Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmiah Unklab Vol 15. No.

1 Juni 2011
ISSN: 1411-4372

Penentuan Masa Tanam Pada Lahan Kering Berdasarkan Neraca Air


di Kabupaten Bolaang Mongondow

Marky Sumampouw*
Fakultas Pertanian Universitas Klabat

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Dumoga Kabupaten Bolaang Mongondow Propinsi


Sulawesi Utara. Metode Penelitian adalah analisis data dengan menggunakan data sekunder dengan
analisis Curah Hujan. Sebagai komponen memasukkan pada neraca air yaitu curah hujan 10 harian
yang dianalisis dengan metode analisis frekuensi dengan asumsi pola curah hujan tidak menyebar
secara normal. Penentuan nilai curah hujan dengan peluang 75% dilakukan dengan menggynakan
faktor frekuensi (KT). Dari hasil analisis data juga terlihat bahwa wilayah daerah Dumoga memiliki
kadar air tanah yang rendah berkisar antara 1 – 10 mm selama setahun, hal ini mengakibatkan laju
evapotranspirasi actual dari evapotranspirasi potencial tanaman kedelai jelas terlihat pada dekade 1
sampai 17 dan dekade 20 sampai 36, hal ini menunjukkan bahwa selama itu pula sumber air bagi
evapotranspirasi tanaman tidak terpenuhi yang diakibatkan karena rendahnya curah hujan.
Perubahan Cadangan Air Tanah (Surplus dan Deficit). Dari hasil analisis neraca air tanaman kedelai
terdapat keadaan air tanah, terlihat bahwa daerah wilayah Dumoga mengalami deficit air bagi
tanaman kedelai selama 34 dekade dan hanya 2 dekade yang mengalami surplus air yaitu dekade 18
dan 19 atau akhir Juni dan awal Juli walaupun jumlahnya hanya sedikit. Hal ini juga dapat dilihat
dari kebutuhan air tanaman kedelai dalam evapotranspirasi potencial (Epc) dengan jumlah curah
hujan yang ada tidak dapat mencukupi kebutuhan air bagi tanaman (CH<PEc), tetapi yang terpenuhi
hanya sebesar evapotranspirasi actual (AE) atau berada dibawah nilai Pec.

Key words: evapotranspirasi, kedelai, curah hujan, neraca air

LATAR BELAKANG dalam memnuhi kebutuhan air tanaman


terutama tanaman semusim yang peka
Untuk pertumbuhan maksimum terhadap cekaman kekeringan. Oleh sebab
tanaman kedelai memerlukan suatu itu pembangunan pertanian lahan kering
kombinasi faktor-faktor lingkungan. Bila yang ada harus dilaksanakan dengan
kombinasi tersebut tidak optimal maka penerapan ilmu pengetahuan dan berbagai
manusia akan berusaha memodifikasi teknologi yang tepat untuk memperoleh
dalam hal kemampuannya, agar produksi hasil yang optimal.
maksimum dapat dicapai. Dari faktor-faktor Pada umumnya lahan kering yang
lingkungan yang mempengaruhi dapat memberikan hasil berasal dari lahan–
pertumbuhan tanaman kedelai jumlah air lahan marginal yang kurang produki serta
tersedia merupakan faktor yang terpenting. belum dikuasainya difat lahan tersebut serta
Walaupun factor tanah dan potensi iklimnya. Masinambouw (1991)
biologis memungkinkan, tetapi tidak semua mengemukakan bahwa secara umum
lahan dapat ditanami sepanjang tahun pertanian pada lahan kering tidak cukup
karena beragamnya faktor iklim. Curah tersedia air terutama pada musim kemarau.
hujan dan ketersediaan air dalam tanah Wilayah Dumoga merupakan daerah
merupakan dua faktor yang sangat penting pertanian yang agak kritis dari segi iklim
karena memiliki bulan kering dua sampar
tiga bulan berturut-turut (tipe iklim E
* alamat koresponding: menurut Oldeman dan Syarifudin 1977),
dimana curah hujan sangat terbatas, periode
40 Jurnal Ilmiah Unklab

air tersedia untuk tanaman terlalu singkat meningkatkan keberhasilan pertumbuhan


dan tanaman mengalami kekurangan air. dan produksi.
Ketidaktahuan petani terhadap tingkah laku Curah Hujan. Dari berbagai macam
iklim khususnya curah hujan dapat unsur iklim yang penting bagi
mengakibatkan petani menanam pertumbuhan tanaman didaerah tropis
disembarang waktu sehingga hal ini dapat maka curah hujan memegang peranan yang
mengakibatkan kegagalan matang dalam sangat vital. Curah hujan disini diartikan
pengembangan pertanian diwilayah sebagai jumlah air yang jatuh dipermukaan
tersebut. tanah selama periode waktu tertentu dan
Penetuan waktu tanam merupakan diukur dengan suatu ketinggian diatas
suatu perencanaan yang menentukan suatu permukaan horizontal.
keberhasilan kegiatan pertanian disuatu Hujan pada dasarnya merupakan
daerah. Perencanaan tersebut dilakukan salah satu bentuk pengembalian air yang
melalui suatu analisis dengan telah diuapkan ke atmosfer menuju ke
memperhitungkan potensi ketersediaan air permukaan bumi. Udara yang naik dan
bagi tanaman dan peimbangan antara melewati ketinggian tertentu akan
keduanya. berkondensansi dan terbentuklah awan dan
Sehubungan dengan makin selanjutnya menghasilkan hujan. Tidak
pentingnya faktor iklim tersebut dalam semua awan dapat menghasilkan hujan,
kaitannya dengan kegiatan pertanian lahan kadang-kadang butir awan tersebut terlalu
kering di wilayah Kabupaten Minahasa kecil ukurannya untuk dapat jatuh sebagai
Utara maka perlu dilaksanakan suatu hujan. Bila ukurannya cukup besar sehingga
penelitian penentuan awal masa tanam memiliki kecepatan jatuh sebgai hujan. Bila
tanaman kedelai yang berdasarkan pada ukurannya cukup besar sehingga memiliki
penilaian pola curah hujan serta air lahan kecepatan jatuh yang dapat melawan aliran
untuk periode tertentu. udara keatas maka butir-butir air es tersebut
Perumusan Masalah. Kabupaten akan jatuh sebagai hujan (Rogers, 1983).
Bolaang Monggondow merupakan daerah Dalam menganalisa pola curah hujan
yang rentan terhadap kekeringan. Hal ini suatu daerah maka total curah hujan selama
terlihat dari Tipe Iklim E yang dimiliki. 10 hari telah digunakan secara luas oleh
Keadaan dilapangan menunjukan sering para peneliti (Goldworthy dan Fisher, 1996).
gagalnya sejumlah tanaman semusim yang Analisis peluang hujan melampaui nilai
ditanam pada waktu-waktu tertentu karena tertentu lebih berguna dari pada analisis
kekurangan air untuk pertumbuhan, rata-rata hujan bulanan dalam menaksir
sehingga diperlukan penetuan waktu yang potensi hujan suatu daerah. Menurut
tpat umtuk penanaman tanaman semusim Oldeman dan Darmiyat (1997), jumlah
tersebut. curah hujan untuk pertumbuhan dan
Konsep neraca air merupakan salah produksi tanaman adalah yang didasarkan
satu metode yang dikembangkan pada kejadian peluang hujan 75%.
berdasarkan kombinasi historical research Kebutuhan Air Bagi Tanaman. Di
dan keadaan tanah pada suatu wilayah. daerah tropis, tanaman sangat dipengaruhi
Historical research dengan mengambil data oleh factor lingkungan yaitu faktor iklim
curah hujan dan suhu udara selama 20 yang ada antara lain curah hujan, radiasi,
tahun kemudian dianalisa. Pengambilan angina dan lain-lain factor. Tetapi untuk
sample tanah pada tiap kecamatan dan terutama tanaman yang tumbuh di daerah
menganalisanya dilaboratorium untuk relative kering maka factor air sangat
menentukan kapasiatas menahan air. Data penting artinya. Manfaat air menurut
ketinggian tampat diperlukan untuk Grdner et.al, (1985) adalah:
menunjang pemelitian ini. Hasil penelitian Pelarut dan medium untuk reaksi
ini diharapkan akan memperoleh waktu kimia; Medium untuk transpor; Medium
yang tepat untuk menanam tanaman yang memberikan turgor pada sel tanaman;
semusim dalam tahun sehingga dapat Hidrasi dan netralisasi muatan pada
Marky Sumampouw | Penentuan Masa Tanam pada 41

molekul-molekul koloid. Untuk enzim, air Siklus hidrologi ini atau disebut juga
hidrasi membantu memelihara struktur dan siklus air sebenarnya merupakan rangkaian
memudahkan fungsi katalisis; Bahan baku peristiwa yang terjadi dengan air dari saat
untuk fotosintesis, proses hidrolisis dan jatuh kepermukaan hingga menguap ke
reaksi – reaksi kimia lainnya dalam udara untuk kemudian jatuh kembali
tumbuhan; Evapotranspirasi air untuk kebumi. Pada saat berada di bumi, air
mendinginkan permukaan tanaman. tersebut mengulang secara terus menerur
Kebutuhan air bagi tanaman melalui sirkulasi penguapan, presipitasi dan
dua proses yaitu transpirasi, yakni air yang pengaliran keluar (Takeda dan
memenuhi daerah perakaran tanaman dan Sosrodarsono, 1985).
digunakan untuk membentuk jaringan Dalam bidang pertanian yang
tanaman dan yang dilepaskan melalui dikaitkannya dengan tanah (fisik tanah),
daun-daun ke atmosfer, dan evaporasi, yaitu bahwa neraca air merupakan suatu
yakni air yang menguap dari tanah yang pernyataan yang terperinci dari hukum
berdekatan atau dari permukaan daun kekekalan massa. Secara sederhana
tanaman. Jadi pada prinsipnya kebutuhan dinyatakannya bahwa massa tidak dapat
air tanaman adalah evapotranspirasi. dihasilkan atau dikurangi, tetapi hanya
Meskipun evaporasi dan transpirasi terjadi dapat berubah dari suatu bentuk atau
melalui jalur yang berbeda, keduanya tempat kebentuk atau tempat yang lain.
merupakan proses evaporasi (James, 1988). Oleh karena itu, kandungan air dari suatu
Jacob (1979) mendefinisikan volume tanah tertentu tidak dapat
evapotranspirasi sebagai suatu kombinasi meningkat tanpa penambahan air dari luar
proses dari evaporasi dari permukaan tanah atau tidak dapat berkurang tanpa
dan proses transpirasi dari vegetasi, pengurangan (evaporasi ke atmosfer atau
sedangkan evapotranspirasi potensial perkolasi kedalam lapisan tanah) (Hillel,
sebagai jumlah uap air maksimum yang 1980).
bertambah di atmosfer pada suatu kondisi Jackson (1989) mengemukakan
meteorology tertentu dari suatu vegetasi bahwa neraca air bermanfaat untuk : (1)
hijau sebagai penutup permukaan tanah melengkapi gambaran umum dari keadaan
tanpa terjadi pengurangan air. air pada suatu daerah (presipitasi,
Evapotranspirasi dari permukaan tanah evapotranspirasi, kandungan dan
tersebut terutama dipengaruhi oleh radiasi perubahan kelembaban tanah); (2) model
yang tiba di permukaan, tetapi dibatasi oleh yang dapat digunakan untuk menyelidiki
laju gerakan air permukaan yang hubungan curah hujan dan limpasan (run-
berevaporasi. Oleh sebab itu off); (3) menilai kemampuan suatu daerah
evapotranspirasi dari permukaan alami untuk ditanami melalui pendugaan
merupakan suatu kejadian fisik dimana air kebutuhan air bagi tanaman; (4) menguji
menguap dan angkut ke atmosfer. Lebih hubungan iklim/cuaca dengan hasil
lanjut dijelaskan bahwa jumlah energi yang produksi tanaman; (5) memperkirakan atau
diperlukan untuk mengevaporasi 1 cm3 air menilai manusia terhadap lingkungan
adalah 597 kalori. hidrologi.
Neraca Air. Bahan air yang Masa Tanam. Dalam kaitannya
dibutuhkan tanaman pada dasarnya dengan pola tanam, FAO (1978) telah
merupakan bahan yang dipermukaan bumi membut suatu criteria masa tanam sebagai
dalam keadaan dinamis, yakni selalu selang waktu dalam setahun dengan hujan
mengalami perubahan dari fase padat, cair lebih besar dari 0.5PE (evapotranspirasi
dan gas (uap). Disamping itu air tersebut potensial) ditambah waktu yang
akan mengalami perubahan bentuk sesuai dibutuhkan untuk menguapkan air setinggi
dengan tempat dimana air tersebut berada. 100 mm yang dianggap masih tersimpan
Proses ini menyebabkan air dalam sistem dalam profil tanah pada akhir musim hujan
bumi – atmosfer membentuk suatu siklus selah hujan sama atau mendekati 0.5 PE.
yang disebut siklus hidrologi. Disamping itu diperlukan suatu criteria
42 Jurnal Ilmiah Unklab

untuk menentukan jumlah curah hujan Data sifat fisik tanah merupakan data
normal yang dibutuhkan tanaman untuk penunjang untuk penentuan
waktu tertentu terutama pada lahan kering. kemampuan tanah mengandung air
Kebutuhan Air Bagi Tanaman (Water Holding Capacity) yang
Kedelai. Pengetahuan tentang kebutuhan ditentukan dengan mengetahui tipe
air kedelai berguna dalam menentukan tanah di Wilayah Kabupaten Minahasa
waktu tanam dan pengelolaan konservasi Utara.
air didaerah lahan kering. Pramudia (1989) c. Data Ketinggian Tempat
menyatakan bahwa kebutuhan air harian Data ketinggian tempat wilayah
terbanyak untuk kedelai adalah 8,5 mm. Kabupaten Minahasa Utara digunakan
Doorenboss dan Pruitt (1975) menyatakan untuk membantu menentukan nilai
evapotranspirasi musiman untuk berbagai evapotranspirasi potensial.
tanaman, tergantung iklim, fisiologi dan
perbedaan morfologi sepanjang musim Metode Penelitian. Metode analisis
tanam. Evapotranspirasi ini untuk tanaman data dengan menggunakan data sekunder
kedelai 450-825 mm/musim. Sedangkan dengan analisi sebagai berikut:
kebutuhan air tanaman kedelai yaitu 300- Analisa Curah Hujan. Sebagai
350 mm/musim. Menurut Doorenboss dan komponen masukkan pada neraca air yaitu
Pruitt (1977) kebutuhan air kedelai umur curah hujan 10 harian yang dianalisis
sedang (85 hari) pada fase pembuangan dengan metode analisis frekuensi dengan
sampai pengisian polong yaitu 124-143 mm. asumsi pola curah hujan tidak menyebar
Tujuan Penelitian. Penelitian ini secara normal. Penentuan nilai curah hujan
bertujuan untuk menentukan awal masa dengan peluang 75% dilakukan dengan
tanam tanaman kedelai yang disesuaikan menggunakan faktor frekuensi (KT).
dengan neraca air di wilayah Kabupaten Persamaannya adalah sebagai berikut:
Minahasa Utara. (Haan, 1997).
Kontribusi Penelitian. Dari Dimana
penelitian ini diharapkan akan memberikan XT = (X + KTS)
manfaat dalam mempertimbangkan suatu XT = Nilai curah hujan yang diharapkan
rencana pemanfaatan lahan kering untuk KT = Faktor Frekuensi
tanaman kedelai dikaitkan dengan masa S = Standard Deviasi
tanam dengan pola iklim yang berlaku. X = Rataan
Metode Penelitian. Tempat dan
Waktu Penelitian. Penelitian ini Nilai KT didekati dengan persamaan
dilaksanakan di Wilayah Dumoga Distribusi Pearson Tipe III, metode ini
Kabupaten Bolaang Mongondow Propinsi disebut juga dengan metode Distribusi
Sulawesi Utara dan berlangsung selama tiga Gamma dengan tiga parameter {rataan (X),
bulan yaitu bulan Agustus sampai Oktober Standard Deviasi (S) dan “Coefficient of
2007. Skewness” (Cs)}. Coefficient of Skewness
(Cs) diperoleh dari persamaan:
Bahan Penelitian Dimana
a. Curah Hujan dan Temperatur Udara Cs = nn1=1 ∑ (Xi – X)3 / (n-1 (n-2). S3
Data curah hujan dan temperature udara Cs = “Coefficient of Skewness”
yang digunakan merupakan data Xi = Pengamatan ke –i
histories yang diambil dari Stasiun n = Jumlah Pengamatan
Klimatologi yang terletak di Dumoga S = Standard Deviasi
dan dari Kantor Dinas Pengairan
Tingkat I Propinsi Sulawesi Utara serta Nilai KT (z) untuk peluang 75%
instansi terkait lain yang mempunyai dapat diperoleh dengan menggunakan tabel
rekaman data iklim dari tahun 1981 – nilai KT untuk Distribusi Person Tipe III.
1999 (19 tahun). Analisis Neraca Air. Neraca air
b. Sifat Fisik Tanah dihitung berdasarkan neraca air klimatologi
Marky Sumampouw | Penentuan Masa Tanam pada 43

yang menggunakan metode tata buku (book hujan yang ada tidak mampu
keeping) menurut Thornthwaite dan Mather menyediakan air yang dibutuhkan
(1957). Sebagai masukan diperlukan data: vegetasi yang menutupi tanah.
1. Curah hujan harian untuk jangka waktu 4. “Accumation Potensial Water Loss”
19 tahun (APWL). Menghitung nilai akumulasi
2. Suhu rata-rata bulanan air yang hilang secara potensial dengan
3. Sifat kadar air tanah persamaan:
4. Tabel konversi dan tabel perhitungan
lainnya APWL = - n I=I∑ (P – Pec) neg

Prosedur analisis neraca air disusun Yang diputar sebanyak tiga kali hingga
menurut suatu daftar kolom isian dengan mencapai keseimbangan kadar air
perhitungan yang mengikuti langkah- tanah.
langkah sebagai berikut: 5. Kadar Air Tanah (ST). Ditentukan
1. Menyusun tabel isian neraca air 10 dengan menggunakan tabel lampiran 4
harian (decade) (Sto = 250 mm) dengan melihat nilai
2. Menentukan nilai 10 harian (decade) APWL yang ada per decade.
dari : (a) curah hujan (P); (b) Catatan: Sto ditentukan berdasarkan
Evapotranspirasi (PE); (c) Selisih antara tekstur tanah.
curah hujan (P) dan Evapotranspirasi 6. Perubahan kadar air tanah (∆ST).
(PE) (P- PE). Perubahan kadar air tanah ditentukan
Evapotranspirasi Potensial (PE) ditentukan berdasarkan: ∆ST = (ST)1. Perubahan
dengan beberapa tahapan sebagai berikut: kadar air tanah (ST) akan menunjukkan
peningkatan atau pengurangan
1. Penentuan “Heat Index” yang dikaitkan kelembaban tanah dekade per dekade.
dengan suhu bulanan rata-rata yang 7. Evapotranspirasi actual (AE). Pada
ada. decade – decade yang basah (P – PE) > 0,
I = 12I∑i untuk I = (T/5)1.514 (bulanan) maka AE = PE, sedangkan pada decade
I = Indeks bahang (heat indeks) – decade yang kering (P – PE) < 0, maka
tahunan yang merupakan penjumlahan AE = (P – I ∆STI).
indeks bahang bulanan. 8. Defisit (D). Dihitung dengan ketentuan
D = PE – AE
2. Penentuan Evapotranspirasi potensial 9. Surplus (S). Dihitung dengan ketentuan
dengan menggunakan metode empiric S = (P – PE) - ∆ST, tetapi jika P – PE
dengan aturan menurut persamaan bernilai negative berarti tidak ada
Thornthwaite dan Mather: surplus maka nilai S adalah nol (0).
PE= 1,6 F (10 T/I)a mm/bulan
T = Suhu rata-rata bulanan Penentuan Masa Tanam. Penentuan
A = (0.675 x 10-6 x I3)- (0.775 x 10-4 x I2) masa tanam didasarkan pada mulainya
+ (0.0792 x I) + 0.49239 musim penghujan untuk wilayah tersebut.
3. Perhitungan selisih antara curah hujan Hujan pertama akan jatuh pada tanah
(P) dan evapotranspirasi (PE) dapat dengan kondisi permukaannya kering dan
memberikan dua alternative yaitu: deficit air didalam profil tanah. Bila
(a) (P-PE) > 0, maka curah hujan (P) dikaitkan dengan pengerjaan tanah
adalah surplus (Positif). Jumlah air (pembibitan, pengolahan tanah) pada awal
yang lebih (Surplus) dapat musim penghujan maka jumlah dan
bermanfaat selang decade tertentu distribusi curah hujan sangat penting
dijadikan penambahan kadar air artinya.
tanah (soil moisture) serta aliran Dengan menggunakan asumsi
permukaan. kebutuhan air dalam kegiatan awal tersebut
(b) (P-PE) < 0, maka curah hujan (P) masih relative kurang maka jumlah curah
adalah deficit (Negative). Jumlah air hujan (P) yang sebanding dengan setengah
44 Jurnal Ilmiah Unklab

laju evapotranspirasi (0,5 PE) dapat hujan dari decade 1 hingga mencapai
dijadikan dasar periode awal dalam puncaknya pada decade ke 18 (129 mm)
pengerjaan tanah (FAO, 1978). Jadi untuk pada bulan Juni setelah terjadi
periode waktu dengan nilai P = 0,5 PE kecenderungan penurunan curah hujan
dijadikan sebagai dasar awal dari masa rata-rata hingga mencapai titik yang
tanam. terendah pada decade 27 (19 mm) pada
bulan september.
Hasil Penelitian Menurut Oldeman dan Darmiyati
Neraca Air Tanaman Kedelai. Dari (1975), untuk tanaman palajiwa nilai curah
hasil analisi data Neraca air tanaman hujan peluang 75% digunakan untuk
kedelai dengan menggunakan metode tata memperoleh curah hujan 100 mm atau
buku (book keeping) menurut lebih. Hasil analisis nilai curah hujan 75%
Thornthwaite, maka data dijelaskan dari stasiun meteorologi Dumoga dapat
berdasarkan 3 (tiga) komponen penting dilihat pada tabel lampiran 6. Nilai curah
neraca air sebagai berikut: hujan yang diharapkan dengan peluang
Curah Hujan. Distribusi curah hujan 75% memperlihatkan kecenderungan
wilayah Dumoga Kabupaten Bolaang mengarah pada deficit air sepanjang tahun
Mongondow telah disusun menjadi nilai 10 (P-PEc, negative, P<PEc) sehingga nilai
harian (decade) dari tahun 1981 – 1999 yang curah hujan yang diharapkan menunjukkan
secara terperinci tertera pada tabel dibawah estimasi dari keadaan yang
lampiran 5. sebenarnya.
Pada tabel ini terlihat terjadi
kecenderungan kenaikan jumlah curah

Gambar 5. Distribusi curah hujan 10 harian di wilayah Dumoga tahun 1981 – 1999

Evapotranspirasi Tanaman Kedelai. tabel lampiran 8. Nilai Pec bulanan tersebut


Penentuan nilai evapotranspirasi potensial akan dimasukkan kedalam tabel
menggunakan metode Thornthwaite dengan perhitungan neraca air setelah dikalikan
criteria adalah suhu udara (lampiran 7). masing-masing dengan susunan 10 harian
Untuk evapotranspirasi potensial (PE) baku (Lampiran 1).
dikoreksi dengan nilai koefisien rata-rata Evapotranspirasi potensial tanaman
tanaman kedelai (kc) yaitu sebesar 0,8. tertinggi yaitu 48 mm/decade yang terjadi
Secara terinci nilai Pec bulanan untuk lokasi pada bulan Desember dan evapotranspirasi
penelitian di wilayah Dumoga Kabupaten potensial tanaman yang terendah yaitu 27
Bolaang Mongondow dapat dilihat pada mm/decade terjadi pada bulan Februari.
Marky Sumampouw | Penentuan Masa Tanam pada 45

Terlihat bahwa terdapat hubungan yang tanaman kedelai selama 34 dekade dan
linier antara suhu dengan evapotranspirasi hanya 2 dekade yang mengalmi surplus air
tanaman yaitu terjadi peningkatan suhu yaitu dekade 18 dan 19 atau akhir Juni dan
akan menaikkan nilai evapotranspirasi awal Juli walaupun jumlahnya hanya
tanaman. Menurut Goldworthy dan Fisher sedikit. Hal ini juga dapat dilihat dari
(1996), ini disebabkan karena penerimaan kebutuhan air tanaman kedelai dalam
penyinaran matahari cukup besar dan evapotranspirasi potencial (Epc) dengan
energi tambahan untuk evapotranspirasi jumlah curah hujan yang ada tidak dapat
pada tanaman dapat diperoleh dari mencukupi kebutuhan air bagi tanaman
pendinginan udara panas yang kering dan (CH<PEc), tetapi yang terpenuhi hanya
dari hujan. sebesar evapotranspirasi actual (AE) atau
Dari hasil analisis data juga terlihat berada dibawah nilai Pec.
bahwa wilayah daerah Dumoga memiliki Dari tabel lampiran 9 terlihat bahwa
kadar air tanah yang rendah berkisar antara pola penyebaran kadar air tanah (ST) tidak
1 – 10 mm selama setahun, hal ini pernah mencapai harga capacitas lapang
mengakibatkan laju evapotranspirasi relatif pada peluang curah hujan 75% kadar air
tidak pernah mencapai laju potensial tanah tertinggi dicapai pada dekade 19 dan
(evapotranspirasi actual, AE). Penurunan 20 (10 mm) yaitu berawal dengan
harga evapotranspirasi actual dari dimulainya deficit air, kemudian terjadi
evapotranspirasi potencial tanaman kedelai penurunan kadar air tanah (ST) secara
jelas terlihat pada decade 1 samapi 17 dan teratur hingga mencapai nilai terendah pada
dekade 20 sampai 36, hal ini menunjukkan dekade ke 36 sampai 17 secara berturut-
bahwa selama itu pula sumber air bagi turut yaitu setinggi milimeter.
evapotranspirasi tanaman tidak terpenuhi Penentuan Awal Masa Tanam
yang diakibatkan karena rendahnya curah Kedelai di Wilayah Dumoga. Dari hasil
hujan. analisis neraca air dengan peluang curah
Perubahan Cadangan Air Tanah hujan 75% maka telah dibuat grafik masa
(Surplus dan Deficit). Dari hasil analisis tanam kedelai (Glycine mas (L) Merril)
neraca air tanaman kedelai terhadap menurut FAO diwilayah Dumoga seperti
keadaan air tanah, terlihat bahwa daerah tertera dibawah ini.
wilayah Dumoga mengalami deficit air bagi

Gambar 6. Grafik neraca air dan penentuan masa tanam kedelai di wilayah Dumoga

Dari gambar grafik diatas terlihat dekade 13 hal ini didasarkan pada curah
bahwa dari masa tanam berada pada hujan pertama yang diterima lokasi tersebut
46 Jurnal Ilmiah Unklab

di atas 0,5 PEc, dimana terdapat suatu besar. Dari data yang ada terlihat bahwa
indikasi bahwa keadaan curah hujan pada jumlah curah hujan maupun kondisi air
awal musim penghujan secara bertahap tanah yang ada pada periode tersebut tidak
akan naik jumlahnya hingga mencapai dapat memenuhi kebutuhan air tanaman
keadaan suatu periode tertentu yang akan kedelai maka diperlukan penambahan air
sebanding dengan laju evapotranspirasi dari luar baik melalui irigasi atau yang
potensial yang ada. Ketentuan awal masa lainnya sehingga kebutuhan air pada
tanam ini didasarkan pada jumlah periode kritis dapat terpenuhi.
kelembaban yang dibutuhkan pada awal Menurut Doorenboss dan Pruitt
pertumbuhan tanaman relatif dibawah laju (1977), kebutuhan air tanaman kedelai
evapotranspirasi secara penuh dan pada adalah 300 – 350 mm/musim. Bila dilihat
keadaan yang berbahaya (kritis) bagi data curah hujan yang terjadi di wilayah
pertumbuhan tanaman bila kadar air berada Dumoga dari tahun 1981 – 1999 (lampiran
dibawah 0,5 PEc (FAO, 1978). 5) maka ada beberapa kemungkinan
Periode terjadinya basah nyata sehingga daerah ini dijadikan centra
berlangsung pada dekade 18 dan 19 dimana tanaman kedelai untuk Propinsi Sulawesi
CH>PEc dan juga terjadinya surplus air. Utara berdasarkan kebutuhan air tanaman
Apabila awal masa tanam berlangsung kedelai: (1). Wilayah ini memiliki dua buah
pada dekade 13 maka diharapkan pada saat bendungan yaitu Kasinggolan dan Torout
tanaman kedelai berumur 35 hari, dimana yang mampu mengairi ribuan hektar
pada umur ini tanaman kedelai (Varitas tanaman kedelai yang kekurangan air
Willis) membutuhkan air yang cukup dengan tingkat produksi yang lebih tinggi.
banyak untuk proses pengisian polong (2). Daerah yang tidak terjangkau dengan
yaitu 124 -143 mm (Doorenboss dan Pruitt, air irigasi dan hanya mengharapkan air dari
1977). curah hujan. Bila dilihat dari data curah
Bila dibandingkan daerah hujan maka terdapat tahun-tahun tertentu
Kabupaten Gorontalo khususnya yang jumlah curah hujannya mencukupi
Kecamatan Kabila yang memiliki tipe iklim untuk diadakan penanaman kedelai tanpa
yang sama dengan wilayah Dumoga yaitu adanya air irigasi, namun pada tahun
tipe iklim E1 maka Kabupaten Gorontalo dimana terjadi kekurangan air maka terjadi
memiliki awal masa tanam tanaman kedelai penururan kualitas dan produksi.
pada akhir bula April dengan masa tanam Berkaitan dengan kebutuhan air
lebih pendek yaitu sampai pertengahan bagi tanaman kedelai, Ismail dan Effendi
bulan Juni. Keadaan ini menunjukkan (1985) mengatakan kekurangan air pada
bahwa jumlah curah hujan di wilayah fase pertumbuhan kedelai mempengaruhi
Dumoga lebih banyak dibandingkan hasil, namun yang paling besar adalah pada
dengan Kecamatan Kabila Kabupaten waktu pengisian polong. Kekurangan air
Gorontalo. pada fase pembuangan mengakibatkan
Berdasarkan hasil survei di banyak bunga dan polong gugur. Bila
lapangan diketahui bahwa para petani kekurangan air tidak terlalu gawat dan
menerapkan masa tanam disembarang tidak terlalu lama terjadi pada awal
waktu dengan kurang memperhatikan pola pembungaan, kemudian tanaman
curah hujan di wilayah tersebut, sehingga mendapat curah hujan cukup maka bunga
produksi tanaman kedelai variatas willis dan polong yang baru masih dapat
hanya 1,38 ton/ha. Produksi ini masih dibentuk setelah tanaman mendapat air
dibawah dari yang diharapkan dari variatas hujan cukup. Kekurangan air pada fase
ini yaitu 1,6 ton/ha. Hal ini disebabkan pengisian polong berakibat biji-biji yang
karena kebutuhan air yang tidak dihasilkan berukuran kecil serta
mencukupi. Pramudia (1989) menyatakan memperpendek periode pengisian polong.
bahwa kedelai sangat sensitif terhadap air
tanah selama periode pengisian polong
sehingga memerlukan tekanan air lebih
Marky Sumampouw | Penentuan Masa Tanam pada 47

KESIMPULAN Jackson, I J. (1989). Climate. Water Adn


Agriculture in the Tropics. London,
Berdasarkan hasil penelitian serta New York: Longman Scientific and
analisis neraca air dengan peluang 75% di Technical. 377 pp.
wilayah Dumoga Kabupaten Bolaang Jacob, B. (1979). Water Resources and
Mongondow maka di peroleh awal masa Environmental Engineering. New
tanam tanaman kedelai (Glycine max (L) York: McGraw-Hill, Inc. 569 pp.
Merril) berada pada dekade 13 dengan James, L G. (1988). Principles of Farm
masa tanam (growing period) yang pendek Irrigation System Design. London,
karena jumlah curah hujan yang tidak New York: John Wiley and Son Inc.
mencukupi. Berdasarkan hasil penelitian 534 pp.
ini perlu dilakukan pengujian dilapangan Masinambouw, E. (1991). Penentuan Pola
untuk memperoleh keakuratan dari hasil Tanam Lahan Kering Berdasarkan
penelitian ini. Curah Hujan dan Neraca Air di
Kabupaten Minahasa Propinsi Sulawesi
DAFTAR PUSTAKA Utara. Thesis. Bogor: Fakultas Pasca
Sarjana Institut Pertanian Bogor. 154
Doorenboss, J., & Pruitt. (1975). Guideliness pp.
of Predicting Crops Water Requirement Oldeman, L R.,& Suardi, D. (1977). Climate
Revised. Irrigation and Drainage Determinants of Relation to Cropping
paper no. 24 FAO, Rome 179 pp. Pattern In Symphosium on Cropping
F.A.O. (1978). Report on the Agroecological System Research and Development for
Zones Projet. FAO Vol 1. Rome : The Asian Rice Farmers. Los Banos,
Method and Result for Africa. 158 Philippines: IRRI.
pp. Pramudia, A. (1989). Perhitungan Neraca Air
Gardner, F P R B. Pearce., & Mithail, R L. Tanah Untuk Membuat Perencanaan
(1985). Physiology of Crop Planis. Musim Tanam Kedelai (Gylcine max (I)
Lowa: The Lowa State University Merr) Kecamatan Sagaranten di
Press. 428 pp. Kabupaten Sukabumi. Tessis. Jurusan
Goldworthy, P P., & Fisher, N M. (1996). Geofisika dan Meteorologi. Bandung:
Fisiologi Tanaman Budidaya Tropis. Institut Teknologi Bandung. 106 pp.
Gadjah Mada University Press. 874. Thomthwaite, C W., & Mather, J R. (1957).
Pp. Instruction and Tables for Computing
Haan, C T.(1977). Statistical Methods in Potensial Evapotranspiration and Water
Hydrology. Lowa : The lowa State Balance.. New Jersey : Publ in
University Press/Ames. 378 pp. Climatology. Vol. X. No. 3
Hillel, D. (1980). Application of Soil Physics. Centerton. 311 pp.
New York: Academic Press, Toronto,
Sidney, San Fransisco. 275 pp.

Anda mungkin juga menyukai