Anda di halaman 1dari 142

UNIVERSITAS INDONESIA

GAMBARAN PERSEPSI BIDAN DI DESA


DALAM PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN BIDAN
DENGAN DUKUN BAYI DI KECAMATAN SUKARAJA
KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWABARAT
TAHUN 2012

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

Oleh :
RETNA PERTIWI
NPM 1006821464

PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT


PEMINATAN KEBIDANAN KOMUNITAS
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
2012

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


ii

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


iii

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


iv

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


KATA PENGANTAR

Bismillahir Rahmanir Rahim


Alhamdulillahirrabil alamin. Segala puji dan Syukur bagi Allah SWT,
yang telah memberi rahmat serta hidayah-Nya. Sehingga akhirnya saya dapat
menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi ini dilakukan sebagai
salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Program Sarjana Ilmu Kesehatan
Masyarakat, program studi Kebidanan Komunitas.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, kami mendapatkan bantuan serta
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami menyampaikan penghargaan
dan terimakasih yang sebesar besarnya kepada:
1. Prof. Amal Chalik Sjaaf, dr, SKM, Dr. PH selaku pembimbing akademik
yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
2. Drs. Anwar Hassan, MPH yang telah bersedia meluangkan waktunya
untuk menjadi penguji I dalam skripsi ini.
3. H. Hermansyah, SKM, MPH yang bersedia meluangkan waktu dalam
kesibukan beliau untuk menjadi Penguji II .
4. Drg. Tri Wahyu Harini.MM.M. Kes, Ibu Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Bogor dan seluruh jajarannya yang telah memberikan izin
kepada kami untuk melakukan penelitian di wilayah Kabupaten Bogor.
5. Bidan di desa, bidan koordinator, serta Kepala Puskesmas wilayah
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor yang telah bersedia meluangkan
waktunya ikut berpartisipasi dalam pengumpulan data di lapangan.
6. Bapak dan I bu tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan yang
besar kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan di FKM-UI.
7. Suamiku Tri Samhudi dan anak-anakku tercinta (M. Anhabyan R.M dan
Khadeeja Azra R.M) yang telah memberikan semangat dan kekuatan yang
besar bagi saya selama pendidikan di FKM –UI.
8. Teman-teman mahasiswi Program studi Kebidanan Komunitas FKM-UI
angkatan 2010 yang telah saling membantu dan memberikan dukungan.

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu dan memberikan semangat sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
Akhir kata saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
yang telah semua pihak berikan kepada saya. Ssemoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi seluruh pihak.

Depok, Juni 2012


Penulis

Retna Pertiwi

vi

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


vii

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : RETNA PERTIWI


Tempat Tanggal Lahir : Sukoharjo, 04 Mei 1982
Alamat Rumah : Serpeng Wetan, Pacarejo, Kecamatan Semanu
Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

Riwayat Pendidikan :
1. SD Negri Bentakan 01 Kabupaten Sukoharjo : Tahun 1988
2. SLTP Negri 11 Kotamadya Surakarta : Tahun 1994
3. SMU Negri 7 Kotamadya Surakarta : Tahun 1997
4. Akademi Kebidanan Aisyiyah Surakarta : Tahun 2000
5. Program Peminatan Bidan Komunitas FKM UI : Tahun 2010 – Sekarang

Riwayat Pekerjaan
Bidan Puskesmas Semanu Kabupten Gunungkidul DIY Tahun 2006 sampai
sekarang

viii

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


ix

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


ABSTRAK

Nama : Retna Pertiwi


NPM : 1006821646
Judul : Gambaran Persepsi Bidan di Desa Dalam Pelaksanaan
Program Kemitraan Bidan Dengan Dukun Bayi Di
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat
Tahun 2012

Salah satu penyebab tingginya Angka Kematian Ibu adalah masih


kurangnya cakupan persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan. Di
Indonesia pertolongan persalinan masih banyak dilakukan oleh dukun bayi,
sehingga kemudian dilakukan upaya kemitraan bidan dan dukun untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran persepsi bidan
di desa dalam pelaksanaan program kemitraan bidan dengan dukun paraji di
Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Penelitian menggunakan metode
kualitatif dengan data yang di peroleh dari hasil wawancara mendalam dan diskusi
kelompok terarah (FGD), dengan analisis sistem mulai dari komponen masukan,
proses dan keluaran.
Hasil penelitian menggambarkan pelaksanaan kemitraan di wilayah
Kecamatan Sukaraja oleh bidan di desa belum sesuai dengan harapan. Penting
bagi instansi terkait untuk melakukan pengelolaan yang serius dan lebih baik lagi
untuk perbaikan pada kegiatan kemitraan selanjutnya.

Kata Kunci :
Kemitraan, Bidan, Dukun Paraji, Persepsi.

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


ABSTRACT

Name : Retna Pertiwi


NPM : 1006821646
Title : Discription of Midwife Perception In Implementation of
Partnership Program With Traditional Birth Attendant
(TBA) in Subdistrict of Sukaraja, District of Bogor, West
Java Year 2012

One of the main cause of high maternal mortality rate is still a lack of
coverage of deliveries by health personnel in please. Help labor in Indonesia is
still mostly done by traditional birth attendants, so then do midwives and TBA
partnership efforts to improve maternal and child health. The research was
conducted in the District of Talbot Bogor regency of West Java Province.
The purpose of this study was to determine the image perception of
village midwives in the implementation of partnership programs with the shaman
paraji midwives in the District of Talbot, Bogor Regency. Research using
qualitative methods with data obtained from in-depth interviews and focus group
discussions (FGD), the analysis starts from the component system inputs,
processes and outputs.
The study describes the implementation of partnerships in the sub district
of Sukaraja by the midwife in the village have not been in line with expectations.
It is important for agencies to conduct the management of serious and even better
for the improvement of the partnership activities further.

Keyword:
Partnership, Midwife, TBA, Perception.

xi

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


HALAMAN ORISINALITAS .............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
KATA PENGANTAR............................................................................................ v
SURAT PERNYATAAN ...................................................................................... vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................................ ix
ABSTRAK ............................................................................................................ x
ABSTRACT .......................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 5
1.3 Pertanyaan Penelitian ........................................................................ 6
1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
1.4.1 Tujuan Umum......................................................................... 6
1.4.2 Tujuan Khusus........................................................................ 6
1.5 Manfaat Penelitian............................................................................. 7
1.5.1 Bagi Instansi (Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dan
Puskesmas ............................................................................. 7
1.5.2 Bagi Bidan Di Desa ................................................................ 7
1.5.3 Bagi Peneliti ........................................................................... 7
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 9
2.1 Persepsi .............................................................................................. 9

xii

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


2.1.1 Pengertian Persepsi ................................................................ 9
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi.......................... 10
2.2 Kemitraan .......................................................................................... 13
2.2.1 Pengertian ............................................................................... 13
2.2.2 Prinsip Dasar .......................................................................... 14
2.2.3 Langkah-Langkah Kemitraan ................................................. 14
2.2.4 Indikator Keberhasilan kemitraan .......................................... 15
2.3 Bidan Di Desa .................................................................................... 15
2.4 Kemitraan Bidan Dan Dukun Bayi .................................................... 17
2.4.1 Pengertian ............................................................................... 17
2.4.2 Tujuan Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi ............................. 18
2.4.3 Kebijakan ............................................................................... 18
2.4.4 Mekanisme Kerja ................................................................... 18
2.4.5 Tata Hubungan Kerja ............................................................. 19
2.4.6 Ruang Lingkup Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi ............... 20
2.4.7 Langkah-langkah Kemitraan Bidan dan Dukun ..................... 21
2.4.8 Peran Bidan Dengan Dukun Dalam Pelaksanaan Kemitraan . 22
2.5 Pendekatan Sistem ............................................................................. 26
2.6 Kerangka Pikir ................................................................................... 27
BAB 3 KERANGKA KONSEP ........................................................................ 29
3.1 Kerangka Konsep............................................................................... 29
3.2 Definisi Istilah ................................................................................... 29
BAB 4 METODE PENELITIAN ...................................................................... 32
4.1 Desain Penelitian ............................................................................... 32
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 32
4.3 Sumber Informasi ............................................................................. 32
4.4 Jenis Data dan Metoda Pengumpuan Data ........................................ 33
4.5 Instrumen Penelitian .......................................................................... 33
4.6 Pengolahan Data ................................................................................ 34
4.7 Analisis Data ...................................................................................... 34
4.8 Validasi Data ..................................................................................... 34

xiii

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


BAB 5 GAMBARAN UMUM ........................................................................... 36
BAB 6 HASIL PENELITIAN ............................................................................ 39
6.1 Karakteristik Informan ..................................................................... 39
6.2 Komponen Input ............................................................................... 40
6.2.1 Sumber Tenaga ..................................................................... 40
6.2.2 Dana ....................................................................................... 43
6.2.3 Sarana ..................................................................................... 51
6.2.4 Metode .................................................................................... 53
6.3 Komponen Proses ............................................................................... 61
6.3.1 Pendataan dan pemetakan dukun ........................................... 61
6.3.2 Koordinasi dengan lintas sektor ............................................. 64
6.3.3 Membina dukun ..................................................................... 67
6.3.4 Melaksanakan kegiatan program kemitraan .......................... 69
6.3.5 Pemantauan dan Evaluasi kegiatan program ......................... 73
6.4 Komponen Output .............................................................................. 75
BAB 7 PEMBAHASAN .................................................................................... 79
7.1 Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 79
7.2 Komponen Input ................................................................................ 79
7.2.1 Sumber Tenaga ...................................................................... 79
7.2.2 Dana....................................................................................... 80
7.2.3 Sarana .................................................................................... 81
7.2.4 Metode ................................................................................... 82
7.3 Komponen Proses .............................................................................. 84
7.3.1 Pendataan dan pemetakan dukun ........................................... 84
7.3.2 Koordinasi dengan lintas sektor ............................................. 85
7.3.3 Membina dukun ..................................................................... 85
7.3.4 Melaksanakan kegiatan program kemitraan .......................... 86
7.3.5 Pemantauan dan Evaluasi kegiatan program ......................... 87
7.4 Komponen Output ............................................................................. 88

xiv

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 90
8.1 Kesimpulan ........................................................................................ 90
8.2 Saran .................................................................................................. 92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xv

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


DAFTAR TABEL

Nomor
Tabel Halaman
5.1 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Per Desa.............................. 35
5.2 Tabel Wilayah Binaan UPT Kecamatan Sukaraja .............................. 36
6.1 Karakteristik Informan Utama Penelitian Kemitraan Bidan didesa
dengan dukun bayi di Kecamatan Sukaraja tahun 2012 ..................... 37
6.2 Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Sumber Tenaga 39
6.3 Hasil Wawancara Mendalam Informan Lain Tentang Sumber
Tenaga ................................................................................................ 41
6.4 Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Dana Kemitraan 42
6.5 Hasil Wawancara Mendalam Sumber Informasi lain Mengenai
Dana Kemitraan ................................................................................. 44
6.6 Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Dana Pembagian
Biaya Persalinan Pasien ...................................................................... 46
6.7 Wawancara Mendalam Informan Lain Mengenai Dana Pembagian
Biaya Persalinan ................................................................................. 48
6.8 Hasil FGD Informan Bidan Di Desa Mengenai Sarana Persalinan 50
6.9 Hasil wawancara Mendalam Tentang Sarana Dengan Sumber
Informan Bidan Koordinator dan Kepala Puskesmas ........................ 51
6.10 Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Metode Yang
Digunakan Dalam Kemitraan .............................................................
6.11 Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Reward dan Sanksi
Dalam Kemitraan ............................................................................... 55
6.12 Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Pendataan Dan
Pemetaan Paraji Dalam Kemitraan ..................................................... 58

xvi

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


DAFTAR GAMBAR

Nomor
Gambar Halaman
2.1 Bagan Skematis Proses Persepsi (The Perseptual Process) 22
2.2 Bagan Hubungan Unsur-Unsur Sistem 26
2.3 Kerangka Pikir Penelitian Gambaran Pelaksanaan Kemitraan Bidan 27
di Desa Terhadap Program Kemitraan

xvii

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran
Lampiran 1 : Matriks Hasil FGD dengan Bidan di Desa Mengenai Persepsi
Kemitraan Dengan Dukun Bayi di Wilayah Kecamatan
Sukaraja Kabupaten Bogor Jawa Barat
Lampiran 2 : Matriks Hasil Wawancara Mendalam dengan Bidan di Desa
Mengenai Persepsi Kemitraan Dengan Dukun Bayi di Wilayah
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor Jawa Barat
Lampiran 3 : Matriks Hasil Wawancara Mendalam dengan Kepala Puskesmas
Mengenai Persepsi Kemitraan Dengan Dukun Bayi di Wilayah
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor Jawa Barat
Lampiran 4 : Matriks Hasil Wawancara Mendalam dengan Bidan Koordinator
Puskesmas Mengenai Persepsi Kemitraan Dengan Dukun Bayi
di Wilayah Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor Jawa Barat
Lampiran 5 : Lembar Permintaan Menjadi Informan
Lampiran 6 : Petunjuk Wawancara Mendalam
Lampiran 7 : Lembar Persetujuan Sebagai Responden
Lampiran 8 : Panduan FGD Informan Bidan di Desa
Lampiran 9 : Pedoman Wawancara Mendalam Bidan di desa
Lampiran 10 : Pedoman Wawancara Mendalam Informan Kepala Puskesmas
Lampiran 11: Pedoman Wawancara Mendalam Informan Bidan Koordinator
Puskesmas

xviii

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Angka Kematian Ibu dan Bayi merupakan standar tingkat kesehatan
disuatu negara atau daerah. Kelompok ibu dan anak merupakan kelompok yang
strategis bagi masa depan bangsa, terutama dalam rangka membangun sumber
daya manusia yang sehat dan berkualitas.
Negara kita bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga di
ASEAN, Indonesia masih menempati urutan atas negara yang Angka Kematian
Ibunya tinggi. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007,
Angka Kematian Ibu di Indonesia sebesar 228 kematian per 100.000 kelahiran
hidup, terjadi penurunan signifikan dari 390 pada tahun 1991, dan 307 pada tahun
2002 (Depkes 2011). Sedangkan Angka Kematian Bayi 35 per 1000 kelahiran
hidup pada tahun 2002, hanya bergeser menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2007. Sementara Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan
Angka Kematian Ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup, dan Angka
Kematian Bayi adalah 23 per 1000 kelahiran hidup, sesuai dengan target MDGs.
Penyebab kematian ibu di pengaruhi oleh faktor langsung dan tidak
langsung. Penyebab langsung kematian ibu 90% terjadi saat persalinan dan
segera setelah persalinan. Dari 90 % tersebut, 28% perdarahan, 24% eklampsia,
11% infeksi, 8% infeksi puerperium, 5% partus macet, 5% trauma obstetric, 3%
emboli, dan lain-lain 11% (SKRT, 2001). Disamping itu kematian ibu juga
dilatarbelakangi oleh rendahnya tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan,
kedudukan dan peran perempuan faktor sosial bidaya serta faktor transportasi,
yang kesemuanya berpengaruh pada munculnya keadaan yang tidak
menguntungkan yaitu tiga terlambat (terlambat mngenal tanda bahaya dan
mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, dan terlambat
mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan kesehatan), keadaan yang tidak
menguntungkan yan lain adalah 4 telalu (terlalu muda melahirkan, terlalu sering
melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, terlalu tua melahirkan). Mengingat
penyebab dan latar belakang kematian ibu sangat kompleks dan menyangku

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


2

bidang-bidang yang ditangani banyak sektor, maka upaya menurunkan AKI


memerlukan penaganan yang menyeluruh terhadap masalah yang ada dengan
melibatkan sektor terkait.
Untuk mananggulangi masalah tersebut telah dilakukan upaya
pengembangan Gerakkan Sayang Ibu tahun 1996 yang lebih menonjolkan peran
masyarakat dalam upaya penurunan angka kematian ibu. Selain itu, di canangkan
pula Making Pregnancy Safer (MPS) tahun 2008 dengan 3 pesan kunci dalam
upaya percepatan Penurunan AKI, yaitu setiap persalinan di tolong oleh tenaga
kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan
yang adekuat, dan setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap
pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi
keguguran.
Bahkan tahun 2011 pemerintah melakukan upaya terobosan untuk
mengejar ketertinggalan penurunan AKI agar dapat mencapai target MDGs
dengan meluncurkan kebijakan Jaminan Persalinan (Jampersal). Kebijakan
tersebut bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap persalinan
yang sehat dengan cara memberikan kemudahan pembiayaan kepada seluruh ibu
hamil yang belum memiliki jaminan persalinan. Jaminan persalinan diberikan
kepada semua ibu hamil agar dapat mengakses pemeriksaan kehamilan,
pertolongan persalinan, pemeriksaan nifas dan pelayanan KB oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan sehingga dapat menekan angka kematian ibu dan
bayi. (Depkes, 2009).
Penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas di masyarakat dan
didukung oleh peningkatan kualitas sistem rujukan merupakan upaya yang
berdampak relatif cepat terhadap penurunan Angka Kematian Ibu. Tahun 1990-an,
pemerintah menempatan bidan di desa seluruh Indonesia dalam upaya
mendekatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak kepada masyarakat. Melalui
kebijakan tersebut sampai tahun 2006 sudah sekitar 40.000 bidan bertugas di desa
yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Keadaan ini menempatkan
bidan bidan di desa sebagai tenaga kesehatan terdepan dalam memberikan
pelayanan kesehatan bagi ibu, neonatal, bayi dan balita. Namun demikian kualitas
pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa masih perlu ditingkatkan. Bidan di

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
3

desa membutuhkan pembinaan, baik secara klinis profesi bidan maupun dalam hal
manajemen program KIA agar dapat menjalankan fungsinya dengan standar
(Depkes RI, 2008)
Namun pada kenyataanya hasil yang diharapkan masih belum optimal,
hal tersebut tercermin dari masih tingginya persalinan yang ditolong oleh dukun
tradisional. Berdasarkan riskesdas 2010, penolong persalinan terbesar adalah
bidan yaitu 51,9%, selanjutnya adalah dukun 40,2% , sedangkan dokter 2,1% ,
dan paramedis lain 1,4%. Selain itu, sebagian besar persalinan dilakukan di
fasilitas kesehatan yaitu 53,4%, , untuk persalinan yang masih dilakukan di
rumah 46,3% lainnya di polindes atau poskesdes 0,3%,
Di Kabupaten Bogor sendiri cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
sebesar 80,4%. masih dibawah target SPM (85%) maupun Nasional (90%).
Bahkan dalam tiga tahun terakhir persalinan oleh dukun bayi atau biasa disebut
dengan paraji/maberang masih tergolong tinggi, yaitu tahun 2009 persalinan oleh
dukun sebesar 12,7%, sedangkan tahun 2010 sebesar 13% dan 2011 sama 13%
atau sekitar 15.576 persalinan ditolong oleh dukun bayi / Paraji (Dinkes Kab.
Bogor 2011).
Masih rendahnya cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
merupakan masalah yang komplek, salah satu diantaranya adalah bahwa
masyarakat masih banyak mempercayai dukun bayi dibandingkan dengan bidan
karena pelayanan dukun dinilai lebih komprehensif, lebih murah dan mudah di
panggil kerumah (Depkes RI, 2005).
Keberadaan dukun paraji yang berjumlah 4 : 1 (Dinkes Kab. Bogor 2010)
dengan bidan di desa yang dianggap sebagai pesaing, belum dapat digunakan
sebagai peluang untuk meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, mengingat segala kelebihannya dalam melakukan pelayanan yang
diterima oleh masyarakat (Dinkes Prop. Jabar, 2004). Masyarakat khususnya
daerah pedesaan masih menaruh kepercayaan yang besar kepada dukun bayi, oleh
karena itu, bidan harus dapat memanfaatkan kepercayaan masyarakat tersebut
dalam menolong persalinan dengan melakukan kemitraan dengan dukun bayi
sehingga dukun bayi bersedia merujuk kebidan.

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
4

Program kemitraan bidan dan dukun bayi yang telah dicanangkan sejak
tahun 2002 merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan cakupan
pertolongan persalinan yang aman sehingga diharapkan angka kematian ibu di
Indonesia akan mengalami percepatan penurunan. Untuk meningkatkan cakupan
dan kualitas pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, perlu ada alih peran
penolong persalinan dari penolong persalinan bukan tenaga kesehatan ke
penolong persalinan oleh tenaga kesehatan. Perubahan peran dukun bayi yang
biasanya sebagai penolong persalinan di dorong supaya menjadi mitra
pendamping bagi bidan yang menolong persalinan, melalui mekanisme kerjasama
yang saling menguntungkan (Depkes RI, 2008).
Selama ini di Kabupaten Bogor program kemitraan bidan dan dukun
paraji telah di sosialisakan sejak tahun 2008. Begitu juga di wilayah Kecamatan
Sukaraja, wilayah yang mempunyai 3 UPF Puskesmas yaitu Puskesmas Cilebut,
Puskemas Cimandala, dan Puskesmas Sukaraja telah melaksanakan kemitraan
sejak tahun 2009. Dari program tersebut diharapkan Angka Kematian Ibu dan
Bayi dapat di tekan dengan mengurangi resiko yang mungkin terjadi bila
persalinan tidak ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten dengan
menggunakan pola kemitraan bidan dengan dukun.
Kasus kematian di wilayah Sukaraja tahun 2010 terdapat 1 kasus
kematian ibu, kasus tersebut meningkat pada tahun 2011 menjadi 3 kasus
kematian ibu. Cakupan persalinan yang semula 77 % menjadi 82,7 pada tahun
2011. Pencapaian tersebut masih di bawah target SPM Puskesmas yaitu 85%
(2011) dan masih di bawah target nasional yaitu 90%. Sedangkan jumlah dukun
yang berada di wilayah kecamatan Sukaraja berjumlah 65 dan 17 diantaranya
belum bermitra dengan bidan di desa. (Laporan Tahunan UPT Puskesmas
Sukaraja, 2011)
Evaluasi yang dilakukan Depkes terhadap kemitraan bidan di desa dan
dukun bayi di Kabupaten Trenggalek pada 3 tahun terakhir setelah
dilaksanakannya program tersebut cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
meningkat, demikian juga dengan kasus kematian ibu dan bayi juga mengalami
penurunan (Depkes RI, 2006). Hal ini menunjukkan bahwa upaya membina

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
5

kemitraan bidan di desa dan dukun merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.
Peran bidan di desa sebagai pelaku utama kemitraan selain dukun, sangat
mendukung pelaksanaan program tersebut, selain dukungan dinas terkait,
puskesmas dan masyarakat sebagai stakeholder yang memperkuat keberhasilan
dan berjalannya program kemitraan bidan dan dukun tersebut. Salah satu cara
supaya bidan di desa dapat diterima baik oleh masyarakat desa adalah ia perlu
melakukan hubungan baik dengan dukun dan masyarakat dengan memperhatikan
faktor sosio budaya setempat serta faktor kelebihan “dukun” dalam pelayanan
masyarakat (Depkes RI, 2008)
Dari hasil pengamatan selama ini di wilayah Kecamatan Sukaraja belum
pernah dilakukan pemantauan dan evaluasi secara khusus pelaksanaan kemitraan
bidan dan dukun bayi/paraji yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2009. Masih
ada persalinan yang di tolong oleh dukun bayi padahal di wilayah desa tersebut
sudah ada bidan di desa dan kemitraan sudah disosialisasikan. Pembinaan dan
pertemuan antara pelaku kemitraan belum dilakukan secara rutin, sedangkan
pendekatan yang dilakukan oleh bidan di desa terhadap paraji terlihat belum
menunjukkan hasil yang optimal.
Dalam hal ini penulis tertarik untuk melihat lebih dalam dengan
melakukan penelitian terhadap bidan di desa mengenai gambaran pelaksanaan
kegiatan kemitraan dengan dukun, karena bidan di desa merupakan ujung tombak
pelaksana pelayanan kesehatan dan pelaksana program, dalam kaitannya dengan
kemitraan, bidan di desa memegang peran penting sebagai driver yang bisa
menentukan kegiatan ini berjalan ataupun tidak.

1.2. Rumusan Masalah


Program Kemitraan Bidan dan Dukun bayi merupakan salah satu hal
yang sangat penting untuk meningkatkan cakupan persalinan tenaga kesehatan
dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu.
Selama ini belum pernah dilakukan monitoring dan evaluasi sejauh mana
bidan di desa melakukan kemitraan terhadap dukun bayi di kecamatan Sukaraja,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, sehingga perlu dilakukan penelitian

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
6

kualitatif untuk mendapatkan informasi secara mendalam tentang kemitraan


tersebut.

1.3. Pertanyaan Penelitian


Bagaimanakah gambaran persepsi bidan di desa terhadap pelaksanaan
program kemitraan dengan dukun bayi di wilayah Kecamatan Sukaraja,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat ?

1.4. Tujuan Penelitian


1.4.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi
bidan di desa terhadap pelaksanaan program kemitraan dengan dukun
bayi di wilayah Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya secara mendalam persepsi bidan di desa terhadap
komponen masukan (input) dalam pelaksanaan program kemitraan
oleh bidan di desa di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor
Provinsi Jawa Barat.
2. Diketahuinya secara mendalam persepsi bidan di desa terhadap
komponen proses (process) dalam pelaksanaan program kemitraan
oleh bidan di desa yang meliputi pendataan dan pemetakan dukun,
koordinasi dengan lintas sektor, membina dukun, melaksanakan
kegiatan program kemitraan, pemantauan dan evaluasi kegiatan
program di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa
Barat.
3. Diketahuinya secara mendalam persepsi bidan terhadap keluaran
(output) dalam pelaksanaan program kemitraan oleh bidan di desa di
Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
7

1.5. Manfaat Penelitian


1.5.1. Bagi Instansi (Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dan Puskesmas)
Sebagai bahan masukan dan dasar dalam evaluasi serta
perbaikan kebijakan program kemitraan yang bertujuan untuk
meningkatkan dan mempererat hubungan kemitraan antara bidan di desa
dengan dukun, meningkatkan cakupan pertolongan persalinan tenaga
kesehatan serta menurunkan Angka kematian Ibu.

1.5.2. Bagi Bidan di Desa


Dengan di ketahuinya gambaran pelaksanaan kemitraan yang
dilakukan oleh bidan di desa maka hasil penelitian ini dapat di jadikan
pedoman dalam upaya peningkatan kemitraan dengan dukun bayi sebagai
mitra kerja utamanya.

1.5.3. Bagi Peneliti


Memberikan informasi kepada peneliti lainnya mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan kemitraan antara bidan dan dukun bayi, serta
untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Sukaraja untuk
mengkaji tentang persepsi bidan di desa terhadap pelaksanaan kemitraan
dengan dukun bayi di wilayah kerja daerah kecamatan Sukaraja di
Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.
Data yang dikaji meliputi komponen input yang terdiri dari sumber
tenaga, dana, sarana dan metode. Komponen proses yang dikaji meliputi
pendataan dan pemetakan dukun, koordinasi dengan lintas sektor, membina
dukun, melaksanakan kegiatan program kemitraan, pemantauan dan
evaluasi kegiatan program. Sedangkan komponen output yang akan dikaji
adalah mengenai pencapaian target pelayanan kesehatan ibu dan anak dalam
kaitannya dengan kemitraan.

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
8

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, untuk memperoleh


data yang diperlukan. Data primer dikumpulkan melalui Focus Group
Discussion (FGD) atau diskusi Kelompok Terarah dan wawancara
mendalam, sedangkan data sekunder diperoleh dengan telaah dokumen.
Waktu pelaksanaan penelitian ini pada bulan Mei – Juni 2012.

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persepsi
2.1.1 Pengertian Persepsi
Persepsi adalah pengalaman objek, peristiwa, hubungan –
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkannya. Persepsi memberikan makna kepada stimulus
(Notoatmodjo, 2010).
Sedangkan menurut James L. Gibson (1988) persepsi adalah
proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu.
Sarwono Sarlito (1985) berpendapat persepsi adalah
kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan meliputi kemampuan
untuk membeda-bedakan, kemampuan untuk mengelompokkan,
kemampuan untuk memfokuskan dan sebagainya. Beberapa hal yang dapat
menyebabkan perbedaan dalam persepsi antara lain perhatian, harapan
seseorang akan rangsangan yang timbul, kebutuhan, sistem nilai dan ciri
kepribadiannya, sehingga setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda-
beda terhadap suatu rangsangan/stimulus.
Beberapa karakteristik yang dapat mempengaruhi persepsi
seseorang selain ciri-ciri khas yang terdapat dalam objek stimulus, juga
beberapa faktor yang merupakan faktor pribadi termasuk didalamnya ciri
khas individu antara lain umur, taraf kecerdasan, minat, emosi dan
sebagainya (Oskamp dalam Herawaty. 1998)
Robins Stephen (2003) mendefinisikan persepsi sebagai suatu
proses yang yang digunakan individu untuk mengelola dan menafsirkan
kesan indera yang memberikan makna kepada lingkungan individu
tersebut.
Nina Mutmainah dan M. Fauzi (1997) menyatakan bahwa
persepsi adalah cara kita menginterpretasikan atau mengerti pesan yang
diproses oleh sistem panca indera kita, timbulnya persepsi didahului
adanya sensasi. Sedangkan persepsi merupakan tahap awal dalam

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


10

penerimaan informasi melaui alat indera yang selanjutnya mengubah


informasi menjadi impuls-impuls saraf yang disampaikan ke otak melalui
pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, perasa dan sentuhan.
Sensasi yang dialami oleh masing-masing individu dapat berbeda terhadap
stimuli yang sama. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya faktor kapasitas alat indera, perbedaan pengalaman
,lingkungan, budaya dan faktor personal lainnya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses hasil interpretasi otak
terhadap sensasi yang diterimanya melalui panca indera untuk dapat
diberikan arti atau makna.
Pendapat lain tentang definisi persepsi juga dikemukakan oleh
James P Chaplin (2000) dalam Krisna (2011) yaitu
1. Suatu proses untuk mengetahui objek dan kejadian onjektif dengan
bantuan indera.
2. Kesadaran dari proses-proses organis
3. Satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti – arti yang
berasal dari pengalaman diri di masa lalu.
4. Variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan berasal dari
kemampuan organisme untuk melkukan perbedaan di antara
rangsangan- rangsangan.
5. Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan
yang serta merta mengenali sesuatu.
2.1.2 Faktor-faktor Yang Berpengaruh pada Proses Persepsi
Robins Stephen (2003) melihat adanya sejumlah faktor yang
berperan dalam membentuk dan kadang memutar balikkan yang
berhubungan dengan persepsi. Faktor – faktor ini dapat berada pada pihak
pelaku persepsi dan pihak objek atau target yang dipersepsikan atau dalam
konteks situasi dimana persepsi itu dibuat. Faktor tersebut diantaranya :
1. Pelaku (perceiver)
Yaitu ketika individu memandang ke obyek tertentu dan mencoba
menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi
oleh karakteristik pelaku persepsi. Diantara karakteristik pribadi yang

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
11

mempengaruhi persepsi adalah sikap, kepribadian, motif, kepentingan


atau minat, pengalaman masa lalu dan harapan.
2. Target atau obyek
Karakteristik target obyek yang diamati akan mempengaruhi persepsi,
misalnya hal yang baru atau berbeda, gerakan, bunyi, ukuran, latar
belakang dan kedekatan. Orang yang bersuara keras akan lebih cepat
menarik perhatian dari pada orang yang bersuara lembut.
3. Situasi
Persepsi juga dapat dipengaruhi oleh situasi atau lingkungan yang ada
disekitarnya (waktu, keadaan tempat kerja, keadaan sosial).
Rakhmat (1992) mengkategorikan faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi seseorang menjadi empat, yaitu :
1. Faktor Fungsional
Faktor ini dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan (suasana hati),
pelayanan, dan pengalaman masa lalu. Bruner dan Goodman (1947,
dalam Krech dan Crutcfield 1975) memformulasikan hipotesis sebagai
berikut : semakin tinggi derajat sosial efek, semakin tinggi tingkat
kelemahannya terhadap susunan faktor penentu perilaku, semakin
tinggi tinggi tingkat kebutuhan sosial obyek semakin tinggi nilai
operasi objek faktor penentu perilaku.
2. Faktor Struktural
Berarti bahwa faktor-faktor tersebut timbul atau dihasilkan dari bentuk
stimuli dan efek-efek netral yang ditimbulkan dari sistem syaraf
individu (dalam Krech dan Crutcfield 1975). Menurut Gestalt jika
mempersepsikankan sesuatu, kita mempersepsikannya secara
keseluruhan dan tidak melihat bagian – bagiannya, meskipun stimuli
yang diterima tidak lengkap.
3. Faktor Situasional
Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal. Petunjuk
proksemik, kinesik wajah, paralinguistik, adalah beberapa faktor yang
situasional yang mempengaruhi persepsi.

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
12

4. Faktor Personal
Menurut David Krech (1962) persepsi seseorang dipengaruhi dua hal
yaitu Frame of reference (kerangka pengetahuan yang dimiliki dan
diperoleh dari pendidikan, pengamatan, atau bawaan) dan Field of
experience (pengalaman yang telah dialami yang tidak terlepas dari
lingkungan sekitarnya).
Sedangkan Nina Mutmainah dan M. Fauzi (1997), membagi faktor - faktor
yang mempengaruhi persepsi antara lain :
1. Faktor Personal
Karakter seseorang yang melakukan persepsi mempengaruhi
bagaimana dirinya mempersepsikan suatu objek, hal tersebut
mencakup kebutuhan atau motif, sikap, nilai, dan keyakinan, tujuan,
kapabilitas atau kemampuan, serta pengalaman dan kebiasaan.
2. Faktor yang berasal dari stimuli/ stimulus/ rangsangan
Antara lain karakter fisik stimuli (ukuran, warna, intensitas),
pengorganisasian pesan, asal mula pesan serta novelty (kebaruan,
keluarbiasaan)
3. Pengaruh media dan lingkungan
Media dan lingkungan berpengaruh dalam penerimaan dan
pengolahan informasi terhadap persepsi seseorang.
Gibson (1988) menyatakan bahwa persepsi mencakup penerimaan
stimulus (inputs), pengorganisasian stimulus, dan penterjemahan atau
penafsiran stimulus yang telah diorganisir dengan cara yang dapat
mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap. Proses persepsi menurut
Gibson (1988) dapat dilihat pada skema dibawah ini :

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
13

Gambar 2.1
Bagan Skematis Proses Persepsi (The Perseptual Proses)
Menurut James L. Gibson (1987)

Faktor faktor
Stimulus yang Perila
(Sistem imbalan, mempengaruhi ku
organisasi, gaya Evalua tangg
Persepsi :
persuasi yang Penga si dan apan
‒ Meniru
dipakai matan penafs
‒ Memilih-milih
supervisor, arus Stimu iran
‒ Gambaran diri
pekerjaan) lus kenyat Sikap
sendiri
aan yang
‒ Situasi
terbentuk
‒ Kebutuhan
‒ Emosi

2.2 KEMITRAAN
2.2.1 Pengertian
Kemitraan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu kerja sama
formal antara individu-individu, kelompok – kelompok, atau organisasi –
organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam kerja
sama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing –
masing, tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan – kesepakatan
yang telah dibuat dan saling berbagi, baik dalam resiko maupun
keuntungan yang diperoleh. Dari batasan ini terdapat 3 kata kunci dalam
kemitraan yakni : (a) Kerjasama antar kelompok, organisasi, individu. (b)
bersama-sama mencapai tujuan tertentu (yang disepakati bersama). (c)
saling menanggung resiko dan keuntungan.

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
14

2.2.2 Prinsip dasar


Di dalam Notoatmodjo (2003) untuk membangun sebuah kemitraan
ada tiga prinsip kunci yang perlu dipahami oleh masing – masing anggota
kemitraan yakni :
a. Persamaan (equity)
Individu, organisasi, atau institusi yang telah tersedia menjalin
kemitraan harus merasa “duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi”.
Bagaimana besarnya suatu institusi atau organisasi, apabila sudah
bersedia untuk menjalin kemitraan harus merasa sama. Oleh karena itu
di dalam kemitraan asas demokrasi harus dijunjung tinggi. Tidak boleh
satu anggota memasakan kehendak kepada orang lain karena merasa
lebih tinggi, dan tidak adanya dominasi terhadap yang lain.
b. Keterbukaan (transparancy)
Keterbukaan maksudnya adalah apa yang menjadi kekuatan atau
kelebihan dan apa yang menjadi kekurangan atau kelemahan masing –
masing anggota harus diketahui oleh anggota lain. Maksudnya bukan
untuk menyombongkan yang satu dengan yang lain atau merendahkan
yang satu terhadap yang lain tetapi untuk lebih saling memahami saru
dengan yang lain, sehingga tidak ada saling mencurigai. Dengan saling
keterbukaan ini akan menimbulkan rasa saling melengkapi dan saling
membantu diantara anggota (mitra).
c. Saling Menguntungkan (Mutual Benefit)
Menguntungkan disini bukan selalu diartikan dengan materi atau uang
tetapi lebih kepada non materi. Saling menguntungkan disini lebih
dilihat dari kebersamaan atau sinergis dalam mencapai tujuan bersama.
Ibarat mengangkat barang atau beban 50kg, diangkat bersama-sama 4
orang jelas lebih ringan dibandingkan dengan diangkat sendiri.

2.2.3 Langkah-langkah Kemitraan


Langkah langkah kemitraan menurut Notoatmodjo (2003) adalah sebagai
berikut :
1. Melakukan identifikasi stakeholder (mitra dan pelaku potensial)

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
15

2. Membangun jejaring kerjasama antar mitra kerja dalam upaya


mencapai tujuan.
3. Memadukan sumberdaya yang tersedia dimasing-masing mitra kerja.
4. Melaksanakan kegiatan terpadu.
5. Menyelenggarakan pertemuan berkala untuk perencanaan,
pemantauan, penilaian, dan pertukaran informasi.

2.2.4 Indikator Keberhasilan Kemitraan


Indikator keberhasilan kemitraan yaitu ukuran kualitatif dan
kuantitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian tujuan kemitraan yang
telah ditetapkan dengan memperhitungkan (Depkes RI 2002 ; Notpatmodjo,
2007) :
1. Indikator masukan (input), yaitu sumberdaya yang dimiliki dan
tersedia dalam kemitraan.
2. Indikator proses, berupa kontribusi mitra, frekuensi pertemuan, jumlah
dan kelangsungan kegiatan.
3. Indikator Keluaran (out put) : Terbentuknya jaringan kerja, tersusunya
program dan pelaksanaan kegiatan bersama.
4. Indikator dampak (out come), yaitu membaiknya indikator derajat
kesehatan.

2.3 Bidan di Desa


Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program
pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
(KEP.MEN.KES.RI nomor 900, 2002).
Bidan adalah seorang wanita yang memiliki keahlian, kemampuan,
dan ketrampilan di bidang perawatan kehamilan dan pertolongan persalinan
yang diperoleh melalui pendidikan dan telah dinyatakan lulus dari program
pendidikan bidan yang diakui pemerintah. Bidan di desa adalah seorang
bidan yang ditempatkan di desa dan bertanggung jawab terhadap pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal di wilayah kerjanya, serta secara langsung

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
16

mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada kepala dinas kesehatan


Kabupaten (Ilyas, 2004).
Bidan didesa adalah bidan yang di tempatkan dan bertugas didesa,
yang mempunyai wilayah kerja satu atau dua desa dan memberikan tugas
pemberian pelayanan medik. Bidan di desa bertanggungjawab kepada
kepala puskesmas.
Tugas pokok bidan adalah melaksanakan kegiatan puskesmas di
desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah kesehatan yang
dihadapi, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan diberikan. Selain itu,
bidan juga menggerakkan dan membina masyarakat desa di wilayah
kerjanya agar tumbuh kesadarannya untuk berperilaku sehat. (Depkes RI,
1992)
Bidan sebagai tenaga medis yang bertugas di wilayah kerjanya
mempunyai fungsi sebagai berikut
a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah,
menangani keluarga berencana dan pengayoman medik kontrasepsi.
b. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan, dengan melakukan penyuluhan kesehatan yang sesuai
dengan permasalahan kesehatan setempat.
c. Membina dan memberi bimbingan teknis kepada kader dan dukun bayi.
d. Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan
e. Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral, dan lembaga
swadaya masyarakat.
f.Melakukan rujukan medis dan rujukan kesehatan ke puskesmas, kecuali
dalam keadaan darurat harus dirujuk kefasilitas kesehatan yang lebih
lengkap.
g. Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan pemakaian
kontrasepsi serta adanya penyakit – penyakit lain dan berusaha
mengatasi sesuai dengan kemampuan. (Depkes RI, 1992)
Salah satu cara agar bidan di desa dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat desa, ia perlu membina hubungan baik dengan dukun dan
masyarakat dengan memperhatikan faktor sosio budaya setempat serta

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
17

faktor “kelebihan” dukun dalam pelayanan kepada masyarakat. Terbinanya


hubungan yang harmonis antara bidan dan dukun diharapkan peningkatan
pemanfaatan bidan didesa dalam menolong persalinan dapat meningkat.
Dalam survey yang dilakukan McDermott (1997), salah satu faktor
yang menyebabkan sulitnya bidan dalam membina hubungan dengan dukun
bayi adalah karena pebedaan usia dan asal daerah, karena bidan bidan yang
diturunkan ke desa adalah bidan yang masih muda dan tidak selalu berasal
dari daerah tempat dimana bidan ditempatkan.
Demikian pula dengan pembangunan kesehatan yang partisipatif,
respon terhadap kebutuhan masyarakat yang diyakini memiliki investasi
kedepan perlu dikawal oleh sumber daya pembaharu sebagai agen
perubahan dan dari sosok bidan desalah beban tersebut ada di pundaknya.

2.4 Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi


2.4.1 Pengertian
Kemitraan bidan dan dukun adalah suatu bentuk kerjasama dukun
yang saling menguntungkan dengan prinsip keterbukaan, kesetaraan, dan
kepercayaan dalam upaya untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Kemitraan ini
menempatkan bidan sebagai penolong persalinan dan mengalihfungsikan
dukun dari penolong persalinan menjadi mitra dalam merawat ibu dan bayi
pada masa nifas, yang berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat antara bidan
dengan dukun, serta melibatkan seluruh unsur/elemen masyarakat yang ada.
Kemitraan Bidan dan Dukun Paraji dalam pelayanan kesehatan Ibu
dan Anak adalah suatu proses kerjasama yang bersifat keterbukaan, kesetaraan
dan saling menguntungkan antara Bidan dan Dukun Paraji dalam membantu
melakukan pendampingan pada seorang ibu di mulai dari saat ibu tersebut
hamil, pendampingan dan membantu proses kelahiran dan
mendampingi/merawat pada saat nifas sesuai dengan keahlian, fungsi dan
kewenangannya, sehingga seorang ibu dapat melalui semua proses tersebut
dengan baik, tenang, aman dan nyaman.

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
18

2.4.2 Tujuan Kemitraan Bidan dan Dukun Paraji


Kemitraan bidan dan Dukun Paraji adalah untuk mendayagunakan
dukun paraji sebagai pendamping spiritual untuk melakukan komunikasi yang
terarah sesuai dengan kebutuhan ibu hamil, melahirkan, dan nifas, serta
membantu bidan dalam semua proses sesuai dengan kemampuannya untuk
meningkatkan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dalam
rangka menurunkan angka kematian ibu akibat kehamilan, Persalinan dan
nifas.
Kemitraan dapat di bentuk dengan kerjasama, karena alaminya
manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan yang harus di hargai di mulai
dari menerima mitra apa adanya setara dengan dirinya sesuai dengan
kompetensinya. Diharapkan pada kemitraan ini didapatkan manfaat dari
semua pihak, dalam hal ini bagi bidan adanya kemitraan dan kerjasama
sehingga membantu dalam pencapaian tujuan, bagi dukun paraji memperoleh
pengetahuan tentang kesehatan pada umumnya dan kesehtana ibu dan anak
pada khususnya, bagi ibu hamil, bersalin dan nifas memperoleh palayanan
yang aman dan nyaman sesuai dengan keinginannya.

2.4.3 Kebijakan
Kebijakan dalam kemitraan bidan dan dukun antara lain :
1. Meningkatkan persalinan dan perawatan bayi baru lahir oleh tenaga
kesehatan melalui kemitraan bidan dengan dukun
2. Setiap ibu bersalin dan bayi baru lahir memperoleh pelayanan dan
pertolongan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dalam pertolongan
persalinan .
3. Seluruh dukun yang ada dilibatkan dalam suatu bentuk kerjasama yang
menguntungkan antara bidan dengan dukun dalam bentuk kemitraan.

2.4.4 Mekanisme Kerja


Di dalam kemitraan, bidan dengan dukun bayi mempunyai peran dan
tanggung jawab masing-masing. Oleh sebab itu perlu diberi pengertian bahwa

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
19

peran dukun bayi tidak kalah penting dibandingkan perannya dahulu. Proses
perubahan peran dukun menuju peran barunya yang berbeda, memerlukan suatu
adaptasi dan hubungan interpersonal yang baik antara bidan dukun. Di dalam
konsep kemitraan bidan dengan dukun, dukun bayi perlu diberikan wawasan
dalam bidang kesehatan ibu dan bayi baru lahir, terutama tentang tanda bahaya
pada kehamilan, persalinan dan nifas serta persiapan yang harus dilakukan oleh
keluarga dalam menyongsong kelahiran bayi (Depkes, 2008)

2.4.5 Tata hubungan kerja


Dalam tata hubungan kerja masing-masing bidang administrasi
mempunyai tugas sebagai berikut :
1. Tugas Provinsi :
Melakukan Asesmen (analisa situasi, monitoring, evaluasi) Kemitraan Bidan –
Dukun, mengembangkan Kebijakan (Strategi, Perencanaan), menjamin kualitas
Pelaksanaan (Legal/Aspek Hukum, Kelembagaan, Partisipasi Masyarakat),
fasilitasi kegiatan program kemitraan Bidan – Dukun,
penanggungjawab/Pengelola Program KIA berkoordinasi dengan Lintas
Program/Lintas Sektor Propinsi dan Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan
kegiatan, penanggungjawab/Pengelola Program KIA bertanggung jawab dan
melaporkan kegiatan kepada Kepala Dinas.
2. Tugas Kabupaten/Kota :
Melakukan Asesmen (analisa situasi, monitoring, evaluasi) Kemitraan
Bidan – Dukun, mengembangkan Kebijakan (Strategi, Perencanaan), menjamin
kualitas Pelaksanaan (Legal/Aspek Hukum, Kelembagaan, Partisipasi
Masyarakat), fasilitasi kegiatan program kemitraan Bidan – Dukun,
penanggungjawab/Pengelola Program KIA berkoordinasi dengan Lintas
Program/Lintas Sektor Kabupaten/Kota dan Puskesmas dalam pelaksanaan
kegiatan, penanggungjawab/Pengelola Program KIA bertanggung jawab dan
melaporkan kegiatan kepada Kepala Dinas.
3. Tugas Puskesmas :
Melakukan Asesmen (analisa situasi, monitoring, evaluasi) Kemitraan Bidan –
Dukun, berkoordinasi dengan Lintas Program/Lintas Sektor Kecamatan dan

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
20

Desa/Kelurahan dalam pelaksanaan kegiatan, membangun jejaring (dengan


LSM, PKK, Tokoh agama, Tokoh Masyarakat dan Swasta di Kecamatan dan
Desa/Kelurahan), membina dukun yang berada di wilayah setempat,
melaksanakan kegiatan program kemitraan Bidan – Dukun, memfasilitasi
Bidan di Desa dalam pelaksanaan kemitraan, memantau dan evaluasi kegiatan
program kemitraan bidan dengan dukun, bertanggung jawab dan melaporkan
kepada kepala dinas.
4. Tugas bidan di Desa/bidan pembina wilayah :
Mendata dan memetakan dukun bayi dan ibu hamil, berkoordinasi dengan
Lintas Sektor di Desa/Kelurahan dalam pelaksanaan kegiatan, membina dukun
yang berada di wilayah setempat, melaksanakan kegiatan program kemitraan
bidan dengan dukun, melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan program
kemitraan bidan dengan dukun, bertanggung jawab dan melaporkan kepada
kepala Puskesmas.

2.4.6 Ruang Lingkup Kemitraan Bidan dan dukun bayi


Ruang lingkup kegiatan kemitraan menurut (depkes, 2008) mencakup
masukan, proses dan luaran program.
1. Input
Meliputi penyiapan tenaga, penyiapan biaya operasional, penyiapan sarana
kegiatan bidan dan saran dukun, serta metode /mekanisme pelaksanaan
kegiatan.
2. Proses
Proses yang dimaksudkan adalah lingkup kegiatan kerja bidan dan
kegiatan dukun.Kegiatan bidan mencakup aspek teknis kesehatan dan kegiatan
dukun mencakup aspek non teknis kesehatan. Tugas dukun ditekankan pada
alih peran dukun dalam menolong persalinan menjadi merujuk ibu hamil dan
merawat ibu nifas dan bayi baru lahir berdasarkan kesepakatan antara bidan
dengan dukun.
Aspek teknis kesehatan adalah aspek proses pengelola dan pelayanan
program KIA. Pengelolaan (manajemen) program KIA adalah semua kegiatan
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian (evaluasi)

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
21

program kesehatan ibu dan anak masuk KB. Sedangkan pelayanan kesehatan
ibu dan anak, mencakup kegiatan yang dilakukan bidan dalam melaksanakan
asuhan kebidanan sesuai wewenang, etika, tanggung jawab bidan.
Aspek non kesehatan meliputi penggerakkan dan pemberdayakan ibu,
keluarga dan masyarakat, memberdayakan tradisi setempat yang positif
berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak , menghilangkan kebiasaan buruk
yang dilakukan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.
3. Output
Output dalam kemitraan bidan dengan dukun adalah pencapaian target
upaya kesehatan ibu dan anak antara lain meningkatnya jumlah bidan dan
dukun yang bermitra, meningkatnya rujukan oleh dukun, meningkatnya
cakupan ANC, pertolongan Linakes, KB pasca Salin, serta deteksi
risti/komplikasi oleh masyarakat. (Depkes RI, 2008).

2.4.7 Langkah – Langkah Kemitraan Bidan Dan Dukun Bayi


Dalam membangun kemitraan antara dukun dan bidan diperlukan
langkah – langkah yang dilakukan tahap demi tahap yang meliputi
beberapa proses sebagai berikut (Dinkes, 2004) :
1. Penjajagan
Untuk melakukan kemitraan bidan dan dukun paraji harus
dilakukan atau melakukan penjajagan disertai dengan tokoh
masyarakat lain yang dianggap potensial atau penting untuk
menyelesaikan masalah kesehatan di wilayah kerja.
2. Untuk memperoleh pandangan yang sama dalam menangani
masalah kesehatan yang ada, maka bidan dan dukun paraji
beserta tokoh masyarakat lainnya perlu bertemu secara terbuka
dan kekeluargaan untuk saling memahami tugas, fungsi dan
peran masing-masing untuk mengatasi permasalahan kesehatan
diwilayahnya.

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
22

3. Pengaturan peran
Pengaturan peran ini harus dipahami oleh masing-masing
individu dalam proses kemitraan dan pengaturan peran tersebut
harus ditulis secara jelas dalam dokumen resmi.
4. Komunikasi intensif
Untuk mengetahui perkembangan perlu dilakukan komunikasi
antara bidan dan dukun bayi secara teratur dan
berkesinambungan.
5. Melakukan kegiatan
Kegiatan yang sudah disepakati haruslah dilaksanakan dengan
baik sesuai dengan peran masing-masing berlandaskan 7 saling
dan prinsip kemitraan.
6. Pemantauan dan penilaian
Kegiatan pemantauan dan penilaian harus disepakati sejak
awal, kegiatan ini bertujuan untuk mnyempurnakan kemitraan
dan menjaga kelangsungan terjadinya suatu kemitraan.

2.4.8 Peran Bidan Dengan Dukun Dalam Pelaksanaan Kemitraan


Periode kehamilan
BIDAN DUKUN
1. Melakukan pemeriksaan ibu hamil dalam hal: 1. Memotivasi ibu hamil untuk periksa
a. Keadaan umum ke Bidan
b. Menentukan taksiran partus 2. Mengantar ibu hamil yang tidak mau
c. Menentukan keadaan janin dalam periksa ke Bidan
kandungan 3. Membantu Bidan pada saat
2. Melakukan tindakan pada ibu hamil dalam pemeriksaan ibu hamil
hal : 4. Melakukan penyuluhan pada ibu
a. Pemberian imunisasi TT hamil dan keluarga tentang
b. Pemberian tablet Fe a. Tanda-tanda persalinan
c. Pemberian pengobatan/tindakan apabila b.Tanda bahaya kehamilan
ada komplikasi kebersihan pribadi & lingkungan
3. Melakukan penyuluhan dan konseling pada c. Kesehatan & Gizi

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
23

BIDAN DUKUN
ibu hamil dan keluarga mengenai: d. perencanaan persalinan (bersalin
a. Tanda-tanda Persalinan dan lingkungan di Bidan, menyiapkan
b. Tanda bahaya kehamilan transportasi, menggalang dalam
c. Kebersihan pribadi dan lingkungan menyiapkan biaya, menyiapkan
d. Kesehatan & gizi calon donor darah)
e. Perencanaan persalinan (bersalin di 5. Memotivasi ibu hamil dan keluarga
Bidan, menyiapkan transportasi, tentang :
menggalang dalam menyiapkan biaya, a. KB setelah melahirkan
menyiapkan calon donor darah)
f. KB setelah melahirkan menggunakan b. persalinan di Bidan pada waktu
Alat Bantu Pengambilan Keputusan menjelang taksiran partus
(ABPK) 6. melakukan ritual
4. Melakukan kunjungan rumah untuk : keagamaan/tradisional yang sehat
a. Pemerikasaan kehamilan sesuai tradisi setempat (bila ada)
b. Penyuluhan/konseling pada keluarga 7. melakukan motivasi pada waktu
tentang perencanaan persalinan dan rujukan diperlukan
pencegahan komplikasi 8. melaporkan ke Bidan apabila ada
c. Melihat kondisi rumah persiapan ibu hamil baru
persalinan
d. Motivasi persalinan di Bidan pada waktu
menjelang taksiran partus
5. Melakukan rujukan apabila diperlukan
6. Melakukan pencatatan seperti :
a. Kartu ibu
b. Kohort ibu
c. Kohort KIA
7. Melakukan laporan :
*cakupan K1 dan K4

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
24

Periode Persalinan

BIDAN DUKUN
1. Mempersiapkan sarana prasarana 1. Mengantar calon ibu bersalin ke
persalinan aman dan alat resusitasi Bidan
bayi baru lahir, termasuk pencegahan 2. Mengingatkan keluarga menyiapkan
infeksi. alat transport untuk pergi ke
2. Memantau kemajuan persalinan Bidan/memanggil bidan
sesuai dengan partograf. 3. Mempersiapkan sarana prasarana
3. Melakukan asuhan persalinan. persalinan aman seperti :
4. Melaksanakan inisiasi menyusu dini. a. Air bersih
5. Injeksi vit. K1 dan salep mata b. Kain bersih
antibiotik pada bayi baru lahir. 4. Mendampingi ibu pada saat
6. Melakukan perawatan bayi baru lahir. persalinan
7. Melakukan tindakan PPGDON 5. Membantu Bidan pada saat proses
apabila mengalami komplikasi. persalinan
8. Melakukan rujukan bila diperlukan. 6. Melakukan ritual
9. Melakukan pencatatan persalinan keagamaan/tradisional yang sehat
pada : sesuai tradisi setempat
a. Kartu ibu/partograf 7. Membantu Bidan dalam perawatan
b. Kohort ibu dan bayi bayi baru lahir
c. Register persalinan 8. Membantu ibu dalam inisiasi
10. Melakukan pelaporan : menyusu dini kurang dari 1 jam
*Cakupan persalinan oleh tenaga 9. Memotivasi rujukan bila diperlukan
kesehatan 10. Membantu Bidan membersihkan
ibu, tempat dan alat setelah
persalinan

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
25

Periode Nifas

BIDAN DUKUN
1. Melakukan kunjungan Neonatal dan 1. Melakukan kunjungan rumah dan
sekaligus pelayanan nifas memberikan penyuluhan tentang :
a. Perawatan ibu nifas a. tanda-tanda bahaya dan penyakit
b. Perawatan neonatal ibu nifas
c. Perawatan imunisasi HB 1 b. tanda-tanda bayi sakit
d. Pemberian Vit. A ibu nifas 2 kali c. kebersihan pribadi dan lingkungan
e. Perawatan payudara d. kesehatan & Gizi
2. Melakukan penyuluhan dan e. Asi Ekslusif
konseling pada ibu dan keluarga f. Perawatan tali pusat
mengenai : g. Perawatan payudara
a. Tanda-tanda bahaya dan penyakit 2. Memotivasi ibu dan keluarga untuk
ibu nifas ber-KB setelah melahirkan
b. Tanda-tanda bayi sakit 3. melakukan ritual
c. Kebersihan pribadi dan lingkungan keagamaan/tradisional yang sehat
d. Kesehatah & gizi sesuai tradisi setempat
e. Asi Ekslusif 4. Memotivasi rujukan bila diperlukan
f. Perawatan tali pusat 5. Melaporkan ke Bidan apabila da
g. KB setelah melhirkan calon akseptor KB baru
3. Melakukan rujukan bila diperlukan
4. Melakukan pencatatan pada :
a. Kohort Bayi
b. Buku KIA
5. Melakukan laporan :
*cakupan pelayanan nifas

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
26

2.5 Pendekatan Sistem


Sistem menurut Azrul Anwar (2010) adalah suatu kesatuan yang utuh
dan terpadu dari berbagai elemen yang berhubungan serta saling mempengaruhi
yang dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Stoner (1996) memandang organisasi sebagai suatu sistem yang
dipersatuakn dan diarahkan dari bagian-bagian yang saling berkaitan. Melalui
pendekatan tersebut para manajer diarahkan untuk melihat organisasi secara
keseluruhan dan sebagi bagian dari lingkungan eksternal yang lebih luas.
Terry (2005) menyatakan bahwa sistem dapat dipandang sebagai suatu
kumpulan atau himpunan antara dua komponen yang saling berada dalam pola
hubungan tertentu dimana suatu kegiatan menimbulkan reaksi pihak yang lain.
Dengan kata lain sebuah sistem adalah seperangkat komponen yang saling
berhubungan dan saling beraksi.

2.5.1 Ciri – Ciri Sistem


Ciri – ciri sistem antara lain terdapat bagian atau elemen yang satu sama
lain saling berhubungan dan mempengaruhi yang kesemuanya membentuk satu
kesatuan untuk mencapai tujuan yang sama yang telah ditetapkan, fungsi yang
diperankan masing-masing bagian mengubah masukan menjadi keluaran yang
direncanakan, fungsi bekerja secara bebas namun terkait yang diarahkan suatu
mekanisme pengendalaian yang mengarahkannya agar tetap berfungsi sesuai
dengan apa yang direncanakan, sistem merupakan satu kesatuan yang terpadu dan
tidak tertutup terhadap lingkungan (Azrul Anwar, 2010)

2.5.2 Unsur – Unsur Sistem


Menurut Azrul Anwar (2010) unsur-unsur sistem terdiri dari masukan,
proses, keluaran, umpan balik, dampak, dan lingkungan. Masukan (Input) adalah
kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan diperlukan untuk
fungsinya tersebut. Proses (process) merupakan elemen yang terdapat dalam
sistem yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang
direncanakan. Keluaran (output) adalah elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem. Umpan Balik (feed back) adalah keluaran

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
27

dari suatu sistem. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran
suatu sistem. Lingkungan (environment) dunia luar sistem yang tidak dikelola
oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.

Gambar 2.2
Bagan Hubungan Unsur-Unsur Sistem

Lingkungan

Masukan Proses Keluaran Dampak

Umpan Balik

Sumber : Azrul Anwar. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Hal 29.

2.5 Kerangka Pikir


Berdasarkan pedoman kemitraan bidan dan dukun bayi yang diterbitkan
oleh Sekretaris Jendral Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2008
bahwa lingkup kegiatan bidan dalam pelaksanaan program kemitraan bidan dan
dukun paraji antara lain pendataan dan pemetakan dukun, koordinasi dengan
lintas sektor, membina dukun, melaksanakan kegiatan program kemitraan,
pemantauan dan evaluasi kegiatan program dan pelaporan. Dalam
mengembangkan konsep kemitraan dapat menggunakan pendekatan sistem yakni
input, proses, output, dan outcome (Notoatmodjo, 2003), dan menurut Azrul
Anwar (2010) bahwa sistem merupakan suatu kesatuan utuh dan terpadu dari
berbagai elemen yang berhubungan serta saling mempengaruhi yang dengan sadar
dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari hal tersebut
diatas, maka tersusunlah kerangka pikir penelitian sebagai berikut :

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
28

Gambar 2.3
Kerangka Pikir Penelitian Gambaran Pelaksanaan Kemitraan Bidan di Desa
Terhadap Program Kemitraan

INPUT PROSES OUTPUT

‒Sumber Kemitraan
Pelaksanaan kemitraan terhadap dukun bayi oleh
daya bidan di desa Bidan

manusia dengan
Mendata dan memetakan dukun
‒Dana / Berkoordinasi dengan lintas
dukun
biaya sektor
Membangun jejaring
operasional
Membina dukun
‒Sarana Melaksanakan kegiatan program
‒Metode kemitraan
Pemantauan dan Evaluasi
kegiatan program

Umpan Balik Dampak


Persalinan oleh tenaga kesehatan
Angka Kematian Ibu menurun
Angka kematian bayi menurun
LINGKUNGAN
Kebijakan Program
Budaya masyarakat
Karakteristik masyarakat

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
BAB 3
KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep


Agar tujuan penelitian tercapai, peneliti menyusun kerangka konsep
penelitian berdasarkan kerangka pikir yang di paparkan pada bab sebelumnya.
Maka tersusun kerangka konsep sesuai dengan kebutuhan peneliti dalam menggali
informasi sebagai berikut ini :

PROSES
INPUT Pelaksanaan kemitraan oleh bidan di desa
Sumber Pendataan dan pemetakan dukun
OUTPUT
Tenaga Koordinasi dengan lintas sektor Kemitraan
Dana Membina dukun Bidan
Sarana Melaksanakan kegiatan program dengan
Metode kemitraan dukun
Pemantauan dan Evaluasi kegiatan
program

Gambar 3.1. Kerangka konsep sistem kemitraan bidan terhadap dukun bayi oleh
bidan di desa

3.2 Definisi Istilah


Komponen Input
1. Sumber tenaga : tersedianya tenaga kesehatan bidan di setiap desa, dan
kecukupanya menurut bidan di desa.
2. Dana : ketersediaan dana yang diperlukan untuk melakukan
program kemitraan. Dalam penelitian ini peneliti
menggali informasi tentang sumber dana yang digunakan
dalam pelaksanakan kemitraan.
3. Sarana : fasilitas atau sarana yang menunjang kegiatan kemitraan,
dalam hal ini yang akan di gali peneliti yaitu berupa

29

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


30

penyediaan sarana penyelenggaraan pertemuan


kemitraan dan tersedianya buku-buku pedoman
kemitraan yang dapat digunakan sebagai bahan acuan
dalam bermitra.
4. Metode : merupakan suatu cara atau metode yang digunakan
dalam pelaksanaan kemitraan. Dalam penelitian ini,
metode yang akan digali oleh peneliti yaitu mengenai
pendekatan bidan terhadap mitra nya, adanya
kesepakatan pelaku kemitraan yaitu bidan di desa dan
dukun paraji adanya sistem reward pada pelaksanaan
kemitraan dan adanya sanksi.
Komponen Proses
1. Pendataan dan pemetakan dukun
Mengetahui, mengenal dan mendata siapa dan berapa dukun di wilayah desa
binaannya.
2. Koordinasi lintas sektor
Melakukan koordinasi dengan lintas sektor di desa atau kelurahan. Hal
tersebut bertujuan untuk mendapatkan dukungan dalam melakukan kemitraan
dengan paraji.
3. Membina dukun
Melakukan pembinaan dukun secara rutin mengenai kemitraan, peran atau
tugas dukun dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak pada masa kehamilan,
persalinan dan masa nifas, tanda bahaya kehamilan dan persalinan.
4. Melaksanakan kegiatan program kemitraan
Melakukan serangkaian kegiatan bermitra dengan dukun bayi dalam
pelayanan kesehatan ibu dan anak pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas
sesuai dengan pembagian tugas atau perannya masing - masing, pelaksanaan
MOU atau kesepakatan tertulis antara bidan dan dukun bayi.
5. Evaluasi kegiatan program
Merupakan suatu kegiatan untuk menilai pencapaian seluruh pelaksanaan
sesuai rencana yang di tetapkan dalam kegiatan kemitraanya dengan dukun
bayi dan melaporkannya kepada puskesmas.

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
31

Komponen Output
Output kemitraan bidan dan dukun paraji adalah pencapaian target upaya
kesehatan ibu dan anak. Meningkatnya jumlah bidan dan dukun yang bermitra,
meningkatnya rujukan oleh dukun, Cakupan ANC, Cakupan pertolongan Linakes.

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, karena


melalui pendekatan ini diharapkan dapat menggali informasi lebih
mendalam tentang bagaimana gambaran persepsi bidan di desa terhadap
pelaksanaan program kemitraan bidan dengan dukun bayi di Kecamatan
Sukaraja Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukaraja Kabupaten


Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2012 yang
dilaksanakan oleh peneliti dan di bantu oleh asisten yang terlebih dahulu
telah dilakukan pelatihan untuk penyamaan persepsi mengenai apa yang
akan diteliti.

4.3 Sumber Informasi

Pemilihan sumber informasi pada penelitian ini dilakukan secara


purposif (purposive sampling) memperhatikan prinsip kesesuaian
(appropriates) dan kecukupan (adequacy). Berdasarkan hal tersebut diatas,
maka sumber informasi pada penelitian ini adalah bidan–bidan di desa yang
membina wilayah dan melaksanakan kegiatan program kemitraan bidan dan
dukun bayi, Kepala UPT Puskesmas Sukaraja , Kepala UPF Cimandala,
Sukaraja dan Cilebut, serta Bidan koordinator di puskesmas Cimandala,
Sukaraja dan Cilebut.

Bidan di desa dipilih sebagai sumber informasi karena mereka


terlibat langsung dan termasuk pelaku utama dalam pelaksanaan program
kemitraan Bidan dan Dukun bayi. Sedangkan Kepala UPT Puskesmas

32

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


33

Sukaraja, Kepala UPF Cimandala, Sukaraja dan Cilebut, Bidan koordinator


di puskesmas Cimandala, Sukaraja dan Cilebut dipilih sebagai informan
dengan tujuan untuk memverifikasi dan melengkapi informasi yang
diperoleh dari bidan desa.

4.4 Jenis dan Metoda Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang dilakukan


dengan cara wawancara mendalam dan Fokus Group Diskusi (FGD).
Sedangakan data sekunder didapat dari telaah dokumen hasil laporan.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan tehnik wawancara


mendalam (indepth interview) dan diskusi kelompok terpadu (Foccus Group
Discussion) atau FGD.

FGD merupakan tehnik pengumpulan data kualitatif, dimana


sekelompok orang berdiskusi dengan pengarahan dari seoang fasilitator atau
moderator mengenai suatu topik. FGD dilakukan dengan panduan pedoman
FGD dan di rekam dengan tape recorder . Sedangkan wawancara mendalam
dilakukan dengan tatap muka langsung dengan sumber informasi,
menggunakan tehnik wawancara terbuka dengan menggunakan pedoman
wawancara.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian pada studi kualitatif yang paling utama adalah


peneliti itu sendiri dengan dibantu dengan instrumen lain, yaitu :

1) Pedoman wawancara mendalam

2) Alat pencatat dan perekam suara (Voice Recorder)

3) Kamera

4) Fasilitator FGD dan pedoman FGD

5) Panduan penelusuran

Univesitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
34

Penyusunan pedoman wawancara mendalam dan FGD disesuaikan


dengan kerangka konsep penelitian. Sebelum pedoman untuk FGD dan
pedoman wawancara digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap
informan di luar wilayah penelitian dengan karakteristik yang hampir sama
dengan daerah yang akan diteliti. Uji coba pedoman dilaksanakan dengan
tujuan reabilitas instrumen penelitian.

4.6 Pengolahan Data

1. Pembuatan Transkrip

2. Pengkodean

3. Peringkasan Data

4. Ringkasan data diinterpretasikan dan secara keseluruhan disajikan


dalam bentuk matriks.

4.7 Analisis Data

Analisis data mengatur transkrip wawancara mendalam dan FGD


secara sistematis. Hasil pengolahan data dilakukan analisis berdasarkan isi
(content analisis) yaitu menganalisis dan mengidentifikasi sesuai dengan
topik bahasan dari setiap hasil wawancara dan FGD menjadi berbagai
kategorik topik bahasan yang sama, sesuai topik dalam pertanyaaan
penelitian dan tujuan penelitian..

4.8 Validasi Data

Untuk mendapatkan validitas data, maka dalam penelitian ini dilakukan tehnik
triangulasi yang meliputi :

1) Triangulasi Sumber, dilakukan cross check data dengan fakta dari


sumber melaui informan yang berbeda, sampai menghasilkan data yang
saling memperkuat atau tidak ada kontradiksi satu dengan yang lainnya.

Univesitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
35

2) Triangulasi Metode, yaitu menggunakan metode yang berbeda dalam


pengumpulan data. Pada penelitian ini digunakan metode wawancara
mendalam dan FGD.

Univesitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
BAB 5
GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

Wilayah Kecamatan Sukaraja terletak di sebelah Selatan Kabupaten


Bogor. Berdasarkan profil Kecamatan Luas wilayah Kecamatan Sukaraja adalah ±
4.202 Ha. Dengan batas wilayah adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojong gede
Sebelah Selatan : Kota Bogor dan Kecamatan Megamendung
Sebelah Barat : Kota Bogor
Sebelah Timur : Kecamatan Babakan Madang
Jarak kecamatan dengan ibu kota kabupaten, ibu kota provinsi, dan ibu
kota negara dijelaskan sebagai barikut :
Ibu kota Kabupaten : 6 km
Ibu Kota Provinsi : 120 km
Ibu kota negara : 52 km
Berdasarkan topografi, Kecamatan Sukaraja beriklim sedang dengan
temperatur suhu rata-rata 320 C pada siang hari dan 240 C pada malam hari,
dengan ketinggian antara 200 m – 750 m DPL. Daerah dataran rendah di
Kecamatan Sukaraja meliputi desa Cijujung, Cimandala, Cilebut Barat dan
Cilebut Timur. Desa Gunung Geulis merupakan daerah dataran tertinggi dengan
curah hujan rata-rata 300-350 mm per tahun.
Penduduk kecamatan Sukaraja pada tahun 2011 berjumlah 168.397 jiwa,
yang terdiri dari laki-laki sebanyak 86.299 dan perempuan sebanyak 82.098 jiwa
dengan jumlah kepala keluarha sebanyak 43.777 KK.

36

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


37

Tabel 5.1
Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Per Desa

No Desa Luas Wilayah Kepadatan


Penduduk

1 Cilebut Barat 440 49,76


2 Cilebut Timur 135 116,53
3 Sukaraja 223 32,56
4 Nagrak 766 13,88
5 Cikeas 313 28,12
6 Pasir laja 337 34,60
7 Pasir Jambu 215 44,40
8 Cimandala 316 71,78
9 Cijujung 365 65,60
10 Cadas ngampar 183 33,74
11 Gunung Geulis 465 13,83
12 Cibanon 290 25,05
13 Sukaani 154 28,70
Jumlah 4.202
Sumber : laporan penyelenggaraan pemerintahan kecamatan Sukaraja tahun 2011

Mata pencaharian masyarakat Sukaraja paling dominan adalah buruh


industri, sedangkan mata pencaharian penduduk selain itu adalah petani,
pengusaha kecil, pedagang, pengemudi dan lain-lain.
Di wilayah Kecamatan Sukaraja terdapat UPT Puskesmas Sukaraja yang
merupakan Unit Pelaksana Tekhnis Puskesmas yang membawahi 3 Unit
Pelaksana Fungsional (UPF), yaitu UPF Cimandala, UPF Cilebut dan UPF
Sukaraja. Kepala UPT sukaraja Merangkap sebagai Kepala UPF Cimandala.
Setiap UPF Puskesmas mempunyai desa binaan masing – masing. Berikut adalah
nama –nama desa binaan Puskesmas wilayah Kecamatan Sukaraja.

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
38

Tabel 5.2
Tabel Wilayah Binaan UPT Kecamatan Sukaraja

No UPT/UPF DESA
I UPT/UPF Cimandala 1. Desa Cijujung
2. Desa Pasir Laja
3. Desa Cimandala
4. Desa Pasir Jambu
II UPF Sukaraja 1. Desa Cikeas
2. Desa Cadas Ngampar
3. Desa Nagrak
4. Desa Sukaraja
5. Desa Sukatani
6. Desa Cibanon
7. Desa Gunung Geulis
II UPF Cilebut 1. Desa Cilebut Barat
2. Desa Cilebut Timur
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Tahun 2011

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
BAB 6
HASIL PENELITIAN

6.1 Karakteristik Informan


Pada penelitian ini informan utama adalah bidan di desa, sedangkan
informan pendukung terdiri dari Kepala Puskemas dan Bidan Koordinator.

Tabel 6.1
Karakteristik Informan Utama Penelitian Kemitraan Bidan didesa dengan
dukun bayi di Kecamatan Sukaraja tahun 2012

No Kode Alamat Umur Pendidikan Jabatan

1 FB1 Pasir Laja 32 D3 Kebidanan Bidan Desa

2 FB2 Cijujung 26 D3 Kebidanan Bidan Desa

3 FB3 Cilebut Timur 47 D3 Kebidanan Bidan Desa

4 FB4 Nagrak 31 D3 Kebidanan Bidan Desa

5 FB5 Cibanon 25 D3 Kebidanan Bidan Desa

6 FB6 Cikeas 29 D3 Kebidanan Bidan Desa

7 FB7 Gunung Geulis 29 D3 Kebidanan Bidan Desa

8 WB1 Cimandala 28 D3 Kebidanan Bidan Desa

9 WB2 Sukaraja 34 D3 Kebidanan Bidan Desa

10 KP1 Cimandala 49 S1 Kedokteran Kepala Puskesmas

11 KP2 Cilebut 36 S1 Kedokteran Kepala Puskesmas

12 BK1 Cimandala 28 D3 Kebidanan Bidan Koordinator

13 BK2 Sukaraja 32 D3 Kebidanan Bidan Koordinator

39

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


40

Para bidan di desa dilakukan Foccus Group Discussion (FGD). Dari 9


bidan di desa yang direncanakan terdapat tujuh bidan di desa yang menghadiri
FGD. Yaitu bidan di desa dari desa Pasir laja, Cijujung, Cilebut Timur, Gunung
Geulis, Cikeas, Cibanon, Nagrak.
Selanjutnya terhadap bidan di Desa yang tidak ikut serta dalam FGD di
ikutkan dalam wawancara mendalam sebagai bentuk penerapan triangulasi
metode. Bidan di desa yang terlibat dalam wawancara mendalam adalah bidan di
desa dari Cimandala dan desa Sukaraja. Koordinator KIA Puskesmas, dan kepala
Puskesmas dilakukan wawancara mendalam sebagai sumber informan lain.
Dari UPF Puskesmas Cimandala jumlah peserta yang hadir adalah dua
bidan di desa yaitu desa Pasir Laja dan Cijujung. UPF Puskesmas Cilebut 1 bidan
di desa yang hadir dari 2 bidan desa yang ada. Sedangkan UPF Puskesmas
Sukaraja hadir 4 bidan di desa dari 7 wilayah desa yang ada, yaitu desa Gunung
Geulis, Nagrak, Cikeas, dan Cibanon . Semua informan bidan didesa adalah orang
Sunda. Dari tujuh bidan desa yang hadir, 6 diantaranya ber status bidan PTT,
hanya satu yang sudah PNS yaitu dari Cilebut Timur. Mereka telah menjadi bidan
di desa dan telah bekerja dipuskesmas masing-masing antara 1 sampai 8 tahun.
Setiap bidan di desa mengkoordinir satu wilayah desa. Hampir semua informan
sudah menikah dan mempunyai anak. Hanya ada satu yang belum menikah yaitu
bidan di desa dari Gunung Geulis.

6.2 Komponen Input


6.2.1 Sumber tenaga
Informan bidan di desa mengatakan bahwa tenaga bidan sudah tersedia
ditiap-tiap desa. Satu orang satu desa binaan. Seperti informasi hasil FGD bidan
di desa berikut ini :

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
41

Tabel 6.2
Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Sumber Tenaga

FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7


...tempat kita ...satu bidan satu ...per desa satu ...satu desa juga... ... per desa ...sama satu ...udah di bagi tiap-
mah satu desa desa, saya satu. bidannya, yang maunya sih ada satu bidan aja.. cukuplah tiap desa satu bidan
satu bidan yah... Cukup lah... ngebina... saya temennya hehe.. sih, tapi ya bisa desanya... cukup
cukup ya saya kadang juga rasa udah cukup biar bisa bagi-bagi emang saya kepegang... nggak cukup lah ya,
rasa, udah bisa dibantu ama yang sih ya..kalao pas tugas, kan banyak nggak tinggal iya, saya ngurusin posyandu
ngehandel saya lain juga... saya kerepotan ya posyandu di situ, saya tinggal di situ, banyak sih ya,
rasa ya. disuruh ama Ibu posyandu dibantu tempat saya. Tapi pulang ke kebetulan asal belum lagi kegiatan
Awalanya Kepala tinggalnya juga ama temen ya karena udah Cibinong, dari situ yang lain, ya
emang di di situ juga, tahun puskesmas... aturannya gitu... nggak ya, ia hehehe... penyuluhan, lokmin
haruskan pertama dulu ...kebetulan saya saya tinggal disitu, (Kepala desa.. saya tinggal
tinggal di situ ngontrak yah udah punya ibu Kepala dulu Puskesmas) di situ, di suruhnya
sama hehehe... baru rumah di situ jadi yang nyuruh... nggak gitu...
Kepalanya... sekarang beli di ya tinggalnya di maksain...
daerah situ.. situ...

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
42

Dari ketujuh informan mengatakan bahwa dua diantaranya merasa perlu


bidan tambahan, mengingat luasnya area desa binaan mereka sehingga mereka
merasa perlu tembahan partner untuk meringankan kerja mereka, sedangkan lima
bidan lainnya merasa cukup karena merasa mampu melakukan tugas bidan di desa
tersebut. dan dari seluruh bidan di desa sebagian tidak bertempat tinggal di
wilayah desa binaannya
Informasi tentang sumber tenaga bidan di desa juga dijelaskan oleh
informan lain sebagai triangulasi sumber dan metode yaitu dari bidan di desa yang
tidak mengikuti FGD namun dilakukan wawancara mendalam, serta bidan
koordinator puskesmas. Berikut hasil wawacara mendalam yang dilakukan
peneliti :
... kalau kita mah saya rasa cukup deh satu bidan satu desa ya, meskipun
ngos-ngosan juga hampir tiap hari posyandu hehehe... (WB1)

...saya ngebina satu desa, saya nggak tinggal disitu sih, karna kan udah
ada gubuk sendiri tuh, tapi semua ke handel kok, kepegang semua.. sebenernya
tergantung kitanya aja sih ya... (WB2)

Sedangkan untuk triangulasi sumber berikut informasi yang didapat dari


informan Bidan Koordinator dan Kepala Puskesmas terkait sumber tenaga bidan
di desa. Berikut hasil wawancaranya :

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
43

Tabel 6.3
Hasil Wawancara Mendalam Informan Lain Tentang Sumber Tenaga

KP1 KP2 BK1 BK2


...satu bidan ...ada satu bidan ...bidannya satu ...kalau
membina satu di desa yang desa satu dan bidannya yang
wilayah desa. bertanggung itu cukup... tinggalnya di
saya jawab di daerah harus tinggal di desa itu, Cikeas,
menganjurkan situ, ada yang situ, udah Cadas, Nagrak,
nya tinggal di tinggal, ada juga peraturannya Gunung geulis,
situ ya yang tidak , tapi kan ya, bidan sedang yang
bidannya, biar selain bidan desa desa ya harus lain tinggalnya
bisa stand ada juga kok tinggal di diluar
by... bidan lain yang di desa... wilayah...udah
tinggal di daerah punya rumah
situ juga... sendiri kan...

Dari hasil penggalian informasi dari informa Bidan Koordinator dan


Kepala Puskesmas di simpulkan bahwa tiap-tiap desa mempunyai wilayah binaan
desanya masing-masing, dan tidak semua bidan di desa tinggal di daerah binaanya
masing-masing.

6.2.2 Dana
Sebagian informan bidan di desa menyatakan bahwa dana yang di
gunakan untuk kegiatan kemitraan bidan dan dukun paraji berasal dari dana BOK
Puskesmas, sebagian lagi kurang mengetahuinya. Berikut ungkapan informan
bidan di desa dalam FGD :

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
44

Tabel 6.4
Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Dana Kemitraan

FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7


... mmh, kurang ... ada lah, ya. ...setahu saya ada ...kalo masalah ... dana buat ...tahu ya, tanya ... tahunya dana
tahu ya, tanya Kan kalo yah, dananya sih dana mah yang pertemuan ada ke pengurus itu mah buat
langsung aja deh pertemuan itu, buat pertemuan keuangan ya, saya rasa uangny, aja lah, pertemuan...
sama Bikornya... pake dana gitu... rinciannya puskesmas kali ya cukup banyak nggak enak kalo ...dari BOK ...
ntar salah lagi kemitraan... ya nggak tahu... yang tahu juga sih ya, kan salah ngomong,
ngomongnya... ...dari BOK sih Ngundangnya rinciannya, kita ampe ngundang ... sumbernya sih
kayaknya... sih dari lintas mah mmm.. polisi, koramil, emang dari BOK
sektor yah... pelaksananya pak camat, tapi buat apa aja
ajah... lurahnya gitu... ya nggak tahu ...
...bikornya yang
tahu detailnya
yah, heheh..

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
45

Dari infomasi semua peserta FGD dapat di simpulkan bahwa dana untuk
kegiatan kemitraan bersumber dari dana BOK di alokasikan untuk pertemuan
kemitraan dengan mengundang lintas sektoral yang berasal dari kepolisian,
koramil, kecamatan dan lurah selain bidan dan parajinya.
Informasi tentang dana yang di pergunakan untuk kegiatan kemitraan
bidan dan paraji diungkapkan pula oleh bidan di desa yang tidak mengikuti FGD
melaui wawancara mendalam. Menurut mereka dana kegiatan kemitraan di
khususkan untuk pertemuan kemitraan bidan paraji dengan sumber dana dari
BOK. Berikut informasi yang diperoleh :

...setahu saya ada dananya, tapi emang cuman sedikit, buat pertemuan
besar aja, yang untuk rutinnya kayaknya belum diadain dananya...
(WB1)

...masalah dana mah, urusan yang diatas, bikornya ya yang tahu


rinciannya...kayaknya dari BOK sih sumbernya... (WB2)

Sumber Informan lain juga menyatakan tentang dana yang dipergunakan


untuk kemitraan. Informan tersebut dari bidan koordinator puskesmas dan Kepala
Puskesmas melalui hasil wawancara mendalam sebagai berikut :

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
46

Tabel 6.5 Hasil Wawancara Mendalam Sumber Informasi lain Mengenai Dana Kemitraan

KP1 KP2 BK1 BK2

... dana ada, sekarang dari ...untuk masalah dana, selama ini ... dana dari BOK yah, ...sebenarnya masalah
BOK. Tapi ya terbatas pertemuan kemitraan dananya dari penggunaannya untuk dana pihak BOK yang
hanya untuk pertemuan dana BOK, dananya untuk beli pertemuan... selama ini lebih tahu... pertemuan
saja, kayak kemarin untuk snack, makan, juga uang transport pertemuannya baru 1 kali kemitraan selama ini
pertemuan kemitraan maparajinya... dalam setahun yah, kemarin baru sekali ya, iya
dengan mengundang lintas ... alokasi untuk pertemuan tuh mengundang linsek juga pertahun.
sektor juga. Kalau untuk rutinnya belum, BOK kan dibagi sih...
yang pertemuan rutinnya banyak program juga yah... jadi ya
per bulan gitu ya dana yang terbatas untuk pertemuan aja
di khususkan belum ada.. selama ini, pertemuan di
puskesmas.

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
47

Kesimpulan dari hasil WM Kepala Puskesmas dan Bidan Koordinator


adalah bahwa sumber dana kegiatan kemitraan dari BOK, dengan alokasi untuk
pertemuan kemitraan dengan mengundang lintas sektor 1-2 kali dalam setahun.
Sedangkan dana untuk pertemuan rutin belum ada.
Selain dana yang di pergunakan dalam pertemuan kemitraan dengan
sumber dana dari BOK, dana lain yang berkaitan dengan kemitraan adalah dana
pembagian yang bersumber dari biaya persalinan pasien. Persentase pembagian
dana tersebut berbeda tiap desanya tergantung kesepakatan yang di buat.
Kesepakatan tersebut tertuang dalam MOU (Memorandum Of Understanding)
Ada variasi informasi yang diperoleh dari informan bidan di desa,
persentase pembagian jasa persalinan sudah tidak berlaku lagi sejak ada program
jampersal. Pasien yang bersalin di bidan dengan jampersal tidak lagi dikenakan
biaya persalinan. Sehingga paraji hanya menerima secara langsung dari pasien.
Ada sebagian informan bidan di desa mengatakan bahwa pembagian tetap sesuai
kesepakatan, namun menunggu uang klaim persalinan dengan jampersal, pendapat
lain mengatakan bahwa bidan tetap memberikan langsung ke paraji dengan
memakai uang pribadinya terlebih dahulu sebelum uang jampersal cair. Berikut
ungkapan informan yang di peroleh dari informan bidan desa dari hasil FGD dan
wawancara mendalam :

...soal pembagiannya kalo menurut MOU sih 20% ya, nganter juga
segitu, tapi sejak april 2011 kan ada kebijakan jampersal tuh, yaa..
jadinya beda lagi. Nggak kasih lagi, tapi ma paraji tetep dikasih dari
pasien yang bersalin itu buat ngurus ari, buat mijit, gitu.. (WB1)

... dulu nya di kasih langsung, sekarang nunggu dulu dari jampersal cair,
heheh... persentase sama 20-30% , Cuman sekarang lebih dikit, dari
sononya juga dikit yah...(WB2)

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
48

Tabel 6.6
Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Dana Pembagian Biaya Persalinan Pasien

FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7


...ada ...gimana yah, persalinannya... ... mmmhh.. ...ya, kalau ... sepuluh ...pas dulu sih
pembagiannya... sekarang ada gimana ya.. jadi sebenarnya dianya persen (10%), bisa sampai
dari biaya jampersal itu sih ya. terpaksa pake uang tinggal kita nganterin aja kadang juga 25% nan yah,
persalinan yang di Kita kan gak di bayar sendiri dulu, di hitung aja ya, dikasihnya lima lima belas tergantung juga.
kasih pasien.., lansung sama pasien kasihkan itu ke berapa kali ia (5%) atau persen (15%) Kalau sekarang
ditempat saya 10% ya, ya kita nggak paraji, kalau nunggu nganter pasien. sepuluh (10%) tergantung sih mah.. agak itu
nan itu kasih lah. Ia (paraji) klaim ntar takutnya Kalau klaim aja ya. Kalau ya, ada yang juga
...yah... uang klaim kan dapet juga dari ia ngitung rujukan udah cair ya sambil bantu- nungguin sebenarnya,
yang khusus pasiennya. Tiap-tiap segini, saya kita kasih tuh bantuin ampe pasiennya menurun, kan
persalinan kan 350 kunjung juga dapet ngitungnya segini, paraji berapa selesai ya kita ampe selesai ya biaya
ribu aja, kita harus yah, kalo kita mana kalo beda ntar persennya, tapi kasih lebih ditambahin persalinan
ngeklaim dulu kan klaimnya lama, dianya berpikir yang ya nggak kayak dong, tiga gitu... ya jampersal 350,
ya... ya kalo ia kadang-kadang juga enggak-enggak, trus di kasih puluh, empat meskipun kita trus ntar ma
periksanya kekita kurang syarat- nggak mau ngrujuk langsung sih puluh lah, yang ngerjain paraji 15 % nya
bisa kita klaimkan syaratnya...(BD4) lagi, akhirnya ya sebenarnya. soalnya bantuin semuanya, tapi dikumpulin

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
49

FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7


juga ANC nya, kalo ...kalau sejak ada pake kantong pribadi Trus uang klaim bersih-bersih kan ia ikut di dulu, di catat, di
nggak ya jampersal teh, udah dulu lah... gimana persalinan kan juga... dalem yah, kasih kalo udah
bersalinnya doang, nggak ada pembagian lagi... biar dianya cuma sedikit Sejak ada kasih support dapat uang
paling ama nifasnya lagi, udah gak berlaku juga rajin ngarujuk... ya.. 350 ribu jampersal, ibunya, pijitin, kitanya... dari
3 kali 10.000... kesepakatannya ...ya klaim nggak lagi yah. kadang bantuin jampersal.
persenan mana yang akan di Kebanyakan kita juga...
pembagiannya ya bagi...orang kita aja juga nganter
yang dari bersalin dapetnya juga entar- doang sih, ia
aja. Kalau dulu kan entar, nunggunya 2 dapet langsung
mungkin kita tarik bulan, 3 bulan. Kalau dari pasien,
400 ribu ya, trus pake jampersal trus kitanya
ntar ma paraji dia (pasien) kasih dapetnya
langsung kasih 20 % uang ke kita, kitanya nunggu,
gitu, sekarang mah di marahin, di tegor
nggak bisa ama Kepala...
langsung...

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
50

Tabel 6.7
Hasil Wawancara Mendalam Informan Lain Mengenai Dana Pembagian Biaya Persalinan

BK1 BK2 KP1 KP2


... memang sudah ada ... sekarang belum ada ...sebelum ada jampersal ... perdesa berbeda – beda tergantung kesepakatan,
MOU nya pembagian kesepakatan baru lagi, pembagiannya 40% buat ada yang 25% sampai 40% itu kan di bahasnya di
jasa persalinannya, tahun sekarang ya, kan paraji, 60 % buat musyawarah desa mengundang paraji juga... tapi
berapa persennya udah berlaku jampersal. bidannya. Sesudah ada itu yang sebelum jampersal ya... sejak ada
tergantung maunya bidan dulunya udah, beda-beda jampersal, pasiennya aja jampersal tuh ya, per april 2011 kesepakatan itu
ama paraji sih ya. Selama sih tiap desa. Tergantung yang kasih uang lansung tidak bisa diterapkan lagi, pasien kan gratis ya,
ini memang jalan, cuman berapa yang dulunya ke paraji, kebidannya tidak dipungut bayaran, jadi bidannya udah nggak
itu.. setelah program disepakati... gratis. Bidan juga nggak kasih ke paraji lagi secara langsung, tapi setelah
jampersal kan harusnya kasih langsung ke paraji, klaim keluar... Tapi parajinya dapet juga kok dari
ada kesepakatan baru, ini Ntar kalau bidan sudah pasien langsung. Kalo misalnya ya si pasien
belum... klaim uang jampersal, jampersal kasih juga kebidan, maka bidannya harus
baru paraji kebagian, kasih uang tersebut ke parajinya, jadi dobel kan
ntar uangnya dikasihkan parajinya, tapi kita udah sosialisai pasien
ke parajinya... jampersal nggak perlu kasih uang ke bidannya...

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
51

Kesimpulan informasi Bidan di desa di dapatkan bahwa pembagian biaya


persalinan masing – masing desa berbeda satu sama lain, semua nya tergantung
dari kesepakatan antara bidan dan parajinya, adanya kebijakan jampersal bagi
bidan di desa dinilai mempengaruhi sistem pembayaran dan jumlah persentase
yang diberikan. Belum ada MOU baru tentang kebijakan yang baru.
Sedangkan kesimpulan dari sumber lain menyatakan hampir senada
dengan yang dungkapkan bidan di desa, belum ada MOU kemitraan yang baru
setelah bergulirnya program jampersal, anjuran kepala puskesmas tentang
persentase pembagian tidak dilakukan perubahan, sesuai kesepakatan, hanya saja
sistem pemberiannya yang perlu diatur.

6.2.2 Sarana
Hasil dari penggalian informasi mengenai sarana seperti yang
diungkapkan oleh informan bidan di desa dalam FGD dan wawancara mendalam
sebagai berikut :

... di sini mah kalau pertemuan gitu yang ngurusinya pihak puskesmas
bu.. kita kan udah sibuk pelayanan segala macem ya, biasanya bikor nya
yang kasih tahu kita ntar ada pertemuan di puskesmas, ada pak camat,
lintas sektor segala macem... soal buku pedoman saya nggak punya..
(WB1)

... yang perlu kan tempat kita mengadakan pertemuannya kan ya, pernah
ya kita pertemuan kemitraan di desa kala itu, di balai desanya... bukunya
nggak punya... (WB2)

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
52

Tabel 6.8 Hasil FGD Informan Bidan Di Desa Mengenai Sarana Persalinan

FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7


...selama ini mah ... pas pertemuan ...dari ... sarana ...puskesamsnya ...di tempat saya ...iyah,
sarana atau fasilitas kemitraan di desa, puskesmas kemitraan paling yah yang kasih pihak puskesmas pihak
puskesmas yang kayak tahun juga. yang dari tempat fasilitas juga yang puskesmas
nyediain, kayak pas kemarin, desa ya dinas yang pertemuannya ya, pertemuan, yang ngadainnya, yang yang
pertemuan itu, yang kasih sarana. diundang puskesmas yang ngundang paraji nyiapainnya... nyediain
puskesmas yang Walaupun yang paling-paling ngurusin gitu- untuk pertemuan, sarananya..
nyediain tempatnya. ngundang dari hanya gitu... ngundang lintas .
Kalau yang dari puskesmas, tapi desa bikornya... sektor juga yah...
dinas belum ada ya yang siapin macem-
kayaknya... macemnya...

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
53

Sarana atau fasilitas yang menunjang kegiatan kemitraan menurut bidan


di desa sudah cukup, sarana di sediakan oleh puskesmas maupun pihak desa.
sedangkan buku pedoman sebagai sarana penunjang bagi bidan untuk
melaksanakan tugasnya belum di sediakan dri pihak dinas maupun puskesmas.
Hal tersebut di perkuat oleh informan Bidan koordinator dan Kepala
Puskesmas. Berikut hasilnya :
Tabel 6.9
Hasil wawancara Mendalam Tentang Sarana Dengan Sumber Informan Bidan
Koordinator dan Kepala Puskesmas.

KP1 KP2 BK1 BK2


...dari kita ...iya kita, dari ...selama ini ...pertemuan ada
yang nyediain puskesmas, kerja puskesmas di puskesmas ,
tempatnya... sama juga sama yang fasilitasin, didesa juga ada
...buku desa... dinas belum fasilitasnya
pedoman buat ... kayaknya dulu ada.. puskesmas ama
bidan di desa pernah ada ya, ... belum ada ya desa juga...
belum di drop cuman dipegang bukunya, belum ... ada nggak ya,
ya, itu kan siapa kurang tahu dikasih dari kurang tahu
dinas ya yang sekarang... dinas... saya...
punya...

6.2.3 Metode.
Hasil dari penggalian informasi melalui FGD dan wawancara mendalam
bidan di desa tentang cara pendekatan bidan terhadap paraji dan adanya MOU
sebagai bentuk tertulis yang dapat mendekatkan bidan dan paraji adalah sebagai
berikut :

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
54

Tabel 6. 10
Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Metode Yang Digunakan Dalam Kemitraan

FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7


... pendekatan ... pernah sih ...cara kita ...pendekatannya ...berusaha ...mendekatinya .. selama ini
nya saat ada kitaberkunjung mendekati dukun paling pas ketemuan mendekati sih kita kerumahnya, emang belum
pesalinan yah, kerunahnya gitu, yah, saat kita di puskesmas saja udah, tapi meski nggak bawa pernah
kita sama- nganterin uang kemitraan gitu sih. Tempat saya kadang si apa-apa, ada yang kerumahnya
sama kerja transport yah, ya..kita kan jaraknya ada maparaji nggak tanggapannya baik, satu-satu ya,
ngurusin kemitraan.. ketemu mungkin jauh ya ma parinya respek ya, ada juga yang kalau pas ada
pasien nggak ngobrol pas dijalan, masuk ke dalem kurang apa ya.. nggak bikin kemitraan aja
bersalin, ya ya, Cuma ngobrol sih banget, jadi paling kayak cuek- sreg.macem- kita coba ajak
pas itu kita ngomong biasa enggak yah, say yang dekat aja yang cuekan kalo macem. Tapi kan ngobrol gitu
sambil aja, lagi apa hello gitu-gitu kadang ketemu di diajak udah usaha... yah.. ada juga
ngobrol... mak, repot ajah. Kunjung jalan, , apa pas ngomong... paraji yang
...untuk nggak, gitu-gitu kerumah pernah, kondangan...ngobrol Karena udah ...perjanjiannya kerumah saat
kesepakatan aja... pas nganter juga kok. kalo harus tua kali yah.. ada, di buat dulu ada persalinan
MOU nya ada, undangan atau kesana-sana capek pas kemitraan, tapi gitu..
ditandatangani ...ada sih buat nanya yah ...ada, ya pelaksanaannya

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
55

FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7


oleh bidan dan MOUnya.. isinya data... kesepakatannya gimana ya... nggak ...iya, ada MOU
parajinya, trus tentang ... MOU udah di MOU sih aya... tapi ditandatangani itu sih sesuai.. nya ada...
disaksikan pertolongan buat... tapi ya cuman formalitas kita ama masih ada paraji
oleh kepala persalinan yang belum ada ajah yah menurut maparajinya... yang juga nolong,
desa setempat, nggak boleh perbaruan... saya... ditandatangani trus sangsinya juga
juga dilakukan paraji ama ibu kepala, gak jalan.
camatnya... sendirian, trus pak camat
pembagian fee, sama lurahnya
trus saling ya kita ya...
menghubungi,
gitu..

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
56

Seluruh informan bidan di desa mengatakan bahwa sudah ada MOU


tentang kemitraan antara bidan dengan paraji. MOU yang dibuat di tandatangani
oleh Bidan di desa serta paraji, disaksikan oleh Camat, Kepala UPT dan Lurah
desa.
Sedangkan informasi dari bidan desa yang dilakukan wawancara
mendalam adalah sebagai berikut :

...memang kita dulu sih ya, yang istilahnya menyapa duluan lah ya, tapi
mereka tuh tanggapannya kurang bersahabat gitu, kadang males juga
sih kalo udah gitu ya..Tapi ada juga yang enak ngobrolnya,..
...soal MOU ada udah pernah dibuat, di simpan sama bikornya ya
lembaranya... (WB1)

... ada yang belum kenal, jadi belum ada pendekatan, kalau yang udah
bermitra ma kita ya kita saling menyapa yah kalo pas ketemu dijalan...
...Kesepakatan ada, udah pernah dibuat... (WB2)

Pendapat senada juga di ungkapkan oleh Kepala Puskesmas dan Bidan


Koordinator sebagaimana informasi berikut ini :

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
57

Tabel 6.11
Hasil wawancara Mendalam Tentang Metode Dengan Sumber Informan Bidan
Koordinator dan Kepala Puskesmas.

KP1 KP2 BK1 BK2


...setiap orang ...yah kita nggak ...memang ...banyak faktor
kan nggak bisa maksain ia nggak semua sih saya rasa,
sama ya, tapi harus seperti yang mempunyai ada kan ya,
pada lain, watak kan kemampuan bidannya tuh
dasarnya itu.., ada yang pendekatan dah baik, sabar,
bidan didesa bisa deket sama yang baik, ramah, eee
cukup bisa parajinya, ada biasanya yang parajinya yang
berbaur yang judes, ada baik itu kelewat egois,
dengan dukun yang cuek, variatif nakesnya tapi ada juga itu
paraji nya... ya... bagus, paraji bu, paraji takut
...mengenai ...MOU sudah seneng rujuk deket ma dia,
Mou setiap ada. Setiap desa pasien ke dia, dianya terkenal
desa sudah sudah di buat... ada sih ya yang galak gitu, tapi
ada... terkesan sebenernya dia
judesan gitu.. baik kok...
...udah semua, ...iyah aya, tiap
tiap desa... desa udah di
buatkan...

Untuk mendukung terjalinnya hubungan kemitraan dan sebagai wujud


dari menghargai eksistensi dukun paraji dan pengakuan untuk bidan dalam
pelaksanaan kemitraan perlu adanya reward bagi pelaku kemitraan tersebut.
selain itu di gali pula mengenai sanksi yang di kenakan apabila pelaku kemitraan
tidak melakukan atau melaksanakan segala ketentuan yang telah di sepakati.
Berikut informasi mengenai reward dan sanksi dari informan bidan di desa
melalui FGD dan wawancara secara mendalam :

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
58

Tabel 6. 12
Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Reward dan Sanksi Dalam Kemitraan

FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7


...nggak ada ya, ...di dalam ...dulu paraji ...pengharg ...amin, kalau ... maparaji nya kalo pas ... belum ada
belum pernah MOU kalo si yang periksa aannya sih ada reward lebaran itu yah di kasih yang buat kita
ada reward.... Paraji kepuskesmas belum ada buat kita.. bingkisan sembako ama kita... yang buat
bidan nggak ada, menolong yang punya yah, heheh... puskesmas, tapi untuk maparaji ya itu
yang buat persalinan askin atau sebenarnya harusnya dinas yang bermitra terus ama sembako...
parajinya juga sendiri tanpa nggak kita bagus juga tuh ya yang kita...
nggak ada ya di bidan, maka gratisin, tapi kalo kasih ya.., ...nggak ada
tempat saya.. uang hasil semenjak lebih diadain selama ini ...ada sih sangsinya, di pelaksanaanya ,
Tapi sebenernya pemberian ketat yah heheh.. nggak ada minta ya uangnya yang sanksi cuman di
kalau ada seperti pasien tersebut pemeriksaan sama dari hasil menolong tulis doang di
itu bisa jadi diminta 100% tentang ... sanksi sekali..mapara persalinan... semuanya MOU...
penyemangat oleh FMD, keuangan ada juga, ji yang baik 100%. Tapi selama ini
buat kita kerja bukan kita puskesmas, ya belum ada aja mitranya sih saya rasa belum
yah... yang nggak lagi. yang yang dikasih, pernah parajinya yang
mintainnya, Malah jadi pernah sembako pas nolong dimintain ya,

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
59

FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7


...sanksi emang tapi desa... ya, temuan kan ya kena hari lebaran gimana ya... desa juga
adah di MOU in ...memang nanti... sanksi... itu yah... gak enak kali ya... kan
tapi belum belum sih ...sanksi ada tuh ya maparaji
pernah ada realisasinya... selama ini ...sama anaknya jadi pamong
tindak belum pernah sanksinya desa...
lanjutnya... dilakukan... nggak jalan
juga..

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
60

Perihal tentang reward informan bidan di desa menyatakan selama ini


belum ada reward untuk bidan didesa. Namun untuk paraji yang kemitraannya
baik, salah satu puskesmas yaitu puskesmas Sukaraja memberikan bingkisan
lebaran bagi paraji yang bermitra baik dengan bidan. Sedangkan untuk sanksi
sebenarnya sudah tercantum dalam MOU namun belum dilaksanakan secara
optimal. seperti ungkapan bidan di desa berikut ini :

...reward belum ada, nggak ada yang kasih.. heheh, kalo sanksi memang
di MOU di tulis, tapi nggak jalan juga... (WB1)

...mengenai sanksi yah, pernah tuh saya yang disuruh mintainya, kan
uang hasil persalinan dukun kan harus dikasih ke desa tuh sesuai
sepakat kita, maunya sekalian pembinaan gitu yah, karena maparajinya
nolong sendiri tuu, halaah... malah nangis-nangis coba dia nya (paraji),
orang saya tuh ngomongnya baik-baik yah, sesuai kesepakatan juga kan
ya, haduh... malahan saya yang kena marah ama keluarga
maparajinya... kapok deh saya..bener lho bu... (WB2)

Selain hal tersebut diatas, didapat pula informasi yang di peroleh dari
Bidan Koordinator Puskesmas dan Kepala Puskesmas. Berikut hasil wawancara
yang di peroleh :

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
61

Tabel 6.13
Hasil wawancara Mendalam Tentang Metode Dengan Sumber Informan Bidan
Koordinator dan Kepala Puskesmas.

KP1 KP2 BK1 BK2


...belum ada reward ...nggak ada ...belum ada ...nggak ada
bagi bidan maupun reward buat reward bagi reward buat
parajinya... belum bidan, kalau untuk bidan maupun bidan, kalau
ada pembicaraan paraji biasanya parajinya... untuk paraji
mengenai hal bidannya yang belum ada biasanya
tersebut sih selama inisiatif, dikasih pembicaraan bidannya yang
ini. selain itu kayak bingkisan mengenai hal inisiatif, dikasih
dananya untuk lebaran gitu tersebut sih kayak bingkisan
kemitraan saja setahu saya... selama ini. lebaran gitu
terbatas, jabi dananya dari selain itu setahu saya...
alokasi ke situ kantong bidan dananya untuk dananya dari
belum... sendiri ya, yang kemitraan saja kantong bidan
Sanksi sudah dari puskesmas terbatas, jabi sendiri ya, yang
tertuang di MOU, belum... sanksi alokasi ke situ dari puskesmas
kalo paraji nolong, ada, di tulis dalm belum... belum... sanksi
uang jasa MOU juga, ada, di tulis
persalinan diminta pelaksanaanya dalm MOU
100% oleh desa, belum... juga,
uangnya masuk pelaksanaanya
FMD... belum...

6.3 Komponen Proses


6.3.1 Pendataan Dan Pemetaan Dukun
Informasi tentang pendataan dan pemetaan dukun bayi diperdalam dengan
sejauh mana bidan di desa mengenal paraji yang berada di wilayah binaannya, hal
tersebut di peroleh informasi dari bidan di desa melalui FGD. Berikut hasilnya :

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
62

Tabel 6. 14 Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Pendataan Dan Pemetaan Dukun Paraji Dalam Kemitraan

FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7


...tahu ya, kenal ... iyah di tempat ... cuma 2 ... ada yang udah ...kenal lah ma ... semua bidan ...saya kan belum
mabeurang nya. saya ada 3 orang paraji ya, jadi ketemu, tapi ada juga parajinya, tahu, mah tahu siapa lama tinggal di
Ketemunya pas yang agak bandel ya kenal sih.., yang belum, yang Cuma dianya paraji yang ada situnya, jadi ya
lokmin desa... satu, kadang suka bermitra kok belum pernah ketemu nggak pernah di desanya kali belum mengenal
semua ma paraji nolong sendiri, kita... tahu namanya dari kirim kekita yah, Mereka semua, tapi
tahu, kenal semua udah kadernya, juga pasen, ya kita kenal kok. Kalo minimal tahu
banget sih bermitra yah... pasiennya yang suka jarang rumah – namanya, meski
enggak, tapi cerita... rumahnya kan ketemuannya... rumahnya paraji belum pernah
minimal pernah jauh ya, trus banyak ya nggak semua ketemuan.. kalau
ketemu.. banget paraji tahu ya, kan ada pas kemitraan
ditempat saya, saya yang masuk ke nggak dateng
nggak kenal semua... daerah banget... dia...

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
63

Belum semua bidan di desai kenal dan bertemu dengan paraji yang tinggal di
wilayah kerjanya. Hal tersebut juga diungkapkan oleh bidan di desa yang di
wawancara secara mendalam, berikut hasilnya :

... saya mengenal semua paraji ya, ada ma E, ma I, ma S, sama ma A.


Ada yang ketemunya pas dia rujuk kekita, ada juga pas pertemuan
kemitraan itu dia dateng... (WB1)

...kenal lah ya, kan di wilayah binaan kita, cuman kadang lupa
namanya... jarang sih ya ketemunya... (WB2)

Hal tersebut juga diungkapkan oleh kepala Puskesmas dan Bidan


koordinator Puskesmas dalam hasil wawancara mendalam sebagai berikut :

Tabel 6. 15
Hasil Wawancara Mendalam Informan Kepala Puskesmas dan Bidan Koordinator
Mengenai Pendataan Dan Pemetaan Paraji Dalam Kemitraan

KP2 KP2 BK1 BK2


...ya harus ... saya ... memang Belum semua tahu
tahu dong, itu menganjurkan kalau di sini saya kira ya, ada
kan mitra semua harus semuanya yang belum lama
mereka, dan tahu ya, kan mengetahuinya kan kerjanya, trus
mereka pasti kerja siapa nama- ada yang jauh
tahu siapa samanya namanya banget juga,
nama sama paraji paraji yah, apalagi dianya
parajinya, juga mereka tahu, nggak pernah
rumah nantinya... bisa nanya ke ikutan pertemuan,
dimana ... itu kaderya juga... jadi yah bidan
penting... mungkin belum
kenal...

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
64

Tidak semua bidan di desa sudah mengenal paraji yang ada di wilayah
kerja desa binaannya, ada beberapa faktor yang menyebabkan bidan di desa belum
mengenal semua paraji yang ada yaitu karena jarak yang jauh antara rumah paraji
dengan tempat tinggal bidan di desa, selain itu ada bidan desa yang baru tinggal di
daerah binaannya tersebut dan memang belum terjalin mitra diantara bidan dan
paraji.

6.3.2 Koordinasi Dengan Lintas Sektor


Informasi tentang koordinasi yang dilakukan oleh bidan di desa terhadap
lintas sektor yang ada di wilayah desa binaanya diungkapkan oleh bidan didesa
melalui FGD dan hasil wawancara mendalam berikut ini :

... koordinasi lintas sektor memang bukan kita ya, yang secara langsung
berkoordinasi gitu, di tempat saya mah puskesmasnya yang
melaksanakannya, koordinasi lintas sektor kan mengundang pihak luar
juga, ya dari polisi, koramil, camat gitu yah, jadi ya mereka (Puskesmas)
yang ngoordinir, kita juga hadir , paraji ada, ikutan juga... (WB1).

... yang kita sendiri sama kadernya sih koordinasinya, sama tokoh
masyarakat juga, ma RT, RW... yang dari polisi, koramil, kecamatan
kita bersama puskesmas yang nyelenggarainnya... gak bisa lah sendiri,
gimana yah hheheh... biasanya dari puskesmas hanya Ibu Kepala yang
bicara pas pertemuan lintas sektor itu ya... kita mendengar... (WB2).

Untuk hasil FGD nya adalah sebagai berikut :

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
65

Tabel 6.16
Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Koordinasi Lintas Sektor Dalam Kemitraan

FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7


... yang kita Kalo ada pertemuan Koordinasi tuh ... lintas ...kalau dari kita- ... kalau menurut ... saya sih
lakukan sendiri desa itu, kita ngobrol penting ya, bagi sektor ma, kita aja kan saya mah kurang paling sama
sih sama PKK ya ama pak sekdesnya, kita, biasanya dari paraji dah nggak ngefek ya, kadernya ya,
pas posyandu atau ama RT nya, ama kadernya puskesmas mau dengar kali gimana ya, orang yang linsek itu
gitu... tentang kemitraan.. kalo kita , kalo ya yang ya, kalau mereka pas ada kematian puskesmas sih
yang tokoh-tokoh ngundang. (Polisi, camat, ibu bersalin, yang
... yang lintas ... kalo yang lintas itu puskesmas Kita ikutan lurah, koramil) yang datengin mengkoordinir.
sektor , kita mah sektor diundangnya ke yang hadir juga yang bicara kan cuman kita-kita
berharapnya Puskesmas kalo lagi ada koordinasinya di lain yah...agak doang, tahu ... yang hadir di
kalau mereka pertemuan. Biasanya pertemuan ada rasa sendirilah ma depan yang
hadir juga dalam dari polisi, dari koramil, ...kita kan itu, yang takutnya.... paraji sama kita lintas sektor,
pertemuan kan kecamatan, trus inginnya mereka resmi makanya lintas mah cuma iya iya biasanya dari
parajinya mau lurahnya.. itu berperan mengunda sektor perlu doang, abis ntu polisi, trus
dengar tuh ... semua (paraji) kan serta, mereka kan ng pihak terlibat juga, biar yah udah, nolong koramil yah,
penjelasan. Kalo ada yang nggak di segani, trus puskesmas mereka juga lagi... meskipun trus camatnya,

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
66

FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7


menolong dateng yah, jadi ada menurut saya nya... mendukung kita... udah sama lintas lurahnya,
persalinan trus yang nggak tahu juga mereka sesuai sektor tetep aja kadang di
kok sampai ada penjelasan- kalau jalan di tempat... wakilin ama
meninggal bisa di penjelasan dari memberikan sekdesnya...
kenakan mereka... penjelasan
hukuman... tentang tentang
hukum-hukum...

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
67

Tujuan dari diundangnya lintas sektor dalam pertemuan kemitraan bidan


dan dukun paraji diungkapkan oleh informan kepala Puskesmas sebagai bentuk
peran serta sektor lain dalam menggalang dukungan alih peran dukun sebagai
penolong persalinan, menjadi pendamping ibu bersalin, sebagaimana ungkapan
berikut :
... dukungan lintas sektor itu kan penting ya perannya, tujuannya biar
mereka itu mendukung kalau persalinan sekarang itu oleh tenaga
kesehatan bukan paraji, itu kan demi ibu bersalinnya juga, masyarakat
mereka...pertemuan lintas sektor kita yang fasilitasi, biasanya di
puskesmas. Yang datang dari pihak polisi, koramil, tokoh masyarakt,
camatnya juga... (KP1)

... koordinasi dengan linsek kita lakukan ketika pertemuan kemitraan,


seperti pas kesepakatan MOU kemarin.. biar memperkuat dukungan...
agar semua menganggapnya bahwa hal ini tuh penting gitu.. (KP2)

6.3.3 Membina Dukun


Menurut informan bidan di desa, selama ini di wilayah kecamatan
Sukaraja pembinaan dukun paraji tentang hal hal yang berkaitan dengan
kemitraan dalam forum khusus secara rutin belum terlaksana. Seperti yang
diungkapkan dalam hasil wawancara mendalam dan FGD bidan di desa berikut
ini:
... pembinaan yang khusus kemitraan secara rutin mah belum ada yah,
adanya ya pertemuan itu aja, nanti di pertemuan itu di kasih pembinaan
gitu... (WB1)
...belum ada tempat saya. Nggak ada dananya kali ya, untuk hal
itu...(WB2)

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
68

Tabel 6.17
Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Pembinaan Dukun Paraji Dalam Kemitraan

FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7


.. selama ini ma, ...pembinaan ... pembinaan rutin untuk ... ...di tempat ... belum ... yang rutin
pembinaan yang buat paraji ma paraji sekarang mah pembinaan saya ada ya, dilakukan belum ada...,
rutin belum sih, penting ya nggak ya, dulunya pernah secara pembinaan. secara resmi, nggak ada
perbulan gitu sebenarnya, ada pelatihan, pelatihan ma khusus, Itu pas kalo kalo itu ya, dana nya,
belum, kalau pas disana kan paraji sebelum tahun waktu lagi ada pembinaan ya anggarannya
pertemuan itu aja kita bisa berapa yah..., 2000an khusus pertemuan pas pertemuan buat
dikatakan kalau ngomong ma kayaknya, tapi malahan belum ada gitu di itu aja kita pertemuan aja
ngerawat tali pusat parajinya parajinya tambah PD tuh, selama ini puskesmas.., kasih tahunya, saya kira ya...
begini, kalau kalo tugas nolong sendiri, apa –apa saya rasa... untuk yang bahwa peran
ngurut bayi atau kita begini, sendiri, mentang-mentang harusnya berkala belum dukun
ibunya nggak boleh tugas mereka udah dilatih gitu, untungnya masuk sih ya... sekarang
kenceng-kenceng, begitu, itu udah gak ada lagi tuh anggaran begini, tidak
trus tanda-tanda menurut sekarang... juga lho boleh lagi
bahayanya ini, saya... itu... menolong
gitu... sendiri...

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
69

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Kepala Puskemas dan Bidan


Koordinator dalam wawancara mendalam sebagai berikut :

Tabel 6. 18
Hasil Wawancara Mendalam Informan Kepala Puskesmas dan Bidan Koordinator
Mengenai Pembinaan Dukun Paraji Dalam Kemitraan

KP1 KP2 BK1 BK2


...ya ada ...penginnya ...belum ada ...untuk yang
pembinaan, diadain juga ya, sih bu.. sekarang belum ya,
pas bisa rutinnya... tapi kedepan kita
pertemuan itu mempererat berharap itu juga
sekalian. hubungan bidan dilaksanakan, kalo
Yang secara sama parajinya, sering ketemu kan
rutin per tapi ya.. jadi lebih akrab...
berapa bulan dananya belum
sekali belum ada untuk yang
ada... itu...

6.3.4 Melaksanakan Kegiatan Kemitraan


Selain paraji yang sebagian masih melakukan praktek pertolongan
persalinan, informan bidan di desa juga mengungkapkan bahwa sebagian
masyarakat masih mengandalkan paraji sebagai penolong persalinannya, selain
dapat melahirkan dirumah, pasien juga di pijit, di mandikan dan di doa-doain
(jampe-jampe). Selain itu paraji akan mendatangi pasien 2-3 hari sekali sampai 40
hari masa nifas. Menurut informan keluarga juga mempunyai pengaruh besar
dalam pengambilan keputusan pertolongan persalinan.

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
70

Tabel 6. 19
Hasil FGD Informan Bidan di Desa Tentang Melaksanakan Kemitraan

FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7


... sebenarnya sih ... saya rasa ...ada yang udah ...belum itu ya ... ya susah sih ... yang baik sih ... kalo ma paraji
udah baik ya cukup lumayan baik juga, ada tempat saya, ya, dari bantuin kita hanya kasih
kemitraannya, dianya (paraji) yang belum juga.. ada itu parajinya gak banget, biasanya support aja sama
udah pada datang sih ya pas soalnyaada tuh ya persalinan bisa di omongin, kan suka ngeluh- doa-doa, yang
ngarujuk ke kita, pertemuan mereka (bumil) sungsang yah, dari pasiennya ngeluh pegel yah nolong bayinya
hanya saja masih kemitraan, pas periksanya pernah ditolong ma juga begitu, pasienya, maparaji ya saya, keluarin
ada ma paraji ada lokmin desa, ke saya ya, tapi paraji, pasiennya emang ada yah yang mijetin, saya plasenta ama
yang nolong ya.. meski tetep bersalinnya cerita ma saya satu dua orang bilangin boleh jahitnya semua
sendiri, padahal aja masih ada malahan ke pas imunisasi. gitu, maunya pijet-pijet tapi saya, kalau
udah dikasih nolong sendiri... paraji, ma paraji Kata si lahirnya dirumah tangan ma kakinya bayinya udah
pembinaan, ntar ... si maparaji nggak ngerujuk maparajinya ini aja, jadi manggil aja. Trus ma N lahir si maparaji
alasannya ikutan nganter, kekita, nggak mah emak udah maparaji. Karena ngelus-elus yang kasih
kebrojolan, juga nemenin kasih tahu kita, di tahu ilmunya, kalau bidan kan perutnya, ama di bajunya,

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
71

FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7


padahal nggak sampai selesai, tolonglah sendiri. dulu nolong si Y kasih sarannya komat-kamitin ngebedongin
satu dua lho ma sampai bayinya Ntar tahunya pas juga bisa... ke rumahnya gitu... di gitu... kadang
E nolong bayi, lahir, juga imunisasi, ee kita kan udah bidan atau mantrain...hehehe.. mijitin kita juga
masak semua bantuin bersih- ternyata udah bermitra ya sama puskesmas yah... Yang nggak baik lho, dia itu
kebrojolan... bersih... lahir...heheh... mereka tapi ya ya.. kita nggak ramah...
itu dia, masih bermitra ma dia,
saja PD nolong ada yang belum
sendiri... juga saya kenal sih
ya..

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
72

Dari seluruh informasi yang di gali dari informan bidan di desa yang ikut
dalam FGD , sebagian belum melakukan kemitraan dengan paraji. Namun tidak
semua paraji yang bermitra melakukan rujukan ibu hamil untuk bersalin ke bidan
sebagian masih menolong persalinan tanpa ada pendampingan dari bidan. Selain
paraji tidak melaporkan dan merujuk ibu hamil ke bidan, ibu hamil yang
bersangkutan juga berkeinginan di tolong paraji.
Sebagian besar informan Bidan di Desa mengungkapkan bahwa untuk
pembagian peran antara Bidan di desa dan paraji sebagian besar masih terbatas
dalam lingkup pertolongan persalinan. Paraji yang bermitra baik dengan bidan
selain merujuk ibu hamil yang akan bersalin ke Bidan di desa juga mendampingi
dan membantu bidan dalam proses persalinan. Menurut bidan di desa saat
bersama – sama menolong persalinan paraji melakukan peran secara sosial budaya
seperti mengelus-elus perut ibu, memijat tangan dan kaki, mendampingi ibu
selama proses melahirkan, membersihkan ibu , memberikan kekuatan psikologis
kepada ibu, membersihkan kain bekas melahirkan, serta membersihkan plasenta.
Hal tersebut juga di sampaikan oleh informan bidan di desa yang di
lakukan wawancara mendalam, berikut hasil nya :

... gimana yah, susah sih kalo yang masyarakatnya udah itu banget sama
paraji, kadang ibu hamilnya mau ya ikut saran kita, suaminya juga mau
ya, tapi keluarganya itu yang susahnya minta ampun... ya ibunya,
neneknya, saudaranya... mereka kuat banget pengaruhnya... jadi meski
kitanya udah bermitra, tapi kurang juga menurut saya. Harusnya dia
(paraji) kan juga hubungi saya ya, itu nggak nolong sendiri.. (WB2)

...Yah... gimana ya, yang baik kemitraannya ma kita mah bisa banget
diajak kerja bebarengan, yang kurang tuh yang susah, kadang dianya
diajak ngomong, ngobrol pun susah, gimana kita bisa kerja bareng coba
bikin gimana yah... se el (kesal).. gitu.. (WB1)

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
73

Dari hasil wawancara mendalam kepada bidan koordinator Puskesmas


dan Kepala puskesmas tentang pelaksanaan kemitraan yang di lakukan oleh bidan
di desa, di peroleh informasi sebagai berikut :

Tabel 6.20
Hasil Wawancara Mendalam Informan Kepala Puskesmas dan Bidan Koordinator
Mengenai Pelaksanaan Kemitraan oleh Bidan Di Desa

KP1 KP2 BK1 BK2


... menurut saya ... rata-rata kerja ... ya lumayan ada yang ...Secara umum
mereka (bidan di mereka baik ya, baik ada yang baik sih ya,
desa) udah bagus sudah bermitra susah...sebenarnya nggak mereka terjun
pelaksanaannya, tapi tetep aja ada parajinya aja ya yang kemasyarakat
ya, sebagian pasien yang susah kita ajak mitra ya, udah bagus, tapi
besar sudah maunya bersalin kitanya kan juga nggak karena belum
bermitra, mereka sama paraji ya. bisa maksa ya, ada yang deket, jadi ya
juga melakukan Maunya kan mau di bilangin kalau kemitraannya
pendekatan yang ngelahirinnya lahiran ke bidan, ada juga dengan paraji
baik dengan dirumah , kalau yang nggak usah kurang bagus..
parajinya... sama kita kan dibilangin udah tahu gitu
kita nyuruhnya ke yah, tapi ada juga yang
puskesmas atau nggak mau denger, udah
rumah kita yang gimana ya... sugestinya
alatnya lebih udah biasa ama paraji
lengkap kan... sih...

6.3.5 Evaluasi Kegiatan Program


Dari seluruh bidan di desa menyatakan bahwa telah melakukan pelaporan
kepada kepuskesmas, melalui laporan PWS. Belum ada format khusus tentang
pelaporan kegiatan kemitraan.

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
74

Tabel 6. 21
Hasil FGD Mengenai Evaluasi Program Kemitraan

FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7


... laporan ... belum ada ...selama ini ... iyah.. pas ... gimana kita ... kita selalu ...laporannya ya
kegiatan ada kali setahu saya... PWS aja yang ditanya aja buatnya ya... laporan rutin PWS itu, di situ kan
ya di bikornya, nggak ada kita laporin rutin kita saya nggak tahu nya PWS ada ya persalinan
laporannya pas formatnya, yang per bulan, kalau ngejawabnya, itunya KIA, udah bidan berapa, paraji
ada pertemuan kita laporin kegiatan paling- tertulisnya formatnya... macem- berapa, yang
itu biasanya, paling cuma PWS paling cuman belum... setahu saya ya macem itu meninggal berapa,
kalau yang aja... ditanya aja, ama PWS itu... laporannya trus yang
khusus pada Bikornya atau di sana... pendampingan ama
evalusi Kepala, itu aja... paraji berapa, ada
pelaksanaanya itu..
belum ada sih..

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
75

Informasi juga di peroleh dari bidan desa yang di wawancara, berikut hasilnya :

...selama ini yang memantau paling kepala puskesmasnya ya, biasanya di


tanyain, gimana kemitraannya dengan mak itu ..., kalau laporan khusus
saya nggak tahu, kayaknya belum ada selama ini. yang rutin di laporin
itu PWS KIA, cakupan-cakupan... (WB1)

... pemantauan dari dinas nggak saya nggak tahu ya, kalo dari
puskesmas sih saya rasa belum ada selama ini, hanya cakupan-cakupan
aja yang diminta buat puskesmas ya... (WB2)

Hal tersebut juga di perkuat oleh informasi dari Kepala Puskesmas :

... pemantauan secara tidak langsung dilakukan sebenarnya, tapi hanya


dari puskesmas, yang dari dinas belum secara fokus ya, untuk
evaluasinya mungkin pas kita ketemuan di dinas ya, suka disinggung
juga mengenai kemitraan... (KP1)

... selama ini pemantauan dan evaluasi khusus kegiatan yang dilakukan
oleh bidan di desa sih belum ada, mungkin di lihat aja ya dari laporan
bulanan bidan desa nya, cakupannya udah bagus atau belum... (KP2)

6.4 Komponen Output


Informasi tentang hasil keluaran kemitraan bidan di desa dengan paraji,
diungkapkan oleh informan bidan di desa melalui FGD sebagaimana berikut ini :

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
76

Tabel 6. 22
Hasil FGD Mengenai Out Put Program Kemitraan

FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7


...kalau di desa ... kalau hasil ...paraji yang ...yang tahun 2011 ...lumayan naik ... sama ,biasa ...alhamdulillah
saya mah, linakes dari cakupan- suka nganterin itu emang banyak ya, saya senang ajah, tempat saya cakupannya naik,
dari tahun lalu cakupan ngarujuk tetap ya persalinan itu, kebetulan mah masih ada cuman ya, masih
naik sih meningkat ya, itu, nggak ada maparijinya, 50 emang semua aja persa linan ada dukunnya
yah...meski tapi yang tambahan tapi an lebih naik dari bermitra dengan dukunnya... nolong, jumlah
sedikit... bermitra itu-itu emang tahun 2010, 40 an saya... yang bermitra
aja, belum ada persalinannya saat itu.. tetap, yang lain
yang gabung agak naik. belum
lagi... diempat saya.. terangkul...

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
77

Sedangkan hasil wawancara mendalam dengan bidan di desa adalah sebagai


berikut:
...alhamdulillah, klo cakupan di desa saya naik yah, naik 5% dari yang
kemarin..., ada yang turun emang, di pasir jambu Nakesnya malah turun
itu... semua dukunnya udah bermitra, jadi nggak ada tambah-tambah
lagi... (WB1)

...cakupan cukup lah, nggak rendah-rendah amat 78% tempat saya.


Jumlah dukun bermitra tetap yah, belum ada yang mitra lagi, satu aja itu
yang susah sampai saat ini belum mau diajak kerjasama... (WB2)

Informasi yang di dapat dari kepala Puskesmas dan Bidan Koordinator tentang
output adalah sebagai berikut:
Tabel 6. 23
Hasil Wawancara Mendalam Mengenai Out Put Program Kemitraan

KP1 KP2 BK1 BK2


... kalau bicara ...menurut ...bervariasi ya ...yah... gimana ya,
tentang saya udah perdesanya, ada yang hasilnya memang
cakupan lumayan baik persalinannya naik, ada belum memuaskan
memang naik, sih ya, di juga maparajinya yang ya,masih dibawah
tapi masih saja Cilebut mah malahan naik, yang target juga. tahun
di bawah linakesnya agak banyak maparinya 2011 itu emang agak
target, ada bertambah, tuh desa Pasir Jambu, naik maparajinya,
desa yang naik dari dulunya sempat bagus gimana ya..
persalinan tahun-tahun sih, tapi kesini-sini jampersal juga udah
nakesnya sebelumnya... persalinan malahan di sosialisasi, bidan
menurun ya, maparajinya nambah tiap desa ada,
parajinya yang bahkan yang tahun 2011 hehehe...belum
naik, tapi kemarin itu 60 an persen maksimal kali yah..
secara umum linakesnya...
ada kenaikan...

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
78

Hasil penelitian informan FGD dan wawancara mendalam, cakupan KIA


sebagian mengalami peningkatan meskipun tidak banyak, namun ada desa yang
justru menurun. Dari yang meningkat sebagian besar masih dibawah target nasional
maupun target puskesmas. Sedangkan jumlah paraji yang bermitra dengan bidan
masih tetap. Paraji yang semula belum bermitra saat ini belum ada upaya bidan
untuk merangkulnya menjadi mitra kerja.

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
79

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
BAB 7
PEMBAHASAN

7.1 Keterbatasan Penelitian


Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih mempunyai kekurangan
dan keterbatasan antara lain masih kurangnya pengalaman peneliti dalam
pelaksanaan penelitian dengan metoda kualitatif, tidak semua informan bidan di
desa dapat hadir memenuhi undangan untuk melakukan FGD, dari 9 yang di
rencanakan hadir 7 informan bidan di desa, tidak semua informan bidan
koordinator sebagai triangulasi sumber dapat diwawancarai hal ini karena bidan
koordinator dari puskesmas Cilebut sedang dalam keadaan sakit sedangkan bidan
koordinator pengganti kurang bisa memberikan informasi yang di butuhkan, dari
ketiga kepala puskesmas yang ada hanya dua yang dapat memberikan informasi
hal ini di karenakan kepala puskesmas sedang melaksanakan pelatihan.

7.2 Komponen Input


7.2.1 Sumber Tenaga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber tenaga bidan di desa
sebagai pembina wilayah di masing – masing desa sudah tersedia, hal tersebut
nampak dari ungkapan para informan FGD bidan di desa, Bidan Koordinator
Kepala Puskesmasnya, serta data tenaga kesehatan yang tersedia. Sedangkan
persepsi bidan tentang kecukupan tenaga bidan yang tersedia sebagian besar
sudah merasa cukup bahwa satu bidan di desa membina satu wilayah desa, ada
sebagian lagi menyatakan bahwa satu bidan di desa kurang cukup dengan alasan
bahwa beban kerja sebagai bidan di desa di rasakan terlalu berat karena
mengampu banyak posyandu dan area binaan terlalu luas.
Berdasarkan observasi data puskesmas dan informasi sumber lain ketiga
puskesmas di wilayah kecamatan sukaraja masing – masing desa di wilayah
tersebut mempunyai satu bidan di desa sebagai bidan pembina wilayah desa.
Tidak semua bidan di desa tinggal di desa binaanya tersebut. Dari 13 desa, 3 desa
yang bidan desanya tidak tinggal di desa. Hal tersebut karena mereka telah
mempunyai rumah di luar wilayah desa binaanya tersebut.

79

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


80

Sumber daya manusia adalah kekuatan yang bersumber dari manusia


baik tenaga, pemikiran, maupun support moral, atau sering juga disebut Human
Resource, tenaga atau kekuatan. Hal tersebut merupakan hal yang penting yang
dapat menentukan keberhasilan suatu kegiatan atau program (Fathoni, 2006)
Tugas pokok bidan adalah melaksanakan kegiatan puskesmas di desa
wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah kesehatan yang dihadapi,
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan diberikan. Selain itu, bidan juga
menggerakkan dan membina masyarakat desa di wilayah kerjanya agar tumbuh
kesadarannya untuk berperilaku sehat. (Depkes RI, 1992)

7.2.2 Dana
Dana yang di gunakan dalam kegiatan kemitraan di wilayah kecamatan
Sukaraja Kabupaten Bogor, bersumber dari dana BOK. Dana tersebut di
aplikasikan dalam pertemuan di puskesmas dengan melibatkan bidan, paraji, serta
lintas sektoral yang melibatkan kepolisian, koramil, kecamatan, serta kelurahan.
Bidan di desa tidak terlibat langsung dalam pengelolaan dana yang di gunakan
untuk pertemuan kemitraan, pengelolaan di pegang oleh pengurus keuangan
puskesmas atau bidan koordinator puskesmasnya.
Selain dana yang bersumber dari anggaran dana puskesmas, sebenarnya
dana untuk kegiatan ini juga dapat diusulkan melalui dana peningkatan dan
kesehatan dan pendidikan yang ada dalam alokasi dana desa (ADD) sesuai dengan
BAB 7 tentang Sumber Keuangan dari PP 72 tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Pemerintah Desa (Depkes RI, 2008). Dalam hal ini seluruh sumber informan
belum tahu adanya hal tersebut.
Pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang diperlukan dalam
pembangunan. Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat primer di tanggung
oleh pemerintah bersama dengan masyarakat yang di tujukan untuk menangani
masalah kesehatan masyarakat yang menjadi prioritas pembangunan (Depkes RI,
2009)
Selain dana kemitraan yang digunakan untuk pertemuan, ada dana lain
yang berkaitan erat dengan kemitraan bidan dan dukun paraji, yaitu dana
pembagian jasa persalinan. Ada variasi persentase pembagian jasa persalinan di

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
81

tiap-tiap desa, hal tersebut sesuai dengan hasil kesepakatan yang telah dituangkan
dalam MOU. Semenjak di berlakukannya program Jampersal sejak bulan April
2011, terjadi pergeseran cara pemberian jasa dan jumlah yang harus di berikan
kepada dukun, hal tersebut belum tertuang dalam kesepakatan yang baru,
sehingga bidan di desa membuat kebijakan tersendiri dalam hal ini.
Di dalam hal ini, Kepala Puskesmas hanya menyarankan sistem
pembagian jasa persalinan dilakukan sesuai persentase kesepakatan MOU, namun
di berikan setelah klaim jampersal terbayar. Belum ada ketentuan tertulis tentang
pembagian jasa persalinan yang baru setelah ada kebijakan program Jampersal.
Sistem dana bergulir dalam kemitraan bidan di desa dan dukun bayi yang
dilaksanakkan di kabupaten Trenggalek dapat meningkatkan jumlah persalinan
yang ditolong tenaga kesehatan dan menurunkan jumlah kematian ibu setelah
sistem tersebut dilaksanakan selama lima tahun (Depkes RI, 2006a)
Pembagian jasa persalinan akan menjadi lebih baik lagi apabila ada
kesepakatan yang jelas antara bidan dan paraji dengan di komunikasikan secara
baik. Terutama apabila ada kebijakan baru yang bisa mempengaruhi kesepakatan
sebelumnya. Komunikasi antar pelaku kemitraan tentang pembagian jasa tersebut
akan memberikan kontribusi yang cukup positif bagi berlangsungnya kemitraan
yang telah terbina.
Dana pelayanan persalinan dari askeskin / Jamkesmas juga dapat dikelola
dengan sistem dana bergulir yaitu dengan cara memberikan uang muka kepada
dukun bayiyang selanjutnya akan ditambah oleh bidan di desa sesuai dengan
kesepakatan dan ketentuan yang berlaku, jika dukun tersebut merujuk atau
mengantarkan ibu hamil atau bersalin untuk periksa dan melahirkan dengan bidan
di desa (Depkes RI, 2006b)

7.2.3 Sarana
Secara umum pelaksanaan kemitraan bidan di desa dan paraji di wilayah
kecamatan Sukaraja di saranai oleh pihak puskesmas, selain itu desa juga turut
serta dalam memfasilitasi pertemuan kemitraan dalam hal ini penyediaan tempat
pertemuan kegiatan kemitraan antara bidan dan paraji yang juga melibatkan sektor
lain. Peran serta dinas kesehatan dirasakan kurang berperan dalam kontribusi

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
82

sarana untuk pertemuan kemitraaan. Sedangkan untuk ketersediaan sarana buku –


buku pedoman kemitraan untuk bahan acuan kemitraan seluruh informan bidan di
desa belum ada yang memilikinya. Puskesmas tidak menyediakan buku tersebut
karena pihak dinas kesehatanpun belum memberikan buku tersebut.
Sarana dan prasarana merupakan hal pokok sekaligus modal dasar untuk
berfungsinya suatu organisasi (Mills & Gibson, 1990). Seperti halnya yang di
kemukakan oleh Notoatmodjo (1993) yaitu bahwa bantuan dan dukungan fasilitas
sarana dan prasarana akan berakibat mampu meningkatkan kerja seseorang.
Ketersediaan sarana yang di perlukan untuk menunjang pelaksanaan
kegiatan suatu program akan memperlancar keberlanjutan program itu sendiri.
Menurut Bruce;1990,Fromberg;1988,Gambone;1991 dalam Azwar;1996 bahwa
apabila tenaga dan sarana tidak sesuai dengan standar dan dana tidak sesuai
kebutuhan maka sulit diharapkan baiknya mutu pendidikan.

7.2.4 Metode
Dalam penelitian ini bidan di desa wilayah kecamatan Sukaraja
melakukan perdekatan personal terhadap mitranya (Paraji) dengan membina
komunikasi secara langsung pada saat berkunjung kerumah, saat persalinan,
bertemu di jalan ataupun melakukan pendekatan melalui sarana pertemuan
kemitraan. Pendekatan yang dilakukan bidan di desa mengalami mengalami
beberapa hambatan sehingga hubungan personal belum terbina secara utuh.
Beberapa faktor yang menyebabkan bidan di desa kesulitan melakukan
pendekatan dan komunikasi terhadap mitranya antara lain karena adanya
perbedaan usia yang cukup jauh, pendidikan, pola pikir, respon paraji terhadap
bidan, jarak rumah yang terlalu jauh dengan tempat tinggal bidan serta perasaan
segan untuk datang atau berkunjung.
Hasil survey Mc Dermott (1997) mengatakan bahwa salah satu hambatan
dalam komunikasi antara dukun bayi dan bidan di desa adalah karena perbedaan
umur dan latar belakang budaya. Sedangkan menurut Depkes RI (2006) kualitas
komunikasi yang kurang baik cenderung berkaitan dengan hubungan interpersonal
yang kurang baik dengan dukun bayi.

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
83

Salah satu cara supaya bidan di desa dapat diterima baik oleh masyarakat
desa adalah ia perlu melakukan hubungan baik dengan dukun dan masyarakat
dengan memperhatikan faktor sosio budaya setempat serta faktor kelebihan
“dukun” dalam pelayanan masyarakat. Johnson (1981) menyatakan bahwa agar
mampu mengembangkan dan memelihara komunikasi yang akrab dan produktif
kita memerlukan untuk memiliki sejumlah ketrampilan dasar. Pertama, harus
saling memahami, yaitu mempunyai sikap percaya, pembukaan sendiri, keinsafan
diri dan penerimaan diri. Yang kedua harus mampu mengkomunikasikan pikiran
dan perasaan kita, kemampuan ini juga harus disertai kemampuan menunjukkan
sikap dan rasa senang serta kemampuan memdengarkan dengan cara yang akan
menujukkan bahwa kita memahami lawan komunikasi kita. Yang ke tiga harus
saling memberikan dan menerima dukungan atau saling menolong. Selanjutnya
yang keempat harus mampu memecahkan konflik dan bentuk-brntuk masalah
antar pribadi yaitu dengan mendekatkan kita dengan lawan komunikasi kita dan
menjadikan komunikasi menjadi tumbuh dan berkembang.
Sesuai dengan penelitian Adisasmita, Tarigan dan Hadi (2003) yang
mengemukakan bahwa pendekatan dan intensitas komunikasi antara bidan di desa
dan dukun bayi berperan dalam kemitraan. Semakin tanggap dan sensitif seorang
bidan di desa terhadap kebutuhan dan motif dukun bayi semakin mudah bidan di
desa mempengaruhi dukun bayi untuk bekerja sama. Begitu juga dengan
penelitian Suryaningsih (2001) mengungkapkan bahwa komunikasi intensif yang
dilakukan bidan di desa diakui sebagai salah satu hal yang mendukung kemitraan
(pendampingan) meskipun pengalihan dukun bayi sebagai penolong persalinan
tetap dilakukan secara bertahap.
Untuk membina komunikasi dan hubungan dengan mitranya yaitu paraji
bidan di desa diharapkan mengerti serta memiliki ketrampilan dalam
berkomunikasi sehingga dapat menciptakan hubungan yang harmonis dengan
dukun bayi/paraji.
Telah di buat MOU atau kesepakatan tertulis antara bidan dan dukun
paraji dengan di tanda tangani oleh kepala puskesmas, camat, serta pihak desa
sebagia saksi. Di buatnya MOU tersebut diharapkan bisa menjadi sarana bidan di
desa dan dukun paraji duduk berdampingan untuk menyepakati keputusan

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
84

bersama. Namun dalam kenyataannya menurut bidan di desa hasil kesepakatan


tersebut tidak dilaksanakan sepenuhnya.
Di dalam kemitraan ada kesepakatan tertulis tentang peran dan tugas
antara bidan dengan dukuny yang di ketahui oleh kepala desa ataupun tokoh
masyarakat (Depkes RI, 2008).
Selain itu untuk mendukung terjalinnya hubungan kemitraan dan sebagai
wujud penghargaan terhadap seseorang perlu adanya reward atau penghargaan
bagi pelaku kemitraan tersebut. Namun dari hasil penelitian ini reward atau
penghargaan bagi bidan itu sendiri belum pernah ada. Sedangkan bagi paraji
hanya satu wilayah puskesmas saja yaitu dari sukaraja yang memberikan
bingkisan lebaran bagi paraji yang bermitra baik dengan bidannya.
Dari hasil penelitian tentang sanksi, di wilayah kerja puskesmas
Kecamatan Sukaraja sudah di tentukan adanya bentuk sanksi yang tertuang dalam
MOU. Namun sanksi tersebut belum pernah dilaksanakan secara sebenarnya
sesuai kesepakatan.

7.3 Komponen Proses


7.3.1 Pendataan dan Pemetakan Dukun
Dari hasil penelitian ini, pendataan dan pemetakan dukun oleh bidan di
desa belum maksimal, tidak semua bidan di desa wilayah kecamatan Sukaraja
sudah mengenal baik setiap paraji yang tinggal di wilayah desa binaan bidan.
Bidan mengetahui paraji tersebut karena sudah mengenalnya secara langsung,
tahu ketika ada kemitraan atau hanya mengetahui paraji tersebut dari laporan
kader atau informasi dari pasien. Hal tersebut dikarenakan jarak antara rumah
dukun yang terlalu jauh dengan tempat tinggal bidan di desa, masa kerja bidan di
desa yang masih baru, serta belum terbinanya kemitraan antara bidan di desa
dengan sebagian paraji.
Dari seluruh jumlah paraji yang berjumlah 65 orang, 48 diantaranya
bermitra dengan bidan di desa, dan sisanya 17 belum bermitra. Menurut bidan di
desa paraji yang bermitra telah di kenal oleh bidannya, merujuk pasien ke bidan,
dan pernah datang pada saat pertemuan kemitraan. Sedangkan yang tidak bermitra

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
85

sebagian belum di kenal oleh bidannya, masih suka menolong persalinan sendiri,
tidak pernah merujuk pasien ke bidan dan tidak hadir dalam pertemuan kemitraan.
Dalam survey yang dilakukan McDermott (1997), salah satu faktor yang
menyebabkan sulitnya bidan dalam membina hubungan dengan dukun bayi adalah
karena pebedaan usia dan asal daerah, karena bidan - bidan yang diturunkan ke
desa adalah bidan yang masih muda dan tidak selalu berasal dari daerah tempat
dimana bidan ditempatkan.

7.3.2 Koordinasi dengan lintas sektor


Bagi bidan di desa koordinasi lintas sektor memiliki arti penting dalam
mempengaruhi masyarakat untuk melakukan perilaku hidup sehat, termasuk
didalamnya melaksanakan persalinan dengan tenaga kesehatan. Koordinasi yang
dillakukan oleh bidan di desa dengan kader PKK dan tokoh masyarakat dilakukan
pada saat pelaksanaan posyandu, sedangkan koordinasi yang dilakukan dengan
lintas sektor yang melibatkan pihak Kepolisian, Koramil, Kecamatan dan
Kelurahan di fasilitasi oleh puskesmas. Kegiatan yang dilakukan dengan lintas
sektor tersebut selama ini hanya terbatas tentang sosialisasi program kemitraan
dan sosialisasi kesepakatan / MOU antara bidan di desa dan paraji.
Melakukan koordinasi dan sosialisasi di tingkat desa bertujuan untuk
mendapatkan dukungan serta kesepakatan pada pelaksanaan kemitraan bidan
dengan dukun dari aparat desa, tokoh agama, tokoh masyarakat, PKK dan
masyarakat itu sendiri (Depkes RI, 2008)

7.3.3 Membina Dukun Paraji


Pembinaan yang dilakukan bidan di desa dalam kemitraan dianggap
mempunyai peranan penting bagi bidan untuk mempermudah penyampaian
informasi yang berkaitan dengan kemitraan, seperti bagaimanakah pembagian
peran dan tugas antara bidan dan paraji saat persalinan, penjaringan ibu hamil,
selain itu pembinaan dapat meningkatkan hubungan bermitra antara bidan dan
paraji. Selama ini pembinaan secara rutin dilakukan bidan di desa belum
terlaksana dikarenakan keterbatasan dana dan anggaran. Pembinaan terhadap

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
86

paraji menurut bidan di desa memuat informasi tentang perawatan ibu dan bayi,
tanda bahaya kehamilan dan pembagian tugas/kerja.
Terhenti atau tidak berjalannya suatu organisasi apapun sering terjadi
dikarenakan tersumbatnya saluran komunikasi diantara anggota organisasi
tersebut (Notoadmodjo, 2005). Dengan demikian terlihat bahwasanya berjalannya
suatu kemitraan di desa di pengaruhi oleh intensitas pertemuan antara bidan dan
dukun paraji. Pertemuan dengan frekuensi yang lebih sering maka akan terjalin
hubungan yang lebih harmonis antara pelaku kemitraan, sehingga diharapkan
bidan lebih bisa memberikan arahan dan pengaruhnya kepada paraji dengan lebih
baik, dan bagi dukun akan membuat lebih nyaman bermitra dengan bidan, lebih
terbuka serta tidak segan lagi untuk mnghubungi bidan bila ada persalinan
ataupun hal lain yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Memberikan informasi maupun advokasi kepada mitra merupakan cara
yang dapat dilakukan dalam menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya
kemitraan (Notoatmodjo, 2005). Penting bagi bidan untuk memberikan informasi
yang jelas tentang tugas dan tanggungjawabnya sebagai bidan, serta tugas dan
tanggungjawab dukun yang sebenarnya.

7.3.4 Melaksanakan Kegiatan Program Kemitraan


Dalam pelaksanaan kemitraan antara bidan dengan paraji menurut bidan
di desa yang menilai kemitraannya baik dengan paraji melakukan pertolongan
persalinan dengan paraji yang ada di wilayah desanya, menerima laporan dan
rujukan ibu hamil dari paraji, sering bertemu dalam acara baik informal dan non
informal, serta mendapatkan sambutan yang baik saat bertemu atau bekerja sama.
Sebaliknya, bidan di desa yang menilai kemitraannya kurang, ternyata belum
mengenal seluruh paraji yang ada di daerah binaannya, hanya sebagian paraji
yang sudah bermitra yang melakukan rujukan, masih banyaknya persalinan yang
di tolong sendiri oleh paraji meskipun paraji tersebut telah menandatangani
kesepakatan, serta hubungan komunikasi yang kurang baik antara bidan di desa
dan paraji.
Semua desa di wilayah Kecamatan Sukaraja masyarakatnya sebagian
masih mempercayai dan memanfaatkan paraji dalam pelayanan kesehatan ibu dan

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
87

anak, terutama bagi ibu hamil, bersalin, dan nifas. Hal tersebut tercermin dari
masih banyaknya persalinan yang di tolong oleh paraji.
Menurut beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak ibu di
Indonesia yang tidak mau meminta pertolongan tenaga penolong persalinan
terlatih untuk memberikan asuhan persalinan dan kelahiran bayi, dengan alasan
bahwa tenaga penolong persalinan terlatih tidak benar-benar memperhatikan
kebutuhan, kebudayaan, tradisi, dan keinginan pribadi para ibu dalam
persalinandan kelahiran bayinya (Depkes RI, 2006).
Menurut hasil penelitian Ponny (2008) di kabupaten Katingan
menunjukkan bahwa dukun bayi masih menjadi kebutuhan masyarakat meskipun
bidan di desa sudah tersedia dekat dengan masyarakat. Hal yang sama juga di
dapatkan dari penelitian Ni Putu (2011) di Puskesmas Pangi, Kabupaten Parigi
Moutong bahwa sebagian masyarakat masih percaya dan lebih senang dengan
dukun karena mereka masih percaya mistis, adanya ikatan keluarga yang
terbentuk antara masyarakat dengan dukun atau dengan kata lain ada hubungan
kekerabatan, selain itu faktor biaya dan tradisi masyarakat, dan masayarakat
percaya dukun karena dukun adalah orang yang di tuakan.
Meskipun dalam hal ini pemerintah telah menggelontorkan kebijakan-
kebijakan yang diharapkan dapat mengubah pola pikir masyarakat terutama dalam
pemanfaatan dukun paraji dalam pertolongan persalinan, pengaruh paraji masih
mempunyai kekuatan di masyarakat itu sendiri. Untuk itulah bidan perlu menjalin
kemitraan, meningkatkan hubungan personal dengan dukun paraji yang telah
dipercaya dan mempunyai kedudukan khusus di mata masyarakat. Dengan
dibutuhkannya dukun dan kedudukannya oleh masyarakat sehingga sangat
penting upaya untuk merangkul dukun paraji tersebut sebagai mitra bidan dalam
memberikan dukungan kepada ibu hamil, bersalin dan nifas. Terutama di daerah
dengan persalinan dukunnya masih tinggi (Depkes RI, 2008)

7.3.5 Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan Program


Hasil dari pendalaman informasi yang di peroleh atas dasar hasil diskusi
kelompok dan wawancara mendalam mengenai kegiatan pemantauan dan evalusi
program kemitraan bidan dengan dukun bayi, selama ini belum ada penilaian

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
88

secara khusus baik oleh dinas kesehatan, puskesmas, ataupun dari desa. Hanya
laporan secara verbal saja yang disampaikan oleh bidan di desa apabila ditanya
oleh Kepala Puskesmas. Laporan adanya persalinan oleh dukun, cakupan
pemeriksaan kehamilan, kasus kematian, sudah terangkum dalam laporan PWS-
KIA yang diserahkan kepada koordinator setiap bulannya.
Berdasarkan buku pedoman Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi (Depkes
RI, 2008) bahwa pemantauan kegiatan kemitraan dari propinsi ke kabupaten 1 kali
per tahun, pemantauan Kabupaten ke Puskesmas-Desa adalah 3 bulan sekali
(laporan dari desa/Puskesmas) dan evaluasi dilakukan 1 kali dalam setahun
setelah proses kemitraan bidan dengan dukun berlangsung. Sedangkan di tingkat
propinsi dan kabupaten/kota melaui pertemuan bulanan, tingkat kecamatan melaui
lokakarya mini, dan di tingkat desa melalui pertemuan bulanan.
Pemantauan dan penilaian merupakan kegiatan yang di perlukan untuk
mengetahui keberhasilan suatu program dengan melihat apakah program tersebut
sesuai dengan rencana yang di tetapkan. Pemantauan dapat dilaksanakan secara
vertikal dari yang menduduki jabatan yang paling atas sampai ke pengurus yang
paling bawah. Atau secara horizontal adalah dengan koreksi dan perbaikan dari
teman sejajar. Sedangkan menilai atau evaluasi merupakan proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu. Penilaian dilakukan terhadap aspek administrasi
seperti register dan laporan - laporan kegiatan. Kegiatan dilakukan berdasrkan
tahapannya sehingga penilaian dilakukan secara menyeluruh dan bersifat obyektif
yang berguna untuk memudahkan upaya perbaikan dan peningkatan selanjutnya
(Yaneu,2011).

7.4 Komponen Output


Indikator luaran atau output dalam pelakasanaan program kemitraan
bidan terhadap dukun paraji terlihat dari peningkatan pencapaian target KIA
terutama persalinan tenaga kesehatan, deteksi risiko tinggi oleh mayarakat dan
dari jumlah bidan yang bermitra dengan paraji.
Hasil penelitian informan FGD dan wawancara mendalam bahwa output
atau komponen keluaran pada pelaksanaan program kemitraan bidan di desa
belum sepenuhnya tercapai baik. Cakupan KIA sebagian mengalami peningkatan

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
89

meskipun tidak banyak, namun ada desa yang justru menurun. Dari yang
meningkat sebagian besar masih dibawah target nasional (90%) maupun target
puskesmas (85%). Sedangkan jumlah paraji yang bermitra dengan bidan masih
tetap. Paraji yang belum bermitra dengan bidan tahun lalu, saat ini belum juga
berjalan beriringan dan terangkul oleh bidan.
Hasil yang didapatkan dari hasil wawancara bidan koordinator, secara
umum cakupan pesalinan mengalami peningkatan, hanya saja kunjungan
pemeriksaan mengalami penurunan kualitas karena cakupan K1 mempunyai
selisih lebih besar dari jumlah cakupan K4.
Secara keseluruhan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di
wilayah kecamatan Sukaraja mengalami kenaikan dari tahun 2010 yaitu 77,2%
menjadi 82%. Cakupan kunjungan K4 menurun dari 86,6% menjadi 80,4% pada
tahun 2011. Jumlah paraji yang sudah bermitra dengan bidan adalah sama yaitu
dari 65 paraji 17 diantaranya belum bermitra. Persalinan dukun dari 1,8 menjadi
3%.

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
BAB 8
KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran persepsi
bidan di desa terhadap pelaksanaan kemitraan terhadap dukun paraji di wilayah
Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Hasil dari penelitian ini diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Komponen Input
Bidan di desa sebagai human source dalam kegiatan kemitraan
mempunyai peran yang penting dalam keberhasilan dan berjalannya suatu
kegiatan. Di setiap desa di wilayah Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor
terdapat 1 bidan di desa yang membina wilayah terebut. Kecukupan dan
kesediaan bidan di desa dalam membina wilayah kerjanya di nilai belum
optimal. Begitu juga dana yang terkait, alokasi dana yang di peruntukkan
untuk kegiatan kemitraan bagi bidan di desa belum sepenuhnya dapat
meningkatkan kemitraan dengan paraji, selain itu perubahan cara dan jumlah
pembagian jasa persalinan setelah adanya program Jampersal belum tertuang
dalam kesepakatan tertulis yang baru.
Bagi bidan di desa sarana yang di berikan oleh puskesmas dan desa
adalah cukup dalam perannya untuk pertemuan kemitraan. Pendekatan dan
komunikasi bidan terhadap mitra kerjanya kurang dilaksanakan secara
optimal. Pendekatan yang dilakukan terhadap paraji mengalami hambatan
sehingga hubungan personal belum terbina secara utuh. Komunikasi yang
intensif mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan kemitraan.
MOU atau kesepakatan tertulis juga merupakan salah satu cara supaya terjalin
suatu kedekatan antara bidan di desa bisa duduk berdampingan untuk
kesepakatan bersama. Dalam pelaksanaannya kesepakatan tersebut belum
sepenuhnya terimplementasikan. Belum pernah ada reward atau penghargaan
kepada bidan di desa yang melakukan kemitraan baik dengan paraji di
wilayah kerjanya. Selain itu, tidak semua puskesmas memberikan
memberikan reward nya kepada paraji.

90

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


91

2. Komponen Proses
Dalam pelaksanaan kemitraan yang dilakukan oleh bidan di desa di
wilayah kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor, hasil penelitian menunjukkan
pendataan dan pemetaan dukun paraji oleh bidan di desa belum dilaksanakan
sepenuhnya, bidan di desa kurang mengenal bahkan ada yang tidak mengenal
dukun yang ada di wilayah kerjanya. Masih terbatasnya koordinasi dengan
lintas sektor di wilayah Kecamatan Sukaraja, sehingga dukungan masyarakat
tentang kemitraan bidan dengan paraji kurang optimal. Bagi bidan kurangnya
frekuensi dan intensitas bertemunya bidan dengan paraji memberikan
hambatan bagi bidan di desa melakukan pembinaan dengan paraji. Pembinaa
dianggap penting untuk mempermudah penyampaian informasi dan edukasi
tentang kemitraan. Pelaksanakan kemitraan yang dianggap baik oleh bidan di
desa karena paraji sudah berkolaborasi dalam memberikan pelayanan
kesehatan bagi ibu dan memberikan respon baik terhadap keberadaan bidan di
desa, sebaliknya kemitraan yang dianggap tidak baik bagi bidan desa bahwa
paraji masih tetap menolong persalinan dan kurangnya respon paraji terhadap
Bidan di desa. Pemantauan dan evaluasi kegiatan untuk mengetahui tingat
keberhasilan program kemitraan bidan di desa di wilayah Kecamatan
Sukaraja belum terlaksana. Pelaporan dilakukan oleh bidan di desa bukan
dalam bentuk format khusus evaluasi kemitraan, melainkan dalam bentuk
verbal, sedangkan hasil cakupan upaya pelayan KIA laporan dalam bentuk
PWS.

3. Komponen Output
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan secara umum mengalami
peningkatan namun masih dibawah target nasional, dan terkait hal tersebut
kasus kematian ibu penambahan kasus. Sedangkan untuk jumlah paraji yang
bermitra dengan bidan di desa wilayah kecamatan Sukaraja tidak mengalami
perubahan dari tahun sebelumnya.

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
92

8.2 Saran
8.2.1 Bagi Instansi (Dinas Kesehatan Bogor dan Puskesmas)
a. Dalam pelaksanaan program kemitraan bidan dengan dukun paraji
perlu adanya dukungan serta pengelolaan yang serius dan lebih baik
lagi mulai dari komponen input, proses dan output sehingga dapat
menjadi solusi pencapaian target cakupan KIA khususnya pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan dan menekan adanya kasus
kematian.
b. Perlu adanya kesepakatan tertulis yang baru sesuai dengan jalannya
kebijakan program yang berpengaruh terhadap kemitraan.
c. Meningkatkan sistem pemantauan dan evaluasi yang
berkesinambungan, sehingga hasil dari evaluasi tersebut dapat
dijadikan perbaikan pada kegiatan selanjutnya.
d. Memberikan pelatihan-pelatihan terkait kemitraan, seperti pelatihan
tentang KIE yang mampu mengasah kemampuan bidan di desa dalam
caranya berkomunikasi, penyampaian informasi dan edukasi sehingga
dapat menjadi bekal untuk bidan di desa dalam merangkul dukun dan
masyarakat.

8.2.2 Bagi Bidan di Desa


a. Membina hubungan komunikasi yang baik dan intensif dengan paraji
di wilayah desanya baik yang sudah bermitra maupun yang belum
bermitra.
b. Menjaga hubungan personal yang baik dengan mitra kerja yaitu paraji
dengan mempererat tali bersilaturahmi.
c. Menjalankan peran dan fungsinya lebih optimal sebagai tenaga
pelaksana kesehatan di wilayah kerjanya dengan meningkatkan
semangat bekerja.

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
93

d. Perlu ditanamkan kesadaran bahwa kemitraan bidan dengan paraji


merupakan kegiatan bersama, sehingga walaupun dana dan anggaran
terbatas diharapkan bidan di desa dapat memanfaatkan sarana
pertemuan/potensi wilayah yang ada seperti kegiatan gotong royong,
PKK, majelis taklim, lokakarya mini Desa dan kegiatan-kegiatan
lainnya sehingga memperkuat dukungan dari masyakat serta peran
aktif masyarakat terkait program yang dilaksanakan.

Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, A., Tarigan, L., H.,& Hadi, E., N., (2003). ‘Partnership Between
Village Midwife (Bidan) and TBA (Dukun/Paraji) in Several Provinces
in Indonesia.’ Final Report. Jakarta

Azwar, Azrul. Pengantar Administrasi Kesehatan, Jakarta : Bina Rupa Aksara

Departemen Kesehatan RI (1992). Panduan Bidan di Tingkat Desa. Jakarta :


Depkes RI

Departemen Kesehatan RI (2006). Dokumentasi Model Kemitraan Promosi


Kesehatan. Depkes RI Jakarta

Departemen Kesehatan RI (2006). Hikmah Pelaksanaan Proyek Safe Motherhood


: A Patrnership &Family Approach, Jakarta :Depkes RI

Departemen Kesehatan RI (2008). Pedoman Kemitraan Bidan dengan Dukun,


Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat

Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, (2010). Profil Dinas Kesehatan Kabupaten


Bogor Tahun 2010. Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor

Gibson,J.L.,Ivancevich,J.M.,& Donelly,J.H. (1985). Organisasi: Perilaku,


Struktur, Proses : Jilid 1 edisi kelima (Penerjemah Agus Dharma).
Jakarta : Erlangga

Green, L. W.,& Kreuter, M. W. (2005), Health Program Planning, An


Educational and Ecological Approach 4th Ed, Boston, Mc. Graw Hill

Herawaty (1998). Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Pelayanan Bidan


Di Desa Di Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan. Tesis.
Universitas Indonesia

Kecamatan Sukaraja, (2011). Kecamatan Dalam Angka.

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


Kecamatan Sukaraja, (2011). Profil Kecamatan Sukaraja Tahun 2011.

Khrisna Aditya (2011). Analisis Persepsi Pekerja Terhadap Keselamatan dan


Kesehatan Kerja di PT Multi Nitrotama Kimia Cikampek Tahun 2011.
Skripsi. Depok. Universitas Indonesia

Madestria, N. (2011). Kajian Kemitraan Bidan Dan Dukun di Wilayah Kerja


Puskesmas Pangi Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah Tahun
2011. [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,
Depok

Martha, E., dkk. (2007). Studi Hambatan dan Pendukung Penyediaan dan
Penggunaan Pelayanan Bidan di Desa (Kabupaten Pandeglang dan
Serang, Privinsi Banten). Laporan Hasil Penelitian Immpact di
Indonesia, Depok, Puska FKM UI

Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan, Teori Dan Aplikasi. Jakarta. Rineka


Cipta

Ponny, N. (2008). Kajian Kemitraan Bidan Di Desa dan Dukun Bayi Di


Kabupaten Katingan Tahun 2008. [Tesis]. Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, Depok

Robbins, Stephen P (1996). Perilaku Organisasi : Konsep, Kontroversi, Aplikasi


Jilid Satu. Jakarta

Sarwono, Sarlito (1993). Sosiologi kesehatan, Beberapa Konsep Beserta


Aplikasinya, Gajah Mada, Universit y Press Yogyakarta.

Suryaningsih, D. (2001) Analisis Kualitatif Pendampingan Bidan di Desa Pada


Persalinan Yang Ditolong Oleh Dukun Bayi di Kecamatan Cicurug,
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, [Tesis]. Program Pascasarjana
Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, Depok

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


WHO (1992). Trainning of Traditional Birth Attendants (TBAS), A Guide for
Master Trainers, Geneva, WHO

Widyono, S. H. (2001). Analisis Terhadap Pemilihan Persalinan Pada Dukun


Bayi di Kecamatan Nanga Pinoh Kabupaten Sintang Propinsi
Kalimantan Barat Tahun 1999. [Tesis]. Program Pascasarjana Fakultas
Kesehatan Masyarakat UI, Depok

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


MATRIKS HASIL FGD (FOCCUS GROUP DISCUSSION) DENGAN BIDAN DI DESA MENGENAI PERSEPSI PELAKSANAAN
KEMITRAAN DENGAN DUKUN BAYI DI WILAYAH KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT TAHUN 2011

Sumber Informasi

Informasi Hasil

FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7

INPUT “...tempat kita “...satu bidan “...per desa “...satu desa juga... “... per desa “...sama satu aja.. “...udah di
mah satu desa satu desa, saya satu bidannya, maunya sih ada satu bidan sih, cukuplah ya bisa bagi tiap-tiap
1. Sumber Daya
satu bidan satu. Cukup lah... yang ngebina... temennya hehe.. tapi emang kepegang... iya, desa satu bidan
yah... cukup ya kadang juga saya rasa udah biar bisa bagi-bagi saya nggak saya tinggal di desanya...
saya rasa, udah dibantu ama yang cukup sih tugas, kan banyak tinggal di situ, situ, kebetulan cukup nggak
bisa ngehandel lain juga... saya ya..kalao pas ya posyandu tempat saya pulang ke asal dari situ cukup lah ya,
saya rasa ya. disuruh ama Ibu kerepotan saya. Tapi ya Cibinong, hehehe...” ngurusin
Kepala posyandu karena udah nggak ya, ia posyandu
Awalanya
tinggalnya di situ dibantu juga aturannya gitu... (Kepala banyak sih ya,
emang di
juga, tahun ama temen saya tinggal disitu, Puskesmas) belum lagi
haruskan
pertama dulu puskesmas... ibu Kepala dulu nggak kegiatan yang
tinggal di situ
ngontrak yah ...kebetulan yang nyuruh...” maksain...” lain, ya
sama
hehehe... baru saya udah penyuluhan,
Kepalanya...”
sekarang beli di punya rumah di lokmin desa..
daerah situ..” situ jadi ya saya tinggal di
tinggalnya di situ, di
situ...” suruhnya
gitu...”

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


Sumber Informasi

Informasi Hasil
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7

2. Dana
a. Sumber dana
“... mmh, “... ada lah, ya. “...setahu saya “...kalo masalah “... dana buat “...tahu ya, tanya “... tahunya
untuk
kurang tahu ya, Kan kalo ada yah, dana mah yang pertemuan ada ke pengurus dana itu mah
pertemuan
tanya langsung pertemuan itu, dananya sih keuangan ya, saya rasa uangny, aja lah, buat
kemitraan
aja deh sama pake dana buat pertemuan puskesmas kali ya cukup banyak nggak enak kalo pertemuan...
Bikornya... ntar kemitraan... gitu... yang tahu juga sih ya, kan salah ngomong,
...dari BOK ...”
salah lagi rinciannya ya rinciannya, kita mah ampe ngundang
...dari BOK sih ... sumbernya sih
ngomongnya...” nggak tahu... mmm.. polisi, koramil,
kayaknya...” emang dari BOK
pelaksananya ajah... pak camat,
Ngundangnya tapi buat apa aja
“ lurahnya gitu...
sih dari lintas ya nggak tahu ...”
sektor yah...” ...bikornya
yang tahu
detailnya yah,
heheh..”
b. Pembagian “...ada “...gimana yah, “...persalinann “... mmmhh.. “...ya, kalau “... sepuluh persen “...pas dulu sih
jasa pembagiannya.. sekarang ada ya... gimana sebenarnya tinggal dianya (10%), kadang bisa sampai
persalinan . dari biaya jampersal itu sih ya.. jadi kita hitung aja ya, nganterin aja juga lima belas 25% nan yah,
antara bidan persalinan yang ya. Kita kan gak terpaksa pake berapa kali ia dikasihnya persen (15%) tergantung
dengan paraji di kasih di bayar lansung uang sendiri nganter pasien. lima (5%) atau tergantung sih ya, juga. Kalau
pasien.., sama pasien ya, dulu, di Kalau klaim udah sepuluh (10%) ada yang sekarang mah..
ditempat saya ya kita nggak kasihkan itu ke cair ya kita kasih aja ya. Kalau nungguin agak itu juga
10% nan itu kasih lah. Ia paraji, kalau tuh paraji berapa sambil bantu- pasiennya ampe sebenarnya,

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


Sumber Informasi

Informasi Hasil
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7

...yah... uang (paraji) kan nunggu klaim persennya, tapi ya bantuin ampe selesai ya menurun, kan
klaim yang dapet juga dari ntar takutnya ia nggak kayak di selesai ya kita ditambahin gitu... biaya
khusus pasiennya. Tiap- ngitung rujukan kasih langsung sih kasih lebih ya meskipun kita persalinan
persalinan kan tiap kunjung juga segini, saya sebenarnya. Trus dong, tiga yang ngerjain jampersal 350,
350 ribu aja, dapet yah, kalo ngitungnya uang klaim puluh, empat semuanya, tapi trus ntar ma
kita harus kita mana segini, kalo persalinan kan puluh lah, kan ia ikut di paraji 15 %
ngeklaim dulu klaimnya lama, beda ntar cuma sedikit ya.. soalnya dalem yah, kasih nya dikumpulin
kan ya... ya kalo kadang-kadang dianya berpikir 350 ribu klaim..” bantuin bersih- support ibunya, dulu, di catat,
ia periksanya juga kurang yang enggak- bersih juga... pijitin, kadang di kasih kalo
kekita bisa kita syarat- enggak, trus bantuin kita udah dapat
Sejak ada
klaimkan juga syaratnya...(BD4 nggak mau juga....” uang kitanya...
jampersal,
ANC nya, kalo ) ngrujuk lagi, dari
nggak lagi
nggak ya akhirnya ya jampersal...”
...kalau sejak ada yah.
bersalinnya pake kantong
jampersal teh, Kebanyakan
doang, paling pribadi dulu
udah nggak ada juga nganter
ama nifasnya 3 lah... gimana
pembagian lagi, doang sih, ia
kali 10.000... lagi... biar
udah gak berlaku dapet langsung
persenan dianya juga
kesepakatannya dari pasien,
pembagiannya rajin
...ya mana yang kitanya
ya yang dari ngarujuk...”
akan di dapetnya
bersalin aja.
bagi...orang kita nunggu, ..”
Kalau dulu kan
aja dapetnya
mungkin kita
juga entar-entar,
tarik 400 ribu
nunggunya 2
ya, trus ntar ma
bulan, 3 bulan.

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


Sumber Informasi

Informasi Hasil
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7

paraji langsung Kalau pake


kasih 20 % gitu, jampersal trus
sekarang mah dia (pasien) kasih
nggak bisa uang ke kita,
langsung...” kitanya di
marahin, di tegor
ama Kepala...”

3. Sarana “...selama ini “... pas “...dari “... sarana “...puskesamsn “...di tempat saya “...iyah, pihak
mah sarana pertemuan puskesmas kemitraan paling ya yah yang pihak puskesmas puskesmas
atau fasilitas kemitraan di juga. yang dari tempat kasih fasilitas juga yang yang nyediain
puskesmas yang desa, kayak tahun dinas yang pertemuannya ya, pertemuan, ngadainnya, yang sarananya...”
nyediain, kayak kemarin, desa ya diundang puskesmas yang yang ngundang nyiapainnya.....”
pas pertemuan yang kasih paling-paling ngurusin gitu- paraji untuk
itu, puskesmas sarana. hanya gitu..”. pertemuan,
yang nyediain Walaupun yang bikornnya...” ngundang lintas
tempatnya. ngundang dari sektor juga
puskesmas, tapi yah... “
Kalau yang dari
desa yang siapin
dinas belum ada
macem-
ya kayaknya...”
macemnya... “

4. Metode “... pendekatan “... pernah sih “...cara kita “...pendekatannya “...berusaha “...mendekatinya “.. selama ini
nya saat ada kitaberkunjung mendekati paling pas ketemuan mendekati sih kita kerumahnya, emang belum
pesalinan yah, kerunahnya gitu, dukun yah, saat di puskesmas saja udah, tapi meski nggak bawa pernah

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


Sumber Informasi

Informasi Hasil
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7

kita sama-sama nganterin uang kita kemitraan sih. Tempat saya kadang si apa-apa, ada yang kerumahnya
kerja ngurusin transport gitu yah, kan jaraknya ada maparaji nggak tanggapannya satu-satu ya,
pasien bersalin, kemitraan.. ya..kita ketemu jauh ya ma parinya respek ya, baik, ada juga kalau pas ada
ya pas itu kita nggak ngobrol mungkin pas masuk ke dalem kurang apa ya.. yang nggak bikin kemitraan aja
sambil ya, Cuma dijalan, banget, jadi paling kayak cuek- sreg.macem- kita coba ajak
ngobrol... ngomong biasa ngobrol sih yang dekat aja yang cuekan kalo macem. Tapi kan ngobrol gitu
aja, lagi apa enggak yah, say kadang ketemu di diajak udah usaha... yah.. ada juga
...untuk
mak, repot hello gitu-gitu jalan, , apa pas ngomong... paraji yang
kesepakatan
nggak, gitu-gitu ajah. Kunjung kondangan...ngobro kerumah saat
MOU nya ada, Karena udah
aja... kerumah l juga kok. kalo ...perjanjiannya ada persalinan
ditandatangani tua kali yah..
pernah, pas harus kesana-sana ada, di buat dulu gitu..
oleh bidan dan
nganter capek yah pas kemitraan,
parajinya, trus
...ada sih undangan atau tapi ya
disaksikan oleh ...ada,
MOUnya.. isinya buat nanya pelaksanaannya ...iya, ada
kepala desa kesepakatannya
tentang data... MOU sih aya... tapi gimana ya... nggak MOU nya
setempat, juga ditandatangani
pertolongan ya cuman formalitas itu sih sesuai.. ada...
camatnya... ... MOU udah kita ama
persalinan yang ajah yah menurut masih ada paraji
di buat... tapi maparajinya...
nggak boleh saya... yang juga nolong,
belum ada ditandatangani
dilakukan paraji trus sangsinya
perbaruan... ama ibu kepala,
sendirian, trus juga gak jalan.
pak camat
pembagian fee,
sama lurahnya
trus saling
ya kita ya...
menghubungi,
gitu..

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


Sumber Informasi

Informasi Hasil
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7

...nggak ada ya, ...di dalam MOU ...dulu paraji ...penghargaannya ...amin, kalau ... maparaji nya ... belum ada
belum pernah kalo si Paraji yang periksa sih belum ada yah, ada reward kalo pas lebaran itu yang buat kita
ada reward.... menolong kepuskesmas sebenarnya bagus buat kita.. yah di kasih kita... yang
bidan nggak persalinan yang punya juga kalo diadain heheh... bingkisan sembako buat maparaji
ada, yang buat sendiri tanpa askin atau yah heheh.. harusnya dinas ama puskesmas, ya itu
parajinya juga bidan, maka uang nggak kita tuh ya yang tapi untuk yang sembako...”
nggak ada ya di hasil pemberian gratisin, tapi kasih ya.., bermitra terus ama
tempat saya.. pasien tersebut semenjak lebih “... sanksi ada juga, selama ini kita...”
diminta 100% ketat belum ada yang nggak ada “...nggak ada
Tapi “...ada sih
oleh FMD, bukan pemeriksaan pernah kena sama pelaksanaanya
sebenernya sangsinya, di
kita yang tentang sanksi..”. sekali..maparaj , sanksi cuman
kalau ada minta ya uangnya
mintainnya, tapi keuangan i yang baik aja di tulis doang
seperti itu bisa yang dari hasil
desa... ya, puskesmas, ya mitranya yang di MOU...”
jadi menolong
...memang belum nggak lagi. dikasih,
penyemangat persalinan...
sih Malah jadi sembako pas
buat kita kerja semuanya 100%.
realisasinya...” temuan kan ya hari lebaran itu
yah...” Tapi selama ini sih
nanti... yah...”
saya rasa belum
“...sanksi
“...sanksi “...sama pernah parajinya
emang adah di
selama ini sanksinya yang nolong
MOU in tapi
belum pernah nggak jalan dimintain ya,
belum pernah
dilakukan... “ juga.. gimana ya... desa
ada tindak
juga gak enak kali
lanjutnya...
ya... kan ada tuh

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


Sumber Informasi

Informasi Hasil
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7

ya maparaji
anaknya jadi
pamong desa...

PROSES ...tahu ya, kenal ... iyah di tempat ... cuma 2 ... ada yang udah ...kenal lah ma ... semua bidan ...saya kan
mabeurang nya. saya ada 3 paraji ya, jadi ketemu, tapi ada parajinya, tahu, mah tahu siapa belum lama
1. Pendataan dan
Ketemunya pas orang yang agak ya kenal sih.., juga yang belum, Cuma dianya paraji yang ada di tinggal di
Pemetaan
lokmin desa... bandel satu, bermitra kok yang belum pernah nggak pernah desanya kali yah, situnya, jadi ya
Dukun Paraji
semua ma kadang suka kita... ketemu tahu kirim kekita Mereka kenal kok. belum
paraji tahu, nolong sendiri, namanya dari pasen, ya kita Kalo rumah – mengenal
kenal banget sih semua udah kadernya, juga jarang rumahnya paraji semua, tapi
enggak, tapi bermitra yah... pasiennya yang suka ketemuannya... ya nggak semua minimal tahu
minimal pernah cerita... rumahnya tahu ya, kan ada namanya,
ketemu.. kan jauh ya, trus yang masuk ke meski belum
banyak banget daerah banget... pernah
paraji ditempat ketemuan..
saya, saya nggak kalau pas
kenal semua... kemitraan
nggak dateng
dia...

2. Koordinasi ... yang kita Kalo ada Koordinasi tuh ... lintas sektor ma, ...kalau dari ... kalau menurut ... saya sih
dengan lintas lakukan sendiri pertemuan desa penting ya, dari puskesmas ya kita-kita aja saya mah kurang paling sama
sektor sih sama PKK itu, kita ngobrol bagi kita, yang ngundang. kan paraji dah ngefek ya, gimana kadernya ya,
ya pas ama pak biasanya ama Kita ikutan hadir nggak mau ya, orang pas ada yang linsek itu

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


Sumber Informasi

Informasi Hasil
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7

posyandu gitu... sekdesnya, atau kadernya kalo juga di pertemuan dengar kali ya, kematian ibu puskesmas sih
ama RT nya, kita , kalo yang itu, yang resmi kalau mereka bersalin, yang yang
tentang tokoh-tokoh itu mengundang pihak (Polisi, camat, datengin cuman mengkoordinir.
... yang lintas kemitraan.. puskesmas puskesmasnya... lurah, koramil) kita-kita doang,
sektor , kita yang yang bicara tahu sendirilah ma
mah koordinasinya kan lain paraji sama kita ... yang hadir
berharapnya ... kalo yang yah...agak ada mah cuma iya iya di depan yang
kalau mereka lintas sektor rasa takutnya.... doang, abis ntu lintas sektor,
hadir juga diundangnya ke ...kita kan makanya lintas yah udah, nolong biasanya dari
dalam Puskesmas kalo inginnya sektor perlu lagi... meskipun polisi, trus
pertemuan kan lagi ada mereka itu terlibat juga, udah sama lintas koramil yah,
parajinya mau pertemuan. berperan serta, biar mereka sektor tetep aja trus camatnya,
dengar tuh Biasanya dari mereka kan di juga jalan di tempat... lurahnya,
penjelasan. polisi, dari segani, trus mendukung kadang di
Kalo menolong koramil, menurut saya kita... wakilin ama
persalinan trus kecamatan, trus mereka sesuai sekdesnya...
kok sampai lurahnya.. kalau
meninggal bisa memberikan
... semua
di kenakan penjelasan
(paraji) kan ada
hukuman... tentang tentang
yang nggak
hukum-hukum...
dateng yah, jadi
ada yang nggak
tahu juga ada
penjelasan-
penjelasan dari

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


Sumber Informasi

Informasi Hasil
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7

mereka...

3. Membina .. selama ini ma, ...pembinaan ... pembinaan ... pembinaan ...di tempat ... belum dilakukan ... yang rutin
Dukun pembinaan buat paraji rutin untuk ma secara khusus, saya ada ya, secara resmi, kalo belum ada...,
yang rutin penting ya paraji sekarang waktu khusus belum pembinaan. Itu itu ya, pembinaan nggak ada
belum sih, sebenarnya, mah nggak ya, ada selama ini saya pas kalo lagi ya pas pertemuan dana nya,
perbulan gitu disana kan kita dulunya pernah rasa... harusnya ada pertemuan itu aja kita kasih anggarannya
belum, kalau bisa ngomong ma ada pelatihan, masuk anggaran gitu di tahunya, bahwa buat pertemuan
pas pertemuan parajinya kalo pelatihan ma juga lho itu... puskesmas.., peran dukun aja saya kira
itu aja tugas kita begini, paraji sebelum untuk yang sekarang begini, ya...
dikatakan kalau tugas mereka tahun berapa berkala belum tidak boleh lagi
ngerawat tali begitu, itu yah..., 2000an sih ya... menolong
pusat begini, menurut saya... kayaknya, tapi sendiri...
kalau ngurut malahan
bayi atau parajinya
ibunya nggak tambah PD tuh,
boleh kenceng- nolong sendiri,
kenceng, trus apa –apa
tanda-tanda sendiri,
bahayanya ini, mentang-
gitu... mentang udah
dilatih gitu,
untungnya
udah gak ada

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


Sumber Informasi

Informasi Hasil
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7

lagi tuh
sekarang...

4. Melaksanakan ... sebenarnya ... saya rasa ...ada yang udah ...belum itu ya ... ya susah sih ... yang baik sih ... kalo ma
Kegiatan sih udah baik ya cukup lumayan baik juga, ada tempat saya, ya, dari bantuin kita paraji hanya
Kemitraan kemitraannya, dianya (paraji) yang belum ada itu persalinan parajinya gak banget, biasanya kasih support
udah pada datang sih ya pas juga.. sungsang yah, bisa di kan suka ngeluh- aja sama doa-
ngarujuk ke pertemuan soalnyaada tuh ditolong ma paraji, omongin, dari ngeluh pegel yah doa, yang
kita, hanya saja kemitraan, pas ya pasiennya cerita ma pasiennya juga pasienya, nolong bayinya
masih ada ma ada lokmin desa, saya pas imunisasi. begitu, emang maparaji yang ya saya,
mereka (bumil)
paraji yang ya.. meski tetep Kata si maparajinya ada yah satu mijetin, saya keluarin
periksanya
nolong sendiri, aja masih ada ini mah emak udah dua orang gitu, bilangin boleh plasenta ama
pernah ke saya
padahal udah nolong sendiri... tahu ilmunya, dulu maunya pijet-pijet tapi jahitnya semua
ya, tapi
dikasih nolong si Y juga lahirnya tangan ma kakinya saya, kalau
... si maparaji bersalinnya
pembinaan, ntar bisa... dirumah aja, aja. Trus ma N bayinya udah
ikutan nganter, malahan ke
alasannya kita kan udah jadi manggil ngelus-elus lahir si
juga nemenin paraji, ma
kebrojolan, bermitra ya sama maparaji. perutnya, ama di maparaji yang
sampai selesai, paraji nggak
padahal nggak mereka tapi ya itu Karena kalau komat-kamitin kasih bajunya,
sampai bayinya ngerujuk kekita,
satu dua lho ma dia, masih saja PD bidan kan kasih gitu... di ngebedongin
lahir, juga nggak kasih
E nolong bayi, nolong sendiri... sarannya ke mantrain...hehehe. gitu... kadang
bantuin bersih- tahu kita, di
masak semua rumahnya . mijitin kita
bersih... tolonglah
kebrojolan... bidan atau juga lho, dia
sendiri. Ntar Yang nggak baik
puskesmas itu ramah...
tahunya pas ya.. kita nggak
yah...
imunisasi, ee bermitra ma dia,

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


Sumber Informasi

Informasi Hasil
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7

ternyata udah ada yang belum


lahir...heheh... juga saya kenal sih
ya..

5. Evaluasi ... laporan ... belum ada ...selama ini ... iyah.. pas ditanya ... gimana kita ... kita selalu ...laporannya
program kegiatan ada setahu saya... PWS aja yang aja kita buatnya ya... laporan rutin nya ya PWS itu, di
kali ya di nggak ada kita laporin ngejawabnya, saya nggak PWS KIA, udah situ kan ada ya
bikornya, formatnya, yang rutin per tertulisnya belum... tahu itunya macem-macem itu persalinan
laporannya pas kita laporin bulan, kalau formatnya... laporannya di bidan berapa,
ada pertemuan paling cuma PWS kegiatan setahu saya ya sana... paraji berapa,
itu biasanya, aja... paling-paling PWS itu... yang
kalau yang cuman ditanya meninggal
khusus pada aja, ama berapa, trus
evalusi Bikornya atau yang
pelaksanaanya Kepala, itu pendampingan
belum ada sih.. aja... ama paraji
berapa, ada
itu..

OUTPUT ...kalau di desa ... kalau hasil ...paraji yang ...yang tahun 2011 ...lumayan naik ... sama ,biasa ...alhamdulilla
saya mah, dari cakupan- suka nganterin itu emang banyak ya, saya senang ajah, tempat saya h cakupannya
linakes dari cakupan ngarujuk tetap persalinan itu, kebetulan mah masih ada aja naik, cuman ya,
tahun lalu naik meningkat ya, ya itu, nggak maparijinya, 50 an emang semua persa linan masih ada

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


Sumber Informasi

Informasi Hasil
FB1 FB2 FB3 FB4 FB5 FB6 FB7

sih yah...meski tapi yang ada tambahan lebih naik dari tahun bermitra dukunnya... dukunnya
sedikit... bermitra itu-itu tapi emang 2010, 40 an saat itu.. dengan saya... nolong, jumlah
aja, belum ada persalinannya yang bermitra
yang gabung agak naik. tetap, yang lain
lagi... diempat saya.. belum
terangkul...

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM BIDAN KOORDINATOR PUSKESMAS MENGENAI PELAKSANAAN KEMITRAAN
DENGAN DUKUN PARAJI DI WILAYAH KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN BOGOR JAWABARAT TAHUN 2012

Sumber Informasi
Hasil
Informasi
BK1 BK2

INPUT
1. Sumber Daya ...bidannya satu desa satu dan itu cukup... harus ...kalau bidannya yang tinggalnya di desa itu, Cikeas,
tinggal di situ, udah peraturannya kan ya, bidan desa Cadas, Nagrak, Gunung geulis, sedang yang lain
ya harus tinggal di desa... tinggalnya diluar wilayah...udah punya rumah
sendiri kan...

2. Dana
a. Sumber dana ... dana dari BOK yah, penggunaannya untuk ...sebenarnya masalah dana pihak BOK yang lebih
pertemuan... selama ini pertemuannya baru 1 kali tahu... pertemuan kemitraan selama ini baru sekali
dalam setahun yah, kemarin tuh mengundang linsek ya, iya pertahun.
juga sih...
b. Pembagian jasa persalinan
... memang sudah ada MOU nya pembagian jasa ... sekarang belum ada kesepakatan baru lagi, tahun
persalinannya, berapa persennya tergantung maunya sekarang ya, kan udah berlaku jampersal. dulunya
bidan ama paraji sih ya. Selama ini memang jalan, udah, beda-beda sih tiap desa. Tergantung berapa
cuman itu.. setelah program jampersal kan harusnya yang dulunya disepakati...
ada kesepakatan baru, ini belum...

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


Sumber Informasi
Hasil
Informasi
BK1 BK2

3. Sarana
a. Penyediaan fasilitas pertemuan kemitraan “...selama ini puskesmas yang fasilitasin, dinas “...pertemuan ada di puskesmas , didesa juga ada
belum ada...” fasilitasnya puskesmas ama desa juga...
b. Ketersediaan buku-buku pedoman
kemitraan “... belum ada ya bukunya, belum dikasih dari ... ada nggak ya, kurang tahu saya...”
dinas...”

c. Metode
a. Cara pendekatan bidan di desa terhadap “...memang nggak semua mempunyai kemampuan “...banyak faktor sih saya rasa, ada kan ya, bidannya
dukun paraji pendekatan yang baik, biasanya yang baik itu tuh dah baik, sabar, ramah, eee parajinya yang
nakesnya bagus, paraji seneng rujuk pasien ke dia, kelewat egois, tapi ada juga itu bu, paraji takut deket
ada sih ya yang terkesan judesan gitu...” ma dia, dianya terkenal galak gitu, tapi sebenernya
dia baik kok....”
b. Adanya MOU/kesepakatan Kemitraan
“...udah semua, tiap desa...” “...iyah aya, tiap desa udah di buatkan ...”
antara bidan di desa dengan dukun paraji
PROSES

1. Pendataan dan Pemetaan Dukun Paraji “... memang kalau di sini semuanya mengetahuinya “...belum semua tahu saya kira ya, ada yang belum
siapa nama-namanya paraji yah, mereka tahu, bisa lama kan kerjanya, trus ada yang jauh banget juga,
nanya ke kaderya juga...” apalagi dianya nggak pernah ikutan pertemuan, jadi
yah bidan mungkin belum kenal...”
2. Koordinasi Lintas sektor “... tentu kita berkoordinasi lintas sektor, dari “... itu penting ya, biar mereka mendukung. Mereka
kepolisian, koramil, kecamatan, kelurahan, tokoh kan cukup berpengaruh di masyarakat, jadi kita juga
masyarakat. Kita mengundang mreka saat petemuan melibatkan mereka... dari kepolisian, koramil,
kesepakatan MOU...” kecamatan, kelurahan itu...”

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


Sumber Informasi
Hasil
Informasi
BK1 BK2

3. Membina Dukun Paraji “...belum ada sih bu.. rutinnya...” “...untuk yang sekarang belum ya, tapi kedepan kita
berharap itu juga dilaksanakan, kalo sering ketemu
kan jadi lebih akrab...”

4. Melaksanakan Kegiatan Kemitraan “... ya lumayan ada yang baik ada yang “...Secara umum baik sih ya, mereka terjun
susah...sebenarnya nggak parajinya aja ya yang kemasyarakat udah bagus, tapi karena belum deket,
susah kita ajak mitra ya, kitanya kan juga nggak bisa jadi ya kemitraannya dengan paraji kurang bagus....”
maksa ya, ada yang mau di bilangin kalau lahiran ke
bidan, ada juga yang nggak usah dibilangin udah
tahu gitu yah, tapi ada juga yang nggak mau denger,
udah gimana ya... sugestinya udah biasa ama paraji
sih...”

OUTPUT “...bervariasi ya perdesanya, ada yang persalinannya “...yah... gimana ya, hasilnya memang belum
naik, ada juga maparajinya yang malahan naik, yang memuaskan ya,masih dibawah target juga. tahun
agak banyak maparinya tuh desa Pasir Jambu, 2011 itu emang agak naik maparajinya, gimana ya..
dulunya sempat bagus sih, tapi kesini-sini persalinan jampersal juga udah di sosialisasi, bidan tiap desa
malahan maparajinya nambah bahkan yang tahun ada, hehehe...belum maksimal kali yah.. .”
2011 kemarin itu 60 an persen linakesnya...”

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


LEMBAR PERMINTAAN MENJADI INFORMAN/RESPONDEN

Kepada

Yth:........(calon informan)

Di Kecamatan Sukaraja

Kabupaten Bogor

Dengan hormat,

Saya mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Peminatan


Kebidanan Komunitas, bermaksud akan melakukan penelitian tentang “Gambaran Persepsi
Bidan Di Desa Dalam Pelaksanaan Kemitraan Dengan Dukun Paraji di Wilayah Kecamatan
Sukaraja Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat tahun 2012”. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana persepsi bidan tentang pelaksanaan kemitraan dengan dukun
paraji di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat tahun 2012. Rencana
pelaksanaan penelitian ini berupa FGD / Diskusi Kelompok Terarah dan Wawancara
Mendalam kepada informan/responden (........................). Berkaitan dengan hal tersebut,
peneliti mohon kesediaan ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan
menandatangani lembar persetujuan yang akan peneliti berikan.

Demikian permohonan ini peneliti sampaikan, segala informasi yang ibu berikan akan
dirahasiakan dan hanya digunakan sebagai bahan penelitian. Atas segala perhatian ibu,
peneliti ucapkan terimakasih.

Bogor, ..... Mei 2012

Peneliti

(Retna Pertiwi)

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


Petunjuk Wawancara Mendalam

I. Petunjuk Umum
1. Sampaikan terimakasih atas ketersediaannya
2. Jelaskan tentang maksud dan tujuan penelitian
3. Minta ijin kepada informan untuk menggunakan alat perekam selama wawancara

II. Petunjuk Wawancara Mendalam


1. Wawancara dilakukan langsung oleh peneliti
2. Wawancara menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan dalam Pedoman
Wawawancara Mendalam
3. Pewawancara mencatat gambaran situasi ,tingkah laku dan ekpresi informan secara
tepat dan benar.
4. Infomasi bebas untuk menyampaikan pendapat
5. Pendapat, pengalaman, saran dan komentar informan sangat bernilai
6. Jawaban informan tidak ada yang salah atau yang benar,karena semata-mata hanya
untuk penelitian.
7. Semua keterangan akan dijamin kerahasiaannya
8. Wawancara akan direkam dengan tape recorder untuk membantu ingatan peneliti.

III. Pelaksanaan Penelitian


1. Perkenalan dari Peneliti
2. Perkenalan dari informan

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


PENELITIAN KEMITRAAN BIDAN DENGAN DUKUN BAYI (PARAJI) DI
KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2012

LEMBAR PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN


Setelah saya mendapat perjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui kemitraan bidan dengan dukun bayi (paraji) di kecamatan Sukaraja kabupaten
Bogor provinsi Jawa Barat tahun 2012, dengan ini saya :
1. Nama :
2. Alamat :
3. Umur :
Sebagai* :
a. Kepala Puskesmas
b. Bidan Koordinator Puskesmas
c. Bidan di Desa

Dengan ini menyatakan * : a. Bersedia b. Tidak bersedia

Untuk berperan dalam penelitian ini

Tempat dan tanggal :

Tanda tangan :

Nama Responden :

(* Lingkari jawaban anda)

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


PANDUAN FGD/DISKUSI KELOMPOK TERARAH
KEMITRAAN BIDAN DIDESA DAN DUKUN PARAJI
INFORMAN : BIDAN DI DESA

I. Perkenalan
II. Kesepakatan bahwa pembicaraan direkam, hanya untuk kepentingan pendidikan
dan peningkatan program, perlu di tekankan bahwa pendapat semua yang hadir
sangat berarti, dan di harapkan keikutsertaanya dalam menyampaikan pendapat.
III. Diskusi.

Tanggal :
Tempat :
Lama :

No Bidan Umur Status Pendidikan Lama Kerja


1 B1
2 B2
3 B3
4 B4
5 B5
6 B6
7 B7
8 B8
9 B9

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


INPUT
Sumber Tenaga
Berapa banyak desa yang di bina oleh ibu? Menurut ibu apakah itu cukup? Mengapa?
Apakah ibu tinggal di desa tersebut? Mengapa?
Dana
1. Menurut ibu apakah ada ketersediaan dana yang digunakan khusus untuk pelaksanaan
program kemitraan antara bidan dan dukun bayi? Apabila ada, apakah ibu mengetahui dari
manakah sumber dana tersebut? dan dialokasikan untuk apa sajakah dana tersebut?
2. Bagaimanakah pembagian jasa persalinan antara ibu dan dukun paraji yang bermitra di
wilayah desa binaan ibu?
Sarana
1. Menurut ibu siapakah yang menyediakan sarana atau fasilitas yang diperlukan bidan desa
dalam melaksanakan program kemitraan?
2. Apakah ibu mempunyai buku pedoman kemitraan bidan dengan dukun? Siapakah yang
menyedikan? Apabila tidak, mengapa?
Metode
1. Bagaimanakah cara ibu melakukan pendekatan kepada paraji dalam pelaksanaan
kemitraan? Bagimana cara ibu berkomunikasi dan menghubungi dukun bayi?
2. Apakah ada reward atau penghargaan bagi bidan atau dukun yang bermitra? Mengapa?
Siapakah yang memberikan penghargaan? Dalam bentuk apakah penghargaan tersebut?
3. Apakah ada sanksi apabila ibu atau dukun tidak melakukan kemitraan? Mengapa?
Apabila ada sanksi, dalam bentuk apa sanksi tersebut? siapkah yang memberikan sanksi
tersebut ?

PROSES
1. Apakah ibu mengenal semua dukun bayi/paraji yang ada disini? Dari mana ibu
mengenalnya? Ada berapa jumlahnya? Siapa namanya? Dapatkah ibu menceritakan
masing-masing dukun tersebut?
2. Selama ini bagaimanakah koordinasi lintas sektor yang dilakukan oleh ibu unruk
menyusun dukungan?
3. Apakah ibu melakukan pembinaan secara rutin kepada dukun bayi, berapa bulan sekali?
Apabila tidak, mengapa? Menurut ibu apa saja yang perlu di sampakan kepada paraji
dalam pembinaan tersebut?

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


4. Bagaimanakah kemitraan dengan dukun yang ibu lakukan pada saat memberikan
pelayanan kesehatan ibu di masa kehamilan, persalinan dan nifas? Adakah pembagian
tugas atau peran antara bidan dan dukun bayi dalam pelayanan kesehatan tersebut?
Mohon jelaskan.
5. Menurut ibu bagaimana pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kegiatan program
kemitraan dengan dukun di daerah ibu? Berapa bulan sekali dilakukan evaluasi program
kemitraan tersebut? bagaimana cara mengevaluasinya dan siapa saja yang terlbat?
6. Apakah ibu melakukan pelaporan kemitraan kepada puskesmas wilayah ibu? Apa
sajakah yang dilaporkan? Berapa bulan sekali pelaporan ke puskesmas dilakukan?

OUTPUT
Bagaimana menurut pendapat ibu tentang program kemitraan antara bidan dan dukun bayi di
desa binaan ibu? Apakah cakupannya sudah sesuai target? Bagaiman dengan jumlah bidan
yang bermitra sekarang ?

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
KEMITRAAN BIDAN DIDESA DENGAN DUKUN PARAJI
INFORMAN : KEPALA PUSKESMAS

INPUT
Sumber Tenaga
Apakah setiap desa di wilayah Puskesmas ibu ada bidan di desanya?
Apakah Bidan di desa tinggal di desa tersebut? Mengapa?
Dana
1. Menurut ibu apakah ada ketersediaan dana yang digunakan khusus untuk pelaksanaan
program kemitraan antara bidan dan dukun bayi? Apabila ada, apakah ibu mengetahui
dari manakah sumber dana tersebut? dan dialokasikan untuk apa sajakah dana
tersebut?
2. Bagaimanakah pembagian jasa persalinan antara ibu dan dukun paraji yang bermitra di
wilayah desa binaan ibu?
Sarana
1. Menurut ibu siapakah yang menyediakan sarana atau fasilitas yang diperlukan bidan
desa dalam melaksanakan program kemitraan?
2. Apakah bidan di desa mempunyai buku pedoman kemitraan bidan dengan dukun?
Siapakah yang menyedikan? Apabila tidak, mengapa?
Metode
1. Menurut ibu bagaimanakah cara bidan di desa melakukan pendekatan kepada paraji
dalam pelaksanaan kemitraan?
2. Apakah ada reward atau penghargaan bagi bidan atau dukun yang bermitra? Mengapa?
Siapakah yang memberikan penghargaan? Dalam bentuk apakah penghargaan tersebut?
3. Apakah ada sanksi apabila bidan di desa atau dukun tidak melakukan kemitraan?
Mengapa? Apabila ada sanksi, dalam bentuk apa sanksi tersebut? siapkah yang
memberikan sanksi tersebut ?

PROSES
1. Menurut ibu, apakah bidan di desa mengenal semua dukun bayi/paraji yang ada disini?
Dari mana mereka mengenalnya?

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


2. Selama ini bagaimanakah koordinasi lintas sektor yang dilakukan oleh ibu unruk
menyusun dukungan?
3. Apakah selama ini bidan di desa melakukan pembinaan secara rutin kepada dukun bayi,
berapa bulan sekali? Apabila tidak, mengapa? Menurut ibu apa saja yang perlu di
sampakan kepada paraji dalam pembinaan tersebut?
4. Menurut ibu bagaimanakah kemitraan dengan dukun yang Bidan di desa lakukan pada
saat memberikan pelayanan kesehatan ibu di masa kehamilan, persalinan dan nifas?
Adakah pembagian tugas atau peran antara bidan dan dukun bayi dalam pelayanan
kesehatan tersebut? Mohon jelaskan.
5. Menurut ibu bagaimana pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kegiatan program
kemitraan dengan dukun di daerah ibu? Berapa bulan sekali dilakukan evaluasi program
kemitraan tersebut? bagaimana cara mengevaluasinya dan siapa saja yang terlbat?
6. Menurut ibu, apakah bidan di desa melakukan pelaporan kemitraan kepada puskesmas
wilayah ibu? Apa sajakah yang dilaporkan? Berapa bulan sekali pelaporan ke puskesmas
dilakukan?

OUTPUT
Bagaimana menurut pendapat ibu tentang program kemitraan antara bidan dan dukun bayi di
wilayah puskesmas ibu? Apakah cakupannya sudah sesuai target? Bagaiman dengan jumlah
bidan yang bermitra sekarang ?

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
KEMITRAAN BIDAN DIDESA DENGAN DUKUN PARAJI
INFORMAN : BIDAN KOORDINATOR PUSKESMAS

INPUT
Sumber Tenaga
Apakah setiap desa di wilayah Puskesmas ibu ada bidan di desanya?
Apakah Bidan di desa tinggal di desa tersebut? Mengapa?
Dana
3. Menurut ibu apakah ada ketersediaan dana yang digunakan khusus untuk pelaksanaan
program kemitraan antara bidan dan dukun bayi? Apabila ada, apakah ibu mengetahui
dari manakah sumber dana tersebut? dan dialokasikan untuk apa sajakah dana
tersebut?
4. Bagaimanakah pembagian jasa persalinan antara ibu dan dukun paraji yang bermitra di
wilayah desa binaan ibu?
Sarana
3. Menurut ibu siapakah yang menyediakan sarana atau fasilitas yang diperlukan bidan
desa dalam melaksanakan program kemitraan?
4. Apakah bidan di desa mempunyai buku pedoman kemitraan bidan dengan dukun?
Siapakah yang menyedikan? Apabila tidak, mengapa?
Metode
4. Menurut ibu bagaimanakah cara bidan di desa melakukan pendekatan kepada paraji
dalam pelaksanaan kemitraan?
5. Apakah ada reward atau penghargaan bagi bidan atau dukun yang bermitra? Mengapa?
Siapakah yang memberikan penghargaan? Dalam bentuk apakah penghargaan tersebut?
6. Apakah ada sanksi apabila bidan di desa atau dukun tidak melakukan kemitraan?
Mengapa? Apabila ada sanksi, dalam bentuk apa sanksi tersebut? siapkah yang
memberikan sanksi tersebut ?

PROSES
7. Menurut ibu, apakah bidan di desa mengenal semua dukun bayi/paraji yang ada disini?
Dari mana mereka mengenalnya?

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


8. Selama ini bagaimanakah koordinasi lintas sektor yang dilakukan oleh ibu unruk
menyusun dukungan?
9. Apakah selama ini bidan di desa melakukan pembinaan secara rutin kepada dukun bayi,
berapa bulan sekali? Apabila tidak, mengapa? Menurut ibu apa saja yang perlu di
sampakan kepada paraji dalam pembinaan tersebut?
10. Menurut ibu bagaimanakah kemitraan dengan dukun yang Bidan di desa lakukan pada
saat memberikan pelayanan kesehatan ibu di masa kehamilan, persalinan dan nifas?
Adakah pembagian tugas atau peran antara bidan dan dukun bayi dalam pelayanan
kesehatan tersebut? Mohon jelaskan.
11. Menurut ibu bagaimana pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kegiatan program
kemitraan dengan dukun di daerah ibu? Berapa bulan sekali dilakukan evaluasi program
kemitraan tersebut? bagaimana cara mengevaluasinya dan siapa saja yang terlbat?
12. Menurut ibu, apakah bidan di desa melakukan pelaporan kemitraan kepada puskesmas
wilayah ibu? Apa sajakah yang dilaporkan? Berapa bulan sekali pelaporan ke puskesmas
dilakukan?

OUTPUT
Bagaimana menurut pendapat ibu tentang program kemitraan antara bidan dan dukun bayi di
wilayah puskesmas ibu? Apakah cakupannya sudah sesuai target? Bagaiman dengan jumlah
bidan yang bermitra sekarang ?

Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012


Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012

Anda mungkin juga menyukai