TAX PLANNING
untuk
PERUSAHAAN
“The only way to get your windows cleaned these days is
to give the man cash and not ask if he is reporting it to the revenue.”
( Sir Lawrence Airey British Tax Official, 1926 - )
1|Page
Corporate Tax Planning 2018
KATA PEMBUKA
Perencanaan pajak ibarat naik mobil di Jakarta, dari Ciputat mau ke Senen, atau
Gambir, tanpa lewat three-in-one atau nomor plat seri ganjil genap. Jika kita belum tahu
betul gang-gang tikus kota Jakarta maka kita akan sampai di tujuan selama 4 atau 5 jam.
Jangan bicara tax planning jika kita belum kenal aturan-aturan dalam SE, KMK, PER, PP,
dsb.
Modul ini dibuat khusus untuk mahasiswa Magister Akuntansi & PPAK Universitas
Indonesia saja dan S1 UI Depok. Cuma ada beberapa buku yang menerbitkan buku Tax
Planning dan Penulis ingin menambah satu lagi saja supaya jadi rame. Tax Planning untuk
Perusahaan ini dibuat agar sekiranya alumni Maksi UI dapat mempraktekan ilmu tax
planning-nya didalam mengelola keuangan perusahaan secara effektif dan effisien.
Pajak bukan hal yang utama didalam pertimbangan investasi dalam perusahaan,
tapi tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pajak sangat memainkan peranan didalam setiap
managerial decision dan sekaligus managerial action. Oleh sebab itu, sangat perlu
dipahami kiranya bahwa perpajakan itu penting dan sangat mempengaruhi cash flow
dalam setiap keputusan management. Semoga Modul ini dapat memberi manfaat bagi
mahasiswa UI, sehingga nantinya diharapkan akan lahir banyak jawara-jawara di republik
ini dari UI Salemba dan Depok.
Indrayagus Slamet
2|Page
Corporate Tax Planning 2018
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan
A. Tujuan Perusahaan
B. Pengertian tax planning, tax avoidance dan tax evasion
C. Tax planning dan tax avoidance menurut perpajakan indonesia
D. Tekhnik-tekhnik dilakukannya tax planning
E. Strategi dan aspek lain dalam melakukan Tax Planning
3|Page
Corporate Tax Planning 2018
BAB I PENDAHULUAN
Dalam konteks tax avoidance, Choong Kwai Fatt menulis bahwa : The Director
General would clamp down the tax avoidance scheme if he or she is of the opinion that the
scheme has no commercial substance and is complicated with arbitrary steps inserted to
take advantage of fiscal benefit.”6 Menurut pemahaman Penulis atas kalimat-kalimat
tersebut, definisi tax avoidance yang diberikan oleh Choong Kwai Fatt ini sama artinya
dengan tax planning sepanjang tax avoidance tersebut nyatanya memang tidak
1 David Besanko, et.al. Economic of Strategy, (New York, John Wiley & Son. Inc, 2004), hal. 3
2 Michael R. Baye. Managerial economics and Business Strategy, (New York, Mc Graw Hill, 2003), hal.5
3 Erly Suandy. Perencanaan Pajak. (Jakarta, Penerbit Salemba Empat, 2003), hal 7.
4 Mohammad Zain. Manajemen Perpajakan. (Jakarta, penerbit Salemba Empat, 2005), hal.54.
5 Erly Suandy. Ibid, hal 8.
6 Choong Kwai Fatt. Ibid, hal. 41
4|Page
Corporate Tax Planning 2018
bertentangan dengan undang-undang dan masih merupakan genuine structure, bukan
artificial structure (transaksi yang dibuat-buat), dan memiliki economic substance 7.
Menurut Carlos A Silvani dalam artikelnya “Improving Tax Compliance”
mendefinisikan tax avoidance sebagai : “ The behavior of those taxpayers who take
advantage of legal loopholes in order to underreport their taxes”8. Maksudnya adalah
bahwa wajib pajak mencari kelemahan undang-undang (dan peraturan dibawahnya) agar
melaporkan pajaknya sebisa mungkin menjadi rendah. Sehubungan dengan tax evasion,
menurut Michael J. Mc Intyre dalam tax glossary mendefinisikan Tax Evasion sebagai
berikut:
“The reduction of tax by illegal means, usually involving fraudulent nondisclosure or
willful deceit.”9
Maksudnya adalah bahwa tax evasion adalah suatu tindakan melawan hukum, melalui
penipuan dan kesengajaan. Dalam bahasa sederhananya adalah bahwa perbedaan tax
avoidance dengan tax evasion terdapat pada tindakannya, apakah masih sesuai dengan
aturan hukum atau melawan hukum. Tax Avoidance tidak melawan hukum tapi sudah
diluar maksud dari undang-undang (outside the scope of particular tax legislation ),
sedangkan Tax Evasion adalah tindakan yang sudah melawan hukum dengan secara
sengaja menyembunyikan fakta atau mengabaikan hutang pajaknya. Menurut bahasa
penulis,maksudnya adalah bahwa wajib pajak akan memilih cara yang paling memberikan
banyak penghematan pajak tanpa melawan hukum, dan hal yang paling mendasar dari tax
avoidance adalah ‘motive’ atau niatnya. Mengenai tax evasion, selanjutnya Vanistendael
memberikan pengertian tersebut yaitu:
“ An offence against the tax law that is punishable by criminal sanctions. It consists of
clear violations of the tax law, such as fabricating false accounts or other false
documents, keeping parallel accounts, not reporting income, or smuglingg or
dissimulating goods or assets.” 10
Maksud pernyataan tersebut adalah bahwa tax evasion adalah perbuatan melawan hukum
dengan cara melakukan penipuan dokumen, penyembunyian fakta, atau menghilangkan
barang bukti, yang dapat dikenakan sanksi pidana, bukan sanksi administrasi.
Tax Planning dan Tax Avoidance menurut perpajakan Indonesia masih belum bisa
dibedakan, karena aturan untuk membedakan tax planning dengan tax avoidance belum
ada. Menurut penulis, hal yang dilarang dalam UU perpajakan adalah hal-hal yang diatur
dalam Pasal 38 dan 39 UU KUP.
7 Dalam tulisannya, Choong Kwai Fatt sering menuliskan kata-kata “commercially justifiable” yang menurut penulis
artinya “memiliki substansi ekonomi dan berhubungan langsung dengan usaha”, sehingga apabila ada transaksi
yang tidak commercially justifiable, maka tindakan tax avoidance itu akan digolongkan kedalam Section 140 of The Income
Tax Act of Malaysia. Section 140 ini adalah pasal yang mengatur khusus tentang General Anti Avoidance Rule
(GAAR), suatu pasal untuk menangkal tax avoidance dimana tax payer menciptakan suatu transaksi yang tujuan
utamanya adalah semata-mata untuk menghindari pajak tanpa memiliki substansi ekonomi. Hal ini akan dibahas
dalam Bab IV penulisan ini.
8 Richard M. Bird & Milka Casanegra De Jantscher (editor). Improving Tax Administration in Developing Countries. (
1167
10 Diambil dari artikel Frans Vanistendael dalam buku Greame S. Cooper.ed. Ibid., hal. 131
5|Page
Corporate Tax Planning 2018
Inti dari pasal 38 dan 39 UU KUP adalah tax evasion, bukan tax avoidance. Artinya,
UU PPh Indonesia dan ketentuan pajak dibawahnya tidak memberikan definisi Tax
Planning, Tax Mitigation, Acceptable and Unacceptable Tax Avoidance, Aggressive Tax
Avoidance atau Tax Evasion. Oleh sebab itulah penulis dapat mengatakan bahwa Tax
avoidance ada dua jenis, yaitu acceptable tax avoidance dan unacceptable tax avoidance
dan awal dari perbedaan itu timbul dari motivasi atau Good Faith wajib pajak. Pengertian
Tax Planning, Tax Mitigation, Acceptable and Unacceptable Tax Avoidance, Aggressive Tax
Avoidance dan Tax Evasion terletak pada karakteristiknya. Jika structure yang dilakukan
wajib pajak memenuhi kedua ciri dibawah ini, maka dapat digolongkan menjadi Tax
Planning, Tax Mitigation, dan Acceptable Tax Avoidance. Karakteristik tersebut adalah :
1. Transaksinya memiliki Bona fide purposes (Comercial Business purpose)
2. Masih ‘within the letter of the law’ dan sesuai dengan intention of
Parliament
Sebaliknya, transaksi akan disebut sebagai Unacceptable Tax Avoidance atau Aggressive
Tax Avoidance bila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tidak memiliki tujuan usaha yang baik (No bonafide Business Purposes)
2. Tujuan utamanya adalah untuk menghindari pajak
3. Adanya transaksi yang direkayasa sedemikian kompleks dalam rangka
menciptakan biaya atau kerugian dan transaksi tersebut tidak akan
dilakukan jika tujuannya bukan untuk menghindari pajak
Sehubungan dengan Tax Evasion, hal ini merupakan Fraud yang meliputi transaksi fiktif,
penipuan, pemalsuan dokumen, penyembunyian fakta, keeping parallel accounts, not
reporting income, atau smuglingg, atau menghancurkan barang bukti dan berakibat pada
sanksi pidana.
Pada umumnya sudah banyak negara-negara lain yang penulis teliti, sudah memiliki
definisi Tax Planning, Unacceptable Tax Avoidance, dan Tax Evasion di dalam undang-
undang PPh negara-negara lain tersebut. Di Indonesia tidak ada. Karena tidak ada definisi-
definisi tersebut, maka sejauh ini seluruh wajib pajak berkesimpulan bahwa tax avoidance,
baik yang acceptable maupun yang unacceptable adalah legal.
Berarti, Scheme yang dilakukan wajib pajak berupa transaksi yang direkayasa
sedemikian kompleks, tanpa substansi ekonomi, dalam rangka menciptakan biaya atau
kerugian adalah legal. Semoga negara kita tercinta ini cepat-cepat memiliki apa yang
namanya General Anti Avoidance Rule (GAAR)11 dalam UU Pajak Penghasilannya, agar
apabila wajib pajak melakukan tax avoidance seperti peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi
di negara-negara lain bisa teratasi dengan tuntas. Amin
11
Dalam bahasa sederhananya adalah bahwa GAAR adalah suatu pasal anti penghindaran pajak dalam UU PPh
yang sifatnya umum, untuk menangkal praktek tax avoidance, bukan tax planning. Oleh sebab itu perlu adanya
ketentuan yang membedakan mana tax avoidance dan mana yang tax palnning. Perbedaan General Anti Avoidance Rule
(GAAR) dengan Specific Anti Avoidance Rule (SAAR), menurut Graeme S Cooper adalah bahwa GAAR dibentuk
untuk menangkal praktek tax avoidance yang mencakup hal-hal yang bersifat umum, sedangkan SAAR juga
digunakan untuk menangkal praktek tax avoidance tapi untuk hal-hal yang bersifat khusus atau tertentu saja.
Menurut penulis, GAAR tetap diperlukan karena didalam pembentukan suatu undang-undang dan ketentuan
dibawahnya tetap saja ada celah-elah yang terlewatkan sehingga membuka peluang bagi wajib pajak utnuk
melakukan tax avoidance yang tidak diatur dalam SAAR.
6|Page
Corporate Tax Planning 2018
Note:
WP Badan juga bukan
PP-46.
7|Page
Corporate Tax Planning 2018
Income After
Tax (IAT)
PPh terhutang atas Penghasilan neto usaha, baik dengan Norma Perhitugan atau dengan
Pembukuan, akan dikurangi dulu dengan PTKP. Jadi, insentif yang diperoleh dari WP OP
adalah pengurang PTKP. Sayangnya, pada level tertinggi, tarif PPh WP OP adalah 30%,
sedangkan WP Badan adalah 12,5% s/d 25%, tergantung omzet badannya. Menjadi WP
OP dalam hal usaha yang sedang-sedang saja, untuk memelihara hidup, maka akan
menjadi posisi favorite, tapi ketika penghasilan sudah berada di posisi Rp 250 juta, maka
ada baiknya jika diubah menjadi Badan Usaha.
Taxable Income
Penghasilan Neto Tarif Umum
Income After
Tax (IAT)
IAT ini akan dikenai PPh Pasal Final atas Dividennya, yaitu 10% PPh Final jika pemegang
sahamnya adalah wp op. Jika wp badan maka PPh Pasal 23, jika kepemilikannya masih
dibawah 25% dari modal disetor. Keunggulan membentuk PT adalah lebih bermartabat,
lebih bergensi, lebih tinggi namanya dibanding bentuk lain. Namun harus diingat juga
tujuan pembentukannyar, apakah untuk profit motive atau edukasi murni, sosial,
keagamaan, atau apa. Apakah kita harus membentuk PT jika usaha kita adalah mengurus
anak-akan yatim dan Panti Jompo ? Typikal model PT ini ada beberapa keunggulan:
8|Page
Corporate Tax Planning 2018
1. Gaji yang dibayarkan kepada pesero merupakan penghasilan yang terhutang PPh
Pasal 21 dan dapat/boleh mengurangi penghasilan bruto
2. Dividen yang dibagikan merupakan objek PPh (kecuali penyertaan saham 25%
keatas).
3. Pinjaman dari dan kepada Pemegang Saham tanpa bunga dapat dikenakan PP-94
tahun 2010 tentang pengenaan bunga pinjaman secara deemed, sehingga
terhutang PPh pasal 23 atas deemed interest kalau utang tanpa bunga.
4. Owners (pemegang saham) dan Perusahaan adalah terpisah, walaupun pemegang
saham dan direksi kebanyakan berasal dari keluarga dekat atau orang-orang dekat.
Sebagai YAYASAN
Menurut PER - 44/PJ./2009, untuk memperoleh penghasilan neto, yayasan diperkenankan
mengurangkan :
a. biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan usaha, pekerjaan, kegiatan atau
pemberian jasa untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau
biaya yang berhubungan langsung dengan operasional penyelenggaraan yayasan
b. penyusutan atau amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta yang
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun
c. subsidi/bea siswa yang diberikan kepada siswa yang kurang mampu ataupun biaya
pendidikan siswa yang kurang mampu yang dipikul oleh yayasan atau organisasi
yang sejenis yang tidak bergerak di bidang pendidikan, biaya pelayanan kesehatan
pasien yang kurang mampu yang dipikul oleh yayasan atau organisasi yang sejenis
yang tidak bergerak di bidang pelayanan kesehatan.
Yayasan perlakuannya sama dengan PT atau WP badan lainnya, namum ada beberapa hal
yang sangat prinsip didalam bentuk yayasan:
1. Pembagian keuntungan atau laba setelah pajak tidak terhutang pajak lagi (bebas).
9|Page
Corporate Tax Planning 2018
2. Pembayaran gaji kepada pihak management yang sekaligus merupakan pendiri
yayasan diakui secara pajak (tax deductible) dan menjadi objek PPh pasal 21
3. Dividen yang diterima dari Perseroan Terbatas atas penyertaan yayasan tersebut
terhutang pajak (berapapun jumlah penyertaannya) dan harus diperhitungkan lagi
didalam pengisian SPT Tahunan Badan yayasan.
4. Adanya cadangan dana pembangunan atas laba bersih usaha yang dapat dijadikan
pengurang peredaran bruto usaha, dengan syarat:
a. Cadangan dana itu dicatat dengan benar sehingga dapat dilihat asal sumber
dana dari tahun apa
b. Harus dipakai dalam waktu paling lama 4 tahun
c. Aset Tetap dari dana cadangan tidak boleh disusutkan
d. Harus melampirkan seluruh pembentukan dana itu sebagai lampiran SPT
Tahunan Badan yayasan
e. Apabila dana tidak terpakai maka ditahun ke 5 harus diakui sebagai penghasilan
luar usaha.
Tidak Diperkenankan
Diperkenankan
PENGERTIAN Joint Operation (JO) dalam kaitannya dengan perpajakan di Indonesia tercantum
dalam Surat Dirjen Pajak No. S-123/PJ.42/1989. Ditegaskan dalam surat tersebut bahwa JO adalah
merupakan bentuk kerja sama operasi, yaitu perkumpulan dua badan atau lebih yang bergabung
untuk menyelesaikan suatu proyek. Penggabungan bersifat sementara hingga proyek selesai.
10 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
1.1. Administrative JO (ber-NPWP sendiri dan terpisah)
Tipe JO ini sering juga disebut sebagai Kerja Sama Operasi (KSO) di mana kontrak dengan pihak
pemberi kerja atau Project Owner ditandatangani atas nama JO. Dalam hal ini JO dianggap seolah-
olah merupakan entitas tersendiri terpisah dari perusahaan para anggotanya. Tanggungjawab
pekerjaan terhadap pemilik proyek berada pada entitas JO, bukan pada masing-masing anggota JO.
Masalah pembagian modal kerja atau pembiayaan proyek, pengadaan peralatan, tenaga kerja,
biaya bersama (joint cost) serta pembagian hasil (profit sharing) sehubungan dengan pelaksanaan
proyek didasarkan pada porsi pekerjaan (scope of works) masing-masing yang disepakati dalam
sebuah Joint Operation Agreement.
Project
Owner
JO
PT PT
A B
11 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Project
Owner
Joint Operation
PT PT
A B
Dalam surat-surat penegasan yang diterbitkan oleh Dirjen Pajak dinyatakan bahwa JO bukan
merupakan Subyek PPh Badan sehingga tidak diwajibkan menyampaikan SPT PPh Badan.
Meskipun bukan merupakan Subyek PPh Badan, JO wajib memiliki NPWP yang semata-mata
diperlukan dalam rangka pemenuhan kewajiban PPN dan Withholding Tax (kewajiban memotong
PPh pasal 21, pasal 23, pasal 26, pasal 4 ayat 2 dan pasal 15). Kewajiban PPh Badan tetap
dikenakan atas penghasilan yang diperoleh pada masing-masing badan (perusahaan) yang menjadi
anggota JO tersebut sesuai dengan porsi/bagian pekerjaan atau penghasilan yang diterimanya.
1.4.1. JO tidak boleh dipotong PPh Final oleh Project Owner (tapi a.n Anggota JO)
Projek owner harus memotong PPh final atas nama masing-masing anggota JO atas pengajuan dari
JO/KSO pada saat pembayaran uang muka dan termin atas tahapan penyelesaian pekerjaan
konstruksi. Sejak terbitnya Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2008 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah nomor 40 tahun 2009, atas penghasilan yang diperoleh dari usaha
jasa konstruksi seluruhnya telah dikenakan PPh Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final dengan tarif:
a. 2% (dua persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang
memiliki kualifikasi kecil
b. 4% (empat persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang
tidak memiliki kualifikasi usaha
12 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
c. 3% (tiga persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa selain
Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b;
d. 4% (empat persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang
dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha; dan
e. 6% (enam persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang
dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha.
1). Dalam hal Project Owner belum melakukan pembayaran dan / atau pemotongan PPh Pasal 4
ayat (2), maka JO dapat mengajukan permohonan pemecahan bukti potong kepada Project Owner
yang selanjutnya akan membuat bukti potong PPh Pasal 4 ayat (2) atas nama JO.qq. perusahaan
anggota berdasarkan porsi masing-masing yang telah disepakati sebelumnya.
2). Dalam hal Project Owner terlanjur memotong PPh pasal 4 ayat(2) atas nama JO, maka JO dapat
mengajukan permohonan pemecahan bukti potong PPh pasal 4 ayat (2) kepada pihak Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) di mana JO terdaftar sebagai Wajib Pajak untuk kemudian dilakukan
pemindahbukuan ke masing-masing anggota JO.
Selanjutnya Keputusan Dirjen Pajak No.KEP-214/PJ./2001 (belum dicabut hingga saat ini) mengatur
bahwa pada saat menyampaikan SPT PPh pasal 21, JO harus melampirkan Laporan Keuangan atas
kegiatan JO. Dengan pemahaman di mana Laporan Keuangan merupakan hasil akhir dari suatu
proses pembukuan maka dapat diambil kesimpulan bahwa Administrative JO wajib
menyelenggarakan pembukuan. Pembukuan JO diatur dalam PSAK 12 yang memberikan pilihan
penggunaan metode proportionate consolidation atau metode equity.
Berdasarkan pasal 1 angka 13 UU PPN juncto pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 143 Tahun
2000 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2002 diatur bahwa
dalam rangka pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak, bentuk Kerjasama Operasi termasuk
13 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
dalam kategori Bentuk Badan Lainnya sehingga JO harus PKP. Penyerahan Anggota JO kepada JO
dianggap penyerahan kena pajak.
Non-Administrative JO tidak wajib memiliki NPWP dan tidak wajib menyelenggarakan pembukuan.
Ada 1 (satu) Leader (perwakilan utama dari 2 atau lebih anggota) dalam suatu project. Atas termin
pembayaran jasa konstruksi, Project Owner memotong PPh finalnya dan memungut PPN
atas nama masing-masing anggota JO dan kewajiban PPN-nya menjadi tanggungjawab
masing-masing anggota,
2. Apabila JO/KSO memiliki NPWP tersendiri dan ada Akte Notaris Pembentukan
JO/KSO
2.1. Permohonan JO/KSO kpd Pemilik Project untuk memecah Bukti Potong
Menurut S - 956/PJ.53/2005, S - 77/PJ.312/1998 dan beberapa surat penegasan lainnya (JO final
dan non final), JO/KSO sebagai administratif harus memecah bukti potong PPh Non Final menjadi
atas nama anggota-anggotanya. Pembukuan JO/KSO terpisah dari para anggota dan Rugi-Laba
JO/KSO dihitung tersendiri. Atas Laba Bersih sebelum pajak ini (profit to be split) akan dibagikan
kepada anggota JO sesuai saham/porsinya masing-masing yang dicatat sebagai “Other Income”.
PPh Non Final dari JO/KSO merupakan pengurang PPh terhutang di SPT Badan masing-masing
anggota JO/KSO.
Masih merujuk pada KEP-214/PJ./2001 (belum dicabut hingga saat ini) bahwa Administrative JO
yang ber-NPWP wajib menyelenggarakan pembukuan secara terpisah agar dapat
diketahui secara jelas profit to be split untuk masing-masing anggota JO/KSO. Penegasan agar
pembukuan JO/KSO diaudit oleh Kantor Akuntan Publik masih simpang siur. Atas Profit to be split
ini tidak terhutang PPN sebagaimana merujuk pada KEP - 525/PJ./2001 pasal 5.
14 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
PPh Non Final dan juga PPN atas bagian yang dibayarkan ke anggota JO/KSO tersebut .
Hal ini me-refer kepada surat penegasan S-541/PJ.53/2004, S-631/PJ.53/2001, S-1020/PJ.53/2005
dan surat penegasan lainnya yang cukup banyak.
Contoh KSO non administrative (tidak punya NPWP terpisah) – NON FINAL:
Dalam banyak kasus KSO non final, dimana satu leader (atas namanya sendiri) mengurus urusan
proyek tertentu seperti kerjasama pengadaan peralatan kesehatan di rumah sakit, jasa
kepelabuhanan antar jenis JKP di pelabuhan, penerimaan penjualan gula antara petani dan
perusahaan gula, pendapatan jasa selluler, pendapatan jasa EO gabungan antar 2 perusahaan, etc,
Leader menerima penghasilan dan memungut PPN Keluaran. Pada saat membagikan share ke pihak
partner, ia memotong PPh non final dan Pihak partner memungut PPN yang menjadi PPN Masukan
bagi Leader.
15 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
PT Sun Shing Sue memiliki aktiva berupa mesin dengan harga perolehan Rp 500.000.000,-
dan diperoleh pada awal Januari 2007. Termasuk kelompok II.
Jika menggunakan Metode Garis Lurus
Penyusutan selam 8 tahun Jumlah Present Value Nilai Sekarang
Penyusutan 2007 62.500.000 0.8333 52.081.250
Penyusutan 2008 62.500.000 0.6944 43.400.000
Penyusutan 2009 62.500.000 0.5787 36.168.750
Penyusutan 2010 62.500.000 0.4823 30.143.750
Penyusutan 2011 62.500.000 0.4019 25.118.750
Penyusutan 2012 62.500.000 0.3349 20.931.250
Penyusutan 2013 62.500.000 0.2791 17.443.750
Penyusutan 2014 62.500.000 0.2326 14.537.500
Jumlah 500.000.000 239.825.000
Berdasarkan hitungan tersebut diperoleh kesimpulan bahwa yang paling besar NPV-nya,
maka itulah yang dipilih. Metode saldo menurun adalah yang paling besar, yaitu Rp
282.905.900,- dibanding dengan metode Garis Lurus, yaitu Rp 239.825.000,- . Oleh sebab
itu, pilihan jatuh pada Metode saldo menurun.
16 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
2. Kompensasi Karyawan
WARNING 1 :
Apabila pemberi kerja adalah bukan Wajib Pajak selain pemerintah atau Wajib Pajak yang
pengenaan pajaknya berdasarkan PPh Final atau berdasarkan norma penghitungan khusus
(demeed profit), maka kenikmatan berupa pajak yang ditanggung perusahaan seperti ini
harus ditambahkan ke dalam penghasilan gaji dari pegawai yang bersangkutan sebagai
tunjangan pajak, dan penghitungan pajaknya dihitung ulang.
WARNING 2 :
Terdapat kondisi perpajakan yang sudah jelas, bahwa Perusahaan tertentu harus
memasukan kedalam objek pasal 21 berupa Pemberian natura & kenikmatan lainnya yang
diberikan oleh perusahaan tertentu tersebut, yaitu perusahaan yang dikenakan PPh Final
seperti SPBU, Pelayaran, Industri Rokok, Persewan parkiran dan Ruangan, dll dan
Perusahaan yang dikenakan ketentuan Deemed Profit seperti Perusahaan Perwakilan
Dagang Asing, Perusahaan Pengeboran, Pelayaran dan Penerbangan Dalam Negeri, dan
Pelayaran dan Penerbangan Luar Negeri.
Pertanyaan :
Kalau begitu ceritanya, bentuk manakah yang paling menguntungkan bagi
perusahaan, Cash or In- Kind Benefit ?
Jawab :
Kedua-duanya sama-sama memberikan kewajiban PPh pasal 21 sama besar jika
perusahaan-perusahaan tersebut menanggung pajaknya, karena sama-sama menjadi
objek PPh pasal 21 dan tidak pengaruh kepada PPh Badan yang sudah ”fixed”. Kecuali
PPh pasal 21 dibayar sendiri oleh pegawai dengan cara dipotong gajinya.
17 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Perbandingan tax effect dari kedua options :
Untuk perusahaan yang tidak final, tunjangan PPh atau PPh ditanggung perusahaan akan
memberikan dampak total pajak yang berbeda. Lakukanlah simulasi perhitungan masing-
masing kasus dan bandingkan kedua hasilnya mana yang paling kecil pajaknya. Jika
perusahaannya final maka akan menghasilkan beban PPh yang sama, karena tidak ada
pilihan.
Misalkan bahwa PT Asoy membayar biaya perjalanan dinas dengan total Rp 600
juta yang rinciannya seperti berikut : Biaya ticket dan akomodasi yang dapat dibuktikan Rp
500 juta dan uang sakunya Rp 100 juta. Uang saku jika tidak masuk dalam gaji si
karyawan maka dianggap sebagai sumbangan.
Pemberian Bonus atas sukses laba tahun lalu biasanya melalui RUPS . Menurut SE -
11/PJ.42/1992 tentang pembagian bonus, gratifikasi, jasa produksi dan tantiem yang
dihitung berdasarkan laba setelah pajak tahun lalu, ditegaskan bahwa :
1. Pembayaran bonus, gratifikasi, jasa produksi dan tantiem kepada karyawan atau
pengurus yang tidak berhak mendapatkan pembagian laba atau dividen, sesuai
dengan Pasal 6 ayat (1) huruf a UU PPh adalah biaya perusahaan dan dibebankan
dalam tahun dibayarkannya bonus, gratifikasi, jasa produksi dan tantiem tersebut.
Apabila untuk penghitungan besarnya pembayaran bonus, gratifikasi, jasa produksi
dan tantiem kepada karyawan atau pengurus tersebut diatas dipakai dasar laba
setelah pajak pada tahun yang lalu, maka hal tersebut tidak menghilangkan sifat
bonus, gratifikasi, jasa produksi dan tantiem tersebut sebagai biaya perusahaan,
yaitu tetap menjadi biaya fiskal.
2. Bonus, gratifikasi, jasa produksi dan tantiem yang dibayarkan kepada pemegang
saham berdasarkan dan dibebankan kepada laba setelah pajak tahun yang lalu,
tidak diperkenankan untuk dikurangkan dari penghasilan bruto sesuai Pasal 9 ayat
(1) huruf a UU PPh. Disamping itu atas bonus, gratifikasi, jasa produksi dan
tantiem yang dibayarkan kepada pemegang saham tersebut diperlakukan sebagai
dividen dan atas pembayarannya harus dipotong pajak sesuai dengan Pasal 23 UU
PPh.
18 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Metode Effect
Pengobatan Gratis (merupakan PPh Badan bertabah dan bukan Objek
Kenikmatan) Pasal 21 karena natura kenikmatan
Bagaimana jika yang diberikan rumah dinas tersebut adalah pemegang saham ?
Menurut penjelasan pasal 4 ayat 1 huruf g menjelaskan bahwa pengertian dividen adalah
” pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham yang dibebankan
sebagai biaya perusahaan”. Oleh sebab itu, pengeluaran rumah dinas untuk keperluan
pemegang saham masuk dalam pengertian dividen dan merupakan undeductible expense,
sekaligus menjadi objek PPh Pasal 4(2) final 10%
19 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Sebagai tambahan agar lebih mantap, berikut penulis berikan beberapa contoh kasus agar
kita dapat memilih keputusan yang tepat.
Kasus 1
PT Kalong membayar bunga pinjaman Rp 2.000.000.000,- kepada Kampret
Ltd (Australia). Kampret, Ltd tidak mau dipotong PPh pasal 26 sebesar 20%
dari 2 milliar, atau sejumlah Rp 400.000.000,- sehingga PPh pasal 26 ini
dibayarkan sendiri oleh PT Kalong. Pada saat pengisian SPT Badan, biaya PPh
pasal 26 tersebut dikoreksi sehingga ada tambahan biaya PPh Badan sebesar
25% x Rp 400.000.000,- Bagaimana supaya biaya PPh pasal 26 dapat
dibiayakan secara fiscal ?
Jawab:
Kita dapat memakai rumus Gross-Up yaitu:
Biaya gross-up = Pembayaran/(100%-tarif PPh)
Biaya gross-up = Rp 2.000.000.000,- / (100%-20%)
Biaya gross-up = Rp 2.000.000.000,- / 80%
Biaya gross-up = Rp 2.500.000.000,-
Sehingga pembayaran bunga harus dicatat Rp 2,5 milliar, bukan Rp 2 milliar.
Kontrak pinjaman harus menyebutkan DPP sudah termasuk pajak.
Pilihan pertama
Menggunakan CV Megah Konstruksi dan terutang PPh Pasal 4(2) = 2% x Rp 600 jt wajib
dipotong oleh PT Usaha Baru dan PPN = 10%. Seluruh bukti belanja ada di perusahaan
kontraktor, PT Usaha Baru hanya punya kontrak kerja dan Invoice PPN..
Pilihan kedua
Masuk dalam kategori kegiatan membangun Sendiri, terhutang PPN KMS = 2%.
Pembayaran upah kepada buruh = Pasal 21 tanpa PPN. Bukti pengeluaran ada di
perusahaan.
20 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
pribadi pemegang saham yang dibebankan sebagai biaya perusahaan”. Oleh sebab itu,
pengeluaran apapun untuk keperluan pemegang saham masuk dalam pengertian dividen
dan merupakan undeductible expense, sekaligus menjadi objek PPh Pasal 23 (kecuali yang
Tax Free Dividen)
2.14. Biaya kenikmatan berupa penjualan murah atau kredit murah oleh
perusahaan kepada karyawannya (SE-16/PJ.43/1999)
Philosophy
Pemberian fasilitas berupa harga jual barang yang lebih murah atau tingkat suku bunga
pinjaman yang lebih rendah oleh perusahaan kepada karyawannya adalah merupakan
bentuk kenikmatan .
21 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Pinjaman dengan Bunga Rendah
Jika pemberian pinjaman kepada karyawannya dengan tingkat suku bunga yang
lebih rendah dari tingkat suku bunga yang berlaku di pasar, maka tingkat suku bunga
pinjaman yang dibayarkan untuk dana tersebut dengan bunga yang dibebankan kepada
karyawan, merupakan koreksi fiskal bagi perusahaan yang memberikan pinjaman karena
tidak boleh dibiayakan.
Contoh :
Karyawan atau direksi diberikan kredit murah oleh perusahaan dengan bunga 10%
atas pinjaman Rp 100 juta, padahal dana pinjaman tersebut diperoleh dari Bank
BCA dengan bunga 15%, maka terdapat koreksi positif atas bunga pinjaman bank,
yaitu 5% x Rp 100 juta = Rp 5 juta.
WARNING:
Pembelian kendaraan yang digunakan untuk usaha dan sekaligus dibawa pulang
oleh direksi atau karyawan dalam bentuk sedan, kijang, jeep, Van, sepeda motor,
dan sejenisnya, hanya disusutkan 50% saja. Begitu juga dengan seluruh biaya-
biaya yang berhubungan dengan sedan, kijang, jeep, Van, sepeda motor, dan
sejenisnya tersebut seperti bahan bakar, Pajak kendaraan, Parkir, Perbaikan
kendaraan, dsb.
Biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan bus, minibus, atau
yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk antar jemput para pegawai,
dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya perusahaan melalui penyusutan aktiva tetap
kelompok II, dan atas biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan tersebut dapat
dibebankan seluruhnya sebagai biaya rutin perusahaan dalam tahun pajak yang
bersangkutan (KEP-220/PJ./2002).
2.17. Sewa Biasa atau Capital Lease atau Pinjamn dari Bank
Sekarang kita dihadapkan pilihan, apakah menyewa biasa dengan maksud untuk
tidak memiliki barangnya, atau SGU dengan hak opsi. Perlakuan biaya atas perolehan
aktiva tatap yang berasal dari Capital Lease menurut fiscal berbeda dari akuntansi
22 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
komersial. Perlakuan perpajakannya menurut KMK-1169/KMK/1992 bisa dilihat pada table
dibawah ini .
Sedangkan pada Operating Lease atau sewa biasa, seluruh pembayaran sewa
adalah biaya fiscal bagi penyewa dan penghasilan bagi pemilik asset. Pemilik asset berhak
melakukan penyusutan atas aktiva sewan tersebut sedagkan penyewa tidak. Transaksi
sewa ini terhutang PPN. Syarat diakuinya sebagai Financial/ Capital Lease :
o Jumlah pembayaran SGU selama masa leasing ditambah dengan Nilai
Residu harus menutupi Cost plus profit dari Lessor
o Minimal jangka waktu leasing :
Kelompok I ----------------- 2 tahun
Kelompok II dan III -------- 3 tahun
Kelompok Bangunan ------ 7 tahun
o Memuat Option Right didalam perjanjian
23 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
kerugian tapi tetap Finance karena penyesuaian
Lease biaya (hutang) dan
penghasilan (piutang)
tapi tetap Finance
Lease
Sekarang kita lihat contoh berikut ini. PT Aduhay ingin memperoleh kendaraan
Truck dengan harga pasar jika dibeli secara cash adalah Rp 500.000.000,-. Dibeli cash atau
Financial Leasing saja (melalui Perusahaan Finance) ? Dengan asumsi bunga pinjaman
bank 20% dan masa cicilan 4 tahun yang dibayar setiap akhir tahun, maka perhitungan
sederhana dibawah ini adalah analisanya.
24 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Seluruh pembayaran Lease baik pokok dan bunganya ini adalah deductible expense
(koreksi negatif), sehingga tax saving PPh Badan dari pembayaran tersebut adalah Rp
595.966.000 x 25% namun demikian penyusutan selama 8 tahun akan dikoreksi fiskal
positif.
Jika beli cash atau hutang dari Bank maka Seluruh penyusutan ini adalah deductible
expense, sehingga tax saving PPh Badan dari biaya ini adalah Rp 239.825.000 x 25%. Jika
kita bandingkan tax effect dari kedua keputusan ini, maka pilihan cicilan dengan Leasing
adalah yang terbaik.
WARNING:
Apakah beli cash atau melalui Finance lease ? Keputusan yang terbaik adalah
dengan cara Finance Lease, sebab ada corporate tax saving yang lebih besar
dibanding jika perusahaan membeli secara cash. Namun tergantung kebijakan
management apakah mau utang ?
Keputusan antara sewa biasa dan finance lease tergantung dari niat perusahaan.
Jika perusahaan berniat untuk memiliki sesuatu asset, maka harus melalui finance lease.
Sebaliknya, jika hanya ingin menggunakan saja dan tidak ingin memiliki, maka sewa biasa
saja.
2.20. Pembukuan Perusahaan yang dikenakan PPh Final dan Non Final
25 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Jika WP tidak dapat memisahkan biaya-biaya tersebut, maka harus dilakukan SPLIT OF
COST sebanding dengan peredaran usaha masing-masing dibagi dengan Total peredaran
usaha Final dan non final. Contohnya sebagai berikut.
PT ABC memiliki dua sumber penghasilan yaitu penghasilan sewa ruangan dan penghasilan
sewa alat-alat pesta. Data keuangan wp adalah sbb :
Karena biaya bersama tersebut tidak dapat dipisahakan oleh wp maka dilakukan split biaya
yaitu :
- Biaya Final = 200 jt/1.000 jt x Rp 450 juta = Rp 90 juta
- Biaya Non Final = 800 jt/1.000 jt x Rp 450 juta = Rp 360 juta
Sehingga penghasilan kena pajak atas sewa alat yang harus dibayar di SPT Tahunan PPh
Badannya adalah Rp 800 juta – 360 juta = Rp 440 juta. Sewa ruangan sudah final
sehingga tidak dihitung lagi PPh pada akhir tahun.
Seharusnya, jika WP dapat memisahkan biaya final dan non final, maka kira-kira
perhitungannya akan menjadi sebagai berikut:
Masalahnya adalah apakah dibuat pembukuan terpisah atau digabung saja ? Jawabanya,
harus dilihat dulu pengalaman tahun-tahun lalu. Lebih besar mana PPh terhutangnya ?
26 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
apakah digabung atau dipisah saja. Dari contoh diatas, kita dapat menghitung pajaknya
dengan melihat Laba Fiskalnya, yaitu:
Dalam kasus ini, jika pembukuan terpisah maka akan menghasilkan PPh terhutan lebih
kecil dibanding dengan pembukuan yang digabung.
Berdasarkan PP.138 / tahun 2000, bahwa bunga pinjaman yang pinjaman pokoknya baik
dari bank atau non bank harus dikoreksi fiskal jika pinjaman tersebut digunakan untuk :
o Deposito (PPh Final) dan Obligasi di Bursa Effek (PPh Final)
o Investasi saham 25 % atau lebih pada perusahaan lain (Bukan Objek)
Contoh:
PT Merem Melek meminjam dana dari beberapa Bank (Non Bank juga okeh) dengan total
pinjaman Rp 2 milliar yang pencairannya sesuai kebutuhan perusahaan. Bunga pinjaman
dari beberapa Bank tersebut berbeda-beda dan total bunganya menjadi Rp 500.000.000,-
Management mendepositokan pinjaman tersebut dan ditarik sesuai dengan kebutuhan
modal kerja. Mutasi deposito dapat dilihat sbb:
Saldo Deposito:
Jan-Juni Rp 300 juta x 6 bln =
Rp 1.800
Juli- Agustus Rp 500 juta x2 bln =Rp 1.000
Sept- Oktober Rp 400 juta x 2 bln =
Rp 800
Nop-Desember Rp 600 juta x 2 bln =
Rp 1.200
Jumlah Rp 4.800
Rata-rata Deposito sebulan Rp 400 juta
Akumulasi Pinjaman:
Jan- Agustus (cair Januari Rp 1 milliar) Rp 1.000 x 8 bln = Rp 8.000
September (cair September Rp 200 juta) Rp 1.200 x 1 bln = Rp 1.200
Oktober-Desember (cair Okt Rp 800 juta) Rp 2.000 x 3 bln = Rp 6.000
Jumlah Rp15.200
Rata-rata Pinjaman sebulan Rp 1.266 juta
Misalkan total bunga pinjaman = Rp 500 juta, maka bunga fiskal adalah sebagai beriut.
27 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Jadi terlihat bahwa deposito ini akan mengurangi Beban bunga pinjaman dilihat dari
kacamata fiskal. Menurut akuntansi komersial, oke-oke saja, tetap berjumlah Rp
500.000.000,- .
TIPS :
Agar bunga pinjaman tidak dikoreksi fiscal, perusahaan harus menyimpan semetara
dana Pinjamannya kedalam bentuk Giro
(2) Wajib Pajak yang atas penghasilannya hanya dikenakan pajak bersifat final, dapat
mengajukan permohonan pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan
Pajak Penghasilan yang dapat dikreditkan kepada Direktur Jenderal Pajak.
Apabila sesudah 3 (tiga) bulan atau lebih berjalannya suatu tahun pajak, Wajib Pajak dapat
menunjukkan bahwa Pajak Penghasilan yang akan terutang untuk tahun pajak tersebut
kurang dari 75% (tujuh puluh lima persen) dari Pajak Penghasilan yang terutang yang
menjadi dasar penghitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25, Wajib Pajak dapat
mengajukan permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 secara tertulis
kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.
Pengajuan permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25, harus
disertai dengan penghitungan besarnya Pajak Penghasilan yang akan terutang berdasarkan
perkiraan penghasilan yang akan diterima atau diperoleh dan besarnya Pajak Penghasilan
Pasal 25 untuk bulan-bulan yang tersisa dari tahun pajak yang bersangkutan.
Apabila dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya surat
permohonan Wajib Pajak, Kepala Kantor Pelayanan Pajak tidak memberikan keputusan,
permohonan Wajib Pajak tersebut dianggap diterima dan Wajib Pajak dapat melakukan
pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25 sesuai dengan penghitungannya untuk bulan-
bulan yang tersisa dari tahun pajak yang bersangkutan.
28 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Apabila dalam tahun pajak berjalan Wajib Pajak mengalami peningkatan usaha dan
diperkirakan Pajak Penghasilan yang akan terutang untuk tahun pajak tersebut lebih dari
150% (seratus lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang terutang yang menjadi
dasar penghitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25, besarnya Pajak Penghasilan
Pasal 25 untuk bulan-bulan yang tersisa dari tahun pajak yang bersangkutan harus
dihitung kembali berdasarkan perkiraan kenaikan Pajak Penghasilan yang terutang tersebut
oleh Wajib Pajak sendiri atau Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.
Note:
Menurut pasal 21 diatas, jika ada perusahaan yang sduah dikenakan PPh final seperti
misalnya jasa konstruksi sedangkan ia ada impor mesin atau material yang terhutang Pasa
22, maka ia dapat mengajukan Surat Keterangan Bebas (SKB) karena ia sudah dikenakan
PPh final.
29 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
30 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Bagaimana Penyusutannya jika tidak diizinkan untuk Revaluasi ?
Penyusutan fiskal aktiva tetap perusahaan yang tidak memperoleh persetujuan penilaian
kembali, tetap menggunakan dasar penyusutan fiskal dan sisa manfaat fiskal semula
sebelum dilakukannya penilaian kembali.
Bagaimana jika terjadi pengalian harta yang belum habis masa manfaat setelah
di Revaluasi ?
(1) Dalam hal Wajib Pajak melakukan pengalihan aktiva tetap perusahaan yang telah
memperoleh persetujuan penilaian kembali sebelum 5 tahun sejak revaluasi, maka
atas pengalihan tersebut dikenakan tambahan Pajak Penghasilan yang bersifat final
sebesar 15% dari selisih lebih penilaian kembali di atas nilai sisa buku fiskal semula
tanpa dikompensasikan dengan sisa kerugian fiskal tahun-tahun sebelumnya.
Perihal Tambahan :
(1) Selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap perusahaan di atas nilai sisa buku
komersial semula setelah dikurangi dengan PPh harus dibukukan dalam neraca
komersial pada perkiraan modal dengan nama "Selisih Lebih Penilaian Kembali
Aktiva Tetap Perusahaan Tanggal ............."
(2) Pemberian saham bonus atau pencatatan tambahan nilai nominal saham tanpa
penyetoran yang berasal dari kapitalisasi selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap
perusahaan, sampai dengan sebesar selisih lebih penilaian kembali secara fiskal
tersebut, bukan merupakan Objek Pajak
(3) Dalam hal selisih lebih penilaian kembali secara fiskal lebih besar daripada selisih
lebih penilaian kembali secara komersial, pemberian saham bonus atau pencatatan
tambahan nilai nominal saham tanpa penyetoran yang bukan merupakan Objek
Pajak, hanya sampai dengan sebesar selisih penilaian kembali secara komersial.
31 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Menurut Ross dalam Corporate Finance, dia membedakan pengertian antara Hutang
dengan Modal antara lain sbb: “ From a financial point of view, the main differences
between debt and equity are the following :
1. Debt is not an ownership interest in the firm. Creditors do not usually have
voting Power.The device used by creditors to protect themselves is the loan
contract (that is, the indenture)
2. The corporation’s payment of interest on debt is considered a cost of doing
business and is fully tax-deductible. Thus interest expense is paid out to
creditors before the corporate tax liability is computed. Dividends on
common and prefererred stock are paid to shareholders after the tax liability
has been determined. Dividends are considered a return to shareholders on
theircontributed capital. Because interest expense can be usedto reduce
taxes, the government (that is, the IRS) is providing a direct tax subsidy on
the use of debt when compared to equity.
3. Unpaid debt is a liability of the firm. If it is not paid, the creditors can legally
claim the asset of the the firm. This action may result in liquidation and
bankruptey. Thus one of the cost of issuing debt is the possibility of financial
failure, which does not arise when equty is issued”13.
Jika perusahaan meminjam dana dari bank atau Pihak lainnya sejumlah Rp
20.000.000.000,- dengan bunga 15% p.a maka bunga setahun adalah Rp 3.000.000.000,-
dengan demikian, taxable income akan berkurang karena adanya bunga bank ini.
12 Wild. J, John, Subramanyam, Hasley.Robert, 2005, Financial Statement Analysis :Analisa Laporan Keuangan,
Edisi 8, Buku I, Jakarta: Penerbit Salemba Empat Analisis Laporan Keuangan
13 Ross, Weaterfield, Jaffe, 2005, Corporate Finance, 7th Edition, New York, Mc Graw Hill
32 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Jika dananya dari penerbitan saham baru, maka PPh terhutang tidak berubah karena
dividen bukan sebagai biaya fiskal. Dari sisi perusahaan, pinjaman adalah lebih baik dari
setoran modal tambahan. Dari sisi Penyetoran saham baru oleh pemegang saham, dividen
yang diterima adalah:
1. WP OP terhutang PPh final 10%
2. WP Badan berbentuk PT tergantung penyertaan saham apakah dibawah 25% atau
lebih
3. WP Badan selain berbentuk PT terhutang PPh umum dan ada kredit PPh 23 di akhir
tahun.
Note:
Di sisi perusahaan yang menerima hutang, ada ketentuan DER=4:1. Sudah selayaknya
dipertimbangkan apakah utang atau modal.
Deemed Interest akan dikenakan jika tidak memenuhi salah satu syarat diatas. Ada pesan
dari Pak Hakim untuk DJP bahwa jika mengenakan deemed interest expense maka harus
muncul koreksi negative pada PL perusahaan.
Menurut ketentuan perpajakan Indonesia, atas kuasa Pasal 18 ayat 3 UU PPh yang
berbunyi:
33 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
”Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya
penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk
menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai
hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan
kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa dengan
menggunakan metode perbandingan harga antara pihak yang independen,
metode harga penjualan kembali, metode biaya-plus, atau metode lainnya.”
Dalam kasus ini DJP, atas kuasa pasal 18 ayat (3) tersebut, diberi hak untuk menentukan
kembali penghasilan dan biaya fiskal berdasarkan kondisi arm’s length price. Sehingga jika
terjadi pinjaman antar related party yang bunganya terlalu tinggi atau terlalu rendah dari
arm’ s length harus disesuaikan ke harga pasar wajar seolah-olah tidak terjadi hubungan
istimewa. Kalau tidak ada bunga dalam perjanjiannya, maka tetap harus dikenakan bunga
sesuai rate pasar yang berlaku. Dalam kasus hutang piutang tanpa bunga ini Prof. Dr.
Mansury juga membenarkan hal tersebut14.
14 Prof. R. Mansury. Ph.D dalam bukunya Perpajakan atas Penghasilan dari Transaksi-Transaksi Khusus, penerbit YP4,
Jakarta, 2003, halaman 29, bahwa pinjaman tanpa bunga harus dikenakan bunga karena jika perusahaan yang
memerlukan dana pinjaman melakukan pinjaman kepada pihak independen atau Bank independen, maka pihak luar
tersebut pasti mengenakan bunga dengan tingkat wajar yang berlaku dipasar.
34 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Contoh 3 (Bunga 0% atau Tanpa Bunga)
PT Mujur Mulu (anak perusahaan) meminjam uang dari PT Wong Sugih Tbk (induk)
sejumlah Rp 20 milliar tanpa bunga. Jika bunga pasar menunjukan 15% p.a, Bagaimana
menurut perpajakan ?
Kita merujuk pada PP-94/2010 tentang Pinjaman tanpa bunga dari pemegang saham, yang
menyatakan bahwa pinjaman perusahaan tanpa bunga dari pemegang sahamnya dapat
dianggap wajar apabila memenuhi syarat kumulatif sebagai berikut :
Sehingga kita harus melihat kondisi pemegang saham yang memberi pijaman itu. Jika dana
yang dipinjamkan kepada anak diperoleh dari pinjaman juga, maka harus dikenakan bunga
sesuai bunga pasar. Dengan kata lain, jika salah satu saja tidak dipehuhi, maka dianggap
PT Mujur Mulu membayar bunga sesuai bunga pasar kepada PT Wong Sugih, walaupun
kenyataannya tidak ada pembayaran bunga dan tidak ada kas keluar15.
Note :
Tarif PPh wp orang pribadi 30%, maka terdapat selisih 5%.
Bunga Pinjaman dari pihak non related party sudah dianggap wajar. Hal ini diatur
dalam pasal 10 UU PPh. Pasal 10 ayat (1) UU PPh yang berbunyi:
Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta yang tidak
dipengaruhi hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4)
15Permasalahan timbul sejak kasus Banding atas kasus-kasus ini selalu dimenangkan oleh wajib pajak sehingga
dalam praktek dilapangan pemeriksa pajak sudah mulai enggan melakukan koreksi ini. Dilemapun melanda
pemeriksa pajak. Kata petinggi DJP yang tak mau disebut namanya, pemeriksa harus tetap berpegang teguh pada
peraturan yang ada, walaupun hasil koreksi nantinya akan dikalahkan oleh Hakim Pengadilan Pajak.
35 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
adalah jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan atau diterima, sedangkan apabila
terdapat hubungan istimewa adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau
diterima.
Maksud dari pasal ini adalah bahwa dalam transaksi jual beli, termasuk bunga pinjaman
antar pihak yang independen, maka nilai yang dipakai adalah nilai yang sesungguhmya
dikeluarkan, yang artinya adalah nilai kesepakatan dari kedua belah pihak (deal price).
36 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
sisanya Rp 50.000.000,00 diambil pada bulan Agustus. Disamping itu Wajib Pajak mempunyai
dana yang ditempatkan dalam bentuk deposito dengan perincian sebagai berikut:
bulan Pebruari s/d Maret sebesar Rp. 25.000.000,00
bulan April s/d Agustus sebesar Rp. 46.000.000,00
bulan September s/d Desember sebesar Rp. 50.000.000,00
Dengan demikian bunga yang dapat dibebankan sebagai biaya adalah sebagai berikut:
Jika penerima bunga pinjaman adalah pihak-pihak selain Bank, maka si pembayar wajib
memotong PPh pasal 23 sebesar 15% dari pembayaran bruto. Lain halnya dengan
pembayaran bunga kepada pihak luar negeri (wajib pajak luar negeri). Bunga adalah
penghasilan yang berasal dari modal yang diperoleh orang pribadi atau badan dari
simpanannya di bank, dari deposito, dari obligasi, dari penjualan angsuran.16 Bunga ini
dipotong dinegara sumber dimana bunga tersebut dibayar dengan tarif sesuai tax treaty.
Jika tidak ada treaty, maka berlaku pasal 26 ayat 1 UU PPh yang berbunyi :
“Atas penghasilan tersebut di bawah ini, dengan nama dan dalam bentuk apapun,
yang dibayarkan atau yang terutang oleh badan pemerintah, Subjek Pajak dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri
lainnya kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia, dipotong
pajak sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto oleh pihak yang wajib
membayarkan bunga, termasuk premium, diskonto, premi swap dan imbalan sehubungan
dengan jaminan pengembalian utang”.
16 Rahmanto Surachmat, 2001, Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda; Sebuah Pengantar, Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
37 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
PT Mantap Coy meminjam uang dari Bank Naga (independent party) sejumlah Rp
200.000.000,00 dan dipinjamkan lagi kepada karyawan seluruhnya. Bunga pinjaman Bank
15% pa dan bunga pinjaman karyawan adalah 5% saja. Bagaimana menurut perpajakan ?
Didalam SE-16/PJ.43/1999) dijelaskan bahwa Pemberian fasilitas berupa harga jual barang
yang lebih murah atau tingkat suku bunga pinjaman yang lebih rendah oleh perusahaan
kepada karyawannya adalah merupakan bentuk kenikmatan. Dalam kasus PT Mantep,
biaya bunga pinjaman Bank dikoreksi 10% karena merupakan kenikmatan yang diberikan
kepada karyawannya.
38 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
pinjaman yang sama di pihak yang membayar bunga, walaupun tidak ada lalu-
lintas uang yang masuk.
Contoh:
PT Mujur Mulu Tbk meminjam uang dari Bank BNI sejumlah Rp 20 milliar dengan bunga
15% pa. Dana tersebut digunakan untuk :
1. Modal kerja Rp 4 milliar
2. Renovasi Pabrik (in progress) di Cakung senilai Rp 10 milliar.
3. Pembelian saham PT Anu-Anu Rp 5 milliar (30% kepemilikan)
4. Dipinjamkan lagi ke PT Anu-Anu sisanya. PT Anu-Anu adalah anak PT Mujur Mulu.
Bagaimana perlakuan pajaknya ?
Kasus pinjaman ini menimbulkan deductible dan undeductible expenses. Kita hitung ratio
penggunaan dana secara proporsional, maka akan terlihat sbb :
Renovasi ( Rp 10 milliar / 20 Milliar) 50%
Working Capital (Rp 4 Milliar / Rp 20 milliar) 20%
Pembelian Saham (Rp 5 Milliar/ Rp 20 Milliar) 25%
Dipinjamkan ke PT Anu-Anu 5%
Perhitungan Bunga masing-masing:
1. Renovasi menggunakan dana pinjaman 50%, maka sesuai dengan PP-94 Tahun
2010 bahwa bunga pinjaman dalam masa construction in progress harus
dikapitalisasi ke harga bangunan.
2. Working Capital sebesar 20% pinjaman, maka bunga pinjaman Bank dapat
dibiayakan seluruhnya.
3. Pembelian Saham dari 25% dana pinjaman, maka sesuai dengan penjelasan pasal 6
UU PPh bahwa bunga pinjaman untuk perolehan saham yang penghasilannya
(dividen) bukan objek pajak harus dikapitalisir ke harga saham tersebut.
39 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
4. Dipinjamkan ke PT Anu-Anu sebesar 5% maka harus ada pengakuan pendapatan
bunga bagi PT Mujur, karena menurut Pasal 12 PP-94 tahun 2010 bahwa dana
pinjaman antar related party harus milik sendiri, sehingga jika dananya dari
pinjaman maka harus dikenakan bunga tersirat (deemed interest) sebesar bunga
pinjaman bank tersebut, yaitu 15%.
Contoh#1:
PT ABH (pabrikan) memiliki utang Rp 100 miliar dan modal (termasuk plus laba ditahan)
adalah sebesar Rp 2 milliar. Berapa porsi utang yang boleh dibungakan menurut PPh
Badan ?
Contoh#2:
PT ABH (pabrikan) memiliki utang Rp 100 miliar dari Parent co. (Hongkong) dan modal
(termasuk plus laba ditahan) adalah sebesar Rp 2 milliar. Berapa porsi utang yang boleh
dibungakan menurut PPh Badan PT ABH ?
40 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Utang yang Bunganya dikoreksi Rp 92 milliar
Sehinga beban bunga fiskal hanya diakui Rp 8 milliar x % bunga pinjaman, sisa bunga
yang dibayar dianggap sebagai dividen terselubung. Pasal 26 tetap terhutang seluruhnya.
Contoh#3:
PT ABH (pabrikan) memiliki utang Rp 100 miliar dari Parent co. (Hongkong) dan modal
(termasuk plus laba ditahan) adalah sebesar minus Rp 2 milliar. Berapa porsi utang yang
boleh dibungakan menurut PPh Badan PT ABH ?
Jawab:
1. Semua beban bunga tidak boleh menjadi Beban Fiskal karena Equity minus
2. Semua beban turunannya berupa beban administrasi Bank dikoreksi fiskal
seluruhnya
3. Loss/Gain on forex yang timbul atas pinjaman dari induk dikoreksi fiskal seluruhnya
41 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
(1) Wajib Pajak yang melakukan merger dapat menggunakan nilai buku.
(2) Merger meliputi penggabungan usaha atau peleburan usaha.
(3) Penggabungan usaha adalah penggabungan dari dua atau lebih Wajib Pajak Badan
yang modalnya terbagi atas saham dengan cara tetap mempertahankan berdirinya
salah satu badan usaha yang tidak mempunyai sisa kerugian atau mempunyai sisa
kerugian yang lebih kecil.
A + B = A ---- (B diliquidasi)
(4) Peleburan usaha adalah penggabungan dari dua atau lebih Wajib Pajak Badan yang
modalnya terbagi atas saham dengan cara mendirikan badan usaha baru.
(5) Wajib Pajak yang melakukan pemekaran usaha yang dapat menggunakan nilai buku
adalah:
a. Wajib Pajak yang belum Go Public yang akan melakukan penawaran umum
perdana (Initial Public Offering); atau
b. Wajib Pajak yang telah Go Public sepanjang seluruh badan usaha hasil
pemekaran melakukan penawaran umum perdana (Initial Public Offering).
(6) Pemekaran usaha adalah pemisahan satu Wajib Pajak Badan yang modalnya terbagi
atas saham menjadi dua Wajib Pajak Badan atau lebih dengan cara mendirikan
badan usaha baru dan mengalihkan sebagian harta dan kewajiban kepada badan
usaha baru tersebut yang dilakukan tanpa melakukan likuidasi badan usaha yang
lama.
A = A+B+C
42 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Memenuhi persyaratan business purpose test apabila :
a. tujuan utama dari merger dan pemekaran usaha adalah menciptakan sinergi usaha
yang kuat dan memperkuat struktur permodalan serta tidak dilakukan untuk
penghindaran pajak;
b. kegiatan usaha Wajib Pajak yang mengalihkan harta masih berlangsung sampai
dengan tanggal efektif merger;
c. kegiatan usaha Wajib Pajak yang mengalihkan harta sebelum merger terjadi wajib
dilanjutkan oleh Wajib Pajak yang menerima pengalihan harta paling singkat 5
(lima) tahun setelah tanggal efektif merger;
d. kegiatan usaha Wajib Pajak yang menerima harta dalam rangka merger tetap
berlangsung paling singkat 5 (lima) tahun setelah tanggal efektif merger;
e. kegiatan usaha Wajib Pajak yang menerima harta dalam rangka pemekaran usaha
wajib berlangsung paling singkat 5 (lima) tahun setelah tanggal efektif pemekaran
usaha; dan
f. harta yang dimiliki oleh Wajib Pajak yang menerima harta setelah terjadinya merger
atau pemekaran usaha tidak dipindahtangankan oleh Wajib Pajak yang menerima
harta paling singkat 2 (dua) tahun setelah tanggal efektif merger atau pemekaran
usaha.
(1) Wajib Pajak yang menerima pengalihan harta mencatat nilai perolehan harta tersebut
sesuai dengan nilai sisa buku sebagaimana tercantum dalam pembukuan pihak atau
pihak-pihak yang mengalihkan.
(2) Penyusutan atas harta yang diterima dilakukan berdasarkan masa manfaat yang
tersisa sebagaimana tercantum dalam pembukuan pihak atau pihak-pihak yang
mengalihkan.
(3) Apabila Merger atau pemekaran usaha dilakukan dalam tahun pajak berjalan, maka
jumlah angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 dari pihak atau pihak-pihak yang
menerima pengalihan tidak boleh lebih kecil dari jumlah angsuran yang wajib
dibayar oleh pihak atau pihak-pihak yang mengalihkan.
(4) Pembayaran, pemungutan, dan pemotongan Pajak Penghasilan yang telah dilakukan
oleh pihak atau pihak-pihak yang mengalihkan sebelum dilakukannya Merger atau
pemekaran usaha dapat dipindahbukukan menjadi pembayaran, pemungutan, atau
pemotongan Pajak Penghasilan dari Wajib Pajak yang menerima pengalihan.
(5) Wajib Pajak yang melakukan pemekaran usaha yang akan menjual sahamnya di
bursa efek, selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah
43 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
memperoleh persetujuan dari DJP untuk melakukan pemekaran usaha dengan
menggunakan nilai buku, harus telah mengajukan pernyataan pendaftaran kepada
Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan dalam rangka penawaran umum
perdana (Initial Public Offering) dan pernyataan pendaftaran tersebut telah menjadi
efektif.
(6) Apabila Wajib Pajak tidak memenuhi ketentuan maka nilai pengalihan harta atas
pemekaran usaha yang dilakukan berdasarkan nilai buku dihitung kembali
berdasarkan nilai pasar.
(7) Apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun Direktur Jenderal Pajak melalui
penelitian atau pemeriksaan menemukan bukti bahwa merger atau pemekaran usaha
tidak memenuhi persyaratan ketentuan, nilai pengalihan harta dalam rangka merger
atau pemekaran usaha berdasarkan nilai buku dihitung kembali berdasarkan nilai
pasar.
(2) Wajib Pajak dapat menggunakan nilai buku atas pengalihan harta dalam rangka
penggabungan, peleburan, pemekaran, atau pengambilalihan usaha, setelah
mendapatkan persetujuan Direktur Jenderal Pajak.
44 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
badan baru serta membubarkan Wajib Pajak badan yang melebur tersebut;
atau
b. peleburan dari badan hukum yang didirikan atau bertempat kedudukan di luar
negeri dengan Wajib Pajak badan dalam negeri yang modalnya terbagi atas
saham, dengan cara mendirikan badan usaha baru di Indonesia dan
mengalihkan seluruh harta dan kewajiban kepada badan usaha baru serta
membubarkan badan hukum yang didirikan atau bertempat kedudukan di luar
negeri dan Wajib Pajak badan dalam negeri yang melebur tersebut.
(5) Pemekaran usaha yang dapat menggunakan nilai buku yaitu pemisahan satu Wajib
Pajak badan dalam negeri yang modalnya terbagi atas saham menjadi dua Wajib Pajak
badan dalam negeri atau lebih dengan cara mendirikan badan usaha baru dan mengalihkan
sebagian harta dan kewajiban kepada badan usaha baru tersebut yang dilakukan tanpa
melakukan likuidasi usaha yang lama.
(6) Wajib Pajak yang dapat melakukan pemekaran usaha dengan menggunakan nilai
buku yaitu:
a. Wajib Pajak yang belum Go Public yang bermaksud melakukan penawaran
umum perdana (Initial Public Offering);
b. Wajib Pajak yang telah Go Public sepanjang seluruh badan usaha hasil
pemekaran melakukan penawaran umum perdana (Initial Public Offering);
atau
c. Wajib Pajak badan yang melakukan pemisahan unit usaha syariah dalam
rangka menjalankan kewajiban pemisahan usaha berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pengambilalihan usaha yang dapat menggunakan nilai buku dari suatu BUT Bank yaitu
penggabungan dari Wajib Pajak Bentuk Usaha Tetap yang menjalankan kegiatan di bidang
usaha bank dengan Wajib Pajak badan dalam negeri yang modalnya terbagi atas saham,
dengan cara mengalihkan seluruh atau sebagian harta dan kewajiban Bentuk Usaha Tetap
kepada Wajib Pajak badan dalam negeri yang modalnya terbagi atas saham dan
membubarkan Bentuk Usaha Tetap tersebut.
Wajib Pajak Bentuk Usaha Tetap dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) tahun terhitung
sejak tanggal efektif pengalihan harta harus membubarkan kegiatan usaha dengan
memperoleh surat keputusan pencabutan izin usaha bank yang dikeluarkan oleh Otoritas
Jasa Keuangan.
45 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
a. mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak paling lama 6
(enam) bulan setelah tanggal efektif penggabungan, peleburan, pemekaran,
atau pengambilalihan usaha dilakukan, dengan melampirkan alasan dan
tujuan melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, atau
pengambilalihan usaha;
b. memenuhi persyaratan tujuan bisnis (business purpose test); dan
c. memperoleh surat keterangan fiskal dari Direktur Jenderal Pajak untuk tiap
Wajib Pajak badan dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang terkait.
(3) Harta yang dapat diajukan permohonan untuk menggunakan nilai buku merupakan
harta yang telah dialihkan pada tanggal efektif penggabungan, peleburan, pemekaran, atau
pengambilalihan usaha.
(4) Nilai buku sebagaimana dimaksud merupakan nilai buku pada tanggal efektif
penggabungan, peleburan, pemekaran, atau pengambilalihan usaha.
(1) Wajib Pajak yang menerima harta dengan menggunakan nilai buku tidak boleh
mengompensasikan kerugian/sisa kerugian dari Wajib Pajak badan, Bentuk Usaha Tetap,
atau badan hukum yang didirikan atau bertempat kedudukan di luar negeri yang
mengalihkan harta dalam rangka penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan usaha.
46 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
(2) Wajib Pajak dalam negeri yang menerima harta dalam rangka penggabungan usaha
atau peleburan usaha tidak dapat membebankan pajak dan/atau pungutan lain yang terutang
di luar negeri dari badan hukum yang didirikan atau bertempat kedudukan di luar negeri
yang mengalihkan harta.
(1) Dalam hal penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan usaha dilakukan dalam
tahun pajak berjalan, jumlah angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Wajib Pajak yang
menerima harta setelah penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan usaha tidak lebih
kecil dari penjumlahan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 dari seluruh Wajib Pajak yang
terkait sebelum penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan usaha.
(2) Dalam hal pemekaran usaha dilakukan dalam tahun pajak berjalan, jumlah angsuran
Pajak Penghasilan Pasal 25 dari seluruh Wajib Pajak setelah pemekaran usaha tidak lebih
kecil dari angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 dari Wajib Pajak yang terkait sebelum
pemekaran usaha.
(3) Ketentuan jumlah angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 diatas berlaku sampai
dengan kewajiban pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan disampaikan untuk tahun pajak
atau bagian tahun pajak dilakukannya penggabungan, peleburan, pemekaran, atau
pengambilalihan usaha.
(4) Dalam hal Wajib Pajak setelah melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran,
atau pengambilalihan usaha mengalami peningkatan usaha sehingga angsuran Pajak
Penghasilan Pasal 25 seharusnya meningkat, besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25
dihitung kembali sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(5) Pelunasan Pajak Penghasilan tahun pajak berjalan melalui pembayaran, pemotongan
dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan sebelum dilakukannya penggabungan, peleburan,
pemekaran, atau pengambilalihan usaha dari Wajib Pajak badan dalam negeri dan Bentuk
Usaha Tetap yang mengalihkan harta, dapat dipindahbukukan menjadi pelunasan Pajak
Penghasilan tahun berjalan dari Wajib Pajak yang menerima pengalihan.
F. WP Wanprestasi
(1) Dalam hal setelah mendapatkan persetujuan Direktur Jenderal Pajak untuk
menggunakan nilai buku diketahui bahwa Wajib Pajak:
a. tidak memenuhi ketentuan persyaratan tujuan bisnis (business purpose test)
b. melakukan pemindahtanganan harta, tetapi tidak mengajukan permohonan
pemindahtanganan harta dalam jangka waktu 2 tahun
d. tidak mengajukan pernyataan pendaftaran kepada Otoritas Jasa Keuangan
dalam rangka penawaran umum perdana (Initial Public Offering) atau
pernyataan pendaftaran tersebut belum menjadi efektif ;
47 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
e. memperoleh penolakan perpanjangan jangka waktu penawaran umum
perdana (Initial Public Offering) ;
f. tidak membubarkan Bentuk Usaha Tetap dalam 2 tahun, dan/atau
g. memperoleh penolakan perpanjangan jangka waktu pembubaran BUT
maka nilai pengalihan harta dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, atau
pengambilalihan usaha berdasarkan nilai buku dihitung kembali berdasarkan nilai pasar
pada saat pengalihan harta pada tanggal efektif penggabungan, peleburan, pemekaran, atau
pengambilalihan usaha.
Terhadap hak dan kewajiban perpajakan dari Wajib Pajak yang mengalihkan harta dalam
rangka penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan usaha untuk masa pajak, bagian
tahun pajak, dan/atau tahun pajak sebelum dilakukannya:
a. penggabungan usaha ;
b. peleburan usaha ; atau
c. pembubaran Bentuk Usaha Tetap,
beralih kepada Wajib Pajak yang menerima pengalihan harta dalam rangka penggabungan,
peleburan, atau pengambilalihan usaha.
==============
48 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
WARNING:
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum dikreditkan dengan Pajak
Keluaran pada Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak
berikutnya paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang
bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum diperiksa.
Didalam PP-94/2010 dijelaskan bahwa PPN Masukan yang tidak bisa dibiayakan adalah PPN
yang tidak berhubungan dengan usaha atau PPN Masukan yang belum dibayar oleh
Penjual atau Pembeli.
49 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Contoh 1:
PT Kuncir Mas membeli mobil Ford Everest untuk para direksinya, boleh dibawa pulang
asalkan jangan dimiliki. Bolehkah PPN masukan dikreditkan ? Bolehkan PPN Masukan
dibiayakan di rugi laba ?
Contoh 2:
PT Kuncir Mas membayar biaya jasa studi kelayakan produk pada saat perusahaan belum
berproduksi. Bolehkah PPN masukan atas biaya itu dikreditkan ? Bolehkan PPN Masukan
dibiayakan di rugi laba ?
Contoh 3:
PT Kuncir Mas membeli rumah dinas dan peristirahatan baru di daerah Puncak, Bogor, dari
perusahaan jasa konstruksi. Bolehkah PPN masukan atas biaya itu dikreditkan ? Bolehkan
PPN Masukan dibiayakan di rugi laba ?
Contoh 4:
PT Kuncir Mas membayar rekening PLN dan tagihan Telkom atas pabrik yang ada di
Cikarang. Bolehkah rekening listrik itu dikreditkan di SPT PPN ?
Contoh 5:
PT Kuncir Mas menerima Faktur Pajak atas pembelian bahan baku pabrik 4 bulan lalu.
Bolehkah PPN masukan atas pembelian itu dikreditkan ? Bolehkan PPN Masukan dibiayakan
di rugi laba ?
Sejak awal 2013, PKP batasannya adalah Rp 4,8 milliar. WP boleh memilih apakah ia boleh
jadi PKP atau tidak. Pertimbangan apa untuk mendasari mana yang lebih menguntungkan
ia PKP atau tidak ? ada beberapa pertimbangan. Satu, apakah ia sering bertransaksi
dengan Pemungut PPN ? dua, apakah PM selalu lebih besar dari PK ? jika ya, maka lebih
baik PKP. Tiga, apakah siap dengan pembukuan yang rapih dan administrasi faktur pajak
yang baik jika diperiksa ?
Apabila terjadi Pajak Masukan lebih besar dari Pajak Keluaran maka timbul restitusi
atau kompensasi. Restitusi maksudnya adalah kelebihan PPN yang dicairkan dalam bentuk
kas. Kompensasi maksudnya adalah pembayaran PPN dimuka, yang akan digunakan untuk
mengurangi pajak keluaran di masa berikutnya.
Penanganan atau management Restitusi PPN ataupun tidak restitusi, perusahaan harus
melakukan hal-hal sebagai berikut untuk urusan PPN:
50 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
dan material. Kebenaran formal adalah kebenaran dalam pengisian faktur pajak, baik PPN
Keluaran maupun PPN masukan. Salah mengisi FP akan terhutang STP=2% x DPP.
Kebenaran material adalah kebenaran bahwa perusahaan memang benar-benar ada beli
BKP/JKP dan berhubungan dengan usaha. Perusahaan harus siap membuktikannya dengan
dokumen pendukung pembelian seperti kontrak, invoice, FP masukan, PO, surat kirim
barang, buku persediaan, buku gudang, bukti pembayaran supplier, dsb.
51 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Perusahaan sudah seharusnya memiliki pengawasan yang baik dalam menguji kebenaran
pos-pos laporan keuangan. Jika memang sudah dilakukan dengan baik, maka kesalahan
dalam laporan keuangan akan dapat diminimalisir. Dibawah ini adalah beberapa teknik
pemeriksaan pajak yang dilakukan secara umum oleh pemeriksa pajak.
Note:
Piutang awal maupun akhir biasanya sudah termasuk PPN Keluaran,
karena jurnal pada saat penjualan adalah:
Piutang Rp 1.100 (misal)
Sales Rp 1.000
PPN Keluaran Rp 100
Apabila perusahaan tidak bisa menjelaskan asal-usul uang masuk maka penjualan yang
seharusnya adalah :
52 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Piutang awal Rp 20 M (110%)
Penjualan Rp xxx M
UM Pendapatan Awal Rp 10 M (110%)
Pelunasan Piutang (Rp 400 M) -------- Data awalnya Rp 290 M
UM Pendapatan Akhir (Rp 2 M) (110%)
Piutang Akhir (ada PPN didalamnya) Rp 38 M (110%)
Maka :
Penjualan = Rp 38 M + Rp 400 M + Rp 2 M – Rp 20 M – Rp 10 M
Penjualan = Rp 410 M
Note: PPN Keluaran yang ada didalam Rp 410 M ini asumsinya adalah tidak ada Export dan
PPN yang benar-benar diminta dari pembeli BKP/JKP, sehingga dapat dipastikan bahwa
nilai Penjualan Rp 410 M adalah 110% termasuk PPN. Lain hal jika ada penjualan export,
dan ada PPN Keluaran lainnya seperti pemberian cuma-cuma, other income BKP/JKP,
Penjualan Asset tetap Pasal 16D UU PPN, penyerahan antar cabang, etc.
Note: Koreksi sejumlah Rp 72 M ini mungkin saja bukan penjualan melainkan other income BKP/JKP
atau penghasilan apapun lainnya, akan menjadi Objek PPh Badan 25% dan PPN Keluaran 10%
sepanjang PT A tidak bisa menjelaskannya.
Dengan demikian, sebagai bagian dari tax management, perusahaan harus bisa
menjelaskan asal-usul uang masuk atas penerimaan non penghasilan.
53 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
PPN Keluaran terhutang pada:
a. Peredaran Usaha
b. Other Income (BKP atau JKP)
c. Penjualan Aktiva Tetap yang berhubungan dengan usaha
d. Sumbangan inventory dan Pemakaian Sendiri
e. Pendapatan Diterima Dimuka tahun ini
f. Penyerahan tahun ini yang difakturkan di tahun depan
Contoh Kasus 1:
Misalkan PT B memiliki data sbb:
Piutang awal Rp 40 M
Penjualan (Export 20%) Rp 500 M
UM Pendapatan Awal Rp 30 M
UM Pendapatan Akhir (Rp 20 M)
Piutang Akhir Rp 25 M
Diketahui total uang masuk di Bank Rp 700 M
Penjelasan asal-usul uang masuk atas penerimaan non penghasilan:
1. Transfer antar Bank Rp 20 M
2. Penjualan asset tetap Rp 10 M
3. Ph. bunga jasa giro dan Deposito (PPh final) Rp 5M
4. Uang pinjaman dari Bank dan Pemegang Saham Rp 55 M
5. PPN Keluaran yang benar-benar dipungut Rp 30 M
Jumlah Rp 120 M
Pertanyaan:
1. Berapakah peredaran usaha yang seharusnya ?
2. Berapakah PPN Keluaran yang seharusnya ?
B. Equalisasi antara Sales & Other Income dengan Bukti Potong PPh
Saat terhutangnya Pasal 21, Pasal 23, Pasal 26, dan Pasal 4(2)
Menurut PP-94 tahun 2010 pasal 15, saat terhutangnya Pasal 21 adalah saat pembayaran
atau saat dibukukan sebagai beban, mana yang lebih dulu. Saat terutangnya Pasal 23,
Pasal 4(2), atau Pasal 26 adalah:
1. saat pembayaran atau saat jatuh tempo (bunga dan sewa),
2. saat disediakan untuk dibayarkan (dividen).
3. saat yang ditentukan dalam kontrak atau perjanjian atau faktur (royalty dan
jasa),
Saat Pemotongan PPh atas Bunga dan Sewa (Tanah Bangunan atau sewa
lainnya)
Yang dimaksud dengan “saat jatuh tempo pembayaran” adalah saat kewajiban untuk
melakukan pembayaran yang didasarkan atas kesepakatan, baik yang tertulis maupun
tidak tertulis dalam kontrak atau perjanjian atau faktur.
Contoh pemotongan atas bunga pinjaman:
54 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Pada bulan Oktober 2016 PT A memberikan pinjaman kepada PT B sebesar
Rp1.000.000.000,00 dengan tingkat bunga sebesar 10% (sepuluh persen) per tahun. Jatuh
tempo pembayaran bunga setiap tanggal l April dan 1 Oktober (semesteran).
Pada 1 April 2017, PT B membayar bunga sebesar Rp50.000.000,00 kepada PT A untuk
periode Okt 2016 s/d Maret 2017. Atas bunga pinjaman ini, PT A telah mengakui separuh
penghasilan di tahun 2016 yaitu sebesar Rp25.000.000,00 (bunga selama 3 bulan=Oktober
s.d Desember 2016 sedangkan 3 bulan di 2017 adalah Januari s/d Maret 2017).
Sesuai ketentuan, PT B melakukan pemotongan Pasal 23 pada saat jatuh tempo
pembayaran pada tanggal 1 April 2017 sebesar Rp7.500.000,00 (yaitu 15% x
Rp50.000.000,00) dan kepada PT A diberikan bukti pemotongannya. Atas pemotongan
tersebut, dapat dikreditkan sepenuhnya oleh PT A pada tahun 2017 walaupun ia hanya
mengakui penghasilan bunga di 2017 sejumlah Rp 25 juta saja.
Sebelum melakukan pengujian atas aspek penerapan ketentuan perpajakan atas pos-pos
laporan keuangan, Pengujian HPP dan Beban Administrasi Umum biasanya dilakukan
dengan cara sbb:
55 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Related Party, technical dan lokal, technical fee, royalty fee, bunga
assistance from Related Party, pinjaman, etc, sehingga yakin atas hal-hal sbb:
Royalty to related party, 1. Apakah beban tersebut sudah memenuhi
sumber dana related party, dan “benefit test” ?
penggunaan dana related party 2. Apakah hutang-piutang related party
sudah terpenuhi aspek pajaknya?
3. Apakah nilainya sudah wajar?
4. Apakah pajaknya sudah dibayar dengan
benar ?
5. Apakah hasil equalisasi antara Pasal
23/26/PPN masukan/PPN JKPLN dengan
pos di Laporan Keuangan sudah sama
atau ada selisih ?
2. Equalisasi PPN Masukan Ada PPN Masukan yang berasal dari Impor,
dengan Pembelian BKP di COGS pembelian aktiva, pembelian inventory, PM tahun
lalu, PPN JKPLN, dan Uang Muka Biaya. PM yang
berasal dari pembelian aktiva, UM Biaya, JKPLN
dan PM tahun lalu agar disingkirkan dulu dalam
equalisasi pembelian BKP tahun yang diaudit. PM
tahun X yang dikreditkan di tahun (X+1) agar
ditambahkan kedalam equalisasi tahun X.
4. Equalisasi SPT Masa Objek Selisihnya biaya yang dikoreksi Fiskal, kecuali WP
Pasal 21 atas Beban Upah, Gaji bisa memberikan bukti pendukung yang kuat
dan kompensasi karyawan bahwa selisih itu memang benar-benar objek
lainnya, beban komisi WPOP, pasal 21 yang belum dilaporkan.
beban kebersihan WPOP, Koreksi tetap dilakukan pada:
beban Keamanan WPOP, beban 1) Beban Estimasi Pasca Kerja PSAK sekian
Maintenance WPOP, dan beban 2) Beban Estimasi Bonus/THR/etc
Lainnya ke WPOP 3) Beban Natura Kenikmatan apapun
namanya
56 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
WAPU) 3) NPWP suppliers
Contoh Kasus 2:
Misalkan PT BMG adalah pabrikan sparepart mobil (bukan di kawasan berikat/bebas). Ia
memiliki data sbb:
PM di SPT PPN-B1 (impor BKP) Rp 8 M
PM di SPT PPN-B1 (impor JKP) Rp 6 M
PM di SPT PPN-B2 (DN) Rp 30 M
PM di SPT PPN-B3 (Uncreditable VAT in) Rp 1 M
SPT Masa Pasal 23/26 - PPh 26 JKPLN Rp 8 M
Pertanyaan:
1. Berapakah jumlah pembelian bahan baku impor ?
2. Berapakah jumlah pembelian bahan baku dalam negeri ?
3. Berapakah jumlah beban JKPLN di rugi laba ?
4. Berapakah jumlah pembelian natura kenikmatan ?
Contoh Kasus 3:
Misalkan PT AMG adalah Distributor besar baja. Ia memiliki data sbb:
Pasal 22 dari Pabrikan Baja Rp 1,2 M (0,3%)
PM di SPT PPN-B2 (DN – murni pembelian DN) Rp 36 M
HPP Rp 420 M
Persediaan Awal Rp 40 M
Persediaan Akhir Rp 30 M
57 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
FORBI
JENIS BIAYA KOMERSIAL OKEH DASAR HUKUM
DDEN
BIAYA SUMBER DAYA MANUSIA
1 Biaya tunjangan PPh V PER-50 th. 2006
2 Biaya PPh ditanggung perusahaan V PP-138 th.2000
3 Biaya Provisi bonus karyawan V Pasal 9 (1) UU
PPh
4 Iuran Jamsostek (JKK/JKM/ Pelayanan V PP-14 th.2006
Kesehatan) ditanggung perusahaan
5 Iuran JHT dibayar perusahaan (tapi bukan V PER-15 th. 2006
objek Pasal 21)
6 Iuran Pensiun kepada dana pensiun yang V Pasal 9 (1) UU
belum disahkan Menteri Keuangan PPh
7 Premi Jamsostek/BPJS ditanggung V Pasal 6 (1) UU
perusahaan PPh
8 Premi Asuransi Jiwa karyawan ditanggung V Pasal 9 (1) UU
perusahaan PPh
9 Premi Asuransi jiwa shareholder dan V Pasal 9 (1) UU
keluarga ditanggung perusahaan PPh
10 Biaya penebusan pengobatan V Pasal 6 (1) UU
(Reimbursement) dimana karyawan PPh
bayarin dulu
11 Biaya Pengobatan dibayar perusahaan V Pasal 9 (1) UU
(berobat gratis) PPh
12 Biaya gaji yang dibayarkan kepada V Pasal 9 (1) UU
anggota persekutuan, firma atau CV yang PPh
modalnya tidak terbagi atas saham
13 Biaya yang dibebankan/dikeluarkan untuk V Pasal 9 (1) UU
kepentingan pemegang saham, sekutu, PPh
anggota
14 Biaya penggantian atau imbalan pekerjaan V Pasal 9 (1) UU
dalam bentuk natura dan kenikmatan PPh
(kecuali di daerah tertentu)
15 Biaya makan minum di tempat kerja V Pasal 9 (1) UU
pegawai restoran, pesawat, dan kapal laut PPh
16 Biaya makan minum di tempat kerja V PER-50 th. 2006
kepada seluruh karyawan, bukan sebagian
17 Biaya tunjangan makan minum berupa V Pasal 6 (1) UU
uang PPh
18 Biaya antar jemput karyawan V KMK-466 /
KMK/2000
19 Biaya Mobil antar jemput karyawan, V KMK-466 /
termasuk penyusutan dan biaya KMK/2000
turunannya
58 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
20 Pakaian pegawai hotel/penyiar TV V KEP – 213 /
PJ./2001
21 Biaya pakaian seragam satpam, pegawai V KEP – 213 /
Pemadam kebakaran, proyek, dan awak PJ./2001
kapal/pesawat
22 Biaya pakaian seragam pabrik, bank, hotel V KEP – 213 /
dan Depnaker tidak mensyaratkan itu. PJ./2001
23 Biaya Cuti ditanggung perusahaan dan V Pasal 6 (1) UU
tidak masuk ke gaji karyawan PPh
24 Biaya Beasiswa dengan kontrak, baik V KEP-545 / PJ
berhubungan dengan kerjaan atau tidak /2000
25 Biaya imbalan Fee yang melebihi V Pasal 9 (1) UU
kewajaran yang dibayarkan kepada PPh
pemegang saham/pihak yang mempunyai
hubungan istimewa sehubungan dengan
pekerjaan dan perusahaan
26 Perjalanan Dinas secara lump sum dan V S-260/PJ/1998
dimasukan ke gaji
27 Perjalanan Dinas secara lump sum dan V S-260/PJ/1998
tidak dimasukan ke gaji
28 Biaya Bonus dan apapun bentuknya yang V Pasal 9 (1) UU
dibebankan pada Retained Earning PPh
29 Sumbangan ke karyawan dalam bentuk V Pasal 6 (1) UU
uang dan masuk ke gaji PPh
30 Beban cadangan bonus V Pasal 9 (1) UU
PPh
BIAYA PAJAK DAN RETRIBUSI
31 Biaya STP PPh & PPN (pokok dan bunga) V Pasal 9 (1) UU
PPh
32 Biaya SKPKB (pokok dan bunga) V Pasal 9 (1) UU
PPh
33 Biaya PPh Final ditanggung perusahaan, V Pasal 9 (1) UU
termasuk Uang Tebusan Tax Amnesty dan PPh
PPh revaluasi AT
34 Biaya Pasal 21 ditanggung perusahaan V Pasal 9 (1) UU
PPh
35 Biaya Pasal 22 ditanggung perusahaan V Pasal 9 (1) UU
PPh
36 Biaya Pasal 23 ditanggung perusahaan V Pasal 9 (1) UU
PPh
37 Biaya Pasal 25 dibayar perusahaan V Pasal 9 (1) UU
(termasuk Fiskal Luar negeri/ FLN) PPh
38 Biaya Pasal 26 ditanggung perusahaan V PP-138 th.2000
39 Biaya PBB atas Income-Producing Asset V Pasal 6 (1) UU
PPh
40 Biaya PBB atas Non Income-Producing V Pasal 9 (1) UU
Asset PPh
59 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
41 Biaya Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) V Pasal 9 (1) UU
Non Income-Producing Vehicle PPh
42 Biaya Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) V KEP-220 / PJ /
atas Sedan (50% diakui) 2004
43 Biaya-biaya yang berhubungan dengan V KEP-220 / PJ /
sedan (50% diakui) apapun namanya 2004
44 Biaya Retribusi daerah V Pasal 6 (1) UU
PPh
45 Biaya sanksi administrasi PBB V Pasal 9 (1) UU
PPh
46 Biaya sanksi administrasi Pajak Pemda V Pasal 6 (1) UU
PPh
BIAYA PENYUSUTAN
48 Penyusutan sedan dibawa pulang (50% V KEP-220 / PJ /
diakui) termasuk beban turunan sedan 2004
49 Penyusutan non sedan dibawa pulang V S – 154 / PJ.42
(50% diakui) termasuk beban turunan /2003
sedan
50 Penyusutan Bangunan Bukan u/ usaha V Pasal 9 (1) UU
PPh
51 Penyusutan asset lainnya bukan u/ usaha V Pasal 9 (1) UU
PPh
52 Penyusutan Bangunan disewakan yang V PP-138 th.2000
penghasilannya dikenakan PPh Final
53 Penyusutan asset yang berasal dari V KMK-1169 /
Financial Lease KMK.01 /1991
54 Pembayaran cicilan pokok dan bunga V KMK-1169 /
untuk Financial Leasing KMK.01 /1991
DANA CADANGAN
55 Pembentukan atau pemupukan dana V PMK-
cadangan perusahaan umum 81/PMK.03/2009
56 Pembentukan atau pemupukan dana V PMK-
cadangan Industri Perbankan 81/PMK.03/2009
57 Pembentukan atau pemupukan dana V PMK-
cadangan Perusahaan Asuransi 81/PMK.03/2009
58 Pembentukan atau pemupukan dana V PMK-
cadangan SGU dengan hak opsi dan 81/PMK.03/2009
perusahaan lainnya
BIAYA LAINNYA
59 Gaji yang dibayarkan kepada anggota V Pasal 4 ayat 3
persekutuan, firma atau CV yang huruf i dan pasal
modalnya tidak terbagi atas saham 9 ayat 1 huruf j
UU PPh
60 Harta yang dihibahkan, bantuan atau V Pasal 4 ayat 3
60 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
sumbangan kepada Related party dan ada huruf d dan pasal
hubungan usaha 9 ayat 1 huruf e
UU PPh
61 Harta yang dihibahkan, bantuan atau V Pasal 4 ayat 3
sumbangan kepada Independent party dan huruf d dan pasal
tidak ada hubungan usaha 9 ayat 1 huruf e
UU PPh
62 Sumbangan Tsunami dan GNOTA V SE-33 / PJ.421
/1996 dan KMK-
609/KMK/2004
63 Penghasilan yang ditangguhkan V KEP-184/PJ.2002
pengakuannya
64 Biaya yang ditangguhkan pengakuannya V KEP-184 / PJ.
/2002
65 Jumlah yang melebihi kewajaran yang V Pasal 9 ayat1
dibayarkan kepada pemegang huruf f dan pasal
saham/pihak yang mempunyai hubungan 18 ayat 4 UU PPh
istimewa sehubungan dengan pekerjaan
66 Biaya reparasi, penyusutan, dan biaya- V S – 154 / PJ.42
biaya lainnya yang berhubungan dengan /2003
kendaraan yang dibawa pulang dan
dikuasai oleh pegawai (50% saja)
67 Biaya Research & Development di Luar V Pasal 9 (1) UU
Indonesia PPh
68 PPN Masukan yang Fakturnya tidak V PP-94 th.2010
lengkap, cacat, & tidak benar tapi sudah
dibayar dan berasal dari biaya yang
berhubungan langsung dengan usaha
69 Biaya-Biaya yang Penghasilan dikenakan V PP-94 th.2010
PPh final
70 Biaya-biaya yang Penghasilan bukan objek V PP-94 th.2010
PPh
71 Pembukuan yang terpisah atas Income V PP-94 th.2010
dan Beban PPh final, Non final, dan tax-
exempted income
72 Beban Bunga Pinjaman yang melebihi V PMK-
rasio DER=4:1 169/PMK.03/2016
61 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
DAFTAR NOMINATIF ENTERTAINMENT (Sebagai lampiran SPT Tahunan)
No Tgl Jenis Nama Alamat Juml Nama Jaba Nama Jenis Tujuan
Entert. Tempat (Rp) Relasi tan Perus Usaha
Pembukuan beban ini dilakukan setiap ada transaksi selama satu tahun penuh dan bukti
pengeluaran harus disimpan.
Biaya Promosi adalah bagian dari biaya penjualan yang dikeluarkan oleh Wajib Pajak dalam
rangka memperkenalkan dan/atau menganjurkan pemakaian suatu produk baik langsung
maupun tidak langsung untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan penjualan.
Besarnya Biaya Promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto merupakan
akumulasi dari jumlah :
1) biaya periklanan di media elektronik, media cetak, dan/atau media
lainnya;
2) biaya pameran produk;
3) biaya pengenalan produk baru; dan/atau
4) biaya sponsorship yang berkaitan dengan promosi produk.
Tidak termasuk Biaya Promosi adalah :
1) pemberian imbalan berupa uang dan/atau fasilitas, dengan nama
dan dalam bentuk apapun, kepada pihak lain yang tidak
berkaitan langsung dengan penyelenggaraan kegiatan promosi.
2) Biaya Promosi untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang bukan merupakan objek pajak dan yang telah
dikenai pajak bersifat final.
Dalam hal promosi dilakukan dalam bentuk pemberian sampel produk, besarnya biaya
yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebesar harga pokok sampel produk
yang diberikan, sepanjang belum dibebankan dalam perhitungan harga pokok penjualan.
Wajib Pajak wajib membuat daftar nominatif yang paling sedikit harus memuat data
penerima berupa nama, Nomor Pokok Wajib Pajak, alamat, tanggal, bentuk dan jenis
biaya, besarnya biaya, nomor bukti pemotongan dan besarnya Pajak Penghasilan yang
dipotong dengan format atas pengeluaran Biaya Promosi yang dikeluarkan kepada pihak
lain sebagaimana ditetapkan dalam lampiran. Daftar nominatif dilaporkan sebagai lampiran
saat Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan. Dalam hal ketentuan ini tidak
dipenuhi, Biaya Promosi tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
62 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Biaya Promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto harus memperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
1) untuk mempertahankan dan atau meningkatkan penjualan;
2) dikeluarkan secara wajar; dan
3) menurut adat kebiasaan pedagang yang baik.
Pada saat pengisian Lampiran Peraturan Menteri mengenai Daftar Nominatif perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Dalam hal pemberian sampel, kolom Keterangan harus diisi dengan
mencantumkan Nama Kegiatan dan Lokasinya;
2) Dalam hal Biaya Promosi dikeluarkan dalam bentuk sponsorship,
kolom Keterangan harus diisi dengan informasi kontrak dan/atau
perjanjian sponsorship secara lengkap, termasuk nomor dan tanggal
kontrak;
3) Dalam hal Biaya Promosi dilakukan dalam bentuk selain sponsorship
dan kegiatan promosi tersebut dilakukan berdasarkan suatu kontrak
dan/atau perjanjian, maka Wajib Pajak harus mencantumkan
informasi kontrak dan/atau perjanjian secara lengkap dalam kolom
Keterangan, termasuk nomor dan tanggal kontrak.
Lampiran I
NOMOR : 02/PMK.03/2010
NPWP :
Alamat :
Tahun Pajak :
Pemotongan
Data Penerima
PPh
63 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
.........................., ....................
DIVIDEN TERSELUBUNG
Menurut Pasal 4 ayat (1) huruf g UU PPh, bahwa yang termasuk definisi Dividen adalah:
1) pembagian laba baik secara langsung ataupun tidak
langsung, dengan nama dan dalam bentuk apapun;
2) pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi
jumlah modal yang disetor;
3) pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa
penyetoran termasuk saham bonus yang berasal dari
kapitalisasi agio saham;
4) pembagian laba dalam bentuk saham;
5) pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran;
6) jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang
diterima atau diperoleh pemegang saham karena
pembelian kembali saham-saham oleh perseroan
yang bersangkutan;
7) pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari
modal yang disetorkan, jika dalam tahun-tahun yang
lampau diperoleh keuntungan, kecuali jika
pembayaran kembali itu adalah akibat dari pengecilan
modal dasar (statuter) yang dilakukan secara sah;
8) pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba,
termasuk yang diterima sebagai penebusan tanda-
tanda laba tersebut;
9) bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi;
10) bagian laba yang diterima oleh pemegang polis;
11) pembagian berupa sisa hasil usaha kepada anggota koperasi;
12) pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi
pemegang saham yang dibebankan sebagai biaya
perusahaan.
Dalam praktek sering dijumpai pembagian atau pembayaran dividen secara terselubung,
misalnya dalam hal pemegang saham yang telah menyetor penuh modalnya dan
memberikan pinjaman kepada perseroan dengan imbalan bunga yang melebihi kewajaran.
Apabila terjadi hal yang demikian maka selisih lebih antara bunga yang dibayarkan dan
tingkat bunga yang berlaku di pasar, diperlakukan sebagai dividen. Bagian bunga yang
diperlakukan sebagai dividen tersebut tidak boleh dibebankan sebagai biaya oleh perseroan
yang bersangkutan.
64 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
CADANGAN KERUGIAN PIUTANG (PMK-207/PMK.010/2015)
Perusahaan tidak diperbolehkan membentuk dana cadangan kerugian piutang tak tertagih
kecuali piutang yang benar-benar tak tertagih yang harus memenuhi 3 syarat berikut :
a. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
b. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang nyata-nyata tidak
dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan
c. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih tersebut (salah satu saja, tidak
semuanya):
1. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan
Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang
negara;
2. terdapat perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang /
pembebasan utang antara kreditur dan debitur atas piutang
yang nyata-nyata tidak dapat ditagih tersebut;
3. telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus;
atau
4. adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah
dihapuskan untuk jumlah utang tertentu.
Tambahan info:
(1) Daftar piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih yang diserahkan kepada DJP
harus mencantumkan identitas debitur berupa nama, Nomor Pokok Wajib Pajak,
alamat, jumlah plafon utang yang diberikan, dan jumlah piutang yang nyata-nyata
tidak dapat ditagih.
(2) Pemenuhan ketentuan sebagaimana dimaksud diatas dilakukan dengan cara
melampirkan:
a. fotokopi bukti penyerahan perkara penagihannya ke Pengadilan
Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara;
b. fotokopi perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang/pembebasan utang usaha yang telah dilegalisir oleh notaris;
c. fotokopi bukti publikasi dalam penerbitan umum atau penerbitan
khusus; atau
d. surat yang berisi pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah
dihapuskan yang disetujui oleh kreditur tentang penghapusan
piutang untuk jumlah utang tertentu, yang disetujui oleh kreditur.
(3) Daftar piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dan bukti/dokumen harus
disampaikan bersamaan dengan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan.
(1) Kerugian yang berasal dari piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
dibebankan pada perkiraan cadangan piutang tak tertagih.
65 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
(2) Dalam hal jumlah cadangan piutang tak tertagih seluruhnya atau sebagian tidak
dipakai untuk menutup kerugian, jumlah kelebihan cadangan tersebut
diperhitungkan sebagai penghasilan.
(3) Dalam hal jumlah cadangan piutang tak tertagih dipakai untuk menutup kerugian
namun tidak mencukupi, jumlah kekurangan cadangan tersebut diperhitungkan
sebagai kerugian.
66 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
WARNING:
Mengapa pembukuan yang sudah beropini “Unqualified Opinion” by the
Big 5 CPA Firms masing tetap saja “dobrak” kena SKPKB ratusan milliar
jika diperiksa oleh DJP ?
Jawabannya: Ada yang salah pada:
1. Deductible & Undeductible Expenses
2. Kewajiban Withholding Tax dan Pemungutan PPN Keluaran
3. Equalisasi Lapkeu dengan WHT & VAT in-VAT out
4. Pengkreditan VAT in (plus hasil konfirmasi “tidak ada”)
5. Penerapan PPN pada kawasan berikat/bebas/terintegrasi
6. Pembukuan Final Income/Non Final/Tax Free Income
7. Utang Piutang Related Party
8. Penerapan Tax Treaty & Treaty Shopping
9. Penerapan Debt to Equity Ratio (DER)
10. Substance over Form
11. Transfer Pricing issue
12. Controlled Foreign Corporation (CFC) rules
67 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Contoh: SPT Badan ada salah jumlah sehingga ada kurang bayar Pasal 29
atau SPT PPN ada kesalahan jumlah sehingga ada kurang bayar PPN
c. Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan / atau bunga;
Contoh: sanksi yang Rp 1.000.000- SPT Badan, atau SPT Badan ada salah
jumlah sehingga ada kurang bayar Pasal 29 plus denda 2% sebulan.
e. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tidak mengisi
Faktur Pajak secara lengkap maka: sanksi 2 % dari DPP, kecuali data:
Identitas pembeli, untuk Non PE
Identitas pembeli serta nama dan tandatangan, dalam hal penyerahan
dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak pedagang eceran (PE)
f. Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa
penerbitan faktur pajak: sanksi 2% sebulan.
g. Pengusaha Kena Pajak yang mengalami gagal berproduksi dan telah diberikan
pengembalian Pajak Masukan: sanksi bunga 2% plus pokok PPN.
b. apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dan setelah ditegur secara tertulis tidak
disampaikan juga: sanksi 50% PPh OP/Badan, 100% PPh Potput, dan 100% PPN
68 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
d. apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29 tidak dipenuhi
sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang: sanksi 50% PPh
OP/Badan, 100% PPh Potput, dan 100% PPN
e. apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) secara jabatan: sanksi 2% sebulan dan Pokok
Pajak ditagih semuanya sejak memperoleh penghasilan, bukan sejak memperoleh
NPWP/PKP.
Contoh: sudah punya penghasilan melebihi PTKP sejak 2013 namun baru ketahuan
sekarang, maka dihitung pajaknya sejak 2013, bukan sejak punya NPWP sekarang
ini. Pokok pajak + Sanksi = 2% sebulan max 24 bulan.
Walaupun jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat,
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 48% (empat puluh delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak
atau kurang dibayar, apabila Wajib Pajak setelah jangka waktu tersebut dipidana karena
melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
69 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
70 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
1. penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan; atau
2. pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak.
Permohonan ini hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling banyak 2 (dua) kali, kecuali
permohonan pembatalan hasil pemeriksaan pajak tanpa penyampaian SPHP dan closing,
hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak 1 (satu) kali saja.
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal
permohonan diterima, harus memberi keputusan atas permohonan yang diajukan. Apabila
jangka waktu itu telah lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan,
permohonan Wajib Pajak dianggap dikabulkan.
Catatan Penting
1. Pasal 36 ini berlaku apabila terjadi persengketaan substansi temuan audit atau
Transaksi keuangan perusahaan, bukan untuk kejadian kesalahan tulis, kesalahan
hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan
perundang-undangan perpajakan.
2. Pasal 36 ini dapat menampung keluhan wajib pajak yang mau mengajukan
keberatan tapi sudah lewat waktu.
71 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Keberatan
Apa syarat-syarat Keberatan?
Ada 5 syarat, yaitu 1) memakai bahasa Indonesia 2)belum 3 bulan terlampaui sejak SKPKB
dikirim (bukan tanggal terbit SKPKB) 3) satu surat untuk satu produk SKP 4) menuliskan
berapa jumlah yang benar menurut WP beserta alasannya 5) Membayar pajak sesuai
perhitungan WP.
Surat keberatan yang tidak memenuhi persyaratan bukan merupakan surat keberatan
sehingga tidak dipertimbangkan dan tidak diterbitkan surat keputusan oleh Dirjen Pajak.
Jika keberatan wajib pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, wajib pajak dikenakan sanksi
administrasi berupa denda sebesar 50% dari jumlah pajak berdasarkan keputusan
keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.
Akan tetapi, apabila wajib pajak mengajukan banding maka sanksi administrasi berupa
denda sebesar 50% tidak dikenakan.
Beban Pembuktian
Keberatan atas SKP yang diterbitkan oleh DJP maka wajib pajak harus membuktikan
ketidakbenaran surat ketetapan pajak tersebut dalam proses keberatannya. Sebaliknya,
dalam proses Banding, DJP harus membuktikan bahwa wajib pajak melakukan
ketidakbenaran itu.
Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian dan Wajib Pajak tidak
mengajukan permohonan banding, jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan
72 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan harus dilunasi
paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan Keberatan, dan
penagihan dengan Surat Paksa akan dilaksanakan apabila Wajib Pajak tidak melunasi
utang pajak tersebut. Di samping itu, Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda
sebesar 50% (lima puluh persen).
Contoh:
Untuk tahun pajak 2014, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dengan jumlah
pajak yang masih harus dibayar sebesar Rp1.000.000.000,00 diterbitkan terhadap PT
A. Dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, Wajib Pajak hanya menyetujui pajak yang
masih harus dibayar sebesar Rp 200.000.000.00. Wajib Pajak telah melunasi sebagian
SKPKB tersebut sebesar Rp200.000.000,00 dan kemudian mengajukan keberatan atas
koreksi lainnya. Direktur Jenderal Pajak mengabulkan sebagian keberatan Wajib Pajak
dengan jumlah pajak yang masih harus dibayar menjadi sebesar Rp750.000.000,00. Dalam
hal ini, Wajib Pajak tidak dikenai sanksi administrasi sebagaimana diatur dalam Pasal 19,
tetapi dikenai sanksi sesuai dengan ayat ini, yaitu sebesar 50% x (Rp750.000.000.00-
Rp200.000.000,00) = Rp275.000.000,00 sehingga totalnya Rp 550 juta + Rp 275 juta.
Catatan:
1. Apabila wajib pajak mengajukan banding maka sanksi administrasi berupa
denda sebesar 50% tidak dikenakan.
2. Apabila WP sudah mengajukan keberatan dan sedang diproses, maka WP
sudah tidak bisa lagi mengajukan permohonan Pasal 36.
Dirjen Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 bulan sejak tanggal surat keberatan
diterima harus memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan. Apabila jangka waktu
12 bulan telah lewat dan Dirjen Pajak tidak menerbitkan suatu keputusan maka keberatan
tersebut dianggap dikabulkan.
73 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Gugatan adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung
Pajak terhadap pelaksanaan penagihan Pajak atau terhadap keputusan yang dapat
diajukan Gugatan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Pasal 23 UU KUP menjelaskan tentang Gugatan:
Syarat-Syarat Banding
Syarat-syarat Banding adalah mengajukan Surat Banding dalam Bahasa Indonesia kepada
Pengadilan Pajak, Banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal
diterima Keputusan yang dibanding, dan jangka waktu itu tidak mengikat apabila jangka
waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan pemohon Banding,
Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding, Banding diajukan dengan
disertai alasan-alasan yang jelas dan dicantumkan tanggal diterima surat keputusan yang
dibanding, dilampirkan salinan Keputusan yang dibanding, dan tidak perlu membayar pajak
yang disbanding. Banding yang telah dicabut atas permohonan wajib pajak dan sudah ada
penetapan atau putusan pencabutan tidak dapat diajukan Banding kembali.
Gugatan hanya dapat diajukan kepada badan peradilan pajak/pengadilan pajak. Gugatan
diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak.
74 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Penundaan Penagihan Otomatis Jatuh Tempo SKPKB
Wajib Pajak yang mengajukan banding, jangka waktu pelunasan pajak yang diajukan
banding tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Putusan
Banding. Penangguhan Jangka waktu pelunasan pajak menyebabkan sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan sebagaimana diatur dalam Pasal 19
tidak diberlakukan atas jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan.
Dalam hal permohonan banding Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, jumlah
pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum
mengajukan keberatan harus dilunasi paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan
Putusan Banding, dan penagihan dengan Surat Paksa akan dilaksanakan apabila Wajib
Pajak tidak melunasi utang pajak tersebut. Di samping itu, Wajib Pajak dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) sebagaimana dimaksud pada
ayat ini.
Contoh:
Untuk tahun pajak 2014, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dengan jumlah
pajak yang masih harus dibayar sebesar Rp1.000.000.000,00 diterbitkan terhadap PT A.
Dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, Wajib Pajak hanya menyetujui pajak yang
masih harus dibayar sebesar Rp 200.000.000,00. Wajib Pajak telah melunasi sebagian
SKPKB tersebut sebesar Rp200.000.000,00 dan kemudian mengajukan keberatan atas
koreksi lainnya. Direktur Jenderal Pajak mengabulkan sebagian keberatan Wajib Pajak
dengan jumlah pajak yang masih harus dibayar menjadi sebesar Rp750.000.000,00.
Selanjutnya Wajib Pajak mengajukan permohonan banding dan oleh Pengadilan Pajak
diputuskan besarnya pajak yang masih harus dibayar menjadi sebesar Rp450.000.000,00.
Dalam hal Banding kalah, baik sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen)
per bulan sebagaimana diatur dalam Pasal 19 (bukan SKPKB/STP) maupun sanksi
administrasi berupa denda 50% Keberatan tidak dikenakan. Namun, setelah banding,
Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda, yaitu sebesar=100%x
(Rp450.000.000,00 - Rp200.000.000.00)=Rp250.000.000,00 sehingga totalnya Rp 250 juta
x 2 = Rp 500 juta.
Saksi Ahli
Yang tidak boleh didengar keterangannya sebagai saksi adalah:
a. Keluarga sedarah atau semenda menurut garis keturunan lurus ke atas atau
ke bawah sampai derajat ketiga dari salah satu pihak yang bersengketa;
b. Istri atau suami dari pemohon Banding atau penggugat meskipun sudah
bercerai;
c. Anak yang belum berusia 17 (tujuh belas) tahun; atau
d Orang sakit ingatan.
Setiap orang yang karena pekerjaan atau jabatannya wajib merahasiakan segala sesuatu
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatannya, untuk keperluan persidangan kewajiban
merahasiakan dimaksud ditiadakan.
75 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
b. Gugatan yang tidak diputus dalam jangka waktu 6 bulan sejak surat
gugatan diterima.
c. tidak dipenuhinya salah satu syarat data dalam surat putusan atau
kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung, dalam putusan Pengadilan Pajak;
d. sengketa yang berdasarkan pertimbangan hukum bukan merupakan
wewenang Pengadilan Pajak,misalkan sengketa pengakuan asset milik pihak
III.
Selain hal tersebut maka dilakukan dengan Pemeriksaan dengan Acara Biasa
Alat Bukti
Alat bukti dapat berupa:
a. surat atau tulisan;
b. keterangan ahli;
c. keterangan para saksi;
d. pengakuan para pihak; dan/atau
e. pen getahuan Hakim
Peninjauan Kembali
Permohonan peninjauan kembali hanya dapat diajukan 1 (satu) kali kepada Mahkamah
Agung melalui Pengadilan Pajak. Permohonan peninjauan kembali tidak menangguhkan
atau menghentikan pelaksanaan putusan Pengadilan Pajak. Permohonan peninjauan
kembali dapat dicabut sebelum diputus, dan dalam hal sudah dicabut permohonan
peninjauan kembali tersebut tidak dapat diajukan lagi.
76 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
a. Apabila putusan Pengadilan Pajak didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu
muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan
pada bukti-bukti yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu;
b. Apabila terdapat bukti tertulis baru yang penting dan bersifat menentukan, yang
apabila diketahui pada tahap persidangan di Pengadilan Pajak akan menghasilkan
putusan yang berbeda;
c. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada yang
dituntut,
d. Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan
sebab-sebabnya; atau
e. Apabila terdapat suatu putusan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Imbalan Bunga
Apabila pengajuan keberatan, banding, atau permohonan peninjauan kembali dikabulkan
sebagian atau seluruhnya, dan selama pajak yang masih harus dibayar sebagaimana
dimaksud dalam SKPKB, SKPKBT, SKPN dan SKPLB yang telah dibayar menyebabkan
kelebihan pembayaran pajak maka kelebihan pembayaran tersebut dikembalikan dengan
ditambah imbalan bunga 2% per bulan untuk paling lama 24 bulan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Untuk SKPKB dan SKPKBT dihitung sejak tanggal pembayaran yang
menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai dengan diterbitkannya surat
keputusan keberatan, putusan banding, atau putusan peninjauan kembali.
77 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
b. Untuk SKPN dan SKPLB dihitung sejak tanggal penerbitan surat ketetapan pajak
sampai dengan diterbitkannya surat keputusan keberatan, putusan banding,
atau putusan peninjauan kembali
Imbalan bunga juga diberikan atas surat keputusan pembetulan, surat keputusan
pengurangan ketetapan pajak, surat keputusan pembatalan ketetapan pajak yang
dikabulkan sebagian atau seluruhnya sehingga menyebabkan kelebihan pembayaran pajak
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan dihitung sejak tanggal pembayaran yang menyebabkan
kelebihan pembayaran pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, atau Surat
Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak;
b. untuk Surat Ketetapan Pajak Nihil dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
dihitung sejak tanggal penerbitan surat ketetapan pajak sampai dengan
diterbitkannya Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Pengurangan
Ketetapan Pajak, atau Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak; atau
c. untuk Surat Tagihan Pajak dihitung sejak tanggal pembayaran yang
menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai dengan diterbitkannya Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, atau
Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak.
Imbalan bunga juga diberikan atas pembayaran lebih yang terkait dengan sanksi
administrasi berupa denda berdasarkan Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi
atau Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai akibat dari diterbitkannya
surat keputusan keberatan, putusan banding, atau putusan peninjauan kembali yang
mengabulkan sebagian atau seluruh permohonan wajib pajak.
Studi Kasus
1. Tahun 2015 diterbitkan STP untuk pasal 23 atas sewa kendaraan oleh fiscus
2. Tahun 2014 diterbitkan SKPKB langsung tanpa pembahasan akhir tapi dilakukan
pemeriksaan.
3. Diketahui ada hitungan STP yang salah atau penerapan sanksinya salah.
4. Ada juru sita yang menyegel mobil perusahaan yang belakangan diketahui itu
bukan asset perusahaan tapi milik pribadi direksi.
5. Ada juru sita yang menyegel asset pribadi pemegang saham yang belakangan
diketahui bahwa asset perusahaan masih tersedia banyak.
6. Ada tindakan penagihan padahal SKPKB sedang dalam proses keberatan.
7. Terbit SKPKB hasil pemeriksaan dimana perusahaan tidak setuju sebagian. Selain
SKPKB, ada juga STP atas penyerahan yang belum dilaporkan dan dianggap tidak
bikin faktur pajak (2% x DPP) dan perusahaan tidak setuju.
Pertanyaan:
Sehubungan dengan permohonan WP atas kuasa pasal 16, Pasal 36, pasal 23 (gugatan),
pasal 25 (keberatan) dan pasal 26 (Banding) UU KUP, jelaskan langkah Saudara dalam
menyelesaikan kasus nomor 1 s/d 7, pasal mana yang Saudara ajukan ?
78 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
KASUS-KASUS WP OP
1. WPOP pedagang dengan omzet dibawah Rp 4,8 milliar di beberapa tempat usaha
2. WPOP pedagang dengan omzet di atas Rp 4,8 milliar
3. WPOP sebagai pekerja kantoran saja dan dan Istri kerja dari satu perusahaan
4. WPOP pekerjaan bebas dengan omzet dibawah Rp 4,8 milliar
5. WPOP pekerjaan bebas, juga sebagai pegawai tidak tetap di suatu perusahaan, dan
Istri kerja dari satu perusahaan plus anak punya penghasilan
6. WPOP pedagang dengan omzet dibawah Rp 4,8 milliar dan ada penghasilan final
dan penghasilan yang bebas PPh
7. Hutang atau Modal dari pemegang saham WPOP
Kasus 2:
Melanjuti kasus nomor 1, dengan asumsi bahwa bentuk usahanya adalah PT, misalkan si C
menyetor modal bukan uang tapi berupa 1.000 m2 tanah dan 200 m2 Bangunan diatasnya
dengan nilai pasar seluruhnya Rp 5 milliar. NB tanah Rp 500 juta dan NB Bangunan Rp 1
milliar. Saham PT diterbitkan untuk si C dengan nilai buku Rp 4 milliar saja.
Jawab:
Menyetor modal tidak kenak pajak jika dalam bentuk uang, jika dalam bentuk
barang maka terhutang pajak yaitu: Tanah/Bangunan kena PPh 5% final, jika
selain tanah/bangunan terhutang PPh umum dari nilai pasar diatas nilai
bukunya bagi pemilik asset yang dijadikan setoran modal. PT mencatat agio
saham Rp 1 milliar (Rp 5 M – Rp 4 M).
Kasus 3:
Sama dengan kasus diatas, tapi Saham PT AJE dimiliki oleh dua pemegang saham, ABC Ltd
(Hongkong) sejumlah Rp 5 milliar dan PT AJU sejumlah Rp 3 milliar. Saham PT AJE yang
dimiliki oleh ABC Ltd. dijual kepada PT Wong Sugih seharga Rp Rp 12 milliar. PT AJE
belum listing di BEJ. Jelaskan aspek perpajakanya bagi PT AJE. Nilai jualnya adalah Rp 50
milliar.
79 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Jawab: Penjualan saham PT Indonesia yang dijual oeh Parent di LN terhutang pasal
26=5% dari nilai jual sahamnya, dibayar oleh PT AJE Indonesia jika pembelinya
WPLN. Jika pembelinya WPDN Indonesia maka dipotong dari nilai beli, yaitu PT
Wong Sugih yang motong Pasal 26.
------------------------------------------------------------------------------
Tahun 2013 ini, perusahaan berencana akan menambah mesin dan peralatan pabrik baru
dengan estimasi biaya Rp 60 milliar. Beberapa sumber dana berikut ini sudah siap
memberikan bantuannya kepada perusahaan. Mereka adalah:
80 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Nama Penjelasan
Bank BNI 46 cabang Ready kapan saja diperlukan. Bunga 14,5%, asalkan
Tangerang perusahaan dapat mempertahankan ratio-ratio
keuangan tertentu.
Kiss Dong Jung Co. Perusahan ini pemegang saham 99% PT Mentari Pagi.
Dia mau memberikan pinjaman dengan bunga 25%.
Pajak-pajak harus ditanggung oleh PT MCA. Bunga
pasar = 14,5%.
Tn. Arifin Pak Arifin (pemegang saham) adalah pengusaha yang
menggunakan pembukuan, mau memberikan dananya
dengan bunga 25% dan potongan pajak ditanggung
oleh Pak Arifin.
Rich Brother, Inc. Suatu badan yang berdomisili di BVI yang pemegang
sahamnya merupakan kenalan dekat Pak Arifin, mau
memberikan pinjaman dalam dollar yang jika
dirupiahkan sama dengan Rp 20 milliar, dengan bunga
15% (arms’ length). Pajak-pajak harus ditanggung
pemberi pinjaman.
PT Fajar Mentari Perusahaan adalah pemegang saham dan bergerak
dalam bidang Farmasi juga. PT mentari mau
memberikan dana tersebut dengan bunga 0%. Dana ini
berasal dari pinjaman Bank.
Arimarko Co. Perusahan ini merupakan residen Singapore yang
bergerak dibidang Asset Management yang team ahlinya
direkrut dari para profesional di Singapore. Saham
Arimarko dimiliki oleh Arifin = 80%, Marjono = 10%,
dan Handoko = 10% makanya dinamai Arimarko.
Perusahaan ini mau memberikan dana ke PT MCA tanpa
bunga dalam bentuk Convertible Bond (CB).
PT Mentari Pagi Mau memberikan dananya Rp 20 milliar sebagai
pinjaman. Bunga 15% (sesuai harga pasar). Pemegang
saham lama lagi pikir-pikir dulu.
PT KJM Mau memberikan dananya Rp 20 milliar sebagai
penyertaan saham sehingga sebagai Pemegang Saham
baru. Pemegang saham lama agak enggan juga dengan
perubahan komposisi saham yang baru ini. Diasumsikan
pemberian dividen sama dengan bunga pinjaman Bank,
yaitu 15%.
Bahaslah aspek pajak dari kedua belah pihak dan tentukan mana yang paling
menguntungkan PT MCA Indoprima !
81 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
2. Jika Saudara adalah sebagai Tax Planner, bagaimana Saudara menyiasati peraturan
perpajakan atas loan yang seperti ini ?
3. Tax incentive apa yang mungkin disediakan dalam kasus ini sehingga pinjaman ini
menjadi Tax Saving ?
KASUS MERGER
PT ABC adalah perusahaan sehat. PT ABH sedang rugi terus sudah 5 tahun. Mereka berdua
bersaudara. Meraka akan merger di tahun 2018. Perusahaan bertanya kepada anda:
1. Apa bedanya merger, peleburan, dan pemekaran ?
2. Apa bedanya akuisisi melalui pengambilalihan asset dan pengambilalihan saham ?
3. Bolehkan mereka merger atau lebur dengan Nilai Buku? jelaskan jawaban Saudara
4. Apa itu bonafide business purpose ?
5. Apa bedanya aturan lama dengan aturan baru di 2017 dalam urusan ini ?
6. Jelaskan hal-hal yang harus dilakukan WP sebelum dan sesudah penggabungan
usaha.
Tahun 2015 ini perusahaan ingin memberikan kepada karyawannya Voucher Bensin Rp 5
milliar. Dengan asumsi Laba Rugi tahun 2015 adalah sama dengan 2014, Pertanyaan:
82 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
1. Diketahui bahwa direksi perusahaan sudah mendapatkan salary kotor pada tarif
25% sedangkan manager ke bawah masih 5%-15%. Jelaskan mana yang lebih baik
bagi perusahaan, apakah bentuk Voucher atau bentuk Uang saja (pajak-pajak
ditanggung perusahaan)
2. Analogy dengan pertanyaan 1, mana bentuk THR yang paling baik bagi perusahaan
jika pajak-pajak ditanggung karyawan.
3. Analogy dengan pertanyaan 1, bagaimana jika PT ABC adalah perusahaan Real
Estate atau Jasa Konstruksi ?
83 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
KASUS PERUSAHAAN PERKEBUNAN TEH – PASAL 22 DAN PPN
PT Teh Merem Melek (TMM) adalah industri pembuatan teh yang produknya dijual ke lokal
dan juga ekpor ke mancanegara, baik berupa daun teh segar dan teh jadi. Merek
produknya adalah “Teh Merem Melek”. Daun teh diperoleh dari kebun sendiri dan ada yang
dari pedagang pengumpul. Tahun 2013 lalu data pembelian dari pihak lain (bukan kebun
sendiri) ada sejumlah Rp 600 milliar. Pertanyaan:
a. Apakah ada pajak yang timbul dari pembelian sejumlah Rp 600 milliar ini ?
b. Jika ada pajaknya dan DPP pembelian ini hanya sebesar Rp 500 milliar, dan di 2015
di pemeriksa oleh DJP, bagaimana kisah selanjutnya ?
c. Bagaimana dengan seluruh PPN masukan atas perusahaan yang menjual BKP dan
Non BKP ?
(Kasus Real Pemeriksaan Pajak)
Jawab:
A dan B:
Pasal 22 Rugi Laba Selisih
Pembelian 500 M 600 M 100 M
Alasan Selisih :
Belum dipungut atau pembelian tidak ada bukti pendukung
C: Harus ada perhitungan kembali PPN Masukan pada bulan Jan s/d Maret tahun 2014.
84 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Penyerahan PT ABC kepada 4 cabangnya di setiap ibukota propinsi totalnya Rp 200 milliar
dan penjualan keempat cabangnya adalah Rp 300 milliar. Masing-masing cabang sudah
PKP dan tidak pemusatan. Menurut SPT PPN induk terdapat PPN Keluaran sejumlah Rp 32
milliar (belum termasuk penyerahan kepada 4 cabangnya).
85 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Berapa penjualan seharusnya di 2014 ? tergantung alasan PPN kelurannya. Jika memang
hanya PPN atas penjualan saja (tidak ada alasan PK lainnya), maka artinya ada Penjualan
yang belum dilaporkan di SPT Badan sebesar Rp 20 milliar.
86 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
2. Apabila ada kebijakan perusahaan yang mau menanggung Pajak-pajak yang timbul
atas cicilan itu, apakah sudah tepat ?
3. Apabila perusahaan ini tidak dikenakan PPh Final, bagaiamana cerita selanjutnya ?
Accounts Rp Jumlah
Sales Rp 425.000
HPP (Upah buruh Rp 80 milliar) Rp 300.000
Laba Kotor Rp 125.000
Biaya Administrasi: Rp
Gaji dan Tunjangan lainnya Rp 30.000
Beban selain gaji Rp 50.000
Jumlah Biaya Adm/Umum Rp 80.000
Laba Bersih Usaha Rp 45.000
Taksiran PPh Badan Rp 11,250
Tahun 2017 ini akan dibagikan voucher bahan bakar kendaraan pribadi karyawan dengan
total beban Rp 3 milliar untuk jajaran top direksi dan 1 milliar untuk karyawan menegah
kebawah. Seluruh karyawan top rank memiliki gaji bruto pada layer tertinggi pasal 21
sedangkan Manager kebawah masih pada level 15%. Porsi Gaji pada bagian administrasi
dan umum yang sejumlah Rp 30 milliar adalah 40% atau kisaran Rp 12 milliar untuk top
level. Sisanya yang 18 milliar adalah gaji manager kebawah. Upah buruh pabrik masih
dikisaran 5%. Pajak-pajak ditanggung perusahaan.
Pertanyaan:
Saudara diminta untuk memberikan pandangan tentang bentuk yang paling baik di lihat
dari kacamata pajak atas tunjangan bensin ini, apakah Voucher semua, atau uang semua,
atau bagaimana ?
87 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
c. Membayar technical fee kepada AMN German Rp 1,2 milliar yang jumlah
wajarnya bila dilakukan kepada pihak independen akan sebesar Rp 800 juta.
d. PT AMN menjual Tanah & Bangunan seharga Rp 3 milliar kepada Anak
Perusahaan dimana nilai buku tanah & bangunan tersebut adalah Tanah Rp 2
Milliar dan Bangunan Rp 4 milliar. Harga pasar wajar adalah Rp 10 milliar.
e. PT AMN memiliki 5% saham PT ABA senilai Rp 2 milliar yang pada tahun 2017
ini dijual kepada Anak perusahaan seharga Rp 500 juta. Anak perusahaan
kemudian menjual lagi saham itu kepada pihak lain (independent party) seharga
Rp 5 milliar.
f. PT AMN memiliki Parent Co. yang bernama AMN Co. Germany. Saham PT AMN
dijual kepada BBC Co di Belanda (independent part).
g. PT AMN memiliki Parent Co. yang bernama AMN Co. Germany. Asumsikan induk
perusahaan ini bukan di Germany tapi berdomisili di BVI. AMN Co BVI ini
seluruh sahamnya dimiliki oleh Brick stone Co. di Hongkong. Saham AMN Co
BVI dijual kepada BBC Co di Belanda.
Bahaslah aspek perpajakannya oleh Saudara.
88 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
milliar (abaiken P3B) dan data Lampiran B1-SPT PPN (bukan impor BKP-tapi JKP)
ada PM Rp 1 milliar.
Temuan pemeriksa pajak di-amin-ken oleh perusahaan karena PT BDM tidak paham
pemeriksa ngomong apa. Tugas Saudara:
1. Misalkan Saudara adalah pemeriksa pajak. Atas masing-masing kasus diatas,
jelaskan temuan apa yang Anda buat yang perlu klarifikasi dari PT BDM ini.
2. Misalkan Anda adalah sebagai tax manager, dipanggil untuk memberikan
tanggapan atas kasus tahun 2015 yang lewat ini masing-masing point dan saran-
saran agar di tahun 2016 kedepan tidak terjadi lagi koreksi fiskal yang sangat
dahsyat. Jelaskan…
3. Sebagai tax planner, jelaskan secara umum apa-apa saja yang bisa dilakukan untuk
mengurangi pajak yang selalu LB untuk SPT Badan
TUGAS KELOMPOK
Berikut adalah laba rugi tahu 2016 PT Kiss Dong Say yang berdomisili di KPP
Jakarta Anu-Anu. Ia adalah pabrikan Automotif berupa sepeda motor yang menjual
produknya local dan export. Pabriknya ada di kawasan Jababeka.
89 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
BALANCE SHEET
Untuk periode yang berakhir 31 Desember 2016
RUPIAH
AKTIVA
AKTIVA LANCAR
Kas dan Setara Kas 4.807.479.922
Piutang Usaha - Pihak ketiga 114.575.299.187
Piutang lain-lain – Hubungan Istimewa 12.139.877.364
Persediaan 11.429.569.179
Uang Muka Pajak 3.035.817.653
Beban Dibayar Dimuka 110.094.364.507
Total Aktiva Lancar 256.082.407.812
AKTIVA TIDAK LANCAR
INVESTASI (saham 60%) 210.000.000.000
EKUITAS
Modal Disetor 1.000.000.000
Saldo Laba Ditahan 9.416.457.140
Jumlah Ekuitas 10.416.457.140
JUMLAH 476.498.820.612
BEBAN USAHA
Beban penjualan (Attachment B) 5.159.744.080
90 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Beban Administrasi dan Umum (Attachment C) 12.724.909.660
Jumlah beban usaha 17.884.653.740
LABA USAHA 14.729.033.350
PENDAPATAN LUAR USAHA
Pendapatan (Beban) Luar Usaha (Attachment D) (2.898.291.350)
LABA SEBELUM PAJAK 11.830.742.853
Pajak kini (5.457.685.713)
Attachment A
Pada Harga Pokok penjualan terdapat :
Pemakaian material (Pembelian import = 30%) 92.173.944.988
Beban Royalty (MNA Ltd- Singapore) 2.500.000.000
Upah Tenaga Kerja 8.562.500.000
Biaya pengiriman (antar pulau via PT AKM Shipping) 3.527.004.528
Sewa Alat berat (PT Trakindo) 2.885.747.450
Beban penurunan nilai persediaan 2.458.000.000
Subkontraktor (PT Anu-Anu) 1.100.000.000
Penyusutan (Pabrik/Mesin/Peralatan/Truck/Rumdin) 2.230.000.000
Sumbangan produk (ada uang keamanan WPOP=50%) 600.000.000
Pemakaian Bahan Bakar solar (bayar SSP pasal 22) 1.697.173.972
Biaya konsumsi (Catering CV Enak) 697.173.972
Biaya Akomodasi Lapangan dan Lainnya 2.454.768.000
120.886.312.910
Attachment B
Beban promosi dan Pemasaran terdiri dari:
Beban Pemasaran & Promosi (pasang iklan dan banner) 3.798.769.672
Beban Entertainment (Ada Daftar Nominatif 20%) 1.245.000.000
Beban komisi penjualan (WP OP) 115.974.408
5.159.744.080
Attachment C
Beban Administrasi dan Umum terdiri dari:
Beban Gaji dan Tunjangan 8.400.000.000
Beban Penyusutan (ruko 10%/sedan 20%) 1.230.000.000
Beban Keamanan dan Kebersihan (WP OP) 67.500.000
Beban Kerugian Piutang tak tertagih 456.528.660
Beban Konsumsi Kantor (Catering Mbo Marni Demplon) 254.000.000
Beban Perawatan aktiva tetap (ruko 10%/Sedan 60%/
sisanya aktiva lainnya) 750.000.000
Beban Listrik/Air/Telepon (beban Ruko 20%) 100.500.000
Beban Management & Technical Fee (MNA Ltd.) 550.000.000
Beban Notaris (Income dari Sewa Ruko) 50.000.000
Beban Sewa kantor (cabang Surabaya) 196.409.000
Beban Perjalanan Dinas (ada ongkos pegawai=50%) 342.875.000
Beban Kepegawaian (Reimburse sakit=20%) 305.647.000
91 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
Beban Lainnya 21.450.000
12.724.909.660
Attachment D
Data penghasilan Luar usaha terdiri dari:
Pendapatan sewa Ruko 1.000.000.000
Pendapatan jasa giro 110.000.000
Pendapatan Dividen (saham 40% di PT ABG) 44.500.000.000
Pendapatan Outsouring (pengolahan) 2.000.000.000
Pendapatan cabang di negara X (PPh = 20%) 4.537.300.000
Kerugian penjualan asset tetap 3M (Jual Rp 1 milliar) (200.000.000)
Kerugian Selisih Kurs atas Pinjaman Dollar (11.310.000.000)
Beban Bunga pinjaman Bank (3.250.000.000)
Beban Bunga pinjaman ke Parent Co.LN (60.160.000.000)
Beban administrasi dan provisi bank (125.590.497)
(2.898.290.497)
Pertanyaan:
1. Pada neraca terdapat pos Investasi. Atas investasi pada perusahaan anak
ini (saham 60%), ternyata dananya dari pinjaman bank. Jelaskan aspek
pajak atas bunga pinjaman bank ini.
2. Diketahui berdasarkan fakta bahwa Pasal 22 adalah sejumlah Rp 783
juta atas penjualan. Menurut saudara, berapa penjualan yang
seharusnya ? bagaimana dengan PPN-nya ?
3. Misalkan ternyata diketahui bahwa PPN Keluaran ada sejumlah Rp 20
milliar, apa argument saudara atas selisih ini karena anda yakin bahwa
Sales sudah benar adanya.
4. Berdasarkan FS diatas, berapa seharusnya jumlah PPN Keluaran ?
5. Apa temuan Saudara pada pos aktiva lancar ?
6. Fakta diketahui bahwa didalam Aktiva Tetap ada penambahan Bangunan
di 2016 sejumlah Rp 30 milliar, apa temuan Anda ?
7. Jika ada “construction in progress” di neraca dan ternyata itu adalah
installasi mesin impor dengan fee sejumlah Rp 2 milliar, apa temuan
Anda ?
8. Apa temuan Saudara pada pos hutang ?
9. Identifikasilah objek SPT Masa Pasal 21 berdasarkan FS diatas
10. Berapa Pasal 22 impor berdasarkan FS diatas ?
11. Identifikasilah objek SPT Masa Pasal 23 atas jasa berdasarkan FS diatas
12. Identifikasilah objek SPT Masa Pasal 23 dan pasal 26 atas bunga
pinjaman berdasarkan FS diatas
13. Identifikasilah objek SPT Masa Pasal 4(2) berdasarkan FS diatas
14. Identifikasilah objek SPT Masa Pasal 26 atas JKLN & BKPTBLN
berdasarkan FS diatas
15. Apakah JKLN & BKPTBLN berdasarkan FS diatas juga terhutang PPN ?
jika terhutang, hitunglah PPN tersebut
16. Identifikasilah objek SPT Masa Pasal 15 berdasarkan FS diatas
92 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
17. Apakah beban yang sudah dikoreksi fiskal pada PPh Badan tetap
terhutang PPh pemotongan/pemungutan ?
18. Berdasarkan FS diatas, identifikasilah mana kredit pajak (selain pasal 25)
dalam menghitung SPT Badan tahun 2016 ini
19. Data HPP adalah sebagaimana dibawah ini.
Pada Harga Pokok penjualan terdapat :
Pembelian & Pemakaian material (Pembelian import = 30%) 92.173.944.988
Beban Royalty (MNA Ltd- Singapore) 2.500.000.000
Upah Tenaga Kerja 8.562.500.000
Biaya pengiriman (antar pulau via PT AKM Shipping) 3.527.004.528
Sewa Alat berat (PT Trakindo) 2.885.747.450
Beban penurunan nilai persediaan 2.458.000.000
Subkontraktor (PT Anu-Anu) 1.100.000.000
Penyusutan (Pabrik/Mesin/Peralatan/Truck/Rumdin) 2.230.000.000
Sumbangan produk 600.000.000
Pemakaian Bahan Bakar solar (bayar SSP pasal 22) 1.697.173.972
Biaya konsumsi (Catering CV Enak) 697.173.972
Biaya Akomodasi Lapangan dan Lainnya 2.454.768.000
Jumlah HPP 120.886.312.910
Permasalahan:
PPN Masukan versi SPT Masa Jan-Des 2016 diketahui bahwa kredit PM di SPT Masa
Jan s/d Des atas perolehan BKP dan JKP adalah Rp 25 milliar. Lakukan analisis PM
dalam melakukan Equalisasi PPN Masukan untuk menguji HPP diatas. Jika Saudara
tidak bisa menjelaskan selisihnya, maka dalam tax audit biasanya akan dikoreksi
fiskal beban perolehan BKP/JKP tersebut.
93 | P a g e
Corporate Tax Planning 2018
About Author:
Indrayagus Slamet adalah Betawi Asli, lulusan D IV STAN dan Magister Akuntansi UI
tahun 2007. Menjadi pegawai pajak sejak 1995 sampai dengan 2010, dan karena merasa
lelah menjadi pejabat DJP yang selalu keliling-keliling Nusantara, maka ia memutuskan
untuk berganti profesi saja menjadi dosen di Magister Akuntansi UI sebagai dosen
Perpajakan. Beliau adalah penggemar ilmu International taxation dan pemegang Brevet C
dari IKPI.
Jaman dulu, April 2010, ia ditugaskan oleh DJP untuk mengikuti 65 th OECD Seminar on
International Taxation for Special Issues di Soul, South Korea. Pada bulan Maret 2015 ia
melanjutkan belajar transfer pricing ke Netherland, Belanda.
Sampai saat ini, DJP selalu mengundang beliau untuk memberikan IHT Analisa Laporan
Keuangan & P3B. Sekarang kesehariannya adalah menjadi dongsen di UI saja (Salemba
dan Depok), memberikan seminar Tax Treaty & Transfer pricing, dan membantu
perusahaan multinasional dalam menyiapkan dan membuat Transfer Pricing
Documentation. Ia sebagai pengasuh tanya-jawab perpajakan internasional pada majalah
perpajakan Indonesia Tax Review (ITR) dan telah menerbitkan buku “Tax Treaty for
beginner” yang sudah published.
94 | P a g e