Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH ASUPAN ZAT GIZI TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKOMOTORIK

ANAK USIA 25-60 BULAN PADA YAYASAN AN-NUR KALLA KOTA MAKASSAR

Mohammad Zulkarnain1, Khidri Alwi2, St. Patimah3


1Pasca Sarjana UMI Makassar
2Pasca Sarjana UMI Makassar
3Pasca Sarjana UMI Makassar

(Alamat Korespondensi: Muhammadzulkaranain828@gmail.com/082293556208)

ABSTRAK

Usia dini merupakan usia ketika anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat.
Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar dalam sepanjang rentang
pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Masa ini ditandai oleh berbagai periode penting
yang fundamental dalam kehidupan anak selanjutnya sampai periode akhir perkembangannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh asupan zat gizi terhadap perkembangan
psikomotorik anak usia 25-60 bulan pada PAUD An-Nur Kalla Kota Makassar dengan total sampel 35
orang (Total Sampling).dengan menggunakan uji Chi square dan uji regresi logistic. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna (p>0,05)antara asupan protein(p=0,303),
karbohidrat(p=0,303), vitamin A(p=0,444), vitamin B1(p=0,128), vitamin B2(p=0,146), vitamin
B6(p=0,292), vitamin C(p=0,303), kalsium(p=0,107) dengan perkembangan psikomotorik (p>0,05).
Dan ada hubungan bermakna antara asupan lemak(p=0,012), vitamin B12(p=0,020), zat besi (p=0,002)
dengan perkembangan psikomotorik (p<0,05). Saran mengharapkan orangtua dan tenaga pendidik
untuk lebih memperhatikan perkembangan dan gizi anak.

Kata kunci : zat gizi makro, zat gizi mikro, perkembangan psikomotorik

PENDAHULUAN ditandai oleh berbagai periode penting yang


Pendidikan merupakan peran penting fundamental dalam kehidupan anak
bagi kemajuan sebuah bangsa, oleh karena itu selanjutnya sampai periode akhir
setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti perkembangannya (Wiyani dan Barnawi,
jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan 2014).
anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan Masalahkekurangangiziyangmendapat
menengah maupun tinggi. Dalam kamus besar banyak mendapat perhatian akhir-akhir ini
bahasa Indonesia, pendidikan diartikan adalah masalah gizi kronis dalam bentuk anak
sebagai proses pengubahan sikap dan tata pendek (stunting).Stunting didefenisikan
laku seseorang atau kelompok orang di usaha sebagai indeks tinggi badan menurut umur
mendewasakan manusia melalui upaya (TB/U) kurang dari minus dua standar deviasi
pengajaran dan pelatihan. “Kemudian, dalam (2SD) atau dibawah rata rata standar yang ada
arti luas, pendidikan adalah segala bentuk dan severestunting didefenisikan kurang dari-
pengalaman belajar yang berlangsung dalam 3SD (Paramita, 2012).
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat Di dunia ada 178 juta anak berusia
untuk mengembangkan kemampuan seoptimal kurang dari lima tahun (balita)
mungkin sejak lahir sampai akhir hayat” (Wiyani yang stunting dengan luas mayoritas di
dan Barnawi, 2014). SouthCentral Asia dan subSaharaAfrika.
Anak usia dini adalah anak yang baru Prevalensi balita stunting pada tahun 2007 di
dilahirkan sampai usia 6 tahun.Usia ini seluruh
merupakan usia yang sangat menentukan dunia adalah 28,5% dan diseluruh negara
dalam pembentukan karakter dan kepribadian berkembang sebesar 31,2%. DiIndonesia,
anak.Usia dini merupakan usia ketika anak trend kejadian stunting pada balita tidak
mengalami pertumbuhan dan perkembangan memperlihatkan perubahan yang bermakna
yang pesat. Usia dini merupakan periode awal (Paramitha, 2012).
yang paling penting dan mendasar dalam Berdasarkan data WHO kasus anak
sepanjang rentang pertumbuhan serta usia prasekolah underweight di dunia sebesar
perkembangan kehidupan manusia. Masa ini 15,7% dan anak usia prasekolah overweight

434
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 11 Nomor 4 Tahun 2017 ● eISSN : 2302-2531
sebanyak 6,6% (WHO, 2013). Indeks makanan yang dikonsumsi. Industri makanan
Pembangunan Manusia (IPM) atau Human menanggapi isu-isu baru keluarga dengan
Development Index (HDI) Indonesia pada 2010 meningkatkan jumlah kenyamanan dalam
adalah 0,679. Hal ini memposisikan Indonesia mengkonsumsi makanan dengan menyiapkan
pada peringkat 108 dari 187 negara. Tahun serta memproduksi makanan siap saji. Selain
2011, nilai HDI semakin merosot menjadi itu, Lingkungan makan modern kita memiliki
0,628, sehingga membawa Indonesia terpental efek pada cara anak-anak makan.
ke rangking 124 dari 187 negara (UNDP 2011). Pembentukan kualitas SDM yang
Berdasarkan UNICEF (2004), optimal, baik sehat secara fisik maupun
malnutrisi berarti lebih dari sekedar perasaan psikologis sangat bergantung dari proses
lapar atau tidak mempunyai cukup makanan tumbuh kembang pada usia dini.
untuk dimakan. Ketidakcukupan makanan ini Perkembangan anak adalah segala perubahan
dapat menyebabkan berbagai tipe malnutrisi. yang terjadi pada anak meliputi seluruh
Jika tubuh tidak menerima energi yang perubahan yang terjadi pada anak meliputi
dibutuhkan dalam makanan, maka kehilangan seluruh perubahan, baik perubahan fisik,
berat badan akan terjadi. Anak-anak yang perkembangan kognitif, emosi maupun
malnutrisi tidak mempunyai cadangan lemak perkembangan psikososial yang terjadi dalam
dan sangat sedikit otot. Mikronutrien ini usia anak (infancytoddlerhood di usia 0-3
termasuk vitamin A, vitamin B, vitamin C, folat, tahun, early childhood 3-6 tahun, dan
seng, kalsium, iodium dan besi. Defisiensi middlechildhood 6-11 tahun). Masing-masing
beberapa zat gizi merupakan masalah aspek tersebut memiliki tahapan-tahapan
kesehatan yang sangat serius di dunia, karena sendiri (Humaira H, 2016).
defisiensi beberapa zat gizi ini penyebab utama Data dan Informasi Tahun 2014 (Profil
terjadinya anemia pada anak-anak. Kesehatan Indonesia) dilaporkan bahwa status
Data konsumsi pangan memberikan gizi anak balita menurut ketiga indeks berat
estimasi pada kuantitas setiap makanan yang badan menurut umur (BB/U), tinggi badan
disiapkan dikonsumsi oleh individu. Data menurut umur (TB/U), dan berat badan
konsumsi pangan sangat bervariasi dari satu menurut tinggi badan (BB/TB) terlihat
negara ke negara dan bahkan dalam suatu prevalensi gizi buruk dan gizi kurang meningkat
negara karena variasi etnis, wilayah geografis, dari tahun 2007 ke tahun 2013 (Kemenkes RI,
usia dan jenis kelamin. Menurut kerangka yang 2014).
disusun oleh WHO, terjadinya kekurangan gizi, Prevalensi balita sangat kurus secara
baik gizi kurang dan gizi buruk lebih nasional tahun 2013 masih tinggi yaitu 5,3%
dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni, terdapat penurunan dibandingkan tahun 2010
penyakit infeksi dan asupan makanan yang (6,0%) dan tahun 2007 (6,2%). Demikian pula
secara langsung berpengaruh terhadap halnya dengan prevalensi kurus sebesar 6,8%
kejadian kekurangan gizi, pola asuh serta juga menunjukkan adanya penurunan dari
pengetahuan ibu juga merupakan salah satu 7,3% (tahun 2010) dan 7,4% (tahun 2007).
faktor yang secara tidak langsung dapat Secara keseluruhan prevalensi anak balita
berpengaruh terhadap kekurangan gizi kurus dan sangat menurun dari 13,6%pada
(Humaira H, 2016). tahun 2007 menjadi 12,1% pada tahun
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 2013(Kemenkes RI, 2013).
menurut UURI No.20 tahun 2003 tentang Stimulasi yang diberikan pada anak
sistem Pendidikan Nasional adalah suatu yang telah mengikuti pendidikan di PAUD
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak mempunyai perkembangan motorik kasar dan
sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan motorik halus yang baik, namun kemampuan
melalui pemberian rangsangan pendidikan perkembangan pada aspek bahasa-bicara dan
untuk membantu pertumbuhan dan sosialisasi-kemandirian masih kurang sesuai
perkembangan jasmani dan rohani agar anak dengan anak usia 4-5 tahun, sehingga perlu
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan diberikan stimulasi di rumah oleh ibu/keluarga
lebih lanjut. maupun pengasuh. Perkembangan motorik
Selama beberapa tahun terakhir, kasar pada anak usia 4 tahun sangat
pengaruh lingkungan yang mempengaruhi menyenangikegiatan fisik. Perkembangan
perilaku makan termasuk sifat perubahan motorik halus pada anak usia 4 tahun sangat
pasokan makanan, meningkatnya berkembang bahkan hampir sempurna. Anak 5
ketergantungan pada makanan yang tahun telah mampu mengkoordinasikan
dikonsumsi jauh dari rumah, Selain itu, ada gerakan visual motorik seperti
lebih banyak keluarga di mana kedua orang tua mengkoordinasikan gerakan tangan, lengan
bekerja, dan keterbatasan waktu telah menjadi dan tubuh secara bersama. Pada anak usia 4-
faktor penting dalam menentukan jenis 5 tahun perkembangan yang paling

435
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 11 Nomor 4 Tahun 2017 ● eISSN : 2302-2531
menonjolyaituketrampilan motorik (Humaira H, hubungan bermakna antara status gizi dengan
2016). perkembangan psikomotorik balita.
Menurut hasil Riskesdas tahun 2013 Pada Yayasan An–Nur terdapat
prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada anak beberapa guru dan pengasuh yang menjaga
balita di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar anak-anak di sekolah itu. Sebagian besar orang
25,6% yang berarti masalah gizi kurang dan tua/ wali murid rata-rata bekerja sebagai
gizi buruk di Sulawesi selatan masih Pegawai Negeri Sipil, Dosen, dan Pegawai
merupakan masalah kesehatan masyarakat Bank, oleh karena itu anak-anak yang sekolah
dengan prevalensi tinggi. Sulawesi Selatan di Yayasan An-Nur di jaga oleh pengasuh dari
menempati urutan ke-10 untuk angka pagi sampai sore (Profil Yayasan An-Nur Kalla,
prevalensi status gizi buruk pada balita 2017).
berdasarkan pengukuran BB/U pada tahun Orang tua murid sibuk dengan
2013 yaitu sebesar 6,6%. Angka ini lebih tinggi pekerjaannya hanya mengetahui anak-
daripada prevalensi status gizi buruk pada anaknya diberikan makanan yang layak seperti
balita nasional yaitu sebesar 5,7%. Sedangkan makanan siap saji dan snack, tetapi orang tua
prevalensi gizi kurang di provinsi Sulawesi mereka tidak mengetahui berapa besar zat gizi
Selatan pda tahun 2013 yaitu sebesar 19,0%, makanan yang di konsumsi selama di sekolah,
angka ini masih berada diatas target RPJMN Selain itu ada juga anak yang lambat dalam
2010-2014 yaitu sebesar 15%. Kementerian berbahasa ataupun berbicara.
kesehatan RPJMN bidang kesehatan tahu Beberapa penelitian tentang
2015-2019 menargetkan penurunan prevalensi penyelesaian masalah gizi dan pertumbuhan
balita gizi kurang menjadi setinggi tingginya anak telah banyak dilakukan, baik ditingkat
17% (Kemenkes RI, 2015). provinsi Sulawesi selatan maupun tingkat
Perkembangan terdiri atas kabupaten, namun yang terkait dengan
perkembangan psikomotorik, afektif dan Pengaruh asupan zat gizi terhadap
kognitif yang saling menunjang satu sama lain. perkembangan psikomotorik anak usia 25-60
Ranah perkembangan pada balita yang paling BULAN belum banyak dilakukan dan
sering dinilai di layanan primer (puskesmas dipublikasi.
atau posyandu) adalah perkembangan Berdasarkan uraian di atas peneliti
psikomotorik yang terdiri atas perkembangan tertarik melakukan penelitian untuk melihat
motorik halus, motorik kasar, bahasa-bicara, Pengaruh asupan zat gizi terhadap
kemandirian dan sosial anak (Humaira H. dkk, perkembangan psikomotorik anak usia 25-60
2016). bulanpada PAUD Yayasan An-NurKalla Kota
Perkembangan anak adalah segala Makassar.
perubahan yang terjadi padaa anak, dilihat dari
berbagai aspek, antara lain misalnya pada BAHAN DAN METODE
aspek fisik (motorik). Perkembangan Lokasi, Populasi dan Sampel
pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan Penelitian ini merupakan penelitian
yang terkoordinasi antara susunan saraf, otot, observasional analitik dengan pendekatan
otak, dan spinal cord. Salah satu cross sectional study. Penelitian ini
perkembangan yang penting adalah motorik dilaksanakan di Yayasan An-Nur Kalla Kota
kasar, yaitu gerakan tubuh yang Makassar. Waktu penelitian mulai dari 19 Juli
menggunankan otot-otot besar atau sebagian sampai 9 Agustus 2017. Populasi dalam
besar seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi penelitian ini adalah seluruh anak yang berada
oleh kematangan anak itu sendiri. di Yayasan An-Nur Kalla Kota Makassar
Peneliti Purwaningsih dan Lestari sebanyak 35 orang dan sampel pada penelitian
(2015) yang menyimpulkan bahwa terdapat ini adalah anak yang berusia 25-60 bulan pada
perbedaan yang bermakna antara Yayasan An-Nur Kalla Kota Makassar yang
perkembangan psikomotorik bayi usia 0-6 berjumlah 35 orang. Teknik pengambilan
bulan yang diberi ASI dan PASI di Desa Glagah sampel dengan teknik total sampling
Jatinom Klaten, yaitu perkembangan motorik
bayi yang diberi ASI lebih baik dari pada yang Pengolahan Data
diberi PASI. a. Editing, yaitu proses dimana peneliti
Penelitian dilakukan (Humaira, H. dkk, melakukan klarifikasi, konsistensi dan
2014) di wilayah kerja Puskesmas Lapai kelengkapan data yang sudah terkumpul
Padang, menunjukkan hasil bahwa untuk memastikan bahwa tidak ada
mendapatkan balita dengan perkembangan kesalahan dalam pengisian koesioner.
psikomotorik sesuai lebih tinggi pada status gizi b. Coding, yaitu memberikan kode tertentu
normal (87,6%) dibandingkan status gizi tidak pada setiap koesioner sehingga mudah
normal (52,9%). Secara statistik terdapat dibaca oleh mesin pengelola data.

436
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 11 Nomor 4 Tahun 2017 ● eISSN : 2302-2531
c. Entering, yaitu memindahkan data yang telah sebanyak 48,6%Distribusi asupan zat zat gizi
diubah menjadi kode kedalam mesin berdasarkan karakter sampel asupan vitamin
pengelola data. B6 lebih banyak asupan gizi cukup dengan
d. Cleaning, yaitu memastikan bahwa seluruh rata-rata 1.449 ± 36.62 sebanyak 85,7%.
data yang telah dimasukkan kedalam mesin Sedangkan rata-rata asupan kurang 81.95 ±
pengelolah data sesuai dengan yang 41.81 sebanyak 14,3%.
sebenarnya. Distribusi asupan zat gizi berdasarkan
karakteristik sampel asupan vitamin B12 lebih
Analisis data banyak asupan gizi kurang denganrata-rata
1. Analisis Univariat 54.21 ± 15.17sebanyak 62,9%. Sedangkan
Pada analisis univariat data yang diperoleh rata-rata asupan cukup1.042± 20.00 sebanyak
dari hasil pengumpulan dapat disajikan 37,1%
bentuk tabel distribusi frekuensi dan
persentase. Tabel 1. Distribusi Asupan Zat Gizi Anak Usia
2. Analisis Bivariat 25-60
Analisis bivariat dilakukan untuk Karakteristik
Mean ± SD n %
mengetahui pengaruh antara variabel Sampel
dependen dan variabel independen. Protein
3. Analisis Multivariat Cukup 2.846 ± 492.42 31 88,6
Analisis multivariat adalah tehnik analisis Kurang 5 ± 69.160 4 11,4
dengan variabel bebas yang lebih dari satu. Karbohidrat
Tehnik ini digunakan untuk mengetahui Cukup 94.28 ± 11.568 31 88,6
besarnya hubungan antara beberapa
Kurang 64.900 ± 7.567 4 11,4
variabel bebas secara bersamaan terhadap
Lemak
suatu variable.
Cukup 1.036 ± 41.314 7 20.0
HASIL PENELITIAN Kurang 50.44 ± 15.004 28 80.0
Pada Tabel 1 Distribusi asupan zat gizi Vitamin A
berdasarkan karakteristik sampel asupan Cukup 93.29 ± 11.156 13 37,1
protein lebih banyak asupan gizi cukup dengan Kurang 54.40 ± 18.373 22 62.9
rata-rata 2.846 ± 492.42 sebanyak 88,6%. Vitamin B1
Sedangkan rata-rata asupan kurang 5±69.160 Cukup 87.12 ± 8.492 5 14,3
sebanyak 11,4%.Distribusi asupan zat gizi Kurang 38.41 ± 8.442 30 85,7
berdasarkan karakteristik sampel asupan Vitamin B2
karbohidrat lebih banyak asupan gizi cukup Cukup 94.55 ± 11.37 17 48,6
dengan rata-rata 94.28 ± 11.568 sebanyak Kurang 62.41 ± 13.53 18 51.4
88,6%. Sedangkan rata-rata asupan kurang
Vitamin B6
64.900 ± 7.567sebanyak 11,4%. Distribusi
Cukup 1.449 ± 36.62 30 85.7
asupan zat gizi berdasarkan karakteristik
sampel asupan lemak lebih banyak asupan gizi Kurang 81.95 ± 41.81 5 14.3
kurang dengan rata-rata 50.44±15.004 Vitamin B12
sebanyak 80%.Sedangkan rata-rata asupan Cukup 1.042± 20.00 13 37.1
cukup1.036 ± 41.314 sebanyak 20%.. Kurang 54.21 ± 15.17 22 62.9
Distribusi asupan zat gizi berdasarkan Vitamin C
karakteristik sampel asupan vitamin A lebih Cukup 1.085 ± 39.09 4 11.4
banyak asupan gizi kurang dengan rata-rata Kurang 26.13 ± 16.48 31 88.6
54.40 ± 18.373 sebanyak 62,9%. Sedangkan Kalsium
rata-rata asupan cukup 93.29 ± 11.156 Cukup 98.36 ± 17.60 10 28,6
sebanyak 37,1%. Distribusi asupan zat gizi Kurang 38.55 ± 23.75 25 71.4
berdasarkan karakteristik sampel asupan
Zat Besi
vitamin B1 lebih banyak asupan gizi kurang
Cukup 84.46 ± 3.326 13 37.1
dengan rata-rata 38.41 ± 8.442 sebanyak
85,7%. Sedangkan rata-rata asupan cukup Kurang 52.52 ± 18.23 22 62.9
87.12 ± 8.492 sebanyak 14,3%38.41 ± 8.442
sebanyak 85,7%. Distribusi asupan zat gizi berdasarkan
Distribusi asupan zat gizi berdasarkan karakteristik sampel asupan vitamin C lebih
karakteristik sampel asupan vitamin B2 lebih banyak asupan gizi kurang denganrata-rata
banyak asupan gizi kurang dengan rata-rata 26.13 ± 16.48 sebanyak 88,6%. Sedangkan
62.41 ± 13.53sebanyak 51,4%. Sedangkan rata-rata asupan cukup 1.085 ± 39.09
rata-rata asupan cukup 94.55 ± 11.37 sebanyak 11,4%.

437
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 11 Nomor 4 Tahun 2017 ● eISSN : 2302-2531
Distribusi asupan zat gizi berdasarkan dilakukan Purwandi, (2012) menyatakan
karakteristik sampel asupan kalsium lebih bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata
banyak asupan gizi kurang dengan rata-rata asupan besi dan seng antara kelompok
38.55 ± 23.75 sebanyak 71,4%. Sedangkan perlakuan dan control pada sebelum, 1 dan 2
rata-rata asupan cukup 98.36 ± 17.60 bulan setelah intervensi. Kecukupan besi dan
sebanyak 28,6%. seng pada balita usia 1-3 tahun yaitu 8 mg.
Distribusi asupan zat gizi berdasarkan
karakteristik sampel asupan zat besi lebih KESIMPULAN
banyak asupan gizi kurang dengan rata-rata 1. Pengaruh Asupan Zat Gizi MakroTerhadap
52.52 ± 18.23 sebanyak 71,4%. Sedangkan Perkembangan Psikomotorik berdasarkan
rata-rata asupan cukup 84.46 ± 3.326 metode recall 24 jam menunjukkan Tidak
sebanyak 28,6%. ada pengaruh asupan zat gizi protein (p
value = 0,303), dan karbohidrat (p value =
PEMBAHASAN 0,179), sedangkan asupan zat gizi lemak (p
Dari hasil penelitian Sani (2015) value = 0,012) menunjukkan ada pengaruh
menyatakan bahwa anak yang berada pada terhadap perkembangan psikomotorik
usia 6-18 bulan mengalami kekurangan asupan anak usia 24-60 bulan pada yayasan An-
besi, karena dilihat dari hasil univariat sebesar Nur Kalla Kota Makassar.
43 responden,nilai ini cukup tinggi 2. Pengaruh Asupan Zat Gizi MikroTerhadap
dibandingkan dengan asupan besi yang cukup, Perkembangan Psikomotorik berdasarkan
hanya 23 responden. Dari hasil FFQ metode recall 24 jam menunjukkan Tidak
semiquantitave mendeskripsikan bahwa ada pengaruh asupan zat gizi vitamin A
asupan besi yang kurang dengan (pvalue = 0,444), vitamin B1 (p value =
perkembangan motorik kasarnya tidak normal 0,128), vitamin B2 (p value = 0,146),
dan suspect ada sebanyak 12 responden vitamin B6 (p value = 0,292), vitamin C (p
(46,2%) dari 23 responden. Hal ini menyatakan value = 0,303), kalsium (p value = 0,107),
bahwa bahwa anak yang mengkonsumsi besi sedangkan asupan zat gizi vitamin B12 (p
cukup lebih banyak mengalami gangguan value = 0,020), zat besi (p value =
perkembangan motorik kasar. Penelitian yang 0,005)menunjukkan ada pengaruh
dilakukan oleh Emalia, dkk (2014) menyatakan terhadap perkembangan psikomotorik
bahwa asupan besi mempengaruhi anak usia 24-60 bulan pada yayasan An-
perkembangan motorik kasar anak. Nur Kalla Kota Makassar.
Kekurangan besi menyebabkan mitokondria
mengeluarkan oksidan yang membahayakan SARAN
berbagai fungsi sel dalam otak. 1. Bagi Masyarakat
Dari hasil penelitian Wina,(2014) Menunjukkan a. Memperhatikan dan meningkatkan
bahwa menunjukkan analisis hubungan antara kebutuhan asupan zat gizi yang sesuai
asupan gizi mikro dengan kejadian stunting dengan Angka Kecukupan Gizi sesuai
diperoleh fe dengan nilai p=0,185, hipotesis Ha dengan usia anak dan memberikan
ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang makanan yang beraneka ragam untuk
antara asupan zat gizi mikro dengan kejadian mencukupi nilai gizinya
stunting anak usia 24-59 bulan di posyandu b. rajin dan aktif dalam melaporkan
Asoka II wilayah pesisir Kelurahan Barombong perkembangan anak kepada petugas
Kecamatan Tamalate Kota Makassar Tahun kesehatan di setiap bulan
2014 penimbangan.
Menurut penelitian pada anak di 2. Peneliti Lainnya
Bangladesh, suplementasi micronutrient Perlu dilakukan penelitian lanjutan
sprinkle setiap minggu selama 6 bulan mampu menggunakan rancangan penelitian yang
meningkatkan perkembangan motorik berbeda seperti studi kohort dan eksperimen,
dibanding anak yang hanya menerima dengan jumlah variabel tertentu.
suplementasi besi saja. Pada penelitian yang

DAFTAR PUSTAKA

AKG 2013. Angka Kecukupan Gizi 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Al-Rahmad A., Fadillah I. 2016. Perkembangan Psikomotorik Bayi 6-9 Bulan Berdasarkan Pemberian ASI
Eksklusif. Jurnal Action: Aceh Nutrition Journal, November 2016; 1(2); 99-104.

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta, PT Gramedia Utama.

438
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 11 Nomor 4 Tahun 2017 ● eISSN : 2302-2531
______. 2011. Daur Kehidupan Dan Gizi, Jakarta, PT. Gramedia Utama.

Andriani, Merryana. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan, Jakarta; Kencana Prenada Media Group.

Gabriella C, 2016. Hubungan Status Gizi Dengan Motorik Kasar Pada

Anak Usia 1-3 Tahun Di Kelurahan Bitung Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Selatan. E-Jurnal
Keperawatan (e-kp)Volume 4 nomor 2, juli 2016.

Cynthia. 2010. Pengaruh Pemberian Suplemen Besi terhadap Kelelahan


Otot.Semarang. Skripsi. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas. Kedokteran Universitas
Diponegoro

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta : Depkes RI

Hidayat, A. A. A. 2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika.

Humaira H. dkk. 2016. Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Psikomotorik Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Lapai PadanTahun2014. Jurnal kesehatan andalas, 2016;5(2). hattp://jurnal.fk.unad.ac.id

Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak. Penerjemah MertasariTjandra dan Muslichah Zarkasih Jakarta
Erlangga.

______. 2011. Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga.

Jannah R. 2011. Pengaruh Pemberian Suplemen Vitamin Terhadap Perubahan Status Gizi (BB/U) Balita Bawah
Garis Merah (BGM) di Wilayah Kerja Puskesmas Kambat Utara Kab. Hulu Sungai Tengah (HST).
STIKES Husada Borneo Banjarbaru.

Kementrian Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010, Jakarta, Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013, Jakarta, Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan.

Kementrian kesehatan RI 2015. Renstra Kementrian kesehatan tahun 2015-2019. Jakarta: Kementrian kesehatan.

Khidri MA dkk. 2009. Gambaran Status Gizi Anak Studi Observasi Program Pengembangan Anak Usia Dini Yang
Holistik Dan Terintegrasi. Jurnal FKM UMI Makassar.

______. 2013. Studi Effectivenes Program Taburia (Multi Zat Gizi Mikro) Pada Anak Usia 6-24 Bulan di Sulawesi
Selatan.Disertasi. Pascasarjana Prodi Ilmu Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Madyastuti L, Rukmana FD. 2016. Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Perkembangan Motorik Halus Dan
Kognitif Anak Usia Prasekolah (4-5 Tahun). Journal Of Ners Community. Volume 07, Nomor 02, Hal.
136-148.

Mahardikha.(2013).PermaianEdukatif Dengan MediaPuzzle MengembangkanKemampuan Kognitif AnakUsia 4-5


tahun. Tugasakhir Program StudiPendidikan Guru FKIP Untan.

439
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 11 Nomor 4 Tahun 2017 ● eISSN : 2302-2531

Anda mungkin juga menyukai