Tugas Pengauditan Ii KLP 10
Tugas Pengauditan Ii KLP 10
Oleh:
Kelompok 10
Witri Rahmayati 1810536039
Tiya Komala Putri 1810536040
Nabila Ulfa 1810536041
Hikmatul Husna 1810536042
Fakultas Ekonomi
Universitas Andalas
Tahun Ajaran 2018/2019
2. A) PENGUJIAN ATAS TRANSAKSI
2.1 Metodologi Perancangan Pengujian atas Pengendalian dan Pengujian Substantif atas
Transaksi untuk Penerimaan Kas
Tujuan audit berkait transaksi untuk penerimaan kas dikembangkan dari kerangka acuan
audit. Terdapat perbedaaan penekanan terhadap audit atas penerimaan kas, yaitu identifikasi
kelemahan struktur pengendalian intern yang meningkatkan kemungkinan terjadinya
fraud/kecurangan. Beberapa hal yang harus diperhatikan auditor terhadap hal ini antara lain:
1. Menentukan apakah kas yang diterima telah dicatat; ini adalah jenis defalkasi uang yang
paling sulit dideteksi auditor. Prosedur yang lazim dilakukan adalah menelusuri dari nota
pembayaran yang prenumbered atau daftar penerimaan kas ke jurnal penerimaan kas dan
buku tambahan piutang, dengan catatan bahwa pengujian ini akan efektif kalau kas
didaftar di cash register tape,
2. Menyiapkan pembuktian atas penerimaan kas; Untuk menguji apakah seluruh
penerimaan kas telah disetor ke rekening bank. Prosedur yang lazim dilakukan adalah
rekonsiliasi bank
3. Pengujian untuk menemukan lapping piutang usaha. Lapping adalah menangguhkan
pencatatan penerimaan piutang untuk menyembunyikan adanya kekurangan kas.
Biasanya pengujian ini dilakukan kalau diyakini auditor bahwa struktur pengendalian
internal penerimaan kas lemah, antara lain ditandai dengan tidak adanya pemisahan tugas
antara orang yang menerima pembayaran dari pelanggan dengan orang yang mencatat
penerimaan dari piutang tersebut.
2.2 Metodologi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
Transaksi Penjualan
2.1 MetodologiDesainPengujianPerincianSaldo
Metodologi desain pengujian perincian saldo yang menggunakan model resiko audit
digunakan para auditor dalam mendesain pengujian yang tepat untuk saldo piutang
dagang. Dalam metodologi tersebut berkaitan dengan kertas kerja perencanaan bukti yang
diperkenalkan dalam bab materialitas dan resiko.
Bukti yang memadai yang akan dipakai dalam pengujian perincian saldo harus
diputuskan berbasis dengan tujuan dengan tujuan (objective-by-objective). Pengambilan
keputusan ini menjadi kompleks karena adanya beberapa interaksi yang mempengaruhi atas
bukti tersebut. Contohnya auditor harus mengevaluasi pelanggaran dan mempertimbangkan
risiko bawaan (inherest risk). Potensi dan resiko ini dapat bervariasi sesuai dengan tujuannnya,
seperti halnya hasil pengujian pengendalian identifikasi risiko, yang bervariasi sesuai dengan
tujuan.Auditor itu harus pula mempertimbangkan hasil pengujian subtantif dari penjualan dan
penerimaan kas.
Dalam mendesain pengujian perincian saldo piutang dagang, auditor harus memenuhi
delapan tujuan perincian saldo. Delapan tujuan umum ini sama untuk seluruh akun, yang
disebut tujuan audit yang terkait dengan saldo piutang dagang.
Kolom dalam kertas kerja perencanaan bukti termasuk tujuan audit terkait saldo.Auditor
menggunakan faktor-faktor yang ada untuk membantu mengetahui resiko deteksi piutang dagang
yang terencana, sesuai tujuannya.
Pengujian atas piutang dagang didasarkan pada prosedur penilaian resiko audit agar
auditor memahami bisnis dan industri klien.Sebagai bagian dari pemahaman tersebut, auditor
mempelajari lingkungan bisnis dan industri klien serta mengevaluasi tujuan manajemen dan
proses bisnis yang mengidentifikasi risiko bisnis secara signifikan dapat mempengaruhi
pelaporan keuangan, termasuk piutang dagang.Risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang
dagang oleh auditor dianggap sebagai resiko tak terhindarkan dan dijadikan bukti perencanaan
untuk piutang dagang. Contohnya, sebagai hasil dari perubahan lingkungan ekonomi dalam
industri, auditor bisa meningkatkan risiko bawaan dalam nilai realisasi bersih piutang dagang.
b. Mengidentifikasi Salah Saji yang Dapat diterima dan Mengevaluasi Resiko Bawaan (Tahap I)
Pengendalian internal atas penjualan dan bukti penerimaan kas yang berhubungan dengan
piutang dagang biasanya berlangsung secara efektif di banyak perusahaan karena manajemen
sangat peduli dengan pencatatan yang akurat untuk menjaga hubungan baik dengan pelanggan.
Auditor umumnya memperhatikan tiga aspek pengendalian internal, yaitu:
1. Pengendalian untuk menghindari atau mendeteksi pencurian.
2. Pengendalian atas penetapan pisah batas.
3. Pengendalian yang berhubungan dengan cadangan piutang tidak tertagih.
Auditor harus menghubungkan risiko pengendalian atas tujuan audit terkait transaksi dan tujuan
audit terkait saldo, terutama untuk merencanakan risiko deteksi dan bukti-bukti yang akan
digunakan dalam pengujian perincian saldo.Hubungan dua hal ini biasanya mudah ditemukan.
Sebagai contoh, auditor menyimpulkan risiko pengendalian untuk transaksi penjualan dan
penerimaan kas adalah rendah dalam hal akurasi saldonya. Dengan demikian, auditor
menyimpulkan bahwa pengendalian untuk akurasi saldo piutang dagang adalah efektif karena
transaksi satu-satunya yang mempengaruhi piutang dagang adalah penjualan dan penerimaan
kas. Tentunya jika pengembalian barang dagangan, penetapan cadangan, dan penghapusan
piutang tak tertagih jumlah signifikan, maka perlu dipertimbangkan risiko pengendalian untuk
jenis transaksi tersebut.
Hasil pengujian pengendalian menentukan apakah resiko pengendalian atas penjualan dan
penerimaan kas perlu direvisi.Auditor menggunakan hasil pengujian subtantif atas transaksi
untuk menentukan apakahrisiko pengendaliam atas penjualan dan penerimaan kas perlu
direvisi.auditor menggunakan hasil pengujian subtantif atas transaksi untuk mentukan apakah
perencanaan resiko deteksi sudah memenuhi untuk setiap tujuan audit terkait saldo piutang
dagang.
Prosedur analitis biasanya dilakuikan dalam tiga tahap audit : selama perencanaan, saat
pelaksanaan pengujian terperinci dan saat menyelesaikan audit.Prosedur analitis umumnya
dialkukan selama tahap pengujian diselesaikan setelah tanggal neraca, namun sebelum dilakukan
pengujian perincian saldo. Hal ini menimbulkan keinginan untuk melakukan ekstensifikasi
prosedur analitis sebelum klien mencatat seluruh transaksi selama tahun tersebut dan
menyelesaikan laporan keuangan.Auditor menjalankan prosedur analitis untuk seluruh siklus
penjualan dan penagihan, tidak hanya piutang dagang. Hal ini perlu dilakukan karena terdapat
hubungan erat antara laporan laba rugi dengan akun-akun pada neraca. Jika auditor
mengidentifikasi adanya kesalahan penyajian dalam penjualan atau pengembalian barang
dagangan dengan menggunakan prosedur analitis, piutang dagang kemungkinan besar akan
menutupi kesalahan tersebut.Sebagai tambahan untuk prosedur analitis pada tabel 2-1, auditor
perlu menelaah piutang dagang yang jumlahnya besar atau tidak lazim, seperti saldo yang
besar.rekening yang tidak tertagih dalam waktu lama, piutang dari perusahaan yang terfiliasi,
karyawan, direktur atau pihak-pihak lain, dan saldo kredit.Untuk mengidentifikasi jumlah ini,
auditor perlu menlaah daftar rekeningpada tanggal neraca untuk menentukan akun mana yang
perlu diselidiki lebih lanjut.
Tabel 2-1 Prosedur analitis untuk siklus penjualan dan penagihan:
Prosedur analitis Salah saji yang mungkin terjadi
Membandingkan presentasi laba kotor dengan Lebih saji atau kurang saji penjualan dan
tahun sebelumnya (sesuai lini produk) piutang dagang
Membandingka penjualan bulanan (sesuai lini Lebih saji atau kurang saji penjualan dan
produk) piutang dagang
Membandingkan retur dan potongan Lebih saji atau kurang saji retur dan potongan
penjualan sebagai presentasi dan penjualan penjualan dan piutang dagang
kotor dengan angka tahun sebelumnya (sesuai
lini produk)
Membandingkan saldo pelanggan individu Salah saji pada piutang dagang dan akun
yang melebihi jumlah tertentu dengan angka laporan laba/rugi terkait
tahun sebelumnya
Membandingkan piutang tidak tertagih Piutang dagang yang tak tertagih yang belum
sebagai presentase dari penjualan kotor tersedia
dengan angka tahu sebelumnya
Membandingkan jumlah hari peredaran Lebih saji atau kurang saji pada cadangan
piutang dagang dengan angka tahun kerugian dan piutang tak tertagih ; hal ini
sebelumnya dan perputaran dengan piutang dapat mengindikasikan adanya piutang
dagang terkait dagang fiktif
Membandingkan ketegori umur piutang Lebih saji atau kurang saji pada cadangan
sebagai presentase dari piutang dagang kerugian piutang dan piutang tak tertagih
dengan angka tahun sebelumnya.
Membandingkan cadangan kerugian piutang Lebih saji atau kurang saji pada cadangan
sebagai sebagai presentase dari piutang kerugian piutang dan piutang tak tertagih
dagang dengan angka tahun sebelumnya
Membandingkan penghapusan piutang tak Lebih saji atau kurang saji pada cadangan
tertagih sebagai presentase dari total piutang kerugian piutang dan piutang tak tertagih
dagang dengan angka tahun sebelumnya
Kesimpulan auditor mengenai prosedur analitis subtantif untuk siklus penjualan dan
penagihan terhubungkan dengan kertas kerja perencanaan bukti. Oleh karena prosedur analitis
merupakan pengujian subtantif, maka prosedur ini mengurangi tugas auditor dalam melakukan
pengujian perincian saldo, jika hasil dari prosedur tersebut memuaskan.
Jika prosedur analitis dalam siklus penjualan dan penagihan mengungkapkan adanya
fluktuasi tidak biasa, maka auditor perlu meminta informasi kepada manajemen. Tanggapan dari
manajemen perlu dievaluasi dengan kritis, apakah mampu menjelaskan mengenai fluktuasi
tersebut dan mampu menunjukkan bukti pendukungnya.
f. Mendesain dan melakukan Pengujian Perincian Saldo Piutang dagang (Tahap III)
Pengujian perincian yang tepat terhadap saldo bergantung pada faktor-faktor yang
disebutkan dalam kertas kerja perencanaan bukti.Resiko deteksi yang terncana untuk setiap
tujuan audit terkait saldo piutang dagang ditampilkan pada baris kedua.Keputusan ini secara
subjektif ditentukan auditor untuk setiap faktor yang disebutkan dalam baris tersebut.
Tugas menggabungkan faktor-faktor penentu risiko deteksi terencana cukup kompleks
karena pengukuran untuk setiap faktor bisa saja salah dan penentuan bobot untuk setiap faktor
sifatnya sangat subjektif.Sebaliknya, hubungan abtar faktor dan resiko deteksi terencana
biasanya mudah dilakukan. Sebagai contoh, Auditor tahu risiko tinggi yang tak terhindrkan atau
resiko pengendalian menurunkan risiko deteksi terencana, sedangkan hasil yang baik untuk
pengujian substantif atas transaksi meningkatkan risiko deteksi terencana dan menurunkan
pengujian subtantif ternecana lainnya.
2. C) MendesainPengujianPerincianSaldo
Meskipun auditor menekankan akun-akun neraca dalm pengujian perincian saldo, akun
laporan laba-rugi tidak dilupakan karena akun laporan laba/rugi diuji sebagai produk sampingan
dari pengujian neraca. Sebagai contoh, jika auditor mengkonfirmasi saldo piutang dagang dan
menemukan lebih saji yang disebabkan karena kesalahan dalam penagihan ke pelanggan, maka
baik piutang dagang maupun penjualan menjadi lebih saji.
Konfirmasi atas piutang dagang merupakan pengujian terpentingterhadap perincian
piutang dagang. Kita akan mendiskusikan konfirmasi secara singkat sambil mempelajari
pengujian yang memadai untuk setiap tujuan audit-terkait saldo. Kita akan membahasnya lebih
terperinci dalam bab ini.
Dalam membahas pengujian perincian saldo piutang dagang, kita berfokus pada tujuan
audit terkait saldo. Kita akan mengasumsikan dua hal, yaitu:
1. Auditor telah melengkapi kertas kerja.
2. Auditor telah menetapkan risiko deteksi terencana untuk pengujian atas tujuan audit-terkait
saldo.
a. Piutang Dagang Ditambahkan secara Tepat dan Sesuai dengan Berkas Utama dan Buku
Besar
Pada umumnya, pengujian atas piutang dagang dan cadangan kerugian piutang dilakukan
berdasarkan neraca saldo. Sebuah neraca saldo menyajikan saldo piutang dagang pada tanggal
neraca termasuk data saldo piutang untuk setiap pelanggan disertai perincian saldo untuk kurun
waktu antara tanggal penjualan dan tanggal neraca.
Biasanya, auditor melakukan pengujian atas informasi yang didapatkan dari kecocokan
perincian (detail tie-in) dalam neraca saldo, sebelum melakukan pengujian lainnya. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui apakah populasi yang diuji sama dengan buku besar dan piutang
dagang pada berkas utama. Total kolom dan kolom yang berkaitan dengan umur piutang harus
diuji dan total pada neraca saldo dibandingkan dengan buku besar. Sebagai tambahan, auditor
harus menelusuri sampel untuk saldo masing-masing dokumen pendukung, seperti duplikat bukti
penjualan untuk mencocokkan nama pelanggan, saldo, dan penghitungan umur piutang yang
tepat. Perluasan pengujian terhadap kecocokan perincian bergantung pada jumlah rekening,
tingkat pengujian atas berkas utama sebagai bagian dari uji pengendalian dan pengujian
substantive atas transaksi, dan tingkat pengujian yang dilakukan oleh auditor internal atau pihak
independen lain sebelum auditor. Auditor sering kali menggunakan peranti lunak audit untuk
menjumlah ke bawah (foot) dan ke samping(cross-foot) pada neraca saldo dan menghitung ulang
taksiran umur piutang.
Salah saji akibat pisah batas (Cutoff Misstatement) terjadi ketika transaksi dalam waktu
berjalan dicatat selama jeda waktu antara pembuatan pelaporan dan waktu audit, atau sebaliknya.
Tujuan pengujian pisah batas, tanpa memperhatikan jenis transaksi, adalah untuk melihat apakah
transaksi yang terjadi di akhir periode akuntansi dicatat pada periode yang tepat. Hal ini adalah
salah satu tujuan terpenting dari siklus karena salah saji dalam pisah batas memengaruhi laba
periode berjalan. Sebagai contoh, kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja dalam
menetapkan penjualan yang terjadi setelah tanggal neraca sebagai penjualan periode berjalan,
atau kesalahan tidak memasukkan pembelian barang dagangan pada periode berjalan, akan
menyebabkan lebih saji laba bersih secara material.
Salah saji akibat penetapan pisah batas terjadi pada penjualan, retur dan cadangan barang
dagangan, serta penerimaan kas.Untuk masing-masing hal tersebut, auditor perlu melakukan
tiga pendekatan dalam menetapkan kewajaran pisah batas, yaitu:
1. Menetapkan kriteria pisah batas yang tepat.
2. Mengevaluasi apakah klien telah melakukan prosedur yang memadai untuk
menentukan tingkat kewajaran pisah batas.
3.Menguji apakah pisah bats yang ditetapkan adalah tepat.
Dalam audit, biasanya penentuan pisah batas penerimaan kas dianggap tidak terlalu
penting dibandingkan pisah batas untuk penjualan, retur, dan cadangan penjualan. Hal ini
disebabkan karena penentuan pisah batas penerimaan kas yang kurang tepat hanya akan
memengaruhi saldo kas dan piutang dagang, bukan laba. Jika salah saji tersebut material, maka
hal tersebut dapat memengaruhi penyajian wajar atas akun-akun ini, terutama ketika jumlah kas
kecil atau bersaldo negative.
Pengujian untuk salah saji pisah batas penerimaan kas (biasanya disebut holding the cash
receipts book open) cukup mudah dilakukan, yaitu dengan menelusuri pencatatan penerimaan
kas ke setoran bank pada periode jasa yang terdapat di laporan bank. Jika beberapa hari tertunda,
maka terdapat indikasi salah saji dalam penentuan pisah batas.Pada tingkat tertentu, auditor dapat
mengandalkan konfirmasi atas piutang dagang untuk menemukan salah saji pada pisah batas
penjualan, retur, dan cadangan penjualan, dan penerimaan kas. Sulit membedakan salah saji
pisah batas dari suatu beda waktu (timing difference) normal yang terjadi karena pengiriman
dan pembayaran dalam perjalanan pada akhir periode. Sebagai contoh, jika pembeli
mengirimkan dan mencatat pembayaran cek kepada klien untuk rekening yang belum dibayar
tanggal 30 Desember sedangkan klien menerima dan mencatatnya tanggal 2 Januari, maka
pencatatan oleh pembeli dan klien akan berbeda pada tanggal 31 Desember. Hal ini bukan salah
saji, melainkan terdapat beda waktu sehubungan dengan waktu pengiriman. Sulit bagi auditor
untuk menentukan apakah situasi seperti ini disebut salah saji atau beda waktu, jika jawaban
konfirmasi dijadikan sumber informasi. Situasi tersebut membutuhkan penyelidikan lebih lanjut,
misalnya dengan pemeriksaan dokumen pendukung.
2. D) KONFIRMASI PIUTANG
Konfirmasi adalah salah satu teknik yang digunakan untuk memperoleh bukti audit. Bukti
audit dengan menggunakan konfirmasi memiliki tingkat independen yang baik. Hal ini
dikarenakan konfirmasi akan meminta keterangan dari pihak ketiga berkaitan dengan transaksi
dengan klien.
Semakin tinggi resiko pengendalian dan resiko bawaan dari entitas klien membuat
auditor harus memiliki bukti audit yang cukup untuk meyakinkan asersi pada laporan keuangan.
Auditor harus memperdalam pengujian subtantif atas laporan keuangan dengan menemukan
lebih banyak bukti yang dapat menunjukan asersi laporan keuangan. Melalui konfirmasi, auditor
akan memperoleh bukti yang independen yang dapat meyakinkan atas asersi yang melekat pada
laporan keuangan.
Konfirmasi Terkait Akun PiutangDagang
Persyaratan Standard Auditing. Standard audit mensyaratkan konfirmasi piutang dagang dalam
kondisi normal. PSA 07 (SSA 330) menyebutkan tiga pengecualian terhadap persyaratan
konfirmasi tersebut, yaitu :
1. Piutang dagang jumlahnya tidak material. Hal ini biasa terjadi pada perusahaan tertentu,
misalnya toko diskon dengan penjualan tunai dan kartu kredit.
2. Auditor mempertimbangkan bahwa konfirmasi merupakan bukti yang tidak efektif karena tingkat
respon yang rendah atau tidak dapat diandalkan. Dalam industry tertentu, seperti rumah sakit,
tingkat respon untuk konfirmasi itu sangat rendah.
3. Kombinasi dari tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian adalah rendah dan bukti
substantive lain dapat diakumulasikan sebagai bukti yang cukup. Jika klien memiliki
pengendalian internal efektif dan risiko bawaan yang cukup rendah terhadap siklus penjualan dan
penagihannya, maka auditor perlu memenuhi persyaratan dengan melakukan pengujian
pengendalian, pengujian substantive atas transaksi, dan prosedur analitis.
Tujuan dari konfirmasi adalah untuk mengumpulkan bukti audit sebagai dasar
menyatakan pendapat. Jika pada proses konfirmasi ternyata tidak cukup untuk menekan resiko
audit, maka auditor wajib melakukan prosedur tambahan. Sebagai contoh jika pada proses
konfirmasi akun piutang, auditor merasa belum memiliki cukup bukti untuk meyakinkan asersi
suatu laporan keuangan. Auditor dapat melakukan prosedur tambahan dengan melakukan
prosedur subsequent pelunasan piutang. Jadi auditor akan melakukan pembuktian saldo piutang
per tanggal laporan keuangan dengan mengecek pelunasan piutang tersebut setelah tanggal
pelaporan.
Jenis – Jenis Konfirmasi
Dalam melakukan prosedur konfirmasi, pertama auditor harus memutuskan jenis konfirmasi
yang akan digunakan:
1. Konfirmasi Positif (positiveconfirmation)
Adalah komunikasi dengan debitor yang meminta pihak penerima untuk
mengkonfirmasi secara langsung apakah saldo yang dinyatakan pada permintaan
konfirmasi itu benar atau salah. Konfirmasi positif biasa dilakukan untuk jumlah sampel
kecil dengan saldo yang besar. Bentuk konfirmasi positif, biasanya menyebutkan
informasi yang dibutuhkan auditor dan respon den menjawab setuju atau tidak.
Namun, terkadang pada konfirmasi positif auditor mengkosongkan informasi yang
hendak ditanyakan dan pihak respondenlah yang mengisikan informasi tersebut.
Konfirmasi positif dapat dijadikan sebagai bukti audit jika responden membalas
konfirmasi yang diberikan.
PSA 07 menyatakan bahwa konfirmasi negative dapat dilakukan hanya jika tiga kondisi
berikut dipenuhi.
Biasanya, jika konfirmasi negative dilakukan, maka auditor akan memberikan penekanan
pada efektifitas pengendalian internal, pengujian substantive dan prosedur analitis sebagai bukti
kewajaran piutang dagang, dan mengasumsikan bahwa mayoritas penerima konfirmasi akan
membaca dengan seksama dan merespon permintaan konfirmasi.
Konfirmasi negative biasanya digunakan untuk audit rumah sakit, toko ritel, bank, dan
industry lain yang piutang dagangnya berhubungan dengan masyarakat umum. Kombinasi
konfirmasi negative dan konfirmasi positif juga biasa dilakukan dengan mengirimkan konfirmasi
positif kepada debitur dengan saldo besar dan menggunakan konfirmasi negative kepada debitur
bersaldo kecil.
Pilihan konfirmasi oleh auditor dipengaruhi oleh materialitas dari total piutang dagang,
jumlah dan ukuran setiap akun, risiko pengendalian, risiko yang tak terhindarkan, efektifitas dari
konfirmasi sebagai bukti audit, dan ketersediaan bukti audit lain.
Proses Konfirmasi
Pada proses konfirmasi, auditor sebaiknya melihatbpengalamanbtahunblalu. Hal ini untuk
memanajemen waktu yang digunakan dalam proses audit. Jika berdasarkan pengalaman tahun
lalu, respon yang diterima dari proses konfirmasi tidak cukup untukmenjadi bukti audit. Auditor
dapat memilih untuk tidak melakukan proses konfirmasi dan langsung menggunakan prosedur
lainnya. Proses konfirmasi piutang usaha diperkenankan tidak dilakukan jika terdapat kondisi
sebagai berikut:
a) Piutang usaha merupakan jumlah yang tidak material dalam laporan keuangan.
b) Penggunaan konfirmasi akan tidak efektif.
c) Gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian taksiran sedemikian rendah, dan
tingkat risiko taksiran tersebut, bersamaan dengan bukti yang diharapkan untuk diperoleh
dari prosedur analitik atau pengujian substantif rinci, adalah cukup untuk mengurangi
risiko audit ketingkat yang cukup rendah untuk asersi laporan keuangan yang
bersangkutan.
Penetepan Waktu
Bukti yang paling dapat diandalkan dari konfirmasi diperoleh saat konfirmasi tersebut
dikirimkan sesegera mungkin setelah penutupan tanggal neraca.Dengan ini auditor dapat secara
langsung menguji saldo piutang dagang dari laporan keuangan tanpa perlu memperhatikan
transaksi yang terjadi antara tanggal konfirmasi dan tanggal neraca.
Selain itu, untuk melakukan audit berbasis ketepatan waktu, biasanya diperlukan
konfirmasi akun-akun selama tanggal intermin.
Jika auditor memutuskan untuk mengkonfirmasi piutang dagang sebelum akhir tahun,
maka auditor tersebut biasanya menyiapkan skedul ke depan untuk merekonsiliasi saldo piutang
dagang pada tanggal neraca.
1. Jumlah sampel
Faktor utama yang mempengaruhi jumlah sampel dalam melakukan konfirmasi piutang
dagang terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu:
o Salah saji yang dapat diterima.
o Risiko yang tak terhindarkan (ukuran relative dari total piutang dagang, jumlah akun,
hasil pengujian tahun sebelumnya, dan ekspektasi salah saji).
o Risiko pengendalian.
o Risiko deteksi yang diperoleh dari pengujian substantive lainnya (perluasan dan hasil
dari pengujian substantive atas transaksi, prosedur analitis, dan pengujian detail
lainnya).
o Tipe konfirmasi (konfirmasi negative biasanya membutuhkan sampel lebih banyak).
3. Menjalankan Pengendalian
Setelah sampel konfirmasi ditentukan, auditor perlu melakukan pengendalian konfirmasi
hingga dikembalikan dari pelanggan. Jika klien membantu menyiapkan konfirmasi, seperti
memasukkan surat konfirmasi ke dalam amplop tertutup, atau melekatkan cap pada amplop,
auditor harus melakukan pengawasan ketat.
Analisis Perbedaan
Ketika permintaan konfirmasi dikembalikan oleh pelanggan, auidtor harus menentukan
alasan jika ditemukan perbedaan. Dalam banyak kasus, perbedaan tersebut disebabkan oleh beda
waktu antara pencatatan klien dan pelanggan. Beda waktu perlu dipisahkan dari pengecualian
(exeption), yang merupakan salah saji atas saldo piutang dagang. Jenis perbedaan yang biasa
terjadi pada hasil konfirmasi meliputi :
o Pembayaran yang dilakukan
Perbedaanbiasanya terjadi ketika pelanggan sudah melakukan pembayaran sebelum
tanggal konfirmasi, tetapi klien belum menerima pembyaran saat pencatatan sebelum
tanggal konfirmasi. Hal ini perlu diselidiki dengan saksama dengan seksama untuk
mengetahui kemungkinan salah saji akibat pisah batas penerimaan kas, penggelapan
dengan mengguhkan pencatatan penerimaan kas (lapping), atau pencurian kas.
o Barang Belum diterima
Perbedaan ini biasanya timbul karena klien mencatat penjualan pada tanggal pengiriman
dan pelanggan mencatat pembelian pada saat barang diterima. Waktu ketika barang
dalam masa pengiriman menyebabkan perbedaan pelaporan tanggal penerimaan barang
atau salah saji akibat pisah batas pada catatan pelanggan.
o Pengembalian Barang
Kesalahan klien dalam mencatat memo kredit dapat terjadi karena beda waktu atau
kesalahan pencatatan retur dan cadangan penjualan. Sama halnya dengan perbedaan lain,
hal ini perlu diselidiki.
o Kesalahan Klerikal dan Jumlah yang Dipertentangkan
Perbedaan yang terjadi dalam laporan pencatatan klien biasanya terjadi ketika pelanggan
menyatakan terjadinya kesalahanatas harga barang, kerusakan barang, jumlah barang
yang tidak diterima, dan lain-lain. Perbedaan ini perlu diselidiki untuk menentukan
apakah klien melakukan kesalahan dan berapa jumlah keslahan yang terjadi.Dalam
banyak kasus, auditor akan meminta klien merekonsiliasi perebdaan tersebut, dan jika
perlu, akan mengkomunikasikan dengan pelanggan untuk menyelesaikan perbedaan
tersebut. Auditor perlu berhati-hati dalam melakukan verifikasi kesimpulan klien untuk
setiap perbedaan yang signifikan.
o Pengambilan Kesimpulan
Ketika masalah perbedaan sudah diselesaikan, termasuk perbedaan yang ditemukan saat
melakukan prosedur alternatif, auditor harus melakukan evaluasi ualng terhadap
pengendalian internal.Setiap salah saji harus harus dianalisis untuk menentukan apakah
hal ini konsisten atau tidak konsisten dengan tingkat yang ditetapkan dalam resiko
pengendalian.Jika terdapat jumlah salah saji yang signifikan dan tidak konsisten dengan
evaluasi resiko pengendalian, maka perlu dilakukan revisi terhadap evaluasi dan
mempertimbangkan dampak revsisi tersebut terhadap audit.
Keputusan akhir tentang piutang dagang dan penjualan adalah mengenai apakah bukti
memadai telah diperoleh melalui pengujian pengendalian dan pengujian subtantif atas
transaksi, prosedur analitis, prosedur pisah batas, konfirmasi, dan pengujian subtantif lain
untuk menguatkan pengambilan keputusan mengenai kebenaran saldo yang disajikan.
Program Audit pengujian atas Rincian saldo – Siklus Penjualan dan Penagihan :
1. Mereview neraca saldo piutang usaha untuk piutang yang berjumlah besar dan tidak
biasaHP
2. Menghitung prosedur analitis yang ditunjukkan dalam skedul audit yang dikompensasi
ke depan.
3. Mereview piutang yang tercantum pada Aged Trial Balance menyangkut wewel dan
piutang dengan pihak terkait
4. Menayai manajemen apakah ada pihak terkait , wesel atau piutang jangka panjang yang
dimasukkan dalam neraca saldo.
5. Mereview notulen rapat dewan direksi dan menyai manajeman untuk menentukan
apakah ada piutang yang digadaikan
6. Menelusuri 10 akun dari neraca saldo ke file indul piutang usaha untuk melihat umur
piutang dan saldonya
7. Memfoot 2 halaman neraca saldo untuk melihat umur kolom piutang
8. Menelusuri saldo ke buku beasr umum
9. Menelusuri lima piutang dari file induk piutang usaha ke aged trial balanced
10. Mengkonfirmasi piutang usaha
11. Melakukan prosedur alternatifuntuk semua konfirmasi yang tidak dikembaliakan
12. Membahas dengan manager kredit tentang kemungkinana penagihan piutang yanag
sudah lama
13. Mengevaluasi apakah peyisihan apakah sudah memadai setelah melakukan prosedur
audit
14. Memilih 20 transakasi penjualan ddari jurnal penjualan tahun berjalan
15. Mereview retur dan pengurangan penjualan yang besar sebelum dan setelah tanggal
neraca untuk menentukan apakah telah dicatat dalam periode yang benar
Daftar Pustaka
https://feriyanto16.wordpress.com/2013/10/30/kerangka-konseptual-akuntansi-sektor-
http://novemberfiles.blogspot.co.id/2014/11/kerangka-konseptual-akuntansi-sektor.html
https://riswanarifin.wordpress.com/2012/09/12/penganggaran-sektor-publik/
http://makalahpublik.blogspot.co.id/2014/10/kerangka-konseptual-akuntansi-sektor.html
http://catatanclaire301196.blogspot.co.id/2015/11/tugas-akuntansi-sektor-publik-tentang.html