1 Juni 2011
ISSN: 1411-4372
Marky Sumampouw*
Fakultas Pertanian Universitas Klabat
molekul-molekul koloid. Untuk enzim, air Siklus hidrologi ini atau disebut juga
hidrasi membantu memelihara struktur dan siklus air sebenarnya merupakan rangkaian
memudahkan fungsi katalisis; Bahan baku peristiwa yang terjadi dengan air dari saat
untuk fotosintesis, proses hidrolisis dan jatuh kepermukaan hingga menguap ke
reaksi – reaksi kimia lainnya dalam udara untuk kemudian jatuh kembali
tumbuhan; Evapotranspirasi air untuk kebumi. Pada saat berada di bumi, air
mendinginkan permukaan tanaman. tersebut mengulang secara terus menerur
Kebutuhan air bagi tanaman melalui sirkulasi penguapan, presipitasi dan
dua proses yaitu transpirasi, yakni air yang pengaliran keluar (Takeda dan
memenuhi daerah perakaran tanaman dan Sosrodarsono, 1985).
digunakan untuk membentuk jaringan Dalam bidang pertanian yang
tanaman dan yang dilepaskan melalui dikaitkannya dengan tanah (fisik tanah),
daun-daun ke atmosfer, dan evaporasi, yaitu bahwa neraca air merupakan suatu
yakni air yang menguap dari tanah yang pernyataan yang terperinci dari hukum
berdekatan atau dari permukaan daun kekekalan massa. Secara sederhana
tanaman. Jadi pada prinsipnya kebutuhan dinyatakannya bahwa massa tidak dapat
air tanaman adalah evapotranspirasi. dihasilkan atau dikurangi, tetapi hanya
Meskipun evaporasi dan transpirasi terjadi dapat berubah dari suatu bentuk atau
melalui jalur yang berbeda, keduanya tempat kebentuk atau tempat yang lain.
merupakan proses evaporasi (James, 1988). Oleh karena itu, kandungan air dari suatu
Jacob (1979) mendefinisikan volume tanah tertentu tidak dapat
evapotranspirasi sebagai suatu kombinasi meningkat tanpa penambahan air dari luar
proses dari evaporasi dari permukaan tanah atau tidak dapat berkurang tanpa
dan proses transpirasi dari vegetasi, pengurangan (evaporasi ke atmosfer atau
sedangkan evapotranspirasi potensial perkolasi kedalam lapisan tanah) (Hillel,
sebagai jumlah uap air maksimum yang 1980).
bertambah di atmosfer pada suatu kondisi Jackson (1989) mengemukakan
meteorology tertentu dari suatu vegetasi bahwa neraca air bermanfaat untuk : (1)
hijau sebagai penutup permukaan tanah melengkapi gambaran umum dari keadaan
tanpa terjadi pengurangan air. air pada suatu daerah (presipitasi,
Evapotranspirasi dari permukaan tanah evapotranspirasi, kandungan dan
tersebut terutama dipengaruhi oleh radiasi perubahan kelembaban tanah); (2) model
yang tiba di permukaan, tetapi dibatasi oleh yang dapat digunakan untuk menyelidiki
laju gerakan air permukaan yang hubungan curah hujan dan limpasan (run-
berevaporasi. Oleh sebab itu off); (3) menilai kemampuan suatu daerah
evapotranspirasi dari permukaan alami untuk ditanami melalui pendugaan
merupakan suatu kejadian fisik dimana air kebutuhan air bagi tanaman; (4) menguji
menguap dan angkut ke atmosfer. Lebih hubungan iklim/cuaca dengan hasil
lanjut dijelaskan bahwa jumlah energi yang produksi tanaman; (5) memperkirakan atau
diperlukan untuk mengevaporasi 1 cm3 air menilai manusia terhadap lingkungan
adalah 597 kalori. hidrologi.
Neraca Air. Bahan air yang Masa Tanam. Dalam kaitannya
dibutuhkan tanaman pada dasarnya dengan pola tanam, FAO (1978) telah
merupakan bahan yang dipermukaan bumi membut suatu criteria masa tanam sebagai
dalam keadaan dinamis, yakni selalu selang waktu dalam setahun dengan hujan
mengalami perubahan dari fase padat, cair lebih besar dari 0.5PE (evapotranspirasi
dan gas (uap). Disamping itu air tersebut potensial) ditambah waktu yang
akan mengalami perubahan bentuk sesuai dibutuhkan untuk menguapkan air setinggi
dengan tempat dimana air tersebut berada. 100 mm yang dianggap masih tersimpan
Proses ini menyebabkan air dalam sistem dalam profil tanah pada akhir musim hujan
bumi – atmosfer membentuk suatu siklus selah hujan sama atau mendekati 0.5 PE.
yang disebut siklus hidrologi. Disamping itu diperlukan suatu criteria
42 Jurnal Ilmiah Unklab
untuk menentukan jumlah curah hujan Data sifat fisik tanah merupakan data
normal yang dibutuhkan tanaman untuk penunjang untuk penentuan
waktu tertentu terutama pada lahan kering. kemampuan tanah mengandung air
Kebutuhan Air Bagi Tanaman (Water Holding Capacity) yang
Kedelai. Pengetahuan tentang kebutuhan ditentukan dengan mengetahui tipe
air kedelai berguna dalam menentukan tanah di Wilayah Kabupaten Minahasa
waktu tanam dan pengelolaan konservasi Utara.
air didaerah lahan kering. Pramudia (1989) c. Data Ketinggian Tempat
menyatakan bahwa kebutuhan air harian Data ketinggian tempat wilayah
terbanyak untuk kedelai adalah 8,5 mm. Kabupaten Minahasa Utara digunakan
Doorenboss dan Pruitt (1975) menyatakan untuk membantu menentukan nilai
evapotranspirasi musiman untuk berbagai evapotranspirasi potensial.
tanaman, tergantung iklim, fisiologi dan
perbedaan morfologi sepanjang musim Metode Penelitian. Metode analisis
tanam. Evapotranspirasi ini untuk tanaman data dengan menggunakan data sekunder
kedelai 450-825 mm/musim. Sedangkan dengan analisi sebagai berikut:
kebutuhan air tanaman kedelai yaitu 300- Analisa Curah Hujan. Sebagai
350 mm/musim. Menurut Doorenboss dan komponen masukkan pada neraca air yaitu
Pruitt (1977) kebutuhan air kedelai umur curah hujan 10 harian yang dianalisis
sedang (85 hari) pada fase pembuangan dengan metode analisis frekuensi dengan
sampai pengisian polong yaitu 124-143 mm. asumsi pola curah hujan tidak menyebar
Tujuan Penelitian. Penelitian ini secara normal. Penentuan nilai curah hujan
bertujuan untuk menentukan awal masa dengan peluang 75% dilakukan dengan
tanam tanaman kedelai yang disesuaikan menggunakan faktor frekuensi (KT).
dengan neraca air di wilayah Kabupaten Persamaannya adalah sebagai berikut:
Minahasa Utara. (Haan, 1997).
Kontribusi Penelitian. Dari Dimana
penelitian ini diharapkan akan memberikan XT = (X + KTS)
manfaat dalam mempertimbangkan suatu XT = Nilai curah hujan yang diharapkan
rencana pemanfaatan lahan kering untuk KT = Faktor Frekuensi
tanaman kedelai dikaitkan dengan masa S = Standard Deviasi
tanam dengan pola iklim yang berlaku. X = Rataan
Metode Penelitian. Tempat dan
Waktu Penelitian. Penelitian ini Nilai KT didekati dengan persamaan
dilaksanakan di Wilayah Dumoga Distribusi Pearson Tipe III, metode ini
Kabupaten Bolaang Mongondow Propinsi disebut juga dengan metode Distribusi
Sulawesi Utara dan berlangsung selama tiga Gamma dengan tiga parameter {rataan (X),
bulan yaitu bulan Agustus sampai Oktober Standard Deviasi (S) dan “Coefficient of
2007. Skewness” (Cs)}. Coefficient of Skewness
(Cs) diperoleh dari persamaan:
Bahan Penelitian Dimana
a. Curah Hujan dan Temperatur Udara Cs = nn1=1 ∑ (Xi – X)3 / (n-1 (n-2). S3
Data curah hujan dan temperature udara Cs = “Coefficient of Skewness”
yang digunakan merupakan data Xi = Pengamatan ke –i
histories yang diambil dari Stasiun n = Jumlah Pengamatan
Klimatologi yang terletak di Dumoga S = Standard Deviasi
dan dari Kantor Dinas Pengairan
Tingkat I Propinsi Sulawesi Utara serta Nilai KT (z) untuk peluang 75%
instansi terkait lain yang mempunyai dapat diperoleh dengan menggunakan tabel
rekaman data iklim dari tahun 1981 – nilai KT untuk Distribusi Person Tipe III.
1999 (19 tahun). Analisis Neraca Air. Neraca air
b. Sifat Fisik Tanah dihitung berdasarkan neraca air klimatologi
Marky Sumampouw | Penentuan Masa Tanam pada 43
yang menggunakan metode tata buku (book hujan yang ada tidak mampu
keeping) menurut Thornthwaite dan Mather menyediakan air yang dibutuhkan
(1957). Sebagai masukan diperlukan data: vegetasi yang menutupi tanah.
1. Curah hujan harian untuk jangka waktu 4. “Accumation Potensial Water Loss”
19 tahun (APWL). Menghitung nilai akumulasi
2. Suhu rata-rata bulanan air yang hilang secara potensial dengan
3. Sifat kadar air tanah persamaan:
4. Tabel konversi dan tabel perhitungan
lainnya APWL = - n I=I∑ (P – Pec) neg
Prosedur analisis neraca air disusun Yang diputar sebanyak tiga kali hingga
menurut suatu daftar kolom isian dengan mencapai keseimbangan kadar air
perhitungan yang mengikuti langkah- tanah.
langkah sebagai berikut: 5. Kadar Air Tanah (ST). Ditentukan
1. Menyusun tabel isian neraca air 10 dengan menggunakan tabel lampiran 4
harian (decade) (Sto = 250 mm) dengan melihat nilai
2. Menentukan nilai 10 harian (decade) APWL yang ada per decade.
dari : (a) curah hujan (P); (b) Catatan: Sto ditentukan berdasarkan
Evapotranspirasi (PE); (c) Selisih antara tekstur tanah.
curah hujan (P) dan Evapotranspirasi 6. Perubahan kadar air tanah (∆ST).
(PE) (P- PE). Perubahan kadar air tanah ditentukan
Evapotranspirasi Potensial (PE) ditentukan berdasarkan: ∆ST = (ST)1. Perubahan
dengan beberapa tahapan sebagai berikut: kadar air tanah (ST) akan menunjukkan
peningkatan atau pengurangan
1. Penentuan “Heat Index” yang dikaitkan kelembaban tanah dekade per dekade.
dengan suhu bulanan rata-rata yang 7. Evapotranspirasi actual (AE). Pada
ada. decade – decade yang basah (P – PE) > 0,
I = 12I∑i untuk I = (T/5)1.514 (bulanan) maka AE = PE, sedangkan pada decade
I = Indeks bahang (heat indeks) – decade yang kering (P – PE) < 0, maka
tahunan yang merupakan penjumlahan AE = (P – I ∆STI).
indeks bahang bulanan. 8. Defisit (D). Dihitung dengan ketentuan
D = PE – AE
2. Penentuan Evapotranspirasi potensial 9. Surplus (S). Dihitung dengan ketentuan
dengan menggunakan metode empiric S = (P – PE) - ∆ST, tetapi jika P – PE
dengan aturan menurut persamaan bernilai negative berarti tidak ada
Thornthwaite dan Mather: surplus maka nilai S adalah nol (0).
PE= 1,6 F (10 T/I)a mm/bulan
T = Suhu rata-rata bulanan Penentuan Masa Tanam. Penentuan
A = (0.675 x 10-6 x I3)- (0.775 x 10-4 x I2) masa tanam didasarkan pada mulainya
+ (0.0792 x I) + 0.49239 musim penghujan untuk wilayah tersebut.
3. Perhitungan selisih antara curah hujan Hujan pertama akan jatuh pada tanah
(P) dan evapotranspirasi (PE) dapat dengan kondisi permukaannya kering dan
memberikan dua alternative yaitu: deficit air didalam profil tanah. Bila
(a) (P-PE) > 0, maka curah hujan (P) dikaitkan dengan pengerjaan tanah
adalah surplus (Positif). Jumlah air (pembibitan, pengolahan tanah) pada awal
yang lebih (Surplus) dapat musim penghujan maka jumlah dan
bermanfaat selang decade tertentu distribusi curah hujan sangat penting
dijadikan penambahan kadar air artinya.
tanah (soil moisture) serta aliran Dengan menggunakan asumsi
permukaan. kebutuhan air dalam kegiatan awal tersebut
(b) (P-PE) < 0, maka curah hujan (P) masih relative kurang maka jumlah curah
adalah deficit (Negative). Jumlah air hujan (P) yang sebanding dengan setengah
44 Jurnal Ilmiah Unklab
laju evapotranspirasi (0,5 PE) dapat hujan dari decade 1 hingga mencapai
dijadikan dasar periode awal dalam puncaknya pada decade ke 18 (129 mm)
pengerjaan tanah (FAO, 1978). Jadi untuk pada bulan Juni setelah terjadi
periode waktu dengan nilai P = 0,5 PE kecenderungan penurunan curah hujan
dijadikan sebagai dasar awal dari masa rata-rata hingga mencapai titik yang
tanam. terendah pada decade 27 (19 mm) pada
bulan september.
Hasil Penelitian Menurut Oldeman dan Darmiyati
Neraca Air Tanaman Kedelai. Dari (1975), untuk tanaman palajiwa nilai curah
hasil analisi data Neraca air tanaman hujan peluang 75% digunakan untuk
kedelai dengan menggunakan metode tata memperoleh curah hujan 100 mm atau
buku (book keeping) menurut lebih. Hasil analisis nilai curah hujan 75%
Thornthwaite, maka data dijelaskan dari stasiun meteorologi Dumoga dapat
berdasarkan 3 (tiga) komponen penting dilihat pada tabel lampiran 6. Nilai curah
neraca air sebagai berikut: hujan yang diharapkan dengan peluang
Curah Hujan. Distribusi curah hujan 75% memperlihatkan kecenderungan
wilayah Dumoga Kabupaten Bolaang mengarah pada deficit air sepanjang tahun
Mongondow telah disusun menjadi nilai 10 (P-PEc, negative, P<PEc) sehingga nilai
harian (decade) dari tahun 1981 – 1999 yang curah hujan yang diharapkan menunjukkan
secara terperinci tertera pada tabel dibawah estimasi dari keadaan yang
lampiran 5. sebenarnya.
Pada tabel ini terlihat terjadi
kecenderungan kenaikan jumlah curah
Gambar 5. Distribusi curah hujan 10 harian di wilayah Dumoga tahun 1981 – 1999
Terlihat bahwa terdapat hubungan yang tanaman kedelai selama 34 dekade dan
linier antara suhu dengan evapotranspirasi hanya 2 dekade yang mengalmi surplus air
tanaman yaitu terjadi peningkatan suhu yaitu dekade 18 dan 19 atau akhir Juni dan
akan menaikkan nilai evapotranspirasi awal Juli walaupun jumlahnya hanya
tanaman. Menurut Goldworthy dan Fisher sedikit. Hal ini juga dapat dilihat dari
(1996), ini disebabkan karena penerimaan kebutuhan air tanaman kedelai dalam
penyinaran matahari cukup besar dan evapotranspirasi potencial (Epc) dengan
energi tambahan untuk evapotranspirasi jumlah curah hujan yang ada tidak dapat
pada tanaman dapat diperoleh dari mencukupi kebutuhan air bagi tanaman
pendinginan udara panas yang kering dan (CH<PEc), tetapi yang terpenuhi hanya
dari hujan. sebesar evapotranspirasi actual (AE) atau
Dari hasil analisis data juga terlihat berada dibawah nilai Pec.
bahwa wilayah daerah Dumoga memiliki Dari tabel lampiran 9 terlihat bahwa
kadar air tanah yang rendah berkisar antara pola penyebaran kadar air tanah (ST) tidak
1 – 10 mm selama setahun, hal ini pernah mencapai harga capacitas lapang
mengakibatkan laju evapotranspirasi relatif pada peluang curah hujan 75% kadar air
tidak pernah mencapai laju potensial tanah tertinggi dicapai pada dekade 19 dan
(evapotranspirasi actual, AE). Penurunan 20 (10 mm) yaitu berawal dengan
harga evapotranspirasi actual dari dimulainya deficit air, kemudian terjadi
evapotranspirasi potencial tanaman kedelai penurunan kadar air tanah (ST) secara
jelas terlihat pada decade 1 samapi 17 dan teratur hingga mencapai nilai terendah pada
dekade 20 sampai 36, hal ini menunjukkan dekade ke 36 sampai 17 secara berturut-
bahwa selama itu pula sumber air bagi turut yaitu setinggi milimeter.
evapotranspirasi tanaman tidak terpenuhi Penentuan Awal Masa Tanam
yang diakibatkan karena rendahnya curah Kedelai di Wilayah Dumoga. Dari hasil
hujan. analisis neraca air dengan peluang curah
Perubahan Cadangan Air Tanah hujan 75% maka telah dibuat grafik masa
(Surplus dan Deficit). Dari hasil analisis tanam kedelai (Glycine mas (L) Merril)
neraca air tanaman kedelai terhadap menurut FAO diwilayah Dumoga seperti
keadaan air tanah, terlihat bahwa daerah tertera dibawah ini.
wilayah Dumoga mengalami deficit air bagi
Gambar 6. Grafik neraca air dan penentuan masa tanam kedelai di wilayah Dumoga
Dari gambar grafik diatas terlihat dekade 13 hal ini didasarkan pada curah
bahwa dari masa tanam berada pada hujan pertama yang diterima lokasi tersebut
46 Jurnal Ilmiah Unklab
di atas 0,5 PEc, dimana terdapat suatu besar. Dari data yang ada terlihat bahwa
indikasi bahwa keadaan curah hujan pada jumlah curah hujan maupun kondisi air
awal musim penghujan secara bertahap tanah yang ada pada periode tersebut tidak
akan naik jumlahnya hingga mencapai dapat memenuhi kebutuhan air tanaman
keadaan suatu periode tertentu yang akan kedelai maka diperlukan penambahan air
sebanding dengan laju evapotranspirasi dari luar baik melalui irigasi atau yang
potensial yang ada. Ketentuan awal masa lainnya sehingga kebutuhan air pada
tanam ini didasarkan pada jumlah periode kritis dapat terpenuhi.
kelembaban yang dibutuhkan pada awal Menurut Doorenboss dan Pruitt
pertumbuhan tanaman relatif dibawah laju (1977), kebutuhan air tanaman kedelai
evapotranspirasi secara penuh dan pada adalah 300 – 350 mm/musim. Bila dilihat
keadaan yang berbahaya (kritis) bagi data curah hujan yang terjadi di wilayah
pertumbuhan tanaman bila kadar air berada Dumoga dari tahun 1981 – 1999 (lampiran
dibawah 0,5 PEc (FAO, 1978). 5) maka ada beberapa kemungkinan
Periode terjadinya basah nyata sehingga daerah ini dijadikan centra
berlangsung pada dekade 18 dan 19 dimana tanaman kedelai untuk Propinsi Sulawesi
CH>PEc dan juga terjadinya surplus air. Utara berdasarkan kebutuhan air tanaman
Apabila awal masa tanam berlangsung kedelai: (1). Wilayah ini memiliki dua buah
pada dekade 13 maka diharapkan pada saat bendungan yaitu Kasinggolan dan Torout
tanaman kedelai berumur 35 hari, dimana yang mampu mengairi ribuan hektar
pada umur ini tanaman kedelai (Varitas tanaman kedelai yang kekurangan air
Willis) membutuhkan air yang cukup dengan tingkat produksi yang lebih tinggi.
banyak untuk proses pengisian polong (2). Daerah yang tidak terjangkau dengan
yaitu 124 -143 mm (Doorenboss dan Pruitt, air irigasi dan hanya mengharapkan air dari
1977). curah hujan. Bila dilihat dari data curah
Bila dibandingkan daerah hujan maka terdapat tahun-tahun tertentu
Kabupaten Gorontalo khususnya yang jumlah curah hujannya mencukupi
Kecamatan Kabila yang memiliki tipe iklim untuk diadakan penanaman kedelai tanpa
yang sama dengan wilayah Dumoga yaitu adanya air irigasi, namun pada tahun
tipe iklim E1 maka Kabupaten Gorontalo dimana terjadi kekurangan air maka terjadi
memiliki awal masa tanam tanaman kedelai penururan kualitas dan produksi.
pada akhir bula April dengan masa tanam Berkaitan dengan kebutuhan air
lebih pendek yaitu sampai pertengahan bagi tanaman kedelai, Ismail dan Effendi
bulan Juni. Keadaan ini menunjukkan (1985) mengatakan kekurangan air pada
bahwa jumlah curah hujan di wilayah fase pertumbuhan kedelai mempengaruhi
Dumoga lebih banyak dibandingkan hasil, namun yang paling besar adalah pada
dengan Kecamatan Kabila Kabupaten waktu pengisian polong. Kekurangan air
Gorontalo. pada fase pembuangan mengakibatkan
Berdasarkan hasil survei di banyak bunga dan polong gugur. Bila
lapangan diketahui bahwa para petani kekurangan air tidak terlalu gawat dan
menerapkan masa tanam disembarang tidak terlalu lama terjadi pada awal
waktu dengan kurang memperhatikan pola pembungaan, kemudian tanaman
curah hujan di wilayah tersebut, sehingga mendapat curah hujan cukup maka bunga
produksi tanaman kedelai variatas willis dan polong yang baru masih dapat
hanya 1,38 ton/ha. Produksi ini masih dibentuk setelah tanaman mendapat air
dibawah dari yang diharapkan dari variatas hujan cukup. Kekurangan air pada fase
ini yaitu 1,6 ton/ha. Hal ini disebabkan pengisian polong berakibat biji-biji yang
karena kebutuhan air yang tidak dihasilkan berukuran kecil serta
mencukupi. Pramudia (1989) menyatakan memperpendek periode pengisian polong.
bahwa kedelai sangat sensitif terhadap air
tanah selama periode pengisian polong
sehingga memerlukan tekanan air lebih
Marky Sumampouw | Penentuan Masa Tanam pada 47