Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu kebutuhan manusia yang sangat mendasar dalam upaya memanusiakan manusia adalah
pendidikan. Pendidikan diamanatkan dalam konstitusi pada Pasal 31 Ayat (1) yang menyatakan bahwa
“Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan” (Hasil Amandemen UUD 1945 Tahun 2002).
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat. Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan
pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan.Undang-undang
Sistem Pendidikan RI Nomor 20 Tahun 2003 bertujuan bahwa semua peserta didik diharap menjadi
manusia beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratif serta bertanggungjawab. Untuk
mewujudkan tujuan pendidikan itu, di sekolah perlu dilaksanakan pembelajaran yang komprehensif yang
mengarah pada bagaimana kehidupan manusia pada masa kini maupun masa depan ada dalam semua
mata pelajaran.

Pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dirasa cukup sulit dan tidak
menarik bagi banyak peserta didik di sekolah. Hal ini berdampak buruk bagi hasil belajar peserta didik.
Adanya bukti dari hasil evaluasi pelajaran matematika tiap semester maupun ujian akhir masih sering di
bawah standart mata pelajaran lain. Keadaan ini sungguh sangat memprihatinkan. Salah satu cara dalam
mengatasi keadaan ini adalah bagaimana agar peserta didik mampu berperan secara aktif dalam
mengembangkan kemampuan yang dimilikinya untuk bisa memahami, mengerti, mengamati,
merencanakan, melaksanakan, mengkomunikasikan hasil dan lain sebagainya. Dalam mengelola
pembelajaran di dunia pendidikan diperlukan suatu keterampilan tertentu oleh guru untuk
menyampaikan sesuatu materi pelajaran. Keterampilan guru sangat diperlukan karena setiap peserta
didik memiliki kemampuan dan pemahaman yang berbeda sehingga peserta didik dapat menguasai
materi pelajaran sesuai dengan target yang telah ditetapkan kurikulum.

1
Penyampaian materi oleh guru supaya berhasil mencapai tujuannya perlu memperhatikan
masalah yang paling penting disamping materi pelajaran yaitu penggunaan model pembelajaran. Model
pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dan sering dijadikan bahan pembicaraan dalam
dunia pendidikan. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran kelas atau pembelajaran dalam totorial dan
untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, komputer,
kurikulum, dan lain-lain. Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke
dalam desain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan
pembelajaran tercapai.

Adapun Soekamto,dkk dalam Trianto mengemukakan maksud dari model pembelajaran


adalah:”Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengornasasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu ,dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar". Cara mengajar
memang sangat diperlukan oleh seorang guru dalam kegiatan pembelajaran. Menggunakan model
pembelajaran harus sesuai dengan bahan pelajaran yang diterapkan menurut keahlian khusus, karena
tidak semua model pembelajaran dapat diterapkan dan digunakan untuk menyampaikan bahan
pelajaran bagi peserta didik.

Berdasarkan pengamatan selama ini guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih banyak
menggunakan metode caramah. Adapun metode ceramah yaitu guru menerangkan materi pelajaran
dengan lisan, sedangkan peserta didik mendengarkan, mencatat uraian dari guru. Hal ini bertentangan
dengan prinsip belajar yakni pelajar harus aktif. Dengan kebiasaan peserta didik yang hanya mendengar,
mencatat, maka peserta didik akan kurang bisa untuk mengemukakan pendapat, bekerja secara
kelompok, memecahkan masalah, baik secara individu maupun secara kelompok.

Situasi dan kondisi belajar yang tidak nyaman dan kurang variatif seperti penggunaan metode
ceramah yang kerap digunakan guru, minimnya penggunaan media, dan lain-lain juga semakin
memperparah keadaan. Rasa tidak suka yang dimiliki oleh peserta didik secara otomatis menyebabkan
motivasi belajar menurun dan mengakibatkan kesulitan untuk memahami pelajaran Matematika
semakin bertambah. Jika diadakan evaluasi para peserta didik merasa kesulitan/bahkan tidak mengerti
sama sekali, sehingga pada akhirnya peserta didik menyimpulkan bahwa mata pelajaran Matematika
sulit dan menjenuhkan. Oleh karena itu, seorang guru harus pandai-pandai memilih model
pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan latar belakang di atas, guna meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata
pelajaran Matematika, maka penulis bemaksud mengadakan penelitian dengan judul " Pengaruh
Metode Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sisiwa SMPN Pada Mata Pelajaran
Matematika "

B. Rumusan Masalah

2
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu bagaimana
pengaruh metode Kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMPN pada mata
pelajaran Matematika.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode kooperatif tipe
jigsaw terhadap hasil belajar peserta didik SMPN pada mata pelajaran Matematika

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bserikut :

1.

3
BAB 11

KAJIAN TEORI

A. DESKRIPSI TEORI

a. Pengertian Model Pembelajaran Tipe Jigsaw

Teori yang melandasi pembelajaran cooperative learning adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya,
pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan di mana siswa harus secara
individual menemukan dan menstransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan
aturan yang ada dan merevisi nya bila perlu Soejadi dalam Teti Sobari dalam Rusman (2014, h. 201). Menurut
Slavin dalam Rusman (2014, h. 201), pembelajaran kooperatif menggalakan siswa berinteraksi secara aktif dan
positif dalam kelompok.

Model pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran yang
mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw dapat
didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur itu adalah
lima unsur pokok yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian
bekerja sama, dan proses kelompok.

Jhonson dalam Rusman (2014, h. 204) mengemukakan, “cooperative learning adalah teknik pengelompokan
yang didalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya
terdiri dari 4-5 orang. belajar cooperative adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang
memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya
dalam kelompok tersebut”.

Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw (pembelajaran gotong-
royong) dalam pendidikan adalah “homo homoni socius” yang menekankan bahwa manusia adalah
makhluk sosial.

Cooperative Learning Teknik Jigsaw adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada
sikap atau perilaku bersama dalam belajar atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama
yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih. Pembelajaran kooperatif adalah
salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok
harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pembelajaran. Dalam
pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum
menguasai bahan-bahan pelajaran.

4
Menurut Anita Lie (2008:18) dalam bukunya “Cooperative Learning Teknik Jigsaw”, bahwa model
pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw tidak sama dengan sekedar belajar kelompok, tetapi
ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.
Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative
Learning Teknik Jigsaw. Untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong- royong
yaitu :

1. Saling ketergantungan positif.

2. Tanggung jawab perseorangan.

3. Tatap muka.

4. Komunikasi antar anggota.

5. Evaluasi proses kelompok

Dibandingkan dengan pembelajaran lainnya pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

(1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar

(2) Kelompok di bentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

(3) Bila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku jenis kelamin beragam

(4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu (Trianto, 2007:47)

Pembelajaran kooperatif merupakan konsep pembelajaran yang bernaung dalam teori kontrukstivisme.
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami kosep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya

Model pembelajaran cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran yang
mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran cooperativelearning dapat didefinisikan
sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Oleh karena itu, banyak guru yang mengatakan
tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperative learning karena mereka beranggapan telah biasa
menggunakan cooperative learning dalam bentuk belajar kelompok. Walaupun sebenarnya tidak
semua belajar kelompok dikatakn sebagai cooperative learning.

Seperti yang diungkapkan oleh Lie dalam Rusman (2014, h. 218) bahwa, “pembelajaran kooperatif
model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil
yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling
ketergantungan positif dan tanggung jawab secara mandiri”. Model pembelajaran Jigsaw merupakan
salah satu variasi model Collaborative Learning yaitu proses belajar kelompok dimana setiap anggota
menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang
dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota

5
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw

Menurut eggen, dkk dalam Trianto, pembelajaran koperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran
yang melibatkan peserta didik bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran
kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan pastisipasi peserta didik, mempasilitasi peserta
didik dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk beinteraksi dan belajar bersama-sama peserta didik yang berbeda-
beda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif peserta didik berperan ganda yaitu sebagai
peserta didik ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan
bersama, maka peserta didik akan mengembangkan keterampilan berhubung dengan sesama manusia yang
akan sangat bermamfaat bagi kehidupan diluar sekolah.pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik,
penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.

Pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi
siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam
kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa
yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pemberlajaran cooperative tipe jigsaw ini siswa berperan ganda
yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru.

Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah untuk mengajarkan kepada siswa untuk
mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting dimiliki di dalam
masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling
bergantung sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam.

c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Menurut Rusman (2008 : 205) model pembelajaran jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena
anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Namun, permasalahan yang
dihadapi setiap kelompok sama, kita sebut sebagai team ahli yang bertugas membahas permasalahan yang
dihadapi. Selanjutnya, hasil pembahasan itu di bawah kekelompok asal dan disampaikan pada anggota
kelompoknya. Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran cooperative pada prinsipnya terdiri atas empat
tahap, yaitu sebagai berikut:

1) Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahap penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa
belajar dalam kelompok. Tujuan utama pada tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

6
2) Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam
kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.

3) Penilaian, penilaian dalam pembelajaran cooperative bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan
secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemmapuan individu, sedangkan
kelompok akan memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya, seperti dijelaskan Sanjaya dalam
Rusman (2014, h. 213), “Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap
kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama
dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompoknya”.

4) Pengakuan tim, adalah peetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim yang paling berprestasi untuk
kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk berprestasi lebih
baik lagi.

Berikut ini beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa dan guru dalam penerapan model
pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw:

1) Melakukan menbaca untuk menggali informasi. Siswa memperoleh topictopik permasalahan untuk dibaca,
sehingga mendapatkan informasi dari permasalahan tersebut.

2) Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapat topic permasalahan yang sama bertemu dalam satu
kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicarakan topik permasalahan tersebut.

3) Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan hasil yang di dapat dari hasil
diskusi tim.

4) Kuis dilakukan mencangkup semua topic permasalahan yang dibicarakan tadi.

5) Perhitungan skor kelompok untuk menentukan penghargaan kelompok.

Secara sederhana pembentukkan kelompok metode jigsaw adalah sebagai berijkut :

B.
KERANGKA
BERPIKIR

7
C. MERUMUSKAN HIPOTESIS

Berdasarkan kondisi peserta didik yang cenderung pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan hasil
belajar yang rendah pada mata pelajaran Matematika , maka hipotesis penelitian ini adalah model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar sisiwa SMPN pada mata pelajaran
Matematika

Anda mungkin juga menyukai