Anda di halaman 1dari 14

BAHAN AJAR

KONSEP PEMBELAJARAN

A. PENDAHULUAN
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan perilaku, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan
pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks
pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi
pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga
dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek
psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan
hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan
pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan
kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan
pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada
keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui
perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain
pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan
kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.

B. PEMBELAJARAN ABAD 21

1
Pada kurikulum 2013 pembelajaran diharapkan dapat di
implementasikan pembelajaran abad 21. Hal ini untuk menyikapi
tuntutan zaman yang semakin kompetitif. Adapun pembelajaran abad
21 mencerminkan empat hal.
1. Critical Thinking and Problem Solving
2. Creativity and Innovation
3. Communication
4. Collaboration
1. Critical Thinking and Problem Solving
Pada karakter ini, peserta didik berusaha untuk memberikan penalaran
yang masuk akal dalam memahami dan membuat pilihan yang rumit,
memahami interkoneksi antara sistem. Peserta didik juga menggunakan
kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan
permasalahan yang dihadapinya dengan mandiri, peserta didik juga
memiliki kemampuan untuk menyusun dan mengungkapkan,
menganalisa, dan menyelesaikan masalah.
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk mewujudkan hal tersebut
melalui penerapan pendekatan saintifik (5M), pembelajaran berbasis
masalah, penyelesaian masalah, dan pembelajaran berbasis projek.
Guru jangan risih atau merasa terganggu ketika ada siswa yang kritis,
banyak bertanya, dan sering mengeluarkan pendapat. Hal tersebut
sebagai wujud rasa ingin tahunya yang tinggi. Hal yang perlu dilakukan
guru adalah memberikan kesempatan secara bebas dan bertanggung
bertanggung jawab kepada setiap siswa untuk bertanya dan
mengemukakan pendapat. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan
dan membuat refleksi bersama-sama. Pertanyaan-pertanyaan pada level
HOTS dan jawaban terbuka pun sebagai bentuk mengakomodasi
kemampuan berpikir kritis siswa.
2. Creativity and Innovation
Pada karakter ini, peserta didik memiliki kemampuan untuk
mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan
baru kepada yang lain, bersikap terbuka dan responsif terhadap
perspektif baru dan berbeda.
Guru perlu membuka ruang kepada siswa untuk mengembangkan
kreativitasnya. Kembangkan budaya apresiasi terhadap sekecil apapun
peran atau prestasi siswa. Hal ini bertujuan untuk memotivasi siswa
untuk terus meningkatkan prestasinya. Tentu kita ingat dengan Pak
Tino Sidin, yang mengisi acara menggambar atau melukis di TVRI
sekian tahun silam. Beliau selalu berkata “bagus” terhadap apapun
kondisi hasil karya anak-anak didiknya. Hal tersebut perlu dicontoh
oleh guru-guru masa kini agar siswa merasa dihargai.

2
Peran guru hanya sebagai fasilitator dan membimbing setiap siswa
dalam belajar, karena pada dasarnya setiap siswa adalah unik. Hal ini
sesuai dengan yang disampaikan oleh Howard Gardner bahwa manusia
memiliki kecerdasan majemuk. Ada delapan jenis kecerdasan majemuk,
yaitu; (1) kecerdasan matematika-logika, (2) kecerdasan bahasa, (3)
kecerdasan musikal, (4) kecerdasan kinestetis, (5) kecerdasan visual-
spasial, (6) kecerdasan intrapersonal, (7) kecerdasan interpersonal, dan
(8) kecerdasan naturalis.
Lalu bagaimana peran sekolah? Peranan sekolah dalam penerapan
pembelajaran Abad 21 antara lain: a) Meningkatkan kebijakan &
rencana sekolah untuk mengembangkan keterampilan baru; b)
Mengembangkan arahan baru kurikulum; c) Melaksanakan strategi
pengajaran yang baru dan relevan, dan d) Membentuk kemitraan
sekolah di tingkat regional, nasional dan internasional
3. Communication
Pada karakter ini, peserta didik dituntut untuk memahami,
mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai
bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia. Peserta didik
diberikan kesempatan menggunakan kemampuannya untuk
mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat berdiskusi dengan teman-
temannya maupun ketika menyelesaikan masalah dari pendidiknya.
Abad 21 adalah abad digital. Komunikasi dilakukan melewati batas
wilayah negara dengan menggunakan perangkat teknologi yang
semakin canggih. Internet sangat membantu manusia dalam
berkomunikasi. Saat ini begitu banyak media sosial yang digunakan
sebagai sarana untuk berkomunikasi. Melalui smartphone yang
dimilikinya, dalam hitungan detik, manusia dapat dengan mudah
terhubung ke seluruh dunia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian komunikasi
adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita dari dua orang atau
lebih agar pesan yang dimaksud dapat dipahami. Sedangkan Wikipedia
dinyatakan bahwa komunikasi adalah “suatu proses dimana seseorang
atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat
menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan
lingkungan dan orang lain”.
Komunikasi tidak lepas dari adanya interaksi antara dua pihak.
Komunikasi memerlukan seni, harus tahu dengan siapa berkomunikasi,
kapan waktu yang tepat untuk berkomunikasi, dan bagaimana cara
berkomunikasi yang baik. Komunikasi bisa dilakukan baik secara lisan,
tulisan, atau melalui simbol yang dipahami oleh pihak-pihak yang
berkomunikasi. Komunikasi dilakukan pada lingkungan yang beragam,
mulai di rumah, sekolah, dan masyarakat. Komunikasi bisa menjadi
sarana untuk semakin merekatkan hubungan antar manusia, tetapi
sebaliknya bisa menjadi sumber masalah ketika terjadi miskomunikasi

3
atau komunikasi kurang berjalan dengan baik. Penguasaan bahasa
menjadi sangat penting dalam berkomunikasi. Komunikasi yang
berjalan dengan baik tidak lepas dari adanya penguasaan bahasa yang
baik antara komunikator dan komunikan.
Kegiatan pembelajaran merupakan sarana yang sangat strategis
untuk melatih dan meningkatkan kemampuan komunikasi siswa, baik
komunikasi antara siswa dengan guru, maupun komunikasi antarsesama
siswa. Ketika siswa merespon penjelasan guru, bertanya, menjawab
pertanyaan, atau menyampaikan pendapat, hal tersebut adalah
merupakan sebuah komunikasi.
4. Collaboration
Pada karakter ini, peserta didik menunjukkan kemampuannya
dalam kerjasama berkelompok dan kepemimpinan, beradaptasi dalam
berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif dengan
yang lain, menempatkan empati pada tempatnya, menghormati
perspektif berbeda. Peserta didik juga menjalankan tanggungjawab
pribadi dan fleksibitas secara pribadi, pada tempat kerja, dan hubungan
masyarakat, menetapkan dan mencapai standar dan tujuan yang tinggi
untuk diri sendiri dan orang lain, memaklumi kerancuan.
Pembelajaran secara berkelompok, kooperatif melatih siswa untuk
berkolaborasi dan bekerjasama. Hal ini juga untuk menanamkan
kemampuan bersosialisasi dan mengendalikan ego serta emosi. Dengan
demikian, melalui kolaborasi akan tercipta kebersamaan, rasa memiliki,
tanggung jawab, dan kepedulian antaranggota.
Sukses bukan hanya dimaknai sebagai sukses individu, tetapi juga
sukses bersama, karena pada dasarnya manusia disamping sebagai
seorang individu, juga makhluk sosial. Saat ini banyak orang yang
cerdas secara intelektual, tetapi kurang mampu bekerja dalam tim,
kurang mampu mengendalikan emosi, dan memiliki ego yang tinggi.
Hal ini tentunya akan menghambat jalan menuju kesuksesannya, karena
menurut hasil penelitian Harvard University, kesuksesan seseorang
ditentukan oleh 20% hard skill dan 80% soft skiil. Kolaborasi
merupakan gambaran seseorang yang memiliki soft skill yang matang.
Bagaimana ciri guru Abad 21 ? Menurut Ragwan Alaydrus, S.Psi,
setidaknya ada 7 Karakteristik Guru Abad 21
1. Life-long learner. Pembelajar seumur hidup. Guru perlu meng-upgrade
terus pengetahuannya dengan banyak membaca serta berdiskusi dengan
pengajar lain atau bertanya pada para ahli. Tak pernah ada kata puas
dengan pengetahuan yang ada, karena zaman terus berubah dan guru
wajib up to date agar dapat mendampingi siswa berdasarkan kebutuhan
mereka.

4
2. Kreatif dan inovatif. Siswa yang kreatif lahir dari guru yang kreatif dan
inovatif. Guru diharap mampu memanfaatkan variasi sumber belajar
untuk menyusun kegiatan pembelajaran di dalam kelas.
3. Mengoptimalkan teknologi. Salah satu ciri dari model pembelajaran
abad 21 adalah blended learning, gabungan antara metode tatap muka
tradisional dan penggunaan digital dan online media. Pada
pembelajaran abad 21, teknologi bukan sesuatu yang
sifatnya additional, bahkan wajib.
4. Reflektif. Guru yang reflektif adalah guru yang mampu menggunakan
penilaian hasil belajar untuk meningkatkan kualitas mengajarnya. Guru
yang reflektif mengetahui kapan strategi mengajarnya kurang optimal
untuk membantu siswa mencapai keberhasilan belajar. Ada berapa guru
yang tak pernah peka bahkan setelah mengajar bertahun-tahun bahwa
pendekatannya tak cocok dengan gaya belajar siswa. Guru yang
reflektif mampu mengoreksi pendekatannya agar cocok dengan
kebutuhan siswa, bukan malah terus menyalahkan kemampuan siswa
dalam menyerap pembelajaran
5. Kolaboratif. Ini adalah salah satu keunikan pembelajaran abad 21. Guru
dapat berkolaborasi dengan siswa dalam pembelajaran. Selalu
ada mutual respect dan kehangatan sehingga pembelajaran akan lebih
menyenangkan. Selain itu guru juga membangun kolaborasi dengan
orang tua melalui komunikasi aktif dalam memantau perkembangan
anak.
6. Menerapkan student centered. Ini adalah salah satu kunci dalam
pembelajaran kelas kekinian. Dalam hal ini, siswa memiliki peran aktif
dalam pembelajaran sehingga guru hanya bertindak sebagai fasilitator.
Karenanya, dalam kelas abad 21 metode ceramah tak lagi populer untuk
diterapkan karena lebih banyak mengandalkan komunikasi satu arah
antara guru dan siswa.
7. Menerapkan pendekatan diferensiasi. Dalam menerapkan pendekatan
ini, guru akan mendesain kelas berdasarkan gaya belajar siswa.
pengelompokkan siswa di dalam kelas juga berdasarkan minat serta
kemampuannya. Dalam melakukan penilaian guru
menerapkan formative assessment dengan menilai siswa secara berkala
berdasarkan performanya (tak hanya tes tulis). Tak hanya itu, guru
bersama siswa berusaha untuk mengatur kelas agar menjadi lingkungan
yang aman dan suportif untuk pembelajaran.
Lalu bagaimana kompetensi siswa pada abad 21 ? Setidaknya ada
empat yang harus dimiliki oleh generasi abad 21, yaitu: ways of
thingking, ways of working, tools for working and skills for living
in the word. Bagaimana seorang pendidik harus mendesain
pembelajaran yang akan menghantarkan peserta didik memenuhi
kebutuhan abad 21. Berikut kemampuan abad 21 yang harus dimiliki
peserta didik, yaitu:

5
1. Way of thinking, cara berfikir yaitu beberapa kemampuan berfikir
yang harus dikuasai peserta didik untuk menghadapi dunia abad 21.
Kemampuan berfikir tersebut diantaranya: kreatif, berfikir kritis,
pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan pembelajar.
2. Ways of working. kemampuan bagaimana mereka harus bekerja.
dengan dunia yang global dan dunia digital. beberapa kemampuan yang
harus dikuasai peserta didik adalah communication and
collaboration. Generasi abad 21 harus mampu berkomunikasi dengan
baik, dengan menggunakan berbagai metode dan strategi komunikasi.
Juga harus mampu berkolaborasi dan bekerja sama dengan individu
maupun komunitas dan jaringan. Jaringan komunikasi dan kerjasama
ini memamfaatkan berbagai cara, metode dan strategi berbasis ICT.
Bagaimana seseorang harus mampu bekerja secara bersama dengan
kemampuan yang berbeda-beda.
3. Tools for working. Seseorang harus memiliki dan menguasai alat
untuk bekerja. Penguasaan terhadap Information and communications
technology (ICT) and information literacy merupakan sebuah
keharusan. Tanpa ICT dan sumber informasi yang berbasis segala
sumber akan sulit seseorang mengembangkan pekerjaannya.
4. Skills for living in the world. kemampuan untuk menjalani kehidupan
di abad 21, yaitu: Citizenship, life and career, and personal and social
responsibility. Bagaimana peserta didik harus hidup sebagai warga
negara, kehidupan dan karir, dan tanggung jawab pribadi dan sosial.
Melalui pembelajaran abad 21, setidaknya ada dua keterampilan
inti yang harus dikembangkan oleh para para guru yakni: a)
Kemampuan menggunakan pengetahuan matematika, Bahasa Inggris,
Ilmu Pengetahuan, Kewarganegaraan dan lainnya untuk menjawab
tantangan dunia nyata; dan b) Berpikir kritis dan menyelesaikan
masalah, komunikasi dan kerjasama, kreatifitas, kemandirian, dan
lainnya.

C. PENDEKATAN SAINTIFIK
Sebenarnya apa Pendekatan saintifik itu? Pendekatan
saintifik merupakan kerangka ilmiah pembelajaran yang diterapkan
pada Kurikulum 2013. Proses pembelajaran ini dapat disamakan dengan
suatu proses ilmiah karena didalamnya terdapat tahapan-tahapan
terutama dalam kegiatan inti. Pendekatan saintifik dapat di sebut juga
sebagai bentuk pengembangan sikap baik religi maupun sosial,
pengetahuan, dan keterampilan peserta didik dalam mengaplikasikan
materi pelajaran.
Dalam pendekatan ini peserta didik tidak lagi dijadikan
sebagai objek pembelajaran, tetapi dijadikan subjek pembelajaran, guru

6
hanya sebagai fasilitator dan motivator saja. Guru tidak perlu
menjelaskan semua tentang apa yang ada dalam materi.
Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Ada beberapa langkah-langkah dalam pendekatan saintifik, menurut
Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV, proses
pembelajaran terdiri atas lima kegiatan pengalaman belajar yaitu:
Mengamati, Menanya, Mengumpulkan Informasi/Eksperimen,
Mengasosiasikan/Mengolah Informasi, dan, Mengkomunikasikan.
 Mengamati
Dalam proses mengamati peserta didik diharapkan dapat
menyaksikan tentang apa yang di sajikan guru, misalnya video atau film
yang terkait materi, guru juga bisa menampilkan gambar-gamba yang
juga terkait dengan materi. Selain itu pengamatan juga dapat dilakukan
pada saat guru melakukan simulasi.

 Menanya
Setelah peserta didik mengamati, kemudian peserta didik
merumuskan pertanyaan atas apa yang telah di tampilkan guru, apabila
sudah ada pertanyaan-pertanyaan pada peserta didik diharapkan dengan
pertanyaan itu nantinya akan membuat peserta didik lebih
memperhatikan materi dan mampu mencari sendiri jawaban dari
pertanyaannya itu.

 Mngumpulkan Informasi/Eksperimen
Pada tahap ini, setelah peserta didik mempunyai pertanyaan yang
diperoleh melalui pengamatan terhadap media yang sudah ditampilkan
guru, maka tugas peserta didik selanjutnya adalah mengumpulkan
informasi, informasi tersebut untuk menjawab pertanyaan yang sudah
dibuat, informasi tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber belajar
seperti buku, setudi perpustakaan,internet. Disinilah peserta didik di
tuntut untuk aktif bekerja sama dalam kelompoknya.

 Mengasosiasikan/MengolahInformasi
Setelah mendapatkan informasi dan data yang cukup, peserta didik
dalam kelompoknya berbagi tugas untuk mengasosiasikan atau
mengolah informasi yang sudah di dapat dengan yang bertujuan untuk
menjawab pertanyaan yang sudah dirumuskan. Dan menampilkannya
dalam laporan kelompok.

 Mengkomunikasikan
Dalam proses ini peserta didik di harapkan mampu
mengkomunikasikan dengan kelompok lain tentang informasi apa yang
sudah di olah dalam kelompoknya. Disinilah inti dari saintifik yaitu
peserta didik diharapkan untuk saling bertukar informasi dengan

7
kelompok lain. Sehingga akan tercipta kondisi peserta didik yang aktif,
dan menjadikan peserta didik menjadi subjek belajar.

D. LITERASI

Apa yang dimaksud dengan literasi (literacy)? Arti literasi adalah


suatu kemampuan seseorang untuk menggunakan potensi dan
keterampilan dalam mengolah dan memahami informasi saat
melakukan aktivitas membaca dan menulis.
Pendapat lain mengatakan bahwa pengertian literasi adalah suatu
kemampuan individu dalam mengolah dan memahami informasi ketika
melakukan kegiatan membaca dan menulis. Dengan kata lain, literasi
adalah seperangkat keterampilan dan kemampuan seseorang dalam
membaca, menulis, berhitung, serta memecahkan masalah dalam
kehidupannya sehari-hari.
Secara etimologis, istilah literasi berasal dari bahasa Latin
‘literatus’ dimana artinya adalah orang yang belajar. Dalam hal ini, arti
literasi sangat berhubungan dengan proses membaca dan menulis.

Arti Literasi Menurut Para Ahli


Agar lebih memahami apa itu literasi, maka kita dapat merujuk
pada pendapat para ahli berikut ini:
1. Elizabeth Sulzby
Menurut Elizabeth Sulzby (1986), arti literasi adalah kemampuan
berbahasa yang dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi
(membaca, berbicara, menyimak, dan menulis) dengan cara yang

8
berbeda sesuai dengan tujuannya. Jika didefinisikan secara singkat,
definisi literasi yaitu kemampuan menulis dan membaca.
2. Harvey J. Graff
Menurut Harvey J. Graff (2006), arti literasi adalah suatu
kemampuan dalam diri seseorang untuk menulis dan membaca
3. Jack Goody
Menurut Jack Goody, pengertian literasi adalah suatu kemampuan
seseorang dalam mebaca dan juga menulis.
4. Merriam – Webster
Menurut kamus online Merriam – Webster, pengertian literasi
adalah suatu kemampuan atau kualitas melek aksara di dalam diri
seseorang dimana di dalamnya terdapat kemampuan membaca, menulis
dan juga mengenali serta memahami ide-ide secara visual.
5. UNESCO
Menurut UNESCO (The United Nations Educational, Scientific
and Cultural Organization), arti literasi adalah seperangkat keterampilan
nyata, terutama ketrampilan dalam membaca dan menulis, yang terlepas
dari konteks yang mana ketrampilan itu diperoleh serta siapa yang
memperolehnya.

Tujuan Literasi
Setelah memahami apa pengertian literasi, tentunya kita sudah
punya gambaran mengenai tujuan literasi. Adapun beberapa tujuan
literasi adalah sebagai berikut:
1. Membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan cara
membaca berbagai informasi bermanfaat.
2. Membantu meningkatkan tingkat pemahaman seseorang dalam
mengambil kesimpulan dari informasi yang dibaca.
3. Meningkatkan kemampuan seseorang dalam memberikan penilaian
kritis terhadap suatu karya tulis.
4. Membantu menumbuhkan dan mengembangkan budi pekerti yang
baik di dalam diri seseorang.
5. Meningkatkan nilai kepribadian seseorang melalui kegiatan
membaca dan menulis.
6. Menumbuhkan dan mengembangkan budaya literasi di tengah-
tengah masyarakat secara luas.
7. Membantu meningkatkan kualitas penggunaan waktu seseorang
sehingga lebih bermanfaat.

9
Manfaat Literasi
Melihat tujuan literasi yang begitu baik, tentunya masyarakat akan
mendapatkan berbagai manfaat darinya. Adapun beberapa manfaat
literasi adalah sebagai berikut:
1. Menambah perbendaharaan kata (kosa kata) seseorang.
2. Mengoptimalkan kinerja otak karena sering digunakan untuk
kegiatan membaca dan menulis.
3. Mendapat berbagai wawasan dan informasi baru.
4. Kemampuan interpersonal seseorang akan semakin baik.
5. Kemampuan memahami makna suatu informasi akan semakin
meningkat.
6. Meningkatkan kemampuan verbal seseorang.
7. Meningkatkan kemampuan analisis dan berpikir seseorang.
8. Membantu meningkatkan daya fokus dan kemampuan konsentrasi
seseorang.
9. Meningkatkan kemampuan seseorang dalam merangkai kata yang
bermakna dan menulis.

E. PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

10
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan kebijakan
pendidikan yang tujuan utamanya adalah untuk mengimplementasikan
Nawacita Presiden Joko Widodo – Jusuf Kalla dalam sistem pendidikan
nasional. Kebijakan PPK ini terintegrasi dalam Gerakan Nasional
Revolusi Mental (GNRM) yaitu perubahan cara berpikir, bersikap, dan
bertindak menjadi lebih baik.
Nilai-nilai utama PPK adalah religius, nasionalis, mandiri, gotong
royong, integritas. Nilai-nilai ini ingin ditanamkan dan dipraktikkan
melalui sistem pendidikan nasional agar diketahui, dipahami, dan
diterapkan di seluruh sendi kehidupan di sekolah dan di masyarakat. PPK
lahir karena kesadaran akan tantangan ke depan yang semakin kompleks
dan tidak pasti, namun sekaligus melihat ada banyak harapan bagi masa
depan bangsa.
Hal ini menuntut lembaga pendidikan untuk mempersiapkan
peserta didik secara keilmuan dan kepribadian, berupa individu-individu
yang kokoh dalam nilai-nilai moral, spiritual dan keilmuan. Memahami
latar belakang, urgensi, dan konsep dasar PPK menjadi sangat penting
bagi kepala sekolah agar dapat menerapkannya sesuai dengan konteks
pendidikan di daerah masing-masing.
Tujuan PPK
 Membangun dan membekali Peserta Didik sebagai generasi emas
Indonesia Tahun 2045 guna menghadapi dinamika perubahan di masa
depan;
 Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan
pendidikan karakter sebagai jiwa utama dengan memperhatikan
keberagaman budaya Indonesia;
Merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi ekosistem
pendidikan.

11
Kualitas karakter merupakan salah satu aspek untuk membangun Generasi Emas
2045, disertai kemampuan dalam aspek literasi dasar dan kompetensi abad 21.

12
F. HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS)

Berpikir adalah aktifitas mencurahkan daya pikir untuk maksud


tertentu. Berpikir adalah identitas yang memisahkan status kemanusiaan
manusia dengan lainnya. Karenanya sejauhmana manusia pantas disebut
manusia dapat dibedakan dengan sejauhmana pula ia menggunakan
pikirannya.
Adapun karakteristik-karakteristik dari HOTS:
1. Evaluasi dengan kriteria
2. Menunjukkan skeptisme
3. Keputusan yang menggantung
4. Menggunakan analisa logis
5. Sistematis
a. Tingkatan Keterampilan Berfikir
Secara umum, keterampilan berfikir terdiri atas empat tingkat,
yaitu: menghafal (recall thinking), dasar (basic thinking), kritis (critical
thinking) dan kreatif (creative thinking) (Krulik & Rudnick, 1999).
Menghafal adalah tingkat berfikir paling rendah. Keterampilan ini hampir
otomatis atau refleksif sifatnya. Contoh dari keterampilan ini adalah
menghafal 3 x 4 = 12 dan 5 + 4 = 9. Mengingat alamat atau nomor HP
seseorang termasuk dalam keterampilan tingkat ini. Siswa, terutama pada
kelas-kelas awal, seringkali dipaksa untuk menghafal fakta-fakta ini.
Tingkat berfikir selanjutnya disebut sebagai keterampilan
dasar. Keterampilan ini meliputi memahami konsep-konsep seperti
penjumlahan dan pengurangan, termasuk aplikasinya dalam soal-
soal. Contoh dari konsep perkalian adalah mencari harga total 12
kilogram beras bila harga perkilonya adalah Rp 6.350.
Berfikir kritis adalah berfikir yang memeriksa, menghubungkan, dan
mengevaluasi semua aspek situasi atau masalah. Termasuk di dalamnya

13
mengumpulkan, mengorganisir, mengingat, dan menganalisa
informasi. Berfikir kritis termasuk kemampuan membaca dengan
pemahaman dan mengidentifikasi materi yang dibutuhkan dan tidak
dibutuhkan. Kemampuan menarik kesimpulan yang benar dari data yang
diberikan dan mampu menentukan ketidak-konsistenan dan pertentangan
dalam sekelompok data merupakan bagian dari keterampilan berfikir
kritis. Dengan kata lain, berfikir kritis adalah analitis dan refleksif.
Tingkatan yang terakhir adalah berfikir kreatif yang sifatnya orisinil
dan reflektif. Hasil dari keterampilan berfikir ini adalah sesuatu yang
kompleks. Kegiatan yang dilakukan di antaranya menyatukan ide,
menciptakan ide baru, dan menentukan efektifitasnya. Berfikir kreatif
meliputi juga kemampuan menarik kesimpulan yang biasanya menelorkan
hasil akhir yang baru.
Dua tingkat berfikir terakhir inilah (berfikir kritis dan berfikir
kreatif) yang disebut sebagai keterampilan berfikir tingkat tinggi yang
harus dikembangkan dalam pembelajaran matematika dan mata pelajaran
lainnya.
b. Pertanyaan-pertanyaan Inovatif
Pendekatan pemecahan masalah, seperti dinyatakan oleh Standar
Isi, merupakan fokus dalam pembelajaran matematika. Tujuannya adalah
agar peserta didik memiliki kemampuan memecahkan masalah yang
meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh (Permen 22
tahun 2006).
Kemampuan yang terakhir ini merupakan pengembangan dari
langkah keempat Polya Looking Back (Polya, 1989). Menafsirkan solusi
mengandung arti bahwa siswa tidak berhenti menelaah soal hanya karena
jawaban terhadap soal telah ditemukan. Akan tetapi kegiatan penafsiran
ini selain tidak begitu jelas, juga tidak cukup membuat siswa
menggunakan keterampilan berfikir tingkat tingginya.
Untuk itu diperlukan kegiatan-kegiatan lain yang dapat
mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan kreatif siswa dalam
bentuk menjawab pertanyaan-pertanyaan inovatif: Adakah Cara lain?
(What’s another way?), Bagaimana jika…? (What if …?), Manakah yang
salah? (What’s wrong?), dan Apakah yang akan dilakukan? (What would
you do?) (Krulik & Rudnick, 1999).

14

Anda mungkin juga menyukai