Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

4.1. Pembahasan
Bencana (stressor) psikososial, terutama yang bersifat katastropik sehingga
mengancam nyawa atau integritas seseorang memerlukan penanganan yang menyeluruh
dan bersifat segera agar dapat mencegah terjadinya gangguan jiwa berat. Jika tidak
ditangani dengan baik, bencana psikososial umumnya akan mengakibatkan terjadinya
gangguan stress akut atau Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), bahkan tidak tertutup
kemungkinan juga terjadi gangguan-gangguan jiwa yang lain, misalnya depresi,
gangguan kecemasan, gangguan mood, penyalahgunaan zat, dll. Bencana psikososial
dapat pula berdampak terjadinya gangguan fisik, misalnya hipertensi dan diabetes.

Pada studi kasus ini bahwa terdapat suatu masalah psikososial yang terjadi
disertai penyakit gagal ginjal kronis, resiko gangguan psikososial dapat terjadi pada
siapapun, baik anak-anak, orang dewasa ataupun orang lanjut usia. Hal ini terjadi di
awali oleh suatu penyakit penyerta tersebut yang dapat mengakibatkan beberapa masalah
yaitu seperti kecemasan penderita tersebut terhadap suatu penyakitnya, ketidakberdayaan
individu sehingga dapat menyebabkan individu merasa tidak berharga dan tidak berdaya
untuk melakukan hal-hal yang diinginkan penderita. Penderita sering merasa cemas
sering merasa hilang semangat, merasa kualitas hidup sudah menurun.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Supriyadi, dkk (2011) yang
menyatakan bahwa hasil penelitiannya adalah Kualitas hidup pasien GGK sebagian besar
berada pada tingkat sedang sebelum dilakukan hemodialisa sebanyak 16 responden
(53,3%) dan setelah dilakukan hemodialisa seluruh responden berada pada tingkat
kualitas hidup sedang (100%). Walaupun semua pada tingkat kualitas hidup sedang, akan
tetapi dari masing–masing responden berbeda nilainya. Ini mungkin juga tergantung dari
persepsi responden dan tingkat keparahan penyakitnya, juga karena GGK tidak bisa
disembuhkan.

Kecemasan biasa terjadi saat penderita menjalani suatu tindakan hemodialisa,


dimana penderita merasa stres yang berlebih, ketakutan dan memikirkan bahwa kualitas
hidup mereka sudah menurun dan tidak berdaya. Suatu yang dapat mereka jadikan

20
penghibur diri adalah keluarga yang dapat meringankan beban stress yang dirasakan
penderita. Dimana keluarga adalah suatu pendukung kesembuhan salah satu anggota
keluarga yang sakit. Maka dari itu sangat diharapkan sekali untuk kelurga dapat turut
mendukung proses kesembuhan yang di alami penderita.

Pada penelitian Supriyadi (2011) dimensi psikologis kualitas hidup pasien GGK
sebelum menjalani HD sebagian besar merasa cemas setiap akan dilakukan tindakan
dialisis terutama responden yang masih menggunakan akses temporer baik double lumen
melalui vena subklavia maupun akses femoralis. Disamping rasa sakit saat insersi juga
risiko yang sering ditimbulkan oleh tindakan pemasangan seperti hematom, thrombosis
vena subklavia, ataupun infeksi yang akan menimbulkan demam tinggi saat
berlangsungnya dialisis. Kegelisahan responden juga tampak saat akan dimulainya
prosedur-prosedur tindakan HD dengan banyak bertanya kepada perawat atau akan
memilih perawat yang akan melakukan insersi pada responden.

Dukungan keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dan


menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu dan dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang diterima. Niven (2002) menyatakan bahwa dukungan keluarga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dalam menjalani
hemodialisa. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan Togatorop (2011) yang
menyatakan bahwa dukungan keluarga pasien GGK dalam kategori positif sebesar
62,5% (20 orang) dan kategori negatif sebesar 37,5% ( 12 orang). Hal ini secara tidak
langsung mengungkapkan bahwa dukungan keluarga pasien dipengaruhi oleh berbagai
multidimensi hidup yang sangat luas seperti, kesehatan fisik, keadaan psikologis, tingkat
kemandirian, hubungan sosial (dukungan sosial), keyakinan pribadi, dan status sosial
ekonomi (CDC, 2011 dalam sagala dan Sitompul, 2018).

Kurniawan,dkk (2019) menyatakan hasil penelitiannya didapatkan Hasil uji


analisa menggunakan kendall tau didapatkan nilai p value 0,003. Kesimpulan pada
penelitian ini adalah terdapat hubungan self efÞ cacy dengan kualitas hidup pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa.

21
4.2. Keterbatasan
Pada studi kasus ini terdapat keterbatasan penulis saat melakukan asuhan keperawatan
jiwa degan resiko gangguan psikososial:
1) Keterbatasan dalam menjalani pengkajian dikarenakan klien sering tidak dirumah.
2) Klien susah untuk berinteraksi dengan baik
3) Klien waktu pengumpulan data yang tidak mencukupi dan mendalami masalah yang
ada pada klien.

22
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh, mengatur
konsentrasi garam dalam darah, dan keseimbangan asam-basa darah, serta eksresi bahan
buangan dan kelebihan garam (Pearce, 1995; Costa et al., 2008). Apabila ginjal gagal
menjalankan fungsinya, maka penderita memerlukan pengobatan dengan segera.
Dukungan keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dan
menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu dan dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang diterima.

5.2. Saran
1) Saran Bagi Pembaca
- Diharapkan bagi pembaca untuk dapat mengkoreksi hasil dari studi kasus
yang peneliti tulis dan memberikan saran dan motivasi yang terbaik bagi
penulis.

2) Saran Bagi Pendidikan


- Diharapkan bagi pendidikan sebagai bahan pembahasan untuk dibahas dan
dijadikan bahan pendidikan.

3) Saran Untuk Peneliti Selanjutnya


- Diharapkan untuk peneliti selanjutnya untuk memperdalam dan meneliti
perbedaan resiko gangguan psikologisosial
- Diharapkan dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan
metode penelitian kualitatif untuk mengeksplorasi hubungan resiko
psikososial mencakup dukungan keluarga dengan aktifitas sehari-hari pada
pasien gagal ginjal kronis yang sedang menjalani pengobatan.

23

Anda mungkin juga menyukai