PARADIGMA PANCASILA
(Tugas ini Disusun untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Etika Bisnis untuk
Akuntan Profesional )
Oleh:
SURABAYA
2019
PENDAHULUAN
Terungkapnya skandal Enron pada bulan Oktober 2001, yang akhirnya mengarah pada
kebangkrutan dari Perusahaan Enron, sebuah perusahaan energi Amerika yang berbasis di
Houston, Texas , dan pembubaran de facto dari Arthur Andersen , yang merupakan salah satu dari
lima terbesar Kantor Akuntan Publik di dunia. Selain menjadi reorganisasi kebangkrutan terbesar
dalam sejarah Amerika pada waktu itu, Enron disebabkan sebagai kegagalan audit terbesar.
Setahun kemudian tepatnya 1 Juli 2002 harga saham Worldcom anjlok dari $64,5 menjadi $2 dan
akhirnya turun lagi menjadi kurang 1 sen yang mengakibatkan kebangkrutan perusahaan tersebut,
Pada masa-masa itu WorldCom menggunakan jasa KAP Arthur Andersen sebagai auditor
eksternal independen. Sedangkan Arthur Andersen sendiri terlilit skandal Enron tidak lama yang
lalu. Jadi bisa dibilang kredibilitas KAP Arthur Andersen sendiri mulai dipertanyakan.
Investor Protection Act of 2002) atau kadang disingkat SOx atau Sarbox adalah hukum federal
Amerika Serikat yang ditetapkan pada 30 Juli 2002 sebagai tanggapan terhadap sejumlah skandal
akuntansi perusahaan besar yang termasuk di antaranya melibatkan Enron, Tyco International,
bilyunan dolar bagi investor karena runtuhnya harga saham perusahaan-perusahaan yang
terpengaruh ini mengguncang kepercayaan masyarakat terhadap pasar saham nasional. Akta yang
diberi nama berdasarkan dua sponsornya, Senator Paul Sarbanes (D-MD) and Representatif
Michael G. Oxley (R-OH), ini disetujui oleh Dewan dengan suara 423-3 dan oleh Senat dengan
suara 99-0 serta disahkan menjadi hukum oleh Presiden George W. Bush.
Perundang-undangan ini menetapkan suatu standar baru dan lebih baik bagi semua dewan
dan manajemen perusahaan publik serta kantor akuntan publik walaupun tidak berlaku bagi
perusahaan tertutup. Akta ini terdiri dari 11 judul atau bagian yang menetapkan hal-hal mulai dari
tanggung jawab tambahan Dewan Perusahaan hingga hukuman pidana. Sarbox juga menuntut
Securities and Exchange Commission (SEC) untuk menerapkan aturan persyaratan baru untuk
Oversight Board (PCAOB), yang bertugas mengawasi, mengatur, memeriksa, dan mendisiplinkan
kantor-kantor akuntan dalam peranan mereka sebagai auditor perusahaan publik. Sarbox juga
Dalam menjalankan profesinya, seorang akuntan harus mengikuti kode etik sebagai
panduan dan aturan bagi seluruh anggota dalam pemenuhan tanggung jawab profesionalnya.
Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung jawabnya dengan standar profesionalisme
tinggi, mencapai tingkat kinerja yang tinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik. Setiap
profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan dari masyarakat
yang dilayaninya. Demikian juga dengan profesi akuntan publik. Kepercayaan masyarakat
terhadap mutu jasa akuntan publik akan menjadi lebih tinggi, jika profesi tersebut menerapkan
standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan profesional yang dilakukan oleh anggota
profesinya. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik merupakan etika profesional bagi akuntan
yang berpraktik sebagai akuntan publik Indonesia. Aturan tersebut bersumber dari Prinsip Etika
yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam konggresnya tahun 1973, Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) untuk pertama kalinya menetapkan kode etik bagi profesi akuntan Indonesia, yang
kemudian disempurnakan dalam konggres IAI tahun 1981, 1986,1994, dan tahun 1998. Etika
profesional yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam kongresnya tahun 1998 diberi
nama Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam perkembangannya, profesi akuntan publik
melalui organisasi profesinya pada tahun 2007 tepatnya pada tanggal 24 Mei mendeklarasikan
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) sebagai organisasi akuntan publik yang independen dan
mandiri dengan berbadan hukum. Berdirinya Institut Akuntan Publik Indonesia adalah respons
terhadap dampak globalisasi. IAPI diharapkan dapat memenuhi seluruh persyaratan International
Federation of Accountans (IFAC) yang berhubungan dengan profesi dan etika akuntan publik,
sekaligus untuk memenuhi persyaratan yang diminta oleh IFAC sebagaimana tercantum dalam
Pada tahun 2008, IAPI melalui Dewan Standar Profesional Akuntan Publiknya
mengeluarkan Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang berlaku efektif 2010. Kode etik profesi
yang dikeluarkan oleh IAPI tersebut masih menerapkan beberapa prinsip etika profesi akuntan
yang dikeluarkan IAI tahun1998. Ada lima prinsip dasar yang harus dimiliki para akuntan publik
dalam menjalankan profesinya yakni, integritas, objektivitas, kompetensi dengan sikap cermat
dan kehatihatian profesional, kerahasiaan dan prilaku profesional lainnya (yang mewajibkan
akuntan mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan menghindari tindakan yang
mendikreditkan profesi). Di dalam kode etik tersebut juga terdapat aturan etika profesi yang berisi
ancaman dan pencegahan yang harus dilakukan akuntan terkait jasa yang ia berikan kepada
masyarakat.
Profesi akuntan dan khususnya para auditor sangatlah berarti. Berbagai peristiwa telah
memberi tatangan tetapi juga kesempatan dan pertumbuhan yang besar. Belum pernah permintaan
atas akuntan yang andal dan auditor dengan integritas tinggi menjadi sangat tinggi. Kantor
Akuntan Publik (KAP) dan auditor seharusnya bisa bersikap independen, dan jangan sampai
tidak melakukan pelanggaran kode etik profesi dan ingkar dari profesi maupun masyarakat. Agar
fenomena mega skandal seperti Enron dan WorldCom dan kasus-kasus di Indonesia tidak terulang
kembali. Kejadian-kejadian tersebut telah memberikan lonceng peringatan kepada para akuntan,
maka diharapkan profesi ini akan menjadi lebih kuat dan dinilai lebih tinggi dari sebelumnya.
Permasalahan diatas menimbulkan beberapa pertanyaan: Apakah Kode etik yang ada di
Indonesia tidak representatif dengan paradigm Pancasila dan budaya masyarakat Indonesia?
Apakah hanya kode etik yang menjadi acuan Moral seorang auditor?
PEMBAHASAN
A. Etika Akuntan
Etika (Yunani Kuno: “ethikos“, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah sebuah
sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas
yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan yang membutuhkan
8 Prinsip Kode etik akuntan Indonesia memuat prinsip etika sebagai berikut :
Saat melaksanakan tanggung jawabnya harus profesional, bagi tiap - tiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka serta
harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk
2. Kepentingan Publik
Bagi semua anggota wajib bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik,
ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi
akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan
yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia
bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas
3. Integritas
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan
(benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya serta mengharuskan
seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus
mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh
dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak
disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau
peniadaan prinsip.
4. Obyektivitas
Bagi tiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan
memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan
anggota bersikap adil, independen, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias,
serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.Anggota bekerja
dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas mereka dalam
berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta
konsultasi manajemen.
Bagi tiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi
ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau
pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir.
6. Kerahasiaan
Bagi tiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum
untuk mengungkapkannya. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar
mengenai sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di
mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu
diungkapkan
7. Perilaku Profesional
Bagi Tiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai
perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain,
8. Standar Teknis
Bagi tiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis
dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama
penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Standar teknis dan
standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan
C. Paradigma Pancasila
digunakan sebagai asumsi dasar yang bisa mengarahkan dan menggerakan kearah yang
dikehendaki oleh bangsa dan Negara sebagai consensus nasional (Noor Ms Bakry, 2010,
343).
Paradigma merupakan model dalam teori ilmu pengetahuan atau sebagai kerangka
dinyatakan yaitu sebagai keutuhan konseptual yang sarat dengan muatan ajaran, teori, dalil,
bahkan pandangan hidup, untuk dijadikan dasar dan arah pengembangan ilmu
Dalam perubahan tata nilai ini, bangsa Indonesia harus dapat menyusun strategi
pengetahuan, demi dan atas nama peningkatan harkat dan martabat manusia Indonesia.
pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila. Ini ditetapkan dalam Ketetapan MPR no.
1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia.
8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu
5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal
Ika.
permusyawaratan / perwakilan
1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
musyawarah.
6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-
2. Bersikap adil.
dibangun (Asshiddiqie 2011). Penulisan ini memperkuat bahwa Pancasila dapat menjadi
pengabaian imperialisme etis yang saat ini berkuasa. Hal yang lebih penting untuk diingat
etika. Ma'arif (2011, p. 59) menjelaskan bahwa semua nilai-nilai dasar yang terkandung
dalam Pancasila sangat jelas. Prinsip pertama yaitu "Ketuhanan Yang Maha Esa"
memberikan dasar yang kuat untuk kehidupan beragama, baik tulus dan otentik. Prinsip
kedua Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia sangat dekat dengan etika akuntan,
tanpa meniadakan kepentingan lainnya, bagian yang lebih penting dari prinsip kedua ini
adalah peradaban, yang berkaitan dengan kesatuan, jika prinsip ini dikombinasikan dengan
prinsip ke tiga, yaitu kesatuan Indonesia, maka peradaban masih harus mempromosikan
kepentingan bangsa secara keseluruhan.Jika dikaitkan dengan Lima sila, keputusan untuk
Pemerintahan sesuai dengan PP no 71 tahun 2010, misnya, penyediaan layanan yang harus
diterapkan secara gratis atau dengan sedikit biaya untuk masyarakat, telah diliberalisasikan
atau dikomersialkan, Connolly & Hyndman (2006) menjelaskan bahwa hal itu juga harus
diingat, bahwa sector public tidak seperti sector swasta yang mempromosikan profitabilitas
dan posisi keuangan. Partisipasi IAI dengan badan-badan professional tidak selalu mampu
memberikan keaddilan social bagi rakyat Indonesia. (Unti Ludigdo dan Ari Kamayanti
Mengutip istilah Bung Karno, “mengambil apinya pancasila, bukan abunya.” Kalau
Pancasila sebagai dasar Negara, maka akuntan harus menjadi jiwa dan pedoman dari semua
semua kebijakan yang berakar dari nilai Pancasila dalam menjalankan profesinya. Ketika
profesi akuntan mampu mewujudkan nilai-nilai pancasila dalam tugas profesinya, sehingga
akuntan-akuntan ini akan disebut sebagai “ akuntan pancasilais”, yaitu akuntan yang
memiliki jiwa yang tangguh (kokoh) selayaknya “batu karang yang teguh” dalam
2012).
menjadi retorika saja yaitu melalui jalur pendidikan. (Unti Ludigdo dan Ari Kamayanti
1.2 Metodelogi
Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini merujuk pada tesis yang disusun oleh
Martono anggusti dengan mengunakan teori utilitas (utilitarisme) yang dipelopori oleh filsuf
Inggeris Jeremy Bentham (1748-1832) , dan selanjutnya Utilitarisme diperhalus dan diperkukuh
lagi oleh fisuf Inggeris besar, John Stuart Mill (1806–1873), dalam bukunya Utilitarianism (1864).
Dalam ekonomi, etika utilitarianisme juga relevan dalam konsep efisiensi ekonomi. Prinsip
efisiensi menekankan agar dengan menggunakan sumber daya (input) sekecil mungkin dapat
dihasilkan produk (output) sebesar mungkin. Satu pokok yang perlu dicatat adalah bahwa baik
etika utilitarianisme maupun analisis keuntungan dan kerugian pada dasarnya menyangkut
kalkulasi manfaat. Hanya saja, apa yang dikenal dalam etika utilitarianisme sebagai manfaat
(utility), dalam bisnis diterjemahkan sebagai keuntungan. Maka, prinsip maksimalisasi manfaat
ditransfer menjadi maksimalisasi keuntungan. Sasaran akhir yang hendak dicapai adalah the
adalah bagi sebanyak mungkin pihak terkait yang berkepentingan, yang berarti juga bagi
keuntungan dan kepentingan perusahaan tersebut. Yang juga perlu mendapat perhatian adalah
bahwa keuntungan dan kerugian disini tidak hanya menyangkut aspek finansial, melainkan juga
aspek-aspek moral: hak dan kepentingan masyarakat, kepuasan masyarakat, dan sebagainya,
karena itu benefits yang menjadi sasaran utama semua perusahaan adalah long term net benefits.
Utilitarisme disebut lagi suatu teleologis (dari kata Yunani telos = tujuan), sebab menurut
teori ini kualitas etis suatu perbuatan diperoleh dengan dicapainya tujuan perbuatan . Perbuatan
yang memang bermaksud baik tetapi tidak menghasilkan apa-apa, menurut utilitarisme tidak
pantas disebut baik. Teori utilitas merupakan pengambilan keputusan etika dengan pertimbangan
manfaat terbesar bagi banyak pihak sebagai hasil akhirnya (the greatest good for the greatest
number). Artinya, bahwa hal yang benar didefinisikan sebagai hal yang memaksimalisasi apa yang
baik atau meminimalisir apa yang berbahaya bagi kebanyakan orang. Semakin bermanfaat pada
semakin banyak orang, perbuatan itu semakin etis. Dasar moral dari perbuatan hukum ini bertahan
paling lama dan relatif paling banyak digunakan. Utilitarianism (dari kata utilis berarti manfaat)
sering disebut pula dengan aliran konsekuensialisme karena sangat berorientasi pada hasil
perbuatan .
Perlu dipahami kalau utilitarisme sangat menekankan pentingnya konsekuensi perbuatan
dalam menilai baik buruknya. Kualitas moral suatu perbuatan, baik buruknya tergantung pada
konsekuensi atau akibat yang dibawakan olehnya. Jika suatu perbuatan mengakibatkan manfaat
paling besar, artinya paling memajukan kemakmuran, kesejahteraan, dan kebahagiaan masyarakat,
maka perbuatan itu adalah baik. Sebaliknya, jika perbuatan membawa lebih banyak kerugian
daripada manfaat, perbuatan itu harus dinilai buruk. Konsekuensi perbuatan disini memang
menentukan seluruh kualitas moralnya . Prinsip utilitarian menyatakan bahwa : “An action is right
from an ethical point of view if and only if the sum total of utilities produced by that act is greater
than the sum total of utilities produced by any other act the agent could have performed in its
place.” (Suatu tindakan dianggap benar dari sudut pandang etis jika dan hanya jika jumlah total
utilitas yang dihasilkan dari tindakan tersebut lebih besar dari jumlah utilitas total yang dihasilkan
Dengan dasar teori diatas bahwa keterlibatan sosial sebagai wujud tanggung-jawab sosial
menimbulkan minat, manfaat dan perhatian yang bermacam ragam, yang pada akhirnya akan
mengalihkan, bahkan mengacaukan perhatian para pimpinan perusahaan. Perhatian yang terbagi-
bagi dan membingungkan itu pada akhirnya merugikan perusahaan karena akan menurunkan
kinerja keseluruhan dari perusahaan tersebut. Apakah Ideologi Pancasila telah memenuhi etika
utilitarianisme maupun kebijaksanaan dan kegiatan bisnis yang sama-sama bersifat teleologis.
Artinya, keduanya selalu mengacu pada tujuan dan mendasarkan baik buruknya suatu keputusan
(keputusan etis untuk utiliarisme dan keputusan bisnis untuk kebijaksanaan bisnis) pada tujuan
PRINSIP ETIKA
Saat melaksanakan tanggung jawabnya harus profesional, bagi tiap - tiap anggota harus senantiasa
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat, anggota mempunyai
tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka serta harus selalu
bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi
akuntansi,
2.Kepentingan Publik
Bagi semua anggota wajib bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati
kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu
profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peran yang
penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit,
pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya
bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi
3. Integritas
Integritas merupakan element karakter yang mendasari lahirnya pengakuan profesional. Integritas
merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi
anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya serta mengharuskan seorang anggota untuk,
antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.
Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas
dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak
4. Obyektivitas
Bagi tiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam
nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil,
independen, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan
kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang
berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam
Bagi tiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan
profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir.
6. Kerahasiaan
Bagi tiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan
jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa
persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang
berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat sifat dan
luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh
7.Perilaku Profesional
Bagi Tiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku
yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung
jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan
masyarakat umum.
8. Standar Teknis
Bagi tiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan
tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Standar teknis dan standar professional
yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
BUTIR-BUTIR PANCASILA
1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan
kepercayaannya.
1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia.
8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu
1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas
5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
/ perwakilan
5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah.
6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran
dan keadilan.
2. Bersikap adil.
12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Pada sila Ketuhanan yang maha Esa yang terperinci pada butir pertama “ Percaya dan takwa
kepada Tuhan Yang maha Esa….” Sila pertama Pancasila menunjukkan bahwa insan-insan
Indonesia haruslah berkeyakinan atas adanya Tuhan Yang Maha Esa. Keyakinan ini harus
dihadirkan dalam setiap relung jiwa seluruh Bangsa Indonesia sebagai sumber nilai dan sumber
mencapai kesejahteraannya. Tuhan adalah yang Pertama dan Yang Utama bagi setiap pribadi
Bangsa Indonesia, sementara ketuhanan adalah sifat yang melekat dalam diri insan Indonesia
Kemudian dipejelas lagi pada sila kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab butir satu “Mengakui
persamaan derajad, persamaan hak dan persamaan kewajiban…..”, butir lima “Menjunjung tinggi
nilai kemanusiaan”, butir tujuh “Berani membela kebenaran dan keadilan”. Ketiga butir diatas tadi
mengulas masalah moral dalam hal mana prinsip etika akuntansi yang pertama yaitu
tanggungjawab profesi “Saat melaksanakan tanggung jawabnya harus profesional, bagi tiap - tiap
anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua
kegiatan yang dilakukannya.” Sehingga implementasinya padapoint 2 (dua) prinsip etika yaitu
kepentingan publik bagi semua anggota wajib bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik,
dengan ini Prinsip Kedua (01) Etika Profesi IAI mendefinisikan kepentingan publik sebagai
“kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani oleh akuntan secara keseluruhan.”
Disebutkan pula bahwa “tanggung jawab seorang akuntan tidak semata-mata untuk memenuhi
kebutuhan klien individual atau pemberi kerja (06)”, sehingga kepentingan publik menjadi titik
prinsip etika dan butir pancasila terkait dengan moral yang berdasar pada integritas sebagai prinsip
etika nomer 3 (tiga) dalam Kode Etika Akuntansi, sehingga diharapkan bagi anggota dalam
menguji keputusan yang diambilnya serta mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain,
bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.
Sila ke tiga butir cara pandang kebangsaan, akuntan Indonesia harus meletakkan peran
strategisnya dalam upaya memperkokoh persatuan Indonesia, karena sistem ekonomi dan berbagai
praktik bisnis dominan saat ini berpotensi meruntuhkan bangunan persatuan dan kebangsaan ini.
Dalam situasi demikian loyalitas akuntan pada bangsanya akan mengalahkan birahi materi yang
ditawarkan oleh kaum kolonialis bisnis dan liberalis ekonomi. Dalam kerangka ini pula akuntan
dapat berperan dalam penghentian atau setidaknya mengurangi intensitas perusakan lingkungan
yang dilakukan oleh korporasi dengan mempromosikan model pelaporan keuangan yang
Sila ke empat berupa butir Pandang Kedaulatan dan Musyawarah, ini memberikan perspektif
etis kepada profesi akuntan yang tergabung dalam IAI bahwa kedaulatan organisasi profesi
akuntan, sebagai bagian sistem organisasi kemasyarakatan di Indonesia, harus terjaga. Komitmen
IAI yang dinyatakan dalam pasal 5 tentang Sifat organisasi, yang berbunyi bahwa IAI adalah
organisasi profesi Akuntan di Indonesia yang bebas dan tidak terikat pada perkumpulan apapun,
harus dibuktikan.
Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Kemudian
karena etika yang telah dipegang dalam prinsip akuntansi tersebut anggota bisa berprinsip lebih
objective yaitu adil, independen, jujur secara intelektual, tidak berprasangka bias dan bebas dari
bisadipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan(butir ke tujuh Sila keempat
Pancasila), sehingga hal tersebut mendukung bunyi butir-butir pada sila ke lima yaitu Bersikap
adil, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, menghormati hak-hak orang lain, menjauhi
sikap pemerasan terhadap orang lain, tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan
umum, dan bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Sila ke lima butir keadilan sosial, Dasar IAI menyebutkan bahwa “Pembangunan Nasional
Indonesia bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material
dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, maka adalah kewajiban bagi setiap warga
Negara Indonesia untuk berdharma bakti sesuai dengan profesi dan keahlian masing-masing dalam
pembangunan nasional tersebut.” Ini merupakan pernyataan strategis untuk pemosisian peran
akuntan Indonesia dalam konteks kebangsaan. Visi keadilan sosial diwujudkan dalam
penyeimbangan antara pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani, serta keseimbangan antara
peran manusia sebagai makhluk individu (yang terlembaga dalam pasar) dan peran manusia
Kesimpulan
Ekaprasetia Pancakarsa berarti : “Tekad yang tunggal untuk melaksanakan lima kehendak”. Tekad
dari kesadaran diri sendiri merupakan janji panggilan hati nurani, membangkitkan manusia bahwa
manusia terdiri atas jiwa dan raga, sifat individu manusia sebagai makhluk sosial, pribadi mandiri
dan makhluk Tuhan. Untuk mewujudkan itu semua maka perlu pengamalan sila-sila pancasila
dalam kehidupan sehari-hari, sangat relevan dengan implementasi etika dalam profesi akuntansi
dengan berlandaskan spritualitas, yaitu azas ketuhanan yang maha esa ditatanan dasar dalam
berkehidupan berkebangsaan, pola pendidikan di Indonesia yang dituangkan dalam empat pilar
pendidikan juga harus didasari prinsip pertama Pancasila yaitu Ketuhanan yang maha Esa, adopsi
dari UNESCO ditambah dengan 1 pilar lagi yaitu Learning to believe and convience the almighty
God (Belajar untuk Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa) sebagaimana butir
pertama sila pertama ketuhanan yang maha Esa, dari pilar inilah Indonesia mampu mewujudkan
cita-cita bangsa mencerdaskan kehidupan bangsa dengan berdasarkan kepada ketuhanan yang
maha Esa.
Dengan masuknya paradigma pancasila dalam pilar pendidikan dan kode etik akuntan di
Indonesia diharapkan akan lahir akuntan-akuntan yang “pancasilais” yaitu akuntan yang
dipimpin oleh hikmat dalam kebijaksanaan serta akuntan yang berkeadilan dalam ranah persatuan
bangsa Indonesia.
Saran
Penelitian ini bisa menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya yang lebih mendalam lagi
dalam meneliti hubungan kode etik, empat pilar pendidikan dan ideology pancasila, dan bisa
menjadi studi eksperimental dalam penerapan ideology pancasila dalam kurikulum pendidikan di
Indonesia, tidak hanya pada mata kuliah tertentu saja atau kursus yang berkaitan dengan pancasila
DAFTAR PUSTAKA
Akuntan Indonesia. 2011. Edisi Khusus Ulang Tahun IAI 23 Desember 2011.
Bagian IV).
Imam Gunawan. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta. Paragonatama
Jaya.
John W. Creswell.2014. Penelitian Kualitatif & Desain Riset memilih diantara lima pendekatan
(edisi ke-3). Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia. 1998. Prosiding Kongres Ikatan Akuntan Indonesia. Jakarta,
Kode Etik Profesi Akuntan Publik. 2008. Diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia 2009.
Unti Ludigdo dan Ari Kamayanti. 2012. “Pancasila as Accountant ethics Imperialisme Liberator”,
Unti Ludigdo. 2007. Paradoks Etika Akuntan. Yogjakarta. Penerbit Pustaka Pelajar.