Anda di halaman 1dari 46

Kedudukan Puasa dalam Islam

muslimbandungblog Uncategorized September 11, 2017 1 Minute

Kedudukan Puasa dalam Syariat Islam-Puasa merupakan rukun Islam ke empat. Umat Islam

wajib melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan, dan dianjurkan untuk mengerjakan puasa

sunnah di waktu-waktu lainnya.

Dari segi bahasa, puasa artinya menahan diri dari sesuatu, baik perkataan maupun makanan.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah” – QS. Maryam:

26.

Maksud dari puasa di ayat tersebut adalah menahan dan berdiam diri dari berkata-kata.

Baca juga: Harga Karpet Masjid di Bandung

Menurut Syara’, puasa adalah menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa (mufathirat)

sejak terbitnya fajar sampai terbenam matahari dengan niat sesuai dengan perintah Al-Qua’an

dan hadits.

Puasa sudah dikenal oleh bangsa-bangsa terdahulu sebelum Nabi Muhammad SAW, namun

puasa Ramadhan disyariatkan hanya kepada umat Nabi Muhammad SAW. Allah SWT berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas

orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. ” – QS. Al-Baqarah: 183.

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan

(permulaan) Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai

petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barang siapa di antara

kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa di bulan itu. ”

– QS. Al-Baqarah:185.
Rasulullah SAW bersabda, “Islam didirikan atas lima perkara: 1) Bersaksi bahwasanya tiada

Tuhan melainkan Allah, dan bahwa Muhammad itu Rasul Allah, 2) Mendirikan shalat. 3)

Menunaikan zakat. 4) Haji, dan 5) Berpuasa di bulan Ramadhan.” – HR. Bukhari dan Muslim.

Ada banyak keutamaan dari puasa, baik dari segi agama hingga dalam kesehatan. Mari kita

jalankan puasa.

https://muslimbandungblog.wordpress.com/2017/09/11/kedudukan-puasa-dalam-islam/

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah ditanya tentang kedudukan puasa

dalam Islam ?

✳ Maka beliau menjawab: "Kedudukan puasa di dalam Islam ialah puasa termasuk salah satu

rukunnya yang agung, yang mana Islam tidak akan tegak kecuali dengannya dan tidak akan

sempurna kecuali dengannya.

� Adapun keutamaannya dalam Islam, maka telah shahih bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi

wa Sallam bersabda,

‫من صام رمضان إيمانا ا واحتسابا ا غفر ا له ما تقدم من ذنبه‬

“Barangsiapa berpuasa ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala Allah, maka

Allah akan mengampuni dosanya yang telah lalu.”

� Sumber: Majmu' Fatawa wa Rasail Ibnu Utsaimin (19/12)

� Diterjemahkan Oleh: Tim Warisan Salaf

http://www.ilmusyari.com/2016/06/kedudukan-puasa-dalam-islam.html
kedudukan haji dalam islam

Ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang lima, dan salah satu kewajiban
dalam Islam, berdasarkan al-Quran, as-Sunnah dan ijma' kaum Muslimin.
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:

"…Mengerjakan haji itu adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa
mengingkari (ke-wajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam." (QS. Ali 'Imran: 97)

Dan Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:

‫ت اللرحررامم‬
‫ضارن رو رحجج اللربلي م‬ ‫سلول ل ا روإمرقامم ال ز‬
‫صلرمة رو إليرتامء الززركامة رو ر‬
‫صلومم رررم ر‬ ‫شرهاردمة أرلن لر إمرلره إملز ز‬
‫ال رو أرزن لمرحزمددا رر ل‬ ‫لبمنري لالملسلرلم رعرلى رخلم س‬
‫س ر‬
"Islam dibangun di atas lima perkara; bersaksi bahwasanya tiada Ilah yang haq
kecuali Allah, dan bersaksi bahwasanya Muhammad adalah Rasul utusan Allah,
menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan
menunaikan ibadah haji ke Baitullah." (Hadits shahih riwayat al-Bukhari dan
Muslim).

Demikian pula kaum muslimin telah sepakat akan kewajiban ibadah haji bagi
mereka yang mampu, dan tiada seorangpun menyelisihi kesepakatan ini.

https://alquran-sunnah.com/haji-dan-umrah/artikel-haji-dan-umrah/148-kedudukan-ibadah-haji-

dalam-islam.html

Melanjutkan tentang kedudukan ibadah Haji dalam islam, yang pertama Ibadah
Haji merupakan rukun islam yang kelima, maka selanjutnya adalah:

Telah kafir orang yang tidak mengakui kewajiban haji.


Kedudukan yang kedua dari ibadah haji adalah haji adalah barang siapa yang
meninggalkan haji dengan sengaja karena tidak mengakui kewajiban haji, maka
sungguh ia telah kafir.

Jika ada seorang yang mengaku muslim beranggapan bahwa ibadah haji tidak
wajib meskipun mampu, maka orang ini telah keluar dari agama Islam.
Kedudukan yang tinggi baginya, amal ibadah haji tidak sembarangan. Dalam
surat Ali ‘Imrān ayat 97:

‫طاوع إللوييله وسلبيال ۚ ووومن وكفوور فوإ للن ل‬


‫او‬ ‫س لحجِج ايلبويي ل‬
‫ت وملن ايستو و‬ ‫وولللل وعولىَ اللنا ل‬
‫وغنليي وعلن ايلوعالولميون‬
“Melaksanakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allāh bagi siapa yang
sanggup mengadakan perjalanan ke baitullāh. Barangsiapa yang
kafir/mengingkari, maka sesungguhnya Allāh Maha Kaya atas alam semesta ini.”

Ini adalah menjadi dasar pokok syarat-syarat ibadah haji, yaitu harus
mampu/sanggup. Sanggup yang bagaimana? Bukan yang bermodal nekat.

Terutama saya peringatkan kepada kawan-kawan yang berusaha untuk


membantu teman-temannya menunaikan ibadah haji bersama-sama, maka
jagalah amanah orang. Jangan diterlantarkan, karena doa orang yang dizhalimi
itu terkabul, terutama di tempat-tempat suci. Hati-hati.

Misal, Jamaah haji dimasukkan ke dalam satu kamar yang sempit untuk 100
orang. Kemudian ada yang merokok. Belum lagi bersatunya laki-laki dan
perempuan. Belum lagi sulit air, sulit makan. Padahal dijanjikan macam-macam.

Hati-hati terhadap doanya orang yang terzhalimi, karena terkabul. Rasūlullāh


shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

‫ب‬ ‫س بويينووها ووبوييون ل‬


‫ال لحوجا ب‬ ‫ق وديعووةو ايلوم ي‬
‫ظللولم فوإ لنلوها لويي و‬ ‫اتل ل‬
“Berhati-hatilah kamu terhadap do’anya orang yang dizhalimi karena antara
do’anya dan Allāh tidak ada penghalangnya.”

Ayat ini (Ali ‘Imrān ayat 97), menunjukkan, bahwa, “Barangsiapa yang
kafir/mengingkari,” maksudnya tidak percaya atau tidak mengakui kewajiban
menunaikan ibadah haji, maka sesungguhnya Allāh Maha Kaya atas alam
semesta ini.

Tidak butuh Allāh Subhānahu wa Ta’āla terhadap haji kita, tetapi kita yang
membutuhkannya. Ini kedudukan yang tinggi yang dimiliki oleh Haji.

Rugi bagi siapa yang mampu tetapi tidak melaksanakan.


Bagi siapa yang sebenarnya mampu, tetapi dia tidak menunaikan ibadah haji
atau umrah, maka yang dia dapatkan hanya kerugian.

Artinya kedudukan haji yang tinggi adalah, saking tingginya di sisi Allāh, jika
seandainya ada seorang muslim mampu menunaikan ibadah haji, diluaskan
rizkinya, disehatkan badannya, tapi dia tidak menunaikan ibadah haji/umrah,
maka yang dia dapat hanyalah kerugian.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban nomor 3703 dari Abu
Sa’id Al Khudri radhiyallāhu ‘anhu, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam
bersabda, Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

“َ‫ فمضى‬،‫ وأوسعت عليه في معيشته‬،‫إلن عبادا أصححت له جسمه‬


‫”عليه خمسة أعوام ل يولفد إلي لمحروم‬.
“Sesungguhnya seorang hamba yang aku telah sehatkan badannya, aku luaskan
rizkinya, selama lima tahun, dia tidak memenuhi panggilan/undanganku, maka
niscaya dia adalah orang yang sangat merugi.”

Ini keutamaan ibadah haji. Jika sudah kita pahami, maka kita akan semangat
untuk menunaikan ibadah haji, karena kita tahu kedudukan ibadah haji itu sangat
tinggi
B. HIKMAH YANG TERKANDUNG DALAM PUASA

1. Penyempurnaan diri atau sering disebut takwa.

Hal ini sebagaimana terekam dalam surah Al-Baqarahayat 183, “Hai orang-orang
yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Takwa merupakan sebuah
identitas paripurna yang keberhasilan interaksinya dengan Allah tercermin dalam
kebaikan interaksinya dengan sesama umat manusia. Karenaitu, takwa sebagai
tujuan akhir puasa, tidak sekadar berdimensi ketuhanan atau spiritual, tapi
jugaberdimensi kemanusiaan sosial.

2. Memupuk rasa kasih sayang antar sesama umat manusia.

Dengan menahan rasa lapar dan dahaga hati kita akan tersentuh dan merasakan
kesengsaraan kaum dhu’afa yang senantiasa serba kekurangan dalam segala
hal. Mereka menanti uluran tangan dan kemurahan hati kita untuk menyisihkan
sebagian harta kita guna di dermakan. Itulah sebabnya, kita dianjurkan untuk
memperbanyak sedekah dan berbagi pada sesama dengan balasan pahala yang
berlipat.

3. Membina dan menata diri kita kaum Muslim agar senantiasa hidup teratur.

Seperti dalam mengkonsumsi makanan dan minuman atau dalam mengatur


waktu. Terkait hal ini, Allah SWT berfirman, “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu
yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan
berlebihan.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-
lebihan.” (QS 7: 31) Jika kita mengkonsumsi makanan dan minuman dengan cara
tidak teratur tentu akan mengakibatkan gangguan pencernaan atau kesehatan.
Karena itu, dengan mengatur pola makan dan minum secara teratur akan
menjadikan kita lebih sehat.

4. Menjadikan hati agar lebih suci dan bersih.

Hal ini memiliki arti penting agar kita terhindar dari sifat-sifat tercela, seperti
dengki, irihati, dan riya’ (pamer). Jika sifat-sifat tercela itu tumbuh subur di
hatikita, maka ibadah puasa kita tidak akan mendapatkan ganjaran apa-apa
selain rasa lapar dan dahaga.

http://fitriaimroatussolihah.blogspot.com/2013/07/makalah-agama-puasa-haji.html

1. macam-macam puasa • Menurut syara’, puasa itu ada dua macam yaitu
puasa wajib dan puasa sunnah. • Puasa wajib dibagi menjadi tiga, • yaitu
wajib karena waktu itu sendiri, yakni uasa ramadhan. • Wajib karena suatu
sebab, yaitu puasa kifarat. • Dan yang ketiga adalah puasa wajib karena
seseorang itu mewajibkan puasa atas dirinya sendiri yaitu puasa nadzar.
2. 4. Makna Puasa Wajib Bagi Kehidupan Individu dan Kehidupan Sosial
3. 5. Puasa Ramadhan • Bagi kehidupan seorang manusia bulan Ramadhan
adalah saatnya umatnya Islam membakar jiwanya melalui amal ibadah dan
rangkaian tausiah serta mauizhah hasanah. Pada bulan Ramadhan pula
terbuka bagi setiap Muslim untuk menghanguskan segala dosa yang telah
dikerjakan selama ini. Dengan cara memperbanyak istighfar, memohon
ampun kepada Allah SWT.., dan bertobat kepada-Nya dengan menyesali
dosa-dosa serta bertekad untuk tidak mengulanginya. • sementara
maknanya dalam kehidupan sosial, puasa Ramadhan diwajibkan Allah
kepada semua orang Islam, kaya miskin, tua muda, laki- laki perempuan.
Betapa pun kayanya dan mampunya seseorang, namun pada bulan
Ramadhan ia harus berpuasa, tidak boleh dengan uang atau hartanya. Yang
diperlukan adalah pengalaman menderita karena lapar, haus dan tidak
terpenuhinya berbagai kebutuhan yang biasa didapatnya dalam
kehidupannya di luar puasa.
4. 6. Puasa kifarat • Makna bagi individu: Puasa yang diberlakukan atas
pelanggaran yang dilakukan oleh seorang muslim terhadap hukum Allah
yang sudah ditetapkan, disamping bertobat ia harus melakukan atau
membayar kafarat tersebut agar tobatnya diterima. • Didalam kehidupan
sosial, puasa sebagai pengendalian nafsu seks, naluri nafsu seks itu
termasuk senjata setan yang sangat berbahaya dalam upaya membujuk
dan menjerumuskan manusia. Puasa itu dapat mengurangi nafsu seksual
dan sebaliknya juga dapat menumbuhkan semangat yang tinggi apabila
puasa itu dilaksanakan hanya karena Allah semata.
5. 7. Puasa nadzar • Semisal, seseorang yang sembuh terhadap penyakitnya
dan pada saat orang tersebut sakit berkata (bernazhar) jika ia sembuh ia
akan berpuasa. Puasa dan rasa syukur puasa dapat menumbuhkan sikap
syukur kepada Allah atas berbagai limpahan rahmatNya. • Selain itu, puasa
ini meningkatkan kesabaran manusia, puasa itu mendidik kemauan
manusia, mengendalikan hawa nafsu, membiasakan bersikap sabar dan
dapat membangkitkan semangat baru bagi kehidupan manusia. Puasa
mendidik manusia untuk sabar dalam ketaatan dalam menghadapi
masalah.
6. 8. puasa qadha • Melaksanakan puasa qadha bagi seorang muslim
memiliki makna menjadikan seorang muslim yang bertanggung jawab atas
kewajibannya sebagai muslim. Sementara itu dalam proses melaksanakan
puasa qadha, kita dituntut untuk mengendalikan diri dengan baik, bersikap
lebih sabar, dan penuh kesabaran • Dari sisi kehidupan sosial, kita diminta
untuk saling menghargai sesama, dapat memberikan contoh kepada yang
lain atau kepada yang lebih muda tentang kewajiban melaksanakan puasa
qadha.
7. 9. Implikasi Puasa Wajib Bagi Kehidupan Sosial
8. 10. 1. Membangun empati • Dengan berpuasa, maka akan melatih diri
untuk tidak bersabar dan menahan diri hingga waktu berbuka. Disitulah
kesadaran empati dan keinginan mau membantu sesama muslim yang
berada dibawah garis kemiskinan. Kita perhatikan lebih dekat kehidupan
saudara kita yang kekurangan makan, terkadang mereka hanya makan
nasi putih saja, bahkan ada diantara mereka yang sehari tidak bisa makan.
Kehidupan mereka jauh dari kelayakan sebagaimana umumnya orang lain.
• Itulah wujud nilai orang yang berpuasa akan merasakan apa yang
dirasakan orang lain, peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya, dan
mampu membangkitkan ukhuwah sesama muslim. Sehingga di
lingkungannya tidak ada lagi ditemukan orang-orang yang kekurangan
makan dan jauh dari kesejahteran.
9. 11. 2. Mewujudkan kepedulian sosial • Bentuk kepedulian disini adalah
memunculkan sikap dermawan kepada fakir dan miskin, dengan cara
memberikan santunan secara ekonomi.
10. 12. 3. Mengikis kesenjangan sosial • Dengan berpuasa seseorang akan
berlomba- lomba untuk beramal kebaikan seperti zakat, infaq, dan
sedekah. Dengan memperbanyak zakat, infaq, dan sedekah maka akan
terjauh dari sifat saling curiga dengan tetangga, persaingan materi
memperkaya diri dengan membeli barang mewah, dan lain sebagainya.
Maka melalui zakat, infaq, dan sedekah dapat membersihkan diri dari
kekikiran dan cinta yang berlebihan terhadap harta benda.
11. 13. 4. Menghindari kebobrokan moral sosial • Puasa juga merupakan
sarana untuk mengendalikan syahwat sebagaimana disebutkan dalam
hadist ibnu mas’ud RA, bahwa Nabi SAW bersabda: “Wahai sekalian
pemuda, barangsiapa diantara kalian telah mampu maka hendaknya dia
menikah. Karena dengan menikah akan lebih menundukkan pandangan
dan lebih menjaga kemaluan. Maka, bagi siapa yang belum bisa, hendaklah
dia berpuasa karena akan lebih dapat mengendalikannya” (HR. Bukhari
dan Muslim).
12. 14. 5. Membangun hubungan harmonis dengan sesama • Apabila seseorang
berpuasa maka tidak diperkenakan dia untuk melakukan perbuatan yang
membuat gaduh suasana, mengumbar perkataan yang kotor, berteriak-
teriak, berdusta, ghibah, mencari-cari aib saudaranya sendiri. Jika dia
melakukan perbuatan seperti tersebut diatas maka sia-sialah puasa yang
dia lakukan. Begitulah hikmah yang luar biasa di dapatkan dari orang yang
berpuasa, bahwa dengan kemampuan pengendalian terhadap mulut maka
akan terjadilah suasana kehidupan yang sejuk, tenang, nyaman dan
menyenangkan. Dan sebaliknya ketidakmampuan pengendalian mulut akan
terjadilah bencana, kerusakan hubungan sosial seperti sebuah slogan yang
berbunyi, “mulutmu harimaumu”.
13. 15. 6. Membangun keharmonisan keluarga dan sanak kerabat • Berpuasa
melatih laki-laki dan perempuan untuk setia dengan pasangannya sendiri-
sendiri, terjauh dari wacana dan keinginan untuk selingkuh apalagi free
seks. • Adanya bulan Ramadhan juga memunculkan kebiasaan untuk buka
dan sahur bersama dengan keluarga, yang mana kebiasaan tersebut sulit
dilakukan ketika di luar ramadhan dikarenakan kesibukan masing-masing
individu dalam bekerja. • Adanya buka bersama dan sahur bersama di
lanjutkan dengan ibadah lain bersama-sama keluarga maka terjalinlah
suasana yang harmonis, tentram dan bahagia dalam rumah tangganya.

https://www.slideshare.net/aidadwiinizuka/makna-puasa-wajib-bagi-kehidupan-seharihari

Aplikasi makna puasa dalam


kehidupan sehari-hari
Dalam berpuasa Allah SWT mengajarkan langsung beberapa hal terhadap diri tanpa
perantaraan siapapun. Diantara adalah :

1. Sifat Tawadhu’ (rendah hati)


setiap orang yang berpuasa pasti mengalami haus dan lapar,siapa pun orangnya. Baik
pejabat maupun rakyat, baik kyai maupun santri, baik konglomerat maupun orang yang
melarat. Ternyata sehari tidak kemasukan air dan nasi, diri kita sudah loyo, lemes. Apa
yang mau kita banggakan dihadapan Allah SWT. Harta kita ? pangkat dan jabatan kita?

Melalui Ramadan kita di ingatkan oleh Allah SWT bahwa sesungguhnya diri ini bukan
siapa- siapa dan tidak menjadi apa-apa. Semuanya yang kita miliki adalah milik allah
swt. Tidak ada yang patut untuk kita sombongkan. Yang pantas dan patut sombong
hanya Allah SWT. Dan sesungguhnya allah benci kepada orang-orang yang sombong.

2. Sifat Qona’ah
pada saat menjelang berbuka puasa, biasanya diantara kita ada yang menyiapkan ta’jil
untuk berbuka puasa. Dan rata – rata menyiapkan makanan dan minuman
kesukaannya. Ada kolak dan macam-macam minuman yang lain, seakan-akan habis
semua yang sudah kita sediakan.

Tetapi Pada saat azan maghrib di kumandangkan, hanya sebutir kurma, sepotong roti
dan segelas air kita masukkan ke perut kita, kita sudah kenyang. Artinya apa ? Allah
SWT memberikan pelajaran pada kita bahwa kita boleh punya keinginan yang tak
terbatas, tapi ingat bahwa kemampuan kita terbatas. Di situ kita di ajari oleh allah
mempunyai sifat qona’ah ( menerima pemberian allah dengan penuh ikhlas). Manusia
memang wajib berusaha, tetapi hanya allah yang menentukan. Kalau sudah di tentukan
oleh Allah SWT, maka kita wajib menerima dengan penuh ikhlas. Rasulullah SAW
bersabda :

‫قال رسول ا صلى ا عليه و سلم عليكم بالقناعة فإن القناعة مال ل ينفد‬
Artinya : rasulullah Muhammad saw bersabda : tetaplah kalian untuk berqon’ah,
sesungguhnya qonaah itu harta yang tidak akan pernah habis.

http://www.maktour.co.id/baca/250/artikel/aplikasi-makna-puasa-dalam-kehidupan-
sehari-hari
.."Pelajaran penting dari ibadah haji tersebut, antara lain, pertama,
menguatkan akidah dan keyakinan kepada Allah SWT.

Bahwa, hanya Dialah yang patut disembah dan dimintai pertolongan


secara mutlak absolut. Kalimat talbiyah, abbaika Allahumma
labbaik adalah cerminan dari akidah yang kuat. Jika hal ini dihayati akan
melahirkan fondasi kehidupan seorang Muslim yang kokoh yang
termanifestasikan dalam cara berpikir dan bertindak dalam segala aspek
kehidupannya sesuai dengan ketentuanNya.

Kedua, pakaian ihram yang hanya dua helai kain serbaputih yang
menggambarkan bahwa siapa pun manusia itu kelak akan kembali
kepada Allah dengan hanya dibungkus dua helai kain kafan. Anak,
jabatan, dan kedudukan serta harta benda tidak akan pernah dibawa
kecuali semuanya itu dijadikan sarana untuk melakukan kegiatan amal
saleh. Seorang Muslim yang sudah berhaji yang sudah tahu tujuan
hidupnya, pasti tidak akan tergoda dan terjerumus oleh hal-hal yang
bersifat duniawi, yang sifatnya se mentara. Ia akan menjadi orang yang
amanah pada setiap tugas yang diembannya dan selalu merasa diawasi
oleh Allah SWT.

Ketiga, agar kaum Muslimin khususnya jamaah haji semakin mencintai


kegiatan di masjid, terutama shalat berjamaah dan muamalah dengan
masyarakat sekitar. Berjamaah dalam ibadah dan muamalah akan
melahirkan kasih sayang kepada sesama Muslim dan memiliki sifat
tegas pada setiap bentuk kekufuran dan kemaksiatan (perhatikan QS al-
Fath [48]: 28). Masjid akan menjadi tempat kembali kaum Muslimin, apa
pun profesi dan keahliannya.
Keempat, agar terbangun suasana ukhuwwah Islamiyyah antara
sesama orang yang beriman meskipun berbeda warna kulit, suku
bangsa, dan bahasa.

Semuanya larut dan menyatu dalam ketauhidan dan keimanan kepada


Allah SWT (QS al-Hujurat [49]: 13). Ukhuwwah Islamiyyah yang solid
akan menyebabkan kaum Muslimin tidak mudah di adu domba dan
diintervensi oleh berbagai kalangan yang tidak senang dengan
kemajuan dan kesejahteraan kaum Muslimin, seperti yang terjadi
sekarang ini.

Berbagai isu dilontarkan di tengah kehidupan agar kaum Muslimin selalu


capek dan lelah menyelesaikan pekerjaan rumah yang berasal dari
orang lain.

Tugas pokok dan utama kaum Muslimin membangun kesejah teraan


umat dan bangsa sering terlupakan dan terabaikan. Dan, tidak jarang
pula pertentangan yang dahsyat sering terjadi antara sesama kaum
Muslimin, bahkan sampai saling membunuh satu dengan yang
lainnya.Kita berlindung kepada Allah dari kondisi semacam ini.

Kelima, tawaf dan sa'i itu menggambarkan bahwa dalam mencapai cita-
cita yang tinggi dan luhur, orang yang beriman harus terus menerus
bergerak, aktif berbuat, tidak boleh berhenti, tidak boleh putus asa, dan
tidak boleh malas (QS alMukminun [23]: 4). Putus asa dan frustrasi
ketika menghadapi tantangan dalam menyebarkan kebaikan Islam
adalah bukan watak dan karakter orang yang beriman.
Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam surah Yusuf [12] ayat 87, "...
dan janganlah kalian berputus asa dalam mendapatkan rahmat Allah.
Sesung guhnya, tidak ada yang berputus asa dalam menggapai rahmat
Allah kecuali orang-orang kufur (tidak beriman)."

Keenam, wukuf di Padang Arafah yang merupakan inti utama dari


ibadah haji sebagaimana sabda Rasul, "Al Hajju `Arafatu", haji itu wukuf
di Arafah, adalah kegiatan yang meng gambarkan semakin makrifatnya
kaum Muslimin kepada Allah SWT dan semakin memiliki ke sadaran
yang tinggi untuk mempelajari dan menghayati ayatayat Allah SWT, baik
yang bersifat tanziliyah(Alquran) maupun kauniyah(alam semesta).

Setelah wukuf kaum Muslimin akan semakin cerdas pikirannya dan


semakin bersih hati dan jalan hidupnya. Wukuf di Arafah hakikatnya
adalah purifikasi (pemurnian) jati diri kaum Muslimin pada berbagai
aspek kehidupannya.

Ketujuh, melempar Jamarat di Mina hakikatnya adalah cerminan adanya


godaan dan tantangan yang terus menerus yang dilakukan oleh setan
(jin dan manusia) yang harus dilawan oleh kaum Muslimin dengan
sepenuh hati dan sepenuh keyakinan. Sehingga, tidak ada ruang bagi
setan untuk menggoda dan menghancurkan umat manusia. Setan dan
segala perilaku buruk adalah musuh utama kaum Muslimin. Meskipun
dalam kehidupan nyata betapa banyak umat manusia yang hanyut
dalam godaan setan.

Inilah beberapa hikmah yang seharusnya menjadi perhatian jamaah haji,


baik sebelum be rangkat maupun ketika melaksanakan ibadah haji.
Peranan pembimbing haji, baik dari pemerintah maupun kelompok
bimbingan ibadah haji (KBIH)

sangat penting bagi upaya peningkatan kesadaran jamaah haji dalam


menangkap esensi ibadah haji.

https://www.republika.co.id/berita/koran/halaman-1/14/09/07/nbivqq-pengaruh-ibadah-
haji-dalam-kehidupan

PEMBAHASAN
Ibadah haji yang terdiri dari umrah dan haji merupakan titik kulminasi dari proses
pencarian kesempurnaan hidup baik secara individu dan sosial. Ibadah umrah adalah gambaran
tahapan yang harus ditemnpuh seseorang untuk mencapai tingkat kesempurnaan diri secara
personal sebgai seorang muslim, dan ibadah haji adalah tahapan dan proses yang harus dilakukan
oleh umat Islam untuk mencapai kesempurnaan hidup secara berjamaah, umat yang berkualitas,
umat terpandang dalam sejarah kemanusiaan. Itulah sebabnya dalam al Quran, perintah haji dan
umrah diawali dengan kata-kata : " Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah "
( QS. Al Baqarah : 187 ). Hal ini berbeda dengan perintah shalat dengan ucapan : Dirikanlah atau
perintah zakat dengan ucapan : tunaikanlah. Mengapa berbeda..? Sebab dalam ibadah umrah dan
haji ada nilai-nilai kesempurnaan hidup yang dapat diambil baik secara individual maupun secara
sosial, sehingga setiap muslim menjadi individu terbaik dan umat islam menjadi umat teladan,
dan kesempurnaan itu diikuti dengan jiwa pengorbanan yang harus ada dalam setiap perjuangan
untuk mencapai kemenangan dan kesuksesan.
Tahapan dan proses kesempurnaan hidup yang dapat kita petik dalam proses pelaksanaan
haji di Tanah suci. Ibadah haji melalui dua tahapan yaitu umrah dan haji. Umrah adalah ibadah
yang dilakukan secara berturut-turut dari Ihram ( ditandai dengan memakai pakaian ihram ) ,
Tawaf berkeliling ka'bah, Sai yaitu berjalan antara bukit safa dan Marwa , dan Tahallul
( menggunting rambut ). Sedangkan haji dilakukan dengan melaksanakan prosesi Wukuf di
Arafah, Mengambil batu di Muzdalifah pada waktu malam hari, Melontar Jumrah di Mina,
Thawaf Ifadah, diikuti dengan menyembelih hewan Qurban Banyak orang menyangka bahwa
ibadah ini hanya bersifat ritual, padahal al Quran menyuruh kita mencari hikmah dibalik haji dan
umrah sehingga dapat dijadikan model hidup yang sempurna sebagaimana dinyatakan dalam al
Quran : " Dan serukanlah kepada manusia untuk melakukan haji, niscaya mereka akan datang
kepadamu dengan berjalan kaki dan mengenderai unta dari segenap penjuru yang jauh, agar
supaya mereka menyaksikan manfaat mereka " ( QS. Al Hajj : 27-28 ). Dalam ayat ini Allah
menyuruh umat manusia untuk melakukan haji dan melihat serta memperhatikan manfaat,
hikmah daripada prosesi ibadah haji tersebut. Dengan demikian dalam prosesi ibadah umrah dan
haji manusia harus dapat mengambil pelajaran, pendidikan, strategi, falsafah hidup, sehingga
meraka dapat menjadi individu sempurna ( perfect personality ), dan menjadi umat dan jamaah
yang terbaik Pribadi terbaik inilah yang harus dibuktikan dalam sikap sehingga dapat menjadi "
insan mabrur ", baik mabrur secara individu, dan mabrur secara sosial berjamaah. Untuk
mendapatkan mabrur tersebut, maka mansuia harus memenuhi syarat dan rukun yaitu :

1. Ihram : Kesucian diri dengan mengontrol keinginan dan nafsu.


Berarti Ihram adalah bagaimana seseorang dapat mengontrol diri dari memakai kekayaan
yang berlebihan, memakai kekuasaan semaumya sendiri, memakai sesuatu milik dengan tidak
berguna , mubazir, dan lain sebagainya.

2. Thawaf : Hidup dalam lingkaran ibadah.


Thawaf adalah mengelilingi ka'bah tujuh kali. Ini merupakan gambaran dari setiap
individu yang ingin mencapai titik kesempurnaan hidup agar dapat menjadikan seluruh kegiatan
dan aktivitasnya dalam rangka ibadah, pendekatan diri kepada Tuhan. Thawaf juga bermakna
bahwa segala gerak dan langkah hanya dilakukan dalam kerangka syariah, hukum-hukum dan
perintah Tuhan.

3. Sai : Meningkatkan etos kerja sebagai khalifah.


Manusia mendapat tugas menjadi khalifah di muka bumi, sehingga seluruh kekayaan
alam dapat menjadi modal yang berguna bagi kehidupan manusia Khalifah adalah menguasai
bumi, dengan kerja keras. Itulah yang digambarkan dalam ibadah Sai, berjalan dan berlari-lari
kecil dari bukit Safa menuju bukit Marwa
Insan Sai adalah insan yang berusaha dengan sungguh-sungguh, disiplin tinggi, semangat
membara, pantang menyerah, dalam bidang dan profesi masing-masing.

3. Tahalul : Pelayanan sosial secara individual.


Inilah yang dimaksudkan dengan "tahalul" profesi, dan keilmuan dalam berbagai bidang
kehidupan, dalam arti ilmu, profesi, kekayan, karier yang dimilinya tersebut bukan hanay
dinikmati oleh dirinya secara individu, tetapi juga dapat membantu orang yang lain, sehingga
secara individu dia telah mealkukan kewajiban sosial secara personal. Itulah sebabnya
Rasulullah bersabda : " Sebaik-baik manusia adalah mereka yang hidupnya berguna dan
bermanfaat bagimanusia yang lain ".
.
5. Wukuf : Menggalangpotensi dan jaringan, menyusun langkah dan program umat, mengatur
strategi, menghadapi tantangan dan masa depan.
Wukuf adalah berhenti. Wukuf berarti individu muslim yang telah berprestasi dalam
bidang masing-masing diharapkan dapat berhenti sejenak, bukan berhenti untuk tidak berkarya,
tetapi berhenti untuk menyatukan langkah, menggalang jaringan dan potensi, menyusun program
untuk menghadapi tantangan dan masa depan.

6. Muzdalifah : Persiapan menghadapi ancaman dan tantangan.


Kekuatan jiwa dan batin dengan mendekatkan diri kepada Allah, melakukan qiyamul lain,
bermunajat kepadaNya. Itulah sebabnya mengambil batu di Muzdalifah dilakukan di malam hari
lewat tengah malam, bukan disiang hari. Setiap individu, seorang pemimpin dalam menghadapi
tantangan dan problematikan kehidupan harus mendekatkan diri kepada Tuhan meminta
pertolongan, petunjuk, dan kekuatan.

7. Melontar Jumrah di Mina : Semangat perjuangan


Setelah dari Muzdalifah, jamaah haji akan berangkat menuju Mina untuk melontar
Jamrah. Melontar Jumrah adalah lambang perjuangan yang harus dilakukan oleh umat Islam
secara bersama

8. Menyembelih Qurban : Pengorbanan.


Perjuangan yang dilakukan baik secara individu, apalagi secara kolektif, dalam segala
bidang

Kesimpulan
Maka berdasarkan pada apa yang telah dipaparkan di atas maka akan da pat dilihat
bagaimana nilai/hikmah Haji dan Qurban itu pada waktu pelaksanaan nya (nilai substantif-
normatif) dan bagaimana pula pasca pelaksanaannya (nilai sosiologi- implementatif) :
1. Nilai Subtantif-Normatif
a) Dimensi spiritua-transsendental sebagai konsekwensi kepatuhan kepada Allah
b) Tauhidullah
c) Rihlah muqaddasah
d) Ukhwah Islamiyah
e) Ta’dhim Syi’ar Allah
f) Taqarrub/Penyerahan diri secara total pada Allah
Jika formalitas ritual haji dan kurban nya yang menonjol maka yang kita dapat baru
kembang/asapnya dari syariat Islam dan maksimal hal tersebut hanya akan mampu melahirkan
Kesalehan individual.

2. Nilai Sosiologis-Implementatif
a. Dimensi sosial-humanis dalam rangka refleksi ketaqwaan sebagai perwujudan kepedu lian
dengan sesama
b) Tauhid Sosial
c) Solidaritas Sosial
d) Melawan berbagai rintangan dalam amar makruf nahi mungkar yang berdi mensi sosial,
sehingga terdis tribusikannya nilai-nilai kemanusia an secara universal
e) Menegakan nilai-nilai kemanusia an
f) Menghilangkan differensiasi sosial
g) Menegakan sikap toleran dg sformasi budaya dan adat istiadat (ukhwah wathoniyah)
h) Secara psikologis simbolis adalah membantai sifat hewani yang mele kat pada diri manusia
( egois-sera kah-kejam dll)  Desakralisasi dunia dan alam
Jika yang ditangkap adalah nilai-nilai sosial-implementatifnya maka yang kita tangkap
adalah apinya Islam, ia ibarat pohon yang perlu dipelihara, dipupuk dan dijauhkan dari hama, ma
ka ia akan dapat melahirkan Kesaleh an social.
http://serbamakalah.blogspot.com/2013/02/aplikasi-haji-dalam-kehidupan.html

1. hikmah hajiKepatuhan dan penyerahan kepada Allah semata.


Hikmah utama dari ibadah haji adalah sebagai bentuk Kepatuhan dan penyerahan diri
kepada Allah. Ketika Allah memanggil kita, maka kita bergegas memenuhi panggilan
tersebut walaupun harus menempuh perjalanan jauh dengan mengeluarkan biaya yang
tidak sedikit, meluangkan waktu yang sangat berharga dan meninggalkan keluarga dan
harta benda. Dengan demikian seorang haji akan selalu siap bila Allah
memerintahkannya menjalankan tugas luhur dari Allah karena untuk memenuhi tugas
yang sulitpun kita telah bersedia datang memenuhi panggilannya.

2. Meningkatkan kedisiplinan.

Selama di tanah suci, jamaah haji dibiasakan untuk disiplin melaksanakan semua ritual
haji dan sholat secara berjamaah di awal waktu dengan bersemangat. Kebiasaan disiplin
tersebut diharapkan dapat melekat dalam kehidupan selanjutnya. Hasan al-Bashari
berkata: Bersegerah, bersegeralah, sesungguhnya itulah napasmu, jika telah dihisab
niscaya ia akan terputus darimu amal ibadahmu yang dengannya kamu mendekatkan
diri kepada Allah swt, semoga Allah swt memberikan rahmat-Nya kepada seseorang
yang merenungkan dirinya dan menangisi dosanya, kemudian ia membaca firman Allah
swt:

“karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk


mereka dengan perhitungan yang teliti” (QS. Maryam: 84),

Apakah ada obat mujarab untuk mengobati penyakit malas dalam melaksanakan
rutinitas keta’atan? kematian, ingatlah kita semua akan berangkat meninggalkan dunia
ini menuju suatu negeri yang akan dibalas padanya orang-orang yang berbuat baik dan
yang berbuat jahat, apabila kita menginginkan untuk terus merasakan berkah hajimu,
maka ingatkanlah dirimu dengan kematian, karena sesungguhnya ia pada saat itu akan
segera untuk melaksanakan amal shalih dan giat dalam beribadah kepada Allah swt.
Ibnu Umar ra berkata: [Apabila engkau berada di sore hari, maka janganlah menunggu
hingga pagi, dan apabila engkau berada di pagi hari maka janganlah engkau menunggu
hingga sore, ambilah kesempatan sehatmu untuk saat sakitmu, dan ambilah
kesempatan hidupmu untuk saat matimu.

3. Senantiasa Mengingat Kematian


Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata: [Kematian ini menahan penduduk dunia
dari kenikmatan dunia dan perhiasaannya yang mereka nikmati, sehingga tatkala
mereka dalam keadaan seperti itu kematian datang menjemputnya, maka celaka dan
merugilah orang yang tidak takut mati dan tidak mengingatnya di saat senang sehingga
dapat memberikan kebaikan yang akan didapatinya setelah ia meninggalkan dunia dan
para penghuninya].

4. Senantiasa memperbanyak berdo’a kepada Allah swt,

agar Dia selalu menetapkan kita dalam keta’atan, meluruskan langkah dan senantiasa
menjalani jalur agama-Nya yang benar. Rasulullah saw memperbanyak do’a kepada
Allah swt agar menetapkannya di atas agama-Nya, Kebanyakan doa beliau adalah
“Wahai Dzat Yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hatiku berada diatas agama-
Mu”

5. Motivasi peningkatan diri.

Ibadah haji akan menumbuhkan motivasi untuk memperbaiki diri. Seseorang yang
bergelimang dosa, sering putus asa dengan dosa-dosanya sehingga sering merasa sudah
terlanjur dengan dosanya. Dengan jaminan Allah bahwa Haji akan menghapus dosa,
seolah-olah kita disegarkan kembali, sehingga akan termotivasi untuk menjaga diri agar
tidak membuat dosa lagi.

6. Menumbuhkan jiwa sabar

Kondisi yang dihadapi selama pelaksanaan ibadah haji akan menumbuhkan jiwa sabar.
Dalam kondisi hampir 4 juta manusia berkumpul pada satu saat dan satu tempat maka
fasilitas yang ada menjadi sangat terbatas. Setiap aktivitas membutuhkan kesabaran
yang tinggi, mulai dari antri makan, ke toilet, dll.

Setelah berhaji kita harus sabar dalam keta’atan ketika meneruskan perjalanan hidup
dan bersabar pula dalam meninggalkan maksiat, karena sesungguhnya bersabar dalam
melaksanakan ibadah dan meninggalkan maksiat merupakan tingkatan sabar yang
tertinggi. Sesungguhnya kesudahan bagi orang-orang yang bersabar adalah surga:

“Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Rabbnya, mendirikan


shalat, dan menafkahkan sebagian rejeki yang Kami berikan kepada mereka, secara
sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-
orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) surga ‘Adn yang
mereka masuk kedalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari
bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk
ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan):”Salamun
‘alaikum bima shabartum”.Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu” (QS. Ar-
Ra’ad:22-24)

7. Menumbuhkan Solidaritas dan kebersamaan.

Berkumpulnya ummat Islam dari seluruh dunia pada satu saat di satu tempat
menumbuhkan jiwa solidaritas & kebersamaan. Kita akan bertemu dengan saudara
Muslim dari seluruh dunia dalam kesederhanaan dan keberagaman. Kapan lagi bertemu
dengan Muslim dari Kosovo, Uzbekistan, Kazakhstan, Mali, Nigeria, Bosnia
Herzegovina, Turki, Kirgistan, China, India, Pakistan, Bangladesh, Afganistan.
Walaupun ada perbedaan dalam tata cara ibadah, namun tidak membuat ikatan
persaudaraan sesama muslim menjadi terhambat.

8. Menjiwai perjuangan para rasul.

Di Tanah suci kita akan mengunjungi tempat-tempat bersejarah para nabi dan rasul.
Dengan menyaksikan tempat-tempat tersebut dan mempelajari sepak terjang mereka
maka kita akan sampai pada tahapan ainul yakin dan haqul yakin sehingga
menginspirasi kita untuk belajar dari para pendahulu.

Ibadah haji penuh dengan ‘gerakan’ dari satu tempat menuju tempat lain. Dari Miqat
menuju Arafah, dari Arafah menuju Muzdalifah, dari Muzdalifah menuju Mina. Haji
merupakan gerakan bukan sekedar perjalanan. Bila perjalanan akan sampai pada ujung,
maka haji adalah sasaran yang berusaha kita dekati, bukan tujuan yang kita capai.
Untuk menuju Allah ada 3 fase yang harus dilalui : Arafah, Masy’ar (Muzdalifah) dan
Mina. Arafah berarti “Pengetahuan”, May’ar berari “Kesadaran” dan Mina berarti Cina
dan keimanan. Arafah melambangkan penciptaan manusia dan tempat pertemuan
Adam dan Hawa, di sanalah mereka saling berkenalan.
Berkumpulnya ummat Islam sedunia melaksanakan Ibadah haji merupakan sarana dan
media efektif untuk meningkatkan dakwah Islamiyah dan mempersatukan ummat
manusia dalam satu panji Islam yang akan menggentarkan musuh-musuhnya.

Indikator Haji Mabrur

Setibanya dari haji, kita masih merasa dekat dengan Allah swt, sehingga alangkah
baiknya bila kebiasaan selama berhaji dilanjutkan sebelum datangnya rasa malas dan
jemu yang membuat sirna haji kita bersama tiupan angin. Berjuanglah agar kita tidak
menjadi lemah sebagaimana ketika berjuang pada hari-hari kita berada di tempat yang
suci tersebut.

Bersamaan dengan kepulangan kita menuju tanah air, yaitu: janganlah kita
memandang terhadap diri sendiri seperti pandangan orang-orang yang tertipu, yaitu
orang-orang yang apabila mengerjakan sedikit saja keta’atan, mereka menganggap diri
mereka seolah-olah manusia paling mulia dimuka bumi, akan tetapi lihatlah dirimu
dengan pandangan kekurangan, karena sesungguhnya sebanyak apapun amal shalih
yang kita kerjakan, maka ia tidak bisa digunakan untuk mensyukuri kenikmatan terkecil
yang Allah anugerahkan terhadap kita.

Rasulullah saw mengajarkan kepada kita bagaimana cara beribadah kepada Allah swt,
Beliau beribadah di malam hari hingga bengkak kedua kakinya, apabila mereka
bertanya akan hal tersebut, beliau akan menjawab:

“Apakah aku tidak boleh untuk menjadi hamba yang sangat bersyukur?” Dan Nabi
saw bersabda:“Demi Allah, sesungguhnya aku meminta ampun dan bertaubat kepada
Allah swt dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali” HR. al-Bukhari

Indikator kemabruran haji dapat dilihat pula dari aspek kehidupan sosial
kemasyarakatan antara lain;

1. Menegakkan shalat berjamaah dan menjadi pelopor kemakmuran masjid. Salah


satu pendidikan dalam haji yang mengedepankan pentingnya melaksanakan shalat
berjamaah adalah perintah kepada para jamaah haji untuk melaksanakan shalat
arbain (empat puluh waktu shalat) di masjid nabawi yang bertujuan membiasakan
para hujjaj untuk selalu sigap melaksanakan shalat berjamaah di masjid
sekembalinya dari haji.
2. Meningkatkan kepedulian terhadap orang yang lemah, menyantuni anak yatim
dan fakir miskin sebagai amanah Allah kepada hambanya yang berkemampuan
melalui zakat, infaq dan shadaqoh. Rasulullah menegaskan bahwa salah satu tanda
kemabruran adalah kecenderungan serang Hujaj untuk memberi kepada yang
membutuhkan. Sebagai pelayanan masyarakat seorang Haji akan mendatangi anak
yatim dan fakir miskin untuk membantu dan menghidurnya untuk mendapatkan
keridhoan Allah.
3. Menjenguk orang sakit dan takjiyah kepada yang meninggal. Seorang haji yang
mendengar sanak saudara atau famili yang sedang menderita sakit atau meninggal
dunia akan tergerak untuk menjenguk dan takziah sebagai tindak lanjut talbiyah
yang sudah masuk ke dalam hati bukan hanya sekedar di mulut. Menjenguk
orangsakit sangat dicintai Allah karena merupakan implementasi dari
menghidupkan silaturahmi sehingga puluhan ribu malaikat akan mengiringi orang
yang menghidupkan silaturahmi ini.
4. Aktif memperjuangkan dakwah dan amar maruf nahi munkar.
5. Tolong Menolong terhadap saudara, kerabat dan tetangganya. Kebiasaan saling
tolong menolong merupakan panggilan Illahi yang terbiasa melakukan tolong
menolong selama di tanah suci.
6. Mendamaikan orang yang berselisih. Sebagai duta Allah, seorang Hujjaj
terpanggil untuk menjadi duta perdamaian yang mendamaikan orang yang
berselisih. Jika seorang haji mendengar ada orang yang berselisih, maka berita itu
merupakan undangan ALLah untuk mengishlahkan orang yang berselisih dan
menyambungkan kembali tali silaturahmi di antara mereka.
7. Patuh melaksanakan perintah Allah khususnya meningkatkan kualitas Shalat
sebagai dasar untuk melaksanakan amar makruf nahi munkar. Sahalat berkualitas
adalah shalat yang dilaksanakan dengan Khudu (rendah diri), khusyu, dan menjaga
waktunya.
8. Konsekuen meninggalkan apa yang diperintahkan Allah karena malu kepada
Allah .
9. Gemar melaksanakan ibadah sunnah dan menjauhi amal yang makruh dan tidak
bermanfaat.
10. Meningkatkan rasa syukur dan tawakal. Orang yang melaksanakan haji berarti
mendapatkan nikmat besar yang wajib disyukuri disamping berusaha memenuhi
kebutuhan hidupnya lalu berserah diri kepada Allah.
11. Memelihara akhlaq terpuji. Akhlaq terpuji adalah perilaku orang shaleh yang
melekat pada dirinya dalam pergaulan hidup bermasyarakat
12. Meningkatkan ibadah puasa dan membiasakan membaca AL Qur’an. Ibadah
puasa adalah sarana untuk mencapai ketaqwaan dan mengendalikan syahwat di
samping menjaga kesehatan jasmani. Membaca Al Qur’an adalah sarana untuk
menambah ilmu yang akan menjadi syafaat di akhirat.
13. Memelihara kejernihan hati dan kejujuran sehingga tidak mudah terjerumus
ucapan dan perbuatan maksiat yang merugikan orang lain.
14. Bersemangat mencari ilmu dan mengembangkan potensi diri
15. Cepat bertaubat ketika menyadari dirinya melakukan kesalahan
16. Senantiasa bekerja keras untuk mencari nafkah untuk kebutuhan dirinya dan
berusaha tidak membebani orang lain.
https://nasihathidup.wordpress.com/2012/08/22/9-hikmah-haji/

Macam-macam Puasa
Ada beberapa macam puasa, antara lain:

1. Puasa wajib yang terdiri dari: puasa ramadhan, nadzar dan kafarat.
2. Puasa sunnah yang terdiri dari: puasa senin kamis, muharam, syawal, arofah
dls.
3. Puasa makruh yang terdiri dari puasa yang dikhususkan pada hari jumat dan
sabtu.
4. Puasa haram yang terdiri dari puasa hari raya idul fitri dan hari raya idul adha
serta puasa sepanjang tahu.

Puasa Wajib
Puasa ramadhan. Yakni puasa sebulan penuh dibulan ramdhan yang hukumnya wajib
bagi setiap umat muslim yang sudah baligh. Kewajiban melaksanakan puasa dibulan
ramadhan terdapat dalam Qur’an surat Al-baqoroh ayat 183.

Puasa nadzar. Merupakan puasa yang disebabkan karena sebuah janji, nadzar secara
bahasa adalah janji. Sehingga puasa yang dinadzarkan hukumnya wajib.

Puasa kafarat atau kifarat. Yakni puasa yang dilakukan untuk menggantikan dam atau
denda atas pelanggaran yang hukumnya wajib. Puasa ini ditunaikan dikarenakan
perbuatan dosa, sehingga bertujuan untuk menghapus dosa yang telah dilakukan.
Adapun macam-macam puasa kafarat antara lain : kafarat karena melanggar sumpah
atas nama Allah, kafarat dalam melakukan ibadah haji, kafarat karena berjima’ atau
berhubungan badan suami istri di bulan ramadhan, membunuh tanpa sengaja,
membunuh binatang saat sedang ihram.

Puasa Sunnah
Puasa sunnah senin kamis. Rasulullah telah memerintah umatnya untuk senantiasa
berpuasa di hari senin dan kamis, karena pada hari senin merupakan hari kelahiran
beliau dan kamis adalah hari pertama kali Al-Qur’an diturunkan. Dan pada hari senin
kamis juga, amal perbuatan manusia diperiksa, sehingga beliau menginginkan ketka
diperiksa, beliau dalam keadaan berpuasa.
Puasa sunnah syawal. Puasa enam hari dibulan syawal atau setelah bulan ramadhan.
Bisa dilakukan secara berurutan dimulai dari hari kedua syawal atau dilakukan secara
tidak berurutan. Rasulullah bersabda yang artinya: “Keutamaan puasa ramadhan yang
diiringi dengan puasa syawal ialah seperti orang yang berpuasa selama setahun (HR.
Muslim).

Puasa muharrom. Yakni puasa pada bulan Muharram dan yang paling utama ialah
pada hari ke 10 bulan muharram yakni assyuro’. Puasa ini memiliki keutamaan dan
yang paling utama setelah puasa ramadhan.

Puasa arofah. Yakni puasa pada hari ke-9 Dzuhijjah, dimana keistimewaannya ialah
akan dihapuskan dosa-dosa pada tahun lalu & dosa-dosa di tahun yang akan datang
(HR. Muslim). Dosa-dosa yang dimaksud ialah khusus untuk dosa-dosa kecil, karena
dosa-dosa besar hanya bisa diampuni dengan jalan bertaubat atau taubatan nasuha.

Puasa di bulan Sya’ban. Pada bulan sya’ban ini, segala amal akan diangkat kepada
Rabb sehingga diperintahkan untuk memperbanyak puasa.

Puasa daud. Yakni puasa yang dilakukan nabi daud dan caranya yaitu sehari puasa
dan sehari tidak atau dengan cara selalng seling dan puasa ini sangat disukai Allah
SWT.

Puasa Makruh
Jika melakukan puasa pada hari jumat atau sabtu, dengan niat dikhususkan atau
disengaja maka hukumnya makruh kecuali bermaksud atau berniat mengqodho puasa
ramadhan, puasa karena nadzar ataupun kifarat.

Puasa Haram
 Hari Raya Idul Fitri. Yang jatuh pada tanggal 1 Syawal yang ditetapkan sebagai
hari raya umat muslim. Pada hari ini, puasa diharamkan karena hari ini
merupakan hari kemenangan karena telah berpuasa sebulan penuh dibulan
ramadhan.
 Hari Raya Idul Adha. Pada tanggal 10 Dzulhijjah merupakan hari raya qurban
dan hari raya kedua bagi umat muslim. Berpuasa pada hari ini diharamkan.
 Hari Tasyrik. Jatuh pada tanggal 11, 12 & 13 Dzulhijjah.
 Puasa setiap hari atau sepanjang tahun dan selamanya.
https://www.sepengetahuan.co.id/2015/08/pengertian-puasa-dan-macam-macam-
puasa-terlengkap.html

 Puasa Ramadhan

Sebentar lagi Ramadhan nih! Di bulan Ramadhan seluruh umat muslim wajib berpuasa
selama satu bulan penuh. Kewajiban itu tertuang dalam firman Allah SWT yang
berbunyi “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (Q.S. Al-
Baqoroh;183-184)

 Puasa Qodha

Bagi kalian, meninggalkan atau tidak mengerjakan puasa wajib karena beberapa
halangan, maka Prelovers wajib menggantinya dengan puasa Qodha. Allah SWT
berfirman yang artinya “(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa
diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah
baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Dan
wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa)
membayar fidyah, yaitu :memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan
kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan
berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (Q.S. Al-Baqoroh:184)

 Puasa Kafarat

Puasa kafarat adalah puasa yang dilakukan untuk menebus dosa akibat melakukan
dosa besar yaitu membunuh yang dijelaskan melalui firman Allah SWT dalam surah An-
Nisaa’ ayat 92 dan dosa melanggar sumpah yang difirmankan Allah dalam surah Al-
Maidah ayat 89.

 Puasa Nadzar

Puasa nadzar adalah puasa yang wajib dilaksanakan sesuai nadzarnya. Misalnya
Prelovers bernadzar ingin berpuasa 3 hari jika mendapat nilai 100, apabila nilai 100
benar-benar bisa didapatkan, maka Prelovers harus berpuasa 3 hari sesuai nadzar
diawal. Rasulullah bersabda “Apabila seseorang bernadzar menjalankan puasa, maka
nadzar itu harus dipenuhinya” (H.R. Bukhori)

Puasa Sunnah
 Puasa enam hari di bulan Syawal

Puasa enam hari di bulan Syawal adalah puasa yang dilaksanakan setelah hari raya
Idul Fitri. Keutamaannya adalah seperti berpuasa satu tahun (H.R. Muslim)

 Puasa sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah

Puasa sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah adalah puasa yang dilaksanakan
sebelum Idul Adha yaitu 10 Dzulhijjah. Ketika memasuki 10 Dzulhujjah maka
diharamkan berpuasa.

 Puasa Hari Arofah

Puasa Hari Arofah adalah puasa pada hari atau tanggal 9 Dzulhijjah. Keutamannya
adalah akan dihapuskan dosa-dosa tahun lalu dan yang akan datang (H.R. Muslim)

 Puasa Muharram

Puasa Muharram yaitu puasa pada bulan Muharram terutama pada hari Assyuro’.
Puasa di bulan ini adalah yang paling utama setelah puasa di bulan Ramadhan (H.R.
Bukhori)

 Puasa Assyuro’

Puasa Assyuro’ (10 Muharram). Nabi Muhammad SAW memerintahkan umatnya untuk
berpuasa pada hari Assyuro’ dan mengirinya dengan puasa 1 hari sebelum dan
sesudahnya. Hal ini bertujuan untuk menyelisihi umat Yahudi dan Nasrani yang hanya
berpuasa pada hari ke-10. Keutamaanya akan dihapus dosa-dosa kecil di tahun
sebelumnya (H.R. Muslim)

 Puasa Sya’ban

Puasa Sya’ban adalah puasa yang dilaksanakan pada bulan Sya’ban. Disunnahan
memperbanyak puasa pada bulan ini karena bulan ini adalah bulan dimana semua
amal diangkat kepada Robb (H.R. An-Nasa’i dan Abu Daud, Hasan)

 Puasa pada bulan Harom atau bulan yang dimuliakan

Puasa pada bulan Harom atau bulan yang dimuliakan. Bulan Harom terdiri dari bulan
Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Moharram, dan Rajab.

 Puasa Senin dan Kamis


Puasa Senin dan Kamis. Kedua hari tersebut adalah hari dimana amal ibadah manusia
diangkat.

 Puasa Dawud

Puasa Dawud adalah puasa yang disukai Allah (H.R. Bukhori Muslim). Puasa ini
dilakukan dengan berseling-seling yaitu satu hari berpuasa, maka besoknya tidak,
kemudian berpuasa lagi, lalu besoknya tidak, begitu seterusnya.

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 9 No. 2 - 2011

127

KONSEP DAN AKTUALISASI

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

Oleh : Toto Suryana

Abstrak

Toleransi merupakan masalah yang actual sepanjang masa, terlebih lagi toleransi beragama.

Islam memberikan perhatian yang tinggi terhadap perlunya toleransi beragama sejak awal

perkembangan Islam, baik tersurat di dalam Al Quran maupun tersirat dalam berbagai

perilaku Nabi. Aktualisasi toleransi beragama di Indonesia dipandang masih jauh dari ideal

karena itu sosialisasi dan pembinaan umat beragama di Indonesia perlu terus ditingkatkan.

Kata kunci

agama

toleransi

,
ukhuwah

A.

PENDAHULUAN

Manusia sebagai makhluk social tidak bisa dilepaskan dari hubungan

(interaksi social) dengan sesamanya. Hubungan antar manusia dalam masyarakat

ditata dalam suatu tatanan normative yang disepakati bersama oleh anggota

masyarakat tersebut yang disebut nilai atau norma yang menjamin terwujudnya

harmoni dalam bentuk kedamaian dan ketentraman.

Interaksi social antar anggota maupun kelompok dalam masyarakat

seringkali diwarnai dengan konflik yang dapat mengganggu terwujudnya harmoni

tersebut disebabkan karena adanya persepsi, kepentingan, maupun tujuan yang

berbeda di antara individu maupun kelompok dalam masyarakat. Perbedaan antar

anggota maupun kelompok yang berpotensi konflik dan bersifat destruktif antara

lain karena adanya perbedaan agama. Konflik antarpenganut agama biasanya dipicu

oleh prasangka antara penganut satu agama dengan yang lain yang berkembang

menjadi isu-isu yang membakar emosi. Munculnya sikap-sikap tersebut tidak datang

sendirinya, melainkan dikarenakan beberapa sebab,

seperti: ketiadaan saling

pengertian antarpemeluk agama (

mutual understanding

), adanya kesalahan

dan

kekeliruan dalam memahami teks-teks keagamaan, dan masuknya unsur-unsur

kepentingan di luar kepentingan agama yang luhur.

Agama sebagai pedoman perilaku yang suci mengarahkan penganutnya


untuk

saling

menghargai

dan

menghormati,

tetapi

seringkali

kenyataan

menunjukkan sebaliknya, para penganut agama lebih tertarik kepada aspek-aspek

yang bersifat emosional. Dalam hal ini Khami Zada

,(

2002) mengungkapkan bahwa

agama bisa kehilangan makna substansialnya dalam menjawab soal-soal

kemanusiaan, yakni ketika agama tidak lagi berfungsi sebagai pedoman hidup yang

mampu melahirkan kenyamanan spiritual dan obyektif dalam segala aspek

kehidupan umat manusia. Atau dalam istilah Karl Marx, ketika agama telah menjadi

candu bagi masyarakat. Macam itulah yang sedang dialami bangsa Indonesia

menghadapi tantangan bergesernya fungsi agama. Konflik antaragama, radikalisme,

Toto Suryana

Konsep dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama

128

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 9 No. 2 - 2011

dan terorisme menjadi masalah besar bangsa dan harus dicarikan penyelesaian

secara tepat. Agama tampaknya bukan lagi alat kedamaian umat, tetapi sudah

menjadi ancaman menakutkan. Hal ini dapat dilihat dari hubungan positif antara
praktik beragama dengan aksi kekerasan yang sering terjadi. Sebab kekerasan adalah

adanya faktor pemahaman agama, terutama praktik dan pemahaman beragama yang

mengarah sikap fanatisme dan militansi.

Adanya konflik dan ketidakharmonisan antarpemeluk agama akan sangat

merugikan bagi bangsa dan negara termasuk bagi pemeluk agama itu sendiri.

Ketidakharmonisan, apalagi konflik akan berdampak pada semua aspek kehidupan.

Stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi, dan perkembangan sosial dan budaya akan

terganggu. Sedangkan masyarakat berada pada suasana ketidakpastian, ketakutan,

dan akan muncul perasaan saling tidak mempercayai.

Agama yang dipandang dan diamalkan semata-mata sebagai perangkat

upacara dan hukum, tidaklah cukup. Agama, khususnya Islam mendorong umatnya

untuk melaksanakan ajaran secara utuh dan integral dalam bentuk hubungan yang

harmonis dengan sesama manusia, alam lingkungan, dan dengan Allah Sang Khalik.

B.

KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

Penataan hubungan antar penganut agama dalam ajaran Islam berakar pada

“benih’ yang telah ditanamkan oleh Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang ke dalam diri manusia. Adalah sesuatu yang tidak dapat diingkari bahwa

manusia diciptakan-Nya senasib, secara kodrati ditempatkan di permukaan bumi ini,

secara kodrati satu keturunan, secara kodrati diberiNya sifat-sifat dasar yang sama,

ringkasnya banyaklah “kebersamaan kodrati” sesama manusia. “Pengalaman” paling

awal manusia terjadi ketika seseorang mulai dari rahim ibunya, dipelihara secara

lahir dan bathin. Selanjutnya lahir ke permukaan bumi ini, terus menerus dipelihara

oleh ibu dengan penuh “kasih sayang” (dalam bahasa Arab disebut “rahim” juga),

sampai remaja dan dewasa. Keturunan manusia terus berkembang secara lahiriyah
(

genealogi

s), demikian pula hubungan kasih sayang berkembang secara rohaniyah,

secara kekeluargaan dari generasi ke generasi. Hingga saat inipun, ketika umat

manusia telah berkembang menjadi berbagai ras, bangsa, suku bangsa, dan berbagai

kelompok yang lebih kecil ataupun berbagai “campuran”, hubungan kasih sayang

(silaturrahim) yang kodrati itu tetaplah ada.

Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan hubungan dan kerja sama

dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan material

maupun spiritual. Ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan

tolong menolong (

ta’awun

) dengan sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam

kehidupan sosial kemasyarakatan umat Islam dapat berhubungan dengan siapa saja

tanpa batasan ras, bangsa, dan agama.

Konsep dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama

Toto Suryana

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 9 No. 2 - 2011

129

1.

Hubungan intern umat beragama

Persaudaraan atau

ukhuwah,

merupakan salah satu ajaran yang mendapat

perhatian penting dalam Islam. Alquran menyebutkan kata yang mengandung


arti persaudaraan sebanyak 52 kali yang menyangkut berbagai persamaan, baik

persamaan keturunan, keluarga, masyarakat, bangsa, dan agama. Ukhuwah

yang islami dapat dibagi kedalam empat macam, yaitu:

Pertama

ukhuwah

‘ubudiyah

atau saudara sekemakhlukan dan kesetundukan kepada Allah.

Kedua

Ukhuwah insaniyah (basyariyah),

dalam arti seluruh umat manusia

adalah bersaudara, karena semua berasal dari ayah dan ibu yang sama; Adam

dan Hawa.

Ketiga

ukhuwah wathaniyah wannasab

, yaitu persaudaraan dalam

keturunan dan kebangsaan.

Keempat

Ukhuwwah fid din al islam

, persaudaraan

sesama muslim.

Esensi dari persaudaraan terletak pada kasih sayang yang ditampilkan


dalam bentuk perhatian, kepedulian, hubungan yang akrab dan merasa senasib

sepenanggungan. Nabi menggambarkan hubungan persaudaraan dalam

hadisnya:

Seorang mukmin dengan mukmin seperti satu tubuh, apabila salah satu

anggota tubuh terluka, maka seluruh tubuh akan merasakan demamnya.

HR.Muslim dan Ahmad

Persatuan dan kesatuan sebagai implementasi ajaran Islam dalam

masyarakat merupakan salah satu prinsip ajaran Islam. Alquran mengajarkan

umat Islam untuk menjalin persatuan dan kesatuan sebagaimana difirmankan

Allah:

Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama

yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah aku.

QS.Al-Anbiya, 21:92

Dalam ayat lain:

Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua;agama

yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.

QS.Al-Mukminun,23:52

Kata umat dalam ayat di atas dikaitkan dengan tauhid karena itu umat

yang dimaksud adalah pemeluk agama Islam. Sehingga ayat tersebut pada

hakekatnya menunjukkan bahwa agama umat Islam adalah agama yang satu

dalam prinsi-prinsip usulnya; tiada perbedaan dalam aqidahnya, walaupun

dapat berbeda-beda dalam rincian (

furu’

) ajarannya. Karena itu, kesatuan umat

bukan berarti bersatu dalam satu wadah, melainkan kesatuan dalam aqidah.
Toto Suryana

Konsep dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama

130

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 9 No. 2 - 2011

Bisa saja berbeda dalam ras, bahasa, maupun budaya, tetapi semuanya bersatu

dalam aqidahnya.

Salah satu masalah yang dihadap umat Islam sekarang ini adalah

rendahnya rasa kesatuan dan persatuan sehingga kekuatan mereka menjadi

lemah. Kelemahan umat Islam terjadi hampir di semua sektor kehidupan, baik

ekonomi, politik, sosial, maupun budaya. Kelemahan ini tidaklah disebabkan

karena sedikitnya jumlah umat Islam, melainkan rendahnya kualitas sumber

daya manusianya.

Salah satu sebab rendahnya rasa persatuan dan kesatuan di kalangan

umat Islam adalah karena rendahnya penghayatan terhadap nilai-nilai Islam.

Konsep kejamaahan yang tidak terpisahkan dari salat telah diabaikan dalam

konteks kehidupan sosial. Individualisme dan materialisme yang merupakan

produk dari westernisasi telah menjadi pilihan sebagian umat Islam. Salat,

puasa dan haji hanya dipandang semata-mata ibadah ritual, sedangkan ruhnya

tidak terbawa atau mewarnai kehidupan umat. Oleh karena itu, umat Islam

masih memerlukan pendalaman lebih lanjut terhadap nilai-nilai esensial

ajarannya yang menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan sebagai

implikasi sosial dari keberpihakan terhadap kebenaran dan kebaikan, kerukunan

dan perdamaian sebagaimana yang dikandung dalam pengertian Islam itu

sendiri.

Dalam hubungan sosial, Islam mengenalkan konsep


ukhuwwah

dan

jamaah

. Ukhuwwah adalah persaudaraan yang berintikan kebersamaan dan

kesatuan antar sesama. Kebersamaan di kalangan muslim dikenal dengan istilah

ukhuwwah Islamiyah atau persaudaraan yang diikat oleh kesamaan aqidah.

Nabi menggambarkan eratnya hubungan muslim dengan muslim sebagaimana

anggota tubuh dengan anggota tubuh lainnya, jika salah satu anggota tubuh

terluka, maka anggota tubuh lainnya merasakan sakitnya. Perumpamaan

tersebut mengisyaratkan hubungan yang erat antar sesama muslim. Karena itu

persengketaan antar muslim berarti mencederai wasiat Rasul.

Persatuan di kalangan muslim tampaknya belum dapat diwujudkan

secara nyata. Perbedaan kepentingan dan golongan seringkali menjadi sebab

perpecahan umat. Hal yang menjadi sebab perpecahan pada umumnya bukanlah

hal yang bersifat mendasar. Perpecahan itu biasanya diawali dengan adanya

perbedaan pandangan di kalangan muslim terhadap sesuatu fenomena. Dalam

hal agama, di kalangan umat Islam misalnya seringkali terjadi perbedaan

pendapat atau penafsiran mengenai sesuatu hukum yang kemudian melahirkan

berbagai pandangan atau madzhab. Perbedaan pendapat dan penafsiran pada

dasarnya merupakan fenomena yang biasa dan manusiawi, karena itu

menyikapi perbedaan pendapat itu adalah memahami berbagai penafsiran.

Untuk menghindari perpecahan di kalngan umat Islam dan memantapkan

ukhuwah islamiah para ahli menetapkan tiga konsep:

Konsep dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama

Toto Suryana
Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 9 No. 2 - 2011

131

a.

Konsep

tanawwul al ‘ibadah

(keragaman cara beribadah). Konsep ini

mengakui adanya keragaman yang dipraktekkan Nabi dalam pengamalan

agama yang mengantarkan kepada pengakuan akan kebenaran semua

praktek keagamaan selama merujuk kepada Rasulullah. Keragaman cara

beribadah merupakan hasil dari interpretasi terhadap perilaku Rasul yang

ditemukan dalam riwayat (hadist). Interpretasi bagaimana pun melahirkan

perbedaan-perbedaan, karena itu menghadapi perbedaan ini hendaknya

disikapi dengan cara mencari rujukan yang menurut kita- atau menurut ahli

yang kita percayai- lebih dekat kepada maksud yang sebenarnya. Terhadap

orang yang berbeda interpretasi, kita kembangkan sikap hormat dan

toleransi yang tinggi dengan tetap mengembangkan silaturahmi.

b.

Konsep

al mukhtiu fi al ijtihadi lahu ajrun

(yang salah dalam berijtihad pun

mendapat ganjaran). Konsep ini mengandung arti bahwa selama seseorang

mengikuti pendapat seorang ulama, ia tidak akan berdosa, bahkan tetap

diberi ganjaran oleh Allah, walaupun hasil ijtihad yang diamalkannya itu

keliru. Di sini perlu dicatat bahwa wewenang untuk menentukan yang benar

dan salah bukan manusia, melainkan Allah swt yang baru akan kita ketahui
di hari akhir. Kendati pun demikian, perlu pula diperhatikan bahwa yang

mengemukakan ijtihad maupun orang yang pendapatnya diikuti, haruslah

orang yang memiliki otoritas keilmuan yang disampaikannya setelah melalui

ijtihad. Perbedaan-perbedaan dalam produk ijtihad adalah sesuatu yang

wajar, karena itu perbedaan yang ada hendaknya tidak mengorbankan

ukhuwah islamiyah yang terbina di atas landasan keimanan yang sama.

c.

Konsep

la hukma lillah qabla ijtihadi al mujtahid

(Allah belum menetapkan

suatu hukum sebelum upaya ijtihad dilakukan seorang mujtahid). Konsep ini

dapat kita pahami bahwa pada persoalan-persoalan yang belum ditetapkan

hukumnya secara pasti, baik dalam alQuran maupun sunnah Rasul, maka

Allah belum menetapkan hukumnya. Oleh karena itu umat Islam, khususnya

para mujtahid, dituntut untuk menetapkannya melalui ijtihad. Hasil dari

ijtihad yang dilakukan itu merupakan hukum Allah bagi masing-masing

mujtahid, walaupun hasil ijtihad itu berbeda-beda

Ketiga konsep di atas memberikan pemahaman bahwa ajaran Islam

mentolelir adanya perbedaan dalam pemahaman

maupun pengamalan.

Yang mutlak itu hanyalah Allah dan firman-firman-Nya, sedangkan

interpretasi terhadap firman-firman itu bersifat relatif, karena itu sangat

dimungkinkan untuk terjadi perbedaan. Perbedaan tidak harus melahirkan

pertentangan dan permusuhan. Di sini konsep Islam tentang

islah
diperankan untuk menyelesaikan pertentangan yang terjadi sehingga tidak

menimbulkan permusuhan, dan apabila telah terjadi permusuhan, maka islah

diperankan untuk menghilangkannya dan menyatukan kembali orang atau

kelompok yang saling bertentangan.

Toto Suryana

Konsep dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama

132

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 9 No. 2 - 2011

2.

Hubungan antar umat beragama

Memahami dan mengaplikasikan ajaran Islam dalam kehidupan

masyarakat tidak selalu hanya dapat diterapkan dalam kalangan masyarakat

muslim. Islam dapat diaplikasikan dalam masyarakat manapun, sebab secara

esensial ia merupakan nilai yang bersifat universal. Kendatipun dapat dipahami

bahwa Islam yang hakiki hanya dirujukkan kepada konsep Alquran dan As-

Sunnah, tetapi dampak sosial yang lahir dari pelaksanaan ajaran Islam secara

konsekwen dapat dirasakan oleh manusia secara keseluruhan.

Demikian pula pada tataran yang lebih luas, yaitu kehidupan antar

bangsa, nilai-nilai ajaran Islam menjadi sangat relevan untuk dilaksanakan guna

menyatukan umat manusia dalam suatu kesatuan kebenaran dan keadilan.

Dominasi salah satu etnis atau negara merupakan pengingkaran terhadap

makna Islam, sebab ia hanya setia pada nilai kebenaran dan keadilan yang

bersifat universal. Islam mengajarkan prinsip kesamaan dan kesetaraan manusia

sebagaimana diungkapkan Alquran:

Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu


dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan Kami menjadikan

kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.

Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah

yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha

Mengenal.

QS.49:13

Universalisme Islam dapat dibuktikan antara lain dari segi agama, dan

sosiologi. Dari segi agama, ajaran Islam menunjukkan universalisme dengan

doktrin monoteisme dan prinsip kesatuan alamnya. Selain itu tiap manusia,

tanpa perbedaan diminta untuk bersama-sama menerima satu dogma yang

sederhana dan dengan itu ia termasuk ke dalam suatu masyarakat yang homogin

hanya dengan tindakan yang sangat mudah, yakni membaca syahadat. Jika ia

tidak ingin masuk Islam, tidak ada paksaan dan dalam bidang sosial ia tetap

diterima dan menikmati segala macam hak kecuali yang merugikan umat Islam.

Ditinjau dari segi sosiologi, universalisme Islam ditampakkan bahwa

wahyu ditujukan kepada semua manusia agar mereka menganut agama Islam,

dan dalam tingkat yang lain ditujukan kepada umat Islam secara khusus untuk

menunjukkan peraturan-peraturan yang harus mereka ikuti. Karena itu, maka

pembentukan masyarakat yang terpisah merupakan suatu akibat wajar dari

ajaran Al-Quran tanpa mengurangi universalisme Islam.

Melihat universalisme Islam di atas tampak bahwa esensi ajaran Islam

terletak pada penghargaan kepada kemanusiaan secara universal yang berpihak

Konsep dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama

Toto Suryana

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 9 No. 2 - 2011


133

kepada kebenaran, kebaikan, dan keadilan dengan mengedepankan kedamaian;

menghindari pertentangan dan perselisihan, baik ke dalam intern umat Islam

maupun ke luar. Dengan demikian tampak bahwa nilai-nilai ajaran Islam

menjadi dasar bagi hubungan antar manusia secara universal dengan tidak

mengenal suku, bangsa dan agama.

Hubungan antara muslim dengan penganut agama lain tidak dilarang

oleh syariat Islam, kecuali bekerja sama dalam persoalan aqidah dan ibadah.

Kedua persoalan tersebut merupakan hak intern umat Islam yang tidak boleh

dicampuri pihak lain, tetapi aspek sosial kemasyarakatan dapat bersatu dalam

kerja sama yang baik.

Hubungan dan kerja sama antar umat beragama merupakan bagian dari

hubungan sosial antar manusia yang tidak dilarang dalam ajaran Islam.

Hubungan dan kerja sama dalam bidang-bidang ekonomi, politik, maupun

budaya tidak dilarang, bahkan dianjurkan sepanjang berada dalam ruang

lingkup kebaikan.

3.

Aktualisasi hubungan umat beragama di Indonesia

Saat ini, di Indonesia sendiri pemahaman hak atas kebebasan beragama

dimasing-masing kelompok memiliki penafsiran sendiri-sendiri, baik kelompok

agama maupun kelompok sekuler. Dan pertentangan ini terus berlanjut yang

tidak akan menyatu karena masing-masing kelompok memiliki landasannya

sendiri.

Dalam kesatuan wujud ini Allah Tuhan Yang Maha Kuasa menjadikan

manusia berbangsa-bangsa dan bergolongan-golongan. Manusia dengan


wujudnya berbangsa-bangsa dan bergolong-golongan ini memberi dorongan

yang besar baginya untuk memikirkan dan mempelajari sesama manusia,

sehingga melahirkan berbagai ilmu pengetahuan, seperti antropologi, sosiologi,

sejarah, kebudayaan, bahasa, politik dan lain-lain. dengan ilmu-ilmu ini akan

memudahkan bagi manusia itu dalam membina dan memelihara hubungan

antara sesamanya, baik antara golongan, dalam masyarakat, maupun antar

bangsa, negara dan agama. Dalam masyarakat yang multiagama, Harold

Howard (Saefullah,2007:180)

mengatakan ada tiga prinsip umum dalam

merespons keanekaragaman agama : Pertama, logika bersama, Yang Satu yang

berwujud banyak. Secara filosofis dan teologis, logika ini merupakan sumber

realitas dan cara paling signifikan untuk menjelaskan keanekaragaman agama.

Bagi mereka yang mendalami sejarah agama-agama, logika ini bukanlah hal

yang asing. Misalnya, dalam Veda dapat menemukan gagasan tentang Yang

Satu yang disebut dengan banyak nama. Kedua, agama sebagai alat. Karenanya,

wahyu dan doktrin dari agama-agama adalah jalan, atau dalam tradisi Islam

disebut syariat untuk menuju Yang Satu. Karena sebagai alat, yang ada dalam

Toto Suryana

Konsep dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama

134

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 9 No. 2 - 2011

agama-agama adalah kumpulan particular sarana yang digunakan sebagai alat

yang dengannya, Yang Satu dapat dicapai. Ketiga, pengenaan kriteria yang

mengabsahkan. Yang dimaksud di sini adalah mengenakan kriteria sendiri pada

agama-agama lain. Al Quran merupakan wahyu yang mengabsahkan, sehingga


menjadi dasar untuk menguji wahyu-wahyu lainnya. Maka, dengan criteria

yang mengabsahkan ini masing-masing digunakan untuk berlomba-lomba

menuju Yang Satu.

Dalam negara, manusia membentuk dan menentukan corak masyarakat

yang dikehendaki. Agar bentuk dan corak yang baik dapat terwujud.

Keberagaman yang ada perlu dipelihara, karena merupakan kenyataan yang

telah ditetapkan oleh pemilik semesta alam ini. Bila ada yang menolak, ia akan

menemui kesulitan, karena berhadapan dengan kenyataan itu sendiri.

Mengingat keberagaman (heterogenitas) merupakan realita dan ketentuan

dari Allah Tuhan semesta alam maka bagi manusia tak ada alternatif lain,

kecuali menerima dan memelihara dengan mengarahkan kepada kepentingan

dan tujuan bersama. Memang apabila tidak dipelihara dengan baik dapat saling

bergesekan sehingga terjadi perpecahan, dan tidak mustahil mengarah kepada

separatisme. Tetapi karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius dan

menyadari bahwa keberagaman ini merupakan ketentuan atau takdir dari Allah

Yang Maha Pengatur alam, maka insan Indonesia menggalang dan membina

persatuan bangsanya. Bukan hanya itu, dari keberagamaan ini pulalah dihimpun

hasrat-hasrat yang ada menjadi hasrat kolektif dalam membangun, memelihara

kesatuan dan keutuhan bangsa dan negara.

Walaupun agama bersifat unversal, namun dengan beragama tidak

mengurangi rasa kebangsaan, bahkan menguatkan rasa kebangsaan. Karena

agama mendorong penganutnya untuk membela kehormatan dan kedaulatan

bangsa dan negaranya. Dalam hal ini seorang ahli hikmah mengatakan “

Mencintai tanah air merupakan bagian dari iman

. Kalimat ini cukup


membangkitkan bangsa Indonesia berjuang mati-matian untuk mengusir

penjajah sejak mereka mulai menginjakkan kakinya di bumi Indonesia sampai

kepada masa mempertahankan kemerdekaan, dengan bahu-membahu sesama

umat beragama.

Kerukunan hidup umat beragama bukan berarti merelatifir agama-agama

yang ada dengan melebur kepada satu totalitas (

sinkretisme

agama) dengan

menjadikan agama-agama yang ada itu sebagai unsur dari agama totalitas itu.

Dengan kerukunan dimaksudkan agar terbina dan terpelihara hubungan baik

dalam pergaulan antara warga yang berlainan agama. Urgensi kerukunan adalah

untuk mewujudkan kesatuan pandangan dan kesatuan sikap, guna melahirkan

kesatuan perbuatan dan tindakan serta tanggung jawab bersama, sehingga tidak

ada pihak yang melepaskan diri dari tanggung jawab atau menyalahkan pihak

lain. Dengan kerukunan umat beragama menyadari bahwa masyarakat dan

Konsep dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama

Toto Suryana

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 9 No. 2 - 2011

135

negara adalah milik bersama dan menjadi tanggung jawab bersama untuk

memeliharanya. Karena itu, kerukunan hidup umat beragama bukanlah

kerukunan sementara, bukan pula kerukunan politis, tetapi kerukunan hakiki

yang dilandasi dan dijiwai oleh agama masing-masing.

Kerukunan beragama berkaitan dengan toleransi, yakni istilah dalam

konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang
melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau

tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah

toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat

mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya. Istilah toleransi juga digunakan

dengan menggunakan definisi "kelompok" yang lebih luas, misalnya partai

politik, orientasi seksual, dan lain-lain. Hingga saat ini masih banyak

kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi, baik dari kaum liberal

maupun konservatif.

Yang perlu dikedepankan kemudian adalah toleransi antar kelompok

agama. Dan toleransi tidak akan menjadi apa-apa tanpa ada perubahan orinetasi

dari kaum agama untuk berani keluar dari pemahaman sebelumnya. Dalam hal

ini diperlukan adanya transformasi internal yang signifikan dalam tradisi

agama. Tanpa perubahan seperti itu, pada akhirnya toleransi tidak lebih dari

sekedar wacana yang tidak memiliki implikasi normative dalam tingkah laku

antar pemeluk agama.

Toleransi memiliki peranan yang penting dalam pluralism saat ini, tidak

hanya dipahami sebagai etika yang mengatur hubungan antar kelompok agama,

akan tetapi juga yang terpenting adalah adanya kepekaan baru untuk

sepenuhnya menghargai keberagaman. Dalam konteks ini, transformasi internal

agama tidak hanya pada aspek doktrin-teologis akan tetapi juga diperlukannya

transformasi pada aspek cultural-sosiologis untuk menghormati dan menghargai

keberadaan dan hak-hak kelompok agama lain.

C.

PENUTUP

Mengingat keberagaman merupakan realita dan ketentuan dari Allah


Tuhan semesta alam, maka diperlukan rasa keberterimaan dan usaha untuk

memelihara dengan mengarahkannya kepada kepentingan dan tujuan bersama.

Perbedaan yang terjadi merupakan fakta yang harus disikapi secara positif

sehingga antar pemeluk agama terjadi hubungan kemanusiaan yang saling

menghargai dan menghormati. Agama bersifat unversal, tetapi beragama tidak

mengurangi rasa kebangsaan, bahkan menguatkan rasa kebangsaan. Agama

mendorong penganutnya untuk membela kehormatan dan kedaulatan bangsa

dan negaranya.

Toto Suryana

Konsep dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama

136

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 9 No. 2 - 2011

Pluralitas merupakan sebuah fakta sosial historis yang melekat pada ke

Indonesian. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang plural dan

multikultural. Menjadi manusia Indonesia berarti menjadi manusia yang

sanggup hidup dalam perbedaan dan bersikap toleran. Bersikap toleran berarti

bisa menerima perbedaan dengan lapang dada, dan menghormati hak pribadi

dan sosial pihak yang berbeda (

the other

) menjalani kehidupan mereka.

D.

DAFTAR PUSTAKA

Al Quranul Karim

Ahmad Zaki Yamani. (1388 H.).

Islamic Law and Contemporary Issues.


Jeddah: the Saudi Publishing House.

Keith A Robert (1984)

Religion in Sociological Persective

, Illinois: The

Donney Press

Khamami Zada

(2002).

Tantangan Kehidupan Beragama Kita.

[Online].

Terlihat:

http://www.kompas.com/kompas-

cetak/0212/13/opini/42187.htm

Natsir. M. 1969).

Islam dan Kristen di Indonesia.

Jakarta: Media Dawah.

Proyek Pembinaan Kerukunan Hidup Beragama Departeman Agama RI.

(1985).

Pedoman Dasar Kerukunan Hidup Beragama.

Jakarta:

Departeman Agama RI.

Poespoprodjo. (1988).

Filsafat Moral

. Bandung: Remaja Karya.

Shalahuddin Sanusi. (1987). Integrasi Ummat Islam. Pola Pembinaan Kesatuan


Ummat Islam. Bandung: Iqamatuddin.

Suyuti Pulungan J. (1994).

Prinsip-Prinsip Pemerintahan dalam Piagam

Madinah Ditinjau Dari Pandangan Al-Qur`an.

Jakarta: Raja Grafindo

Persada

Quraish Shihab. M. (1997).

Wawasan Al-Quran.

Tafsir Maudhu`I atas Pelbagai

Persoalan Umat. Bandung: Mizan.

Anda mungkin juga menyukai