥 𝑉𝑠
2 𝑥 1092,67
= 5 𝑥 18 𝑥( + 1) 𝑥 10−3 = 0,44 𝑡𝑜𝑛
24 𝑥 23,15
(Tentang Rencana Umum, Gaguk Suhardjito, 2006 halaman 17)
Keterangan :
𝑊𝑃 : Berat bahan makanan. (ton)
𝑘 : Koefisien berat makanan. (4 - 6)
∑𝑐𝑟𝑒𝑤 : Jumlah crew kapal.
𝑆 : Jarak tempuh kapal (2 x jarak rute kapal). (km)
𝑡 : waktu dalam satu hari (jam)
𝑡𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 : Waktu bongkar muat. (Hari)
𝑉𝑆 : Kecepatan dinas kapal. (km/h)
5.8. Perhitungan Berat Awak dan Barang Bawaan (𝑾𝑪𝑷 )
Untuk Untuk mendapatkan nilai pendekatan dari berat bahan makanan, penulis
mengasumsikan Berat crew rata – rata 75 kg/orang, dan berat barang bawaan
25kg/orang. Perhitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan urmus di bawah
ini :

77
𝑊𝐶𝑃 = ∑𝑐𝑟𝑒𝑤 𝑥 (𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 + 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑤𝑎𝑎𝑛)𝑥 10−3
= 18 𝑥 (75 + 25) 𝑥 10−3 = 1,8 𝑡𝑜𝑛
(Tentang Rencana Umum, Gaguk Suhardjito, 2006 halaman 17)
Keterangan :
𝑊𝐶𝑃 : Berat crew dan barang bawaan. (ton)
∑𝑐𝑟𝑒𝑤 : Jumlah crew kapal.
5.9. Perhitungan Berat Awak dan Barang Bawaan (𝑾𝑹 )
Untuk Perhitungan berat cadangan ini diperuntukan sebagai koreksi bila
terdapat berat lain yang belum masuk dalam hitungan diatas. Untuk mendapatkan
nilai dari berat cadangan, penulis mengasumsikan koefisien berat cadangan sebesar
1% atau 0,01. Perhitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan urmus di
bawah ini :
𝑊𝑅 = 𝑘 𝑥 ∆𝑑𝑖𝑠𝑝
= 1% 𝑥 4934,37 = 49,34 𝑡𝑜𝑛
(Tentang Rencana Umum, Gaguk Suhardjito, 2006 halaman 17)
Keterangan :
𝑊𝑅 : Berat cadangan. (ton)
𝑘 : Koefisien berat cadangan. (0,5% ~ 1,5%)
∆𝑑𝑖𝑠𝑝 : Mass displacement kapal. (ton)
5.10. Perhitungan Berat Consumable Total (𝑾𝒕 )
𝑊𝑇 = 𝑊𝑀𝐷𝐹 + 𝑊𝐴𝑢𝑥 + 𝑊𝐿𝑂 + 𝑊𝐹𝑊−𝐴 + 𝑊𝐹𝑊−𝐵 + 𝑊𝐹𝑊−𝐶 + 𝑊𝑃 + 𝑊𝐶𝑃 + 𝑊𝑅
= 48,71 + 8,38 + 0,13 + 1,33 + 13,32 + 0,74 + 0,44 + 1,8 + 49,34
= 124,19 𝑡𝑜𝑛
Keterangan :
𝑊𝑇 : Berat total kebutuhan. (ton)
𝑊𝑀𝐷𝑂 : Berat bahan bakar mesin induk. (ton)
𝑊𝐴𝑢𝑥 : Berat bahan bakar mesin bantu. (ton)
𝑊𝐿𝑂 : Berat minyak pelumas. (ton)
𝑊𝐹𝑊−𝐴 : Berat air minum. (ton)
𝑊𝐹𝑊−𝐵 : Berat air sanitari. (ton)
𝑊𝐹𝑊−𝐶 : Berat air pendingin mesin. (ton)
𝑊𝑃 : Berat bahan makanan. (ton)
𝑊𝐶𝑃 : Berat crew dan barang bawaan. (ton)
𝑊𝑅 : Berat cadangan. (ton)

78

Anda mungkin juga menyukai