1
Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Bulan Bintang, Yogyakarta, 1990, hlm. 163
2
Quraish Shihab, wawasan Al-Quran; Tafsir Maudhu’i Atas Berbagai Persoalan Umat, Mizan, Bandung, 1997,
hlm. 282
3
Hasyim Muhammad, Dialog Antara Tasawuf dan Psikologi; Telaah Atas Pemikiran Psikologi Humanistik
Abraham Maslow, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002, hlm. 76
4
Quraish Shihab, wawasan Al-Quran, Op. cit hlm.278
telah mengingkari nikmat yang sebelumnya telah diberikan, sebagaimana firman-Nya dalam
al-Quran :
Artinya : “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”
(Qs. al-Baqarah :152)
Artinya : “dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih." (Qs. Ibrahim : 7)
Maka Allah Swt. memberi peringatan kepada hamba-Nya yang mengingkari nikmat
untuk dapat bersyukur. Karena dengan syukur sekaligus sebagai obat setiap orang yang rakus.
Sebagaimana dalam firman-Nya yang berbunyi :
Salah satu tokoh besar yang menjelaskan tentang syukur adalah Imam Al-Ghozali
dengan nama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-Ghozali.
Beliau adalah pemikir ulung Islam yang menyandang beberapa gelar, salah satunya Hujjatul
Islam (pembela Islam). Dalam dunia tasawuf ia merupakan tokoh yang memiliki banyak
karya-karya yang sampai saat ini masih banyak orang yang mempelajari karya beliau, salah
satunya adalah kitab Ihya ‘Ulumuddin dan Minhajul Abidin.
5
Ibnu Qayyim Al-Jauziah, Madarijus Salikin, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, hlm. 294
6
Ibud., hlm. 294