Anda di halaman 1dari 2

SUMBERDAYA DAN POTENSI SHALE GAS DI INDONESIA

Shale gas adalah sebuah gas yang


diperoleh dari serpihan batuan
shale atau tempat terbentuknya gas
bumi. Shale gas sebagian besar terdiri
atas metana dan merupakan gas alam
non-konvensional. Jika gas alam
konvensional yang biasanya ditemukan
di cekungan lapisan bumi pada kedalaman ±800m atau lebih, maka shale gas terdapat di
lapisan bebatuan (shale formation) di kedalaman lebih dari 1500 m. Lapisan tersebut kaya akan
material organik sehingga dapat menjadi sumber energi. Karena terdapat di lapisan bebatuan
(shale formation) maka diperlukan proses khusus untuk mengambilnya yaitu proses rekah
hidrolik (hydraulic fracture atau fracking).
Indonesia diperkirakan memiliki potensi 1000-2000 tcf shale gas sehingga ada potensi
Indonesia menjadi negara dengan potensi shale gas terbesar di dunia. Pemerintah telah
melakukan identifikasi di 4 wilayah yang memiliki cadangan shale gas. Keempat wilayah
tersebut adalah Sumatra, Jawa, Papua, dan Kalimantan. Proses yang diperlukan untuk
mengubah batuan shale menjadi gas membutuhkan waktu sekitar 5 tahun.
Sebagai sumber energi, shale gas juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sebagai
sumber energi, shale gas dianggap lebih bersih daripada batubara yang dianggap sebagai
sumber energi paling kotor. Shale gas juga dianggap mampu menurunkan biaya produksi
karena kemungkinan produksi shale gas akan memicu penurunan harga gas alam secara
signifikan. Produksi shale gas yang besar juga akan membantu meningkatkan ketahanan energi
dan membantu mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil yang mahal yaitu minyak
bumi dan batubara. Namun di satu sisi shale gas juga memiliki kekurangan. Meski dianggap
lebih bersih daripada batubara, shale gas masih memiliki emisi karbon yang signifikan bila
dibandingkan dengan sumber energi terbarukan lainnya.
Tantangan utama pengembangan shale gas di Indonesia adalah biaya, jejaring distribusi
migas, regulasi (bagi hasil dan faktor risiko), serta isu sosial dan lingkungan akibat dampak
pengeboran dan proses hydraulic fracturing. Mengingat sumber shale gas dan shale oil di
Indonesia berada pada lokasi yang cukup dalam (~3 km), potensi dampak pencemaran air tanah
akibat injeksi campuran pada proses hydraulic fracturing dan efek getaran (tremor) masih
sangat minim, namun bukan berarti hal tersebut dapat luput dari perencanaan. Selain itu,
prospek migas di Indonesia, utamanya pada cekungan-cekungan (basins) yang belum
dieksplorasi di bagian Timur.

Referensi :
https://perdalpro.files.wordpress.com
http://kulibor1.blogspot.com/2016/05/shale-gas-dan-potensinya-di-indonesia.html

Azwar Anas
Universitas Muslim Indonesia

Anda mungkin juga menyukai